DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II EKSPERIMEN 5 DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” 1. TUJUAN PERCOBAAN a. Menentukan besarnya debit pengaliran di bawah “Sluice Gate”. 2. PERALATAN a. Multi Purpose Teaching Flume b. Hook and Point Gauge c. Perangkat Pitot Tube d. Adjustable Undershot Weir. 3. DASAR TEORI GROUP II DINI SAFITRI ANDARI (13 0404 050)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
EKSPERIMEN 5
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE”
1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Menentukan besarnya debit pengaliran di bawah “Sluice Gate”.
2. PERALATAN
a. Multi Purpose Teaching Flume
b. Hook and Point Gauge
c. Perangkat Pitot Tube
d. Adjustable Undershot Weir.
3. DASAR TEORI
Gambar (5-1)
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Pintu sorong (sluice gate) merupakan bangunan hidrolik yang sering digunakan untuk
mengatur debit intake pada embung atau di saluran irigasi. Di dalam sistim saluran irigasi,
pintu sorong biasanya ditempatkan pada bagian pengambilan dan bangunan bagi sadap balk
itu sekunder maupun tersier. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan pada industri misalnya
di saluran pengolahan atau pembuangan. Detail pintu ini di saluran dapat dilihat pada Gambar
1.
Bangunan pengatur debit ini sering digunakan oleh karena kemudahan perencanaan
dan pengoperasiannya. Dengan tinggi bukaan pintu tertentu maka akan didapatkan debit yang
dimaksud. Dengan demikian variasi bukaan pintu akan mempengaruhi debit aliran dan profit
muka air di bagian hilir. Aliran yang mengalir di bawah pintu sorong dimulai dari fungsi
superkritis penuh (F > 1) sampai pada bagian vena contracta dan dilanjutkan pada aliran
berkembang sebagian dimana lapisan batas (boundary condition) terbentuk sampai pada aliran
aliran menjadi stabil (F < 1) (Rao,1973). Pada kondisi aliran kritis (Fcr = 1) kedalamannya
merupakan kedalaman kritis, hcr. Kedalaman kritis ini merupakan salah satu komponen pe-
nentu dalam perencanaan bangunan itu sendiri. Perhitungan kedalaman kritis yang tepat akan
menghasilkan perencanaan bangunan yang efektif secara hidrolika yaitu pada perencanaan
tinggi jagaan saluran dan dimensi apron hilir. Hal ini akan berimplikasi pada ketepatan
perencanaan debit saluran, dan pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi distribusi air
irigasi. Selain itu perencanaan yang baik berdasarkan penentuan aliran kritis akan berdampak
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
meningkatnya efisiensi biaya konstruksi (pemilihan jenis dan volume hahan) dan efektifitas
operasional pintu bagi para petani. Letak Batas awal aliran stabil (aliran kritis, Fcr = 1) ini
perlu diidentifikasi secara teoritis dan eksperimental sebab ini merupakan salah satu
komponen penentu dalam perencanaan perlakuan aliran selanjutnya.
Pada pintu sorong, penetapan besaran debit aliran dilakukan melalui operasi pintu,
dimana tinggi bukaan, a, menentukan debit yang mengalir setelah pintu sorong. Pada
prakteknya, acuan perencanaan bagian bangunan setelah pintu sorong didasarkan pada
kedalaman kritis, hcr. Contoh analisis perencanaan adalah bangunan peredam energi untuk
pengaturan tinggi muka air hilir (Rice & Kern, 1993). Penentuan kedalaman kritis biasanya
hanya didasarkan pada estimasi debit aliran dari pintu sorong. Debit aliran pun perlu direduksi
dengan faktor koreksi tanpa dimensi (Dep.PU, 1986). Sehingga perhitungan kedalaman kritis
berdasarkan debit aliran kurang praktis digunakan pengguna awam misalnya petani. Pengguna
perlu menetapkan asumsi faktor koreksi berdasarkan grafik sebelum mendapatkan besaran
debit di saluran.
Aliran Melalui Bawah Pintu Sorong
Aliran melalui bawah pintu sorong Pola aliran yang melalui bawah pintu sorong
adalah tampak seperti pada Gambar 2. Jika persamaan Bernoulli digunakan sepanjang aliran
antara x = 0 dan x = x maka didapatkan persamaan sebagai berikut.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Bentuk penampang aliran lewat pintu sorong, mempunyai sisi atas yang tajam dan tidak
ada kontraksi pada sisi-sisi samping maupun bagian bawah seperti terlihat pada gambar.
Alirannya dapat seperti pada gambar 2 atau terbenam seperti pada gambar 3.
