Top Banner
Avalaible online at http://journals.ums.ac.id Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 85 Effectiveness of Empowerment Micro Enterprise Isbandriyati Mutmainah Faculty of Economics, Universitas Nusa Bangsa, Bogor Jalan K.H. Sholeh Iskandar km 4. Cimanggu, Tanah Sareal, Kota Bogor, Indonesia. Telp: +62- 0251-7533189; E-mail: [email protected] Received: February 2015; Accepted: May 2015 Abstract This research aims to analysis the effectiveness of micro enterprise empowerment through P3KUM assistance, with research sites in the Bogor District. Descriptive analysis is used to see micro enterprise characteristic, chi-square test to see micro-business opportunities to get the help, and Wilcoxon Signed Rank Test to see the effectiveness of micro enterprise empowerment. The opportunities for small business long viewed from different business, product type, and type of business. While aid effectiveness viewed from difference between before and after efforts to get aid. A research result shows micro-enterprise opportunities for assistance varies. When viewed from old business, micro-business opportunities for assistance are the same. Meanwhile, if viewed from product type that produce and type of business, micro-business opportunities for assistance are the different. P3KUM aid significantly increase the effectiveness to produce, increase added value, and able to increase capital productivity but able not to increase labor productivity. Keywords: efectivity, empowerment, micro small medium enterprise, P3KUM JEL Classification: O200, O230, O250, L16 Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Abstrak Studi ini bertujuan menganalisis efektivitas pemberdayaan usaha mikro melalui bantuan P3KUM, di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengamati karak- teristik usaha mikro, uji chi-square untuk melihat peluang usaha mikro dalam mendapatkan bantuan, serta Wilcoxon Signed Rank Test untuk melihat efektivitas pemberdayaan usaha mikro. Peluang usaha mikro dilihat dari perbedaan lama usaha, jenis produk utama yang dihasilkan, dan jenis usaha. Sedangkan efektivitas bantuan dilihat dari perbedaan perkembangan usaha antara sebelum dan setelah memanfaatkan bantuan. Hasil studi menunjukkan, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan bervariasi. Jika dilihat dari lama usaha, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan adalah sama. Sedangkan jika dilihat dari jenis produk utama yang dihasil- kan, dan jenis usaha, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan adalah berbeda. Bantuan P3KUM secara signifikan mampu meningkatkan efektivitas dalam berproduksi, meningkatkan nilai tambah dan mampu meningkatkan produktivitas modal namun tidak mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Kata kunci: efektivitas, pemberdayaan, UMKM, P3KUM Klasifikasi JEL: O200, O230, O250, L16 1. Pendahuluan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menu- rut Griffit dan Erbert (1996) dalam Qodri (2006) memiliki tiga peran penting dalam sistem ekonomi negara, yaitu penciptaan lapangan kerja, sumber inovasi serta pendukung usaha besar. Dengan peran penting dari UMKM tersebut, sudah sepantasnya pemerintah tidak
17

Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Nov 11, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 85

Effectiveness of Empowerment Micro Enterprise

Isbandriyati MutmainahFaculty of Economics, Universitas Nusa Bangsa, Bogor

Jalan K.H. Sholeh Iskandar km 4. Cimanggu, Tanah Sareal, Kota Bogor, Indonesia.Telp: +62- 0251-7533189; E-mail: [email protected]

Received: February 2015; Accepted: May 2015

Abstract

This research aims to analysis the effectiveness of micro enterprise empowerment through P3KUMassistance, with research sites in the Bogor District. Descriptive analysis is used to see microenterprise characteristic, chi-square test to see micro-business opportunities to get the help, andWilcoxon Signed Rank Test to see the effectiveness of micro enterprise empowerment. Theopportunities for small business long viewed from different business, product type, and type ofbusiness. While aid effectiveness viewed from difference between before and after efforts to get aid.A research result shows micro-enterprise opportunities for assistance varies. When viewed from oldbusiness, micro-business opportunities for assistance are the same. Meanwhile, if viewed fromproduct type that produce and type of business, micro-business opportunities for assistance are thedifferent. P3KUM aid significantly increase the effectiveness to produce, increase added value, andable to increase capital productivity but able not to increase labor productivity.Keywords: efectivity, empowerment, micro small medium enterprise, P3KUMJEL Classification: O200, O230, O250, L16

