Top Banner
EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN (Studi Kasus Warung Tegal Di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang Kota Tangerang) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Riska Andriani 11151110000003 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019
177

EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

Jul 30, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN

(Studi Kasus Warung Tegal Di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang

Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi

Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Riska Andriani

11151110000003

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan
Page 3: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN

(STUDI KASUS WARUNG TEGAL DI KELURAHAN NEROKTOG,

KECAMATAN PINANG, KOTA TANGERANG)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 17 September 2019

Riska Andriani

Page 4: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan
Page 5: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan
Page 6: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

i

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang eksistensi sektor informal di perkotaan

(studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang) dan juga apa saja faktor pendukung eksistensi warung tegal

berdasarkan teori pilihan rasional (rational choice). Dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini

adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Strategi pemilihan informan

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan sebelas informan

yang terdiri dari delapan pedagang warung Tegal dan tiga pembeli warung tegal

Adapun teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi Warung Tegal di

perkotaan tidak lepas dari faktor banyaknya variasi makanan, tempat yang mudah

dijangkau, ramahnya pelayanan, tempat yang nyaman dan harga yang terjangkau.

Hal tersebut penting untuk keberlangsungan warung tegal saat ini, agar bisa

bersaing dengan warung makan lainnya. Kemudian faktor pendukung eksistensi

warung tegal yaitu adanya keterlibatan anggota keluarga, kepercayaan dengan

karyawan warung tegal yang memiliki cabang, kerjasama dengan sistem aplusan,

perkumpulan sesama warung tegal. Faktor tersebut merupakan faktor yang

dianggap penting dalam menjaga keberadaan warung tegal hingga saat ini..

Kata kunci: eksistensi, sektor informal, warung tegal, pilihan rasional

Page 7: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu terpanjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

senantiasa memberikan rahmat, kasih sayang dan hidayahNya kepada penulis.

Alhamdulillah berkat karuniaNya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul “Eksistensi Sektor Informal di Perkotaan (Studi Kasus Warung

Tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang) sebagai

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah selesainya skripsi ini tidak lepas dari banyak sekali bantuan berupa

dukungan dan motivasi serta bimbingan yang diberikan oleh berbagai pihak, baik

secara moril maupun meteril. Tanpa mengurangi sedikitpun rasa hormat, penulis

sampaikan rasa terima kasih yang besar-besarnya dengan tulus kepada:

1. Dr. Ali Munhanif, M.A (Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ).

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si (Selaku Ketua Program Studi Sosiologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta). Terimakasih sudah memberikan izin dan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si (selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan juga sebagai dosen pembimbing

skripsi penulis. Terimakasih banyak sudah membimbing saya dengan

meluangkan waktunya dan memberikan perhatian serta bimbingannya

dalam pengerjaan penulisan skripsi ini. Sehingga penulis bisa

mendapatkan arahan yang tepat untuk penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Sosiologi yang telah memberikan banyak pelajaran dan

pengalaman yang sangat berharga selama saya menimba ilmu semasa

kuliah.

Page 8: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

iii

5. Para informan Pekerja dan Pembeli Warung Tegal di Kawasan Kelurahan

Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, dengan baik hati yang

sudah mau meluangkan waktunya untuk diwawancara. Terimakasih atas

informasinya yang sangat berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Pemerintah Kelurahan Neroktog yang sudah memberikan izin penelitian,

sehingga penelitian bisa dilaksanakan dengan baik dan lancar.

7. Kedua orang tua saya yang bernama Bapak Tanuri dan Ibu Badriyah, yang

telah menemani saya selama ini dan terus memotivasi saya agar tidak

pantang meyerah untuk menyelesaikan skripsi dan juga tidak lupa untuk

kakak-kakak dan adik saya yang telah menemani proses penyusunan

skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman Sosiologi A angkatan tahun 2015: Anisa, Hilwa,

Rizka, Mita, Rara, Lintang, Amel, Amal, Tias, Farah, Keke, Sania dan

Zeniya yang sudah menemani proses perkuliahan dari semester awal

hingga proses penulisan skripsi dan teman-teman lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Terimakasih sudah berjuang bersama,

memberikan dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan hingga

akhir.

9. Seluruh teman-teman KKN KOLONI 65 2018 yaitu Ica, Ita, Falia, Monik,

Aida, Eli, Ela, Elmi, Anin, Fazrin, Rizky, Andre, Azzam, Oding, Tegar,

dan Zhaki. Terimakasih sudah memberikan kebersamaan selama KKN

meskipun hanya dalam waktu singkat.

10. Kakak-kakak dan adik-adik dari HMI KOMFISIP yang sudah memberikan

pengalaman berorganisasi yang sangat luar biasa.

11. Teman-teman kontrakan selama di Ciputat yaitu: Risye, Dhea, dan Fatiya.

Terimakasih sudah menjadi teman berbagi keluh kesah dan menemani

langkah saya semenjak awal proses perkuliahan.

Page 9: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

iv

12. Semua pihak yang telah membantu meyelesaikan proses penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 25 September 2019

Riska Andriani

Page 10: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

v

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..........................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...............................

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah .................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 9

E. Kerangka Teoritis ..................................................................... 18

F. Metodologi Penelitian .............................................................. 26

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 34

BAB II KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KELURAHAN

NEROKTOG

A. Gambaran Umum ..................................................................... 35

1. Kondisi Lingkungan ............................................................. 35

2. Kondisi Penduduk ................................................................ 37

3. Kondisi Pendidikan .............................................................. 38

Page 11: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

vi

4. Kegiatan Ekonomi ................................................................ 40

B. Latar Belakang Munculnya Warung Tegal .............................. 42

C. Deskripsi Profil Informan ......................................................... 46

BAB III EKSISTENSI WARUNG TEGAL DI KOTA TANGERANG

A. Warung Tegal Sebagai Pilihan Profesi ..................................... 56

1. Usaha Turun Temurun Dari Keluarga........................... 57

2. Rendahnya Pendidikan .................................................. 58

3. Lamanya Pengalaman Berjualan ................................... 59

4. Keterbatasan Keahlian................................................... 61

5. Pemenuhan Keburuhan Hidup ...................................... 60

B. Eksistensi Warteg Di Perkotaan ............................................... 63

1. Banyaknya Variasi Makanan ......................................... 62

2. Tempat Yang Mudah Dijangkau .................................... 64

3. Ramahnya Pelayanan ..................................................... 65

4. Tempat Yang Nyaman ................................................... 67

5. Harga Yang Terjangkau ................................................. 69

C. Faktor Pendukung Eksistensi Warteg Di Perkotaan ................. 71

1. Keterlibatan Anggota Keluarga...................................... 71

2. Kepercayaan Dengan Karyawan Warung Tegal Yang

Mempunyai Cabang ........................................................ 73

3. Kerjasama Dengan Sistem Aplusan ............................... 76

4. Perkumpulan Sesama Warung Tegal.............................. 77

5. Sistem Setoran Warung Tegal Yang Mempunyai 12

Cabang ............................................................................ 78

D. Analisis Teori Pilihan Rasional ................................................ 80

Page 12: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

vii

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 86

B. Saran ......................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... x

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Bukti Bimbingan.......................................................................

Lampiran 2 Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data

Skripsi .......................................................................................

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ...............................................................

Lampiran 4 Transkrip Wawancara ...............................................................

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ............................................................

Page 13: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

viii

DAFTAR GAMBAR

Bagan II.B.1 Peta Warung Tegal di Kelurahan Neroktog .............................. 46

Page 14: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Di Kota

Tangerang Menurut Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan Dan Lapangan Usaha Pekerjaan Utama

Tahun 2017 .......................................................................... 4

Tabel I.D.1 Tinjauan Pustaka .................................................................. 16

Tabel II.A.2.1 Kelompok Umur Di Kelurahan Neroktog Menurut Usia

Produktif 2017 ..................................................................... 37

Tabel II.A.3.1 Tamatan Tingkatan Pendidikan Penduduk di Kelurahan

Neroktog Tahun 2016 .......................................................... 38

Tabel II.A.4.1 Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Neroktog

Tahun 2016 .......................................................................... 40

Tabel II.A.4.2 Jumlah fasilitas perdagangan per kelurahan di

Kelurahan Neroktog Tahun 2017 ........................................ 41

Tabel II.C.1 Informan Pemilik dan Pekerja Warung Tegal ..................... 47

Tabel II.C.2 Informan Pembeli Warung Tegal ........................................ 54

Page 15: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang eksistensi

pedagang sektor informal di perkotaan dengan mengambil studi kasus

mengenai Warung Tegal yang berada di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

Pinang, Kota Tangerang. Dalam penelitian ini menjelaskan faktor-faktor

pendukung eksistensi usaha sektor informal mengenai Warung Tegal atau

biasa disingkat warteg. Teori yang digunakan adalah teori pilihan rasional,

dan juga dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk

menjelaskan secara deskriptif hasil penelitian yang telah dilakukan.

Kota menjadi daya tarik tersendiri untuk para pendatang. Seperti

kutipan berikut ini: “perkotaan adalah tempat yang menyediakan banyak

fasilitas yang sudah baik” (Nurhayati, 2015). Sehingga tidak heran jika

kota sebagai Central Business District (CBD), yang di dalamnya terdapat

pusat perumahan, perekonomian, dan pusat kegiatan lainnya. Selain itu

juga di kota mulai banyak berkembangnya bangunan gedung-gedung

industri seperti pabrik, hal itu tentunya tidak lain karena untuk menunjang

proses perekonomian dan perdagangan di kota.

Salah satu kota yang diminati oleh para pendatang adalah kota

Tangerang. Kota Tangerang saat ini terus mengalami perkembangan

Page 16: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

2

terlihat adanya perindustrian dan fasilitas yang terus menerus dibangun.

Hal itu tentunya membuat Kota Tangerang ini menjadi kota yang menjadi

sasaran dari para pendatang untuk menetap hidup dan mengadu nasib.

“Menurut Lerner, adanya urbanisasi merupakan wujud kota yang semakin

berkembang. Namun, pendatang yang pindah ke tempat yang baru,

biasanya akan menyebabkan masalah sosial” (Chen dan Evers dikutip

Nurhayati, 2015). Dengan para pendatang yang mengadu nasib ke kota,

maka akan menimbulkan permasalahan baru yang terjadi seiring dengan

bertambahnya penduduk. Salah satu masalah yang ditimbulkannya yaitu

ketatnya persaingan dalam mencari lapangan pekerjaan. Dalam BPS

ketenagakerjaan Kota Tangerang 2017, dikatakan bahwa Kota Tangerang

memiliki jumlah angkatan kerja sebesar 1.05 juta jiwa dan TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) di Kota Tangerang sebesar 7.16% dari jumlah

angkatan kerja yaitu 75.180 jiwa.

Dengan begitu, bagi para pendatang yang datang ke kota dan

belum mempunyai pekerjaan, biasanya mereka membuat usaha sendiri

dengan modal yang dipunyai meskipun hanya usaha bentuk kecil salah

satunya yaitu dengan berdagang. Berdagang merupakan bentuk dari usaha

sektor informal, seperti yang ada pada kutipan berikut ini: “usaha sektor

informal diantaranya pedagang kaki lima, pedagang keliling, pedagang

warung, tukang cukur, serta usaha rumah tangga seperti: pembuat tempe,

pembuat kue, barang-barang anyaman dan lain-lain” (Simanjuntak dikutip

Haris, 2011). Sektor informal merupakan usaha lain untuk para pendatang

Page 17: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

3

yang tidak mampu bersaing di sektor formal. Karena kurangnya

kemampuan atau skill yang dimiliki oleh para pendatang. Sehingga sektor

informal dipilih untuk membuka jalan bagi para pendatang yang belum

mempunyai pekerjaan agar bisa bertahan hidup di kota.

Sektor informal seperti perdagangan yang dilakukan oleh

masyarakat, rupanya masih menjadi daya tarik tersendiri. Terlihat dari

jumlah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Tangerang

2017, untuk posisi perdagangan cukup banyak di Kota Tangerang. Hal

tersebut diperoleh melalui faktor pendidikan dari yang terendah sampai

dengan yang tertinggi, begitu pula dengan faktor usia dari 15 tahun ke

atas. Tingginya minat masyarakat kota Tangerang memilih sektor informal

yaitu perdagangan sebagai lapangan usaha pekerjaan utama, sehingga

membuat sektor informal semakin eksis di perkotaan.

Berikut adalah tabel yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat

Statistik) mengenai tabel tentang penduduk yang berumur 15 tahun ke atas

di Kota Tangerang menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan

lapangan usaha pekerjaan utama tahun 2017:

Page 18: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

4

Tabel I.A.1

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Di Kota Tangerang Menurut

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Lapangan Usaha Pekerjaan

Utama Tahun 2017

Pendidikan

Tertinggi

yang

Ditamatkan

2017

Penduduk Berumur 15 tahun ke Atas di Kota Tangerang

Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Lapangan

Usaha Pekerjaan Utama

Pertani-

an Industri Perdagangan

Jasa-

jasa

Lain

nya Total

Tidak/

Belum

Tamat SD/

Sederajat

2.391 7.243 12.538 13.859 11.718 47.749

SD/

Sederajat 75.883 31.734 32.182 26.446 15.402 181.647

SLTP/

Sederajat 986 51.869 48.279 26.263 24.517 151.896

SLTA/

Sederajat 4.406 126.740 136.740 73.942 100.407 442.235

Universitas/

Sederajat 0 23.851 37.941 87.829 77.241 226.862

Total 83.648 241.437 267.680 228.

339 229.285

1.050.

389

Sumber: BPS Kota Tangerang, Sakernas – Agustus 2017 (diunduh pada tanggal

15 April 2019)

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa perdagangan menempati

posisi paling tertinggi diminati untuk dijadikan sebagai lapangan usaha

pekerjaan utama menurut faktor pendidikan mulai dari tidak tamat SD

sampai dengan Universitas sejumlah 267.680 jiwa. Disusul dengan

industri sebanyak 241.437 jiwa. Dengan data tersebut menunjukkan bahwa

perdagangan di Kota Tangerang masih menjadi lapangan usaha pekerjaan

Page 19: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

5

utama yang lebih dominan dibandingkan industri, pertanian, jasa-jasa dan

lainnya.

Penduduk di Kota Tangerang umumnya bekerja pada sektor

industri ataupun sektor formal, sedangkan tak sedikit pula penduduk yang

bekerja di sektor informal seperti berdagang. Dari sektor perdagangan

sendiri tentunya banyak menarik minat penduduk untuk bisa mengambil

keuntungan yang diharapkan bisa menopang kehidupannya. Salah satu

bentuk dari sektor informal yaitu Warung Tegal (warteg). Warung Tegal

atau yang biasa dikenal dengan singkatan warteg, merupakan warung yang

menjual berbagai macam menu makanan berat seperti nasi beserta lauk

pauknya. Seperti yang dikutip berikut ini “Warung Tegal menyediakan

lauk pauk yang bervariasi dan juga sayur yang sering masyarakat

konsumsi” (Liputan6.com, 4 Oktober 2018).

Menurut data yang diperoleh dari BPS Kota Tangerang di

Kecamatan Pinang terdapat 598 warung makan yang terdiri dari berbagai

macam warung makan. Kemudian dalam segi yang kecil yaitu di

Kelurahan Neroktog terdapat 59 warung makan atau restoran. Dengan

banyaknya warung nasi di Kota Tangerang, keberadaan warteg tentunya

semakin menambah peta persaingan usaha pedagang sektor informal.

Eksistensi warteg di Kota Tangerang merupakan tantangan tersendiri bagi

pedagangnya, karena memang banyak sekali warung makan di wilayah ini.

Selain itu warteg merupakan warung makan yang menyediakan menu

makanan tradisional, “makanan tradisional adalah makanan sederhana

Page 20: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

6

yang dimasak dan masih menjadi pilihan masyarakat, karena makanan

tradisional memiliki harga terjangkau dan cocok dengan selera

penikmatnya.” (Andayani, 2014:66).

Adanya hubungan yang saling membutuhkan antara sektor formal

dan sektor informal, mungkin karena di dalamnya terdapat keterikatan satu

sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Sektor informal diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan hidup para pekerja sektor formal. Para pekerja

sektor formal membutuhkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor

informal. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

“Di Indonesia untuk sektor formal dan informal mempunyai kaitan yang

tidak dapat dipisahkan. Dalam kesehariannya karyawan yang bekerja

pada sektor formal membutuhkan makanan yang diproduksi dari sektor

informal seperti warteg. Warteg sebagai “juru selamat” yang hadir

dengan makanan tradisional dengan harga murah menjadi pilihan

masyarakat untuk bisa menyisihkan uang karena terhindar dari membeli

makanan yang mahal” (Haryanto. 2011:235).

Aktivitas di kota yang padat seperti adanya perekonomian dan

perdagangan yang dijadikan sebagai arena pertukaran uang. Di samping

itu kota juga disebut sebagai pusat perindustrian, karena tidak sedikit

tenaga kerja yang dipekerjakan. Menurut Castells kota juga sebagai arena

konsumsi, karena banyaknya konsumen yang ada di kota. Berikut

kutipannya:

Menurut Castells, penduduk yang tinggal di kota memiliki sifat

konsumen. Dimana di kota para penduduk membutuhkan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut dibutuhkan

untuk bisa memulihkan kembali aktivitas pekerjaannya. Setelah

mengonsumsi mereka kembali beraktivitas, kemudian mengonsumsi lagi,

begitu seterusnya. (Sumantri. 2004:6.14)

Page 21: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

7

Kota sebagai tempat konsumsi, membuat banyak orang berlomba-

lomba untuk menjadi produsen. Hal tersebut dapat dilihat bahwa cukup

banyak penduduk di kota yang bekerja sebagai pedagang. Seiring dengan

berjalannya waktu, permintaan barang dan jasa yang meningkat maka

banyak pula pedagang yang bersaing memenuhi kebutuhan barang dan

jasa tersebut. Semakin banyak pedagang, tentunya persaingan juga

semakin ketat untuk bisa menarik para konsumen tersebut. Misalnya

dalam memenuhi kebutuhan pangan saja, pedagang harus bersaing dengan

pedagang lainnya dalam menawarkan dagangannya kepada para

konsumen. Pedagang yang tidak memiliki kreativitas ataupun yang lemah

dalam bersaing maka dipastikan usaha tersebut akan gulung tikar atau

“failed”. Dalam konteks warung nasi, banyaknya warung nasi sederhana

di zaman sekarang ini seperti warung nasi sunda, warung nasi padang,

warung tegal, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya membuat pedagang

Warung Tegal (warteg) harus bisa menjaga eksistensinya agar bisa

bersaing dengan warung nasi sederhana lainnya. Dengan begitu, pedagang

sektor informal Warung Tegal (warteg) membutuhkan strategi tersendiri

dalam menjaga eksistensi usahanya dan tentunya bisa bersaing dengan

usaha lainnya.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, maka penulis

tertarik ingin mengambil judul tentang “Eksistensi Pedagang Sektor

Informal Di Perkotaan. Studi Kasus Warung Tegal di Kelurahan

Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang”. Karena ingin melihat

Page 22: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

8

pedagang sektor informal menjaga eksistensi usahanya di perkotaan

khususnya mengenai usaha Warung Tegal dengan menggunakan teori

pilihan rasional (rational choice theory).

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana eksistensi pedagang sektor informal Warung Tegal di

Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang?

2. Apa saja faktor pendukung eksistensi pedagang sektor informal

Warung Tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menggambarkan eksistensi pedagang sektor informal

Warung Tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang,

Kota Tangerang

b. Untuk mendeksripsikan faktor pendukung eksistensi usaha

sektor informal Warung Tegal di Kelurahan Neroktog,

Kecamatan Pinang, Kota Tangerang

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Sebagai sumber informasi penulis tentunya untuk

mengetahui eksistensi pedagang sektor informal Warung

Page 23: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

9

Tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang, yang sebelumnya belum diketahui oleh peneliti

2) Diharapkan bisa menjadi bahan acuan sebagai sumber

informasi untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan

kasus tersebut

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai sumber informasi kepada mahasiswa/i untuk

mengetahui eksistensi pedagang sektor informal Warung

Tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang

2) Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang

eksistensi pedagang sektor informal Warung Tegal di

Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang

3) Diharapkan bisa menjadi sumber informasi dan masukan

kepada pemerintah agar lebih memperhatikan pedagang

sektor informal khususnya Warung Tegal.

D. Tinjauan Pustaka

Pertama, Lena Uli Sihaloho (2013) dengan judul Eksistensi Pasar

Malam (Studi Kasus Pasar Malam Bayang Ohana Di Kota Pekanbaru).

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu untuk bisa bertahan hidup pengelola

pasar malam mengatur beberapa strategi-strategi dalam menghadapi

gangguan yaitu strategi menarik pengunjung untuk tertarik bermain,

Page 24: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

10

kemudian apabila genset rusak, apabila pengunjung sepi, strategi apabila

ada gangguan cuaca, apabila ada kecelakaan dalam wahana, apabila

musim libur sekolah tiba, serta apabila ada pemindahan karena

pengunjung tidak ramai sehingga jika modal sudah balik, pengelola bisa

segera pindah ke tempat yang lain.

Kedua, Enni Lessetiawanti (2017) dengan judul Eksistensi

Pedagang Kaki Lima Ditempat Hiburan Malam Kawasan Bintan Plaza.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu modal sosial mengandung beberapa

aspek penting seperti (trust) kepercayaan, norma (norms) dan jaringan

(networks), hal itu digunakan untuk mengukur eksistensi mereka di tempat

hiburan malam kawasan Bintan Plaza. Di kawasan tersebut terlihat ada

nilai-nilai modal sosial yang terjalin antara pedagang kaki lima dengan

pembeli, pihak keamanan, pihak agen pemasok dan pihak hotel Bintan

Plaza, kemudian terdapat beberapa aturan yang bersifat informal yang

berlaku di dalam kelompok pedagang, walaupun tidak terdapat perjanjian

tertulis mereka tetap mematuhi aturan tersebut, kemudian dengan aturan

tersebut terdapat kemudahan akses dalam mendapat pasokan barang

dagang, kemudahan untuk melakukan kegiatan usaha serta terdapat rasa

kekeluargaan di kelompok yang mengikat para pedagang untuk tetap

bertahan berjualan di kawasan hiburan malam.

Ketiga, Gennya Prinita Sari dengan judul Eksistensi Pedagang

Kaki Lima Di Pasar Maling Wonokromo Surabaya. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Pedagang kaki lima yang berada di pasar maling

Page 25: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

11

wonokromo sudah bergabung ke dalam kelompok, dimana terdapat

paguyuban untuk menjalin silaturahmi diantara para pedagang. Pedagang

tersebut sudah berjualan di Pasar Maling lebih dari lima tahun. Para

pedagang kaki lima yang berjualan di Pasar Maling tidak memiliki strategi

yang khusus untuk bisa bertahan. Upaya mereka untuk dapat berjualan di

Pasar Maling Wonokromo yaitu dengan mematuhi aturan dari paguyuban

Pasar Maling. Dengan begitu Paguyuban mempunyai peran penting untuk

membantu pedagang kaki lima bisa bertahan dan tetap berjualan di Pasar

Maling Wonokromo.

Keempat, Indra Setia Bakti, dkk (2018) dengan judul eksistensi

dukun di tanah gayo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukun

masih mempunyai peran yang penting di kehidupan masyarakat Gayo.

Masyarakat Gayo memanfaatkan jasa dukun untuk keperluan politik,

sosial, ekonomi, budaya dan juga yang paling utama adalah masalah

kesehatan. Komunitas masyarakat Gayo masih memelihara budaya pergi

ke dukun. Adanya masyarakat Gayo yang beragama Islam tentunya tidak

bisa menentang praktek perdukunan tersebut, karena tidak adanya tindakan

secara kolektif untuk bisa menolak secara tegas praktek tersebut. Oleh

karena itu, praktek perdukunan masih melekat di masyarakat tanah Gayo.

Kelima, Trisni Andayani dan Irma Ries Verany (2015) dengan

judul Eksistensi Pedagang Rujak Simpang Jodoh di Pasar 7 Tembung,

Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Hasil penelitian yang diperoleh adalah

untuk memepertahankan keberadaannya mereka menggunakan alat seperti

Page 26: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

12

lampu senthir untuk penerangan di malam hari, lampu senthir merupakan

ciri khas dari pedagang rujak simpang jodoh. Kemudian faktor lain yang

membuat mereka tetap eksis yaitu adanya solidaritas yang dibangun antara

sesama pedagang rujak, kemudian juga pedagang rujak dengan pedagang

kaki lima dan pedagang rujak dengan masayarakt. Dengan solidaritas

tersebut akan ada interaksi yang dibangun yang dapat menguatkan

keberadaan mereka disana.

Keenam, Muhammad Ramadhana Alfaris (2018) dengan judul

Eksistensi Diri Waria Dalam Kehidupan Sosial Di Tengah Masyarakat

Kota (Fenomenologi Tentang Eksistensi Diri Waria Urbanisasi Di Kota

Malang). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu para waria melakukan

usaha untuk mengeksiskan dirinya dengan cara aktif dalam penggunaan

media sosial untuk menunjukkan karakter sosialnya tentunya dengan

harapan dapat diketahui oleh masyarakat banyak. Teknologi sangat

membantu mereka dalam menghasilkan penghasilan tambahan para waria

tidak segan untuk aktif dalam organisasi mereka dengan cara mendukung

kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh kelompok mereka. Para waria

mengetahui batas-batas yang ada di masyarakat sehingga mereka masih

dalam baik dari segi moral dan etika yang ditunjukkannya, walaupun

mungkin masih ada saja masyarakat yang belum bisa menerima

keberadaannya.

Ketujuh, Triana Sofiani (2010) dengan judul eksistensi perempuan

pekerja rumahan dalam konstelasi relasi gender. Hasil penelitian yang

Page 27: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

13

diperoleh adalah dalam relasi gender perempuan masih dikatakan warga

kelas dua, yang pertama adalah kaum laki-laki. Hal tersebut terjadi karena

kultur dan struktur yang ada pada realitas sosial masyarakat bersifat

patriarkhis. Ketika perempuan masuk ke dunia kerja, mereka terbagi di

sektor yang tidak menguntungkan dan memiliki upah yang rendah. Dalam

konteks negara, karena negara juga masih di dominasi kaum laki-laki, jadi

hukum juga tidak berpihak pada perempuan khususnya perempuan pekerja

rumahan. Hal tersebut masih terjadi di masyarakat, dimana institusi

pendukung maupun negara masih mengesampingkan perempuan pekerja

rumahan. Dengan begitu menjadi bukti bahwa eksistensi perempuan dalam

konstelasi relasi gender masih pada posisi awal yang menempati posisi

kedua.

Kedelapan, Zaenal Mustopa (2016) dengan judul Eksistensi

Mahasiswi Dalam Berorganisasi Di Lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian

yang diperoleh adalah eksistensi mahasiswi di organisasi masih penting

karena menyangkut peran mereka dalam organisasi tersebut, akan tetapi

dalam hal pembagian tugas rasanya para mahasiswa belum terlepas dari

adanya stereotype. Keinginan mahasiswi untuk berorganisasi adalah untuk

bisa mendapatkan pengalaman bergorganisasi yang mendukung kegiatan

di akademik maupun ketika berhubungan langsung dengan kehidupan

masyarakat nantinya. Mungkin akses mahasiswi untuk menduduki suatu

posisi sangat terbuka, namun apabila untuk menempati posisi sebagai

Page 28: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

14

ketua masih ada stereotype. Dimana ketua masih sangat identik dengan

sifat maskulinitas dari seorang laki-laki. Beberapa hambatan yang terjadi

ketika perempuan berorganisasi yaitu adanya mentruasi dan rentan

terjadinya konflik, namun hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan

meminum minuman penghilang nyeri dan juga untuk mencegah konflik

perlu adanya diskusi dengan sesama anggota organisasi.

