EKSTRAKSI VAKUM1. KONSEP MEDISA. PengertianEkstraksi vakum
adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum
di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum merupakan
suatu persalina buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vakum) di kepalanya.Ekstraksi vakum adalah suatu
persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif
(vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau
ventouse.Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama
dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor
yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan
dengan tarikan ke arah yang sama.B. Indikasi1) Ibu : Memperpendek
kala II ( misalnya : Penyakit jantung kompensata, Penyakit
paru-paru fibrotik ), Waktu : kala II yang memanjang.2) Janin :
Gawat janin (masih kontroversi)
C. Kontra Indikasi1) Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka,
bokong)2) Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul)3) Ibu :
ruptur uteri membakat, ibu tak boleh mengejan.4) Janin : letak
lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala
menyusul.D. Syarat1) Pembukaan 10 cm atau hampir lengkap minimal 7
cm.2) Kepala tidak teraba (0/5) atau teraba 1/5 pada palpasi
abdominal3) Pada pemeriksaan vagina, diameter terbesar kepala
berada lebih rendah darispina insiadika dan kepala bayi
merenggangkan perineum4) Tidak ada disproporsi kepala panggul5)
Konsistensi kepala normal6.Ketuban sudah pecah atau dipecahkanE.
PrognosisPrognosis perdarahan intrakranial neonatus bergantung pada
lokasi dan luasnya perdarahan, cepatnya diagnosa, dan pertolongan.
Pada perdarahan epidural yang hebat (berat), sering menimbulkan
peninggian tekanan intrakranial dan tedensi terjadinya hemiasi
unkals. Keadaan dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera.
Pada penderita yang tidak meninggal, Govaert dkk7 mendapatkan
spastik hemiplegia. Perdarahan ini jarang dijumpai atau hanya 2%
dari seluruh kasus perdarahan intrakranial pada neonatus.
Perdarahan subdural dengan laserasi tentorium dan falk serebri
umumnya berprognosis buruk. Karena perdarahan yang hebat (massive
bleeding of vein Gallon) sering menimbulkan peninggian tekanan
intrakranial dan kompresi batang otak bila tidak mendapat
pertolongan segera, biasanya meninggal dalam beberapa jam setelah
lahir. Hanigan dkk., menjumpai kasus yang hidup dengan palpsi
serebral spastik, retardasi mental, dan gangguan visual. Prognosis
perdarahan subdural hemisfer serebri relatif baik, hampir 90% bayi
hidup tanpa skuele neurologis. Pada yang hidup dapat disertai
hemiplegia spastik dan hidrosefalus17. Prognosis perdarahan
subaraknoid tanpa komplikasi umumnya baik7,8,12. Hidrosefalus
merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai dan 35--50%
dapat menjadi normal13,21,23. Leijon dkk26 mendapatkan bayi-bayi
yang lahir dengan ekstraksi vakum lebih sering mengalami gangguan
neurologis dibandingkan dengan lahir spontan. Belnnow (1977)28
menyebutkan bahwa 43% dari 38 anak usia 14 bulan yang lahir secara
ekstraksi vakum menderita Disfungsi Minimal Otak (DM0). DM0 ini
lebih banyak didapatkan pada anak yang dilahirkan secara ekstraksi
vakum dibandingkan dngan anak lahir spontan.F. PatofisiologiAdanya
beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan
ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan
mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea
pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan
persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.Untuk melahirkan
secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep.
Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi
pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi
pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan
intrakranial.Pada penggunaan ekstraksi vakum, terjadi kompresi
negatif pada kepala bayi di daerah fronto oksipital dan
mengakibatkan pemanjangan diameter fronto oksipital dari kepala
bayi. Akibatnya, terjadi renggangan yang berlebihan dengan tendensi
laserasi tentorium atau falks serebri dan rupturnya vena Galen,
sinus strait, sinus sagitalis inferior, dan sobeknya ateri - vena
meningia media dan vena superfisial serebri serta rupturnya
bridging veins di subaraknoid. Rupturnya/sobeknya salah satu
pembuluh darah ini akan mengakibatkan perdarahan intracranial.