Efektivitas Pemberdayaan Usaha MikroAbstrak

Studi ini bertujuan menganalisis efektivitas pemberdayaan usaha mikro melalui bantuan P3KUM,di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengamati karak-teristik usaha mikro, uji chi-square untuk melihat peluang usaha mikro dalam mendapatkanbantuan, serta Wilcoxon Signed Rank Test untuk melihat efektivitas pemberdayaan usaha mikro.Peluang usaha mikro dilihat dari perbedaan lama usaha, jenis produk utama yang dihasilkan, danjenis usaha. Sedangkan efektivitas bantuan dilihat dari perbedaan perkembangan usaha antarasebelum dan setelah memanfaatkan bantuan. Hasil studi menunjukkan, peluang usaha mikrountuk mendapatkan bantuan bervariasi. Jika dilihat dari lama usaha, peluang usaha mikro untukmendapatkan bantuan adalah sama. Sedangkan jika dilihat dari jenis produk utama yang dihasil-kan, dan jenis usaha, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan adalah berbeda. BantuanP3KUM secara signifikan mampu meningkatkan efektivitas dalam berproduksi, meningkatkannilai tambah dan mampu meningkatkan produktivitas modal namun tidak mampu meningkatkanproduktivitas tenaga kerja.Kata kunci: efektivitas, pemberdayaan, UMKM, P3KUMKlasifikasi JEL: O200, O230, O250, L16

1. PendahuluanUsaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menu-rut Griffit dan Erbert (1996) dalam Qodri (2006)memiliki tiga peran penting dalam sistem

ekonomi negara, yaitu penciptaan lapangankerja, sumber inovasi serta pendukung usahabesar. Dengan peran penting dari UMKMtersebut, sudah sepantasnya pemerintah tidak

Page 2: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608186

mengesampingkan mereka sebagai salah satupenggerak kegiatan ekonomi. Perhatian untukmenumbuhkembangkan UMKM setidaknya di-landasi 3 alasan, yaitu UMKM mampu menye-rap banyak tenaga kerja, mampu menyerapsumberdaya lokal dan mampu memberi peng-hasilan sehingga berdampak positif pada upayapengentasan kemiskinan.

Data ekonomi yang ada menjelaskan bah-wa peran UMKM terhadap ketahanan ekonominasional semakin menguat. UMKM merupakanpopulasi terbesar dari pengusaha yang ada.Sejak tahun 1997 saat krisis mulai berlangsungsampai tahun 2012, peran kelompok usaha inimeningkat secara signifikan baik kontribusinyaterhadap PDB, investasi, maupun penyerapantenaga kerja. Menurut data dari KementerianKUKM (2013), UMKM merupakan proporsiterbesar dari populasi usaha di Indonesia. Sam-pai tahun 2012 jumlah UKM mencapai 56,53juta atau 99,99% dari total pelaku usaha diIndonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa UKMmerupakan pilar utama perekonomian Indone-sia. Komposisi tersebut terdiri dari usaha mikrosebanyak 55,86 juta unit (98,79 persen), usahakecil sebanyak 0,63 juta unit (1,11 persen), danusaha menengah sebanyak 0,049 juta unit (0,09persen). Jika dilihat dari kontribusinya, sampaitahun 2012 UMKM mampu memberikan kon-tribusi terhadap PDB (harga berlaku) sebesarRp4.869,6 trilyun (59,08 persen), kontribusi ter-hadap investasi sebesar Rp1.251 trilyun (54,77persen), kontribusi terhadap penyerapan tena-ga kerja sebesar 107,7 juta orang (97,16 persen)dan kontribusi terhadap total ekspor sebesar:Rp166,6 trilyun (14,06 persen) .

