Top Banner
DAFTAR ISI Definisi………………………………………………………...….2 Patofisiologi…………………………………………………..…2 Gejala klinis …………………………………………………..…6 Kriteria diagnosis……………………………………………...10 Diagnose banding……………………………………………..12 Manajemen……………………………………………………...14 Algoritma ……………………………………………………….20 Contoh penulisan resep………………………………………21 Ringkasan……………………………………………………….22 Tanya jawab…………………………………………………….26 Referensi …………………………………………………….…29 1
41
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

DAFTAR ISI

Definisi………………………………………………………...….2

Patofisiologi…………………………………………………..…2

Gejala klinis …………………………………………………..…6

Kriteria diagnosis……………………………………………...10

Diagnose banding……………………………………………..12

Manajemen……………………………………………………...14

Algoritma ……………………………………………………….20

Contoh penulisan resep………………………………………21

Ringkasan……………………………………………………….22

Tanya jawab…………………………………………………….26

Referensi …………………………………………………….…29

1

Page 2: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

DEFINISI

Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis

diantaranya bradikinesia dan paling tidak salah satu dari

ketiga keadaan klinis: tremor, rigiditas, dan instabilitas

postural. Parkinsonisme merupakan terminlogi yang lebih luas

dan kurang spesifik daripada Parkinson’s Disease, dan

digunakan sebagai terminology yang memayungi profil klinis

tanpa memandang sebab secara spesifik. Semua pasien

Parkinson’s Disease memiliki parkinsonisme, namun tidak

semua pasien dengan parkinsonisme memiliki Parkinson’s

Disease.1

Yang dimaksud Parkinson’s Disease adalah bentuk

primer idiopatik dan mereprsentasikan 2/3 dari semua

parkinsonisme. Sedangkan yang dimaksud parkinsonisme

adalah semua bentuk sekunder yang mengacu pada klinis

dan biokimia yang terjadi karena sebab spesifik, seperti

trauma berulang, infeksi otak tengah bagian atas, pengobatan

yang mempengaruhi transmisi dopamine atau penyakit CNS

yang merusak jalur nigrostriatal dan area otak lainnya.2

PATOFISIOLOGI

Parkinson’s Disease terjadi karena hilangnya inervasi

dopamine dari ganglia basalis yang disebabkan oleh

kematian sel nya yang progresif dan pelan.3 Penelitian

terhadap bentuk Parkinson’s disease yang diwariskan telah

mengidentifikasi beberapa gen, yang apabila bermutasi akan

2

Page 3: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

menyebabkan matinya sel dopaminergik. Gen-gen ini terlibat

dalam proses seluler, termasuk ubiquinasi protein dan

degradasi protein via system proteosomal, respon terhadap

stress oksidatif, fungsi mitokondria, fosforilasi protein dan

protein folding. Pada Parkinson’s disease, neuron

dopaminergik pada substansia nigra mengalami kematian

akibat kombinasi dari beberapa factor, termasuk: kerentanan

genetic (pemrosesan abnormal protein, folding α-synuclein

protein yang bersifat racun, dll), stress oksidatif, abnormalitas

aktivitas kinase, disfungsi proteasome, dan factor lingkungan

yang belum bisa diidentifikasi.10

Patologi menunjukkan berkurangnya sel yang

berpigmen di pars compacta substansia nigra; sel ini

mengandung neuromelanin dan memproduksi

neurotransmitter dopamine. Selain itu, terdapat gambaran

badan inklusi sitoplasmik yang eosinofilik dan dikelilingi halo

(Lewy Bodies), yang mengandung agregrasi neurofilamen

dan protein α-synuclein.2 Lewy Bodies(LBs) akan terdapat

pada neuron yang tersisa pada substansia nigra pars

compacta, nucleus batang otak lainnya, dan beberapa region

seperti medial temporal, limbic, dan korteks frontal. LBs

memiliki konsentrasi α-synuclein yang tinggi yang merupakan

hallmark penyakit ini. Mutasi gen α-synuclein akan

menyebabkan familial Parkinson’s disease dengan

marangsang terbentuknya filemen α-synuclein yang kemudian

mengumpul menjadi LBs.10

3

Page 4: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Neuron dopaminergik substansia nigra berproyeksi ke

