EFEKTIVITAS PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH RAUDLATUL FALAH KEBAGUSAN PASAR MINGGU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Oleh YULIANTI NIM 809011000418 PROGRAM DUAL MODE SYSTEM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIVITAS PENERAPAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) TERHADAP
PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS V
DI MADRASAH IBTIDAIYAH RAUDLATUL FALAH
KEBAGUSAN PASAR MINGGU
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sejak Tahun 2001, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
telah diberlakukan otonomi daerah bidang pendidikan dan kebudayaan. Visi
pokok dari otonomi dalam penyelenggaraaan pendidikan bermuara pada upaya
pemberdayaan (empowering) terhadap masyarakat setempat untuk menentukan
sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan system penilaian
hasil belajar, guru dan kepala sekolah, fasilitas dan sarana belajar putra – putri
mereka. Peran pemerintah baik diwakili oleh Departemen Teknis maupun
Departemen Daerah (pemda) adalah memberikan dukungan baik berupa dana,
fasilitas, dan ekspertis agar dapat terselenggaranya pelayanan pendidikan yang
bermanfaat bagi pembangunan kehidupan riil di masyarakat dan dilakukan oleh
masyarakat sendiri dengan mengacu pada standar mutu akademik secara rasional
maupun internasional.
Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya
berimplikasi kepada perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola
sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan. Sebagai implikasi
selanjutnya ialah dikembangkannya pendidikan yang demokratis dan non-
monopolistic dalam menentukan jenis dan muatan kurikulum, proses
pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, fasilitas dan sarana belajar, dan
lain-lain. Bersamaan dengan otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut, maka
manajemen yang dikembangkan lebih mengarah pada manajemen berbasis
1
2
sekolah/madrasah, yakni model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah/adrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasi
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah/madrasah atau
stakeholders untuk meningkatkan mutu sekolah/madrasah.
Di antara otonomi yang lebih besar diberikan kepada sekolah/madrasah
adalah menyangkut pengembangan kurikulum, yang kemudian disebut dengan
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yakni kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan
(sekolah/madrasah).1 Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu
yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum.
Tim penyusun KTSP pada SD/MI terdiri atas guru, konselor, dan kepala
sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Dalam KTSP, kiprah guru lebih
dominan lagi, terutama dalam menjabarkan standard kompetensi dan kompetensi
dasar, tidak saja dalam program tertulis, tetapi juga dalam pembelajaran nyata di
kelas. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki
tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan
merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan
kompetitif.2
Peserta didik yang berkualitas dan berpotensi itu dapat dikembangkan
melalui penerapan KTSP. KTSP dibuat oleh guru disetiap satuan pendidikan
untuk menggerakkan mesin utama pendidikan, yakni pembelajaran. Pada
1 Muhaimin, Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal 1 & 2
2 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal vi
3
kurikulum ini peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas yang
dimilikinya serta peserta didik ditanamkan pendidikan agama yang mendasar
yaitu akhlak, walaupun tidak sebanyak yang diberikan oleh pendidikan nonformal
seperti pendidikan pesantren.
Tujuan Pendidikan Nasional juga merupakan Tujuan Pendidikan Agama
Islam, tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang
baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu. Bagi bangsa
Indonesia, manusia yang baik adalah manusia pembangunan yang pancasila, sehat
jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreatifitas dan bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang
tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan sesama
manusia.3
Secara substansial pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yaitu
konservasi nilai-nilai dan kultur yang dijunjung tinggi masyarakat, dan adaptasi
terhadap berbagai tuntutan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
Dengan demikian pendidikan mempunyai peran dan fungsi strategis sebagai agen
perubahan sosial, tak terkecuali pendidikan yang dilaksanakan oleh institusi yang
berada dalam naungan Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen
Agama.4 Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dan terkait dalam proses
pendidikan perlu terus menerus berupaya meningkatkan relevansi pendidikan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2003
4 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta : Gemawindu Panca Perkasa, 2000), hal. 17, cet. Ke-1
4
Pendidikan agama dapat dikembangkan melalui pembelajaran aqidah
akhlak. Pembelajaran aqidah akhlak mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui dan meyakini rukun iman yang enam.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang kuat untuk mau
mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk.
3. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak sebagai
bekal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembelajaran aqidah akhlak mempunyai peranan penting dalam
membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
pekerti yang luhur (berakhlak mulia) dan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya sehingga
dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata
pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin
ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan
membahas dalam penulisan skripsi dengan judul : “EFEKTIVITAS
PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI
MADRASAH IBTIDAIYAH RAUDLATUL FALAH KEBAGUSAN PASAR
MINGGU”.
B. Identifikasi Masalah
Dari judul di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
5
1. Kurangnya profesionalisme guru dalam penerapan KTSP di MI. Raudlatul
Falah Kebagusan Pasar Minggu Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Kurangnya evaluasi dalam penerapan KTSP di MI. Raudlatul Falah
Kebagusan Pasar Minggu Tahun Pelajaran 2012/2013.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah kepada permasalahan yang akan dibahas,
maka perlu adanya batasan-batasan permasalahan. Adapun batasan permasalahan
pada penelitian ini dibatasi pada keefektifan penerapan KTSP dalam mata
pelajaran aqidah akhlak kelas V pada tahun pelajaran 2012/2013.
2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, ada dua masalah yang perlu
dicari jawabannya dalam penelitian ini :
a. Bagaimana penerapan kegiatan belajar mengajar dengan KTSP pada
mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Falah
Kebagusan Pasar Minggu Tahun Pelajaran 2012/2013?
b. Bagaimana efektivitas penerapan KTSP pada pembelajaran aqidah
akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Falah Kebagusan Pasar
Minggu Tahun Pelajaran 2012/2013?
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada empat tujuan yang ingin dicapai :
a. Mendeskripsikan tentang penerapan KTSP untuk siswa, guru, dan
kepala sekolah.
b. Mendeskripsikan tentang penerapan kegiatan belajar mengajar dengan
KTSP yang berlangsung, untuk mata pelajaran aqidah akhlak.
c. Mendeskripsikan tentang penilaian yang terjadi di sekolah dengan
menggunakan KTSP.
d. Mendeskripsikan tentang hambatan-hambatan yang terjadi dengan
menggunakan KTSP.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan penulis tentang
penerapan KTSP bidang PAI.
b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang penerapan KTSP
dan kegunaannya khususnya untuk mata pelajaran PAI.
c. Bagi sekolah/Guru, dapat dijadikan pertimbangan dan pedoman dalam
penerapan KTSP dalam pembelajaran.
d. Bagi Universitas Islam Negri Jakarta, hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan pedoman bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Secara bahasa, Efektifitas merupakan asal kata dari “efektif” dalam bahasa
inggrisnya effective, yang secara sederhana dapat didefinisikan sebagai “coming
into use “ (mendatangkan hasil). Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan
efektif sebagai adanya efek, (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), atau dapat
membawa hasil dan berhasil guna.
Berbicara tentang efektif, efektifitas atau keefektifitasan, maka tidak bisa
dilepaskan dari bahasan tentang organisasi. Karena kebanyakan para ahli ketika
berbicara tentang efektifitas mereka pasti mengaitkannya dengan organisasi,
lembaga, perusahaan atau sejenisnya dimana di dalamnya terdapat seorang
manajer, pimpinan, karyawan dan beraneka ragam manajemen dan tujuan. Secara
umum, teori keefektifitasan berorientasi pada tujuan.
Menurut Handoko, efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau memilih peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang manajer yang efektif dapat memilih
pekerjaan yang harus dilakukan atau memilih metode atau cara yang tepat untuk
mencapai tujuan.1
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas
adalah ukuran keberhasilan seseorang atau suatu kelompok melakukan kegiatan
1
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPEF – Yogyakarta, 1986), Cet.2, h.7
7
8
atau perbuatan dengan tujuan tertentu. Dikatakan efektif apabila sasaran atau
tujuannya dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Dengan
demikian, maka sesuatu dikatakan efektif apabila proses kegiatan itu waktunya
singkat, membutuhkan sedikit tenaga, hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai target.
2. Karakteristik Efektifitas
Konsep efektifitas oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, hal
tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan pendekatan disiplin
ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam
pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti yang telah
mengungkapkan apa dan bagaimana mengukur efektifitas itu.2
Dalam sebuah lembaga atau institusi, efektifitas bisa dibedakan ke dalam
beberapa tingkatan atau sub unit. Adanya tingkatan atau sub unit ini dimaksudkan
untuk memperoleh kemajuan yang lebih besar dari pada yang lain dan ini
merupakan inti dari efektifitas. Salah satu ciri dalam hal ini adalah adanya upaya
untuk menemukan faktor-faktor kausal yang mengarahkan pada peningkatan
efektifitas.