Sejak krisis ekonomi, hampir semua skalausaha baik mikro, kecil, menengah maupun be-sar mengalami penurunan populasinya. Di an-tara ketiga skala usaha tersebut, UMKM yanglebih cepat pulih dibanding usaha skala besar.Pertumbuhan populasi UMKM rata-rata sebe-sar 4,82 persen per tahun periode 1998-2004,sedangkan usaha skala besar sebesar 4,6 per-sen pertahun pada periode yang sama.

Kondisi tersebut menunjukkan, posisiUMKM di Indonesia sebenarnya sangat strate-gis dan dapat menjadi kekuatan ekonomi nasio-nal. Namun di sisi lain peran strategis UMKMsecara makro tersebut pada kenyataannya be-lum selaras dengan kondisi pelaku UMKM itu

sendiri. Dengan segala keterbatasannya baikketerbatasan permodalan, teknologi maupunaspek manajemennya menyebabkan di sampingdaya saing yang terbatas, kesejahteraan pelakuusaha kecil itu sendiri belum terjamin. Tahanmenghadapi krisis namun dalam kondisi yangtidak sejahtera. Dalam era perdagangan bebassekarang, di mana produk-produk pesaing impormembanjiri tanah air, tanpa peran dan bantuanpemerintah maupun pihak-pihak lain, UMKMakan semakin tertinggal jauh. UMKM membu-tuhkan peran pemerintah dalam upaya pening-katan kinerja dan daya saing dengan upayapemberdayaan yang berkelanjutan.

Dalam kaitannya dengan pemberdayaanUMKM, dalam UU No.20/2008 tentang UMKM,pemberdayaan didefinisikan sebagai upayayang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Dae-rah, dunia usaha, dan masyarakat secara siner-gis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pe-ngembangan usaha terhadap UMKM sehinggamampu tumbuh dan berkembang menjadiusaha yang tangguh dan mandiri. Sedangkaniklim usaha adalah kondisi yang diupayakanPemerintah dan Pemerintah Daerah untukmemberdayakan UMKM secara sinergis mela-lui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspekkehidupan ekonomi upaya ini dilakukan agarUMKM memperoleh pemihakan, kepastian,kesempatan, perlindungan, dan dukungan ber-usaha yang seluas-luasnya.

Secara konseptual pemberdayaan UMKMterutama dapat dilakukan dengan sistim pem-berdayaan pelaku UMKM itu sendiri. Keberha-silan pemberdayaan sangat bergantung padapartisipasi UMKM sebagai pelaku maupunstakeholder lain yang turut serta dan berperandalam pengembangannya. Dalam hal ini lebihbanyak menitikberatkan pada metode “bottomup”, di mana perencanaan lebih diupayakanmenjawab kebutuhan UMKM dan dilakukansecara partisipatif.

Pemberdayaan UMKM bukan hanya untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat bawah,tetapi juga untuk mendukung kesinambunganpertumbuhan ekonomi. Karena tanpa basisyang luas, pertumbuhan ekonomi tidak dapatsustain karena terbatasnya pasar, rendahnyadaya beli sebagian besar konsumen dan yanglebih berbahaya adalah meluasnya permasalah-

Page 3: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 87

an sosial karena ketimpangan sosial. Jadi,keberhasilan pemberdayaan UMKM merupakansyarat bagi perkembangan perekonomian nasio-nal yang sustainable.

Pemberdayaan UMKM juga menjadi perta-hanan yang kokoh di pasar domestik dalammenghadapi persaingan global. Kemampuanunit kelompok usaha ini dalam menguasai pa-sar lokal akan menjamin pangsa pasar domes-tik dari serbuan modal besar dari dalam danluar negeri. Dukungan UMKM juga dapatmenentukan kekompetitifan usaha besar dipasar internasional.