ipsilateral striatum (nucleus kaudatus dan putamen), yang

selanjutnya akan menyebabkan striatum mengirim impuls ke

korteks motorik lewat jalur eksitasi langsung lewat nucleus

thalamus. Secara bersamaan impuls inhibisi juga dikirim ke

korteks motorik melalui jalur polisinaps tidak langsung lewat

globus pallidus externa, subthalamic nucleus, dan thalamic

nuclei.2 Jika kehilangan sel sudah melebihi 60%, hal ini akan

menimbulkan gejala motorik, berupa bradikinesia.3 Tremor

pada Parkinson’s Disease diduga diakibatkan oleh gangguan

jalur osilasi CNS di globus pallidus dan thalamus.2

Meskipun sebagian besar pasien Parkinson

sepertinya tidak memiliki determinan genetic yang kuat, bukti

epidemiologis menunjukkan interaksi yang kompleks antara

kerentanan genetic dan factor lingkngan. Factor resiko

termasuk riwayat keluarga, laki-laki, trauma kepala, paparan

pestisida, dll. Sedangkan factor yang berperan terhadap

berkurannya insidensi penyakit Parkinson antara lain

konsumsi kopi, merokok, penggunaan obat NSAIDs, dan

terapi sulih estrogen pada wanita post menopause.10

4

Page 5: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

(Sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

5

Page 6: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

GEJALA KLINIS

Penyakit Parkinson mengenai kurang lebih 1 juta

orang di Amerika Serikat. Usia puncak munculnya penyakit ini

adalah 60 tahun ( 35-85 tahun) dengan lama perjalanan

penyakit berkisar antara 10-25 tahun. Penyakit Parkinson

bretanggungjawab terhadap 75 % kasus parkinsonisme. 25 %

parkinsonisme berasal dari penyakit neurodegenerative

lainnya, penyakit cerebrovaskuler, dan obat-obatan. Bentuk

familial autosomal dominan dan resesif menduduki 5% kasus

Parkinson. Hal ini dicirikan dengan onsetnya yang lebih awal

(biasanya kurang dari 45 tahun). Gejala klinis pada

Parkinson’s Disease secara garis besar dapat dibagi menjadi

dua bagian besar: gejala motorik dan gejala nonmotorik.10

A. Motor Symptom

Tremor

Keberadaan tremor sangat penting karena muncul

pada 85% pasien . Tremor istirahat ini muncul secara

unilateral, pertama-tama dibagian distal, mengenai jari dan

pergelangan.10 Tremor dideskripsiskan seperti gerakan

membuat pil (pill rolling), berfrekuensi 3-6 Hz, terjadi saat

istirahat, dieksaserbasi dengan ansietas atau stress,

menghilang saat bergerak.4 Tremor kemudian akan menyebar

ke proksimal dan terkadang ke kaki ipsilateral sebelum

muncul di sisi lain satu tahun kemudian atau lebih. Tremor

6

Page 7: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

dapat muncul di bibir, lidah, dan rahang, tapi tidak pernah di

kepala ataupun leher.10

Rigiditas

Rigiditas dirasakan sebagai resistensi yang menetap

terhadap gerakan pasif saat sendi digerakkan full ROM.