Tony Bush dan Marianne Coleman menyatakan bahwa tidak ada
karakteristik efektifitas organisasi, perusahaan dan lembaga (termasuk sekolah)
yang secara jelas sama. Namun sekurang-kurangnya, ada satu daftar yang
merefleksikan penelitian internasional dan bukti inspeksi, dan merangkum
literatur British, yang menyampaikan sebelas faktor kunci terkait efektifitas
pendidikan, yaitu :
2 Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis. Kepemimpinan Pendidikan, (Yogyakarta : PT. IRCiSod, 2008), Cet.2, h.153
9
a. Kepemimpinan professional, tegas dan memiliki tujuan tertentu.
b. Visi dan tujuan, kesatuan tujuan, konsistensi praktek dan kebersamaan
yang akrab.
c. Lingkungan, suasana yang tertib dan rapi dan lingkungan yang
antraktif.
d. Konsentrasi terhadap pengajaran dan pembelajaran, maksimalisasi
waktu belajar, penekanan akademik dan fokus terhadap presentasi.
e. Harapan yang tinggi dan menyeluruh, mengkomunikasikan harapan dan
memberikan tantangan intelektual.
f. Penguatan yang positif, disiplin yang adil dan jelas.
g. Memonitor kemajuan, mengevaluasi performa sekolah.
h. Hak dan tanggung jawab anak.
i. Pengajaran yang memiliki tujuan, termasuk di dalamnya organisasi
yang efesien, kejelasan tujuan, pelajaran yang terstruktur dan praktek
yang adaptif.
j. Organisasi belajar.
k. Kerjasama sekolah-rumah termasuk keterlibatan orang tua.3
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri atau karakteristik
efektifitas suatu kegiatan dapat diketahui jika kegiatan tersebut berhasil mencapai
tujuan dengan benar sesuai target yang telah direncanakan, dan mampu
memanfaatkan serta memberdayakan seluruh elemen-elemen agar berfungsi
secara optimal sehingga menghasilkan tujuan yang memuaskan. Dari sini dapat
3 Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,
(Jogjakarta : PT. IRCiSod, 2008), Cet. 2, h. 154
10
diketahui bahwa efektifitas tidak hanya dilihat dari tecapainya tujuan semat, akan
tetapi sinergita dari berbagai komponen-komponen yang membantu tercpainya
tujuan tersebut.
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Secara tradisional kurikulum biasa dimengerti sebagai
serangkaian program yang berisi rencana-rencana pelajaran yang telah disusun
sedemikian rupa yang dapat dipakai secara langsung oleh guru untuk mengajar.
Dalam arti kontemporer kurikulum diartikan secara lebih luas karena kurikulum
tidak lagi menekankan pada daftar isi materi rencana pelajaran yang dimiliki
topik-topik yang telah disusun tapi lebih menekankan kepada pengalaman-
pengalaman proses belajar mengajar yang dapat diberikan kepada murid dalam
konteks dimana murid-murid berada.4
Istilah kurikulum mulai dikenal di Amerika Serikat sejak tahun 1920
ditinjau dari asal katanya kurikulum berasal dari bahasa latin dari kata curere yang
artinya lari. Dengan demikian maka kurikulum pada awalnya mempunyai
pengertian course of race (arena pacuan). Secara tradisional, kurikulum
4 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), hal 2 &3
11
mempunyai pengertian yaitu mata pelajaran atau arena pelatihan untuk suatu
produksi pendidikan.5
Beberapa pengertian kurikulum yang lain :
a. Kumpulan materi yang harus disampaikan pelatih atau yang harus
dipelajari oleh peserta didik untuk menjadi terampil.6
b. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.7
Kurikulum mempunyai fungsi yang terdiri dari :
1. Fungsi Penyesuaian (The adductive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena
lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing
individu pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula.
Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan.
Disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga individu
bersifat well-adjusted.
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Karena
individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang
5 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), hal 2&3
6 Pusdiklat Kesehatan, Pengembangan Kurikulum, (2000)
7 BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (2006)
12
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di antara
setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong
orang berfikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas
sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya
stagnasi sosial.
4. Fungsi Persiapan (The Prepardeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi
ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.
Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat
sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun
yang menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (deferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang
saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi
seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal
tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem
demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka
kurikulum perlu disusun secara luas dan fleksibel.