Kesembilan, Maflahah dan Akhmad (2018) dengan judul Warung

Tegal: Relasi Kampung Menyangga Kota Jakarta (Studi Kasus Pada

Warung Tegal Di Jakarta Timur). Hasil penelitian yang diperoleh adalah

Relasi tersebut menunjukkan status sosial yang melekat pada para

pedagang bahwa ada sesuatu yang mengikat mereka antara ibukota dan

deaerah tempat asal mereka. Kedua hal tersebut saling terkait ditunjukkan

oleh para pedagang yang mendapat giliran setiap 4 bulan sekali pulang ke

kampungnya setelah berjualan, namun ketika sudah cukup di kampung

maka mereka akan kembali lagi ke Jakarta untuk berjualan. Perbedaan

status sosial mereka juga berbeda, ketika di kota mereka dianggap sebagai

orang kecil, maka ketika di desa mereka membawa kebanggaan tersendiri

terhadap pencapaian mereka selama hidup di kora dan dianggap kelas atas

oleh masyarakat desa.

Kesepuluh, Rinda Asytuti (2015). Dengan judul Pengusaha

Warung Tegal Di Jakarta (Pendekatan Modal Sosial). Hasil penelitian

yang telah diperoleh yaitu modal sosial yang ada pada pengusaha warung

tegal di Jakarta cukup baik. Adapun modal sosial terdiri dari tingkat

Page 29: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

15

kohesitas, kepercayaan, jaringan, dan juga norma. Dari keempat modal

sosial yang ada, yang paling berpengaruh dalam penguatan ekonomi

pengusaha warteg adalah tingkat kohesitas dan juga jaringan. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel modal

sosial terhadap penguatan ekonomi pengusaha Warung Tegal dengan besar

54,8 %.

Dari kesepuluh penelitian sebelumnya yang telah dilihat,

persamaannya adalah sebagian besar penelitian sebelumnya menggunakan

konsep eksistensi sebagai pokok pembahasan analisis dan juga setiap

penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Jika dilihat terdapat

perbedaan pada pendekatan dan metode yang digunakan. Konsep dan teori

yang digunakan tidak sama dari setiap penelitian.

Kemudian antara fokus dan kasus dari setiap penelitian yang

digunakan juga berbeda dan hasil temuan yang diperoleh tidak sama.

Dimana dalam penelitian sebelumnya sudah ada yang meneliti tentang

eksitensi sektor informal dengan kasus PKL (Pedagang Kaki Lima), pasar

malam dan penelitian WARTEG namun dengan teori yang berbeda.

Penelitian sebelumnya belum ada yang membahas fokus eksistensi sektor

informal yang meneliti tentang kasus Warung Tegal (WARTEG) dengan

teori pilihan rasional (Rational Choice).

Selanjutnya belum ada penelitian yang berbasis sosiologis untuk

melihat fenomena tentang eksistensi pedagang sektor informal Warung

Tegal (warteg) di perkotaan. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti

Page 30: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

16

dengan pokok pembahasan yang sama tetapi dalam fokus, kasus dan teori

yang berbeda. Sehingga dapat menambah literatur yang berbeda dalam

sudut pandang sosiologi ekonomi.

Tabel I.D.1

Tinjauan Pustaka

No Nama Judul Penelitian Konsep Metode

1 Lena Uli

Sihaloho

(2013)

Eksistensi Pasar

Malam (Studi Kasus

Pasar Malam

Bayang Ohana Di

Kota Pekanbaru)

Eksistensi, Pasar,

Organisasi

(Neuman)

Kualitatif

2 Enni

Lessetia-

wanti (2017)

Eksistensi Pedagang

Kaki Lima Ditempat

Hiburan Malam

Kawasan Bintan

Plaza

Eksistensi, Sektor

Informal, Pedagang

Kaki Lima, Modal

Sosial (Bordieu)

Kualitatif

3 Gennya

Prinita Sari

Eksistensi Pedagang

Kaki Lima Di Pasar

Maling Wonokromo

Surabaya

Eksistensi, sektor

informal, Survival

(James C. Scott)

Kualitatif

4 Indra Setia

Bakti, dkk.

(2018)

Eksistensi Dukun Di

Tanah Gayo

Eksistensi, Dukun,

Agama (P.L.

Berger)

Kualitatif

5 Trisni

Andayani

dan Irma

Ries Verany

(2015)

Eksistensi Pedagang

Rujak Simpang

Jodoh di Pasar 7

Tembung, Percut Sei

Tuan, Deli Serdang

Eksistensi,

Pedagang Rujak,

Interaksionisme-

Simbolik (Mead)

Kualitatif

6 Muhammad

Ramadhana

Alfaris

(2018)

Eksistensi Diri

Waria Dalam

Kehidupan Sosial Di

Tengah Masyarakat

Kota (Fenomenologi

Eksistensi, Konsep

Diri, Waria,

Gender (Giddens)

Kualitatif

Page 31: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

17

Tentang Eksistensi

Diri Waria

Urbanisasi Di Kota

Malang)

7 Triana

Sofiani

Eksistensi

Perempuan Pekerja

Rumahan Dalam

Konstelasi Relasi

Gender

Eksistensi,

Perempuan

Pekerja, Gender

(Randall Collins)

Kualitatif

8 Zaenal

Mustopa

(2016)

Eksistensi

Mahasiswi Dalam

Berorganisasi Di

Lingkungan Fakultas

Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

Universitas

Pendidikan

Indonesia

Eksistensi,

Mahasiswi,

Organisasi, Budaya

(Liliweri)

Kualitatif

9 Maflahah

dan Akhmad

(2018)

Warung Tegal:

Relasi Kampung

Menyangga Kota

Jakarta (Studi Kasus

Pada Warung Tegal

Di Jakarta Timur)

Relasi, Sektor

Informal, Modal

Sosial (Pierre

Bourdieu)

Kualitatif

10

Rinda

Asytuti

(2015)

Pengusaha Warung

Tegal Di Jakarta

(Pendekatan Modal

Sosial)

Modal

Sosial(Coleman)

Kuantitatif

Penelitian yang ingin dibahas selanjutnya mengenai: Eksistensi Pedagang

Sektor Informal di Perkotaan (Studi Kasus Warung Tegal Di Kelurahan Neroktog,

Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Dalam penelitian ini menggunakan konsep

eksistensi, sektor informal dan juga teori pilihan rasional serta digunakan

pendekatan kualitatif dalam menganalisis permasalahan tersebut.

E. Kerangka Teoritis

Page 32: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

18

1. Definisi Konseptual

Dalam menganalisis penelitian ini, digunakan beberapa konsep

yaitu eksistensi dan sektor informal, kemudian digunakan juga teori

pilihan rasional (rational choice theory) untuk membantu menganalisis

penelitian ini.

a. Eksistensi

“Eksistensi dianggap dengan sikap keberanian dalam

mengambil keputusan yang bisa menentukan hidup seseorang. Jika

tidak bisa mengambil keputusan secara benar dan tidak berani

berbuat, maka tidak bisa bereksistensi dalam arti yang

seseungguhnya” (Setiawan, 2016:231). Sedangkan eksistensi

dalam pengertian lain yaitu bersifat dinamis, yang artinya

kemampuan untuk bisa melampaui batas keberadaannya (Zaenal,

2017 dikutip Sihaloho, tanpa tahun: 3-4).

Jadi, eksistensi adalah upaya seseorang atau kelompok

dalam menjaga keberadaanya agar tidak hilang di masyarakat.

Terutama kemampuan untuk melampaui keberadaanya di

lingkungan sekitarnya. Eksistensi ini berkaitan dengan pilihan-

pilihan yang dianggap rasional untuk menjaga keberadaannya dan

diharapkan bisa lebih berkembang lagi. Upaya tersebut yang ingin

dilihat dalam eksistensi pedagang sektor informal khususnya

Warung Tegal (warteg), menjaga eksistensinya di tengah

Page 33: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

19

persaingan dengan pedagang warung nasi lainnya seperti warung

nasi sunda, dan sebagainya.

b. Sektor Informal

Menurut Djojohadikusumo dikutip Haris (2011: 240),

sektor informal ditandai oleh usaha bentuk kecil dalam jumlah

banyak dan biasanya dimiliki oleh keluarga dengan menggunakan

cara produksi yang sederhana. Tenaga kerja di sektor informal

biasanya memiliki pendidikan dan kemampuan yang terbatas.

Sedangkan menurut Koyano dikutip Yusuf (2006) orang-orang

yang memilih sektor informal mendapat kesempatan memperoleh

pekerjaan, karena biasanya berdasarkan pada hubungan sosial di

antara migran.

Sektor informal adalah berbagai usaha dalam bentuk kecil

yang dibangun untuk bisa memberikan peluang pekerjaan kepada

masyarakat yang tidak bisa mencapai pekerjaan di sektor formal.

Usaha-usaha kecil ini bisa dijadikan sebagai pendamping pekerjaan

sektor formal, kedua sektor ini saling berhubungan misalnya ketika

ada karyawan pekerja sektor formal yang ingin makan dengan

harga yang terjangkau tanpa harus pergi ke restaurant yang

harganya mahal, mereka biasanya mencari alternatif lain untuk

menghemat pengeluaran seperti makan di warteg dan sebagainya.

Oleh karena itu sektor informal masih dibutuhkan untuk

melengkapi sektor formal.

Page 34: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

20

c. Teori Pilihan Rasional

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori pilihan

rasional atau rational choice theory untuk menganalisis data

dengan fokus perhatiannya tertuju pada apa yang menyebabkan

sektor informal khususnya Warung Tegal (warteg) tetap eksis di

perkotaan dan juga apa saja faktor pendukung eksistensi dari

keberlangsungan Warung Tegal (warteg) di perkotaan. “Dalam

teori pilihan rasional, individu dilihat sebagai sangat rasional,

mampu melakukan yang terbaik untuk memuaskan keinginannya”

(Haryanto, 2011: 108).:

Dalam konteks ini pilihan rasional tidak muncul tiba-tiba

melainkan berdasarkan nilai-nilai yang dijadikan bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keinginan dari

individu untuk menerapkan pilihan rasional tentunya bertujuan

untuk memperoleh hasil yang terbaik dan menguntungkan bagi

individu tersebut. “Orang yang melakukan sesuatu secara rasional,

mereka memiliki kerangka pilihan dan mengambil keputusan

sesuai dengan kerangka pilihannya tersebut.” (Haryanto, 2016:

202). Maka dari itu pilihan-pilihan yang sengaja diambil sebagai

sebuah keputusan harus memenuhi nilai yang sesuai dengan

keinginan mereka. Sehingga dari keputusan tersebut akan

menghasilkan suatu tindakan yang rasional.

Page 35: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

21

Menurut Coleman teori pilihan rasional sebagai landasan

tingkat mikro untuk menjelaskan peristiwa di tingkat makro (Ritzer

dan Douglass, 2007:364). Dalam hal ini menurutnya fenomena

makro harus dijelaskan oleh faktor internal, karena itu fenomena

mikro yaitu faktor individual hadir untuk menjelaskan teori pilihan

rasional ini melalui individu sampai dengan cakupan yang lebih

besar lagi.

Pilihan rasional adalah tindakan seseorang yang tertuju

kepada suatu tujuan dan tujuannya termasuk tindakan seseorang

yang ditentukan oleh pilihan atau nilai yang penting (Coleman

dikutip Ritzer dan Douglass, 2007:364). Dari penjelasan tersebut

faktor individual seperti aktor atau tindakan individu dibahas

dalam teori pilihan rasional. Coleman mengatakan bahwa aktor

rasional ini pada mulanya berasal dari ilmu ekonomi, dengan

melihat aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan

kegunaan dan keinginan mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa

tindakan individu sangat penting dalam menentukan suatu pilihan

untuk menjadikannya sebagai bahan pertimbangan membuat

keputusan yang dapat memaksimalkan keuntungan mereka.

Kemudian Coleman menjelaskan bahwa ada 2 unsur utama

dalam teori pilihan rasional yaitu aktor dan sumber daya (Ritzer

dan Douglass, 2007:364). Dimana menurutnya aktor dan sumber

daya ini saling bergantung. Aktor sebagai orang yang menentukan

Page 36: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

22

pertimbangan dalam setiap situasi untuk menciptakan keuntungan.

dari pertimbangan tersebut aktor dapat berperan mengendalikan

sumber daya, agar keduanya saling terlibat dalam sebuah tindakan

dan saling membutuhkan yang bertujuan untuk memaksimalkan

kepentingannya masing-masing.

Dalam pilihan rasional ada beberapa hal yang harus diperhatikan

diantaranya:

1. Perilaku kolektif merupakan suatu fenomena makro yang di

dalamnya menyangkut perilaku. Seperti pemindahan kontrol

atas tindakan seseorang kepada orang lain. Dalam hal ini upaya

tersebut dilakukan agar bisa memaksimalkan kepentingan

mereka.

2. Norma yaitu pada mulanya muncul dan dipertahankan oleh

beberapa orang. Dimana dari norma tersebut akan

menghasilkan keuntungan jika aktor dapat mengikuti norma

tersebut dengan baik, dan akan menimbulkan kerugian jika

aktor melakukan pelanggaran terhadap norma tersebut.

Coleman meringkas pendapatnya mengenai norma sebagai

berikut: “.....melepaskan sebagian hak untuk mengendalikan

tindakan diri sendiri dan menerima sebagian hak untuk

mengendalikan tindakan orang lain dan itulah akan

memunculkan norma” (Coleman dalam Ritzer dan Douglas,

Page 37: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

23

2007:397). Dalam hal ini melihat aktor sebagai upaya untuk

memaksimalkan kegunaan mereka sebagian dengan

menggerakkan hak untuk mengendalikan diri mereka sendiri

dan memperoleh sebagian hak utnuk mengendalikan aktor lain.

3. Aktor Korporat merupakan aktor kolektif. Coleman

menegaskan bahwa dalam suatu kolektivitas, aktor indivdual

boleh bertindak menurut tujuan mereka pribadi yang bisa saja

berbeda dari kepentingan kolektif, tetapi disisi lain aktor

individual harus bertindak menurut kepentingan kolektivitas.

Kemudian ia menyatakan bahwa baik aktor kolektif maupun

individual keduanya mempunyai tujuan.

Di samping itu, dalam kehidupan modern aktor kolektif

memegang peranan yang penting. Aktor kolektif dapat bertindak

menciptakan keuntungan atau kerugian individu. Menurut

Coleman, perubahan sosial terpenting adalah dengan munculnya

aktor korporat sebagai pelengkap aktor individual. Dimana

keduanya dianggap sebagai aktor yang mempunyai pengendalian

atas sumber daya dan peristiwa, dan mempunyai kemampuan

mengambil tindakan untuk mencapai kepentingan mereka melalui

pengendalian itu.

Jadi dalam pilihan rasional, individu sudah memikirkan

bagaimana dampak yang akan terjadi setelah membuat keputusan.

Page 38: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

24

Sebagaimana dalam “Teori pilihan rasional menyatakan bahwa

perilaku sosial dapat dijelaskan dalam istilah perhitungan rasional

yang dilakukan individu dalam berbagai pilihan yang tersedia bagi

mereka”. (Haryanto, 2016: 203)

Menurut Habermas, sebagaimana dikutip Haryanto. (2016:

201), teori pilihan rasional secara tegas memformulasikan asumsi-

asumsi seperti agen (pelaku) yang dipandang memiliki sebuah

aturan dan konsisten dengan seperangkat preferensinya dan

memilih cara atau strategi yang dapat memaksimalkan manfaat

baginya.

“Coleman dalam teorinya, berfokus pada struktur tindakan dan

kewenangan, kepercayaan, perilaku kolektif dan norma-norma.

Kemudian kewenangan digunakan untuk mengontrol individu

lain. Pemberian hak kontrol kepada orang lain atau pelaku

kolektif menurutnya adalah tindakan rasional. Pengalihan hak

tersebut diatur untuk menguntungkan individu tersebut daripada

mereka memegang haknya sendiri”. (Coleman, 1990 dikutip

Hariyanto, 2016: 203)

Biasanya orang yang rasional, sudah mempertimbangkan

bagaimana cara atau strategi yang dapat membuat dia merasa

diuntungkan khususnya dalam segi biaya, kemudian dalam segi

kepercayaan. Karena biasanya pemilik usaha tidak setiap hari

melakukan pengontrolan terhadap usahanya secara langsung, maka

dari itu biasanya ia membutuhkan seseorang yang dapat dipercaya

untuk melakukan pengontrolan atas usaha tersebut. “usaha yang

rasional yang dilakukan oleh para pengusaha berupa tindakan

Page 39: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

25

ekonomi untuk mendapatkan keuntungan, seperti menyerahkan

pekerjaan kepada pihak lain, mengerjakan produksi yang sedang

laku dan mempermainkan harga” (Damsar, 2009: 247).

Teori pilihan rasional dipilih dalam penelitian ini,

digunakan untuk bisa menjawab rumusan masalah dan juga untuk

membantu menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian ini. Kemudian teori pilihan rasional dianggap tepat

untuk melihat 1) cara pedagang sektor informal khususnya

pedagang Warung Tegal (warteg) dalam menjaga eksistensinya

melalui pilihan rasional 2) faktor-faktor pendukung eksistensi

pedagang sektor informal di perkotaan khususnya Warung Tegal

(warteg). Hubungan antara teori pilihan rasional dengan eksistensi

adalah cara seseorang atau sekelompok orang untuk menjaga

keberadaaanya melalui pilihan-pilihan rasional sebagai keputusan

yang diambilnya.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk

menggali data dan memberikan pemahaman informasi secara

Page 40: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

26

mendalam menggunakan instrumen wawancara dan observasi dengan

fokus penelitian yaitu eksistensi pedagang sektor informal (studi kasus

Warung Tegal di Kelurahan Neroktog, Kota Tangerang). Kemudian

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam

pemilihan informan, purposive sampling dipakai karena peneliti

memilih informan dengan maksud dan tujuan tertentu berdasarkan data

yang ingin dicari.

2. Sumber Data

Menurut Moleong, (2017: 157-159) sumber data dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Data Primer atau data utama yaitu sumber yang berupa kata-

kata atau tindakan orang-orang yang diwawancarai, dapat juga

data yang dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video/ audio tapes, pengambilan foto atau film.

b. Data Sekunder yaitu bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis yang dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,

sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Warung Tegal (WARTEG)

wilayah Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Page 41: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

27

penelitian ini dilakukan selama beberapa bulan mulai dari bulan Maret

sampai dengan bulan Agustus 2019.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

“Observasi merupakan suatu tehnik pengumpulan data

yang melalui penelitian dan pencatatan dengan sistematis”

(Arikunto dikutip Gunawan, 2013: 143). Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan pengumpulan data salah satunya melalui

observasi dengan menyatakan terus terang kepada subjek

penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai peneliti

sedang melakukan penelitian (Ghony dan Almanshur, 2016:

166-174). Setelah berterus terang dengan maksud dan tujuan

selanjutnya dilakukan observasi langsung yaitu mengumpulkan

data melalui pengamatan langsung pada tempat dimana suatu

peristiwa atau kejadian sedang terjadi (Nawawi, 2012: 101).

Pada observasi yang dilakukan ini, peneliti mengamati individu

yang menjadi informan dengan maksud melihat interaksi antara

informan satu dengan lainnya dan juga karakteristik Warung

Tegal, dan faktor keberlangsungan Warung Tegal lainnya.

Jadi dalam penelitian ini menggunakan observasi terus

terang dan observasi langsung, dimana peneliti sebelum

memberikan pertanyaan wawancara terlebih dahulu

Page 42: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

28

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dari adanya

wawancara tersebut dan terlibat dalam pengamatan langsung.

Supaya penelitian yang dilakukan bisa berjalan lancar dan bisa

mendapatkan data sesuai dengan yang diharapkan.

b. Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai

instrumen penelitian. Wawancara sangat dibutuhkan untuk

memperoleh data-data melalui pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan langsung kepada informan yang dituju. Maykut dan

Morehouse mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,

wawancara merupakan faktor penting untuk mendapatkan

informasi mengenai suatu fenomena tertentu untuk membantu

peneliti menyelesaikan penelitiannya (dikutip Gony dan

Almanshur, 2016: 176).

1) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang

dilakukan dengan merumuskan sendiri masalah dan

pertanyaan yang diajukan kepada informan (Moleong,

2017: 190). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

wawancara terstruktur untuk menggali informasi dari

informan. Seperti dengan merumuskan terlebih dahulu

pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

informan sebelum melakukan wawancara. Hal tersebut

Page 43: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

29

dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat wawancara

sedang berlangsung, sehingga tidak “out of topic” atau

keluar dari topik yang ingin diteliti.

2) Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur hampir sama dengan

percakapan informal. Bersifat luwes karena susunan

pertanyaannya dapat diubah pada saat wawancara,

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara,

termasuk karakteristik sosial-budaya informan yang

dihadapi (Ghony dan Almanshur, 2016: 177).

c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data yang dilakukan pada saat

penelitian menjadi sangat penting dalam mendukung keaslian

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen adalah

catatan kejadian yang sudah terjadi dalam bentuk tulisan,

gambar, atau karya dari seseorang (Sugiyono dikutip Gunawan

2013: 176). Dari data-data yang telah dikumpulkan tersebut

maka akan mempermudah proses analisis data.

d. Studi Pustaka

Untuk memahami penelitian secara lebih jelas dan

ilmiah, peneliti tentunya membutuhkan bahan-bahan materi

yang didapatkan melalui buku-buku, jurnal, dan referensi

lainnya yang disebut dengan studi pustaka. Menurut J.

Page 44: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

30

Supranto dikutip Rosadi Ruslan (2003: 31), Studi pustaka

merupakan mencari informasi data melalui buku, jurnal ilmiah

dan juga data publikasi dari perpustakaan. Kegunaan dari

adanya studi pustaka ini adalah untuk membantu peneliti

menemukan penelitian terdahulu dan juga teori yang digunakan

dalam penelitian ini. Sehingga pemikiran yang ada sangat

beragam dengan adanya referensi tersebut.

5. Hambatan Penelitian

Dalam proses penelitian terdapat sedikit hambatan yang

terjadi. Beberapa informan awalnya bersifat tidak terbuka untuk

diwawancara, hal itu dikarenakan beberapa dari mereka secara tidak

langsung menolak untuk diwawancara. Hambatan tersebut kemudian

dapat diatasi dengan cara peneliti lebih bersikap ramah terhadap

informan pada saat wawancara berlangsung.

6. Proses Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang harus

dilalui sehingga pada akhirnya dapat menemukan jawaban pertanyaan

penelitian itu sendiri. Pertama, peneliti mencoba menggali sedikit

informasi awal mengenai WARTEG dengan mewawancarai informan.

Kemudian, setelah mendapat beberapa informasi awal, selanjutnya

peneliti menghitung sendiri WARTEG yang ada di Kelurahan

Page 45: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

31

Neroktog yang masih bisa dijangkau oleh peneliti. Sehingga peneliti

memperoleh 6 warteg yang letaknya sangat strategis dan berada di

sekitar jalan raya utama yang menghubungkan antara jalan raya

Cipondoh dengan Ciledug yaitu Warteg Hijrah Bahari, Warteg Pesona

Bahari, Warteg Barokah, Warteg Karomah, Warteg Bahagia, dan

Warteg XII.

Setelah itu, peneliti melakukan wawancara terhadap informan yang

bersedia untuk di wawancara. Tahap wawancara dilakukan di sekitar

Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Tahapan

terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data

yang telah didapatkan dari hasil observasi dan wawancara serta studi

pustaka. Kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis data.

7. Strategi Pemilihan Informan

Adapun penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling, penjelasannya sebagai berikut:

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana siapa

yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada

pertimbangan pengumpul data yang menurutnya sesuai dengan maksud

dan tujuan penelitian. (Soehartono: 2015: 63)

Dengan begitu, strategi penentuan informan dalam penelitian

ini menggunakan Purposive Sampling dengan informan sebagai

berikut:

Page 46: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

32

a. 8 orang pemilik atau pedagang Warung Tegal (warteg), yang

memiliki warung milik pribadi/sewa tempat di sekitar

kelurahan Neroktog, Kota Tangerang

b. 3 orang Pembeli Warung Tegal (warteg)

8. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif merupakan analisis yang dilakukan

dengan jalan mengumpulkan data, mengkategorikan data, memilahnya

sehingga bisa dikelola dengan baik, kemudian menemukan hal yang

dianggap penting untuk dikelola dan mengambil kesimpulan yang bisa

diberitahukan kepada orang lain. (Bogdan dan Biklen dikutip

Moleong, 2017:248)

Hal yang menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian yaitu

teknik analisis data. Miles dan Huberman mengatakan bahwa kegiatan

analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun

menurut Usman dan Purnomo, (2014: 85-87) reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan sebagai berikut:

a) Reduksi data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang tajam dengan

menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak

perlu serta memilah data sedemikian rupa dimana data akhir yang

terkumpul bisa diverifikasi.

Page 47: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

33

b) Penyajian Data

Penyajian data merupakan penggambaran informasi yang

terkumpul dan disusun untuk memungkinkan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif

disajikan dalam bentuk teks yang menjelaskan data. Penyajian juga

dapat berbentuk tabel, grafik dan bagan.

c) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir

dalam penelitian kualitatif. Verifikasi dan kesimpulan harus

dilakukan secara baik dari segi makna maupun kebenaran

kesimpulan yang telah sesuai dengan data. Makna yang

dirumuskan peneliti harus diuji kebenarannya dan kecocokannya

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari (empat) 4 BAB, di dalam setiap BAB

terdapat Sub-Bab. Dimana masing-masing Sub-Bab saling terkait untuk

menjelaskan secara rinci hasil penelitian yang telah dilakukan.

Bab I Pendahuluan, membahas yang berkaitan dengan pernyataan

masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,

kemudian terdapat tinjauan pustaka kerangka teoritis, metode penelitian

dan terakhir sistematika penulisan.

Page 48: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

34

Bab II Kondisi Sosial Masyarakat di Kelurahan Neroktog, dalam

bab ini mnggambarkan kehidupan masyarakat yang berada di Kelurahan

Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang yang terdiri dari gambaran

umum dimana di dalamnya terdapat kondisi lingkungan, penduduk,

pendidikan dan kegiatan ekonomi. Kemudian tidak hanya itu, di dalam bab

ini dijelaskan latar belakang dan karakteristik Warung Tegal serta

mendeskripsikan profil dari masing-masing informan.

Bab III Eksistensi Warung Tegal di Kota Tangerang, bab ini

membahas mengenai hasil penelitian beserta analisisnya. Mulai dari

Warung Tegal yang dijadikan sebagai pilihan profesi, kemudian eksistensi

warteg di perkotaan dan faktor pendukung eksistensi Warung Tegal.