Interupsi singkat dan regular dari resistensi selama gerakan

pasif, dikarenakan oleh tremor yang subklinis, akan

menampakkan gejala rigiditas “cogwheel”.10 Fenomena ini

paling sering ditemukan pada fleksi dan ekstensi berulang

pergelangan tangan.4

Akinesia

Gerakan bertambah lambat (bradikinesia) dan

terutama akan mengalami kesulitan pada gerakan motorik

kompleks, seperti berpakaian, mencukur, menulis (tulisan

menjadi kecil-kecil, micrografia). Kurangnya gerakan spontan

dapat bermanifestasi kurangnya ekspresi wajah (wajah

seperti topeng), kesulitan mengubah posisi misalnya berganti

posisi di tempat tidur, percakapan sedikit dan mononton, dan

pola berdiri dan berjalan yang abnormal, yang sebagian

disebabkan akinesia dan sebagian lagi karena hilangnya

kontrol postural normal.4

Postur

Postur pasien akan menjadi fleksi, atau membungkuk,

kadang dideskripsikan sebagai postur simian, yaitu seperti

kera. Pasien juga tidak mampu mempertahankan posisi

berdiri normal bila diberi tekanan dari depan (akan jatuh ke

7

Page 8: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

belakang retropulsi), maupun dari belakang (jatuh ke depan

propulsi). Pasien akan kesulitan memulai berjalan,

sehingga pasien seperti membeku, begitu pula saat gerakan

berbelok. Pasien akan menggunakan gerakan trik untuk

mengatasi ini dengan sengaja melangkah melebihi tongkat

saat hendak mengubah posisi atau melalui pintu. Langkah

menjadi kecil-kecil dan terseret, dan pola berjalan

dideskripsikan sebagai pola festinant yaitu pola dimana

pasien tampak seperti terburu-buru untuk menjaga titik pusat

gravitasi tubuhnya. Tidak ada ayunan lengan saat berjalan.

Instabilitas postural berat pada tahap lanjut menyebabkan

peningkatan resiko jatuh.4

B. Nonmotor symptom

Gejala sensorik

Gejala sensorik sering memanifestasikan sebagai

sensasi menyakitkan dari kegelisahan batin, dianggap

sebagai bentuk akatisia. Nyeri dan ketidaknyamanan pada

ekstremitas dapat merupakan gejala yang menonjol atau

berkembang ketika obat antiparkinson “wearing off”.

Beberapa pasien kemungkinan mengalami sesak napas

subjektif tanpa adanya patologi yang mendasari

kardiorespirasi.10

Gangguan tidur

Gangguan tidur dan kewaspadaan siang hari

merupakan gangguan yang umum pada Parkinson’s disease.

8

Page 9: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Faktor faktor yang mengganggu tidur malam hari termasuk

timbulnya kembali bradykinesia dan rigiditas, dengan

kesulitan mengubah posisi di tempat tidur, serta tremor dan

gerakan involunter (misalnya, myoclonic jerk atau gerakan

kaki periodik).10

Gangguan autonom

Disfungsi otonom dapat menghasilkan manifestasi

yang beragam, termasuk hipotensi ortostatik, sembelit,

urinary urgency dan frekuensi, keringat berlebihan, dan

seborrhea. Hipotensi ortostatik muncul pada banyak pasien

akibat gangguan vasomotor refleks, denervasi simpatik

jantung, atau sebagai efek samping dari terapi

dopaminomimetic.10

Gangguan neurospikiatrik

Perubahan suasana hati, kognisi, dan perilaku umum

menyertai Parkinson’s disease, terutama pada tahap lanjut,

dan mungkin akibat langsung dari PD atau patologi komorbid

[misalnya, penyakit Alzheimer (AD), demensia kortikal dengan

badan Lewy (DLB)] atau mungkin terjadi sebagai efek

samping terapi antiparkinson. Dapat terjadi depresi,

gangguan panic, kesulitan mengerjakan tugas yang rumit,

rencana jangka panjang, mengingat, maupun memperoleh

informasi baru.10

9

Page 10: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

KRITERIA DIAGNOSIS 5

I. Manifestasi klinis sesuai dengan utilitas diagnostik

A. Grup A: Karakteristik penyakit Parkinson

1. Tremor istirhat

2. Rigiditas

3. Bradykinesia.

4. onset asimetris

B. Grup B: sugestif penyakit lain

1) Fitur yang tidak biasa pada awal penyakit:

a. Ketidakstabilan postural dalam 3 tahun pertama

penyakit.