13
6. Fungsi Diagnotis (The Diagnostic Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan
siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika
siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui proses
eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan
mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi
diagnosis kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.8
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Mulyasa menyatakan bahwa KTSP adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP ditandatangani pada 23 Mei 2006 dan diberlakukan di Indonesia mulai
tahun ajaran 2006/2007. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus.9
KTSP diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP berlaku pada jenjang
pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) dan menengah
(Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan) dan disusun oleh
8
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Aplikasi KTSP di Sekolah, (Jogjakarta, Bening, 2010). Hal 36 - 38
9E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009). Hal 19
14
satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat : kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan. Standar kompetensi lulusan (SKL) digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, tujuan pendidikan dasar
adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejurusannya.
15
Pemberlakuan KTSP didasarkan pada peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2006. Penyusunan KTSP SD, SMP, SMA dan SMK
terdiri atas guru. konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan nara sumber
dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, dan di supervisi oleh
kabupaten/kota dan provinsi yang bertanggung jawab dibidang pendidikan.10
Landasan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas
No. 22 dan No. 23.11
Acuan operasional penyusunan KTSP :
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun
yang memungkinkan setiap mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
10Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Madrasah, (Jakarta, Rajawali Pers, 2008), hal 3
11Masnur Muchlis, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2007), hal 1
16
2. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman
potensi, minat, kecerdasan intelektual dan emosional peserta didik
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Perkembangan potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus
memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan
pembangunan daerah dan nasional.
5. Tuntutan dunia kerja.
Kurikulum harus memuatkecakapan hidup untuk membekali peserta
didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kebutuhan dunia kerja khususnya bagi mereka yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama.
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan
kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang
berlaku di lingkungan sekolah.
17
8. Dinamika Perkembangan Global.
Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing
secara global dan hidup berdampingan dengan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan
persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya.
11. Kesetaraan jender.
Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan
mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan.
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.12
Ciri-ciri penting KTSP :
1. KTSP menganut prinsip fleksibilitas, yaitu sekolah diberi kebebasan
menambah 4 jam pelajaran tambahan per minggu, yang bisa diisi
dengan apa saja baik yang wajib atau muatan lokal.
2. KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk
mengubah kebiasaan lama yakni kebergantungan pada birokrat.
Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka
kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh
orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan
kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup
melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga
hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya
agar kamu bersyukur (kepada-Nya). [Qs. Al-Maidah (5) : 89].
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah
dan diutusnya pada Rasul.16
Pengertian Aqidah Secara Istilah
yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram
karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan
apapun pada orang yang meyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya
yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada
tingkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah,
karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
16 Arif Munandar Riswanto, Buku Pintar Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), hal 32
23
b. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar dibidang akhlak yaitu Ibnu
Maskawaih, Al-Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.17
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku
tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
c. Definisi Aqidah Akhlak
Pengertian aqidah akhlak itu sendiri sangatlah luas. Namun dari pengertian
sebelumnya dapat diartikan bahwa aqidah akhlak merupakan kepercayaan yang
diyakini kebenarannya di dalam hati, yang diikrarkan dengan lisan dan diamalkan
dengan perbuatan yang terpuji sesuai dengan ajaran al-qur’an hadits.18
17 http://id.wikipedia.org
18 http://anneahira.com
24
Aqidah dan akhlak merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Maka
menjaga aqidah akhlak merupakan hal yang penting. Hal-hal yang dapat kita
lakukan antara lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah
akhlak, hal-hal yang dapat merusak aqidah akhlak, menjauhkan perbuatan-
perbuatan yang dapat merusak aqidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah
dipelajari.
Mengingat pentingnya aqidah akhlak ini, maka semua sekolah islam
memasukkan aqidah akhlak ini ke dalam mata pelajaran. Karena usia anak-anak
sekolah merupakan usia yang labil, maka perlu ditanamkan sejak dini agar mereka
mempunyai aqidah yang baik dan akhlak yang terpuji.
Dalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
penjelasan pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa :
“Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang
dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.
