AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . . Edisi: vol. 2 no. 2 (2019) e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680 AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi 258 EKONOMI ISLAM PADA MASA ZAYD BIN ALI, ABU HANIFAH, ABU YUSUF DAN AS SYAIBANI RAHMATULLOH Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Purwokerto email: [email protected]Alamat: Nusa Indak, Kec. Kesugihan Kab. Cilacap ABSTRAK Dalam Al Qur’an memang tidak ada istilah ekonomi, istilah ekonomi bersal dari kata latin “ecos” dan “nomos”. Kata ini memang tidak dijumpai di Al Qur’an, hanya saja jika membuka kamus modern Bahasa Arab yang ditulis oleh hans Wehr dijumpai kata “Qashada” yang melahirkan kata “Qasd” yang mempunyai arti endeavor, aspiration, intentions, intent, design, purpose, resolution, object, goal, aim and frugality, thrift dan economy. Qasadan (intentionally, purposely, advisadly, on purpose’ deliberately). Qasdhi (intentionally, intended). Sistem Ekonomi Islam memiliki fungsi dan tujuan menciptakan insentif alokasi yang efisien atas keuangan dan sumberdaya yang mempunyai tujuan kompetisi untuk menembus ruang dan waktu. System keuangan yang baik akan menaikan investasi dan mendanai usaha yang baik. Islam sebagai prinsip hidup (Way of Life), prinsip kehidupan umat manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya Kata Kunci: Ekonomi, Skonomi Syariah A. Pendahuluan Sistem Ekonomi Islam memiliki fungsi dan tujuan menciptakan insentif alokasi yang efisien atas keuangan dan sumberdaya yang mempunyai tujuan kompetisi untuk menembus ruang dan waktu. System keuangan yang baik akan menaikan investasi dan mendanai usaha yang baik. 1 Islam sebagai prinsip hidup (Way of Life), prinsip kehidupan umat manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya. Ekonomi konvensional dan ekonomi Islam mempunyai tujuan yang berbeda, ekonomi konvensional memiliki tujuan yang bersifat material dan mempertimbangkan aspek immaterial. Sedangkan tujuan ekonomi islam sangat komprehensif mempertimbangkan aspek spiritual untuk kehidupan dunia dan 1 Aziz, Fathul Aminudin. "HUKUM DENDA DALAM KEUANGAN PUBLIK ISLAM DI INDONESIA." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 12.2 (2018): 313-328. Hal. 314
12
Embed
EKONOMI ISLAM PADA MASA ZAYD BIN ALI, ABU HANIFAH, …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
258
EKONOMI ISLAM PADA MASA ZAYD BIN ALI, ABU HANIFAH, ABU YUSUF DAN AS SYAIBANI
RAHMATULLOH
Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Purwokerto email: [email protected]
Alamat: Nusa Indak, Kec. Kesugihan Kab. Cilacap
ABSTRAK Dalam Al Qur’an memang tidak ada istilah ekonomi, istilah ekonomi bersal dari kata latin “ecos” dan “nomos”. Kata ini memang tidak dijumpai di Al Qur’an, hanya saja jika membuka kamus modern Bahasa Arab yang ditulis oleh hans Wehr dijumpai kata “Qashada” yang melahirkan kata “Qasd” yang mempunyai arti endeavor, aspiration, intentions, intent, design, purpose, resolution, object, goal, aim and frugality, thrift dan economy. Qasadan (intentionally, purposely, advisadly, on purpose’ deliberately). Qasdhi (intentionally, intended). Sistem Ekonomi Islam memiliki fungsi dan tujuan menciptakan insentif alokasi yang efisien atas keuangan dan sumberdaya yang mempunyai tujuan kompetisi untuk menembus ruang dan waktu. System keuangan yang baik akan menaikan investasi dan mendanai usaha yang baik. Islam sebagai prinsip hidup (Way of Life), prinsip kehidupan umat manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya Kata Kunci: Ekonomi, Skonomi Syariah
A. Pendahuluan
Sistem Ekonomi Islam memiliki fungsi dan tujuan menciptakan insentif
alokasi yang efisien atas keuangan dan sumberdaya yang mempunyai tujuan
kompetisi untuk menembus ruang dan waktu. System keuangan yang baik akan
menaikan investasi dan mendanai usaha yang baik.1 Islam sebagai prinsip hidup (Way
of Life), prinsip kehidupan umat manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu
kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan
perkembangan ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya.
