EFEKTIVITAS PEMBERIAN PAKAN SINBIOTIK PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG DIUJI TANTANG DENGAN Vibrio harveyi (Skripsi) Oleh LAKSMITA YOLANDA PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PAKAN SINBIOTIK PADA
PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG
DIUJI TANTANG DENGAN Vibrio harveyi
(Skripsi)
Oleh
LAKSMITA YOLANDA
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF GIVING SINBIOTIC FEED ON THE
CULTIVATION OF VANAME SHRIMP (Litopenaeus vannamei) WHICH
CHALLENGE TESTED BY Vibrio harveyi
By
LAKSMITA YOLANDA
The shrimp cultivation is one of the intriguing thing among the farmers especially
in the coastal region. The growing number of the shrimp farmers because the
activity is able to give a very big advantage. There are several obstacles that often
arise in cultivation of shrimp, one of them is vibriosis disease attack that has
caused considerable losses among farmers. The incidence disease can be caused
by the low body resistance of shrimps. The prevention of vibriosis disease can be
done by giving immunostimulant to improve the body resistance of the shrimp,
such as by giving sinbiotic. On this study, the shrimps are given with commercial
feed that is mixed with 6% probiotic bacteria Bacillus sp. D 2.2 and 4% prebiotic
sweet potato flour extract which applied concurrently as sinbiotic, which are
expected to increase the body resistance against vibriosis disease attack. The
results indicated that the sinbiotic feed can increase the body resistance of shrimp
against the Vibrio harveyi bacteria attacks that cause vibriosis diseases. The
increase resistence was shown by the longer time of the average time of death, the
lesser tissue damage and the value of the RPS which are quite good.
Keyword: Vibriosis, Bacillus sp. D 2.2, extract of sweet potatoes, sinbiotic, Vibrio
harveyi, vaname shrimp
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PAKAN SINBIOTIK PADA
PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG
DIUJI TANTANG DENGAN Vibrio harveyi
Oleh
Laksmita Yolanda
Budidaya udang banyak diminati oleh para pembudidaya khususnya di daerah
pesisir. Meningkatnya jumlah pembudidaya udang dikarenakan kegiatan ini
mampu memberikan keuntungan yang sangat besar. Terdapat beberapa kendala
yang kerap muncul dalam kegiatan budidaya udang, salah satunya yaitu serangan
penyakit vibriosis yang telah menyebabkan kerugian yang cukup besar dikalangan
petambak. Timbulnya penyakit vibriosis dapat disebabkan oleh ketahan tubuh
udang yang rendah. Upaya pencegahan penyakit vibriosis dapat dilakukan dengan
memberikan imunostimulan untuk meningkatkan ketahanan pada udang, salah
satunya yaitu dengan sinbiotik. Pada penelitian ini udang diberi perlakuan berupa
pakan komersil yang dicampurkan dengan 6% probiotik bakteri Bacillus sp. D2.2
dan 4% prebiotik ekstrak tepung ubi jalar yang diaplikasikan bersamaan sebagai
sinbiotik, yang diharapkan mampu meningkatkan ketahanan tubuh udang terhadap
serang penyakit vibriosis. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa
pakan sinbiotik mampu meningkatkan ketahanan tubuh udang terhadap serangan
bakteri Vibrio harveyi yang merupakan penyebab penyakit vibriosis. Peningkatan
ketahanan ditunjukkan dengan nilai rata-rata waktu kematian yang lebih lama,
kerusakan jaringan yang lebih ringan dan nilai RPS yang cukup baik.
Keyword : Vibriosis, Bacillus sp. D2.2, ekstrak ubi jalar, sinbiotik, Vibrio harveyi,
udang vaname
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PAKAN SINBIOTIK PADA
PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG
DIUJI TANTANG DENGAN Vibrio harveyi
Oleh
Laksmita Yolanda
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Progam Studi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Laksmita Yolanda, dilahirkan di desa Dadapan Tanggamus,
23 Desember 1994. Penulis merupakan anak pertama, putri
dari pasangan Muhammad Solihin dan Lis Wahyuni dan
memiliki seorang adik yang bernama Farid Fahrudin.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Fransiskus Gisting Pada
Tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Dadapan
dan telah selesai pada tahun 2007. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 1
Sumberejo pada tahun 2010 dan di SMAN 1 Sumberejo pada tahu 2013. Pada
Tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswi di Program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) pada periode 2015/2016. Selain
itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen beberapa matakuliah. Penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari-Maret 2016 di
Kecamatan Pesisir Utara Pesisir Barat, selain itu pada tahun 2016 penulis juga
telah melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT. Central Pertiwi Bahari, Suak
Lampung Selatan.
Penulis telah menyelesaikan skripsi pada tahun 2017 dengan judul “Efektivitas
Pemberian Pakan Sinbiotik pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus
Vannamei) yang Diuji Tantang dengan Vibrio harveyi”.
Sebuah Karya yang Ku persembahkan Untuk Kedua Orang
Tua Ku...
Terimakasih Untuk Segala Bentuk Dukungan
Berupa Doa Restu, Cinta Kasih, Kerja Keras
dan Semangat yang Senantiasa Tercurah.
Motto Penulis
Selalu Bersyukur dan Yakin Bahwa Nikmat Allah akan Selalu
Bertambah..
Apabila kita mendekati Hal buruk, Maka Keburukan yang Akan
Datang, Dan Jika Kita Mendekati Hal Baik Maka Kebaikan Akan
Selalu Menyertai...
Selama Ada Keyakinan Di Dalam Hati, Semua Akan Menjadi
Mungkin..
Jangan Takut Gagal, Sesungguhnya Kesuksesan disertai Dengan
Kegagalan..
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian Pakan
Sinbiotik pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) yang Diuji
Tantang Dengan Vibrio harveyi” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagi kita semua.
Dalam kesempatan ini penulisan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ayah dan ibunda tercinta doa restu, kerja keras, semangat, motivasi dan cinta
kasihnya yang selalu tercurah untukku.
2. Adikku Farid Fahrudin yang telah menjadi motivator dan penyemangat.
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua Ketua Jurusan Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Lampung
4., Ibu Esti Harpeni, S.T., M.AppSc., selaku dosen Pembimbing Utama yang telah
membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga
selesainya skripsi ini serta telah memberikan motivasi yang besar.
5. Bapak Supono selaku dosen Pembimbing Kedua sekaligus pembimbing
akademik yang telah membimbing, memberi masukan dan motivasi sehingga
skripsi ini menjadi semakin baik.
6. Bapak Limin Santoso selaku dosen Pembahas yang memberikan saran dan
masukan yang membangun.
7. Seluruh dosen serta staf dan karyawan Progam Studi Budidaya Perairan,
Universitas Lampung.