b. Freezing phenomena dalam 3 tahun pertama.

c. Halusinasi yang tidak berhubungan dengan obat

dalam 3 tahun pertama

d. Demensia mendahului gejala motor atau pada

tahun pertama terjadi:

i. Supranuclear gaze palsy

ii. Dysautonomia parah, gejala tidak

berhubungan dengan obat.

iii. Dokumentasi lesi atau kondisi yang

berhubungan dengan parkinsonisme

II. Possible Parkinson’s Disease

A. Setidaknya dua dari empat kelompok gejala A,

setidaknya salah satunya adalah tremor atau

bradykinesia

dan

10

Page 11: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

B. tidak ada gejala grup B

atau

Gejala kurang dari 3 tahun lamanya, dan tidak ada

gejala grup B yang hadir sampai saat ini

dan

C. respon substansial dan berkelanjutan untuk levodopa

atau agonis dopamin telah didokumentasikan

atau

Pasien belum memiliki sebuah percobaan yang

memadai levodopa atau agonis dopamin.

III. Probable Parkinson’s disease

A. Setidaknya tiga kelompok A gejala yang hadir

dan

B. Tidak ada kelompok B gejala hadir bagi mereka

dengan gejala lebih dari 3 tahun

dan

C. respon substansial dan berkelanjutan untuk levodopa

atau agonis dopamin telah didokumentasikan.

IV. Definite parkinson’s disease

A. Semua kriteria untuk penyakit Parkinson mungkin

atau kemungkinan terpenuhi

dan

B. histopatologi konfirmasi diagnosis

11

Page 12: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

(sumber : fundamental of neurology)

12

Page 13: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

(Sumber : Harrison Neurology in Clinical Medicine)

13

Page 14: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

TATALAKSANA

I. MEDIKAMENTOSA10

Terapi dopaminomimetik harus dimulai sesegera

mungkin ketika gejala mulai mengganggu kulaitas hidup.

Terapi lini pertama yang ideal tergantung umur,status kognitif,

tipe klinis, dan financial pasien. Pilihannya antara lain agonis

dopamine,sediaaan levedopa, atau MAO-B inhibitor. Tujuan

terapi dopamimetik adalah untuk mengembalikan transmisi

dopamine di striatum. Hal ini dapat diperoleh dengan

stimulasi reseptor post sinaps (agonis dopamine),

meningkatkan ketersediaan precursor dopamine (levedopa),

menghambat metabolism levedopa di perifer dan otak, dan

menghambat katabolisme dopamine di sinaps.

1) Agonis dopamine

Agonis dopamine secara langsung menembus blood

brain barrier dan beraksi pada reseptor dopamine post sinaps

(terutama D2). Dibandingkan levedopa, aksinya lebih lama,

namun harganya lebih mahal. Zat ini efektif sebagai agen

monoterapi, sebagai tambahan terhadap terapi

carbidopa/levedopa, maupun sebagai kombinasi dengan

antikolinergik dan amantadin. Ketika digunakan sebagai

monoterapi kurang efektif jika dibandingkan dengan levedopa.

Jika digunakan sebagai terapi tambahan terhadap levedopa,

dapat memperparah diskinesia bila dosis levedopa/carbidopa

tidak disesuaikan.

14

Page 15: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Agen yang tersedia antara lain 3 non-ergot alkaloid

(pramipexole, rapinirole, dan rotigotine) dan ergot alkaloid

(bromocriptine, cabergoline, lisuride). Agonis secara khusus

efektif menerapi bradikinesia, hilangnya ketangkasan motorik

halus, tremor, dan gangguan postural. Efek samping obat ini

antara lain: nausea, hipotensi postural, gejala psikiatrik,

sedasi. Efek samping dapat diturunkan dengan menurunkan

dosis, mengurangi obat yang digunakan bersamaan yang

memiliki efek samping sama, atau pada kasus nausea dapat

diberikan peripheral dopamine blockers seperti

dopmperidone, trimethobenzamide, atau dronabinol sampai

pasien mengalami toleransi terhadap gejala ini.