Gambar (5-2)
Pada aliran bebas, dengan perbandingan yang besar antara kedalaman hulu dan tinggi
bukaan pintu, permukaan aliran keluar dari pintu cukup halus (smooth). Tetapi pada aliran
terbenam (tenggelam), permukaan hilirnya akan kasar dan berolak.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Gambar (5-3)
Persamaan Bernoulli dapat dipakai untuk menghitung debit dari suatu aliran yang
melalui sluice gate, tetapi kehilangan energi dari satu section ke section lainnya diabaikan.
Aliran di bawah sluice gate adalah contoh dari aliran converging dimana bentuk persamaan
yang tepat untuk debit dapat ditentukan dengan persamaan energi antara section 0 dan section
l, yaitu:
H0 = H1
Dimana :
H0 = Tinggi energi di section 0
H1 = Tinggi energi di section 1
Sebelum persamaan di atas dikembangkan perlu dicatat bahwa streamlines pada section
1 adalah paralel (permukaan air paralel dengan dasar saluran), sehingga distribusi tekanan
adalah hydrostatic, yaitu y1.
Juga akan diperlihatkan, distribusi kecepatan pada section 1 adalah seragam sehingga
total setiap streamline adalah H1. Maka dapat diasumsikan bahwa tinggi tekan sama dengan
kedalaman air dan kehilangan energi bisa dihapuskan sehingga :
H0 = H1
y0+V
02
2 g= y1+
V12
2 g
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Subtitusi harga kecepatan ke dalam bentuk debit (Q)
y0+Q2
2 gb2 y02
= y1+Q2
2 gb2 y12
Jadi:
Q=by0√2 gy1
√( y0
y1+1)
Q=by1√2 gy0
√( y1
y0+1)
Reduksi dalam aliran akibat hambatan kekentalan antara section 0 dan section 1
ditentukan oleh koefisien Cv. Koefisien Cv bervariasi yaitu: 0.95 < Cv < 1,0 bergantung pada
geometri dari pola pengaliran (dituniukkan oleh perbandingan y1
y0) dan gesekan.
Q=Cv .b . y1√2 gy0
√( y1
y0+1)
Kedalaman air di hilir y1 dapat ditunjukkan sebagai fraction dari bukaan gate, yg yaitu:
y1 = Cc.yg
Cc adalah koefisien konstraksi yang pada umumnya harga koefisien ini adalah 0,61.
q=Cv .Cc .b . yg .√2gy0
√(Cc . yg
y0+1)
Oleh karena itu debit yang di bawah sluice gate dapat dituliskan sebagai berikut:
Q=Cd . b. y g .√2 g. y0
Dimana Cd adalah fungsi dari Cv,Cc, yg, dan yo.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Jenis Aliran
Ada 3 macam aliran sebagai berikut :
a. Aliran Sub Kritis
Aliran dikatakan sub kritis apabila gaya berat lebih besar daripada gaya inersia,
sehingga air akan mengalir dengan kecepatan rendah. Pada aliran sub kritis V <√ g . h dan Fr <
1. Jika V <√ g .h maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih besar daripada kecepatan
rata-rata aliran, sehingga gelombang dapat bergerak ke arah hulu.
b. Aliran Super Kritis
Aliran dikatakan super kritis apabila gaya berat sangat lemah bila dibandingkan dengan
gaya inersia, sehingga air akan mengalir dengan kecepatan tinggi. Pada aliran super kritis
V >√ g . h dan Fr > 1. Jika V > √ g .h maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih kecil
daripada kecepatan rata-rata aliran, sehingga gelombang hanya bergerak kearah hilir.
c. Aliran Kritis
Antara keadaan sub kritis dan super kritis terdapat keadaan kritis. Pada aliran kritis V =
√ g .h dan Fr = 1. Jika V = √ g .h maka kecepatan perambatan gelombang sama dengan
kecepatan rata-rata aliran, sehingga tidak ada pergerakan gelombang. Kedalaman pada
keadaan kritis disebut kedalaman kritis
4. PROSEDUR
a. Pastikan bahwa flume sudah horizontal.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
b. Tempatkan Gate pada flume secara vertikal dengan tepi bawahnya 15 mm di atas
dasar flume.
c. Alirkan air ke dalanr flume sampai setinggi y0.
d. Dengan air setinggi y0, ukurlah debit (Q), y1, dan H0.
e. Naikkan Gate secara bertahap menjadi 5 mm dan seterusnya, dengan tetap menjaga
ketinggian y0 seperti ketinggian semula (dengan cara merubah debit).
f. Pada masing-masing tinggi bukaan Gate itu, ukur dan catatlah harga-harga Q, y1
dan H0.
g. Ulangi prosedur di atas dengan debit Q yang konstan (seperti di atas, y0 dibuat
berubah), dan ukur serta catatlah y0, y1, dan H0
5. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel data hasil eksperimen debit di bawah “Sluice Gate” :