Bab IV Penutup, bab terakhir merupakan bab yang membahas

tentang kesimpulan dari hasil yang telah di dapatkan dalam penelitian ini.

Page 49: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

35

BAB II

KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KELURAHAN NEROKTOG

A. Gambaran Umum

Pemerintah Kelurahan Neroktog merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Kelurahan Neroktog mempunyai

luas wilayah 1.9 KM² (BPS Kota Tangerang 2017). Kelurahan Neroktog

ini cukup strategis karena dilalui jalan raya yang menghubungkan antara

Cipondoh dengan Ciledug. Kemudian juga sebagai jalan penghubung

menuju jalan tol yang terdapat di Kelurahan Gondrong, sehingga tidak

heran banyak kendaraan yang melintasi wilayah ini. Aktivitas

perekonomian di Kelurahan Neroktog juga cukup ramai, terlihat dari

banyaknya pertokoan, restoran dan warung yang sudah semakin bertambah

(Observasi, 8 April 2019)

1. Kondisi Lingkungan

Kelurahan Neroktog terletak dalam wilayah pembangunan. Mulai

dari pembangunan infrastruktur seperti perumahan, perbaikan jalan,

pertokoan dan tidak sedikit pula warung makan yang berada di daerah

ini (Observasi, 8 April 2019). Dengan perkembangannya tersebut,

Kelurahan Neroktog tentunya memiliki komposisi penduduk yang

Page 50: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

36

heterogen. Dalam buku Kecamatan Pinang Dalam Angka yang dirilis

oleh BPS Kota Tangerang tahun 2018, menyatakan sebagai berikut:

a. Luas Wilayah Kelurahan Neroktog

Luas wilayah Kelurahan Neroktog dalam BPS 2017 adalah 1,9

KM², dengan persentase terhadap luas kecamatan Pinang sebesar 9,27%

dari 100%. Kelurahan Neroktog menempati posisi ke-6 dalam besar

luas kecamatan yang ada dari 11 Kelurahan di Kecamatan Pinang.

b. Batas Administrasi Wilayah Kelurahan Neroktog:

1) Utara : Kecamatan Cipondoh

2) Selatan : Kelurahan Pinang

3) Timur : Kecamatan Karang Tengah

4) Barat : Kelurahan Kunciran Jaya

Kelurahan Neroktog merupakan salah satu kelurahan yang

berada di wilayah Kecamatan Pinang dan terhubung dengan jalan

raya yang dilewati banyak orang setiap harinya. Kelurahan

Neroktog sendiri sudah didukung oleh berbagai sarana dan

prasarana yang dapat memudahkan penduduknya dalam

bermobilisasi dan juga melakukan kegiatan lainnya. Sarana dan

prasarana yang dibangun seperti pembangunan jalan, gedung

perkantoran, perumahan, sekolah, pasar, toko-toko, dan warung

Page 51: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

37

lainnya merupakan fasilitas untuk mendukung perkembangan

kemajuan suatu kota. Terutama untuk warung makan sendiri yang

berada di wilayah Kecamatan Pinang saja berjumlah sebesar 595

warung makan (https://tangerangkota.bps.go.id/). Adapun untuk

jumlah warung makan nasi Tegal yang beradadi Kelurahan

Neroktog berjumlah lebih dari 6 warung makan, hal tersebut dilihat

dari banyaknya warung makan nasi Tegal di sekitar pinggir jalan

raya.

2. Kondisi Penduduk

Pada tahun 2017 jumlah penduduk di Kelurahan Neroktog

sebanyak 20.361 jiwa. Dengan jumlah laki-laki sebesar 10.494 jiwa

dan jumlah perempuan sebesar 9.867 jiwa. Berikut adalah tabel yang

menunjukkan usia produktif di Kelurahan Neroktog:

Tabel II.A.2.1

Kelompok Umur Di Kelurahan Neroktog Menurut Usia Produktif 2017

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan

0-14 2.750 2.621

15-64 7.552 6.988

65+ 192 258

Jumlah 10.494 9.867

Sumber: BPS Kota Tangerang, Sakernas – Agustus 2017 (diunduh pada tanggal

15 April 2019)

Page 52: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

38

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk produktif

yaitu pada rentang usia 15-64 tahun terdapat laki-laki sebanyak 7.552

jiwa dan perempuan sebanyak 6.988 jiwa dijumlahkan menjadi 14.540

Jiwa pada tahun 2017, dari total keseluruhan penduduk di Kelurahan

Neroktog sebanyak 20.361 Jiwa.

3. Kondisi Pendidikan

Berikut adalah tabel yang menunjukkan tamatan pendidikan

penduduk di wilayah Kelurahan Neroktog:

Tabel II.A.3.1

Tamatan Tingkatan Pendidikan Penduduk di Kelurahan Neroktog

Tahun 2016

Tingkatan Pendidikan Laki-Laki Perempuan

Tamat SD/ Sederajat 1725 1658

Tamat SMP/ Sederajat 854 823

Tamat SMA/ Sederajat 326 215

Tamat D-1/ Sederajat 8 15

Tamat D-2/ Sederajat 3 7

Tamat D-3/ Sederajat 4 9

Page 53: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

39

Tamat S-1/ Sederajat 1124 854

Tamat S-2/ Sederajat 28 14

Total 4072 3595

Sumber: Data Monografi Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang. Diambil tanggal 8 Mei 2019.

Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa tamatan pendidikan

penduduk di Kelurahan Neroktog masih cukup baik. Dilihat dari sudah

mulai banyaknya lulusan S-1 disusul tamatan SMA, tapi tidak dapat

dipungkiri bahwa masih banyaknya penduduk di wilayah Kelurahan

Neroktog yang memiliki tamatan SD atau sederajat. Untuk penduduk yang

memiliki tamatan pendidikan SD sudah pasti mereka tidak bisa menempati

pekerjaan di sektor formal. Oleh karena itu sektor informal menjadi pilihan

bagi mereka yang memiliki pendidikan minim. Hal tersebut terlihat dari

pekerjaan penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Neroktog,

kebanyakan dari mereka bekerja di sektor informal salah satunya yaitu

berdagang.

Page 54: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

40

4. Kegiatan Ekonomi

Kelurahan Neroktog memiliki penduduk yang bermata pencaharian

heterogen seperti yang dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel II.A.4.1

Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Neroktog Tahun 2016

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan

1. Pegawai Negeri Sipil 782 870

2. TNI 9 1

3. POLRI 26 3

4. Wiraswasta 1856 0

5. Tidak Mempunyai

Pekerjaan Tetap

125 79

6. Belum bekerja 225 284

7. Ibu rumah tangga 0 2856

8. Buruh harian lepas 425 0

9. Anggota legislatif 2 0

10. Jumlah total penduduk 7.543

Sumber: Data Monografi Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang.Diambil tanggal 8 Mei 2019.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa posisi ibu rumah tangga yang

ditempati oleh perempuan cukup tinggi sebanyak 2.856 jiwa, kemudian

disusul oleh pekerjaan wiraswasta yang ditempati oleh laki-laki sebanyak

1.856 jiwa dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) menempati posisi ketiga

sebanyak 1.652 jiwa. Di Tabel terlihat ibu rumah tangga cukup banyak di

Page 55: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

41

Kelurahan Neroktog, sebagian dari mereka memilih untuk menjadi ibu

rumah tangga karena memiliki pendidikan yang minim untuk bekerja di

luar rumah dan kemungkinan lainnya adalah beberapa dari mereka berpikir

bisa mempunyai lebih banyak waktu di rumah untuk mengurusi

keluarganya.

Tabel Tabel II.A.4.2

Jumlah fasilitas perdagangan per kelurahan di Kelurahan Neroktog Tahun

2017

Fasilitas Perdagangan Jumlah

Toko/Warung 127

Toserba/Swalayan 3

Restoran/Rumah Makan 59

Kios Voucher 10

Bengkel Motor/ Mobil 11

Pom Bensin 1

Sumber : BPS Kota Tangerang 2017. Diakses tanggal 28 April 2019.

Di posisi pertama terdapat 127 toko atau warung dan di posisi

kedua terdapat 59 rumah makan hal tersebut menunjukkan bahwa fasilitas

perdagangan di wilayah ini cukup baik. Penduduk di Kelurahan Neroktog

masih banyak yang berpendidikan minim, sehingga tidak heran bahwa

mereka mengandalkan sektor informal sebagai sumber mata pencaharian.

Dari sektor restoran/rumah makan masih menjadi salah satu yang paling

Page 56: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

42

diminati untuk dijadikan usaha, terlihat dari masih eksisnya sektor tersebut

di tengah persaingan perdagangan lainnya.

Keterkaitan dari 2 tabel sebelumnya yang berada pada sub bab

kegiatan ekonomi masyarakat di Kelurahan Neroktog adalah bahwa di

Kelurahan Neroktog masih banyak penduduk yang memiliki pendidikan

yang minim sehingga tidak heran bahwa sektor informal masih menjadi

sasaran utama penduduk yang ingin mendapat penghasilan terlihat dari

banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai wiraswasta,

kemudian di Kelurahan Neroktog juga terdapat sektor informal dalam

bentuk rumah makan yang berjumlah 59, termasuk di dalamnya adalah 6

buah Warung Tegal. Hal itu tentunya berkaitan dengan posisi Warung

Tegal di Kelurahan Neroktog, yang mungkin masih terjaga keberadaannya

hingga sekarang.

B. Latar Belakang Munculnya Warung Tegal

Pengusaha Warung Tegal yang sekarang ada saat ini merupakan

para pendatang yang berasal dari beberapa desa di Tegal. “pada awalnya

warung tegal didirikan oleh warga yang berasal dari Desa Sidapurna,

Sidakaton dan Krandon, Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, yang

kemudian kepemilikan warteg mulai berkembang keseluruh daerah di kota

dan kabupaten Tegal” (Asytuti, 2015: 14). Bahkan sekarang kepemilikan

Warung Tegal bukan hanya dikelola oleh warga yang berasal dari Kota

Tegal saja melainkan juga ada yang berasal dari luar Kota Tegal.

Page 57: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

43

Berkembangnya warteg tersebut salah satunya adalah karena faktor

ekonomi untuk memiliki penghasilan yang dirasa bisa memenuhi

kebutuhan hidup mereka. Sehingga mereka yang ingin mencari

penghidupan yang lebih baik pergi dari desa, salah satu tujuannya yaitu

datang ke kota.

Kota masih menjadi tempat yang diminati oleh mereka yang ingin

memperbaiki kualitas hidupnya seperti yang dilakukan oleh para

pendatang yang berasal dari Kota Tegal, Jawa Tengah. Mereka mengadu

nasib ke kota dengan tujuan bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik

dan bisa memperbaiki perekonomian keluarga di desa. Mereka datang ke

kota untuk membuka usaha Warung Tegal (WARTEG) dengan harapan

bahwa di kota mereka akan sukses. “mereka menaruh harapan besar bagi

warteg yang mereka kelola, harapan mereka untuk bisa hidup yang lebih

baik lagi dari sebelumnya” (Maflahah dan Akhmad, 2018: 164). Kemudian

orang Tegal yang membuka Warung Tegal, mereka tidak hanya

menghidupi keluarganya sendiri melainkan bisa juga mempekerjakan

orang lain untuk bisa membantu pekerjaannya. Seperti kutipan berikut ini:

“Warteg menurut mereka adalah bentuk dari rasa mandiri. Dimana mereka

membuka usahanya sendiri dan tidak mau bergantung dengan orang lain.

bukan hanya itu mereka juga bisa mempekerjakan orang lain di

warungnya”. (Maflahah dan Akhmad, 2018: 163)

Warung Tegal dimiliki bukan hanya dari perorangan saja

melainkan ada juga yang dimiliki oleh beberapa orang. “Kepemilikan

Page 58: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

44

warteg bukan hanya dimiliki oleh satu orang melainkan bisa juga dari

kerjasama dari beberapa orang, yang masih memiliki kekerabatan atau

bisa juga tidak” (Asytuti, 2015: 15).

Warung Tegal merupakan salah satu warung makan tradisional

yang menyajikan menu sederhana yang terdiri dari nasi beserta lauk

pauknya "Untuk menunya, biasanya sama antara warteg satu dengan

warteg lainnya. Intinya ada nasi bumbon, sambal tempe dan tahu, sayur

bening, ikan laut dan daging," (wawancara Asmawi melalui Liputan6.com,

4 Oktober 2018). Warung Tegal kini mempunyai banyak variasi makanan

bukan hanya nasi, tempe dan tahu tetapi sekarang ini menyediakan soto,

kentang balado, sambal goreng ampela, jamur dan masih banyak lagi. Dari

segi minuman juga menyediakan beberapa macam minuman seperti kopi,

teh dan sebagainya (Observasi, 10 Juli 2019).

Salah satu keunikan dari Warung Tegal yaitu bentuk fisik

bangunannya yang sederhana. “Warung Tegal (WARTEG) mempunyai

karakter arsitektur khas sebagai salah satu warung makan sederhana yang

berkembang di Indonesia. Warung Tegal mempunyai bentuk yang unik

yang berbeda dari warung makan ataupun rumah makan lainnya”

(Khamdevi dan Iqbal, 2015: 7). Dari sisi bangunan, Warung Tegal

memiliki ciri khas dengan tempat yang kecil dan juga cat berwarna biru

melambangkan Kota Tegal sebagai Kota Bahari. Seperti kutipan berikut:

“biasanya sebagian besar Warung Tegal memiliki cat berwarna biru yang

disebut cerminan Kota Tegal sebagai Kota Bahari. Bangunan dengan

lebar hanya sekitar 3-4 meter tersebut juga memiliki jendela khas yaitu

Page 59: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

45

kayu-kayu yang diberi jarak, akan tetapi seiring berjalannya waktu juga

ada yang memakai kaca untuk jendela” (Khamdevi dan Iqbal, 2015: 4-5).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

informan, menunjukkan bahwa panjang dan lebar bangunan Warung Tegal

memiliki luas yang relatif tergantung sewa tempat karena tempat masih

ngontrak, sekitar panjang 7-12 meter dan lebar bangunan sekitar 5-6

meter. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini: ” Ya relatif mba,

masing- masing lah. Ada yang panjangnya 12 meter x 4. Ada yang 3x12,

ada juga yang lebarnya 10 panjangnya berapa. Relatif semuanya mbak”

(Wawancara Bapak Tohirin sebagai bos warteg, 21 Agustus 2019).

Berbeda dari tahun 2015, dimana lebar bangunan hanya sekitar 3-4 meter

saja. Kemudian juga cat yang digunakan oleh Warung Tegal kini berwarna

hijau dan kuning yang berfungsi untuk memperindah warteg. Dari sisi

jendela warteg kini juga sudah memakai kaca.

Di Kelurahan Neroktog terdapat lebih dari 6 Warung Tegal

(Observasi, 5 April 2019). Di Peta menunjukkan lokasi WARTEG yang

berada di pinggir jalan raya utama Kota Tangerang yang menghubungkan

antara satu kelurahan dengan kelurahan lainnya serta terdapat beberapa

fasilitas perdagangan lainnya. Seperti pada gambar peta berikut ini:

Page 60: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

46

Bagan II.B.1

Peta Warung Tegal di Kelurahan Neroktog

Sumber: Google Maps. Diambil tanggal 21 Maret 2019.

C. Deskripsi Profil Informan

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai beberapa informan

sebagai narasumber, tentunya mempunyai informasi yang sangat berguna

terkait penelitian ini. Informan yang terdapat dalam penelitian ini meliputi

dua kategori. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah

berjumlah sebelas orang, yang terdiri dari delapan orang pedagang warteg

dan empat orang pembeli warteg. Berikut ini adalah informan yang telah

diwawancarai oleh peneliti:

Page 61: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

47

Tabel II.C.1

Informan Pemilik dan Pekerja Warung Tegal

No Nama Usia Pendidikan Daerah

Asal

Lama

Ber-

jualan

Status Di-

bantu

oleh

1 Bpk

Saiful

42

Tahun

SMP Jawa

Timur

12

Tahun

Pemilik 1 orang

Pekerja 3 orang

2 Ibu

Suhartini

36

Tahun

SMP Tegal 15

Tahun

Pemilik 1 orang

Pekerja 3 orang

3 Bapak

Abu

Khoir

42

Tahun

SD Brebes 10

Tahun

Pemilik 1 orang

4 Mbak

Riyani

23

Tahun

SMK Cirebon 6 Bulan Pemilik 1 orang

5 Ibu Ani 47

Tahun

SD Madiun 1.5

Tahun

Pemilik 2 orang

6 Ibu

Farida

36

Tahun

SD Tegal 10

Tahun

Pemilik 1 orang

7 Ibu Lita 34

Tahun

Tidak

Sekolah

Tegal 6

Tahun

Pemilik 2 orang

8 Bpk

Tohirin

46

Tahun

SD Tegal 4

Tahun

Bos

Warteg

60

orang

Sumber: Data yang diolah dari hasil turun lapangan pada tanggal 10 April 2019-

21 Agustus 2019

Page 62: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

48

Berikut deskripsi masing-masing informan sebagai pemilik dan pekerja di Warung

Tegal:

1. Bapak saiful

Bapak Saiful berasal dari Jawa Timur yang lahir 42 tahun lalu, ia

merupakan pemilik dari Warteg Hijrah Bahari, di sisi lain ia juga

merupakan pekerja di Warteg Pesona Bahari pada saat sedang berganti

berjualan atau aplusan. Sudah 12 tahun ia berjualan warteg. Sebelum

mengelola Warung Tegal, Bapak Saiful pernah memiliki pengalaman

membuka salon kecantikan. Pada awalnya ia berjualan Warung Tegal

setelah menikah dengan istrinya yang merupakan orang asli Tegal. Ia

memutuskan untuk membuka Warung Tegal karena istrinya sudah

berpengalaman di bidang tersebut.

Warung Tegal milik Bapak saiful merupakan hasil kerjasama

dengan adiknya yang bernama Ibu Lita. Warung Tegal tersebut diberi

nama Hijrah Bahari yang berada di Jalan KH. Mansyur, Kelurahan

Neroktog. Pada awalnya untuk membuka usaha, Bapak Saiful hanya

memiliki modal untuk membeli bahan makanan saja. Sedangkan untuk

bisa menyewa tempat julan ia tidak memiliki modal yang cukup, sehingga

ia memutuskan bekerjasama dengan adiknya untuk bisa menyewa tempat

berjualan. Dalam mengelola Warung Tegal pribadinya, sehari-hari ia

dibantu oleh istrinya. Ia berjualan Warung Tegal untuk bisa memenuhi

kebutuhan hidup keluarga.

Page 63: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

49

2. Ibu Suhartini

Ibu Suhartini merupakan istri dari Bapak Saiful yang telah

dijelaskan sebelumnya. Ibu Suhartini asli dari Kota Tegal dan sudah

berumur 36 tahun. Ia sudah berpengalaman berjualan Warung Tegal

sekitar 15 tahun lamanya. Setelah menikah dengan Bapak Saiful ia

membuka Warung Tegal dengan belajar dari pengalaman sebelumnya. Ia

sudah mempunyai 2 orang anak yang ikut tinggal bersamanya di

warungnya. Ibu Suhartini ikut membantu Bapak Saiful dalam berjualan di

Warung Tegal miliknya. Dalam kesehariannya, ia yang bertugas memasak

makanan dan Bapak Saiful yang belanja ke pasar dan bertugas melayani

pembeli. Ia sebelumnya memiliki karyawan, akan tetapi sudah tidak

bekerja lagi. Sementara itu di Warteg Pesona Bahari, ia bersama suami dan

dibantu juga sepasang suami istri yang juga karyawan dari warteg tersebut.

3. Bapak Abu Khoir

Bapak Abu Khoir berasal dari Kota Brebes yang berbatasan

langsung dengan Kota Tegal. Ia lahir 42 tahun yang lalu. Bapak Abu Khoir

berjualan Warung Tegal karena meneruskan usaha mertuanya yang telah

meninggal. Warung Tegal yang dimilikinya bernama Warteg Bahagia,

yang berada di pinggir jalan raya KH. Hasyim Ashari, Kelurahan

Neroktog. Ia sudah 10 tahun berjualan warteg, selama berjualan ia pernah

menemui beberapa pembeli yang makan di warungnya dengan berhutang

Page 64: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

50

terlebih dahulu, setelah cukup lama pembeli tersebut ternyata tidak

kembali lagi ke warungnya sehingga ia mengalami kerugian.

Dalam kesehariannya ia hanya dibantu oleh istrinya dan tidak

mempunyai karyawan lain. istrinya bertugas memasak makanan untuk

dijual sementara ia yang pergi belanja ke pasar membeli keperluan bahan

jualan. Ia mempunyai saudara-saudara yang berjualan Warung Tegal juga

yang berada lumayan jauh dari warungnya. Baginya Warung Tegal bukan

merupakan hal yang asing lagi.

4. Mbak Riyani

Mbak Riyani berasal dari Losari Cirebon, ia merupakan pemilik

Warung Tegal yang berumur 23 tahun dan sudah berjualan 6 bulan. Ia

meneruskan usaha ibu dan bapaknya yang sebelumnya berjualan Warung

Tegal di kawasan Bitung Tangerang. Kemudian warung makannya saat ini

berada di Jalan Gang Ambon, Kelurahan Neroktog, dan sekarang dikelola

oleh Mbak Riyani bersama adiknya dan juga terkadang dibantu oleh

bapaknya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Mbak Riyani merupakan

lulusan SMK dengan jurusan keperawatan. Sementara itu ia memutuskan

untuk memilih berjualan Warung Tegal karena penghasilan sebagai

perawat terbilang cukup kecil.

Keseharian Mbak Riyani bertugas memasak makanan sedangkan

adiknya yang laki-laki bertugas untuk mencuci piring. Untuk belanja

kebutuhan bahan usahanya, ia bersama adiknya yang pergi ke pasar.

Page 65: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

51

Sementara itu, ia juga sebenarnya mempunyai satu karyawan yang

merupakan tetangga di kampungnya dan sedang pulang kampung karena

anaknya sakit. Penghasilan bersih yang ia peroleh setiap harinya mencapai

sekitar 200 ribu sampai dengan 300 ribu rupiah dan bisa juga lebih ketika

sedang ramai pembeli.

5. Ibu Ani

Ibu Ani berasal dari Jawa Timur lebih tepatnya Kota Madiun. Ia

saat ini berumur 47 tahun. Ia berjualan Warung Tegal sudah 1.5 tahun,

sementara itu ia bukan murni mendirikan usahanya sendiri, melainkan

karena membeli warung yang dahulunya ditempati oleh orang Tegal yang

memang berjualan warteg. Warung Tegal yang dikelolanya saat ini

bernama Warteg XII, yang berada di pinggri jalan raya KH.Hasyim

Ashari. Ia ngontrak dan tinggal bersama kedua orang anaknya. Dalam

berjualan, ia dibantu oleh kedua anaknya yang sudah dewasa dan baru

menginjak remaja. Setiap harinya yang bertugas ke pasar adalah ibu Ani,

sementara anaknya yang dewasa pergi ke warung terlebih dahulu untuk

bertugas memasak air dan merapikan warung, sedangkan anaknya yang

remaja ikut membantu untuk melayani pembeli selepas pulang dari

sekolah. Untuk hal memasak makanan Ibu Ani dibantu oleh anaknya yang

dewasa. Warung makannya buka pukul setengah 7 pagi dan tutup ketika

sudah mulai sepi pembeli sekitar jam 8 malam.

Page 66: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

52

6. Ibu Farida

Ibu Farida berusia 36 tahun yang berasal dari Kota Tegal. Ia sudah

berjualan Warung Tegal selama 10 tahun lamanya. Pada awalnya ia

memutuskan untuk berjualan warteg, karena Warung Tegal merupakan

peninggalan kedua orang tuanya yang sudah meninggal akibat kecelakaan

saat belanja ke pasar membeli kebutuhan bahan warteg. Peninggalan

tersebut diamanatkan untuk dikelola dan dibagi oleh ketiga anaknya

termasuk Ibu Farida. Namun, hal tersebut tidak memungkinkan karena

adik Ibu Farida menderita penyakit autis (keterbelakangan mental) dan

membuat warteg tersebut hanya dikelola oleh Ibu Farida dan kakaknya.

Warung yang saat ini ia kelola bernama Warteg Barokah, yang berada di

sekitar Jalan Raya KH. Hasyim Ashari. Sistem yang dipakai adalah sistem

aplusan, dengan bergantian berjualan dengan kakaknya. Kesehariannya

dalam berjualan dibantu oleh suaminya dan ia tidak memiliki karyawan

lain.

7. Ibu Lita

Ibu Lita berasal dari Jawa Tengah yaitu Kota Tegal. Saat ini ia

berusia 34 Tahun. Dari tahun 2013 ia sudah mulai berjualan Warung Tegal

hingga kini, berarti sudah 6 tahun ia berjualan. Pada awalnya ia berjualan

warteg karena memang suami ibu Lita juga berjualan Warung Tegal.

Sebelum membuka usaha Warung Tegal sendiri, ia sudah berpengalaman

ikut membantu pekerjaan di warteg orang lain. Akhirnya mereka

Page 67: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

53

memutuskan untuk membuka usaha warung tegal sendiri. sehari-harinya

Ibu Lita dibantu oleh suami dan keponakan suaminya. Mereka berbagi

tugas masing-masing, untuk masalah belanja ke pasar yang bertugas

adalah suami dari Ibu Lita. Sementara itu Ibu Lita dan keponakan

perempuannya yang bernama Ani bertugas memasak makanan untuk

dijual. Warung Tegal yang ia kelola saat ini bernama Warteg Hijrah

Bahari yang bekerjasama dengan Bapak Saiful. Kerjasama tersebut dengan

sistem aplusan, yaitu berganti berjulan selama 4 bulan sekali. Pada saat

berganti berjualan, ia dan suami pulang ke kampung halaman untuk

istirahat, baru setelah 4 bulan mereka balik kembali ke Tangerang untuk

berjualan seperti biasanya.

8. Bapak Tohirin (Bos Warteg Pesona Bahari)

Bapak Tohirin yang akrab dengan panggilan Pak Hirin. Bapak Hirin

ini merupakan lulusan SD yang saat ini sukses menjadi seorang Bos Warung

Tegal. Tidak Tanggung-tanggung kini Warung Tegalnya sudah memiliki 12

cabang, yang berlokasi di Condet, Pasar Minggu, Kebayoran, Neroktog,

Pejaten, Cijantung dan masih banyak lainnya. Sebelum ia membuka usaha

warteg di Jakarta dan Tangerang, ia berjualan ayam bakar di kampungnya

yaitu Kota Tegal. Namun, memang usaha yang dijalankan tersebut hanya

cukup untuk makan saja, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta

dengan bermodalkan nekat mencari penghidupan yang lebih baik. Karena

pada awalnya ia hanya membawa uang 80 ribu rupiah yang hanya cukup

untuk biaya transportasi. Kemudian nasib membawanya bertemu dengan

Page 68: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

54

pengelola Warteg yang bersedia wartegnya dijaga oleh Pak Hirin. Akhirnya

lama-kelamaan ia belajar dari pengalamannya di warteg tersebut dan sudah

mempunyai modal yang dirasa cukup untuk membuka warteg sendiri.

kesuksesan Pak Hirin merintis warteg terlihat dari banyaknya warteg yang ia

punya saat ini yang terus semakin berkembang.