2) Carbidopa/levedopa

Carbidopa/ Levodopa tersedia dalam bentuk

immediate release (IR) (Sinemet, Atamet, dan lainnya; 10/100

mg, 25/100 mg, and 25/250 mg), dan controlled release (CR)

(Sinemet CR 25/100 mg, 50/200 mg). Pada sebagian besar

orang, sekurang-kurangnya diperlukan carbidopa 75 mg/hari

untuk menghambat dekarboksilasi levedopa menjadi

dopamine di perifer, dan untuk mengurangi efek nausea dan

hipotensi postural. Direkomendasikan penggunaan dosis

individual dan peningkatan dosis bertahap. Inisiasi dosis saat

waktu makan akan mengurangi nausea dan efek samping

lain. Namun, seiring pasien mengalami toleransi terhadap

15

Page 16: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

gejalanya, bat ini dapat diberikan saat lambung kosong,

sehingga absorbsinya dapat lebih cepat dan diprediksi.

3) Inhibitor MAO-B

Zat ini merupakan inhibitor yang selektif dan

reversible terhadap katabolisme dopamine dengan

menghambat MAO-B di sinaps. Jika digunakan sebagai

monoterapi, zat ini memiliki efek yang sedang, namun zat ini

dapat memperkuat efikasi bila digunakan sebagai tambahan

carbidopa/levedopa. Sediaan yang tersedia antara lain

selegiline, rasagiline, zydis selegiline.

Selegilin digunakan dengan dosis 5 mg saat sarapan

dan makan siang dengan efek samping insomnia, mungkin

karena amphetamine-like metabolite. Rasagiline kurang

memiliki efek amphetamine-like. Digunakan sekali sehari

dengan dosis 0,5-1 mg/hari. Zydis selegiline adalah tablet

yang diserap melalui mukosa mulut. Dosis bisanya adalah

1.25–2.5 mg/hari di pagi hari. Efek sampingnya antara lain

nausea, dispepsia, dizziness, insomnia, diskinesia, hipotensi

ortostatik, dan halusinasi.

4) COMT-inhibitor

COMT inhibitor memperkuat efek levedopa dengan

menghambat degradasi levedopa dan dopamine. Obat yang

tersedia antara lain entacapone dan tolcapone. Bila

digunakan sebagai kombinasi terapi carbidopa/levedopa akan

16

Page 17: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

meningkatkan kadar levedopa sebanyak >30%. Dosisnya

adalah 200 mg dalam setiap dosis carbidopa/levedopa. Efek

sampingnya antara lain gangguan gastrointestinal dan kondisi

hiperdopaminergik yang ditandai dengan gangguan tidur dan

meningkatnya diskinesia yang membutuhkan pengurangan

carbidopa/levedopa.

5) Zat lain

Antikolinergik dan amantadin adalah terapi tambahan

yang tepat disamping terapi dopaminomimetik. Antikolinergik

terutama berguna untuk mengkontrol tremor istirahat dan

distonia, sedangkan amantadin dapat menurunkan drug

induced-dyskinesia sebanyak >70%. Mekanisme amantadin

belum diketahui, namun memiliki efek samping nausea, sakit

kepala, edema, eritema. Dosis harus dikurangi pada pasien

dengan insufisiensi ginjal.

II. TERAPI BEDAH 4

a. Talamotomi stereostatik

Pembedahan thalamus jarang digunakan seiring

berkembangnya terapi medikamentosa. Dapat membantu

pada pasien yang tremor berat yang tidak member respon

terhadap obat.

b. Palidotomi

Pembedahan globus pallidus berperan pada terapi

diskinesia

c. Transplantasi sel

17

Page 18: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Menggunakan substansia nigra fetus masih

eksperimental.

(Sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

18

Page 19: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

(Sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

19

Page 20: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

ALGORITMA

(sumber: Harrison Neurology in Clinical Medicine)

20

Page 21: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

CONTOH PENULISAN RESEP

21

Dr. Ellisma Swandini Nugraheni

SIP : 0810713043

Permata Jingga, Anggrek no 24

Tlpn : 085649693610

Malang, 15 Juli 2012

R/carbidopa/levedopa IR tab 25/100mg No.XXX

∫ 3 dd tab 1

R/ Ropinirole tab 3 mg No.XX

∫ 2 dd tab 1

Pro : Tn X

Umur : 70 tahun

Page 22: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

RINGKASAN

Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis

diantaranya bradikinesia dan paling tidak salah satu dari

ketiga keadaan klinis: tremor, rigiditas, dan instabilitas

postural dan digunakan sebagai terminology yang memayungi

profil klinis tanpa memandang sebab secara spesifik. Yang

dimaksud Parkinson’s Disease adalah bentuk primer idiopatik

dan mereprsentasikan 2/3 dari semua parkinsonisme.

Parkinson’s Disease terjadi karena hilangnya inervasi

dopamine dari ganglia basalis yang disebabkan oleh

kematian sel nya yang progresif dan pelan. Neuron

dopaminergik pada substansia nigra mengalami kematian

akibat kombinasi dari beberapa factor, termasuk: kerentanan

genetic (pemrosesan abnormal protein, folding α-synuclein

protein yang bersifat racun, dll), stress oksidatif, abnormalitas

aktivitas kinase, disfungsi proteasome, dan factor lingkungan

yang belum bisa diidentifikasi.

Patologi menunjukkan berkurangnya sel yang

berpigmen di pars compacta substansia nigra; sel ini

mengandung neuromelanin dan memproduksi

neurotransmitter dopamine. Selain itu, terdapat gambaran

badan inklusi sitoplasmik yang eosinofilik dan dikelilingi halo

(Lewy Bodies), yang mengandung agregrasi neurofilamen

dan protein α-synuclein.

Neuron dopaminergik substansia nigra berproyeksi ke

ipsilateral striatum (nucleus kaudatus dan putamen), yang

22

Page 23: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

selanjutnya akan menyebabkan striatum mengirim impuls ke

korteks motorik lewat jalur eksitasi langsung lewat nucleus

thalamus. Secara bersamaan impuls inhibisi juga dikirim ke

korteks motorik melalui jalur polisinaps tidak langsung lewat

globus pallidus externa, subthalamic nucleus, dan thalamic

nuclei

Gejala dari Prakinson’s disease secara garis besar

dapat dibagi menjadi gejala motorik dan gejala nonmotorik.

Yang termasuk gejala motorik antara lain TRAP (Tremor,

Rigiditas, Akinesia, dan instabilitas Postural). Tremor muncul

saat istirahat unilateral, pertama-tama dibagian distal,

mengenai jari dan pergelangan. Tremor dideskripsiskan

seperti gerakan membuat pil (pill rolling), berfrekuensi 3-6

Hz,, dieksaserbasi dengan ansietas atau stress, menghilang

saat bergerak.

Rigiditas dirasakan sebagai resistensi yang menetap

terhadap gerakan pasif saat sendi digerakkan full ROM.

Interupsi singkat dan regular dari resistensi selama gerakan

pasif, dikarenakan oleh tremor yang subklinis, akan

menampakkan gejala rigiditas “cogwheel.

Pasien akan mengalami bradikinesia, anatara lain

kesulitan pada gerakan motorik kompleks, seperti berpakaian,

mencukur, menulis (tulisan menjadi kecil-kecil, micrografia).

Kurangnya gerakan spontan dapat bermanifestasi kurangnya

ekspresi wajah (wajah seperti topeng), kesulitan mengubah

posisi percakapan sedikit dan mononton.

23

Page 24: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Gejala instabilitas postural antara lain postur pasien

akan menjadi fleksi, atau mmbungkuk, tidak mampu

mempertahankan posisi berdiri normal bila diberi tekanan ,

kesulitan memulai berjalan, pola festinant yaitu pola dimana

pasien tampak seperti terburu-buru untuk menjaga titik pusat

gravitasi tubuhnya. Tidak ada ayunan lengan.