Dalam sejarah pembangunan ekonomiIndonesia sebelum krisis, pemberdayaan UMKMhanya dijadikan kajian tanpa ada keinginanyang serius untuk mengimplementasikan, danupaya pemberdayaan tersebut sangat jauh darikenyataan, atau dapat disebut juga sebagaiupaya setengah hati. Di satu sisi keinginanpemerintah untuk mengembangkan kelompokusaha tersebut dianggap sebagai kebutuhanmendesak untuk mengurangi berbagai bentukketimpangan dan tuntutan bagi keharusanpartisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Namun di sisi lain, berbagai kebijakan peme-rintah cenderung menghambat pengembanganekonomi rakyat dan membuka peluang sebesar-besarnya bagi ekonomi konglomerat melaluiberbagai kebijakan proteksi dan fasilitas mono-poli melalui kolusi, korupsi dan nepotisme.

Dalam kenyataannya tidak mudah untukmemberdayakan UMKM di Indonesia, karenadalam pertumbuhannya sangat banyak meng-hadapi kendala dan keterbatasan baik internalmaupun eksternal sehingga kurang mampuuntuk berkembang. Menurut Rifa`i (2013: 134),faktor internal yang menghambat perkembang-an UMKM adalah keterbatasan modal danakses untuk mendapatkannya, kualitas SDM,lemahnya jaringan dan penetrasi pasar, men-talitas pengusaha dan kurangnya transparansi.Sedangkan faktor eksternalnya antara lainiklim usaha yang kurang kondusif, terbatasnyasarana dan prasarana, pungutan liar, implikasiotonomi daerah, implikasi perdagangan bebas,sifak produk, akses pasar terbatas dan terba-tasnya akses informasi. Pendapat Rifa`i inisejalan dengan Sasono (2001:87) yang menyata-kan faktor internal yang menghambat perkem-

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM RI (2007)

Gambar 1. Alur P3KUM

Page 4: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608188

bangan UMKM adalah keterbatasan modal,SDM dan jenis produk, sedangkan faktor eks-ternalnya antara lain pengakuan yang terbatas,akses pasar, nilai tukar produk, pungutan liardan krisis ekonomi.

Berdasar dua pendapat tersebut dapatditarik sebuah kesimpulan bahwa kendala yangpaling banyak dihadapi UMKM adalah permo-dalan serta akses untuk mendapatkannya.Walaupun faktor modal sering dapat diatasi,misalnya dalam bentuk pinjaman antarkerabatatau teman, namun dalam tingkat persaingandan ekspansi, permodalan sering menjadi peng-hambat utama. Ketika kondisi pasar menawar-kan kesempatan atau peluang, dan kreativitasmuncul, UMKM sering tidak mampu mengikutikesempatan-kesempatan tersebut karena ken-dala modal. Di sisi lain kondisi UMKM biasa-nya tidak bankable, karakteristik UMKM yangbercirikan keterbatasan dalam administrasikeuangan menyebabkan kelompok usaha terse-but kesulitan untuk mengakses permodalandari lembaga keuangan. Menurut Syarif danBudhiningsih (2009:64), kesulitan UMKMmengakses modal dari lembaga keuangan dise-babkan karena ketidaksesuaian pendekatanpola dan prosedur lembaga perkresitan formaldengan karakeritik sebagian besar UMKM,khususnya usaha mikro. Padahal diketahuibahwa akses kemudahan perolehan modalsangat berpengaruh terhadap perkembanganUMKM. Semakin mudah akses memperolehmodal baik itu dari pinjaman, investor, maupunbantuan pemerintah akan semakin memudah-kan peluang perkembangan UKM (Kristianing-sih dan Trimardjono, 2014: 152).

Dalam upaya mengatasi permasalahanpermodalan tersebut, pemerintah melalui Ke-menterian Negara Koperasi dan UKM telahmelakukan berbagai upaya peningkatan aksesdan memperluas sumber-sumber pembiayaanbaik melalui perbankan maupun lembagakeuangan bukan bank. Salah satu upaya yangdilakukan adalah bantuan Program Pembiaya-an Produktif Koperasi dan Usaha Mikro(P3KUM) yaitu bantuan permodalan berguliryang disalurkan kepada usaha mikro melaluilembaga keuangan bukan bank, seperti kope-rasi, atau koperasi BMT. Usaha mikro menjadiperhatian karena posisi usaha mikro yang sulitmemperoleh layanan kredit perbankan karena

berbagai kendala baik pada sisi usaha mikromaupun pada sisi perbankan sendiri. Usahamikro biasanya tidak memiliki manajemen yangbagus, sistem laporan keuangan yang baik dansumber daya manusia yang terbatas kemam-puannya.

Menurut Peraturan Menteri Negara Kope-rasi dan UKM Nomor 06/Per/M.KUKM/ I/2007dan nomor 08/Per/M.KUKM/II/2007, yang dimaksud dengan P3KUM, adalah rangkaiankegiatan pemerintah yang dilakukan dalambentuk perkuatan permodalan untuk mengem-bangkan usaha mikro dan usaha kecil anggotakoperasi dengan menggunakan dana bergulirdalam rangka mengurangi kemiskinan danmemperluas kesempatan kerja. Tujuan dariprogram P3KUM ini secara umum adalah; (1)untuk meningkatkan akses pembiayaan bagiusaha kecil dan mikro melalui penguatanstruktur modal koperasi; dan (2) untuk mendu-kung program pengentasan kemiskinan peme-rintah dan meningkatkan kesempatan kerjabaru. Jadi dengan program tersebut diharap-kan usaha mikro mampu berkembang danmemberikan kontribusi yang tinggi terhadapPDB (pro growth), pengentasan kemiskinan(pro poor) dan penyerapan tenaga kerja (projob). Mekanisme alur dari P3KUM dapat dilihatdari Gambar 1.

Di kabupaten Bogor sampai tahun 2007terdapat sekitar 17.312 UMKM yang bergerakpada berbagai macam usaha, seperti jasa,makanan, produk garment, asesoris dan lain-lain. Keberadaan UMKM ini perlu dipandangpositif, bila dilihat dari keterbatasan pemerin-tah daerah untuk menyediakan lapangan kerjadan keterbatasan masyarakat Kabupaten Bogoruntuk dapat mengakses industri-industri besar.Berbagai bentuk bantuan kepada pelakuUMKM sudah diberikan oleh pemerintah mela-lui Dinas Perindagkum Kabupaten Bogor, baikbantuan permodalan, bantuan teknis maupunbantuan yang berkaitan dengan aspek mana-jemen keuangan. Baru sekitar 4.202 unit usahayang mendapatkan bantuan permodalan daripemerintah dengan berbagai bentuk bantuanbaik melalui koperasi dan lembaga keuanganlainnya dan tidak semuanya berjalan sesuaidengan yang diharapkan, jika dilihat darimasih banyaknya bantuan tersebut yang macetdalam pengembaliannya. Sejumlah 2.180 unit

Page 5: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 89

usaha yang lancar dalam pengembalian pin-jamannya.