Pada kurikulum madrasah, pendidikan agama dibagi menjadi lima mata
pelajaran. Hal ini sesuai dengan penjelasan ayat (3) : ... satu unsur dapat dibagi
menjadi lebih dari satu mata pelajaran.19
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran dari
unsur pendidikan agama yang ada di madrasah. Mata pelajaran ini membahas
kajian tentang peristiwa-peristiwa penting berkenaan dengan perkembangan
agama islam yang memungkinkan terjadinya pengenalan, penghayatan dan
19 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta : Juni 2002), hal 12
25
penanaman nilai pada peserta didik atas ajaran dan semangat islam sebagai
rahmatan lil alamin.
2. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak ini meliputi :
a. Masalah keimanan seperti rukun iman (iman kepada Allah , Rasul-rasul
Allah, hari akhir dan iman kepada qodo dan qodar)
b. Cerita para Nabi dan Rasul Allah yang shaleh
c. Masalah akhlak. Pembahasan masalah akhlak ini meliputi akhlak
mahmudah yang harus diupayakan menjadi kebiasaan dan akhlak
madzmumah yang mutlak harus dihindari.20
3. Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak
Di Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran aqidah akhlak ini memiliki fungsi
sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa
dalam meyakini kebenaran ajaran islam yang telah dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga.
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan
pemahaman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari
c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari siswa dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya
20 http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com
26
d. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan
menulis Al-Qur’an, serta kandungan Al-Qur’an dan Hadits.21
4. Pendekatan Pelajaran Aqidah Akhlak
Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam mata pelajaran
Aqidah Akhlak ini adalah :
a. Pendekatan rasa (kalbu),yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan
siswa dalam memahami dan meyakini kebenaran ajaran dan syariat
islam dengan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah
islam.
b. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio
(akal) dalam memahami peristiwa sejarah dan perkembangan peradaban
islam.
c. Pendekatan keteladanan, yaitu usaha menanamkan nilai melalui
keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan
yang akrab antar personal sekolah, perilaku para pendidik dan tenaga
kependidikan lain, maupun dengan menampilkan kisah-kisah teladan.
Adapun pendekatan yang tepat untuk pelajaran akhlak adalah pendekatan
keteladanan, pembiasaan dan pengalaman. Sedangkan pendekatan yang cocok
untuk aqidah adalah pendekatan emosional dan rasional.
Atas dasar penentuan pendekatan-pendekatan tersebut, guru dapat
menentukan metode pengajaran atau pembelajaran yang dianggap tepat dan
efektif.
21 http://efendihatta.blogspot.com
27
Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain :
1. Metode ceramah/bercerita
2. Metode Tanya jawab
3. Metode sosiodrama
4. Metode diskusi
5. Alokasi Waktu
Di Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran aqidah akhlak dibagi menjadi dua
semester. Pengaturan waktu yang tersedia tidak merupakan sesuatu yang kaku,
tetapi bersifat luwes dengan menyesuaikan pada taraf perkembangan siswa dan
kondisi sekolah.
6. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak
Sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam di Madrasah, pelajaran
aqidah akhlak bertujuan :
a. Mengetahui dan meyakini rukun iman yang enam
b. Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang kuat untuk mau
mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk
c. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak sebagai
bekal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
7. Kemampuan Dasar
Kemampuan dasar yang diharapkan dari siswa setelah menamatkan
pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah adalah :
28
a. Mengetahui dan meyakini rukun iman yang enam.
b. Dapat mengamalkan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela.
c. Mengetahui sopan santun senantiasa mengamalkannya, baik dalam
hubungan manusia dengan Allah, dengan diri sendiri, sesama manusia
maupun dengan lingkungan.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan menyampaikan beberapa kajian
atau skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi ini :
1. Skripsi Saudari Rukmiati (206011000079) yang berjudul “Pengaruh
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MAN
INSAN CENDIKIA SERPONG.”
Dalam penelitian tersebut dikaji tentang prosedur pengaruh
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN
INSAN CENDIKIA SERPONG. Rukmiati dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa Implementasi KTSP di MAN Insan Cendikia
sudah dilaksanakan dengan baik pada tahap pra intruksional, tahap
instruksional dan tahap evaluasi. Dilihat dari prestasi belajar siswa
sebesar 86% cukup baik dengan jumlah rata-rata 8. Pengaruh
implementasi KTSP terhadap prestasi belajar siswa terdapat hubungan
positif yang signifikan dilihat dari besarnya rxy sebesar 0,476 yang
besarnya berkisar antara 0,40 – 0,70 berarti korelasi antara
29
implementasi KTSP dengan prestasi belajar siswa itu adalah termasuk
korelasi positif yang sedang atau cukup.22
2. Skripsi Saudari Rian Wahyudi (107011002015) yang berjudul, “
Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTS Daarul
Hikmah Pamulang”.
Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa Implementasi KTSP
dalam pembelajaran al-qur’an hadits di MTS Daarul Hikmah Pamulang
sudah berjalan sesuai pedoman. Sekolah tersebut sudah
mengimplementasikan program-program pengembangan KTSP dengan
baik. Sekolah tersebut mampu membuat KTSP untuk tingkat satuan
pendidikannya. Guru Al-Qur’an Hadits sudah mampu untuk membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sendiri. Di MTS Daarul
Hikmah pengembangan silabus Al-Qur’an Hadits dilakukan bekerja
sama dengan sekolah-sekolah lain di daerah setempat, yang tergabung
dalam forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) tingkat
kabupaten Pamulang, Tangerang Selatan.
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits juga sudah mencerminkan
KTSP karena siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga
pembelajarannya dilakukan dari siswa oleh siswa dan untuk siswa.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang digunakan di sekolah
memberikan kemudahan, keleluasaan maupun kebebasan dalam
22
Rukmiati,”Pengaruh Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN INSAN CENDIKIA SERPONG,” Skripsi Pada Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h.58, tidakdipublikasikan.
30
melaksanakan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
pembelajaran Afektif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan
(PAIKEM) dalam pembelajaran. Kondisi nyata yang berkenaan dengan
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits di MTS Daarul Hikmah sudah dilaksanakan,
walaupun belum sepenuhnya seperti yang diharapkan. Begitu pula
dengan penyusunan RPP Al-Qur’an Hadits yang sudah menggunakan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
pembelajaran Afektif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan
(PAIKE ). Akan tetapi dalam proses belajar mengajar (KBM) model
pembelajaran CTL dan PAIKEM belum maksimal digunakan karena
adanya beberapa kendala yang dihadapi, antara lain berkenaan dengan
sarana dan prasarana yang belum memadai.23
3. Skripsi Saudara Rusdi (206011000080) yang berjudul, “ Penerapan
KTSP Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan.”
Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa :
a. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MTS Hidayatul Umam
Cinere-Depok masih menemui banyak kendala serta masih
rendahnya kualitas pembelajaran, hal ini tentunya berdampak pada
masih rendahnya hasil belajar siswa, terlihat dari masih banyaknya
23
Rian Wahyudi,”Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadits di MTS Daarul Hikmah Pamulang,”Skripsi pada jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h.65-66, tidak dipublikasikan
31
siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran dan muatan lokal yang telah ditetapkan oleh guru.
b. Sebagian besar guru MTS Hidayatul Umam Cinere-Depok belum
memiliki kecakapan dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi
yang memadai. Guru juga jarang menerapkan pendekatan dan model
pembelajaran yang variatif dan efektif serta kurangnya melibatkan
siswa dalam pembelajaran. Guru cenderung masih menggunakan
paradigma lama dalam mengajar seperti masih seringnya digunakan
metode ceramah dalam setiap kegiatan pembelajaran.
c. Penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif belum dapat
diwujudkan secara optimal di MTS Hidayatul Umam Cinere-Depok,
hal ini disebabkan karena fasilitas pembelajaran jumlahnya masih
belum mencukupi jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah
siswa dan jumlah rombongan belajar.24
Setelah menelaah berbagai karya tulis berupa hasil penelitian yang ada,
peneliti berkeyakinan bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan KTSP
Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Raudlatul Falah Kebagusan Pasar
Minggu” memang belum pernah diujikan pada penelitian-penelitian sebelumnya,
karena fokus dalam penelitian ini adalah Efektivitas penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian peneliti yakin dalam
penelitian ini masih relevan untuk diterima.
24
Rusdi, “Penerapan KTSP sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan,” Skripsi pada jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h.65-66, tidak dipublikasikan.
32
E. Pengajuan Hipotesa
Hipotesa adalah pendapat atau dugaan yang masih perlu diuji
kebenarannya dalam pengalaman. Hipotesa dibagi menjadi dua yaitu hipotesa
alternative (Ha) dan hipotesa nol (Ho). Adapun hipotesa alternatif dan hipotesa
nol dalam pembahasan ini adalah :
Ha : Ada korelasi positif yang signifikan, antara efektifitas penerapan
KTSP dengan proses pembelajaran aqidah aqidah akhlak.