8. Sahabat-sahabat, Ika Rahayu, Kurnia Dwi Permata Sari, Binti Amanah, Ema
Rahmawati, Diah Permatasari, Saidatul Hasanah, Yeni Helda, Rufaida Nur
Shabrina, Ayu Wd, Arlin Wijayanti dan Indri Saputri, terimakasih untuk
keberadaan kalian selama ini, yang selalu memberikan dukungan, keceriaan,
kebahagian dan semoga selalu dekat.
9. Teman-teman seperjuangan BDP’i angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan dan kekompakannya selama ini.
10. Galuh Hardiansyah yang memberikan dukungan dan motivasi sejak awal
hingga akhir masa kuliah.
11. Wulan Cahyani, Vidya Novitasari, Claudya Reta A dan Widya Dini MW yang
selalu memotivasi untuk segera diselesaikannya skripsi ini.
12. Keluarga yang ketemu di tempat KKN Intan, Widi, mbak Tanti, Riki, bang
Widi, dan Ridho semoga selalu tetep akur jadi keluarga.
13. Teman-Teman alumni SMAN1 Sumberejo yang sama-sama berjuang sejak
awal masuk Universitas Lampung.
14. Kakak- kakak angkatan 2011-2012 terimakasih atas ilmunya, adik-adik
angkatan 2014, 2015 terimakasih atas doanya.
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap
semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
keilmuan kita.
Bandar Lampung, 28 November 2017
Penulis
Laksmita Yolanda
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... ..1
1.2. Tujuan Penelitian....................................................................................2
1.3. Manfaat Penelitian.................................................................................3
1.4. Kerangka Pikir Penelitian......................................................................3
1.5. Hipotesis ................................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Udang Vaname ...........................................................................6
2.2. Probiotik ..................................................................................................7
2.3. Prebiotik ..................................................................................................8
2.4. Sinbiotik ..................................................................................................8
2.5. Ubi Jalar ..................................................................................................9
2.6. Bakteri D2.2 ............................................................................................10
2.7. Bakteri Vibrio harveyi .............................................................................11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................13
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................13
3.3. Rancangan Penelitian ..............................................................................13
3.4. Prosedur Penelitian ..................................................................................14
3.4.1. Persiapan .....................................................................................14
3.4.1.1.Persiapan Wadah dan Hewan Uji....................................14
3.4.1.2. Persiapan Probiotik .........................................................15
3.4.1.3. Persiapan Prebiotik .........................................................15
3.4.1.4. Persiapan Pakan Uji ........................................................15
3.4.1.5. Pemeliharaan Udang Vaname ........................................16
3.4.1.6. Persiapan Patogen dan Kohabitasi..................................16
3.4.1.7. Uji Tantang .....................................................................17
3.5. Parameter yang Diamati ........................................................................17
3.5.1. Survival Rate ...............................................................................17
3.5.2. Relative Percent Survival ............................................................18
3.5.3. Mean Time to Death....................................................................18
ii
3.5.4. Kepadatan Bakteri .......................................................................18
3.5.5. Gejala Klinis ...............................................................................18
3.5.6. Histopatologi ...............................................................................19
3.5.7. Kualitas Air .................................................................................19
3.6. Analisis Data .........................................................................................20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................21
4.1 Parameter Uji ......................................................................................... 21
4.1.1 Sintasan (Survival Rate /SR) ............................................................... 21
4.1.2 RPS (Relative Percent Survival) ......................................................... 22
4.1.3 MTD (Mean Time to Death) ............................................................... 22
4.1.4 Pengamatan Gejala Klinis ................................................................... 23
4.1.5 Hasil Histopatologi ............................................................................. 27
4.1.6 Hasil Uji Kualitas Air ......................................................................... 30
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 32
5.1 Kesimpulan .............................................................................................32
5. 2 Saran ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................33
LAMPIRAN ........................................................................................................36
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 4
Gambar 2. Morfologi Udang Vaname .................................................................. ..7
Gambar 3. Desain Tata Letak Media Pemeliharaan.............................................. 14
Gambar 3. Roadmap Penelitian............................................................................. 20
Gambar 4.Kelangsungan Hidup (Survival Rate / SR) ........................................... 21
Gambar 5.MTD (rerata waktu kematian).............................................................. 23
Gambar 6. Skoring Gejala Klinis pada Awal Uji Tantang.................................... 24
Gambar 7. Skoring Gejala Klinis pada Akhir Uji Tantang ................................... 24
Gambar 8. Skoring Histopatologi ......................................................................... 27
Gambar 9. Hasil Pengamatan Histopatologi Perlakuan A .................................... 29
Gambar 10. Hasil Pengamatan Histopatologi Perlakuan B .................................. 29
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persentase Ekstrak Ubi Jalar...................................................................10
Tabel 2. Kualitas Air Media Budidaya ................................................................. 30
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persiapan Wadah dan Hewan Uji ................................................... 37
Lampiran 2. Persiapan Probiotik ......................................................................... 38
Lampiran 3. Persiapan Prebiotik ......................................................................... 39
Lampiran 4. Persiapan Pakan Uji ........................................................................ 40
Lampiran 5. Persiapan Patogen dan Kohabitasi .................................................. 41
Lampiran 6. Proses Uji Tantang dan Pemaparan ............................................... 42
Lampiran 7. Proses Pengamatan Histopatologi .................................................. 43
Lampiran 8. Proses Pengamatan Kualitas Air .................................................... 45
Lampiran 9. Skoring Gejala Klinis ..................................................................... 46
Lampiran 10. Skoring Histopatologi .................................................................. 47
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan peningkatan produksi udang vaname, sistem budidaya intensif
(intensifikasi) yang ditandai dengan padat tebar dan pemberian pakan yang tinggi
telah banyak dilakukan. Namun, sistem budidaya intensif ini dapat menimbulkan
resiko terjadinya penyakit sehingga dapat menurunkan produksi udang vaname.
Penyakit yang paling serius dan sering menyebabkan terjadinya kematian masal
pada larva udang di tingkat pembenihan adalah penyakit vibrosis. Penyakit
vibriosis terjadi akibat serangan dari bakeri patogen yaitu bakteri berpendar yang
diidentifikasi sebagai Vibrio harveyi (Widarnani, 2008). Vibrio merupakan jenis
bakteri Gram negatif yang sering menyebabkan penyakit pada udang. Bakteri
patogen Gram positif dan Gram negatif memiliki potensi penyebab penyakit dan
kematian masal terhadap udang budidaya terutama pada larva atau benur. Bakteri
vibrio pada umumnya menyerang larva udang pada stadia zoea, mysis dan awal
post larva. Upaya untuk menanggulangi penyakit vibriosis dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis antibiotik. Namun dampak dari penggunaan
antibiotik secara terus-menerus dengan dosis sub-optimal mengakibatkan V.
harveyi menjadi resisten (Widarnani, 2008).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah serangan penyakit pada udang khususnya
stadia larva yaitu dengan menggunakan probiotik dan prebiotik. Probiotik
merupakan agen mikroba yang bersifat menguntungkan pada inang melalui
peningkatan nilai nutrisi pakan, respon terhadap penyakit atau memperbaiki
kualitas lingkungan (Verschuere et al.,2000). Prebiotik merupakan bahan pangan
yang tidak dapat dicerna oleh inang tetapi prebiotik bersifat menguntungkan bagi
inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran
pencernaan inang (Verschuere et al., 2000).