Selama ini pemerintah lebih melihat darisisi tingkat pengembalian bantuan pinjamanyang lancar sebagai indikator utama keberha-silan suatu program pemberdayaan UMKM.Ketika bantuan pinjaman tersebut dapatdikembalikan tepat waktu, maka dapat dikata-kan bahwa program pemberdayaan adalahsudah efektif. Penilaian efektivitas programberdasarkan pada tingkat kelancaran dalampengembalian bantuan tersebut perlu untukditelaah lebih lanjut karena berdasarkan bebe-rapa fakta bahwa penggunaan bantuan terse-but sering tidak tepat sasaran, sehingga upayapemberdayaan menjadi sia-sia atau pemboros-an anggaran semata. Evaluasi yang lebih men-dalam dibutuhkan untuk mengetahui seberapajauh bantuan tersebut dapat meningkatkankinerja UMKM, seperti peningkatan usaha danpeningkatan produktivitas input. Seperti pen-dapat dari Tangkilisan dalam Rifa`i (2013: 132)bahwa efektivitas suatu program memiliki limakriteria pengukuran, yaitu produktivitas,kemampuan adapatasi kerja, kepuasan kerja,kemampuan berlaba dan pencarian sumberdaya. Dari implementasi P3KUM di KabupatenBogor tahun 2007, belum pernah dilakukankajian untuk mengetahui efektivitas programtersebut terhadap peningkatan usaha mikroyang memanfaatkan bantuan tersebut. Pene-litian ini ingin menggali lebih dalam tentangefektivitas pemberdayaan usaha mikro padaprogram P3KUM di Kabupaten Bogor. Indika-tor efektivitas dilihat dengan membandingkanperkembangan usaha (nilai produksi, nilaitambah dan produktivitas input) sebelum dansesudah menerima bantuan.

2. Metode Penelitian

2.1. Populasi dan SampelKelompok usaha mikro yang digunakan sebagaiobyek penelitian (units of analysis) dalam pene-litian ini adalah para pengusaha mikro diwilayah Kabupaten Bogor yang mendapat ban-tuan P3KUM tahun 2007. Populasi usaha

mikro yang memanfaatkan bantuan pada tahuntersebut sebanyak 264 orang dan sampel yangdigunakan dalam penelitian ini sebanyak 120orang. Sampel responden yang dibutuhkanuntuk penelitian ini ditentukan dengan carakombinasi antara cluster sampling dan purpo-sive sampling. Dasar pertimbangan dalampenentuan responden untuk analisis menggu-nakan kriteria adalah bahwa tidak semua kope-rasi di Kabupaten Bogor menerima bantuanP3KUM, tidak semua usaha mikro memanfaat-kan bantuan pembiayaan P3KUM, dan tidaksemua usaha mikro yang mendapat bantuanP3KUM bersedia dijadikan responden.

2.2. Data dan Teknik PengumpulanData

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada-lah data primer dan data sekunder. Data pri-mer yang dibutuhkan adalah karakteristik usa-ha mikro yang ditekuni serta kondisi perkem-bangan usaha mikro, yaitu perkembangan usa-ha sebelum mendapatkan bantuan dan setelahmendapatkan bantuan. Sedangkan data sekun-der dalam penelitian ini adalah berbagai infor-masi yang dibutuhkan sebagai pendukung ana-lisis, selain yang diperoleh dari responden yangdigunakan sebagai sampel.

Pengumpulan data primer dilakukan seca-ra partisipatif melalui diskusi, wawancara danpengisian kuesioner oleh responden yang sudahditentukan. Sedangkan data sekunder diper-oleh dari studi pustaka, laporan dan dokumendari berbagai instansi yang terkait denganbidang penelitian.

Satuan data primer dalam penelitian iniadalah rupiah per periode waktu (Rp/t-terten-tu). Satuan ini digunakan karena didasarkanpada alasan produk usaha mikro sasaran pene-litian ini beragam, baik jenis, model, kualitas,kelas, atau memiliki sifat heterogenitas, sehing-ga harga jualnya setiap unit produk akanberbeda-beda. Oleh karena itu, jika diambilsatuan per satuan (per unit) akan mengalamikesulitan dalam melakukan interpretasi data.Dengan mengambil satuan rupiah per periodewaktu (Rp/t-tertentu) tersebut, maka intepre-tasi keragaman atau homogenitas satuan data

Page 6: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608190

dapat dilakukan dengan baik, dan tidak bias.