Ekonomi konvensional dan ekonomi Islam mempunyai tujuan yang berbeda,
ekonomi konvensional memiliki tujuan yang bersifat material dan
mempertimbangkan aspek immaterial. Sedangkan tujuan ekonomi islam sangat
komprehensif mempertimbangkan aspek spiritual untuk kehidupan dunia dan
1 Aziz, Fathul Aminudin. "HUKUM DENDA DALAM KEUANGAN PUBLIK ISLAM DI
INDONESIA." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 12.2 (2018): 313-328. Hal. 314
itu ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan Kufah yang ketika itu merupakan
salah satu peradaban Islam, dan banyaknya cendekiawan Muslim dari penjuru
dunia berdatangan untuk saling bertukar pikiran tentang berbagai bidang
ilmu.20
2. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf
Abu Yusuf yang mempunyai latar belakang seoarng fuqoha yang
beraliran ah lar ra’yu, ia cenderung memaparkan berbagai pemikirannya
dibidang ekonomi dengan menggunakan analisis qiyas yang didahului melalu
kajian mendalam terhadap Al Qur’an, Hadist Nabi, Atsar Sahabi serta praktik
penguasa yang shalih.
Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah tentang keuangan publik,
Abu Yusuf menguraikan masalah keuangan dan menunjukan beberapa
kebijakan yang harus diadopsi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat.21
Pemikiran Abu Yusuf selain tentang keuangan publik, ia juga
mempunyai pemikiran tentang pasar. Pemikiran ini dapat dijumpai dalam
bukunya Al Kharaj. Selain membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran
negara yang menjadi pedoman pada masa Khalifah Al Rasyid di Baghdad. Buku
ini membahas beberapa prinsip dasar mekanisme pasar. Tulisan pertamanya
menjelaskan tentang naik dan turunnya produksi yang dapat mempengaruhi
harga. Abu Yusuf mengatakan :
There is no definite limit of cheapness and expensiveness that can be
ascertained. It is a matter decided from heaven ; the principles is unknown.
Cheapness is not due to abundance of food, nor expensiveness due to
scarcity. They are subject to the command and decision of God. Sometimes
food is plentiful but still very dear and sometimes is is too liitle but is cheap.
Pada saat itu masyarakat memahami bahwa harga barang hanya
ditentukan oleh jumlah penawarannya saja. Dengan kata lain, bila hanya
tersedia sedikit barang maka harga akan mahal, sebaliknya jika tersedia
banayak barang maka harga akan murah. Mengenai hal tersebut Abu Yusuf
20
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), Hal.
231 21
Ibid. Hal. 235
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
265
mengatakan, “tidak ada Batasan tertantu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya, prinsipnya tidak bisa
diketahui. Murah karena bukan melimpahnya makanan, begitu juga mahal
bukan karena langkanya makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan
Allah SWT. kadang-kadang makanan sangat sedikit, tetapi harganya murah.”
Secara implisit pernyataan ini menunjukan bahwa harga bukan hanya
ditentukan oleh penawaran, tetapi juga permintaan terhadap barang
tersebut.22
Bahkan Abu Yusuf mengindikasikan adanya variable-variabel lain yang
juga turut mempengaruhi harga misalnya jumlah uang beredar dinegara itu,
penimbunan suatu barang, atau lainnya. Pemikiran Abu Yusuf merupakan hasil
observasinya terhadap fakta empiris, sering kali terjadi melimpahnya barang
ternyata diikuti dengan tingginya tingkat harga, sementara kelangkaan barang
diikuti dengan harga yang rendah.23
E. As Syaibani
1. Biografi Singkat As Syaibani
Abu Abdillah Muhammad bin Al Hasan bin Farqad Al Syaibani lahir pada
tahun 132 H (750 M) di kota Wasith Ibukota Iraq pada masa pemerintahan
Bani Umayyah. Ayahnya berasal dari negeri Syaiban yang berada diwilayah
Jazirah arab, keluarganya pindah kekota Kufah yang pada saat itu merupakan
pusat kegiatan Ilmiah. Dikota tersebut ia belajar Fiqh, sastra dan Bahasa serta
Hadits pada ulama setempat, seperti Mus’ar bin Kadam, Sufyan Sauri, Umar bin
Dzar dan Malik bin Maghul. Pada waktu usia 14 tahun As Syaibani berguru
kepada Abu Hanifah selama 4 tahun, setelah itu ia berguru kepada Abu Yusuf
salah seorang murud terkemuka yang menggantikan Abu Hanifah, hingga
keduanya tercatat sebagai penyebar madzhab Hanafi. 24
2. Pemikiran Ekonomi As Syaibani
Menurut As Syaibani, usaha-usaha perekonomian terjadi atas empat
macam, yaitu sewa menyewa, perdagangan, pertanian dan perindustrian.