Penggunaan prebiotik berfungsi sebagai nutrien yang dibutuhkan bakteri probiotik
untuk mempertahankan hidupnya di dalam saluran pencernaan. Komponen utama
2
prebiotik terdiri dari oligosakarida yang bersifat menguntungkan yaitu berupa
pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan yang lebih tinggi (Zhang et al.,
2013). Aplikasi probiotik dan prebiotik (disebut sinbiotik) dalam beberapa tahun
terakhir dianggap sebagai upaya pengendalian biologis dalam kegiatan akuakultur
untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit (Rudy, 2014).
Pakan sinbiotik merupakan pakan yang diberi tambahan prebiotik dan probiotik
dengan kombinasi yang seimbang dalam mendukung kelangsungan hidup dan
pertumbuhan bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan. Sinbiotik yang
diaplikasikan pada penelitian ini yaitu gabungan dari probiotik Bacillus sp. D2.2
dengan prebiotik yang berasal dari hasil ekstraksi tepung ubi jalar. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian probiotik danprebiotik secara
bersama dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan respon imun udang
(Daniels et al., 2010).
Aji (2014) menyatakan bahwa penggunaan bakteri Bacillus sp. D2.2 yang
didapatkan dari tambak udang tradisional memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri patogen diantaranya seperti
Stapylococcus aureus, Aeromonas hydrophila, Vibrio alginolyticus yang
dilakukan secara in vitro. Penggunaan ekstrak ubi jalar sebagai prebiotik karena
ubi jalar memiliki kandungan oligosakarida sehingga dapat mendukung
pertumbuhan bakteri Bacillus sp. D2.2 (Dian et al., 2012). Aplikasi sinbiotik
tersebut perlu dilakukan terhadap kultivan seperti udang vaname untuk
meningkatkan kelulushidupannya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai efektifitas pemberian pakan sinbiotik pada pemeliharaan udang vaname
(Litopenaeus vannamei) yang diuji tantang dengan bakteri patogen.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian
pakan sinbiotik dan tanpa sinbiotik dalam meningkatkna ketahanan (SR, RPS dan
MTD) serta kerusakan jaringan udang vaname pasca uji tantang dengan bakteri
Vibrio harveyi.
3
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas sinbiotik pakan prebiotik dan probiotik Bacillus sp. D2.2 pada
pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) untuk mencegah serangan
bakteri patogen, sehingga dapat diketahui kemampuan bakteri Bacillus sp. D2.2
dalam menekan pertumbuhan dan mencegah bakteri patogen penyebab penyakit
pada udang stadia larva ( PL 25).
1.4 Kerangka Pikir Penelitian
Pada stadia post larva (PL) udang vaname rentan terhadap serangan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri patogen. Pengaplikasian prebiotik dan probiotik
(sinbiotik) dalam kegiatan budidaya udang bertujuan untuk menunjang
pertumbuhan udang budidaya. Sinbiotik merupakan gabungan antara prebiotik
dan probiotik secara sinergis sebagai suplemen gizi (Azhar, 2013). Pengaplikasian
sinbiotik pada skala laboratorium telah terbukti dapat meningkatkan sintasan atau
kelulushidupan, pertumbuhan serta respon imun terhadap serangan bakteri
patogen, dengan demikian sinbiotik dapat berperan sebagai imunostimulan pada
tubuh udang (Kesuma, 2014).
Bakteri probiotik Bacillus sp. D2.2 merupakan jesnis bakteri potensial probiotik
yang diisolasi dari tambak udang tradisonal. Hasil dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Mariska (2013) menunjukkan bahwa terdapat isolat bakteri
potensial probiotik Bacillus sp. D2.2 yang mampu menghambat serangan bakteri
patigen V. harveyi pada udang vaname secara in vitro. Bakteri Bacillus sp. D2.2
tersebut merupakan bakteri probiotik yang diharapkan dapat meningkatkan
imunitas dan juga peforma udang vaname. Pada penelitian sebelumnya, media
yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri Bacillus sp. D.2.2 adalah media
SWC.
Prebiotik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu prebiotik yang berasal dari
ekstrak tepung ubi jalar. Penggunaan ekstrak tepung ubi jalar sebagai prebiotik
karena ubi jalar kaya akan kandungan oligosakarida (Utami et al., 2010).
4
Oligosakarida yang terkandung dalam ubi jalar adalah karbohidrat yang berperan
dalam pertumbuhan bakteri probiotik (Dian et al., 2012). Pengaplikasian probiotik
berperan untuk meningkatkan ketahanan tubuh udang vaname serta mencegah
infeksi bakteri patogen. Selain memiliki kemampuan memperbaiki nilai nutrisi,
probiotik juga berperan dalam memperbaiki respon inang terhadap serangan
penyakit (Verschuere et al., 2000).
Bakteri patogen menyerang udang mulai dari stadia larva hingga udang dewasa.
Bakteri penyebab penyakit yang banyak menyerang udang yaitu bakteri Vibrio.
Penyakit yang tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan
penyebarannya menjadi cepat dan dapat mengakibatkan kematian masal.
Pencegahan penyakit pada udang tidak dapat dilakukan dengan pemberian vaksin
dan pemberian antibiotik justru akan membuat bakteri patogen menjadi resisten.
Penggunaan probiotik sebagai pencegah dan penanganan penyakit lebih banyak
dipilih dalam kegiatan budidaya khususnya udang.Penelitian ini dilakukan untuk
mencari alternatif penanganan penyakit bakterial yang efektif melalui aplikasi
sinbiotik (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Larva udang (PL 25) rentan terhadap
serangan penyakit
Sinbiotik (probiotik dan prebiotik) sebagai
imunostimulan.
Udang diuji tantang dengan bakteri
patogen (Vibrio harveyi)
Diharapkan pemberian pakan sinbiotik dapat meningkatkan
Survival Rate, Relative Percent Survival dan Mean Time to
Death.
Udang Sehat
5
1.5 Hipotesis
Hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :
H01 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian pakan sinbiotik dan
tanpa sinbiotik pada ketahanan (SR, RPS dan MTD) serta kerusakan
jaringan udang vaname terhadap serangan bakteri Vibrio harveyi.