2.3. Teknik Analisis DataAda tiga tujuan yang ingin dicapai dalam kaji-an ini, yaitu mengetahui karakteristik usahamikro yang ada di Kabupaten Bogor, mengeta-hui peluang usaha mikro dalam mendapatkanbantuan P3KUM dan mengetahui efektivitaspemberdayaan usaha mikro yang sudah dilaku-kan di Kabupaten Bogor. Berkaitan dengantujuan tersebut, maka ada tiga teknik analisisyang digunakan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut:

2.3.1. Analisis DeskriptifAnalisis deskriptif digunakan untuk mengana-lisis karakteristik usahan mikro yang ada diKabupaten Bogor yang memanfaatkan bantuanP3KUM tahun 2007. Pendekatan deskriptifdigunakan tidak dimaksudkan untuk mengujihipotesis akan tetapi bertujuan untuk meng-gambarkan realita sosial yang kompleks.Metode analisis deskriptif merupakan prosedurpemecahan masalah yang diselidiki denganmendiskripsikan kondisi subyek atau obyekpenelitian (seseorang, lembaga masyarakat danlain-lain) pada masa kini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.

2.3.2. Analisis Chi Kuadrat (χ2) SatuSampel

Teknik analisis Chi Kuadrat (χ2) satu sampeladalah teknik statistik yang digunakan untukmenguji hipotesis bila dalam populasi terdiriatas dua atau lebih kelas dimana data ber-bentuk nominal dan sampelnya besar (Sugi-yono, 2011:107). Teknik analisis ini digunakanuntuk mengetahui peluang dari para pengusa-ha mikro untuk mendapatkan bantuan pembia-yaan produktif dilihat dari lama usaha, jenisproduk utama yang dihasilkan, dan jenis usaha,apakah dengan lama usaha, jenis produkutama, dan jenis usaha yang berbeda memberipeluang yang sama atau tidak. Secara mate-matis rumus dasar Chi Kuadrat (χ2) dapatditulis sebagai berikut:

2k o h2i=1 h

f -fχ =

f (1)

di mana χ2 adalah Chi Kuadrat, fo adalah fre-kuensi yang diobservasi, fh menunjukkan fre-kuensi yang diharapkan

Untuk dapat membuat keputusan tentanghipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,maka nilai Chi Kuadrat (χ2) tersebut diban-dingkan dengan Chi Kuadrat (χ2) tabel denganderajat kebebasan (d.k) dan taraf kesalahantertentu. Derajat kebebasan tidak tergantungpada jumlah individu dalam sampel, namuntergantung pada kebebasan dalam mengisikolom-kolom pada frekuensi yang diharapan(fh). Perbandingan tersebut akan ditarik krite-ria pengambilan keputusan sebagai berikut:

H0 diterima jika χ2 hitung < χ2 tabel; α 5%, d.k.Menyatakan bahwa peluang sampel dalam halini pengusaha mikro dengan lama usaha, jenisproduk utama, dan jenis usaha yang berbedauntuk mendapatkan bantuan pembiayaan pro-duktif adalah sama atau tidak berbeda.

H0 ditolak jika χ2 hitung > χ2 tabel; α 5%, d.k.Menyatakan bahwa peluang sampel dalam halini pengusaha mikro lama usaha, jenis produkutama, dan jenis usaha yang berbeda untukmendapatkan bantuan pembiayaan produktifadalah tidak sama atau berbeda.

2.3.3. Analisis Uji Peringkat BertandaWilcoxon (Wilcoxon SignedRanks Test)

Teknik analisis ini digunakan untuk menge-tahui efektivitas kebijakan pemberdayaan usa-ha mikro melalui P3KUM di Kabupaten Bogor.Dipilihnya uji tanda Uji Peringkat BertandaWilcoxon sebagai pendekatan analisis ini kare-na dalam kajian ini bantuan yang diimplemen-tasikan dapat dipandang sebagai treatment. UjiPeringkat Bertanda Wilcoxon adalah salah satupendekatan analisis yang digunakan untukmengukur dampak suatu treatment tertentuyang telah atau sedang dilakukan pada suatukasus. Djarwanto (1989:11) dalam Saragih(2003) mengatakan teknik ini digunakan untukmengetahui apakah suatu treatment atau tin-dakan inovasi tertentu (dapat berupa imple-mentasi kebijakan, program, kegiatan, tindak-an, perbaikan, teknologi dan sebagainya) yangdiberlakukan pada suatu populasi tertentumemiliki dampak yang positif (effect) atau