Tabel II.C.2

Informan Pembeli Warung Tegal

No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Status

1 Bapak Arifin 37 Tahun SMP Buruh Meubeul Pembeli

2 Mas Iman 27 Tahun SMP Crew Pariwisata Pembeli

3 Mas Fudi 24 Tahun SMP Tidak Bekerja Pembeli

Sumber: Hasil Turun Lapangan pada tanggal 3 Juli 2019.

Berikut deskripsi informan sebagai pembeli di Warung Tegal:

1. Bapak Arifin

Bapak Arifin adalah seorang buruh meubeul yang berumur 37

tahun. Ia merupakan perantau yang sedang bekerja. Sebagai orang rantau,

ia tidak tinggal bersama istri dan anaknya. Sehingga untuk memenuhi

kebutuhan pangannya sehari-hari, ia memilih dan mengandalkan adanya

warteg.

Page 69: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

55

2. Mas Iman

Mas Iman berasal dari Kota Tegal, ia berumur 27 tahun. Sehari-

harinya ia bekerja sebagai crew pariwisata. sebagai orang Tegal ia

tentunya sudah tidak asing lagi dengan warteg. Bahkan, hampir setiap hari

ia selalu mengunjungi warteg untuk makan karena letak kontrakannya

tidak jauh dari warteg.

3. Mas Fudi

Mas Fudi yang berusia 24 tahun, saat ini ia sedang tidak bekerja.

Namun, sebelumnya pekerjaan ia adalah seorang supir. Sebagai seorang

supir, ia sering pergi kemana saja dan tidak menentu untuk membeli

makanan. Akan tetapi sehari-harinya ia biasanya memilih untuk makan di

warteg.

Page 70: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

56

BAB III

Eksistensi Warung Tegal di Kota Tangerang

A. Warung Tegal sebagai Pilihan Profesi

Persaingan yang ketat dalam mencari pekerjaan, tentunya membuat

setiap orang harus mempunyai kreativitas agar dapat bertahan hidup.

Sektor yang membutuhkan banyak kreativitas adalah sektor informal.

Sektor informal masih menjadi sasaran dikalangan orang-orang yang

masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Salah satu

sektor informal yang diminati adalah dari segi perdagangan. Berdagang

bisa dilakukan oleh setiap orang, namun tentunya tidak dapat dibilang

mudah karena membutuhkan pengalaman dan strategi agar bisa bersaing

dengan pedagang yang lainnya.

Terutama untuk Warung Tegal yang dijadikan sebagai pilihan

profesi oleh penjualnya karena mereka tidak mempunyai pilihan lain untuk

bekerja. Dan beberapa dari pedagang memilih berjualan Warung Tegal

karena pilihan-pilihan yang membuat mereka dapat bertahan hidup.

Pilihan-pilihan inilah yang tentunya menarik dan perlu untuk dikaji

melalui teori pilihan rasional. Bukan hanya dari segi pilihan pedagang

untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, juga dari sisi pedagang dalam

bersaing dan mempertahankan keberadaan Warung Tegal miliknya.

Page 71: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

57

1. Usaha Turun Temurun Dari Keluarga

Para pedagang Warung Tegal ini tidak membuka usahanya

begitu saja, melainkan karena memang awalnya usaha mereka dikelola

oleh orang tuanya. Ketika orang tuanya telah meninggal dunia maka

usaha Warung Tegal tersebut turun ke anak-anaknya. Beberapa dari

mereka berjualan Warung Tegal karena warisan turun temurun dari

orang tuanya terdahulu. Seperti kutipan wawancara berikut ini: “Itu

disana banjar wijaya sana, terus tanahnya dijual pindah kesini 2009.

Akhirnya mertua meninggal terus saya yang nerusin” (Wawancara

Bapak Abu Khoir sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019)

Bapak Abu Khoir mengatakan bahwa ia berjualan Warung

Tegal karena memang meneruskan usaha dari mertuanya. Kemudian hal

serupa dikatakan oleh ibu Farida ketika diwawancarai oleh peneliti,

seperti kutipan berikut ini: “Ini dulu awalnya punya almarhum

orangtua, jadinya ini warisan dari orang tua gitu” (Wawancara Ibu

Farida sebagai pedagang warteg, 10 Juli 2019)

Meneruskan usaha turun temurun dari para orang tua pedagang

terdahulu tentunya bukan merupakan hal yang mudah. Karena

pedagang Warteg di zaman sekarang semakin bertambah, belum lagi

dengan pedagang-pedagang lainnya. Mereka mengeluhkan penghasilan

yang didapat tidak sebanyak penghasilan ketika dikelola oleh orang

tuanya terdahulu. Seperti kutipan berikut ini: “Iya ini di gang haji

Page 72: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

58

pendek ada 3, di gang annur ada 3. Dulu mah gak ada sekarang mah

udah banyak. Dulu almarhum mah bisa bangun rumah berapa kali,

sekarang mah boro-boro buat makan aja syukur” (Wawancara Ibu

Farida sebagai pedagang warteg, 10 Juli 2019). Penghasilan dahulu bisa

sampai bangun rumah beberapa kali, kini ketika dikelola oleh mereka

hanya cukup untuk makan sehari-hari. Hal itu dikarenakan

bertambahnya pedagang-pedagang lain, terutama pedagang makanan.

Disisi lain Pedagang Warung Tegal kini tidak hanya berasal dari

Kota Tegal saja. Melainkan ada yang berasal dari luar Kota Tegal,

mereka ada yang berasal dari Jawa Timur seperti Kota Madiun,

kemudian berasal dari Kota Brebes yang berbatasan langsung dengan

Kota Tegal dan juga dari Kota Cirebon. Pedagang yang berasal dari luar

kota tersebut, sudah membawa keluarganya untuk tinggal dan menetap

di wilayah Kelurahan Neroktog.

2. Rendahnya Pendidikan

Para pedagang Warung Tegal adalah para pendatang yang masa

kecilnya tinggal di desa. Hal itulah yang menyebabkan mereka

memiliki pendidikan minim. Karena minimnya pendidikan yang mereka

miliki, mereka terpaksa memilih untuk berjualan Warung Tegal sebagai

pilhan profesi mereka. Seperti yang dikatakan Bapak Saiful ketika

diwawancara oleh peneliti: “Dulu sekolah madrasah SD, dulu mts gak

nyampe setahun.” (Wawancara Bapak Saiful sebagai pedagang warteg,

Page 73: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

59

10 April 2019). Kemudian hal serupa dikatakan oleh Ibu Ani yang

berasal dari Madiun, berikut kutipan wawancaranya: “Aduh saya mah

gak sekolah dulu, SD aja gak lulus. Namanya juga dulu di kampung pas

di Madiun” (Wawancara Ibu Ani sebagai pedagang warteg, 10 Juli

2019). Selanjutnya hal yang senada juga diungkapkan oleh Bapak

Tohirin selaku bos warteg berikut ini: “Kalo saya SD mbak hehe”

(Wawancara Bapak Tohirin sebagai bos warteg. 21 Agustus 2019).

Kebanyakan dari mereka sekolah hanya sampai tingkat SMP bahkan

ada yang tidak sampai menginjak bangku SMP. Mereka

menggantungkan hidupnya untuk berjualan warteg karena memang

tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk bisa mencari pekerjaan

lain. Terutama pekerjaan di sektor formal yang umumnya memang

membutuhkan pendidikan di atas tingkat SMP.

Pendidikan yang kurang tentunya membuat mereka sulit untuk

bisa bekerja di sektor formal. Sehingga mereka memutuskan untuk

memilih sektor informal sebagai usaha mereka bertahan hidup. Dengan

warung nasi sederhana yang seadanya sampai dengan yang ditata

dengan rapi, mereka bersyukur masih dapat menyekolahkan anak

mereka masing-masing.

3. Lamanya Pengalaman Berjualan

Pedagang di Warung Tegal biasanya dibekali pengalaman

sebelumnya dalam membuka usahanya. Karena pengalaman sangat

Page 74: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

60

penting dalam membuka usaha, yang digunakan untuk mengetahui

kondisi dan strategi yang harus diterapkan. Misalnya untuk usaha di

bidang makanan khususnya Warung Tegal penting untuk mengetahui

cita rasa masakan yang disukai oleh para pembelinya. Kemudian cara

melayani pembeli dengan baik dan juga dalam hal mengelola waktu

setiap harinya. Pengalaman mereka sudah sampai bertahun-tahun dalam

menekuni profesi mereka sebagai penjual Warung Tegal. Seperti yang

pernah diungkapkan inforrman pada saat dialkukan wawancara, yaitu:

“Udah lama sekitar 15 tahun, pas saya masih perawan” (Wawancara Ibu

Suhartini sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019)

Bukan hal yang baru lagi bagi para pedagang Warung Tegal.

Mereka sudah mempunyai pengalaman yang mereka dapat saat masih

menjadi karyawan dari salah satu Warung Tegal, dan dari pengalaman

tersebut kemudian mereka berani untuk membuka usaha Warung Tegal

sendiri. Hal tersebut sama dengan jawaban informan selanjutnya:

“Disini baru 10 tahun” (Wawancara Bapak Abu Khoir sebagai

pedagang warteg, 3 Juli 2019)

Dari pengalaman mereka belajar memasak yang enak, kemudian

belajar cara mengelola waktu. Seperti waktu dalam membuka Warung

Tegal, kemudian waktu untuk tutup dan juga waktu untuk pergi belanja

ke pasar. Mengelola untuk membagi pekerjaan agar lebih efektif.

Sehingga mereka dapat lancar dalam berjualan.

Page 75: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

61

4. Keterbatasan Keahlian

Individu sebenarnya memiliki keahlian yang bisa terus

dikembangkan, akan tetapi keahlian tersebut bisa didapat melalui

pengalaman yang telah dimiliki. Dengan pengalaman mereka yang

sudah lama dalam bidang makanan, tentunya membuat mereka ahli

dalam hal tersebut. Khususnya pengalaman para pedagang Warung

Tegal yang yang berdampak pada keahliannya dalam memasak

makanan. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini:

“Soalnya saya emang udah lama sih ya di warteg jadinya keahlian saya

disini, pernah saya dulu jualan sembako tapi gak laku. Ya karena itu

saya jadinya milih jualan warteg terus” (Wawancara Ibu Suhartini, 3

Juli 2019)

Pedagang mengakui bahwa pengalaman tersebut sangat penting,

sehingga ketika mereka mencoba beralih profesi untuk berjualan yang

lain tidak sesukses ketika mereka berjualan Warung Tegal. Maka dari

itu mereka memilih untuk tetap berjualan Warung Tegal.

5. Pemenuhan Kebutuhan Hidup

Keadaan ekonomi para pedagang Waung Tegal bisa dikatakan

cukup baik, karena mereka masih bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Meskipun harus bekerja lebih dengan waktu jualan yang panjang

bahkan ada yang tutup sampai dengan jam dua malam, kemudian buka

jam enam pagi. Semua itu mereka lakukan demi bisa menghidupi

Page 76: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

62

keluarga mereka. Mereka merasa senang bahwa pilihan untuk berjualan

Warung Tegal ini bisa membuat mereka mendapat penghidupan yang

layak. Seperti jawaban yang diungkapkan informan berikut ini: “Ya

alhamdulillah sih kalo penghasilan bisa untuk belanja lagi yang penting

sama buat makan hehe” (Wawancara Ibu Lita sebagai pedagang warteg,

15 Agustus 2019). Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan

pada saat wawancara berikut ini: “Ya lumayan bisa buat nutup

kebutuhan, sama anak bisa di pesantren sekolah.” (Wawancara Bapak

Abu Khoir sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019)

Selain bisa untuk menutupi kebutuhan hidupnya, mereka juga

bisa menyekolahkan anaknya dari penghasilan berjualan di Warung

Tegal. Bahkan sebagian dari penghasilan mereka cukup untuk ditabung.

Mereka merasakan bahwa berjualan Warung Tegal tidak perlu lagi

untuk membeli makanan sehari-hari karena mereka bisa langsung

mengambil makanan dari etalase Warung Tegal. Mereka merasa

beruntung bisa berprofesi seperti itu dibandingkan dengan menjadi kuli

bangunan ataupun pekerjaan lainnya yang tidak mempunyai gaji yang

pasti dan dirasa bekerjanya sangat capek kemudian juga tidak mendapat

makanan. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini: “Ya cukup

bisa untuk nyekolahin anak, sama buat nabung dikit-dikit. Ya cukuplah

untuk kebutuhan sehai-hari. Kalo disini kan makan tinggal ngambil”

(Wawancara Ibu Suhartini sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019).

Page 77: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

63

B. Eksistensi Warteg Di Perkotaan

Keberadaan Warung Tegal di perkotaan khususnya di Kota

Tangerang, merupakan bentuk dari persaingan pedagang makanan dengan

pedagang lainnya. Warung Tegal yang dikenal dengan warung nasi

sederhana yang menyediakan nasi dan beraneka ragam lauk pauk, tentunya

masih menjadi tempat favorit di kalangan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan pangannya sehari-hari. Para pedagang harus mempunyai cara

untuk menjaga Warung Tegal agar tetap eksis dan dapat bersaing dengan

warung makan lainnya. Dengan semakin menjamurnya warung makan

sederhana, tentunya dibutuhkan beberapa cara agar membuat pembeli

tertarik dan tetap membeli makanan di Warung Tegal.

1. Banyaknya Variasi Makanan

Pedagang yang berjualan makanan, pastinya harus memiliki

keahlian memasak sehingga masakannya mempunyai rasa yang enak.

Hal tersebut karena dianggap penting, diharapkan agar pembeli merasa

senang dengan rasa masakannya dan bisa kembali untuk membelinya.

Tidak lupa juga bahwa bukan hanya dari rasa, warung makan juga harus

memperhatikan variasi makanan yang disediakan agar pembeli bisa

memilih makanan yang disukainya. Hal tersebut diungkapkan informan

pada saat wawancara, berikut kutipannya: “Dari rasa mungkin, tiap hari

ganti menunya….biar gak bosen” (Wawancara Mbak Riyani sebagai

pedagang warteg, 3 Juli 2019). Hal senada juga diungkapkan oleh

Page 78: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

64

informan berikut ini: “kalo itu sih paling rasanya yang kita jaga, terus

menunya diperbanyak supaya pembeli gak bosen terus ya itu tadi harus

ramah sama pembeli tempat juga harus bersih” (Wawancara Ibu

Suhartini sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019).

Para pedagang ternyata mempunyai cara tersendiri agar pembeli

tidak merasa bosan dengan makanan yang disediakan. Mereka berusaha

untuk mengganti menunya setiap hari. Hal tersebut terlihat biasa,

namun bagi para pembeli hal tersebut merupakan hal yang

menyenangkan. Karena pembeli tidak harus membeli makanan yang

sama setiap harinya. Seperti jawaban wawancara oleh pembeli berikut

ini: “Ya rasa juga dari segi mau pilih apa aja ada” (Wawancara Mas

Fudi sebagai pembeli warteg, 10 Juli 2019). Bagi pembeli yang

terpenting dalam memilih untuk membeli makanan adalah banyak

variasi makannya. Mereka merasa senang ketika warung makan

memiliki banyak menu makanan, karena mereka tidak bingung lagi

untuk memilih makanan.

2. Tempat Yang Mudah Dijangkau

Pemilihan tempat yang strategis merupakan bagian terpenting

dalam berdagang. Tempat yang dekat dengan area tempat tinggal

penduduk maupun yang dekat dengan tempat kerja atau pabrik,

berpeluang untuk bisa mendapatkan pembeli yang banyak sehingga

dapat membuat pedagang diuntungkan. Dengan beradanya Warung

Page 79: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

65

Tegal yang mudah untuk dijangkau, maka akan memudahkan pembeli

dalam membeli makanan. Seperti yang diungkapkan oleh informan

yang merupakan pembeli di Warung Tegal, berikut kutipannya:

“……yang penting deket aja” (Wawancara Bapak Arifin sebagai

pembeli warteg, 3 Juli 2019). Kemudian keterjangkauan warung

membuat pembeli mudah dan tidak perlu susah dalam mencari

makanan. Hal tersebut diungkapkan oleh informan berikut: “Mau

makan gak bingung sama susah lagi” (Wawancara Mas Fudi sebagai

pembeli warteg, 3 Juli 2019).

Pembeli merasa terbantu dengan Warung Tegal yang berada

dekat dengan jangkauan tempat tinggalnya. Terutama untuk pembeli

yang merupakan orang rantau dan terpisah dari keluarganya. Mereka

mau tidak mau harus setiap hari dari pagi, siang dan malam pergi

membeli makan di warung makan. Dengan begitu terjangkaunya

Warung Tegal akan memudahkan pembeli dalam memenuhi kebutuhan

pangannya. Seperti yang pernah diungkapkan oleh informan sebagai

pembeli, berikut ini kutipannya: “Lebih mudah aksesnya karena disini

kan gak sama istri sendiri jadi gak ada yang masak” (Wawancara Bapak

Arifin sebagai pembeli warteg, 3 Juli 2019)

3. Ramahnya Pelayanan

Adanya interaksi antara pembeli dan pedagang semakin

menghidupkan suasana keakraban di dalam Warung Tegal. Kesadaran

Page 80: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

66

tentang pentingnya arti interaksi yang dilakukan oleh penjual membuat

pembeli merasa dianggap, tidak lupa juga bahwa dalam interaksi

tersebut terdapat keramahan yang ditunjukkan oleh pedagang, dengan

memberikan pelayanan yang baik kepada pembeli. Seperti yang

diungkapkan informan berikut ini: “ya kitanya harus ramah sama

pembeli kalo ngelayanin makanan harus sopan lah pokoknya gitu

“(Wawancara Ibu Suhartini sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019).

Kemudian informan berikut ini juga mengungkapkan hal yang sama:

“Pelayanan mungkin harus ramah”. (Wawancara Ibu Lita sebagai

pedagang warteg, 15 Agustus 2019). Para pedagang mengakui bahwa

mereka harus bersikap ramah kepada pembeli agar pembeli merasa puas

membeli makanan yang ada di warung makan miliknya, dan berharap

agar pembeli bisa datang kembali. Seperti yang diungkapkan informan

pada saat wawancara berikut ini: “Itu dari kebersihan, keramah

tamahan. Soalnya tiap warung mbak kalo jualan yang susah ngelayanin

orangnya. Mencari pelanggan, supaya orang itu mau balik lagi ke

warung kita” (Wawancara Bapak Tohirin sebagai bos warteg, 21

Agustus 2019).

Dalam konteks ini, pedagang merasa bahwa ketika berjualan

yang sulit adalah melayani pembeli dengan baik. Namun, ketika mereka

sudah melayani pembeli dengan ramah dan baik, ada saja pembeli yang

berbuat hal yang kurang baik. Hal ini tentunya yang menjadi hambatan

bagi para pedagang. Beberapa pedagang mengaku bahwa ada saja

Page 81: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

67

pembeli yang tidak membayar setelah makan di warung miliknya,

dimana orang tersebut melarikan diri dan tidak membayar hutangnya.

Dengan kejadian tersebut, pedagang tidak melayani lagi pembeli yang

berhutang kembali.

4. Tempat Yang Nyaman

Setiap individu yang ingin memilih warung makan pasti

menginginkan tempat makan yang bersih sehingga tidak perlu

mengkhawatirkan kualitas makanan tersebut. Dari tempat yang bersih

juga tentunya individu akan merasa nyaman untuk membeli makanan.

Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berprofesi sebagai

pedagang, berikut ini: “terus tempatnya bersih paling kalo orang mah

itu kan yang diliatnya. Jadi ya harus dibagusin lagi” (Wawancara Ibu

Ani sebagai pedagang warteg, 10 Juli 2019)

Para pedagang Warung Tegal juga berusaha untuk menyediakan

tempat yang bersih dan nyaman bagi pembeli. Tetapi memang tidak

bisa sangat betul-betul bersih. Mereka mengakui bahwa warung makan

seadanya yang berdiri diatas tanah sepetak tersebut dalam status

ngontrak, sehingga mereka tidak bisa leluasa dalam mengelolanya.

Belum lagi modal yang mereka punya terbatas, hanya bisa untuk

membeli bahan makanan dan kebutuhan masak lainnya. Mereka tidak

memikirkan untuk merenovasi sendiri warung makannya. Kecuali bagi

mereka yang menempati Warung Tegal memiliki banyak cabang, maka

Page 82: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

68

mereka mempunyai modal untuk merenovasi warung makannya agar

terlihat lebih bagus dan modern. Dengan memperhatikan kebersihan

dan menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang

kenyamanan pembeli. Hal tersebut diungkapkan oleh informan berikut

ini:

“Kenyamanannya itu sekarang ya bersih, nyaman. Dulu yang namanya

warteg gak pake kipas angin, sekarang kita pakein jadi nyaman. Kalo

dulu mah boro2 mba, kita sendiri aja gak nyaman. Kumuh lalatnya

banyak ibaratnya kan gitu. Kalo sekarang udah dijaga kebersihannya.

Makanya saya selalu pantau saya tegur, saya tegur juga baiknya untuk

mereka sendiri bukan buat saya.” (Wawancara Bapak Tohirin sebagai

bos warteg, 21 Agustus 2019)

Sebagai pedagang Warung Tegal harus memperhatikan

kenyamanan pembeli, mereka menganggap bahwa kebersihan itu

penting karena bisa menambah keuntungan bagi mereka juga. Dengan

warung makan yang bersih banyak pembeli yang mampir ke

warungnya, dan juga menambah pelanggan-pelanggan baru yang

datang. Seperti yang diungkapkan informan sebagai pembeli berikut ini:

“pokonya nyaman aja” (Wawancara Mas Iman sebagai pembeli warteg,

3 Juli 2019).

Warung Tegal kini sudah mulai lebih bersih dan rapih, tentunya

berbeda dengan yang terdahulu. Beberapa pedagang Warung Tegal

yang memiliki modal cukup, berusaha untuk merenovasi warungnya

agar terlihat lebih modern dan jauh dari kata kumuh. Sehingga mereka

berharap agar Warung Tegal kini tidak hanya diperuntukkan oleh

Page 83: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

69

kalangan menengah kebawah tetapi juga untuk kalangan menengah

keatas. Hal tersebut diungkapkan oleh informan pada saat wawancara,

berikut kutipannya:

” …….Yang penting sekarang kan dibedakin biar rapih. Jadi menarik,

orang yang kelas menengah atas mau makan. Kalo dulu kan boro-boro

mau makan di warteg. Kalo sekarang kan ibaratnya gak malu-malu, artis-

artis juga pada mau mampir”. (Wawancara Bapak Tohirin sebagai bos

warteg, 21 Agustus 2019)

5. Harga Yang Terjangkau

Ketentuan harga yang digunakan dalam penggunaan harga jual

makanan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu cara

menarik pembeli adalah menggunakan harga yang terjangkau untuk

semua kalangan. Khususnya kalangan kelas menengah ke bawah,

Warung Tegal ini umumnya dikonsumsi setiap hari oleh mereka yang

bekerja dengan penghasilan pas-pasan. Oleh karena itu harga yang

terjangkau sangat disenangi oleh pembeli, dengan tidak mengurangi

keuntungan para pedagang. Seperti yang diungkapkan informan pada

saat wawancara berikut ini: “Mungkin sama aja sih ya, gak beda jauh.

Kaya orang padang gitu aja, kalo disitu 12 ribu ya hampir sama semua

gitu. Ya sama ajalah. Kalo gak sama nanti diomelin orang, nanti disana

murah kok disini engga gitu” (Wawancara Ibu Ani sebagai pedagang

warteg, 10 Juli 2019)

Harga yang rata-rata hampir sama antara Warung Tegal yang

satu dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa pada awalnya

Page 84: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

70

pedagang yang ingin berjualan Warung Tegal mencoba untuk membeli

makanan di Warung Tegal yang lain untuk melihat harga pasaran dan

bisa menjadi patokan harga yang mereka tawarkan kepada pembeli.

Alasan mereka karena tidak ingin ada rentang harga yang terlalu jauh,

apabila harga yang ditawarkan lebih mahal maka pembeli nantinya akan

komplain dan membandingkan warung makannya dengan yang lainnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan berikut ini:

“Kalo harganya ya sama aja sih kaya yang lain. Sekarang kan warung

banyak ya mbak, kalo dimahalin kan nanti orang pada komplain. Jadi,

kalo untung banyak takut gak ada yang makan, kalo untung dikit rugi.

Yang penting lancar aja lah” (Wawancara Ibu Farida sebagai pedagang

warteg, 10 Juli 2019)

Keberadaan Warung Tegal yang semakin bertambah, membuat

pedagang warteg harus pintar dalam menyiasati strategi yang akan

diterapkan dalam mempertahankan eksistensi Warung Tegalnya.

Bertambah Warung Tegal dan warung-warung lainnya berarti

bertambah pula saingan dalam berjualan. Hal tersebut tentunya akan

berdampak pada penghasilan yang diperoleh para pedagang. Hal

tersebut pernah diungkapkan informan pada saat sedang diwawancara,

berikut kutipannya: “Iya ini di gang haji pendek ada 3, di gang annur

ada 3. Dulu mah gak ada sekarang mah udah banyak. Dulu almarhum

mah bisa bangun rumah berapa kali, sekarang mah boro-boro buat

Page 85: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

71

makan aja syukur.” (Wawancara Ibu Farida sebagai pedagang warteg,

10 Juli 2019)

C. Faktor Pendukung Eksistensi Warteg di Perkotaan

1. Keterlibatan Anggota Keluarga

Para pedagang Warung Tegal kebanyakan dari mereka sudah

mempunyai keluarga. Keluarga merupakan satu alasan bagi para

pedagang untuk mencari penghidupan yang lebih baik lagi, tentunya

bekerja keras untuk mendapatkan uang yang halal. Dorongan yang

kuat dari keluarga membuat para pedagang terbantu untuk lebih keras

menekuni profesi sebagai pedagang Warung Tegal. Para pedagang

yang berstatus sebagai orang rantau, kemudian membuat mereka harus

membawa keluarganya untuk menetap di sini, agar lebih memudahkan

untuk melakukan pekerjaannya. Keterlibatan keluarga dalam proses

berjualan ini, membuat mereka berhemat dalam hal pengeluaran.

Karena mereka tidak harus membayar karyawan untuk membantu

pekerjaan di warung makan milik pribadinya. Seperti yang

diungkapkan oleh informan berikut ini: “Oh gak ada cuma berdua

sama istri” (Wawancara Bapak Saiful sebagai pedagang warteg, 10

April 2019)

Anggota keluarga yang biasanya terlibat adalah istri dan anak.

Mereka mengajak anak dan istrinya untuk ikut berjualan. Hal tersebut

dilakukan karena untuk mengurangi biaya pengeluaran mereka.

Page 86: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

72

Pembagian tugas yang yang biasanya dilakukan oleh mereka, suami

bertugas untuk pergi belanja ke pasar sebelum sekolah. Sedangkan

istrinya bertugas untuk memasak makanan yang bahannya telah dibeli

oleh suaminya. Sedangkan mereka yang melibatkan anaknya untuk

berjualan biasanya bertugas untuk melayani makanan untuk pembeli.