Ho : Tidak ada korelasi positif yang signifikan, antara efktifitas penerapan
KTSP dengan proses pemblajaran aqidah akhlak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis mengambil tempat di MI. Raudlatul
Falah Kebagusan Pasar Minggu Jakarta Selatan, yang beralamat lengkap di Jl.
Kebagusan Raya No. 18 Rt 06/07, karena MI. Raudlatul Falah merupakan salah
satu madrasah yang para dewan gurunya sudah menggunakan KTSP dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga akan mempermudah peneliti dalam
melakukan penelitian tersebut.
Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini penulis melakukan
penelitian selama 2 bulan dari bulan Mei sampai bulan Juni 2013.
B. Metode Penelitian
Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat kualitatif deskriptif
yaitu dengan cara survei, dengan melakukan penelitian langsung terhadap sekolah
yang bersangkutan.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian yang
dilakukan dengan 3 metode atau teknik, yaitu :
33
34
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki.1 Observasi merupakan teknik yang
pertama-tama digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan penelitian dan merupakan alat pengumpulan data dengan cara
mendatangi langsung, mengamati dan mencatat. Observasi ini
dilakukan dengan cara datang langsung ke objek penelitian untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP yang
digunakan oleh guru di dalam kelas.
2. Angket
Angket yaitu alat penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan
daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari jumlah
responden.2 Daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai
suatu hal yang berkaitan dengan indikator. Angket yang digunakan
adalah angket tertutup yang berupa bentuk pertanyaan dimana
responden hanya tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dalam
angket tersebut. Angket ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai keefektifan penerapan KTSP terhadap proses pembelajaran
pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas V.
Angket ini disebarkan kepada seluruh responden kelas V, guna
mendapatkan data tentang efektivitas penerapan KTSP pada proses
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mulyasa, E. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin, H dkk. 2008. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Sekolah & Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Muslich, Mansur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dasar
Pemahaman dan Pengembangan, Pedoman Bagi Pengelola Lembaga
Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan Sekolah dan
Guru. Jakarta: Bumi Aksara
Pusdiklat Kesehatan. 2000. Pengembangan Kurikulum. Jakarta
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Pengembangan Silabus Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta
Riswanto, Arif Munandar. 2008. Buku Pintar Islam. Jakarta: Bumi Aksara Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Shaleh, Abdul Rahman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta:
Gemawindu Panca Perkasa
Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo. 2008. Pengembangan Model Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Madrasah. Jakarta: Rajawali
Pers
Sumber Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung Remaja
Rosdakarya
T. Hani Handoko. 1986. Manajemen. Yogyakarta
Tony Bush dan Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis. Kepemimpinan
Pendidikan. Yogyakarta: PT. IRCiSod
665565
6565656565
65
66
67
LEMBAR ANGKET
Petunjuk Pengisian
Isilah jawaban yang sesuai dengan member tanda silang (X) jawaban/tanggapan
tersedia empat (4) alternative pilihan yaitu :
SS : Sangat Setuju (4)
S : Setuju (3)
KS : Kurang Setuju (2)
TS : Tidak Setuju (1)
Identitas Pribadi
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin : Laki – laki/Perempuan *)
*) Coret yang tidak perlu
Lembar Angket Variabel X
No Pernyataan Variabel Efektifitas Penerapan
KTSP (X)
Jawaban
SS S KS TS
1 Penerapan KTSP diperlukan dalam
pembelajaran aqidah akhlak
2 Guru aqidah akhlak sudah menyampaikan
materi sesuai KTSP
3 Penjabaran KTSP harus dicapai secara
bertingkat agar proses evaluasi belajar yang
tepat
4 Pelaksanaan KTSP dapat dilaksanakan dengan
baik
5 Tingkat keberhasilan hasil belajar siswa sesuai
dengan KTSP
6 Pengembangan KTSP bertujuan untuk
memandirikan madrasah
7 Guru dan siswa dapat meningkatkan
interaksinya dalam penerapan KTSP
8 Dalam pengembangan KTSP perlu diawali
dengan melakukan analisis konteks
9 Pembelajaran aqidah akhlak sudah sesuai
dengan KTSP
10 Guru mengadakan evaluasi terhadap
pembelajaran aqidah akhlak
LEMBAR ANGKET
Petunjuk Pengisian
Isilah jawaban yang sesuai dengan member tanda silang (X) jawaban/tanggapan