H11 : Terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian pakan sinbiotik dan tanpa
sinbiotik pada ketahanan (SR, RPS dan MTD) serta kerusakan jaringan
udang vaname terhadap serangan bakteri Vibrio harveyi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Udang Vanamei
Klasifikasi udang vannamei menurut Wyban dan Sweeney (1991) adalah:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Malacostraca
Seri : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobranchiata
Infraordo : Penaidea
Superfamili : Penaeoidea
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Secara umum bagian tubuh udang penaeid dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (cephalothorax)n dan bagian
tubuh sampai ekor dan bagian tubuhnya (abdomen). Bagian cephalothorax
terlindung oleh kulit kitin yang disebut karapas. Bagian ujung cephalotorax
meruncing dan bergerigi yang disebut rostrume. Udang putih (Litopenaeus
vannamei) memiliki 2 gigi di bagian ventral rostrum sedangkan di bagian
dorsalnya memiliki 8 sampai 9 gigi. Sedangkan pada abdomen terdiri atas 6 ruas
dan satu ekor.Terdapat 5 pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas
pertama sampai ruas kelima, sedangkan ruas keenam, kaki renang mengalami
perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Antara ekor kipas terdapat ekor
yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson (Wyban dan Sweene,
1991).
7
Haliman dan Adijaya (2004) menjelaskan bahwa udang putih memiliki tubuh
berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik atau
disebut dengan moulting. Bagian tubuh udang putih sudah mengalami modifikasi
sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan membenamkan
diri ke dalam lumpur (burrowing), dan memiliki organ sensor seperti pada
antenna dan antenula.
.
Gambar 2.Morfologi Udang Litopenaeus vannamei (Akbaidar, 2013)
2.2 Probiotik
Probiotik adalah agen mikroba hidup yang bersifat menguntungkan bagi inang
melalui penyeimbangan mikroflora intestinalnya. Probiotik juga dapat diartikan
sebagai kultur hidup satu jenis atau lebih jenis mikroba yang memberikan
pengaruh menguntungkan bagi inang melalui peningkatan sistem imun,
memperbaiki kualitas perairan atau lingkungan hidup inang, dan memperbaiki
nilai nutrisi pada pakan yang digunakan dalam kegiatan budidaya (Verschuere et
al., 2000).
Terdapat kelemahan dalam pengaplikasian probiotik yaitu kemampuan bertahan,
kolonisasi, dan kompetisi nutrien dari bakteri probiotik untuk masuk ke dalam
suatu ekosistem yang sudah terdapat berbagai jenis bakteri lainnya. Dengan
demikian, dibutuhkan pendekatan yang dapat mengatasi keterbatasan tersebut,
salah satunya adalah melalui pemberian prebiotik (Widanarni, 2016)
8
Bakteri probiotik memberikan pengaruh yang cukup baik bagi organisme
budidaya karena memiliki kemampuan memodifikasi komunitas mikroba,
memperbaiki nilai nutrisi, memperbaiki respons inang terhadap penyakit,
memperbaiki kualitas lingkungan (Verschuere et al., 2000), serta dapat
meningkatkan respons imun (Nayak, 2010). Widanarni (2012) menjelaskan bahwa
probiotik merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang
memberi pengaruh menguntungkan bagi inang dengan meningkatkan
keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan.
2.3 Prebiotik
Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang tetapi
prebiotik bersifat menguntungkan bagi inang dengan cara merangsang
pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang (Ringgo et al.,
2010). Namun demikian, sama halnya dengan aplikasi probiotik, efek prebiotik
juga bersifat sementara. Semua perubahan yang menguntungkan mikroflora usus
tidak berlangsung terlalu lama dibandingkan masa suplementasi prebiotik,
sehingga dibutuhkan pendekatan lain dalam mengatasi kelemahan dari prebiotik
(Lisal, 2005)
Prebiotik merupakan karbohidrat yang diklasifikasikan berdasarkan ukuran
molekul atau derajat polimerisasi dan terdiri dari monosakarida, oligosakarida,
dan polisakarida yang mampu memberikan asupan makanan bagi pertumbuhan
bakteri (Ringo et al., 2010). Pengaplikasian prebiotik memiliki peran dalam
meningkatkan pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, sistem kekebalan tubuh,
efisiensi pakan, serta komposisi bakteri yang menguntungkan dalam saluran
pencernaan ikan maupun udang (Fariq, 2013).
2.4 Sinbiotik
Sinbiotik merupakan kombinasi seimbang antara probiotik dan prebiotik dalam
mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan
dalam saluran pencernaan makhluk hidup (Nayak, 2010). Jenis binder yang
berbeda akan berpengaruh kepada stabilitas pakan dalam air dan respons makan.
9
Rendahnya stabilitas pakan dalam air setelah penambahan sinbiotik
mengakibatkan pemanfaatan pakan sinbiotik oleh udang menjadi kurang efektif
(Sukenda, 2015).
2.5 Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan salah satu ubi yang kaya akan kandungan oligosakarida. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Utami et al (2010), oligosakarida yang
terkandung dalam ubi jalar merupakan karbohidrat yang berguna untuk
pertumbuhan bakteri probiotik sehingga dengan adanya kandungan oligosakarida
tersebut maka kadar asam laktat dan pH yang dihasilkan dapat lebih efektif dalam
pertumbuhan. Penambahan ekstrak ubi jalar yang mengandung oligosakarida
dapat berperan sebagai sumber makanan. Jenis oligosakarida yang terdapat di
dalam ubi jalar adalah rafinosa dan maltotriosa (Dian et al., 2012).
Jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai media ptumbuh bakteri
diantaranya yaitu ubi jalar putih, ubi jalar kuning, dan singkong, karena jenis-jenis
umbi tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak sehingga
menunjang pertumbuhan mikroorganisme atau bakteri yang dikultur. Kandungan
karbohidrat pada ubi jalar putih yaitu sebesar 35,7 gram, ubi jalar kuning sebesar
26,7 gram, sedangkan pada singkong memiliki kandungan karbohidrat sebesar
36,8 gram (Nury 2016).
Untuk menunjang pertumbuhan bakteri diperlukan asupan nutrisi, sumber energi
dan kondisi lingkungan yang baik dan efektif untuk pertumbuhan bakteri.
Terdapat sumber nutrisi untuk menunjang pertumbuhan bakteri seperti pada
singkong, ubi jalar putih, dan ubi jalar kuning yang memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri.
Widya Ariyanti (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri pada media
teknis ubi jalar putih lebih baik dibandingkan pertumbuhan bakteri yang dikultur
pada media teknis lainnya seperti ubi jalar kuning dan singkong.
Kegiatan kultur mikroorganisme atau bakteri kerap menggunakan ubi jalar
sebagai bahan penyedia oligosakarida (Jones, 1979). Penyediaan oligosakarida
10
dilakukan dengan mengisolasi atau mengekstraksi FOS, yaitu dengan
menggunakan ethanol 80%. Kandungan oligosakarida yang terekstrak dan residu
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan alat HPLC (Haryati,
2010). Berikut ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif oleh Haryati (2010).