22
Nur Rianto Al Arif, “Dasar-dasar Ekonomi Islam”, PT. Era Adicitra Intermedia 2011. Hal.
179 23
Ibid.. Hal. 180 24
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), Hal.
254
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
266
Sedangkan para pakar ekonom kontemporer mambgi tiga, yaitu pertanian,
perindustrian dan jasa. Dari keempat tersebut As Syaibani mengutamakan
pertanian daripada yang lainnya. Ia berpendapat bahwa pertanian
memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menjunjung
dalam melaksnakan berbagai macam kewajibannya.
Dari segi hukum As Syaibani membagi usaha perekonomian menjadi
dua, yaitu fardhu kifayah dan fardu ‘ain. Usaha perekonomian memiliki atau
dihukumi fardhu kifayah jika telah ada orang yang mengusahakannya atau
menjalankannya dan roda perekonomian akan terus berjalan. 25
Usaha yang dihukumi fardhu ‘ain karena usha-usaha perekonomian itu
mutlak dilakukan oleh seorang untuk memenuhi kehidupan hidupnya dan
kebutuhan orang yang ditanggungnya, jika tidak melakukan usaha
perekonomian maka kebutuhan dirinya dan yang ditanggungnya tidak
terpenuhi sehingga akan menimbulkan kebinasaan bagi dirinya dan
tanggungannya.26
F. Analisis
Ekonomi sudah berkembang pada masa Islam, seperti halnya pada masa Zayd
Bin Ali yang sudah memiliki pemikiran ekonomi seperti halnya sekarang yaitu tentang
jual beli kredit yang diperbolehkan. Abu Hanifah juga mempunyai konsep pemikiran
Ekonomi pada masa 699 M, sehingga beliau dijadikan tokoh Islam yang memunculkan
Ekonomi Islam, misalnya yang diterapkan pada masa itu ialah akad Salam, Hiwalah dan
Zakat Madu.
Selain kedua tokoh diatas diantaranya Abu Yusuf dan As Syaibani. Abu Yusuf
memiliki pemikiran Keuangan Publik dan Pasar, sehingga muncul pemikiran pemikiran
perpajakan dan anggaran negara pada masa Khalifah al rasyid. Sedangkan As Syaibani
memiliki pemikiran Ekonomi, bahkan ketika membaca konsep As Syaibani para
Ekonom Kontemporer mengadopsi pemikiran As Syaibani, misalkan pembagian macam
macam perekonomian.
Disini kita sudah bisa membaca, antara perbandingan Ilmu Ekonomi pada masa
Islam sebetulnya sudah lebih maju, hanya saja pada saat ini, buku buku yang menjadi
25
Ibid.. Hal. 261 26
Ibid.. Hal. 261
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
267
rujukan para siswa atau mahasiswa yang sedang belajar Ilmu Ekonomi lebih
didominasi oleh buku yang bersumber dari Ekonomi Barat.
G. Kesimpulan
1. Zayd bin Ali
Pada masa Zayd bin Ali, ia sudah memiliki pemikiran tentang ekonomi
yang hari ini sudah berjalan dimana-mana, misalkan system pembelian kredit.