Yang termasuk gejala nonmotor antara lain gejala

sensorik, gangguan tidur, disfungsi otonom , dan gangguan

neurospikiatrik.

Diagnois bandingnya antara lain arteriosclerotic

parkinsonism, medication induced parkinsonism,

parkinsonism of infectious origin, NPH, wison's disease,

trauma tumpul kepala berulang, toxic parkinsonism,

parkinsonisme karena penyakit neurodegenertif lain, maupun

sebab-sebab lainnya seperti tumor otak, subdural hematome,

polycitemia vera.

Terapi dopaminomimetik harus dimulai sesegera

mungkin ketika gejala mulai mengganggu kulaitas hidup.

Pilihannya antara lain agonis dopamine,sediaaan levedopa,

atau MAO-B inhibitor.

Agonis dopamine secara langsung menembus blood

brain barrier dan beraksi pada reseptor dopamine post sinaps

(terutama D2). Agen yang tersedia antara lain 3 non-ergot

alkaloid (pramipexole, rapinirole, dan rotigotine) dan ergot

alkaloid (bromocriptine, cabergoline, lisuride).

24

Page 25: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Carbidopa/ Levodopa tersedia dalam bentuk

immediate release (IR) (Sinemet, Atamet, dan lainnya; 10/100

mg, 25/100 mg, and 25/250 mg), dan controlled release (CR)

(Sinemet CR 25/100 mg, 50/200 mg). Pada sebagian besar

orang, sekurang-kurangnya diperlukan carbidopa 75 mg/hari

untuk menghambat dekarboksilasi levedopa menjadi

dopamine di perifer, dan untuk mengurangi efek nausea dan

hipotensi postural.

MAO-B merupakan inhibitor yang selektif dan

reversible terhadap katabolisme dopamine dengan

menghambat MAO-B di sinaps. Jika digunakan sebagai

monoterapi, zat ini memiliki efek yang sedang, namun zat ini

dapat memperkuat efikasi bila digunakan sebagai tambahan

carbidopa/levedopa. Sediaan yang tersedia antara lain

selegiline, rasagiline, zydis selegiline.

COMT inhibitor memperkuat efek levedopa dengan

menghambat degradasi levedopa dan dopamine. Obat yang

tersedia antara lain entacapone dan tolcapone. Bila

digunakan sebagai kombinasi terapi carbidopa/levedopa akan

meningkatkan kadar levedopa sebanyak >30% Antikolinergik

dan amantadin adalah terapi tambahan yang tepat disamping

terapi dopaminomimetik. Antikolinergik terutama berguna

untuk mengkontrol tremor istirahat dan distonia, sedangkan

amantadin dapat menurunkan drug induced-dyskinesia

sebanyak >70%. terapi bedah antara lain dengan talalamo

stereostatik, palidotomi, transplantasi sel.

25

Page 26: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

TANYA JAWAB

1. Kapan terapi levedopa sebaiknya dimulai?

Efektivitas levedopa terbatas karena adanya efek

fluktuasi motorik dan diskinesia. Karenanya strategi

rasional untuk memulai terapi levedopa pada pasien

dengan Parkinson’s disease adalah ketika gejala

Parkinson sudah mulai menganggu aktivitas kehidupan

sehari-hari atau menganggu fungsi social dan

okupasional. 7

2. Apakah efek samping perifer tersering dari terapi

levedopa dan bagaimana hal tersebut diatasi?

Mual dan muntah merupakah efek sampingyang

paling umum pada awal penggunaan levedopa. Sebagian

besar pasien menanggulangi hal ini dengan meminum

obat setelah makan. Jumlah ekstra carbidopa mungkin

diperlukan. Penanggulangan efek samping

gastrointestinal tidak boleh menggunakan dopamine

blockers, seperti metoclopramide, karena justru akan

memperburuk Parknson’s disease. Hydroxyzine,

trimethobenzamide, diphenidol, cyclizine, atau

domeperidone dapat digunakan sebagai alternative.