Tabel 1. Persentase Ekstrak Ubi Jalar
No. Jenis Oligosakarida Ekstrak Ubi Jalar Residu Ubi Jalar
1. Stakiosa 12,79 % Tidak Terdeteksi
2. Rafinosa 56, 51 % Tidak Terdeteksi
3. Maltopentosa Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi
Oligosakarida merupakan turunan dari fruktosa dan galaktosa yang berperan
sebagai prebiotik dalam meningkatkan imunitas inang, namun tidak terdegradasi
oleh enzim endogenus yang dihasilkan oleh organisme inang, tidak dicerna dan
juga tidak dapat diserap sehingga menurunkan asupan energi dalam pencernaan
serta menurunkan pengeluaran insulin. Namun, oligosakarida dengan mudah akan
difermentasi oleh bifidobacteria yang terdapat dalam saluran pencernaan dan
dapat menurunkan pH usus. Kondisi tersebut mengakibatkan persentase bakteri
menguntungkan meningkat, sedangkan persentase bakteri patogen menjadi
berkurang misalnya penurunan populasi bakteri gram negatif. Hasil fermentasi
mikrobial dari oligosakarida mempunyai dampak menguntungkan terhadap
proliferasi sel dari dinding mukosa usus, bersifat anti radang dan meningkatkan
aktifitas antitumor serta meningkatkan aktifitas motorik usus (Tuti 2010).
2.6 Bakteri Bacillus sp. D2.2
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mariska (2013) menunjukkan bahwa,
terdapat suatu isolat bakteri biokontrol dengan kode D2.2 yang memiliki
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri paktogen V. harveyi pada
udang vaname secara in vitro. Pengaplikasian bakteri D2.2 sebagai bakteri
biokontrol, telah teruji sebagai bakteri yang memiliki kemampuan untuk
membentuk zona hambat terhadap pertumbuhan dan perkembangan bakteri V.
harveyi pada udang budidaya secara in vitro. Hasil lain yang diperoleh Hardiyani
11
(2014) bahwa bakteri biokontrol D2.2 memiliki kemampuan untuk menekan dan
menurunkan populasi bakteri patogen penyebab penyakit (V. alginolyticus) secara
in vivo.
Penelitian mengenai bakteri D2.2 secara lebih lanjut telah dilakukan Aji (2014).
Hasil dari penelitiannya tersebut menujukkan bahwa bakteri D2.2 merupakan
bakteri dari genus Bacillus yang memiliki kemampuan dalam hal menghambat
perkembangan serta pertumbuhan bakteri patogen Vibrio sp. pada inang yaitu
udang vaname. Kemampuan tersebut dikarenakan adanya sifat antagonisme dari
bakteri jenis Bacillus sp. tersebut dalam persaingan untuk memperoleh asupan
nutrisi dari makanan dan adanya senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh Bacillus
sp. D2.2 berupa bacitracin. Bakteri D2.2 merupakan bakteri yang termasuk dalam
golongan bakteri gram positif dan berbentuk batang. Bakteri jenis ini bersifat
aerob obligat atau fakultatif anaerob (mampu bertahan pada keadaan aerob
maupun anaerob).
2.7 Bakteri Vibrio harveyi
Bakteri Vibrio harveyi merupakan bakteri yang tergolong dalam bakteri Gram
negatif yang menyebabkan penyakit berpendar pada udang merupakan bakteri
patogen oportunistik dimana bakteri ini akan bersifat patogen ketika kondisi inang
menurun. Munculnya penyakit ini umumnya pada lingkungan pemeliharaan dan
sinbiosis dengan udang ataupun ikan air laut. Bakteri Vibrio harveyi merupakan
bakteri penyebab vibriosis yaitu penyakit yang menyebabkan kematian pada larva,
post larva, juvenil, remaja dan udang dewasa dengan presentase 80% - 100% dari
total populasi (Sunaryanto dan Mariyam, 1987).
Gejala klinis yang ditimbulkan stelah infeksi bakteri Vibrio harveyi adalah terjadi
perubahan pada tingkah laku dan morfologi udang vaname (Litopenaeus
vannamei) juga mengalami penurunan respon pakan pasca infeksi. Perubahan
morfologi udang vaname mulai terjadi pada hari ke -1 dan ke -2 setelah terinfeksi
bakteri Vibrio harveyi yaitu tubuh memerah, kaki renang memerah , telson
memerah, dan rostrum memerah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Manopo
12
(2011) bahwa gejala klinis pada hewan uji yang diinfeksi patogen khususnya
Vibrio harveyi timbul pada 48 jam. Gejala klinis yang timbul setelah 4 hari pasca
infeksi bakteri Vibrio harveyi yaitu tubuh udang memerah dan terjadinya
melanosis serta hepatopankreas berwarna coklat kemerahan. Menurut Fariedah
(2010) dan Lina et al., (2012), gejala klinis yang diamati pada udang yang
terserang bakteri Vibrio harveyi akan tampak dengan timbulnya perubahan warna
karapaks yang menjadi kusam atau pucat, adanya luka seperti bekas terpotong
pada ekor atau rostrum dengan warna merah seperti telah terbakar, tubuh udang
menjadi lunak, hilangnya nafsu makan, hepatopankreas berwarna coklat. Hal ini
pernah dilaporkan pada penelitian Sarjito et al., (2012) bahwa gejala klinis udang
yang terserang vibriosis pada tambak diantaranya memiliki ciri-ciri terdapat
melanosis pada tubuh, terdapat bercak putih, telson serta ekor berwarna merah
(Widarnani et al., 2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017, bertempat di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi akuarium yang berukuran
60 cm x 40 cm x 40 cm, aerasi, autoklaf, hotplates and stirrers, spektrofotometer,
orbital shaker, labu erlenmeyer, tabung reaksi, cawan petri, mikropipet, yellow
tip, jarum ose, alumunium foil, sprayer, termometer, DO meter, dan pH meter.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu udang vaname
berukuran PL 25, air laut steril, akuades, alkohol 70%, media teknis ubi jalar,
isolat bakteri D2.2 dan isolat bakteri Vibrio harveyi.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri atas dua perlakuan dan empat kali pengulangan yaitu :
Perlakuan 1: Pemberian pakan komersil tanpa penambahan sinbiotik dengan
diinfeksi bakteri Vibrio harveyi.
Perlakuan 2: Pemberian pakan komersil dengan penambahan sinbiotik dengan
diinfeksi bakteri Vibrio harveyi.
Desain penempatan media pemeliharaan udang vaname dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (Gambar 3).