Hal tersebut mereka lakukan sehari-hari, hal tersebut dilakukan agar

mereka merasa tidak capek sendiri. Hal yang serupa diungkapkan oleh

informan berikut: “Bertiga itu sama anak yang satu lagi, kalo yang

satu sekolah ya berdua aja” (Wawancara Ibu Ani sebagai pedagang

warteg, 10 Juli 2019)

Pedagang yang belum mempunyai keluarga biasanya dibantu

untuk berjualan sehari-hari dengan adiknya. Mereka pun juga berbagi

tugas masing-masing, dimana kakaknya bertugas untuk memasak

makanan untuk jualan, sedangkan adiknya yang berjenis kelamin laki-

laki hanya ditugaskan untuk mencuci piring dan mengantarkan

kakaknya untuk belanja ke pasar. Akan tetapi mereka berdua tidak

tinggal berdua saja, melainkan bersama bapaknya yang bekerja

sebagai buruh pabrik. Seperti yang pernah diungkapkan oleh informan

berikut ini: “Ini berdua sama adik” (Wawancara Mbak Riyani sebagai

pedagang warteg, 3 Juli 2019)

Pedagang Warung Tegal yang hanya memiliki 1 warung,

biasanya mereka tidak menggunakan jasa karyawan, karena mereka

tidak begitu suka dengan sikap yang dimiliki oleh karyawan. Biasanya

Page 87: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

73

karyawan yang bekerja tidak terlalu sesuai dengan harapan yang ada

pada pemilik warteg. Mulai dari awal mulai ikut bekerja, calon

karyawan sudah menanyakan gaji berapa gaji yang akan diterimanya.

Hal tersebut biasanya tidak disukai oleh para pedagang, seharusnya

yang pedagang inginkan adalah kerja dengan baik dan benar terlebih

dahulu setelah itu baru membicarakan kesepakatan gaji yang akan

diberikan. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini:

“Kemaren-kemaren sih ada, tapi udah sebulan kemarin lagi gak ada.

Saya sih sebenernya gak suka pake karyawan, karena kan kalo

karyawan masih muda ya dikit-dikit maunya dia main hp, terus juga

biasanya sikapnya sama gayanya kaya majikan, haha yang majikannya

kaya karyawan ya gitu deh. Terus juga pas awalnya harusnya kan dia

kerja dulu baru ngomongin gaji. Lah ini kerja aja belum ngomongnya

gajinya berapa. Jadinya agak gak suka kalo pake karyawan kecuali

kalo dari sodara sendiri”. (Wawancara Ibu Suhartini sebagai

pedagang warteg, 3 Juli 2019)

2. Kepercayaan Dengan Karyawan Warung Tegal Yang Mempunyai

Cabang

Kepercayaan antara Pemilik Warung Tegal dengan karyawan

diperlukan agar usaha warteg dapat berjalan dengan lancar. Terkadang

tidak mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain, apalagi dalam

hal mengelola usaha. Keduanya harus saling menjaga kepercayaan yang

diberikan oleh masing-masing individu. Sama seperti halnya pemilik

warteg yang memberikan kepercayaan secara penuh kepada karyawan

warteg yang bertugas untuk mengelola sendiri warung tegal kepunyaan

pemiliknya tersebut. Para karyawan dibebaskan untuk bisa mengelola

Page 88: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

74

warteg tersebut, akan tetapi dengan aturan yang telah disepakati di

awal. Pemilik warteg mengatakan bahwa para karyawan harus

menganggap warung tersebut seperti punya mereka sendiri, hal itu

dilakukan agar mereka bertanggung jawab menjaganya. Seperti yang

diungkapkan oleh informan yang merupakan bos warteg berikut ini:

“Ya itu mba, kadang-kadang gini kalo kamu ingin maju ya oke ayo maju

bareng tapi harus saling menjaga. Ya anggap aja kaya warung kamu

sendiri, yang penting pertama jaga kebersihan, masakan ketiga

pelayanan. Pokoknya ya bagusnya buat mereka sendiri, kadang saya juga

motivasi mereka. Ya pokoknya kalo mereka ingin merubah nasib benar2

ya saya bantu gitu mba”. (Wawancara Bapak Tohirin sebagai bos

warteg, 21 Agustus 2019)

Pemilik warung tegal sangat menjaga perilaku dengan

karyawannya, hal tersebut dilakukan agar tidak ada batasan jarak antara

majikan dengan karyawan. Pemilik warteg sangat mengayomi

karyawannya, ia sering memberikan motivasi dan solusi bagi

karyawannya yang sedang mempunyai masalah. Pemilik warteg

menganggap bahwa semua karyawannya adalah sodaranya, ia tidak

membeda-bedakan masing-masing dari karyawan. Pemilik warteg juga

menegaskan bahwa para karyawan sangat diperlukan dalam perjalanan

karir mereka. Hal tersebut diungkapkan informan ketika sedang

diwawancarai melalui telepon, berikut ini kutipannya:

“Ya kekeluargaan, soalnya kita jangan melihat itu karyawan atau

pembantu. Itu sodara, kita anggap gak ada majikan, juga gak ada

pembantu. Untuk mengayominya. Kalo dianggap pembantu ya jangan,

berarti mereka belum merdeka dong kalo gitu. Kadang-kadang orang

salah kaprah, makanya saya kadang-kadang saya memotivasi ke

temen-temen cara-cara mengayomi karyawan biar gini gini, jangan

Page 89: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

75

dianggap pembantu. Kita anggap keluarga saudara. Soalnya tanpa

mereka kita gak ada apa-apanya mba hehe”. (Wawancara Bapak

Tohirin sebagai bos warteg, 21 Agustus 2019)

Kebanyakan dari pedagang Warung Tegal mempekerjakan

karyawan yang mereka kenal, biasanya dari anggota saudaranya sendiri

ataupun tetangga dekat yang berada di kampungnya. Namun, tidak

dapat dipungkiri bahwa dalam urusan karyawan warteg juga memiliki

“calo” atau penyalur karyawan yang berusaha untuk menawarkan jasa

mereka ke pedagang-pedagang warteg yang memang sedang

membutuhkan karyawan untuk membantu pekerjaannya. Hal tersebut

diungkapkan oleh informan berikut ini: “Iya ada calonya gitu kaya

penyalur karyawan” (Wawancara Ibu Suhartini sebagai pedagang

warteg, 3 Juli 2019).

Calo tersebut ternyata berasal dari Kota Tegal, mereka biasanya

menawarkan jasa karyawan hampir ke setiap pedagang warteg yang

mereka tahu. Untuk jasanya tersebut mereka biasanya mematok harga

sekitar 300 ribu rupiah untuk setiap transaksinya. Sementara itu, mereka

meminta DP “Down Payment” 200 ribu rupiah kepada pedagang warteg

yang menggunakan jasanya tersebut. Setelah itu karyawan diberikan

kepada pedagang warteg yang telah membayar uang muka. Kemudian

jika semua uang sudah dibayarkan, maka pedagang warteg sudah

selesai berurusan dengan calo tersebut. seperti yang dikatakan informan

berikut: “Engga tiap bulan, jadi kita harus bayar dulu 300rb untuk sama

Page 90: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

76

calonya terus bayar 200rb untuk dp awal karyawan gitu. Jadi gak

bulanan, kalo udah bayar ya lepas dari calonya” (Wawancara Ibu

Suhartini sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019).

3. Kerjasama Dengan Sistem Aplusan

Warung Tegal bukan hanya dimiliki oleh satu orang, melainkan

juga dimiliki oleh beberapa orang. Warung Tegal yang dimiliki oleh

lebih dari satu orang biasanya menerapkan sistem aplusan. Aplusan

merupakan pergantian jualan yang dilakukan oleh para pedagang.

Biasanya mereka berganti jualan selama 4 bulan sekali, sistem tersebut

disebut dengan istilah aplusan bagi para pedagang Warung Tegal.

Sistem aplusan ini ada karena adanya kerjasama yang dilakukan oleh

para pedagang Warung Tegal. Seperti yang diungkapkan oleh informan

berikut ini: “Biasanya sih 3-4 bulan sekali aplusan, ya kemarin saya

udah 4 bulan yang disana jadi aplusan deh” (Wawancara Ibu Suhartini

sebagai pedagang warteg, 3 Juli 2019). Kemudian hal yang sama

diungkapkan oleh informan sebagai berikut: “Kalo saya kan aplus kalo

udah 4 bulan sekali di gondrong” (Wawancara Ibu Farida sebagai

pedagang warteg, 10 Juli 2019).

Kerjasama yang dilakukan oleh para pedagang Warung Tegal

dikarenakan mereka tidak sanggup untuk mengeluarkan biaya modal

sendiri, mulai dari biaya kontrakan yang disewa untuk mendirikan

Warung Tegal seharga dua puluh juta pertahunnya. Belum lagi untuk

Page 91: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

77

biaya keperluan dan perlengkapan warung makan sehari-harinya yang

membutuhkan modal yang tidak sedikit. Maka dari itu mereka

melakukan kerjasama dengan pedagang lainnya. Sehingga mereka

mampu untuk bisa mendirikan Warung Tegal sendiri. Hal yang

biasanya terjadi adalah kerjasama dilakukan dengan saudara dari

pedagang, bukan dengan orang lain. seperti yang diungkapkan oleh

informan berikut ini:

“Ada sodara yang perempuan itu adik saya. Usaha bersama si sebenernya,

jadi mau ngontrak kita gak punya modal. Cukup buat beli bahan makan

doang, akhirnya kerjasama berdua sama adik. Dia kalo jualan sama

suaminya. Terus sistemnya gimana? Ya jadi kita sistemnya aplusan deh 4

bulan sekali gitu” (Wawancara Bapak Saiful sebagai pedagang warteg,

10 April 2019)

4. Perkumpulan Sesama Warung Tegal

Para pedagang warung tegal, membutuhkan tempat untuk bisa

berinteraksi dengan sesama pedagang lainnya. Maka dari itu,

perkumpulan antar sesama pedagang dibutuhkan sebagai sarana interaksi

mereka. Dalam konteks ini, pedagang mengakui perlunya perkumpulan

yang dilakukan oleh sesama warung tegal lainnya untuk bisa mempererat

tali silaturahmi diantara mereka. Biasanya perkumpulan tersbut diadakan

sebulan sekali, untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan karena setiap

hari harus berhadapan dengan kehidupan warung. Kemudian bukan

hanya berkumpul saja, mereka juga mengadakan arisan dan juga

membicarakan masa depan mengembangkan warteg. Dalam

Page 92: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

78

perkumpulan tersebut mereka saling bantu membantu, jika ada keperluan

yang dirasa kurang. Hal tersebut diungkapkan oleh informan berikut ini

kutipannya: “Ada mbak itu, sesama pesona, mustika, kharisma banyak

mba. Semua gabung kita arisan silaturahim, terus ada usaha apa lagi nih

gitu, gimana nih caranya untuk memajukan warteg” (Wawancara Bapak

Tohirin sebagai bos warteg, 21 Agustus 2019).

5. Sistem Setoran Warung Tegal Yang Mempunyai 12 Cabang

Warung Tegal Pesona Bahari adalah Warteg yang dimiliki oleh

satu orang dengan 12 cabang yang berada di Jakarta ada 11 warteg dan

1 warteg lainnya berada di Tangerang. Pada awalnya yang memiliki

Warteg Pesona Bahari adalah karyawan di Warung Tegal Kharisma

Bahari, ia bekerja sebagai karyawan untuk bisa mengumpulkan modal.

Setelah modal terkumpul dan cukup untuk membuka usaha, maka dia

memutuskan untuk membuka usaha Warung Tegal dengan nama

Warteg Pesona Bahari. Seiring berjalannya waktu usahanya pun makin

berkembang dan bisa memiliki cabang yang cukup banyak. Seperti

yang diungkapkan salah satu informan yang merupakan karyawan di

Warteg Pesona Bahari sebagai berikut: “Iya beda lagi, dulu bos saya

nungguin kharisma belum punya apa-apa. Setelah dia punya modal dia

buka usaha sendiri.” (Wawancara Bapak Saiful sebagai pedagang

warteg, 10 April 2019)

Page 93: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

79

Dengan Warung Tegal yang dimiliki sebanyak 12 cabang maka

untuk sistem pengecekan dan pengontrolan dilakukan sebulan sekali

oleh Bos Warteg. Terutama untuk setoran sendiri para karyawan

biasanya akan menyetorkan uang bulanannya kepada pemilik warteg

melalui transfer bank ataupun bos warteg yang datang ke warteg

tersebut. Untuk sistem setoran sendiri, besarnya setoran tergantung

dengan biaya kontrak atau sewa tempat jualan Warteg. Apabila harga

sewa tempat warteg mahal maka setoran akan besar, kemudian

sebaliknya jika sewa tempatnya murah maka setoran warteg akan kecil.

Oleh karena itu biasanya pemilik Warteg Pesona Bahari bisanya

mengadakan kesepakatan awal terhadap karyawannya agar bisa

mengetahui kesepakatan setoran yang akan disetorkan setiap bulannya.

Dengan sistem ini, akan menguntungkan karyawan apabila penghasilan

warteg jauh melebihi patokan yang disetorkan. Kemudian akan rugi jika

penghasilan jauh kurang dari patokan setoran tersebut. Namun hal ini

jarang terjadi karena selama ini warteg tetap stabil. Hal tersebut

diungkapkan oleh informan berikut ini:

“….Dia sistemnya setor, setornya sesuai kontrak kalo kontraknya gede,

setornya juga gede. Mau untungnya lebih gede apa kecil terserah yang

penting sesuai kontrak. Kontrak disini misalkan berapaa...misalnya

kontraknya 50 juta kasih patokan, ya 12 juta udah setoran. Kalo disini

untung satu juta terserah yang penting setorannya sesuai kontrak”

(Wawancara Bapak Saiful sebagai pedagang warteg, 10 April 2019)

Dengan sistem akumulasi kontrak, maka orang yang mau

bergabung dengan Warteg Pesona Bahari tidak perlu mengeluarkan

Page 94: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

80

uang untuk modal lagi, karena semua sudah disediakan oleh pemilik

warteg. Para karyawan hanya tinggal menjalankan usahanya saja.

Dengan kesepakatan awal, setoran perbulan harus tepat dan sesuai.

Sistem tersebut tidak memberatkan para karyawan karena memang mau

tutup sehari diperbolehkan asal setorannya sama tidak kurang. Seperti

yang diungkapkan oleh informan berikut ini:

”Kalo saya sistemnya akumulasi kontrak. Kalo kharisma sistem bagi

hasil, belajar orang itu untuk jujur, tapi ada nggga enaknya juga karena

merasa dicurigain. Sekarang apa enaknya kalo usaha dicurigain.

Akhirnya saya gini aja, yaudah perbulan saya minta segini. Mau rame

mau sepi ya pokoknya saya minta segini. Mau sepi resikonya kamu,

mau rame ya rejekinya kamu. Yang penting saya akumulasi kontrak,

misal kontrakannya 40, saya minta 10 sebulannya. Saya kasih

kebebasan, mau nutup sehari atau 2 hari ya tetep setorannya segitu.

Kalo sistem bagi hasil kan investor gak mau rugi, kalo tutup sehari kan

gak boleh. Ya namanya manusia, kalo ada apa-apa dikampung mau

nutup gak bisa. Nah makanya saya ngasih kebebasan gitu.” (Wawancara

Bapak Tohirin sebagai bos warteg, 21 Agustus 2019)

D. Analisis Teori Pilihan Rasional (Rational Choice)

Keberadaan Warung Tegal di kota adalah bentuk dari dari

eksistensi yang dipertahankan oleh para pedagang Warung Tegal. Mereka

tentunya sudah mempersiapkan pilihan-pilihan yang dianggap rasional.

Pilihan rasional adalah tindakan seseorang yang tertuju kepada suatu

tujuan dan tujuannya termasuk tindakan seseorang yang ditentukan oleh

pilihan atau sesuatu yang dinilai penting (Coleman dikutip Ritzer dan

Douglass, 2007:364). Dalam konteks ini, pedagang Warung Tegal sudah

mempertimbangkan dengan baik pilihan-pilihan rasional dalam

Page 95: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

81

menjalankan usahanya, karena terlihat bahwa sampai saat ini keberadaan

Warung Tegal tetap terjaga dan mengalami perkembangan.

Dalam sudut pandang pilihan rasional, dimana aktor dapat

menentukan keuntungan melalui pilihan-pilihan yang tersedia bagi

mereka. Sama seperti pedagang Warung Tegal yang memiliki warung

sendiri, untuk bisa menjaga eksistensi warung Tegalnya mereka sudah

membuat pilihan yang dirasa cocok dan menguntungkan baginya. Pada

awalnya mereka memilih tempat usaha yang dirasa cukup strategis dan

memberikan banyak keuntungan bagi mereka jika berjualan di tempat

tersebut. kemudian pedagang warung tegal yang memiliki banyak cabang

berusaha untuk memilih karyawan yang dapat mengelola warteg dan bisa

dipercaya.

Pemilik Warung Tegal merupakan individu yang bertugas untuk

memutuskan pilihan-pilihan untuk pengelolaan warung tegal kedepannya.

Pemilik Warung Tegal ibarat sebuah aktor yang harus mengendalikan

sumber daya yang mereka punya, agar sumber daya tersebut bisa terlibat

dan bergantung demi tercapainya sebuah tujuan. Dimana sumber daya

tersebut merupakan karyawan atau pekerja di Warung Tegal miliknya. Hal

itu berarti sejalan dengan pemikirannya Coleman yang menjelaskan bahwa

ada 2 unsur utama dalam teori pilihan rasional yaitu aktor dan sumber

daya (Ritzer dan Douglass, 2007:364). Dimana menurutnya aktor dan

sumber daya ini saling bergantung. Aktor sebagai orang yang menentukan

pertimbangan dalam setiap situasi untuk menciptakan keuntungan. Maka

Page 96: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

82

dari pertimbangan tersebut aktor dapat berperan mengendalikan sumber

daya, agar keduanya saling terlibat dalam sebuah tindakan yang bertujuan

untuk memaksimalkan kepentingannya masing-masing.

Dalam pilihan rasional ada beberapa hal yang harus diperhatikan

diantaranya:

1. Pemindahan hak kontrol yang dilakukan oleh pemilik Warung Tegal

yang memiliki banyak cabang kepada para karyawan dilakukan agar

dapat memaksimalkan kepentingan mereka. Dimana kepentingan

mereka yaitu untuk bisa bekerja sama mengembangkan warteg,

dengan beberapa cara pengelolaan yang baik dan benar. Dalam hal ini,

adanya pengontrolan tersebut supaya para karyawan tidak bekerja

keluar dari aturan yang telah disepakati. Karyawan diberikan

kepercayaan oleh pemilik Warung Tegal untuk bisa mengelola warteg

dengan sendirinya. Hal tersebut seperti kutipan berikut ini: “usaha

yang rasional yang dilakukan oleh para pengusaha berupa tindakan

ekonomi untuk mendapatkan keuntungan, seperti menyerahkan

pekerjaan kepada pihak lain, mengerjakan produksi yang sedang laku

dan mempermainkan harga” (Damsar, 2009: 247).

Karyawan berusaha maksimal untuk bisa memajukan warteg,

agar ia juga mendapatkan keuntungan dari warteg tersebut, begitu juga

hal yang sama dilakukan oleh pemilik warteg, mereka melakukan

usaha yang sama untuk bisa mendapatkan keuntungan dari warteg

Page 97: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

83

yang mereka miliki. Hal tersebut merupakan perilaku kolektif yang

dilakukan oleh pemilik warteg dengan karyawan, di sisi lain mereka

mendapatkan keuntungan juga bisa mempertahankan eksistensi

Warung Tegal. Seperti apa yang telah dijelaskan Coleman dalam

Ritzer dan Douglas, (2007:397) bahwa perilaku kolektif merupakan

suatu fenomena makro yang di dalamnya menyangkut perilaku.

Seperti pemindahan kontrol atas tindakan seseorang kepada orang

lain. Dalam hal ini upaya tersebut dilakukan agar bisa memaksimalkan

kepentingan mereka.

2. Norma atau aturan berguna untuk mengatur sesuatu agar berjalan

dengan semestinya. Aturan tersebut biasanya dipertahankan oleh

orang-orang yang mempunyai hubungan, terutama hubungan

kerjasama yang dibangun oleh Pemilik Warung Tegal dengan

Karyawan. Biasanya mereka terlibat dalam perjanjian awal yang

berupa kesepakatan tentang aturan-aturan secara tidak tertulis yang

harus dijalankan, terutama untuk karyawan Warung Tegal. Pemilik

warteg yang memiliki karyawan memberikan aturan-aturan yang

harus diterapkan oleh karyawannya agar dapat menghasilkan

keuntungan bersama bagi keduanya. Aturan yang diberikan yaitu

untuk menjaga kebersihan, menjaga kualitas masakan dan juga

keramah tamahan dalam melayani pembeli, kemudian juga dalam

pembagian tugas dan pengelolaan waktu yang harus diperhatikan

dalam berjualan. Hal tersebut harus dipertahankan oleh pemilik

Page 98: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

84

Warung Tegal maupun karyawan agar mereka bisa mendapatkan

keuntungan seperti bertambahnya pelanggan, dan mendatangkan

rezeki untuk mereka serta mampu eksis bersaing dengan warung

lainnya. Kemudian apabila norma tersebut tidak dijalankan dengan

baik, maka resiko untuk mendapatkan kerugian semakin besar karena

mereka akan kehilangan pelanggan, kemudian rezeki yang mereka

terima juga tidak sebesar ketika mereka menerapkan norma tersebut,

dan juga tentunya mereka tidak akan mampu bersaing dengan warung

lainnya. Norma atau aturan tersebut muncul dari kepercayaan yang

melibatkan pengendalian hak kontrol atas masing-masing individu

tersebut. Seperti yang dikatakan Coleman mengenai norma yang pada

mulanya muncul dan dipertahankan oleh beberapa orang. Dimana dari

norma tersebut akan menghasilkan keuntungan jika aktor dapat

mengikuti norma tersebut dengan baik, dan akan menimbulkan

kerugian jika aktor melakukan pelanggaran terhadap norma tersebut.

Coleman meringkas pendapatnya mengenai norma sebagai berikut:

“.....melepaskan sebagian hak untuk mengendalikan tindakan diri

sendiri dan menerima sebagian hak untuk mengendalikan tindakan

orang lain dan itulah akan memunculkan norma” (Coleman dalam

Ritzer dan Douglas, 2007:397). Dalam hal ini melihat aktor sebagai

upaya untuk memaksimalkan kepentingannya, dengan menggunakan

sebagian haknya untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan

melepaskan sebagian haknya untuk mengendalikan aktor lain.

Page 99: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

85

3. Perkumpulan yang dilakukan setiap bulannya oleh para pedagang

warteg tentunya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan

warteg. Karena dalam perkumpulan tersebut aktor individu bersatu

menjadi aktor korporat. Mereka berkumpul biasanya untuk silaturahmi

yang didalamnya juga terdapat arisan. Bukan hanya itu mereka juga

sering bertukar pikiran dan juga membahas tentang apa saja hal yang

dapat dilakukan untuk memajukan warteg. Ketika mereka berkumpul

mereka menjadi satu kesatuan, akan tetapi diluar itu mereka boleh

menentukan sendiri hal apa saja yang dapat dilakukan untuk

kepentingan wartegnya seperti untuk sistem Warung Tegal yang

dijalankan, kemudian untuk harga yang digunakan dan sebagainya.

Namun, mereka tidak boleh jauh keluar dari aturan yang telah

ditetapkan secara kolektivitas misalnya untuk harga yang digunakan

terlalu tinggi, maka itu akan merusak image Warung Tegal yang

menyediakan makanan tradisional dengan harga yang terjangkau. Hal

tersebut sama seperti penjelasan Coleman dalam Ritzer (2007: 398).

Aktor Korporat merupakan aktor kolektif. Coleman menegaskan

bahwa dalam suatu kolektivitas, aktor individual boleh bertindak

menurut tujuan mereka pribadi yang bisa saja berbeda dari

kepentingan kolektif, tetapi di sisi lain aktor individual harus

bertindak menurut kepentingan kolektivitas. Kemudian ia menyatakan

bahwa baik aktor kolektif maupun individual keduanya mempunyai

tujuan.

Page 100: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

86

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis teori yang telah diuraikan

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Eksistensi Warung Tegal di perkotaan tidak lepas dari faktor

banyaknya variasi makanan, tempat yang mudah dijangkau,

ramahnya pelayanan, tempat yang nyaman dan harga yang

terjangkau. Namun, yang dianggap paling penting yaitu banyaknya

variasi makanan, tempat yang nyaman dan harga yang terjangkau.

Hal tersebut dirasa penting dan harus dijaga agar Warung Tegal

tetap eksis di perkotaan. Pemilik Warung Tegal berusaha

mengubah image warteg yang kumuh dan kotor menjadi Warteg

yang bersih dan nyaman, mereka tidak segan mengeluarkan modal

yang cukup besar untuk membuat wartegnya menarik. Saat ini

warteg di perkotaan telah semakin menjamur, dan juga sudah

sedikit mengalami perubahan lebih baik yang lebih memperhatikan

kenyamanan pembeli. Sehingga kini Warung Tegal bukan lagi

warung makan sederhana yang kumuh melainkan warung makan

sederhana yang bersih. Kemudian warteg dahulu yang hanya

Page 101: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

87

dinikmati oleh kalangan kelas menengah ke bawah, Namun

sekarang juga bisa dinikmati oleh kalangan menengah keatas.

2. Faktor pendukung eksistensi Warung Tegal yaitu pertama, adanya

keterlibatan anggota keluarga dalam menjalankan usaha Warung

Tegal milik pribadi yang tidak memiliki cabang, karena selain bisa

menghemat pengeluaran untuk tidak memakai karyawan kemudian

juga bisa menjadi dorongan motivasi berjualan dari keluarga untuk

para pedagang Warung Tegal. Kedua, adanya kepercayaan antara

pemilik warteg yang memiliki banyak cabang dengan karyawan.

Karena memang kepercayaan sangat diperlukan dalam hubungan

pemilik dengan karyawan. Ketiga, adanya sistem kerjasama dengan

aplusan, dalam konteks ini sangat menguntungkan pedagang yang

memiliki modal terbatas, maka dari itu adanya kerjasama ini

membuat para pedagang Warung Tegal dapat membuka usahanya

dengan patungan untuk menyewa tempat dan menggunakan sistem

berganti giliran berjualan selama 4 bulan sekali. Keempat, adanya

perkumpulan antara sesama pedagang Warung Tegal, hal tersebut

sangat membantu dalam memajukan usaha Warung Tegal.

Terakhir, yaitu sistem setoran Warung Tegal yang memiliki 12

cabang, faktor ini menjadi penting karena kesuksesan dari sistem

ini cukup berhasil membuat Warung Tegal berkembang dan

bertambah banyak.

Page 102: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

88

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka saran yang bisa

peneliti anjurkan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema serupa,

diharapkan agar bisa mengungkapkan lebih banyak sistem setoran

yang terdapat pada warung tegal.

2. Bagi pemilik warteg dengan adanya penelitian ini diharapkan

untuk lebih meningkatkan kualitas dan layanan yang bisa menjaga

keberadaan warteg agar tetap bersaing dengan warung makan

lainnya.

3. Bagi masyarakat terutama yang mungkin masih mengandalkan

warung makan sederhana, diharapkan agar bisa mensupport

keberadaan sektor informal yaitu Warung Tegal sebagai bentuk

dari eksistensi makanan tradisional.

4. Bagi pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan

keberadaan warteg sebagai warung makan sederhana di kalangan

masyarakat agar tetap eksis.

Page 103: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

x

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Afrizal. 2015. Cet ke-2. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung

Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Neuman, Damsar dan Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group.

Neuman, Ghony, M Junaidi dan Fauzan Almanshur, ed., Sari. 2016. Metode

Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-ruz Media.

Gunawan, Imam, ed., Suryani. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan

Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryanto, Sindung. ed., Sandra. 2011. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Haryanto, Sindung. 2016. Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, Lexy. J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Neuman, W. Lawrence. 2013. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif. Jakarta: Indeks.

Nurhayati, Cucu. 2015. Pembangunan sosial sektor informal perkotaan (studi

kasus pedagang kaki lima di pasar minggu DKI Jakarta). Jakarta: Orbit

Publishing Jakarta.

Page 104: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xi

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Ed.6. Teori Sosiologi Modern.

Jakarta: Kencana.

Sumantri, R Gumilar, dkk. 2004. Sosiologi Perkotaan, Modul UT.

Soehartono, Irawan. 2015. Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian

Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2014. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wirawan, 2012. Ed. Ke-1. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta

Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Jurnal Online:

Alfaris, Muhammad Ramadhana. 2018. Eksistensi Diri Waria Dalam Kehidupan

Sosial Di Tengah Masyarakat Kota (Fenomenologi Tentang Eksistensi

Diri Waria Urbanisasi Di Kota Malang). [jurnal online]; Internet;

diunduh pada tanggal 22 Maret 2018. Tersedia di

https://media.neliti.com/media/publications/234795-eksistensi-diri-waria-

dalam-kehidupan-so-66e493ff.pdf

Andayani, Trisni dan Irma Ries Verany. 2015. Eksistensi Pedagang Rujak

Simpang Jodoh di Pasar 7 Tembung, Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

[jurnal online]; Internet; diunduh pada tanggal 22 Maret 2018. Tersedia

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/antrophos/article/view/5069

Andayani, Sri Wahyu. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Konsumen Dalam Mengkonsumsi Makanan Tradisional Daerah Tegal

Di Warung Tegal (Warteg) Balek Maning Yogyakarta. [jurnal online];

Internet; diunduh pada tanggal 20 september 2018. Tersedia di

http://journal.ustjogja.ac.id/download/8.%20Sri%20wahyu_UST%20Yog

ya.pdf

Asytuti Rinda. 2015. Pengusaha Warung Tegal Di Jakarta (Pendekatan Modal

Sosial. [jurnal online]; Internet; diunduh pada tanggal 22 Juni 2019.

Page 105: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xii

Tersedia di https://media.neliti.com/media/publications/201757-

pengusaha-warung-tegal-di-jakarta-pendek.pdf

Bakti, Indra Setia, dkk. 2018. Eksistensi Dukun Di Tanah Gayo. [jurnal online];

Internet; diunduh pada tanggal 23 Maret 2018. Tersedia di

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=860950&val=

11051&title=Eksistensi%20Dukun%20di%20Tanah%20Gayo

Khamdevi, Muhammar dan Iqbal Rasyid Nasution. 2014. Studi Karakteristik

Arsitektur Khas Pada Warung Tegal Di Jabodetabek. [jurnal online];

Internet; diunduh pada tanggal 22 Juni 2019. Tersedia di

https://www.academia.edu/7796146/Studi_Karakteristik_Arsitektur_Kha

s_Pada_Warung_Tegal_Di_JABODETABEK

Lessetiawanti, Enni. 2017. Eksistensi Pedagang Kaki Lima Ditempat Hiburan

Malam Kawasan Bintan Plaza. [jurnal online]; Internet; diunduh pada

tanggal 23 Maret 2018. Tersedia di http://jurnal.umrah.ac.id/wp-

content/uploads/gravity_forms/1-

ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2017/08/JURNAL68.pdf

Maflahah dan Akhmad Ramdhon. 2018. Warung Tegal: Relasi Kampung

Menyangga Kota Jakarta (Studi Kasus Pada Warung Tegal Di Jakarta

Timur). [jurnal online]; Internet; diunduh pada tanggal 22 Juni 2019.

Tersedia di https://jurnal.uns.ac.id/jodasc/article/download/23054/pdf

Mustopa, Zaenal. 2016. Eksistensi Mahasiswi Dalam Berorganisasi Di

Lingkungan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas

Pendidikan Indonesia. [jurnal online]; Internet; diunduh pada tanggal 22

Maret 2018. Tersedia di

http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/4238

Sari, Gennya Prinita. Tanpa tahun. Eksistensi Pedagang Kaki Lima Di Pasar

Maling Wonokromo Surabaya. [jurnal online]; Internet; diunduh pada

tanggal 22 Maret 2018. Tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-

fullpapers-kmnts44f076fdedfull.pdf

Setiawan, Eko. 2016. Eksistensi Budaya Bahari Tradisi Petik Laut Di Muncar

Banyuwangi. Universum vol. 10 No. 2 Juli 2016. [jurnal online];

Internet; diunduh pada tanggal 23 Maret 2018. Tersedia di

Page 106: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xiii

https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/universum/article/download/263/

227

Sihaloho, Lena Uli. Tanpa tahun. Eksistensi Pasar Malam (Studi Kasus Pasar

Malam Bayang Ohana Di Kota Pekanbaru). [jurnal online]; Internet;

diunduh pada tanggal 23 Maret 2018. Tersedia di

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/2457

Sofiani, Triana. Tanpa tahun. Eksistensi Perempuan Pekerja Rumahan Dalam

Konstelasi Relasi Gender. [jurnal online]; Internet; diunduh pada tanggal

23 Maret 2018. Tersedia di http://e-

journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/17

Berita Online:

Awal Mula Kemunculan Warteg Hingga Mendunia. [berita online]; Internet;

Diakses Pada Tanggal 4 Oktober 2018. Tersedia Di

Https://Www.Liputan6.Com/Regional/Read/2606636/Awal-Mula-

Kemunculan-Warteg-Hingga-Mendunia

Data Online

https://tangerangkota.bps.go.id/ diakses dan diunduh pada tanggal 28 April 2019.

Page 107: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xiv

LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA

No Teori Pilihan Rasional Pertanyaan

1. Perilaku Kolektif

merupakan fenomena

makro yang di

dalamnya menyangkut

perilaku seperti

pemindahan hak kontrol

atas tindakan seseorang

kepada orang lain.

1. Bagaimana cara menjalin hubungan baik

antara pemilik dengan pekerja yang ada

di warteg?

2. Bagaimana cara membangun

kepercayaan antara pemilik dengan

pekerja warteg?

3. Bagaimana usaha atau cara yang

dilakukan oleh pemilik atau pekerja

warteg agar warteg tersebut dapat eksis

dan maju?

2. Norma merupakan

aturan yang akan

menghasilkan

keuntungan jika aktor

dapat mengikutinya

dengan baik dan

sebaliknya akan

menimbulkan kerugian

jika aktor melakukan

pelanggaran terhadap

norma tersebut.

1. Apa saja aturan yang telah disepakati?

2. Bagaimana cara mengatur waktu untuk

jualan?

3. Bagaimana cara pembagian tugas antara

pemilik dengan pekerja? Apakah telah

disepakati sebelumnya?

4. Bagaimana cara menciptakan

kenyamanan untuk bisa menarik

pembeli?

3. Aktor Korporat

merupakan aktor

kolektif. Dalam

kolektivitas tersebut

aktor boleh bertindak

yang bisa saja berbeda

dari kepentingan

kolektif, tetapi juga

disisi lain aktor

individual harus

bertindak menurut

kepentingan

kolektivitas

1. Apakah ada perkumpulan yang diikuti?

2. Berapa bulan sekali berkumpul?

3. Pada saat berkumpul apa saja hal yang

dilakukan?

4. Bagaimana pengaruhnya terhadap usaha

warteg yang dikelola?

5. Dalam perkumpulan tersebut apakah

dapat mempengaruhi kisaran harga

jualan?

6. Dengan mengikuti perkumpulan tersebut

apakah dapat menjaga eksistensi warteg?

Page 108: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xv

Mengapa alasannya?

7. Dalam perkumpulan tersebut apakah

berasal dari warteg yang sama?

Pertanyaan untuk pedagang Warung Tegal

1. Nama:

2. Umur:

3. Pendidikan:

4. Daerah Asal:

5. Status:

6. Lama jualan:

7. Apakah Wartegnya milik pribadi atau bukan?

8. Alasan kenapa memilih berjualan warteg?

9. Saat berjualan dibantu oleh siapa? Karyawan atau anggota keluarga?

10. Bagaimana cara mengatur waktu jualan? Dan apa saja pembagian tugasnya?

11. Bagaimana cara menentukan harga?

12. Apakah ada aplusan? Jika ada apa aktivitas selama aplusan?

13. Apakah ikut perkumpulan? Jika ada apa saja hal yang dilakukan dalam

perkumpulan tersebut? apakah perkumpulan tersebut dengan warteg yang

sama? perkumpulan tersebut mempengaruhi eksistensi warteg?

14. Bagaimana cara menciptakan kenyamanan pembeli?

15. Bagaimana cara menjalin hubungan baik antara pemilik dengan pekerja

yang ada di warteg?

Page 109: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xvi

16. Bagaimana cara membangun kepercayaan antara pemilik dengan pekerja

warteg?

17. Bagaimana usaha atau cara yang dilakukan oleh pemilik atau pekerja warteg

agar warteg tersebut dapat eksis dan maju?

Pertanyaan untuk pembeli Warung Tegal

1. Siapakah nama lengkap anda:

2. Berapakah umurnya?

3. Apa pendidikan terakhirnya?

4. Apa pekerjaannya?

5. Dimanakah tinggalnya?

6. Udah sering makan disini? Atau baru makan disini?

7. Kenapa memilih untuk makan di warteg?

8. Apakah terbantu banyaknya warteg sekarang ini? Apakah alasannya?

Page 110: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xvii

LAMPIRAN 4

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Nama : Bapak Saiful (Suami Ibu Suhartini)

Umur : 42 tahun

Pendidikan : SD

Daerah asal : Jawa Timur

Status : Pedagang

Lama jualan : 12 Tahun

Tanggal wawancara : 10 April 2019 (Wawancara Pertama)

Peneliti : Kalo boleh tau nama bapak siapa ya? Umurnya berapa

pak?

Informan : Saiful, Umurnya 42

Peneliti : pendidikan terakhirnya apa ya pak?

Informan : Dulu sekolah madrasah SD, dulu mts gak nyampe

setahun.

Peneliti : Dulu awal buka warteg gimana pak?

Informan : Dulu pas nikah sama istri buka warteg, soalnya kan istri

saya nungguin warteg udah lama

Informan : Dulu sebelum buka warteg, buka salon dulu. Ya

pengalamannya banyaklah

Peneliti : Berapa lama di warteg?

Page 111: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xviii

Informan : Sudah lama disini mah, lamanya kaya usia anak saya

sekarang udah SMP

Peneliti : Berarti sekitar 12 tahunan ya pak?

Informan : Iya sekitar segitu

Peneliti : Bapak orang Tegal Asli?

Informan : Istri saya orang Tegal, saya mah bukan

Peneliti : Berarti bapak baru ya dagang warteg?

Informan : Iya kalo saya baru, yang lama istri saya jualan warteg

dari perawan

Peneliti : Tegalnya daerah mana bu?

Informan : Oh kalo saya di deket Kalinyamat

Peneliti : Ini ibu sama bapak jualan berdua aja?

Informan : Engga, ini biasanya ada yang bantuin tapi lagi nikah

jadinya belum ada lagi

Peneliti : Kalo boleh tau ini warteg punya sendiri atau gimana pak?

Informan : Kalo warteg yang ini punya saya pribadi

Peneliti : Berarti jualan disini bapak sama ibu terus dong ya? Gak

gantian sama orang lain?

Informan : Engga, saya juga gantian aplusan namanya sama yang lain

Peneliti : Oh gitu, biasanya aplusan berapa bulan sekali pak?

Informan : Biasanya 4 bulan sekali

Peneliti : Bapak ikut kerjasama atau kumpul gitu ga sama warteg

lainnya?

Page 112: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xix

Informan : Ikut tapi ya gak ikut arisannya karena ribet, jadi ya paling

ikut ngumpul aja kadang-kadang sama pesona bahari atau

kharisma bahari

(Wawancara Kedua Tanggal 15 Juli 2019)

Peneliti : Warteg disekitaran sini tambah banyak apa gak pak?

Informan : Saingannya lebih banyak sekarang

Peneliti : Bedanya dari warteg yang dulu apa pak?

Informan : Kalo yang lama wartegnya kurang bersih maksudnya kan

kurang modern kalo sekarang kan lebih bagus lah. Terus

ada tulisannya gede gitu kan. Kalo dulu kan jadul ya

Peneliti : Terus kalo kumpulan gitu kan ya kaya pesona gini, itu

semua warteg apa warteg pesona aja?

Informan : Warteg pesona aja

Peneliti : Kalo warteg pesona itu wartegnya sodaraan apa gimana

pak, kok bisa ngumpul gitu?

Informan : Ya jadi satu pengusaha dia punya modal buka warung jadi

dia cari anak buah buat nungguin buat setoran sama satu

orang itu. Jadi dia bikin warteg sebanyak-banyaknya terus

cari anak buah sebanyak-banyaknya buat nungguin. Dia

sistemnya setor, setornya sesuai kontrak kalo kontraknya

gede, setornya juga gede. Mau untungnya lebih gede apa

kecil terserah yang penting sesuai kontrak. Kontrak disini

misalkan berapaa...misalnya kontraknya 50 juta kasih

patokan, ya 12 juta udah setoran. Kalo disini untung satu

juta terserah yang penting setorannya sesuai kontrak.

Page 113: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xx

Peneliti : Berarti kalo misalnya untung berapa terserah gitu pak?

Informan : Ya untung yang nungguin, kalo rugi tinggal hehe kan gak

mau kita kalo rugi kan

Peneliti : Oh gitu iya pak. Berarti kalo ngumpul gitu karyawannya

yang ngumpul pak?

Informan : Iya karyawannya yang ngumpul setor itu

Peneliti : Kalo aturan dari bosnya ada gak pak?

Informan : Aturan dari bosnya itu gak terlalu ribet sih, asal dirawat

aja yang penting bersih itu doang. Gak terlalu harus ini

harus itu sih. Harus 24 jam engga juga. Tutup abis maghrib

gapapa yang penting setorannya cukup hehe jadi gak ada

aturan khusus

Peneliti : Terus kalo tempat disini yang milih bosnya pak?

Informan : Iya yang milih bosnya

Peneliti : Bosnya masih sodara apa gimana pak?

Informan : Kalo sama saya masih sodara satu ayah kalo sama yang

lain ya engga. Kan banyak wartegnya ada 12

Peneliti : Disini di Tangerang?

Informan : Di jakarta, di Tangerang cuma 1 ini

Peneliti : Oh ini doang pak yang disini?

Informan : Iya yang disini, karena deket saya. Jadi saya yang suruh

nungguin disini.

Peneliti : Oh pantesan pak saya cuma liatnya yang ini

Informan : Ada di kali tempe cuma beda bos lagi

Page 114: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxi

Peneliti : Kalo di kharisma beda ya pak?

Informan : Iya beda lagi, dulu bos saya nungguin kharisma belum

punya apa-apa. Setelah dia punya modal dia buka usaha

sendiri. Tapi tetep nungguin yang kharisma itu, tapi dia

punya usaha sendiri.

Peneliti : Oh gitu, baru tau saya pak. Berarti warteg yang sekarang

udah maju belum sih pak?

Informan : Ya bisa dibilang udah sedikit modernlah sedikit kaya

restoran. Gak kaya dulu kan modalnya dikit jadi kan masih

jadul

Peneliti : Terus sama warteg yang satu lagi itu aplusan kan pak,

sodara apa engga pak?

Informan : Ada sodara yang perempuan itu adik saya. Usaha bersama

si sebenernya, jadi mau ngontrak kita gak punya modal.

Cukup buat beli bahan makan doang, akhirnya kerjasama

berdua sama adik. Dia kalo jualan sama suaminya. Terus

sistemnya gimana? Ya jadi kita sistemnya aplusan deh 4

bulan sekali gitu

(Wawancara Ketiga Tanggal 7 Agustus 2019)

Peneliti : Pak kalo boleh tau lebar warteg biasanya berapa yang

sekarang?

Informan : Lebarnya biasanya 5, panjangnya biasanya 8

Peneliti : Pak kalo bos wartegnya tinggalnya dimana?

Page 115: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxii

Informan : Di kebayoran lama, tapi setiap hari mungkin gak ada di

rumah karena kan dia ngiter 12 wartegnya tuh jadi ya suka

sibuk

Peneliti : Itu bos warteg yang gede ya pak?

Informan : Iya bos warteg yang gede

Peneliti : Bos warteg itu sodara bapak bukan?

Informan : Bukan, kalo bos besarnya bukan sodara saya. Tapi kalo

kakak ipar saya yang jalanin usaha bos besar itu. Yang

nyari tempat atau apa gitu, nah jadi bos besarnya yang

ngasih modal gitu. Kakak ipar saya tugasnya nyari orang

juga. Nanti untuk setoran ya disetorin ke bos besar.

Peneliti : Kalo bos besar itu bapak kenal apa engga?

Informan : Kalo bos besarnya saya juga gak tau orang mana, tinggal

dimana ya gak pernah ketemu juga sih

Peneliti : Untuk wartegnya bapak tau dimana aja nih letak warteg

pesona bahari?

Informan : Tau saya sedikit

Peneliti : Dimana pak?

Informan : Di sini 1, di condet 2, pasar minggu, Tomang, untuk yang

baru-baru saya belum tau letaknya. Dia masih bangun terus

sampai sekarang mau menuhin jakarta hehe

Peneliti : Kan kalo setor warteg itu kan untungnya ke bapak kalo

rugi pernah gak pak?

Informan : Belom pernah, kalo saya belom pernah rugi alhamdulillah.

Pernah tuh ada temen yang rugi, dia masa percobaan.

Page 116: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxiii

Sebenernya mah dia gak rugi soalnya kan dia gak sih modal

ya, tapi ya itu setorannya kurang. Akhirnya dia kan gak

megang duit setorannya kurang ya jadi dia mengundurkan

diri.

Peneliti : Tapi kalo sekarang ada yang nerusin gak pak disitu?

Informan : Ada, ada yang nerusin sekarang dibangun tempatnya

dibagusin, terus usahain pelangganya bertambah

Peneliti : Kenapa disitu pernah rugi pak?

Informan : Posisinya kurang strategis, bukan buat warung makan

malah dibangun disitu jadi ya gitu.

Peneliti : Kalo disini yang jaga berapa orang pak?

Informan : Disini 4 orang

Peneliti : Biasanya warteg lain juga dijagain sama 4 orang ya pak?

Informan : Engga juga, ada juga yang 6 orang kalo wartegnya rame

banget biasanya yang 24 jam. Disini sebenernya bisa 24

jam tapi karena tenaganya kurang jadi gak bisa, lagi nyari

orang tapi belom dapet. Itu susahnya kalo warteg sekarang,

nyari karyawan susah alesannya capek

Peneliti : Apa ada calo warteg gitu pak?

Informan : Iya istilahnya mah calo gitu, jadi kita make jasa dia buat

nyariin karyawan. Nah nanti sama dia dicariin nih orang.

Kalo udah dapet nanti baru disuruh kerja di kita. Nah nanti

satu orangnya bayarnya berapa. Cuma ya kita harus berjanji

dulu sama calonya, kalo gak janji nanti kita dipermainkan

sama calo. Kalo karyawannya dateng terus gak betah nanti

Page 117: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxiv

pulang baru seminggu, nanti bisa dicaloin lagi sama orang

lagi dapet duit lagi.

Peneliti : Oh gitu ya pak, berarti gak bertahan lama ya pak?

Informan : Ya biasanya gitu sih

Peneliti : Suka dukanya berjualan warteg gimana pak?

Informan : Karena ya gak bisa kerja yang lain, ya kalo bisa kerja yang

lain yang gajinya lebih gede mungkin bisa tapi kan

pendidikannya kurang. Sukanya kalo jualan warteg

untungnya lumayan, kalo dukanya menguras tenaga, capek,

ngantuk terua harus disiplin. Bangunnya harus pagi-pagi.

Orang-orang belum bangun, kita udah bangun masak.

Peneliti : Berarti mengelola waktunya penting ya pak?

Informan : Iya mengelola waktunya penting, kalo gak ya nanti

keteteran

Page 118: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxv

2. Nama : Ibu Suhartini (Istri Bapak Saiful)

Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMP

Daerah asal : Tegal

Lama jualan : 15 Tahun

Tanggal wawancara : 3 Juli 2019

Peneliti : Namanya kalo boleh tau siapa ya bu?

Informan : Nama siapa? Saya apa yang lainnya? hehe

Peneliti : Iya nama ibu, bukan yang lain bu

Informan : Bukannya udah kenalan kemarin kita, yang kamu dateng

itu sebelum lebaran

Peneliti : Iya bu, tapi aku belum tau nama ibu siapa hehe

Informan : Nama saya suhartini

Peneliti : Daerah asal mana bu?

Informan : Daerah asal Tegal

Peneliti : Saya juga dari Tegal bu, Tegal tinggal dimana bu? Di

kotanya?

Informan : Oh kamu dari Tegal juga? Tegal mana? Iya di kota di

daerah margadana

Peneliti : Saya di slawinya bu

Informan : Oh di slawi ya

Peneliti : Iya bu, warteg ini punya pribadi atau gimana?

Page 119: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxvi

Informan : Ini punya bos, jadi disini ada bossnya gitu

Peneliti : Oh ada bosnya ya bu, terus ibu disini sebagai karyawan

ya?

Informan : Iya saya disini cuma karyawan

Peneliti : Kalo warteg yang disana ibu punya pribadi atau engga?

Informan : Pribadi iya kalo warteg yang disana

Peneliti : ibu jualan warteg udah berapa lama bu?

Informan : Udah lama sekitar 15 tahun, pas saya masih perawan

Peneliti : Udah lama juga ya bu

Informan : Iya udah lama, saya dulu masih jadi pembantu kalo saya

sudah buka warteg sendiri, tapi ini lagi aplusan disini

Peneliti : Oh iya alasannya kenapa bu aplusan kaya gitu?

Informan : Ya untuk istirahat aja

Peneliti : Tapi ini ibu jualan lagi setelah aplusan di warteg yang

kelola sendiri itu?

Informan : kemarin kan sempet pulang kampung saya, istirahat 2

mingguan. Jadi balik kesini lagi

Peneliti : Biasanya kalo aplusan berapa bulan sekali bu?

Informan : Biasanya sih 3-4 bulan sekali aplusan, ya kemarin saya

udah 4 bulan yang disana jadi aplusan deh

Peneliti : Ibu kalo yang disini jadi karyawan ya? Sendiri apa sama

yang lain itu bu?

Page 120: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxvii

Informan : Iya sama yang lain juga karyawan disini, itu saya sama dia

sodaraan

Peneliti : Berarti ibu tinggal disini barengan ya bu?

Informan : Iya barengan sama suami dan anak saya, terus sodara saya

sama suaminya juga

Peneliti : Di warteg pribadi ada karyawannya gak bu? Apa ngurus

sendiri aja?

Informan : Kemaren-kemaren sih ada, tapi udah sebulan kemarin lagi

gak ada. Saya sih sebenernya gak suka pake karyawan,

karena kan kalo karyawan masih muda ya dikit-dikit

maunya dia main hp, terus juga biasanya sikapnya sama

gayanya kaya majikan, haha yang majikannya kaya

karyawan ya gitu deh. Terus juga pas awalnya harusnya kan

dia kerja dulu baru ngomongin gaji. Lah ini kerja aja belum

ngomongnya gajinya berapa. Jadinya agak gak suka kalo

pake karyawan kecuali kalo dari sodara sendiri

Peneliti : Oh gitu bu, kalo karyawan gitu dari sodara sendiri apa

dari luar bu?

Informan : Saya kalo karyawan lebih enak sodara sendiri tapi ya itu

kadang gak ada yang bisa juga, jadinya pernah tuh kalo dari

luar sama calo

Peneliti : Ada calonya juga bu? Saya baru tau ada calonya buat

karyawan warteg

Informan : Iya ada calonya gitu kaya penyalur karyawan

Peneliti : Calonya orang Tegal juga bu?

Informan : Iya orang Tegal juga

Page 121: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxviii

Peneliti : Terus calonya minta jatah berapa bu? Apa tiap bulan gitu

dia dapet duit?

Informan : Engga tiap bulan, jadi kita harus bayar dulu 300rb untuk

sama calonya terus bayar 200rb untuk dp awal karyawan

gitu. Jadi gak bulanan, kalo udah bayar ya lepas dari

calonya

Peneliti : Cara menjalin hubungan baik dengan pemilik warteg

disini gimana?

Informan : Ya percaya aja, sama-sama percaya gitu

Peneliti : Oh iya bu, bos warteg nya dateng kapan aja?

Informan : Sebulan sekali dia datengnya

Peneliti : Kalo sebulan sekali gitu, berarti dia ga ngontrol setiap hari

ya bu?

Informan : Iya engga ya gitu paling sebulan sekali

Peneliti : Terus kalo masalah pengeluaran sama pemasukan berarti

ibu yang kelola ya?

Informan : Ya saya yang megang kalo itu, di transfer sih biasanya

Peneliti : Bu kalo boleh tau warteg disini jualan dari kapan?

Informan : Hampir satu tahun nanti 12 oktober 1 tahun pas

Peneliti : Oh baru mau 1 tahun ya bu? Terus wartegnya ngontrak

apa punya sendiri bu?

Informan : Kalo warteg ini ngontrak mba

Peneliti : Warteg yang ibu kelola sendiri itu ngontrak juga atau

gimana?

Page 122: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxix

Informan : Sama ngontrak juga bukan punya sendiri

Peneliti : Umur ibu sekarang berapa ya?

Informan : Umur saya 36 tahun

Peneliti : Kalo pendidikan terakhirnya kalo boleh tau apa ya bu?

Informan : Pendidikannya SMP

Peneliti : Pengalaman kerja di warteg udah banyak dong bu?

Informan : Iya udah lumayan banyak

Peneliti : Apa aja bu pengalaman yang didapat dari berjualan

warteg?

Informan : Ya kalo pengalaman paling masak ya, terus juga udah

biasa melayani pembeli gini.

Peneliti : Kenapa ibu memilih berjualan warteg?

Informan : Soalnya saya emang udah lama sih ya di warteg jadinya

keahlian saya disini, pernah saya dulu jualan sembako tapi

gak laku. Ya karena itu saya jadinya milih jualan warteg

terus

Peneliti : Kalo bicara penghasilan nih bu, jualan warteg

penghasilannya berapa bu?

Informan : Ya lumayanlah bisa untuk nyekolahin anak, sama buat

nabung dikit-dikit. Ya cukuplah untuk kebutuhan sehai-hari.