Efek cardiovascular tersering adalah hipotensi

ortostatik. Tatalaksana komplikasi ini termasuk

menambahkan garam ke makanan, penggunaan stocking

26

Page 27: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

yang elastic, dan penggunaan beberapa pengobatan

seperti fludocortisone, indometacine, ataumidodrine.8

3. Strategi apakah yng bermanfaat pada tatalaksana

fluktuasi pada Parkinson’s Disease?

Konsep stimulasi dopaminergik secara teru-menerus

telah digunakan sebagai prinsip pedoman dalam

pencegahan dan tatalaksana fluktuasi motorik. Strategi

dimaksudkan untuk mencapai tujuan ini termasuk

penggunaan MAO inhibitor, seperti selegiline dan

rasagiline, COMT inhibitor seperti entacapone dan

tolcapone, agonis dopamine, dan subthalamic nucleus

deep brain stimulaton (DBS).9

4. Adakah hubungan antara Alzheimer’s disease (AD) dan

Parkinson’s disease (PD)?

Data yang tersedia saat ini tidak mendukukung adanya

etiologi umum dari AD maupun PD. Namun, sekitar 20%

pasien dengan PD memiliki demensia. AD

bertanggungjawab terhadap beberapa bagian pada kasus

ini. Tidak seperti AD, pola demensia pada PD dicirikan

oleh kurangnya tanda kortikal, seperti ataksia dan

apraksia, dan keberadaan pikun, bradyphrenia, dan

depresi.pada penelitian longitudinal, manifestasi klinis

yang membedakan demensia pada PD antara lain

fluktuasi

5. Apakah indikasi terapi pembedahan pada Parkinson’s

disease?

27

Page 28: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

Indikasi umum pembedahan pada Parkinson’s disease

antara lain tremor yang keras dan fluktuasi motorik yang

diinduksi obat. Kandidat yang paling baik adalah pasien

dengan respon terhadap levedopa yan jelas yang bebas

dari demensia atau komorbid psikiatrik. Secara umum,

pasien dengan parkinsonisme atipikal atau demensia

memiliki manfaat yang sedikit, bahkan tidak sama

sekali.10

28

Page 29: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

REFERENSI

1. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis

and pharmacological management of Parkinson’s

disease. A national clinical guideline. January 2010.

2. Larry E.Davis, Molly K.King, Jessica L.Schultz, 2005.

Fundamental of Neurologic Disease. Department of

neurology and neuroscience School of Medicine

University of Mexico.

3. Martin A. Samuels, 2004. Maunual of neurologic

therapeutics. 7th edition.Brigham and Women Harvard

Medical School.

4. Lionel Ginsberg, 2008. Lecture notes Neurology. 8th

edition.Blackwell publishing Ltd.

5. Roongroj Bhidayasiri,Michael F.Waters, Christoper

C.Giza, 2004. Neurological Differential Diagnosis: A

Prioritized Approach. Blackwell Publishing.

6. Mark Mumenthale, heinrich Mattle, 2006. Fundamentals

of Neurology: An Illustrated .Guide.Thieme.

7. Hauser RA, McDermott MP, Messing S: Parkinson Study

Group: Factors associated with the development of motor

fluctuations and dyskinesias in Parkinson’s disease. Arch

Neurol 63:1756-1760, 2006.

8. Rolen A. Rolak, 2010. Neurologic secret 5th

edition.Mosby: Elsevier

29

Page 30: Ellisma Sn-word Parkinson Disease

9. Diamond A, Jankovic J: Treatment of advanced

Parkinson’s disease. Expert Review of Neurotherapeutics

6:1181-1197, 2006.

10. Stephen L.Hauser, 2011. Harrison Neurology in Clinical

Medicine. 2nd edition.Mc Graw Hill

30