14
Gambar 2. Desain Tata Letak Media Pemeliharaan
Keterangan :
A1 = Perlakuan 1 ulangan 1
A2 = Perlakuan 1 ulangan 2
A3 = Perlakuan 1 ulangan 3
A4 = Perlakuan 1 ulangan 4
B1 = Perlakuan 2 ulangan 1
B2 = Perlakuan 2 ulangan 2
B3 = Perlakuan 2 ulangan 3
B4 = Perlakuan 2 ulangan 4
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan
3.4.1.1 Persiapan Wadah dan Hewan Uji
Wadah pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium
berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm berjumlah enam buah. Air laut yang digunakan
dalam pemeliharaan telah disterilisasi menggunakan klorin dengan konsentrasi 30
ppm selama 24 jam dan dengan Na thiosulfat 15 ppm selama 12 jam. Setelah
dilakukan sterilisasi kemudian dicek menggunakan klorin test, ketika air sudah
tidak mengandung residu klorin maka air sudah dapat digunakan. Akuarium
kemudian diisi air dengan air laut steril dengan ketinggian 30 cm, dengan volume
air yang digunakan dalam wadah pemeliharan sebesar 0,075 m3 dan diberi aerasi
sebagai sumber oksigen. Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
udang vaname (Litopenaeus vannamei) berukuran PL-25 dengan rata-rata bobot
0,11-0,15 gram per ekor (Ayu, 2017) dengan kepadatan 30 ekor per akuarium.
Udang yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari panti benih PT. Central
Pertiwi Bahari Lampung Selatan.
A1 A2 B3
B1 B2 A3
B4
A4
15
3.4.1.2 Persiapan Probiotik
Isolat yang digunakan adalah isolat bakteri potensial probiotik Bacillus sp. D2.2.
Bakteri ini dikultur pada media SWC (5 g bactopeptone, 1 g yeast extract, 3 ml
gliserol, 15 g agar, 750 ml air laut, dan 250 ml akuades) diinkubasi dalam suhu
ruang selama 24 jam,kemudian dihitung kepadatan bakteri pada media SWC
hingga kepadatan 106-10
8 CFU/ml. Setelah diperoleh kepadatan bakteri, kemudian
bakteri probiotik Bacillus sp. D2.2 siap diaplikasikan pada udang.
3.4.1.3 Persiapan Prebiotik
Persiapan prebiotik dilakukan dengan membuat ekstrak tepung ubi jalar sesuai
dengan metode yang telah dimodifikasi dari metode Lesmanawati et al.(2013).
Ubi jalar dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih, setelah itu dikukus selama 30
menit, kemudian diiris tipis. Irisan ubi jalar kemudian dikeringkan pada suhu 55
°C selama ± 5 jam sampai bisa dipatahkan (benar-benar kering). Irisan ubi yang
telah kering kemudian digiling dan diayak untuk dijadikan tepung. Selanjutnya
tepung yang telah dihasilkan dikukus dengan perbandingan (1:1) selama 30 menit,
kemudian dikeringkan kembali dengan oven pada suhu 55 °C sampai benar-benar
kering, selanjutnya digiling dan diayak kembali untuk menghasilkan tepung ubi
jalar yang siap digunakan.
Pengekstraksian oligosakarida dalam tepung ubi jalar dilakukan dengan mengacu
pada metode Lesmanawati et al. (2013) yang dimodifikasi oleh Sukenda et al.
(2015) dengan mencampurkan 5 g tepung ubi jalar dengan dengan 40 ml air
mendidih sambil diaduk. Ekstrak dipertahankan pada suhu 85±2 °C dengan
pengadukan secara terus menerus selama 10 menit. Setelah oligosakarida
terekstraksi, selanjutnya dicampurkan ke dalam pakan dan probiotik.
3.4.1.4 Persiapan Pakan Uji
Pakan komersil yang digunakan yaitu pakan dengan merk irawan yang diproduksi
oleh PT. Centra Proteina Prima dengan kadar protein sebesar 30%. Proses
persiapan pakan uji meliputi pencampuran prebiotik 4%, probiotik 6% dan binder
2% (kuning telur) ke dalam pakan (Harpeni et al., 2016). Penentuan jumlah
16
prebiotik dan probiotik disesuaikan dengan setiap perlakuan. Setelah itu
ditambahkan kuning telur sebagai perekat (binder) pada pakan sebanyak 2%
kemudian prebiotik dan probiotik yang telah ditentukan dosisnya dicampur
dengan kuning telur dan diaduk hingga merata pada pakan. Setelah prebiotik,
probiotik dan kuning telur tercampur rata dengan pakan kemudian dikeringkan
dengan suhu ruang dan pakan uji siap untuk diaplikasikan (Amanah, 2017).
3.4.1.5 Pemeliharaan Udang Vaname
Udang yang digunakan adalah udang yang berasal dari panti benih (PL 10) yang
diaklimatisasi selama 15 hari dengan pemberian pakan komersil dan diberi aerasi
sebagai sumber oksigen. Setelah umur udang mencapai PL 25 maka udang
tersebut diberi perlakuan pakan sinbiotik. Pemaparan bakteri patogen (Vibrio
harveyi) terhadap udang vaname dilakukan pada hari ke- 8 dan diamati selama 7
hari. Selama perlakuan uji tantang dilakukan pengamatan terhadap gejala klinis
dan kematian pada udang vaname setiap 6 jam sekali selama 7 hari. Jumlah pakan
yang diberikan pada pemeliharaan udang vaname yaitu sebesar 3% dari total
biomassa udang vaname pada setiap perlakuan (SNI, 2015)
Selain pengamatan terhadap udang vaname, pada masa pemeliharaan perlu
dilakukan dilakukan pengamatan pada kualitas air media pemeliharaan yaitu
dengan mengukur suhu, DO, pH dan salinitas dengan salinitas 29 ppt. Pengukuran
kualitas air tesebut dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian, yaitu di awal
penelitian, petengahaan dan di akhir penelitian. Selain pengukuran DO, pH, suhu
dan salinitas, untuk menjaga kualitas air maka perlu dilakukan penyiponan setiap
hari dengan pengurangan air sebanyak 10% dari total volume air pada media
pemeliharaan.
3.4.1.6 Persiapan Patogen dan Kohabitasi
Bakteri patogen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Vibrio harveyi.
Sebelum digunakan, bakteri Vibrio harveyi dikohabitasi terlebih dahulu untuk
mengganaskan bakteri patogen tersebut. Kohabitasi dilakukan dengan cara
memaparkan bakteri patogen Vibrio harveyi ke udang vaname dengan metode
17
perendaman dengan kepadatan bakteri sesuai dengan hasil uji LD50. Persiapan
patogen dimulai dari pengganasan bakteri dengan mengultur bakteri patogen pada
media spesifik (TCBSA), kemudian diinfeksikan pada udang uji, setelah udang
menunjukkan gejala klinis, sampel udang diambil kemudian dikultur kembali
bakteri yang diperoleh dari hepatopankreas atau bagian tubuh yang terluka,
kemudian inkubasi selama 24 jam. Bakteri yang tumbuh pada media TCBS
kemudian dikultur pada media TSB. Setelah itu, bakteri patogen kembali
diinfeksikan pada udang, diamati hingga keadaan mati (kematian lebih cepat dari
timbulnya gejala klinis).Udang yang mati kemudian diangkat dari media
pemeliharaan, selanjutnya diambil bakteri patogen dari hepatopankreas atau
bagian tubuh yang terluka untuk dikultur pada media spesifik, kemudian
diinokulasi pada media cair dan bakteri patogen siap digunakan untuk uji tantang.