Zayd bin Ali tidak memperbolehkan harga yang ditangguhkan pembayarannya
lebih tinggi dari pembayaran tunai, seperti penambahan pembayaran dalam
penundaan pengembalian pinjaman, dikarenakan penambahan terhadap
penundaan adalah riba. Menurut Zayd bin Ali, perinsipnya transaksi barang atau
jasa yang halal jika didasarkan atas suka sama suka dan diperbolehkan.
2. Abu Hanifah
Abu Hanifah Mashur sebagai ulama Ahli Fiqh, tetapi ia juga mempunyai
pemikiran Ekonomi diantaranya ialah tentang :
1. Akad Salam
2. Zakat Madu dan
3. Akad Hawalah
3. Abu Yusuf
Pemikiran Abu Yusuf tentang ekonomi diantaranya adalah tentang keuangan
publik, Abu Yusuf menguraikan masalah keuangan dan menunjukan beberapa
kebijakan yang harus diadopsi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat. Pemikiran Abu Yusuf selain tentang keuangan publik, ia juga mempunyai
pemikiran tentang pasar.
4. As Syaibani
Hal yang dibicarakan As Syaibani tentang Ekonomi diantaranya ialah,
usaha-usaha perekonomian terjadi atas empat macam, yaitu sewa menyewa,
perdagangan, pertanian dan perindustrian.
Menurut As Syaibani, dari segi hukum As Syaibani membagi usaha
perekonomian menjadi dua, yaitu fardhu kifayah dan fardu ‘ain. Usaha
perekonomian memiliki atau dihukumi fardhu kifayah jika telah ada orang yang
mengusahakannya atau menjalankannya dan roda perekonomian akan terus
berjalan.
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Rahmatulloh Ekonomi Islam Pada. . . .
Edisi: vol. 2 no. 2 (2019)
e-issn: 2620-6099, p-issn: 2620-7680
AmaNU: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
268
Pada dasarnya perekonomian konvensional merupakan adopsi dari
Ekonomi Islam, dari beberpa refrensi yang saya baca para pakar ekonom
konvensional menyembunyikan sejarah perkembangan ekonomi Islam, padahal
mereka mengadopsinya. Untuk mengembangkan kembali, kaum Muslim harus
mempelajari dan menyiapkan sumberdaya manusia yang lebih memadai terkait
ekonomi. Supaya bisa menjalankan sesuai apa yang ditentukan oleh Ekonomi
Islam. Supaya dalam menjalankan perekonomian sesuai Teologi Ekonomi Islam,
Kosmologi Ekonomi Islam dan Antropologi Ekonomi Islam, sehingga mencapai
kesejahteraan bagi umat Islam.
Daftar Pustaka Adiwarman Azwar Karim, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2012
Aziz, Fathul Aminudin. "HUKUM DENDA DALAM KEUANGAN PUBLIK ISLAM DI INDONESIA." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 12.2 (2018): 313-328
AZIZ, Fathul Aminudin. MEMAHAMI MANAJEMEN ISLAM MELALUI PENDEKATAN TAFSIR METODOLOGIS. Jurnal Ekonomi Islam| Islamic Economics Journal, 2018, 6.2
Dumairi Nor “Ekonomi Syariah Versi Salaf” Pasuruan : Pustaka Sidogiri, 2008
Fahrur Ulum, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” Buku Perkuliahan S1 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel. Government of Indonesia.
Muhammad, “Metodelogi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam” Yogyakarta : Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta 2003
Mohammad Ghozali, “Analisis Pemikiran Ekonomi Islam Imam Abu Hanifah” Al Falah: Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 1, 2018.
Musa Asy’arie, “Filsafat Ekonomi Islam”, Yogyakarta :Penerbit Lembaga Studi Filsafat Islam 2015.
Nur Rianto Al Arif, “Dasar-dasar Ekonomi Islam”,Solo : PT. Era Adicitra Intermedia 2011 Ija Suntana, “Politik Ekonomi Islam Siyasah Maliyah” Bandung : Pustaka Setia 2010 Wahbi Sulaiman Ghawiji, “Abu Hanifah Nu’man Imam al-Aimmah al-Fuqaha” Beirut: Darul
Qalam, 1993 Sayed Nawab Haidar Naqvi, “Menggagas ilmu Ekonomi Islam”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar