Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2015-2016 “Preferensi Suhu dan Makanan” Asisten Koordinator : Rifki Yassirul Haqq Nama : Ukfa Nur Udin NIM : 201310070311054 Kelas : 4B LABORATORIUM BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015
19

Ekologi Hewan

Mar 28, 2023

Download

Documents

noor aziz
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ekologi Hewan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

2015-2016

“Preferensi Suhu dan Makanan”

Asisten Koordinator : Rifki Yassirul Haqq

Nama : Ukfa Nur Udin

NIM : 201310070311054

Kelas : 4B

LABORATORIUM BIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Page 2: Ekologi Hewan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

mempelajari mengenai mahluk hidup. Ada beberapa jenis mahluk hidup di

dunia ini di seluruh belahan dunia. Setiap spesies memiliki bentuk dan

karakteristik yang sangat beragam. Hal itu tentu saja sudah tidak bisa kita

pungkiri.

Setiap mahluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya

menerima dan menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap

kondisi lingkungan, maka mahluk hidup akan melakukan penyesuaian diri

atau adaptasi untuk merasa lebih nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal.

Ketika mahluk hidup tersebut tak mam[u untuk menyesuaikan diri, maka ia

akan mengalami kematian atau terkana seleksi alam.

Salah satu perubahan yang terjadi pada lingkungan adalah perubahan

suhu atau temperatur. Pada manusia misalnya, ketika merasa kedinginan

menggunakan pakaian yang tebal, sedangkan ketika suhunya panas maka

pakaian yang dipakai pakaian tipis. Ini merupakan salah satu contoh bentuk

penyesuaian diri mahluk hidup terhadap lingkungannya. Akan tetapi, di

sebuah tempat yang gersang akibat kemarau yang panjang, satu persatu

tumbuhannya akan mati karena kekurangan air dalam tanah dan suhu

lingkungan yang tinggi. Sementara itu, tumbuhan seperti kaktus dapat

bertahan hidup. Hal inilah yang disebut seleksi alam.

Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka kami mencoba melakukan

penelitian mengenai preferensi suhu dan makanan pada organisme dengan

judul percobaan “Preferensi Suhu dan Makanan”. Melalui percobaan ini

nantinya kita bisa mengetahui dan mengerti lebih jauh lagi tentang hal-hal

yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mahluk hidup. Apakah

mereka bisa bertahan atau tidak ?. Dari kesemua kejadian dan hal itulah kami

akan melakukan percobaan melalui praktikum kali ini, dengan bantuan para

asisten dan laboratorium dalam hal penyediaan alat dan bahan yang akan

dibutuhkan dalam praktikum kali ini.

B. Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui preferensi suhu yang berpengaruh pada

suatu organisme.

b. Mahasiswa dapat mengetahui preferensi makanan yang berpengaruh

pada suatu organisme.

Page 3: Ekologi Hewan

C. Dasar Teori

Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan

suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya

terganggu. Air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan

suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Suhu kurang mudah

berubah di dalam air daripadadi udara, namun suhu merupakan faktor

pembatas utama. Oleh karena itu, mahluk akuatik sering memiliki toleransi

yang sempit (Burnei, 2005).

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan

panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu

lingkungan sekelilingnya. Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa

mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat

menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi

lingkungan. Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu

air, beberapa species mampu hidup pada suhu air mencapai 29oC, sedangkan

jenis lain dapat hidup pada suhu airyang sangat dingin, akan tetapi kisaran

toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas. Ikan yang hidup di

dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan

kecepatan respirasi (Hoar, dkk., 1971).

Pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti

pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan

renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku

ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat

atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air

dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling

penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada

spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada

daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat

memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut

(Alabaster, dkk., 1982)

Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak

mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.

Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada

kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C

menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya

daya cerna (Indrawan, dkk., 2007).

Page 4: Ekologi Hewan

Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis

dan jumlah pakan yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak

sebanding dengan jumlah pakan yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan

terhadap jenis pakan dapat terjadi (Cambell, dkk., 2000).

Persaingan dapat terjadi apabila sejumlah organisme dari spesies yang

sama atau yang berbeda menggunakan sumber pakan yang sama yang

ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaannyya cukup. Namun

persaingan juga dapat terjadi apabila organisme-organisme itu ketika

memanfaatkan sumber pakan tersebut saling menyerang antara konsumen satu

dengan konsumen lainnya (Zulkarnain, 2006).

Jika ketersediaan suatu jenis pakan disuatu lingkungan rendah, maka

jenis makanan itu kurang dimanfaatkan sebagai makanannya, namun jika

ketersediaannya tinggi atau berlimpah dari biasanya maka akan dikonsumsi

lebih tinggi (sering). Switching atau perpiindahan suatu jenis pakan ke jenis

pakan lain berdasarkan pengalaman sebelumnya dapat terjadi apabila

ketersediaan makanan dilingkungannya sudah terbatas (Latumahina, dkk.,

2013).

Kesukaan atau yang dikenal dengan preferensi hewan spesifik dari

suatu jenis, namun dapat berubah oleh pengalaman. Preferensi berarti bahwa

jeniss makanan itu lebih diperlukan dibandingkan jenis makanan lain yang

terdapat dilingkungan. Preferensi hewan terhadap suatu jenis makanan atau

mangsa tertentu sifatnya tetap dan pasti, tidak dipengaruhi poleh

ketersediaannya dilingkungan. Preferensi makanan dapat diamati melalui

percobaan-percobaan dengan kondisi terkontrol seperti di laboratorium, faktor

biotik dan abiotik dilingkungan alam tersebut dapat mengubah aspek kualitatif

dan kuantitatif makanan yang dikonsumsi hewan (Zulkarnain, 2006).

Page 5: Ekologi Hewan

BAB II

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1) Alat

a. Preferendum Box Suhu

Gambar 1

b. Preferendum Box Makanan

Gambar 2

c. Termometer Batang

Gambar 3

2) Bahan

a. Ikan Molly (Poecilia sphenops)

Gambar 4

b. Semut Merah (Oecophylla)

Gambar 5

c. Es Batu

Page 6: Ekologi Hewan

Gambar 6

d. Makanan Semut Merah/Ranggang (OecophyllaI) seperti

wafer, gula pasir, gula merah, dan misis/ceres.

B. Cara Kerja

1) Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan dipraktikumkan.

2) Untuk pengamatan pertama, menyiapkan 15 ekor ikan Molly (Poecilia

sphenops) dan Box Preferendum Suhu.

Gambar 7

3) Mengisi ruang bagian tengah Box Preferendum Suhu dengan air

normal, ruang bagian samping kanan dengan air panas (30ºC), dan

ruang bagian samping kiri air dingin (18ºC).

Gambar 8

4) Memindahkan ikan Molly (Poecillia sphenops) ke bagian ruang

tengah/air yang normal. Kemudian mengamati gerak perpindahan ikan

tersebut pada zona I, zona II, dan zona III selama 3x3 menit atau 3

menit pertama, 3 menit kedua, dan 3 menit ketiga (total 9 menit).

Gambar 9

5) Untuk pengamatan kedua, menyiapkan serangga semut

Page 7: Ekologi Hewan

merah/ranggang (Oecophylla) sejumlah 15, Box Preferendum

Makanan, dan makanan serangga yang telah dibawah.

Gambar 10

6) Meletakkan makanan semut merah/ranggang (Oecophyllal) pada Box

Preferendum Makanan dengan ketentuan setiap ruangan ada satu jenis

makanan. Selanjutnya menutup lubang dan menunggu makanan

selama 3 menit agar bau makanan menyebar.

Gambar 11

7) Setelah 3 menit, memindahkan semut merah/ranggang (Oecophylla)

ke dalam Box Preferendum Makanan dan meletakkannya di lubang

tengah serta meneliti pada 5 menit pertama dan 5 menit kedua pada

preferensi serangga tersebut memilih makanan yang mana.

Gambar 12

C. Lembar Kerja Praktikum

(fotocopy)

Page 8: Ekologi Hewan

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan pertama (preferensi suhu

air pada ikan Molly), ikan Molly yang berada pada air normal sedangkan pada

sisi kanan diberi pengaruh suhu air 30ºC dan sisi kiri diberi pengaruh suhu air

18ºC. Ikan Molly cenderung menyukai pada zona II. Itu artinya bahwa ikan

tersebut lebih suka pada air normal zona II, karena pada zona I terpengaru

suhu air 30ºC dan pada zona III terpengaruh suhu air 18ºC. Tetapi pada

penelitian tersebut, ikan Molly tidak hanya diam pada zona II, tetapi

berpindah-pindah zona dengan gerakan yang gesit. Hal tersebut dapat terjadi

karena ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ikan Molly tersebut

bertingkah seperti itu. Faktor yang dapat mempengaruhi ketika melakukan

pengamatan adalah getaran suara manusia, intensitas cahaya, kandungan

senyawa pada air, dan kemungkinan ikan sudah stress karena perpindahan

tempat (kolam ke plastik dan ke tempat pengamatan.

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan

panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu

lingkungan sekelilingnya. Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa

mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat

menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi

lingkungan. Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu

air, beberapa species mampu hidup pada suhu air mencapai 29oC, sedangkan

jenis lain dapat hidup pada suhu airyang sangat dingin, akan tetapi kisaran

toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas. Ikan yang hidup di

dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan

kecepatan respirasi (Hoar, dkk., 1971).

Pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti

pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan

renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku

ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat

atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air

dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling

penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada

spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada

daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat

Page 9: Ekologi Hewan

memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut

(Alabaster, dkk., 1982)

Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak

mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.

Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada

kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C

menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya

daya cerna (Indrawan, dkk., 2007).

Pada praktikum percobaan kedua (preferensi makanan pada serangga

semut merah), hal yang unik adalah ketika melakukan pengamatan, semut

merah cenderung menyukai makanan berupa gula merah. Hal tersebut bisa

terjadi dikarenakan kemungkinan gula merah aroma baunya lebih menyengat

daripada makanan yang lain seperti wafer, meses, dan gula pasir. Kesukaan

hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan jumlah pakan

yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah

pakan yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis pakan dapat

terjadi (Cambell, dkk., 2000).

Jika ketersediaan suatu jenis pakan disuatu lingkungan rendah, maka

jenis makanan itu kurang dimanfaatkan sebagai makanannya, namun jika

ketersediaannya tinggi atau berlimpah dari biasanya maka akan dikonsumsi

lebih tinggi (sering). Switching atau perpiindahan suatu jenis pakan ke jenis

pakan lain berdasarkan pengalaman sebelumnya dapat terjadi apabila

ketersediaan makanan dilingkungannya sudah terbatas (Latumahina, dkk.,

2013).

Kesukaan atau yang dikenal dengan preferensi hewan spesifik dari

suatu jenis, namun dapat berubah oleh pengalaman. Preferensi berarti bahwa

jeniss makanan itu lebih diperlukan dibandingkan jenis makanan lain yang

terdapat dilingkungan. Preferensi hewan terhadap suatu jenis makanan atau

mangsa tertentu sifatnya tetap dan pasti, tidak dipengaruhi poleh

ketersediaannya dilingkungan. Preferensi makanan dapat diamati melalui

percobaan-percobaan dengan kondisi terkontrol seperti di laboratorium, faktor

biotik dan abiotik dilingkungan alam tersebut dapat mengubah aspek kualitatif

dan kuantitatif makanan yang dikonsumsi hewan (Zulkarnain, 2006).

Kesukaan semut merah pada gula merah belum tentu pada semua jenis

semut merah menyukai gula merah. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor lainnya seperti kondisi kesehatan dan kelaparan atau tidaknya

pada organisme/hewan tersebut.

Page 10: Ekologi Hewan

BAB IB

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Semut merah lebih menyukai makanan seperti gula merah.

b. Ikan Molly lebih suka pada suhu air yang normal (tidak dingin dan

tidak panas).

c. Pada praktikum ini masih belum tentu bahwa ikan Molly suka pada

suhu normal dan semut merah suka gula merah. Karena banyak

beberapa faktor yang berpengaruh seperti cahaya, suara, getaran, dan

lain sebagainya.

B. Saran

Berdasarkan hasil kegiatan praktikum bab I, kondisi didalam kelas

sudah bagus, instruktur sudah menjelaskan materi yang mudah ditangkap oleh

mahasiswa, dan asisten yang cukup perhatian. Saya rasa cukup dipertahankan

seperti praktiku pada bab I.

Page 11: Ekologi Hewan

Daftar Isi

A., Zuhrawati N. 2014. Pengaruh Peningkatan Suhu Terhadap Kadar

Hemoglobin dan Nilai Hematokrit. Jurnal Medika Veterinaria, Vol.

8 ISSN: 0853-1943. Banda Aceh: Laboratorium Klinik, Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala.

Alabaster, J. S. dan Lioyd, R. 1982. Water Quality Criteriafor Freshwater

Fish Second Edition. Cambridge: Great Britain at teh University

Press.

Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi. Diterjemahkan oleh Wulandari,

Damaring Tyas. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A; Reece, Jane B and Mitchell; Lawrence G. 2004. Biologi

Edisi 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Hoar, W. S. dan Randal, D. J. 1971. Fish Physiology Volume VI

Environmental Relations and Behavior. New York: Academic

Press, Inc.

Indrawan, M; Primack, R. B; dan Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi Edisi

Revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Latumahina, Fransina Sarah; Musyafa; Sumardi; dan Putra, Nugroho Susetya.

2013. Keragaman Semut Pada Areal Pemukiman dalam Hutan

Lindung Sirimau Kota Ambon,Jurnal Agroforestri, Vol. 8 No. 4.

Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi, dan Peran Semut pada Tanaman

di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal, Jurnal Penelitian Sains,

Vol. 10, No. 2 Hal. 241-253. Palembang: Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Sriwijaya.

Tresna, Lena Kalina; Dhahiyat, Yayat; dan Herawati, Titin. 2012. Kebiasaan

Makanan dan Luas Relung Ikan di Hulu Sungai Cimanuk

Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jurnal Perikanan dan Kelautan,

Vol. 3 No. 3 ISSN: 2088-3137. Universitas Negeri Padjadjaran.

Zulkarnain, Sigit. 2006 .Preferensi Semut Pemukiman Terhadap Berbagai

Jenis Umpan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 12: Ekologi Hewan

Lampiran

Page 13: Ekologi Hewan
Page 14: Ekologi Hewan
Page 15: Ekologi Hewan
Page 16: Ekologi Hewan
Page 17: Ekologi Hewan
Page 18: Ekologi Hewan
Page 19: Ekologi Hewan