Kalo disini kan makan tinggal ngambil

Peneliti : Iya ya bu pagi siang sore tinggal ngambil makannya enak

ya

Page 123: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxx

Informan : Iya jadi gak ngeluarin duit lagi untuk makan, terus juga

gak usah masak lagi. Ya lumayan daripada kerja yang lain

kaya kuli misalnya kan capek terus gak dapet makan,

penghasilannya juga gak tetap ya belum tentu

Peneliti : Oh gitu ya bu, iya sih bener juga bu kalo kuli kan

penghasilannya belum tentu. Kalo boleh tau buka

wartegnya jam berapa bu?

Informan : Jam 6 kita udah buka

Peneliti : Oh berarti belanjanya dari jam 3an ya bu?

Informan : Ya sekitar jam 3 kalo gak setengah 4

Peneliti : Biasanya yang pergi belanja ke pasar siapa bu? Bapaknya

ya?

Informan : Iya bapak itu yang biasa belanja di pasar

Peneliti : Terus yang masaknya ibu?

Informan : Iya saya sama sodara saya, ya pokoknya kalo masak mah

barengan

Peneliti : Wartegnya tutup jam berapa bu?

Informan : Wartegnya tutup jam 2 pagi

Peneliti : Wah capek banget dong ya bu kalo gitu buka jam 6 pagi

tutup jam 2 pagi

Informan : Iya pasti capek sih ya, tapi ya gapapa kerja emang harus

capek

Peneliti : Oh ya bu, Kalo warteg disini memperhatikan kenyamanan

pembeli gak sih bu?

Page 124: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxi

Informan : Iya pasti kalo itu

Peneliti : gimana caranya menciptakan kenyamanan untuk pembeli

bu?

Informan : ya kitanya harus ramah sama pembeli kalo ngelayanin

makanan harus sopan lah pokoknya gitu

Peneliti : Oh gitu ya bu, sama jaga kebersihan iya gak bu?

Informan : Pasti kalo kebersihan kita jaga ya gimana ya supaya

pembelinya nyaman makan disini

Peneliti : Kalo disini wartegnya ikut perkumpulan gitu gak bu?

Informan : Ikut perkumpulan warteg pesona bahari

Peneliti : Iya kalo pesona bahari kumpulannya besar ya bu? soalnya

saya liat ada dimana-mana

Informan : Iya besar, dia sama kaya warteg kharisma bahari tau kan

ya?

Peneliti : Iya tau bu banyak juga warteg itu bu. Yang ikut ngumpul

warteg pesona bahari siapa bu?

Informan : Itu kalo disini biasanya bos-bos yang ikut

Peneliti : Biasanya kalo ngumpul gitu ngapain aja sih bu?

Informan : Paling ya arisan kalo ngumpul gitu

Peneliti : Terus ngapain lagi bu?

Informan : Ya ngobrol-ngobrol silaturahmi sama yg lain

Peneliti : Kalo warteg yang ibu kelola sendiri ikut ngumpul gitu

juga?

Page 125: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxii

Informan : Ya ngumpul juga, tapi saya gak ikut arisannya

Peneliti : Kalo ngumpul gitu biasanya sebulan berapa kali bu?

Informan : Sebulan sekali sih biasanya

Peneliti : Kalo nentuin harga makanan nih bu biasanya ditentuin

dari kumpulannya apa nentuin sendiri atau sama kaya yang

lain?

Informan : Kalo harga mah sama aja kaya yang lain, gak ditentuin

dari sana sih

Peneliti : Oh berarti harga umum ya bu?

Informan : Iya ngambilnya harga umum. Paling kalo lagi pada naik

bahannya, kita tetep sama harganya tapi ya itu dikurangin

porsinya

Peneliti : Berarti harganya tetep sama ya bu?

Informan : Iya sama, Cuma ya kalo pembeli kan biasanya gitu ya

misalnya kalo beli lauk 3ribu sedikit minta ditambah ya kita

tambah dikit

Peneliti : Terus ya bu kalo warna warteg kan itu diluar catnya warna

hijau kuning bu itu ada artinya gak sih? Apa terserah

sendiri aja?

Informan : Warnanya biar cerah aja pake warna itu, kalo Pesona

Bahari warnanya sama emang dari sananya

Peneliti : Iya saya sering liat warteg banyak yang pake warna cat

kaya gitu bu

Informan : Warna hijau kuning pengganti tadi lambangnya Tegal

Bahari itu

Page 126: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxiii

Peneliti : Sekarang kan warteg ada dimana-mana ya bu, gimana

caranya bos warteg dan ibu mempertahankan eksistensi

warteg ini supaya masih bisa bertahan dan bersaing dengan

yang lainnya?

Informan : kalo itu sih paling rasanya yang kita jaga, terus menunya

diperbanyak supaya pembeli gak bosen terus ya itu tadi

harus ramah sama pembeli tempat juga harus bersih

Peneliti : Kalo boleh tau kan warteg hampir setahun nih bu ada

pelanggan tetap gak sih bu?

Informan : Ada pelanggan kita yang rumahnya di deket sini, terus

juga ada tuh yang suka kesini langganan karyawan dari

pabrik

Peneliti : Oh di deket sini ada pabrik juga ya bu?

Informan : Iya ada pabrik tuh di belakang karyawannya suka pada

makan disini

Peneliti : Berarti selama hampir setahun ini pembelinya rame apa

engga?

Informan : Ya alhamdulillah rame sih mba

Page 127: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxiv

3. Nama : Bapak Abu Khoir

Umur : 42 tahun

Pendidikan : SMP

Daerah asal : Tegal

Status : Pedagang

Lama jualan : 10 Tahun

Tanggal wawancara : 3 Juli 2019

Peneliti : Kalo boleh tau nama bapak siapa ya?

Informan : Abu khoir

Peneliti : Kalo boleh tau daerah asalnya mana pak?

Informan : Brebes

Peneliti : Oh berarti bukan orang Tegal ya?

Informan : Iya asli kan perbatasan

Peneliti : Oh perbatasan

Informan : Iya pas perbatasan persis Tegal Brebes itu kalo ini kan

masih satu jalur lah jembatan tol

Peneliti : Kalo jualan udah lama pak disini?

Informan : Disini baru 10 tahun

Peneliti : Oh udah lama berarti pak hehe

Informan : Iyaa hehe udah lumayan

Peneliti : Pas dedenya belum ada berarti ya?

Page 128: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxv

Informan : Iya

Peneliti : Kalo disini warteg sendiri atau?

Informan : Ngontrak

Peneliti : Udah 10 tahun tapi?

Informan : Iya

Peneliti : Usianya berapa tahun pak?

Informan : Siapa?

Peneliti : Bapak

Informan : Hmm..42

Peneliti : Disini berarti bapak aja ya gak ada karyawan?

Informan : Oh gak ada cuma berdua sama istri

Peneliti : Kalo itu bapak suka ikut kumpulan2 gitu gak sih pak?

Informan : Oh engga waktunya sih gak ada

Peneliti : Berarti sendiri aja ya pak?

Informan : Iya

Peneliti : Kalo misalnya buka jam berapa?

Informan : Jam 6 kadang setengah 7 lah

Peneliti : Kalo tutupnya pak?

Informan : Jam 9 jam 10

Peneliti : Berarti kalo ke pasarnya itu pagi2 ya pak?

Page 129: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxvi

Informan : Ya ke pasar kadang pagi kadang siang ya tergantung kalo

anaknya lagi iniya

Peneliti : Berarti kalo bukanya gak tentu juga dong pak?

Informan : Kalo buka ya tentu jam 6 setengah 7 tapi kalo anaknya

udah bangun ya jam 7 kadang juga jam 5

Peneliti : Tetap ya pak

Informan : Iya tetap

Peneliti : Biasanya kalo yang ke pasar itu bapak ya?

Informan : Iya

Peneliti : Istri masak aja?

Informan : Iya masa aja

Peneliti : Berarti disini suka ada aplusan gitu pak apa engga?

Informan : Engga

Peneliti : Sendiri aja pak?

Informan : Iya sendiri aja..ya kalo capek ya pulang hehe

Peneliti : Pulangnya tapi gak tentu ya pak?

Informan : Pulangnya gak tentu, ini aja bentar lagi mau pulang lagi.

Belum 27 hari udah pulang, ada acara bapak saya mau naik

haji. Pokoknya kalo ada acara penting ya pulang

Peneliti : Iya berarti gak tentu

Informan : Iya kalo aplusan kan biasanya 3 bulan 4 bulan pulang

Peneliti : Terus kalo menciptakan kenyamanan buat pembeli gimana

pak? Apa masakannya gimana?

Page 130: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxvii

Informan : Ya masakannya dijaga kualitasnya, ya kadang kita

tergantung orangnya. Kalo orangnya gak sopan ya saya

lebih ini lagi lah. Tergantung ini juga sih, kalo saya

sifatnya orang jualan harus sopan

Peneliti : Terus kalo kebersihan juga pak?

Informan : Iya kebersihan juga

Peneliti : Kan sekarang warteg udah banyak nih pak? Gimana bapak

jaga eksistensi supaya bisa warteg bisa bertahan?

Informan : Ya begitu jaga kualitas masakan sama pelayanan

Peneliti : Kalo catnya pengaruh gak sih pak? Catnya warna apa aja

gitu

Informan : Oh gak ngaruh kecuali kalo wartegnya yang gede gitu

kharisma bahari itu emang kaya ada kelompok gitu

Peneliti : Komunitas ya pak?

Informan : Iya komunitas itu. Katanya sih yang punya satu orang apa

gimana, kalo saya sih ngontrak sendiri apa sendiri

Peneliti : Pribadi berarti ya pak

Informan : Iya pribadi cuma kiosnya ini ngontrak

Peneliti : Kan kalo warteg yang dulu dulu kan itunya pake kayu gitu

pak

Informan : Pake papan gitu

Peneliti : Iya pake papan gitu pak, kalo ini kan udah maju gitu pake

kaca jadi desainnya udah beda

Informan : Kalo itu tahun 90 masih pake papan

Page 131: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxviii

Peneliti : Kalo pake kaca gini tahun berapa pak?

Informan : Sekitar itu tahun 90an kesini udah mulai pake kaca

permanen gitu

Peneliti : Kan ciri khas warteg dulu pake papan ya pak?

Informan : Iya kalo itu masih ada 1, 2 lah di pinang griya itu masih

bertahan 2 itu warteg lama, disamping Pinang griya

Peneliti : Kenapa bapak pake kaca gini ya pak?

Informan : Ya kalo saya sih nerusin orang tua, dulu orang tua dari

tahun 80

Peneliti : Disini pak?

Informan : Itu disana banjar wijaya sana, terus tanahnya dijual pindah

kesini 2009. Akhirnya mertua meninggal terus saya yang

nerusin

Peneliti : Sodara bapak ada yang punya warteg juga ya pak?

Informan : Ada di ini ciledug, di daerah duren villa ada, di ciledug

indah ada, di semanan ada

Peneliti : Berarti bapak buka warteg ini bukan baru ya pak?

Informan : Ya bukan sih

Peneliti : Jadi udah dari turun temurun, udah tau trick nya gitu ya

pak

Informan : Oh ya dari 97 saya, begitu keluar dari pesantren langsung

belajar. Bukannya ngajar malah belajar di warteg hehe

Peneliti : Kalo boleh tau pendidikannya apa pak?

Informan : SMP eh MTS

Page 132: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xxxix

Peneliti : Kalo nentuin harganya gimana pak? Sama kaya yang lain

atau nentuin sendiri?

Informan : Ya sama yang lainnya nanya kaya yang di pasar sama

temen

Peneliti : Umum berarti ya pak?

Informan : Iya umum harganya. Ikan berapa, itu berapa nasi bungkus

berapa ya umumlah pokonya

Peneliti : Pengalaman apa aja yang bapak dapet selama jualan

disini?

Informan : Ya susah senang dilakuin ajalah, kadang orag makan yang

rese juga ada, yang ngutang bayarnya ogah ogahan juga

banyak. Sekarang ga boleh ngutang sekarang, banyak yang

kabur

Peneliti : Oh banyak yang ga bayar pak?

Informan : Hehe iya buat pelajaranlah dari dulu

Peneliti : Kalo yang ngutang itu orang sini atau?

Informan : Orang sini yang kerja disini

Peneliti : Kalo bicara penghasilan gimana pak?

Informan : Ya lumayan bisa buat nutup kebutuhan, sama anak bisa di

pesantren sekolah.

Peneliti : Anaknya umur berapa pak?

Informan : SMA kelas 3 sama ini yang kecil

Peneliti : 2 berarti pak anaknya?

Informan : Iya 2 yang satu mau 17 tahun

Page 133: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xl

Peneliti : Iya pak, yaudah kalo gitu segitu dulu pak makasih udah

mau ditanya-tanya ya pak

Page 134: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xli

4. Nama : Mbak Riyani

Umur : 23 tahun

Pendidikan : SMP

Daerah asal : Tegal

Lama jualan : 6 bulan

Tanggal wawancara : 3 Juli 2019

Peneliti : Udah lama mba jualan?

Informan : Baru sih kalo disini

Peneliti : Namanya siapa mba?

Informan : Riyani

Peneliti : Umurnya berapa mba?

Informan : 23 tahun eh berapa sih kelahiran 96

Peneliti : Oh iya mba 23 berarti. Asal darimana mba?

Informan : Dari Losari Cirebon

Peneliti : Oh dikirain orang Tegal mba

Informan : Iya bukan hehe

Peneliti : Kenapa jualan warteg mba kan orang cirebon?

Informan : Ya gak tau ya teh, ngikutin bapak sih. Gak tau ya bapak

juga kenapa warteg

Peneliti : Mba jualan udah lama?

Informan : Iya udah lama waktu di warung yang lama di bitung itu,

terus kalo disini baru sekitar 6 bulanan

Page 135: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xlii

Peneliti : Kalo disini jualan sama siapa mba?

Informan : Ini berdua sama adik

Peneliti : Oh berdua doang?

Informan : Iya kadang di bantuin bapak, tapi itu sih bapak lagi kerja

disitu. Jadi berdua doang jualannya

Peneliti : Berarti kalo ke pasar sama siapa mba?

Informan : Sama adik aja berdua

Peneliti : Oh gitu mba, terus kalo wartegnya buka jam berapa?

Informan : Ya biasanya setengah 7

Peneliti : Terus kalo tutupnya jam berapa mba?

Informan : Jam 10 malem, soalnya udah sepi banget sih ya kalo disini

Peneliti : Mba pendidikan terakhirnya apa ya?

Informan : Gimana ya..SMK

Peneliti : SMK jurusan apa mba?

Informan : Agak ga nyambung juga sih, jurusan perawat

Peneliti : Oh hehe ko perawat bisa nyasar ke warteg mba?

Informan : Iyanih hehe saya juga bingung, banyak juga yang nanyain

kaya gitu. Emang gak pada percaya tau, aku kalo ditanyain

sempet ketawa dulu hehe

Peneliti : Sekolahnya dulu dimana mba?

Informan : Di Tangerang deket bitung tempat warteg yang dulu

Page 136: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xliii

Peneliti : Oh gitu ya mba, kalo boleh tau kenapa wartegnya pindah

kesini?

Informan : Itu sih dulu kan disitu ada pabrik gitu, terus sekarang

pabriknya tutup bangkrut. Jadinya kan sepi ya, yaudah deh

pindah aja jadinya

Peneliti : Dulu yang jualan wartegnya siapa mba pas masih

sekolah?

Informan : Bapak sama ibu dulu, tapi kalo sekarang ibu gak ikut lagi.

Ada di cirebon itu sih ngurusin ponakan kasian masih kecil

Peneliti : Oh ya mba, kalo disini harganya sama kaya yang lain atau

nentuin sendiri mba?

Informan : Kalo pas dulu sih, bapak kan pernah makan di tempat lain

ya jajan, beda harganya.

Peneliti : Berarti harganya nentuin sendiri? Gak harga umum gitu?

Informan : Gak tau ya maksudnya, misalkan nih aku kan makan

disitu segini, tapi kalo disini harganya beda. Gak tau sih

tapi emang banyak yang bilang gitu, tapi emang

kebanyakan aku beda. Misalnya orang jual sayur 2ribu tapi

kalo di aku seribu.

Peneliti : Oh gitu mba berarti lebih murah ya?

Informan : Iya gitu katanya orang-orang sih teh

Peneliti : Kalo jualan warteg capek ga mba?

Informan : Ya gitu capek sih soalnya kan masak sendiri, adik gak bisa

bantuin soalnya kan cowok ya. Paling kalo nyuci piring dia

yang bantuin

Page 137: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xliv

Peneliti : gimana caranya mbak menarik pembeli?

Informan : Dari harga kali ya

Peneliti : Terus apalagi

Informan : Dari rasa mungkin, tiap hari ganti menunya

Peneliti : Oh disini tiap hari ganti menunya mbak?

Informan : Iya diganti kan kasian yang beli juga takutnya bosen kalo

sama mulu. Aku aja yang masak bosen hehe

Peneliti : Terus gimana cara menciptakan kenyamanan untuk

pembeli?

Informan : Dari tempatnya bersih gitu kali ya, kalo aku sih gitu yang

penting bersih. Kan kalo bersih kan Pembelinya juga

nyaman

Peneliti : Terus ini tempatnya kan strategis kan, banyak yg beli gak

mbak?

Informan : Iya lumayan, udah banyak sih yg beli disini. Itu yang tadi

juga pelanggan tetap dari awal buka kesini mulu padahal

lumayan jauh kerjanya dan banyak warung nasi yg lain kan

Peneliti : Kan disekitaran sini banyak warung nasi warteg gitu

mbak, ada caranya gak mbak biar bisa bertahan dan

bersaing sama yg lainnya?

Informan : Ya difasilitasin ya ini ditaro tv sama minumnya ada yg

dikulkas biar bisa milih sendiri, sama dijaga

kenyamanannya untuk pembeli kata ibu sih gitu

Peneliti : Pernah ada karyawannya gak mbak?

Page 138: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xlv

Informan : Pernah kemaren tuh, tapi lagi balik kampung katanya

anaknya sakit

Peneliti : Kalo warteg penghasilannya kalo boleh tau berapa mbak?

Informan : Tergantung sih, biasanya sih ya kalo bersih sekitaran

300rb atau 200rb itu udah bersih ya, udh untuk belanja

sama yg lain. Tapi kalo misalnya lagi rame ya bisa lebih,

soalnya warteg baru sih teh ya

Page 139: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xlvi

5. Nama : Ibu Ani

Umur : 47 tahun

Pendidikan : SD

Daerah asal : Madiun Jawa Timur

Lama jualan : 1.5 Tahun

Tanggal wawancara : 10 Juli 2019

Peneliti : Ibu namanya siapa ya?

Informan : Ani

Peneliti : Umurnya berapa bu?

Informan : Umurnya 47

Peneliti : Pendidikannya kalo boleh tau apa bu?

Informan : Aduh saya mah gak sekolah dulu, SD aja gak lulus.

Namanya juga dulu di kampung pas di madiun

Peneliti : Kalo mbaknya namanya siapa bu?

Informan : Revi

Peneliti : Pendidikannya apa ya bu?

Informan : SMP dia mah

Peneliti : Kalo jualan berdua aja ni ya?

Informan : Bertiga itu sama anak yang satu lagi, kalo yang satu

sekolah ya berdua aja

Peneliti : Jualan disini udah lama apa engga bu?

Informan : Ya baru satu setengah tahunan

Page 140: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xlvii

Peneliti : Dari Tegal apa darimana bu?

Informan : Dari Jawa Timur

Peneliti : Kirain orang tegal bu hehe

Informan : Iya bukan

Peneliti : Lumayan jauh ya bu

Informan : Iya tapi udah lama si tinggal disini, semuanya udah

tinggal disini.

Peneliti : Oh udah tinggal disini semua bu. Ikut perkumpulan gitu

gak si bu?

Informan : Perkumpulan apa?

Peneliti : Kaya perkumpulan warteg gitu

Informan : Engga, saya kan bukan orang Tegal. Ini kan khas Tegal

jadi saya gak kenal sama kumpulan gitu

Peneliti : Ibu kenapa buka warung tegal?

Informan : Karena awalnya udah oper kontrak, dulu yang punya

orang Tegal. Nah orang Tegal nya itu pulang ngurusin

orang tuanya. Nah jadi dioper ke saya gitu

Peneliti : Oh nerusin ya bu, kalo harganya nentuin sendiri apa sama

kaya yang lain?

Informan : Mungkin sama aja sih ya, gak beda jauh. Kaya orang

padang gitu aja, kalo disitu 12rb ya hampir sama semua

gitu. Ya sama ajalah. Kalo gak sama nanti diomelin orang,

nanti disana murah kok disini engga gitu

Peneliti : Kalo warteg ini bukanya jam berapa?

Page 141: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xlviii

Informan : Jam 6 pagi

Peneliti : Kalo tutupnya bu?

Informan : Jam 8an lah

Peneliti : Berarti gak tinggal disini bu?

Informan : Iya engga

Peneliti : Kirain dibelakang warung bu

Informan : Engga, soalnya kamar mandinya gak bisa dipake

Peneliti : Oh gitu, tinggalnya dimana bu kalo bukan disini?

Informan : Itu di gang seberang sana

Peneliti : Oh iya disitu bu. Kalo ke pasar jam berapa bu?

Informan : Jam setengah 7, Kalo yang beli saya

Peneliti : Sendiri aja bu?

Informan : Ya iya sendiri, soalnya yang satu sekolah terus yang satu

lagi ke warung duluan masak air

Peneliti : Gimana cara ibu untuk bisa menjaga keberadaan

wartegnya supaya bisa bertahan?

Informan : Mungkin kalo orang nyoba nya rasa gitu, terus tempatnya

bersih paling kalo orang mah itu kan yang diliatnya. Jadi ya

harus dibagusin lagi

Peneliti : Kalo catnya gimana bu? Ada artinya gak sih warna biru

ini?

Informan : Engga sih, kalo cat mah ini ngecat sendiri gak ada arti

apa-apa

Page 142: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

xlix

Peneliti : Pembelinya banyak ya bu?

Informan : Ya lumayan alhamdulillah, kalo orang proyek suka kesini.

Terus kalo orang lewat berhenti ya rejekinya orang lewat

gitu.

Page 143: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

l

6. Nama : Ibu Farida

Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMP

Daerah asal : Tegal

Status : Pedagang

Lama jualan : 10 Tahun

Tanggal wawancara : 10 Juli 2019

Peneliti : Namanya siapa bu?

Informan : Farida

Peneliti : Umurnya berapa bu?

Informan : Mau 40

Peneliti : Pendidikan terakhirnya apa bu?

Informan : Saya SMP aja gak lulus mbak baru kelas 1

Peneliti : Kalo boleh tau jualan warteg awalnya gimana bu?

Informan : Ini dulu awalnya punya almarhum orangtua, jadinya ini

warisan dari orang tua gitu

Peneliti : Ini ngontrak apa gimana bu?

Informan : Ini ngontrak setahun 20 juta

Peneliti : kalo jualan warteg udah lama bu ya?

Informan : Dulu kalo almarhum orang tua udah lama sih, dari saya

kecil

Peneliti : Kalo ibu sendiri udah lama jualannya?

Page 144: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

li

Informan : Iya udah lama lumayan 10 tahun sih

Peneliti : Ibu disini aplusan apa engga?

Informan : Aplusan

Peneliti : Alasan aplusan kenapa bu?

Informan : Ya gapapa warisan orang tua soalnya, harus dibagilah.

Yang satu lagi di gondrong, Ini kan yang bontot begini

kurang sehat jadinya ya

Peneliti : Berarti gak pulang kampung bu pas aplusan?

Informan : Engga mba, gak punya duit mba. Punya adik kan begini

kurang sehat. Terus bikin rumah belum jadi.

Peneliti : Lumayan apa engga bu penghasilannya?

Informan : Ya sekarang mah banyakan orang jualan, gak kaya dulu.

Sekarang mah banyak yang jualan jadi tambah sepi

Peneliti : Kalo buka jam berapa bu?

Informan : Jam 6

Peneliti : Kalo tutupnya bu jam berapa?

Informan : Tergantung, kalo habisnya cepet ya tutup

Peneliti : Disini punya pelanggan tetap gak bu?

Informan : Punya, masing-masing lah ada yang langganan beli lauk.

Ini masih mending nih banyak yang pada habis, kalo

kemarin mah sepi namanya juga orang jualan. Ya namanya

orang jualan lah mba kadang sepi kadang rame

Peneliti : Tegalnya dimana bu?

Page 145: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lii

Informan : Sumur panggang

Peneliti : Oh sumur panggang bu. Kalo pulang kampung setahun

sekali atau gimana bu?

Informan : Iya setahun sekali. Udah disini semua sih soalnya

Peneliti : Kalo cara menarik pembelinya gimana?

Informan : Ya biasa langganan mah udah pada sering kesini,

tergantung rasanya yang penting enak

Peneliti : Kalo menunya tetep gak bu setiap hari?

Informan : Iya tetep gitu

Peneliti : Kalo kebersihannya dijaga gak bu?

Informan : Ya namanya warung ngontrak bersih begini adanya,

mungkin kalo punya sendiri ya agak rapi

Peneliti : Makin kesini warteg makin banyak apa engga bu disekitar

sini?

Informan : Iya ini di gang haji pendek ada 3, di gang annur ada 3.

Dulu mah gak ada sekarang mah udah banyak. Dulu

almarhum mah bisa bangun rumah berapa kali, sekarang

mah boro-boro buat makan aja syukur.

Peneliti : Ya alhamdulillah ya bu buat makan

Informan : Iyaa

Peneliti : Cara supaya wartegnya bisa bertahan sampe sekarang

gimana bu?

Informan : Biasa aja, yang penting jangan dimahalin harganya

Peneliti : Harganya nentuin sendiri apa sama bu?

Page 146: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

liii

Informan : Kalo harganya ya sama aja sih kaya yang lain. Sekarang

kan warung banyak ya mbak, kalo dimahalin kan nanti

orang pada komplain. Jadi, kalo untung banyak takut gak

ada yang makan, kalo untung dikit rugi. Yang penting

lancar aja lah.

Peneliti : Ibu ikut perkumpulan gitu gak sih bu?

Informan : Oh gak pernah

Peneliti : Tapi ada gak sih bu kumpulannya gitu?

Informan : Kayanya sih ada tapi ya bukan untuk aplusan gitu kayanya

ya. Kalo saya kan aplus kalo udah 4 bulan sekali di

gondrong

Peneliti : Kalo warteg barokah perasaan saya sering liat

Informan : Itu di kali tempe juga banyak itu

Peneliti : Kalo gitu sodara apa engga sih bu?

Informan : Ya engga juga sih, kalo saya sodaranya jauh-jauh ada

yang di sunter, di gondrong, di bandara gitu. Itu yang

dibandara rame terus

Peneliti : Iya bu kalo di bandara mah rame terus

Informan : Dapet 3 juta sehari dapet kalo disana. Kalo saya mah

gabisa bilang apa-apa sejuta dapet aja alhamdulillah, kalo

lagi rame ya bisa 1,5 juta sehari

Peneliti : Lumayan dong ya bu?

Informan : Iya lumayan tapi kan sekarang belanjaan lagi mahal mbak.

Dulu lagi almarhum mbak dapetnya banyak disini. Tapi ya

alhamdulillah ya bisa nyekolahin anak

Page 147: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

liv

Peneliti : Kalo warteg ini catnya ijo, biru, kuning ada artinya gak

bu?