Perdarahan intrakranial sering terjadi apabila lamanya teraksi
lebih dari 10 menit 12 dan frekuensi lepasnya cup ekstraktor
sebanyak lima kali atau lebih.Berdasarkan lokasi pengumpulan darah
atau ruptur/sobeknya pembuluh darah, perdarahaan intrakranial dapat
dibagi atas perdarahan epidural, subdural, dan perdarahan
subaraknoid. Perdarahan epidural terjadi karena rupturnya
cabang-cabang arteri atau vena meningia media di antara tulang
kepala dan durameter. Pengumpulan darah di dalam ruangan durameter
disebut hematoma epidural. Perdarahan ini sering berlokasi di
daerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural biasanya
disertai fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik.
Gangguan fungsi otak bergantung pada luas dan banyaknya perdarahan.
Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-tanda gangguan fungsi
otak. Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah lahir akan
tampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial
seperti iritabel, menangis melengking (cephalic cry), ubun-ubun
tegang dan menonjol, deviasi mata, sutura melebar, kejang,
hemiparase, atau tanda-tanda herniasi unkal seperti dilatasi pupil
homolateral.Perdarahan subdural dengan laserasi tentorium
disebabkan oleh rupturnya vena galen, sinus strait, dan
kadang-kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering di
infratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa
posterior dan menyebabkan kompresi batang otak (brain stemp)
Kadang-kadang, perdarahan ini dapat meluas ke permukaan superior
atau posterior dari serebelum. Perdarahan subdural dengan laserasi
falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis inferior.
Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan
tenterium. Perdarahan ini kurang sering bila dibandingkan dengan
laserasi tenterium. Lokasi perdarahan di dalam fisura serebri
longitudinal berada di atas korpus kollosum. Rupturnya vena
superfisial serebri (bridging vein), mengakibatkan perdarahan
subdural pada permukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering
unilateral dan biasanya diikuti perdarahan subaraknoid.Perdarahan
subaraknoid merupakan perdarahan dalam rongga araknoid akibat
rupturnya vena-vena dalam rongga araknoid (bridging veins),
rupturnya pembuluh darah kecil di daerah leptomeningen, atau
perluasan perdarahan. Timbunan darah biasanya berkumpul di lekukan
serebral bagian posterior dan di fossi posterior. Hal yang
ditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula
araknoid oleh darah dan menyebabkan peninggian tekanan
intrakranial. G. Penatalaksanaan1. Persiapan Alat1) Mangkok ( cup
)mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung
mangkuk terdapat :a. Tonjolan berlubang tempat insersi rantai
penarikb. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk
dengan pipa penghubungc. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik
petunjuk kepala janin ( point of direction )d. Pada vacuum bagian
depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan
atau udara.2) Rantai PenghubungRantai mangkuk tersebut dari logam
dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga pemegang.3) Pipa
PenghubungTerbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak
akan berkerut oleh tekanan negative.pipa penghubung berfungsi
penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol.4) BotolMerupakan
tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang
mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks
kaseosa, darah, dll). Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai
tiga saluran :a. Saluran manometerb. Saluran menuju ke mangkukc.
Saluran menuju ke pompa penghisap5) Pompa penghisapDapat berupa
pompa penghisap manual maupun listrik
2. Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum1) Ibu dalam posisi litotomi
dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar
vulva ditutup dengan kain steril2) Setelah semua alat ekstraktor
terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan petunjuk
dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai
mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.3) Dilakukan
penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan
-0,2 kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari
pembuatan tekanan negative yang bertahap ini supaya kaput
suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik4) Dilakukan periksa
dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau
kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.5)
Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi
maupun blok pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.6)
Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi
dilakukan dengan cara menarik pemegang sesuia dengan sumbu panggul.
Ibujari dan jari telunjuk serta jari tanan kiri operator menahan
mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi
ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun
kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah
berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikan (
keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan
negative dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk
kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal
dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.
H. Pemeriksaan Diagnostik
I. KomplikasiPada Ibu :a) Perdarahan b) Infeksi jalan lahirc)
Trauma jalan lahirPada anak :a) Ekskoriasi dan nekrosis kulit
kepalab) Cephal hematomac) Subgaleal hematomad) Perdarahan
intrakraniale) Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retinaf)
Fraktura klavikulag) Distosia bahuh) Cedera pada syaraf cranial ke
VI dan VIIi) Erb paralysaj) Kematian janinDiagnosa1) Ibu G. P..
hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan kala IImemanjang2)
Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan
distressjanin ringan3) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu
kala II dengan PEB4) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu
kala II denganincoordinate uterus contraction5) Ibu G. P.. hamil 37
42 minggu I/T/H impartu kala II dengan vitiumcordis tingkat 16) Ibu
G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan anemia7) Ibu
G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan
asmabronkiale
2. KONSEP KEPERAWATANA. Pengkajian1. Aktivitas /istirahata.
Klien melaporkan adanya kelelahanb. Klien melaporkan ketidakmampuan
melakukan dorongan atau tehknik relaksasic. Adanya letargi2.
SirkulasiTekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau
lebih.3. Integritas Egoa. Respon emosional dimana klien mengalami
kecemasan akibat persalinan yang dialami.b. Klien kelihatan
gelisahc. Klien kelihatan putus asa4. Eliminasia. Adanya keinginan
berdefekasi pada saat kontraksi, dosertai tekanan intra abdomen dan
tekanan uterus.b. Dapat mengalami rabas vekal saat mengedanc.
Distensi kandung kemih5. Nyeri atau ketidak nyamanana. Klien
kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak
terkontrol.b. Timbul amnesia diantara kontraksic. Klien mengatakan
nyerinya tidak mampu ia control.6. PernapasanTerjadi peningkatan
pernafasan.7. Seksualitasa. Cairan amnion keluarb. Pembukaan belum
penuh/penuhc. Janin tidak maju8. Pemeriksaan Fisika) Tanda-tanda
vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhub) Eliminasi :
Retensi urine, Makanan/cairan.c) Seksualitas : adanya laserasi
servik uteri dan vaginaPada janin/bayi ; DJJ sebelum forsep
dipasang. DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.
Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema. Perdarahan
intrakranial Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi
kulit kepala. Paralisis facialB. Diagnosa keperawatan1. Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.2. Gangguan rasa
nyaman (nyeri) brehubungan dengan persalinan mekanik, respon
fisiologis persalinan3. Resiko tinggih trauma fetal berhubungan
dengan tindakan vakum, persalinan lama4. Ansietas berhubungan
dengan persalinan lama, keletihan5. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan episiotomy6. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri.
C. Rencana Asuhan Keperawatan1. Kekurangan volume cairan b.d
kehilangan vaskular berlebihan. Tujuan : Mendemonstrasikan
kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan. Kriteria hasil : TTV
stabil, Pengisian kapiler cepat, Sensorium tepat, dan haluaran
serta berat jenis urin adekuat secara
individualINTERVENSIRASIONAL
MandiriTinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor faktor penyebab atau pemberat pada situasi
hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis,
abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati
selama lebih dari 5 mgg)
Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya
komplikasi.
Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan
hitung pembalut; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh
dokter. Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya
komplikasi.
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan
perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil
menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis. Derajat
kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan
kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.
Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan
inversi uterus selama masase.
Perhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian
kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.
Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok.
Perubahan pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah
menurun sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari
hipoksia.
Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau
tekanan baji arteri pulmonal, bila ada. Memberikan pengukuran lebih
langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.
Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan
tubuh horizontal.
Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas.
Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih
besar.
Pertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan
klien.Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana
sensorium berubah dan atau intervensi pembedahan diperluka
Pantau masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis
urin.Bermanfaat dalam memperkirakan luas/ signifikansi kehilangan
cairan. Volume perfusi/ sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan
haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada
vagina. Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut
pada laserasi jalan lahir
Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal. Dapat
meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal
atau hematoma terjadi.
Pantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari
miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta
terhadap tanda-tanda KID.Tromboplastin dilepaskan selama upaya
pengangkatan plasenta secara manual yang dapat mengakibatkan
koagulopati.
KolaborasiMulai infus 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau
elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral.
Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah
untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
Berikan darah lengkap atau produk darah (missal: plasma,
kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Membantu menentukan
beratnya masalah dan efek dari terapi.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: oksitosin, metilergononovin
maleat, prostaglandin F2. Magnesium sulfat (MgSO4) Heparin Terapi
antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap
lokhia) Natrium bikarbonat. Antibiotik bertindak secara profilaktik
untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi
disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau
hemoragi.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb dan Ht
Kadar pH serum Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT. Pasang kateter
urinarius indwelling. Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan
darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb. Pada syok lama, hipoksia
jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon terhadap
metabolisme anaerobik.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan
mekanik, respon fisiologis persalinan Kriteria hasil : klien
mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang
dirasakanINTERVENSIRASIONAL
Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama
kontraksisentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan
dukungan untuk tenaga dan dorongan serta dapat membantu
mempertahankan penurunan nyeri
Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi
uterusmendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal
Informasikan klien awitan kontraksiklien dapat tidur dan atau
mengalami amnesia parsial diantara kontraksi ini dapat merusak
kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat kontraksi mulai dan
dapat berdampak negative pada kontrolnya
Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu
redup, dan tidak petugas yang tidak dibutuhkanlingkungan yang aman
menimbulkan, memberi kesempatan optimal untuk istirahat dan
relaksasi diantara kontraksi
Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan
sederhanamendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan
mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
3. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum,
persalinan lama Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas
normal, variabilitas baik, tidak ada
deselarasi.INTERVENSIRASIONAL
Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas,
perubahan periodic dan frekuensi dasar. Periksa DJJ diantara
kontraksi dengan menggunakan doptone. Jumlahkan selama 10 menit,
istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit.
Lanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan
diantaranya dan setelah kontraksiMendeteksi respon abnormal,
seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan, bradikardia dan
takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia,
asidosis, atau sepsis
Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi
melalui kateter tekanan intrauterus bila tersediatekanan istirahat
lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mm
Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang
intravilos.
Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi ,
asidosis, ansietas, atau sindrom vena kava.Kadang-kadang prosedur
sederhana (seperti membalikkan klien keposisi rekumben lateral)
meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plansenta
serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.
Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang.kontraksi yang terjadi setiap 2 menit
atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang
intravilos.
Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau
ulang hasil ultrasonografi.Menentukan pembaringan janin, posisi ,
dan presentasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
memperberat disfungsional persalinan.
Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan
kolumna vertebralis iskial.Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam
untuk primipari atau kurang dari 2 cm/jam untuk multipara, dapat
menandakan CPD atau malposisi.
Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin
pada presentasi kening,kening dan dagu.Presentasi ini meningkatkan
risiko CPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk
ke pelvis (11 cm pada kening atau presentasi wajah, 13 cm pada
presentasi dagu.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama,
keletihanKriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi,
dapat rileks dengan situasi persalinan.
INTERVENSIRASIONAL
Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan
nonverbalmengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas
yang berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai
dampak negative terhadap hasil persalinan.
Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan
kepada klien bahwa ia tidak akan ditinggal sendirianrasa takut
dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.
Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasimembantu dalam
menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri dalam korteks
serebral, menigkatkan rasa control.
Pantau DJJ dan tekanan darah ibuansietas yang lama dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan endrokrin, dengan kelebihan
pelepasan epineprin dan nonepineprin, meningkatkan tekanan darah
dan nadi
Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.meningkatkan
intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan masalah klien
tentang kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu
meningkatkan epineprin, dapat menghambat aktivitas miometrium.
Stres yang berlebihan menguras glukosa sehinggah pembentukan ATP
menurun untuk digunakan dalam kontraksi
Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan
darah tinggi pada penerimaan ulangi prosedur dalam 30 menit untuk
mendapatkan pembacaan tepat saat klien rileks )stress mengaktifkan
system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik yang meningkatkan
retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan ekskresi
kalium, kehilanhkan kalium dapat menurunkan aktivitas
miometrik.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa
takut.stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses
Persalinan dan menambah lamanya persalinan, dimana terjadi
ketidakseimbangan epineprin dan nonepineprin yang dapat
meningkatkan disfunsi pola pole persalinan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.Kriteria hasil :
melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan
istirahatINTERVENSIRASIONAL
Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama
persalinan dan jenis kelaminpersalinan dan kelahiran lama akan
sulit khususnya jika terjadi malam hari peningkatan tingkat
kelelahan
Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi
istirahat.organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan
memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Anjurkan untuk
mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan lingkungan yang
tenangmembantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan
menurunkan ransang, jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat
memperpanjang proses perbaikan pasca partum
Berikan obat-obatan misalnya analgesik.mungkin diperlukan untuk
meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
D. ImplementasiDx 1Mandiri Meninjau ulang catatan kehamilan dan
persalinan/kelahiran, perhatikan faktor faktor penyebab atau
pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta
tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau
retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg) Mengkaji dan catat
jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut;
menyimpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
Mengkaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan
perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil
menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis.
Memperhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian
kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.
Memantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau
tekanan baji arteri pulmonal, bila ada. Melakukan tirah baring
dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Mempertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.
Memantau masukan dan haluaran; memperhatikan berat jenis urin.
Mengkaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada
vagina. Memberikan tekanan balik pada laserasi labial atau
perineal. Memantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit
dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio
plasenta terhadap tanda-tanda KID.Kolaborasi Memulai infus 1 atau 2
I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau
melalui jalur vena sentral. Memberikan darah lengkap atau produk
darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi:a. oksitosin,
metilergononovin maleat, prostaglandin F2.b. Magnesium sulfat
(MgSO4)c. Heparind. Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan
sensitivitas terhadap lokhia)e. Natrium bikarbonat. Memantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :a. Hb dan Htb. Kadar pH
serumc. Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.d. Pasang kateter
urinarius indwelling.Dx 2 Mengkaji kebutuhan klien terhadap
sentuhan fisik selama kontraksi Memantau frekuensi, durasi dan
intensitas kontraksi uterus Menginformasikan klien awitan kontraksi
Memberikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu
redup, dan tidak petugas yang tidak dibutuhkan Meninjau
ulang/memberikan instruksi dalam teknik pernafasan sederhanaDx3
Mengkaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas,
perubahan periodic dan frekuensi dasar. Memeriksa DJJ diantara
kontraksi dengan menggunakan doptone. Menjumlahkan selama 10 menit,
istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit.
Melanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan
diantaranya dan setelah kontraksi Memperhatikan tekanan uterus
selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan
intrauterus bila tersedia Mengidentifikasi faktor-faktor maternal
seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau sindrom vena kava.
Memperhatikan frekuensi kontraksi uterus. Memberi tahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang. Mengkaji malposisi dengan
menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal
(lokasi fontanel dan satura cranial). meninjau ulang hasil
ultrasonografi. Memantau penurunan janin pada jalan lahir dalam
hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial. Menyiapkan untuk
metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi
kening,kening dan dagu.Dx4 Mengkaji tingkat ansietas klien melalui
isyarat verbal dan nonverbal Memberi dukungan professional
intrapartu kuntinu, menginformasikan kepada klien bahwa ia tidak
akan ditinggal sendirian Menganjurkan teknik pernapasan dan
relaksasi Memantau DJJ dan tekanan darah ibu Mengevaluasi pola
kontraksi/kemajuan persalinan. Memantau tekanan darah dan nadi
sesuai indikasi ( bila tekanan darah tinggi pada penerimaan ulangi
prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan tepat saat
klien rileks ) Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan,
masalah dan rasa takut.Dx 5 Mengkaji tingkat kelelahan dan
kebutuhan untuk istrahat. Mencatat lama persalinan dan jenis
kelamin Mengkaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi
istirahat. mengorganisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan
dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Menganjurkan
untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan, memberikan lingkungan
yang tenang Memberikan obat-obatan misalnya analgesik.
E. Evaluasi1. Klien menunjukan perubahan keseimbangan cairan
dibuktikan oleh TTV stabil, Pengisian kapiler cepat, Sensorium
tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara
individual2. Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang dibuktikan
oleh klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang
dirasakan3. Tidak terjadi trauma fetal, di buktikan dengan DJJ
dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada deselarasi.4. Ibu
dapat menurunkan stress emosional, ketakutan dan defresi akibat
dari disfungsi persalinan yang dihadapi di tandai dengan klien
mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi
persalinan. Infeksi akibat tindakan persalinan dapat dihindari
dengan kriteria hasil menunjukkan luka bebas dari drainase purulen.
Bebas dari infeksi, tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial
kateter normal5. Gangguan pola tidur dapat diatasi dengan kriteria
hasil melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta:FKUIAzzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik
Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGCAnonim.2012.
http://asuhankeperawatan.blogspot.com (diakses tanggal 18 februari
2013)Anonim.2012. www.scribd.cm (diakses tanggal 18 februari
2013)
Penyimpangan KDM Ekstraksi Vakum
(Kemampuan mengejan, gawat janin, kala II memanjang, penyakit
jantung, dll)Dilakukan ekstraksi vakum
Resiko tinggi trauma fetal Terjadi laserasi Persalinan yang
lama
Perdarahan Nyeri Kehilangan Vaskular Gangguan rasa nyaman
Kekurangan volume cairan AnsietasGangguan pola tidur