3.4.1.7 Uji Tantang Bakteri Probiotik D2.2 dengan Bakteri Patogen
Uji tantang dilakukan setelah diberi perlakuan sinbiotik pada hari ke-8 dengan
menggunakan bakteri patogen Vibrio harveyi secara perendaman dengan
kepadatan bakteri 106 CFU/ml yang diujikan pada udang PL 25, kemudian udang
yang telah diuji tantang diamati gejala klinis dan kematian udang setiap 6 jam
sekali selama 7 hari.
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Survival Rate
Survival rate merupakan rata-rata kelulushidupan udang uji dalam media
pemeliharaan. Survival rate akan diketahui setelah diperoleh rata-rata kematian
udang uji. Tingkat kelangsungan atau kelulus hidupan merupakan perbandingan
antara jumlah udang yang hidup dengan total udang awal tebar.
Effendi (2004) menjelaskan bahwa persamaan yang dapat digunakan untuk
menghitung persentase kelulushidupan organisme dalam suatu media
pemeliharaan adalah :
18
Keterangan :
SR : Rata-rata kelangsungan hidup (Survival Rate)
Nt : Jumlah benur yang hidup hingga akhir penelitian
No : Total benur awal tebar
3.5.2 Relative Percent Survival (RPS)
Relative percent survival atau pesentase sintasan relatif dalam kegiatan perikanan
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :
⌊
⌋
3.5.2 Mean Time to Death (MTD)
Mean time to death atau rata-rata waktu kematian pada organisme uji dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :
∑
∑
Keterangan : ai = waktu kematian pada jam ke-i (jam)
bi = jumlah organisme uji mati pada jam ke-i (ekor)
3.5.3 Kepadatan Bakteri
Perhitungan kepadatan bakteri patogen (V. harveyi) dilakukan pada awal
penelitian. Perhitungan kepadatan bakteri di awal penelitian dilakukan hingga
kepadatan 106CFU/ml.
3.5.4 Gejala Klinis
Gejala klinis pada udang uji diamati menggunakan tabel analisis gejala klinis dari
masing-masing bakteri patogen setiap enam jam sekali selama 7 hari dengan
melihat ada atau tidak adanya gejala yang ditimbulkan setelah diberi perlakuan
penambahan bakteri probiotik D2.2 yang diuji tantang dengan bakteri patogen
pada media pemeliharaan. Hasil pengamatan setiap enam jam sekali kemudian
SR
X 100%
19
dihitung persentase gejala klinis udang vaname. Metode skoring yaitu dengan
pengelompokkan setiap tingkat gejala klinis, dimulai dari skor 1 hingga skor 4.
Skor 1 (infeksi ringan) dintandai dengan hilangnya keseimbangan. Skor 2 (infeksi
sedang) ditandai dengan memerahnya bagian ekor udang vaname. Skor 3 (infeksi
parah) ditandai dengan rusaknya bagian insang udang vaname pasca uji tantang
bakteri Vibrio harveyi. Skor 4 (infeksi sangat parah) ditandai dengan terjadinya
kerusakan hepatopankreas pada udang vaname.
3.5.5 Histopatologi
Jaringan pada tubuh udang yang dianalisis histologi yaitu pada bagian jaringan
hepatopankreas. Pada penelitian mengenai uji tantang ini, analisis histopatologi
dilakukan apabila diperoleh sampel udang uji yang moribund (sekarat) atau yang
baru saja mati pada setiap perlakuan. Uji histopatologi dilakukan sebelum uji
tantang (sebelum diinfeksi V. harveyi) dan setelah uji tantang (setelah diinfeksi (V.
harveyi). Proses pembuatan preparat dalam analisis histologi jaringan tubuh
udang yaitu meliputi fiksasi, pembungkusan, dehidrasi, penjernihan (clearing),
impregnasi, embedding, pewarnaan hematoksilin dan eosin (H&E), mounting, dan
dokumentasi.
Pengamatan pada preparat histopatologi udang diamati menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 40x10. Pengamatan dilakukan pada organ hepatopangkreas
untuk melihat kerusakan jaringan yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi.
3.5.6 Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan
penelitian ini. Tujuan pengamatan kualitas air yaitu untuk menjaga kesetabilan
media budidaya. Parameter kualitas air yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pemeliharaan udang diantaranya dissolved oxygen (DO), pH, suhu dan salinitas.
Pengamatan kualitas air dilakukan sebanyak tiga kali salama penelitian yaitu di
awal pada umur udang 25 hari, pertengahan pada umur udang 32 hari dan di akhir
penelitian pada umur udang 39 hari.
20
3.6 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistika (uji
t) dengan selang kepercayaan 95 %. Datakelulushidupan (Survival Rate / SR),
RPS (Relative Percent Survival) dan MTD (Mean Time to Death) diolah
menggunakan Microsoft Excel 2007. Data pengamatan gejala klinis dan
histopatologi dianalisis dengan metode skoring. Sedangkan pengamatan kualitas
air dianalisis secara deskriptif.
Diagram alir pelaksanaan penelitian mengenai efektivitas pemberian paka
sinbiotik pada pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang diuji
tantang dengan bakteri patogen (Gambar 3)
.
Gambar 3. Roadmap Penelitian
Persiapan Alat dan Bahan Penelitian
Rekultur Isolat Bakteri D2.2 dan Bakteri Patogen
Uji Tantang Dengan Bakteri Vibrio harveyi
Pembuatan Prebiotik Ekstrak Tepung Ubi Jalar
Persiapan Wadah dan Hewan Uji
Akhir Penelitian
Persiapan Pakan Uji
Pengamatan SR, RPS, MTD dan Gejala Klinis
setiap 6 jam sekali
Mulai Penelitian
Kohabitasi Bakteri Vibrio harveyi
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa antara
pemberian pakan dengan sinbiotik dan tanpa sinbiotik tidak memiliki berbedaan
pengaruh dalam meningkatkan ketahanan (SR, RPS dan MDT) serta kerusakan
jaringan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Walaupun demikian, perlakuan
B (dengan sinbiotik) cenderung dapat meningkatkan ketahanan tuhuh udang
vaname. Hal tersebut dapat dilihat dari SR pada perlakuan B yaitu 95%,
sedangkan pada perlakuan A sebesar 87,5%, nilai RPS sebesar 53,58% dan rata-
rata waktu kematian (MTD) pada perlakuan A lebih cepat yaitu pada jam k3-75
sedangkan pada perlakuan B yaitu pada jam ke-108.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu perlu adanya penelitian lebih
lanjut dengan skala lebih besar dan mengkaji mengenai tingkat kecernaan pada
udang vaname.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, M. B. 2014. Aktivitas Senyawa Antimikroba dari Bakteri Biokontrol D2.2
Terhadap Bakteri Patogen Pada Udang dan Ikan Secara In Vitro. Skripsi.