Informan : Ya engga sih saya juga gak tau darisananya udah di cat

kaya gini

Page 148: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lv

7. Nama : Ibu Lita

Umur : 34 tahun

Pendidikan : Tidak sekolah

Daerah asal : Tegal

Lama jualan : 6 tahun

Tanggal wawancara : 15 Agustus 2019

Peneliti : Ibu namanya siapa bu?

Informan : Lita

Peneliti : Usianya berapa bu?

Informan : Udah tua hehe 34 tahun

Peneliti : Masih muda bu hehe, pendidikan terakhir apa bu?

Informan : Saya gak sekolah mba

Peneliti : Ibu orang mana bu kalo boleh tau?

Informan : Jawa tengah

Peneliti : Jawa Tengahnya dimana bu?

Informan : Tegal

Peneliti: : Oh dari Tegal ya bu, kalo jualan udah berapa lama bu?

Informan : Gak tau ya lupa, sekitaran dari tahun 2013

Peneliti : Berarti udah sekitar 6 tahun ya bu?

Informan : Iya sekitar segitu mba

Peneliti : Ibu aplusan gak disini?

Page 149: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lvi

Informan : Iya aplusan 4 bulan sekali

Peneliti : Setelah aplusan disini ibu ngapain biasanya?

Informan : Pulang kampung sih biasanya

Peneliti : Gak nyari sampingan lain bu?

Informan : Engga, tinggal kampung aja nganggur

Peneliti : Balik lagi kesini?

Informan : Nanti 4 bulan sekali

Peneliti : Oh gitu bu, berarti abis aplusan pulang kampung aja ya.

Kenapa gak nyari aplusan ditempat lain bu?

Informan : Iya gitu mba, belum tau belum dapet sih soalnya capek

juga kalo jualan terus

Peneliti : Ibu kenapa jualan warteg bu?

Informan : Ya saya ngikut suami sih, suami kan jualan warteg.

Emang sebelumnya saya jaga warteg orang jadi ya udah

pengalaman.

Peneliti : Suaminya jualan warteg dari kapan bu?

Informan : Ya jualan mulai dari 2011 lah

Peneliti : Disini yang jualan berapa orang bu?

Informan : Ini 3 orang saya, suami saya, sama keponakan suami

perempuan

Peneliti : Oh mbaknya namanya siapa bu?

Informan : Ani

Peneliti : Umur mbaknya kalo boleh tau berapa?

Page 150: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lvii

Informan : Gak tau, soalnya tanggal lahir asli sama yang di akte beda

sih jadinya bingung. Ya mungkin sekitaran 25 lah

Peneliti : Berarti ibu gak pake karyawan lain ya bu?

Informan : Iya ini sih dibantu sama ponakan suami aja

Peneliti : Calo karyawan warteg itu ada ya bu?

Informan : Ada

Peneliti : Itu satu kampung atau gimanaa bu?

Informan : Beda kampung sih, jadi nanti dia nawarin gitu.

Peneliti : Ibu ikut perkumpulan gitu gak?

Informan : Engga, gak ikut gituan saya

Peneliti : Untuk nentuin harganya gimana bu? Sama kaya yang lain

atau gimana?

Informan : Ya saya belom tau juga sih, gak pernah makan di warteg

lain soalnya. Paling kalo beli makan di warung yang beda.

Peneliti : Sama pak saiful kerjasama gitu bu?

Informan : Iya paling kerjasama buat ngontrak tempatnya aja, kalo

untuk modal makanan masing-masing. Nanti kalo untung

ya buat sendiri gitu

Peneliti : Pembagian tugasnya gimana tuh bu?

Informan : Ya kalo yang masak mah saya sibantuin sama ponakan,

terus kalo ke pasar biasanya suami ke pasar cikokol

Peneliti : Untuk waktunya gimana bu ke pasar, buka sama tutupnya

jam berapa?

Page 151: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lviii

Informan : Biasanya ke pasar jam 3an sih, kalo buka jam 4 udah buka

meskipun cuma nasi aja yang baru mateng sama telor

misalnya gitu. Soalnya engap sih kalo ditutup warungnya.

Kalo tutup jam 10an lah.

Peneliti : Cara menciptakan kenyamanan untuk pembeli gimana bu?

Informan : Ya rasanya aja yang penting sih

Peneliti : Terus apalagi bu selain rasa?

Informan : Ya mungkin tempatnya harus bersih juga. Tapi ya gini

bersihnya seadanya

Peneliti : Tiap hari ganti menu apa engga bu?

Informan : Ya ganti sih, biar gak bosen aja ada yang diganti

Peneliti : Terus bu cara biar wartegnya tetap maju suapya bisa

bersaing sama warteg lainnya gitu bu?

Informan : Pelayanan mungkin harus ramah, terus ya mungkin

tempatnya harus dibagusin lagi tuh biar rapi supaya makin

banyak yang beli gitu sih

Peneliti : Kalo sekitar sini ada bedanya gak sih bu wartegnya lebih

banyak atau sama aja

Informan : Oh kalo sekarang lebih banyak mba, jadi lebih banyak

saingannya, selain warteg juga makanan yang lain

bertambah.

Peneliti : Berarti untuk penghasilan ngaruh gak bu?

Informan : Ya alhamdulillah sih kalo penghasilan bisa untuk belanja

lagi yang penting sama buat makan

Page 152: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lix

8. Nama : Bapak Tohirin

Umur : 46 tahun

Pendidikan : SD

Daerah asal : Tegal

Lama jualan : 4 tahun

Tanggal wawancara : 21 Agustus 2019

Peneliti : Kalo boleh tau nama lengkap bapak siapa ya?

Informan : Tohirin

Peneliti : Daerah asal darimana pak?

Informan : Dari Tegal, Kalinyamat Kulon mba

Peneliti : Umur bapak sekarang berapa ya?

Informan : 46 tahun mba

Peneliti : Pendidikan terakhirnya apa ya pak?

Informan : Kalo saya SD mbak hehe

Peneliti : Kalo boleh tau awal bapak buka usaha warteg gimana

pak?

Informan : Awalnya sih, kita gak pake modal mba saya. Awalnya

nyerep nyerep punya temen mba. Lama-lama akhirnya bisa

kebeli juga

Peneliti : Jadi bapak awalnya ikut jaga warteg apa gimana pak?

Informan : Awalnya saya tanpa modal mba, modal kenekatan saya

dari kampung hehe waktu itu istri saya juga kerja ngurusin

orang struk, nah saya nya jualan ayam bakar yang ditusuk

Page 153: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lx

itu taulah mba. Nah saya mikir juga lama-lama modal saya

habis gini-gini doang musim hujan gini. Nah itu awal saya

dari kampung ke jakarta, bawa duit cuma 80 ribu itu doang

mba. Modal nekat, saya nyari2 warung yang mau diserepin.

Pas kebetulan saya mampir ke adik saya, nah kebetulan

adik saya punya temen. Nah itu awalnya diserepin. Yang

sekarang udah punya saya, tapi tanah tetep masih ngontrak.

Peneliti : Jadi bapak ngontrak tempatnya tapi modalnya dari bapak

ya?

Informan : Iya mba gitu

Peneliti : Jadi sebelum bapak buka usaha warteg, bapak jualan

ayam bakar ya?

Informan : Ayam bakar dikampung, kayanya dikampung pas-pasan

doang gitu mba. Ya dapet duit sih dapet duit cuma ya untuk

makan doang mba. Cuma ya namanya manusia usaha

pengen ada lebihnya gimana caranya. Nah dari modal awal

nekat saya itulah modal 80 ribu, sampe jakarta sisa 5ribu

saya sampe puasa mba. Saya sampe nangis kalo inget itu

mba.

Peneliti : Iya pak perjuangan ya pak?

Informan : Iya mba

Peneliti : Kalo ini warteg yang hari jumat launching yang ke 12

pak?

Informan : Iya mba, tapi awalnya gak langsung gitu mba. Saya

merintis itu, pas kebetulan saya kenal orang yang punya

modal. Nah dia bingung, mau kerja sama saya. Ada budget

segini, kamu mau gak ngelola modal saya katanya gitu.

Page 154: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxi

Nah saya pikir2 buat apa ya, dana segitu banyaknya.

Akhirnya saya ngikut-ngikut warteg kharisma gitu mba.

Saya pikir temen saya bisa, kenapa saya gak bisa. Nah itu

saya belajar dari pengalaman saya. Sistemnya pun beda

mba. Walaupun hampir sama kaya yang kharisma

Peneliti : Beda sistem gimana tuh pak?

Informan : Kalo dari kharisma, kalo mau bergabung awal sama dia

harus ada modal minimal berapa persennya warung.

Misalnya harga warungnya 160, nah harus ada modal dari

dia 60 juta untuk bergabung ke mereka. Kalo saya gini

ingetnya mba, orang pengen usaha 1000 perak kalo

namanya lagi gak ada ya gak ada bener. Jadi gimana

caranya kalo saya sistemnya beda kaya mereka. Kalo saya

modalnya bangun warung beli perabotan semuanya, jadi

orang tinggal masuk tok mba. Tanpa harus mengeluarkan

dp awal mba, yang penting ada modal 5 juta buat beli bahan

sayurannya mba. Ya istilahnya modal kosong lah mba gitu.

Kharisma juga sekarang ada sistem lagi namanya sistem

bagi hasil.

Peneliti : Kalo bapak sistemnya gimana pak?

Informan : Kalo saya sistemnya akumulasi kontrak. Kalo kharisma

sistem bagi hasil belajar orang itu untuk jujur, tapi ada

gaenaknya juga karena merasa dicurigain. Sekarang apa

enaknya kalo usaha dicurigain. Akhirnya saya gini aja,

yaudah perbulan saya minta segini. Mau rame mau sepi ya

pokoknya saya minta segini. Mau sepi resikonya kamu,

mau rame ya rejekinya kamu. Yang penting saya akumulasi

kontrak, misal kontrakannya 40, saya minta 10 sebulannya.

Saya kasih kebebasan, mau nutup sehari atau 2 hari ya tetep

Page 155: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxii

setorannya segitu. Kalo sistem bagi hasil kan investor gak

mau rugi, kalo tutip sehari kan gak boleh. Ya namanya

manusia, kalo ada apa-apa dikampung mau nutup gak bisa.

Nah makanya saya ngasih kebebasan gitu.

Peneliti : Kalo sekarang karyawannya udah berapa pak?

Informan : Aduh kalo karyawan si, 12 orang kepala yang mrgang.

Majikan 2 karyawannya 2. Kali kan aja gitu.

Peneliti : Berarti 4 orang ya pak satu warteg?

Informan : Ya ada 5 orangan lah mba

Peneliti : Kalo karyawannya bapak ngerekrut sendiri atau gimana?

Informan : Karyawan yang jaga warung, kadang2 orang pada daftar

sendiri mba. pada awalnya saya yang ngerekrut, tapi

sekarang ini orang tau dari mulut ke mulut malah saya yang

dicari mba hehe saya juga gak nyebar undangan gak apa.

ibaratnya saya kalo dipikir2 niatnya membantu, orang yang

pengen usaha ya itung2 mengentaskan pengangguran mba.

Yang penting punya pengalaman, mau berusaha. Ayo kita

kerjasama.

Peneliti : Kalo pemilihan tempat gimana pak? Yang milih siapa

pak?

Informan : Yang milih saya, ada calon karyawan yang mau nungguin

di dapet tempat. Tetep laporan saya, saya suvei kalo bagus

saya kerjain kalo engga ga engga. Kalo tempatnya oke, saya

panggil orangnya. Kalo orang siap nungguin ya saya

bangun.

Peneliti : Terus kalo cara menjalin hubungan baik sama

karyawannya gimana tuh pak?

Page 156: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxiii

Informan : Ya kekeluargaan, soalnya kita jangan melihat itu

karyawan atau pembantu. Itu sodara, kita anggap gak ada

majikan, juga gak ada pembantu. Untuk mengayominya.

Kalo dianggap pembantu ya jangan berarti mereka belum

merdeka dong kalo gitu. Kadang2 orang salah kaprah,

makanya saya kadang2 saya memotivasi ke temen2 cara2

mengayomi karyawan biar gini gini, jangan dianggap

pembantu. Kita anggap keluarga saudara. Soalnya tanpa

mereka kita gak ada apa2nya mba hehe

Peneliti : Berarti karyawannya sodara bapak semua atau gimana?

Informan : Ada yang sodara, ada yang orang lain

Peneliti : Berarti bapak istilahnya udah percaya sama karyawannya

bapak yang orang lain itu?

Informan : Ya itu mba, kadang2 gini kalo kamu ingin maju ya oke

ayo maju bareng tapi harus saling menjaga. Ya anggap aja

kaya warung kamu sendiri, yang penting jaga pertama

kebersihan, masakan ketiga pelayanan. Pokoknya ya

bagusnya buat mereka sendiri, kadang saya juga motivasi

mereka. Ya pokoknya kalo mereka ingin merubah nasib

benar2 ya saya bantu gitu mba.

Peneliti : Terus kalo awal gitu ada aturan yang disepakati gak pak

sama karyawan? Apa aja aturannya?

Informan : Ada mba, setoran itu yang tadi saya sebutin mba, sebulan

misal 40 juta ngontraknya ya saya minta 10 juta sebulan

gitu. Kecuali kalo kontrakannya naik saya juga ikut naik.

Kalo aturan saya kebersihan harus dijaga, masakannya juga

sama pelayanannya. Kalo kita gak dilepas mba, kalo kerja

kita motivasi mereka. Kalo warung kan kadang2 gak selalu

Page 157: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxiv

rame kadang sepi. Pokoknya kelebihan mereka saya

tampung, kalo kekurangan mereka saya kasih solusi gitu

Peneliti : Tapi pernah sepi gak pak warungnya gitu?

Informan : Ya namanya warung ya ada juga yang sepi, cuma

namanya kalo ada orang baru saya kasih motivasi terus.

Kaya mba lina yang sama pak saiful itu mba, saya bimbing

dari awal, yang dulu pengeluarannya lebih banyak daripada

pemasukannya. Nah sekarang udah lumayan, ibaratnya

setelah setor ke saya masih sisa satu juta. Tapi kan ya udah

makan keluarganya semuanya. Ya hasilnya lama2 juga

menikmati gitu.

Peneliti : Udah berapa lama pak jualan warteg?

Informan : Kalo saya merintis ini baru 2 tahun, kalo saya sendiri udah

4 tahun.

Peneliti : Berarti belum terlalu lama ya pak?

Informan : Iya belum, ya kebetulan saya dipercaya untuk ngelola.

Apa salahnya saya bisa membantu mereka yang mau usaha,

membantu merekalah yang dirumah. Itung2 membantu

mengentaskan pengangguran mba.

Peneliti : Cat warteg ada artinya ada gak sih pak?

Informan : Warna hijau kuning supaya cerah mba. Kan dulu warteg

dianggap kumuh mba, makanya di cat cerah. Kan tegal

terkenalnya bahari ya itu kita ambil warna2 cerah. Jadi

nama pesona bahari itu inspirasi dari pesonanya tegal yaitu

bahari. Nah kan yang terkenal dari tegal warteg jadi kita

namain itu.

Peneliti : Warteg sekarang lumayan bersih ya pak?

Page 158: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxv

Informan : Jadi gini mbak, dulu kan warteg dianggap sebelah mata

kaya jorok, kumuh gitu. Orang2 yang makan niga kelas

menengah kebawah. Sekarang kan menghilangkan image2

jelek kumuh, makanya kita harus berani modal. Kalo kita

mau berusaha mau maju, kita jangan takut2 untuk modal.

Ya harus gitu mba. Sekarang kan kita bangun untuk jangka

panjang, makanya kita harus berani.

Peneliti : Perbedaan warteg sekarang sama warteg yang dulu pak?

Informan : Ya perbedaannya dari warnanya sekarang lebih cerah.

Dulu kan keliatannya kumuh, orang yang mau makan kelas

menengah kebawah. Ya sekarang semua kelas bisa masuk,

dari kelas bawah sampe kelas atas. Harganya pun sama

tetep, sama kaya yang warteg dulu. Gak ada perbedaan

harga. Yang penting sekarang kan dibedakin biar rapih. Jadi

menarik, orang yang kelas menengah atas mau makan. Kalo

dulu kan boro-boro mau makan di warteg. Kalo sekarang

kan ibaratnya gak malu-malu, artis-artis juga pada mau

mampir.

Peneliti : Kalo menurut bapak warteg sekarang lebih banyak apa

engga nih secara umum pak selain pesona?

Informan : Lebih banyak mbak, warteg sekarang semakin menjamur.

Ada peningkatan untuk mengentaskan pengangguran.

Makanya sekarang nyari karyawan susah mbak. Sekarang

malah karyawan warteg juga nerima yang SMA sampe S1

mbak. Semuanya masuk mbak diterima sekarang, yang

penting ada pengalamannya mbak

Peneliti : Kalo boleh tau luas wartegnya berapa pak?

Page 159: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxvi

Informan : Ya relatif mba, masing- masing lah. Ada yang panjangnya

12 meter x 4. Ada yang 3x12, ada juga yang lebarnya 10

panjangnya berapa. Relatif semuanya mbak

Peneliti : Tergantung tempatnya ya pak?

Informan : Iya tergantung tempatnya, soalnya kan kalo ngontrak

tempatnya gak sama semua

Peneliti : Cara menciptakan kenyamanan untuk pembeli gimana

pak?

Informan : Kenyamanannya itu sekarang ya bersih, nyaman. Dulu

yang namanya warteg gak pake kipas angin, sekarang kita

pakein jadi nyaman. Kalo dulu mah boro2 mba, kita sendiri

aja gak nyaman. Kumuh lalatnya banyak ibaratnya kan gitu.

Kalo sekarang udah dijaga kebersihannya. Makanya saya

selalu pantau saya tegur, saya tegur juga baiknya untuk

mereka sendiri bukan buat saya.

Peneliti : Biasanya bapak mantau berapa kali pak?

Informan : Seminggu sekali mbak, warung ini seminggu sekali muter

kontrol sana sini.

Peneliti : Terus kalo setor itu gimana pak?

Informan : Ada yang transfer ada juga yang saya paranin mbak. Saya

mintanya tepat waktu.

Peneliti : Ada perkumpulan gitu gak pak sesama warteg lain?

Informan : Ada mbak itu, sesama pesona, mustika, kharisma banyak

mba. Semua gabung kita arisan silaturahim, terus ada usaha

apa lagi nih gitu, gimana nih caranya untuk memajukan

warteg

Page 160: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxvii

Peneliti : Bapak yang ikut itu ya?

Informan : Iya saya yang ikut

Peneliti : Perkumpulan itu perlu gak sih pak?

Informan : Perlu itu, untuk mempererat silaturahim. Saling membantu

gitu lah.

Peneliti : Kalo perkumpulan gitu, positifnya apa sih pak?

Informan : Silaturahim mbak, sebulan sekali kita ngumpul sambil

arisan.

Peneliti : Kalo ada yang kekurangan modal membantu gak pak?

Informan : Oh iya itu ya kita saling membantu, tapi jarang sih kalo

kekurangan modal. Tapi kalo yang lain misalnya ada yang

kurang ya kita bantu.

Peneliti : Cara menjaga eksistensi warung tegal agar tetap bertahan?

Informan : Itu dari kebersihan, keramah tamahan. Soalnya tiap

warung mbak kalo jualan yang susah ngelayanin orangnya.

Mencari pelanggan, supaya orang itu mau balik lagi ke

warung kita.

Peneliti : Kalo lokasi wartegnya dimana aja pak sekarang?

Informan : Kalo warung saya, kebayoran lama, gondrong tangerang,

ciracas, condet, pasar minggu, pejaten. Ya lokasinya juga

gak terlalu deket sama warung lain. Tiap warung ada

saingannya mbak, tapi ya kita punya etika. Ya kita jaga

jarak sama warung lainnya supaya orang lain gak merasa

tersaingi dan melarat.

Peneliti : Bapak disini tinggal sama keluarga?

Page 161: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxviii

Informan : Iya saya sama anak dan istri. Anak saya 3 orang.

Peneliti : untuk wartegnya tempatnya sewa semua atau udah ada

yang milik sendiri pak?

Informan : sewa semua mba

Peneliti : kalo boleh tau bapak udah punya rumah disini belum?

Apa rumahnya di kampung aja pak?

Informan : gak punya rumah disini mba, adanya di kampung aja

Page 162: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxix

9. Nama : Bapak Arifin

Umur : 37 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh Meubeul

Status : Pembeli

Tanggal wawancara : 3 Juli 2019

Peneliti : Misi pak saya mahasiswa uin lagi nulis skripsi tentang

warteg saya nanya sebentar gapapa ya?

Informan : Oh ya

Peneliti : Nama bapak siapa ya?

Informan : Arifin

Peneliti : kerja dimana pak?

Informan : Di gudang situ

Peneliti : Kerja apa ya?

Informan : Meubel

Peneliti : Tinggalnya berarti disini?

Informan : Tinggalnya di..sini

Peneliti : Usianya berapa pak kalo boleh tau pak?

Informan : 37

Peneliti : Oh iya pak kalo boleh tau pendidikan yang terakhir apa ya

pak?

Informan : SMP

Page 163: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxx

Peneliti : Bapak sering kesini?

Informan : Ya gak terlalu sering sih

Peneliti : Selain warteg ini pak?

Informan : Ya warteglah tapi gak kesini kadang kesono

Peneliti : Oh gitu beda-beda ya pak?

Informan : Ya iya

Peneliti : Kenapa sih bapak memilih warteg?

Informan : Ya bukan masalah wartegnya yang penting deket aja

Peneliti : Selain deket apa pak alasan makan di warteg? Harganya

atau rasanya gitu?

Informan : Rasa...rasanya..kalo deket rasanya gak enak ya..

Peneliti : Ya bener gak mau balik lagi ya pak?

Informan : Iyaa..

Peneliti : Bapak terbantu gak sih pak dengan adanya warteg? Kan

sekarang banyak warteg nih pak dimana-mana. Terbantu

gak pak?

Informan : Yaaa...terbantu pasti terbantu

Peneliti : Terbantu karena?

Informan : Lebih mudah aksesnya karena disini kan gak sama istri

sendiri jadi gak ada yang masak

Peneliti : Oh iya bener pak. Jadi pagi siang sore beli ya pak?

Informan : Iya

Page 164: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxi

10. Nama : Mas Iman

Umur : 27 tahun

Pendidikan : SMP

Daerah asal : Tegal

Pekerjaan : Crew Pariwisata

Status : Pembeli

Tanggal wawancara : 3 Juli 2019

Peneliti : Kalo boleh tau nama mas siapa ya

Informan : Iman

Peneliti : Mas diman?

Informan : Iman

Peneliti : Usianya berapa mas?

Informan : 27

Peneliti : 27?

Informan : Heeh

Peneliti : Terus kalo pekerjaan sehari-hari apa mas?

Informan : Crew pariwisata

Peneliti : Sering kesini mas?

Informan : Tiap hari

Peneliti : Oh tiap hari makan disini?

Page 165: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxii

Informan : Iya

Peneliti : Rumahnya eh tinggalnya dimana mas?

Informan : Di pull

Peneliti : Pullnya dimana mas?

Informan : Ini di sebelah

Peneliti : Oh di sebelah ya. Deket berarti ya?

Informan : Deket. Kok gak direkam orangnya?

Peneliti : Iya ini suaranya aja yg direkam nanti foto aja sama

masnya. Terus kenapa mas aaa milih warteg untuk makanan

sehari hari?

Informan : Ya emang orang tegal juga

Peneliti : Oh orang tegal juga mas, tegalnya mana mas?

Informan : Tarub

Peneliti : Oh ya sama kaya saya

Informan : Tarubnya mana?

Peneliti : Di desa lebeteng

Informan : Oh deket situ

Peneliti : Kalo disini nyaman gak mas makannya? Kenapa? Apa

pelayannya gimana atau bersih?

Informan : Ya begitulah, pokonya nyaman aja

Peneliti : Alasannya kenapa mas?

Informan : Angel (susah) ya jawabnya

Page 166: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxiii

Peneliti : Bersih atau deket dari sini?

Informan : Ya bersih….bersih….

Peneliti : Rasanya?

Informan : Enak enak

Peneliti : Terbantu gak sih mas kalo banyak warteg disini?

Informan : Malah susah

Peneliti : Kenapaa susah mas?

Informan : Malah bingung milihnya

Peneliti : Bukannya kalo banyak jadi enak ya mas lagi kemana2?

Informan : Tergantung selera sih

Peneliti : Kalo boleh tau pendidikannya apa ya mas?

Informan : SMP

Peneliti : Jadi disini udah lama ya berarti?

Informan : Kalo di pariwisata ini baru sebulan, sebelumnya di

rawamangun

Page 167: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxiv

11. Nama : Mas Fudi

Umur : 24 tahun

Pendidikan : SMP

Status : Pembeli

Pekerjaan : Sedang Tidak Bekerja

Tanggal wawancara : 10 Juli 2019

Peneliti : Kalo boleh tau namanya siapa mas?

Informan : Fudi

Peneliti : Tinggalnya dimana mas?

Informan : Dideket sini

Peneliti : Kalo pekerjaannya apa ya mas?

Informan : Lagi nganggur hehe

Peneliti : Usianya berapa mas?

Informan : 24

Peneliti : Kalo pendidikannya terakhir apa ya mas?

Informan : SMP

Peneliti : Kalo kesini sering?

Informan : Pertama kali kesini

Peneliti : Tapi kalo makan biasanya dimana?

Informan : Ngacak sih

Peneliti : Oh ngacak ya?

Page 168: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxv

Informan : Iya biasanya nyupir soalnya

Peneliti : Biasanya di warteg apa di tempat lain?

Informan : Biasanya warteg sih

Peneliti : Kalo gitu kenapa mas milih warteg?

Informan : Seleranya sih

Peneliti : Apa karna harganya atau rasanya gitu?

Informan : Ya rasa juga dari segi mau pilih apa aja ada

Peneliti : Banyak variasi makanannya ya?

Informan : Ya iya gitu

Peneliti : Terbantu gak sih mas kalo banyak warteg gitu?

Informan : Terbantu sih

Peneliti : Karena apa?

Informan : Mau makan gak bingung sama susah lagi

Page 169: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxvi

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan ibu Suhartini

Wawancara dengan bapak Abu Khoir

Page 170: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxvii

Wawancara dengan bapak Arifin

Wawancara dengan mas Iman

Page 171: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxviii

Wawancara dengan mbak Riyani

Wawancara dengan ibu Ani

Page 172: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxix

wawancara dengan ibu Farida

Wawancara dengan ibu Lita

Page 173: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxx

Wawancara dengan mas Fudi

Wawancara dengan Bapak Saiful

Page 174: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxxi

Wawancara dengan Bapak Tohirin Melalui Telepon

Sumber: Dokumen Pribadi

Page 175: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxxii

Sumber: Dokumen Pribadi

Sumber: Dokumen Pribadi

Page 176: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxxiii

Sumber: Dokumen Pribadi

Sumber: Dokumen Pribadi

Page 177: EKSISTENSI PEDAGANG SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49319/1/RISKA... · (studi kasus warung tegal di Kelurahan Neroktog, Kecamatan

lxxxiv

Sumber: Dokumen Pribadi

Kantor Kelurahan Neroktog

Sumber: Hasil Turun Lapangan Pada Tanggal 08 Mei 2019