Universitas Lampung.
.
Amanah, B. 2017. Respon Imun Humoral Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
Pada Pemeliharaan Sinbiotik yang Mengandung Probiotik Bacillus sp.
D2.2. Skripsi. Universitas Lampung.
Amrillah, A. M., Widyarti S., and Kilawati, Y. (2015). Dampak Stres Salinitas
Terhadap Prevalensi White Spot Syndrome Virus(WSSV) dan Survival
Rate Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Kondisi Terkontrol.
Research Journal Of Life Science . (2) 1 : 110-121.
Angga, K. R. 2014. Pengaruh Pemberian Sinbiotik Terhadap Kinerja Produksi
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Pinang Gading,
Bakauheni, Lampung. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.
Ariyanti, W. 2016. Pertumbuhan Bakteri E.Coli Dan Bacillus Subtilis Padamedia
Singkong, Ubi Jalar Putih, Dan Ubi Jalar Kuning Sebagai Substitusi
Media Na. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Azhar, F. 2013. Pengaruh Pemberian Probiotik dan Prebiotik Terhadap Performan
Juvenile ikan Kerapu Bebek (Comileptes altivelis). Buletin Veteriner
Udayana. 6 (1). ISSN: 2085-2495 : 1-9.
Dian, K. S. 2012. Efektivitas Penambahan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
Batatasvar. Ayamurasaki) dan Susu Skim Terhadap Kadar Asam Laktat
dan Ph Yoghurt Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) Dengan
Menggunakan Inokulum Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium
sp. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
Haliman, R.W., and Adijaya, D.S. 2005. Udang Vaname. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Harpeni, E., Setyawan, A., Santoso, L., and Arifin, M.Z. 2016. Efektifitas Ekstrak
Tepung Ubi Jalar Sebagai Media Teknis Bakteri Probiotik. Prosiding
SEMNAS MIPA 2016. Universitas Padjadjaran. Bandung 27-28 Oktober
2016. 127-130.
Kurniawan., Koko., and Susianingsih, E. ( 2014). Mekanisme Infeksi BakteriVibrio
Harveyi terhadap Gambaran Histopatologi Udang Windu. Prosiding
Forum Inovasi Terknologi Akuakultur : 985-993.
34
Lavilla-Pitogo CR, Baticados MCL, Cruz-Lacierda ER and De Ia Pena LD. 1990.
Occurrence of Luminous Bacterial Diseases of Penaeus monodon Larvae
in the Philiphines. Aquaculture 91:1-13.
Lesmanawati, W., Widanarni., Sukenda., and Purbiantoro, W. 2013. Potensi
Ekstrak oligosakarida ubi jalar sebagai prebiotik bakteri probiotik
akuakultur. Jurnal Sains Terapan, 3, 1-25.
Mariska, D.C. 2013. Penapisan Kandidat Bakteri Biokontrol dari Perairan
Tambak Udang Tradisional terhadap Bakteri Vibrio harveyi. Skripsi.
Universitas Lampung
Musallamah., Ainurrohim., and Abdulgani N. (2007). Pengaruh Paparan Timbal
(Pb) Terhadap Perubahan Histopatologis Hepatopankreas Udang Galah
(Macrobrachium Rosenbergii De Mann). Skripsi.Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Nayak, S.K. (2010). Probiotics and Immunity : a Fish Prespective. Review. Fish
and Shellfish Immunology, 29 : 2-14.
Ismawati, N. 2016. Pemanfaatan Ubi Jalar Putih, Ubi Jalar Kuning, Dan Singkong
Sebagai Media Alternatif Potato Dextrose Agar (PDA) Untuk
Pertumbuhan Aspergillus Niger. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sukenda, R., Praseto., and Widarnani. 2015. Efektivitas Sinbiotik dengan Dosis
Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname di Tambak. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 14 (1): 1-8.
Standar Nasional Indonesia. 2015. Produksi Udang vaname (Litopenaeus
vannamei Boone 1991). Teknologi Sederhana Plus. Jakarta. Badan
Standar Nasional: SNI 1817:2015.
Susanti, A. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Vibrio SKT-b Melalui
Artemia dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan
Kelngsungan Hidup Pasca Larva Udang Windu (Penaeus monodon).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Hardiyani, S. 2014. Uji Patogenisitas dan Studi In Vivo Bakteri Biokontrol
Bacillus sp. Terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus Pada Pemeliharaan
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Universitas Lampung.
Haryati, T., and Supriyati. 2010. Pemanfaatan Senyawa Oligosakarida dari
Bungkil Kedelai dan Ubi Jalar pada Ransum Ayam Pedaging. JITV 15
(4): 253-260.
35
Prajitno, A. 2007. Uji Sensitifitas Flavonoid Rumput Laut (Eucheuma Cottoni)
Sebagai Bioaktif Alami Terhadap Bakteri Vibrio Harveyi. Jurnal
Protein. 15 (2) : 66-71.
Utami, R, M.A.M Andriani, and Zoraya, A.P. 2010. Kinetika Fermentasi Yoghurt
yang diperkaya Ubi Jalar (Ipomoea batatas). Jurnal Caraka. 25(1):51-55.
Verschure, L., Rombaut, G., Sorgeloos,P., and Verstraete, W. 2000.Probiotic
bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiol and Mol.
Biol. 64: 655‒ 671.
Wahjuningrum, D, S.H., Sholeh, S., Nuryati. 2006. Pencegahan Infeksi Virus
White Spot Syndrome (WSSV) Pada Udang Windu (Penaeus monodon)
Dengan Cairan Ekstrak Pohon Mangrove (CEPM) Avicennia sp. dan
Sonneratia sp. Journal Akuakultur Indonesia. 5(1): 65-75.
Widanarni., Sukenda., and Setiawati, M. 2008. Bakteri Probiotik Dalam Budidaya
Udang Seleksi, Mekanisme Aksi, Karakterisasi Dan Aplikasinya Sebagai
Agen Biokontrol. Jurnal llmu Pertanian Indonesia. 13 (2): 80-89.
Widanarni., Puguh, W., and Dinamella, W. 2012. Aplikasi probiotik, prebiotik,
dan sinbiotik melalui pakan pada udang vaname (Litopenaeus vannamei)
yang diinfeksi bakteri Vibrio harveyi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 11
(1): 54-63.
Widanarni. 2016. Aplikasi Sinbiotik Untuk Pencegahan Infeksi Infectious
Myonecrosis Virus Pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei).
Jurnal Kedokteran Hewan. 10(2): 121-127.
Wyban., J. A., and J., N., Sweeny. 1991. Intensive Shrimp Production
Technology.The Oceanic Institute Shrimp Manual. Honolulu, Hawai.USA.