Page 7: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 91

negatif (impact). Pada Uji Peringkat BertandaWilcoxon ini efek dari suatu variabel eksperi-men atau treatment tidak dapat diukur melain-kan hanya dapat diberi tanda positif (+) ataunegatif (-) saja. Treatment yang dimaksudkandalam penelitian ini adalah pemberian bantuanP3KUM kepada usaha mikro di KabupatenBogor tahun 2007, terlihat dalam Tabel 1.

Karena jumlah responden yang ditelitilebih banyak dari 30, maka dipergunakan uji Zdan nilai Z diasumsikan berdistribusi normal.Dengan demikian metode pendekatan normaldapat dipergunakan.

Pada Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon(Wilcoxon Signed Ranks Test) ini data harusdibuat pengurutan (ranking). Untuk mengujihipotesis bahwa µ = µ0 bagi suatu populasisetangkup yang kontinyu, atau µ1 = µ2 bagi duapopulasi setangkup yang kontinyu, pertama-tama semua selisih yang sama dengan nolharus dibuang, kemudian memberi peringkatpada di yang tidak sama dengan nol tanpamemperhatikan tandanya. Peringkat 1 diberi-kan pada di dengan nilai absolut terkecil,peringkat 2 pada nilai absolut terkecil berikut-nya, dan seterusnya. Bila ada dua atau lebih di

yang nilai mutlaknya sama, maka masing-masing selisih tersebut diberi peringkat rata-ratanya. Jika hipotesis µ = µ0 atau µ1 = µ2

benar, maka jumlah total peringkat bagi selisihyang positif (w+) hampir sama dengan jumlahtotal peringkat bagi selisih yang negatif (w-).Hipotesis nol µ = µ0 atau µ1 = µ2 akan ditolakdan alternatifnya µ ≠ µ0 atau µ1 ≠ µ2 akanditerima hanya bila w+ atau w- yang berartijuga w cukup kecil. Nilai Z hitung dapat diten-tukan dengan rumus sebagai berikut:

241)1)(2nn(n

41)n(n(W

wσ)wμ(W

Z

(2)

Setelah diketahui nilai Z hitung maka nilaitersebut dibandingkan dengan nilai Z tabel(0,05) di mana akan dapat diambil kriteriapengambilan keputusan, yaitu:H0 diterima, jika H0 = µ1 = µ2 dimana Z hitung <Z tabel (α 5%)Menyatakan bahwa dua buah populasi adalahidentik adalah benar. Dapat diharapkan bahwajumlah total peringkat bagi selisih yang positif(w+) hampir sama dengan jumlah total pering-kat bagi selisih yang negatif (w-). Artinya,bahwa treatment yang dilakukan tidak memi-liki pengaruh nyata atau secara signifikantidak memiliki pengaruh terhadap variabelyang dipengaruhinya.

Tabel 1. Tabulasi Hasil Perhitungan Beda Tanda Positif/Negatif, Dampak Suatu Treatment terhadapSuatu Variabel Penelitian

Responden NilaiSebelumBantuan

(Yi)

NilaiSetelah

Bantuan(Xi)

NilaiBeda

Tanda(Xi – Yi)

Tanda Jenjang PeringkatPeringkat Beda Tanda

Positif(+)

Beda TandaNegatif

(-)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)1 Y1 X12 Y2 X23 Y3 X34 Y4 X45 Y5 X5: : :n Yn Xn

Jumlah w+ w-Sumber: Sugiyono, 2011Dimana Yi menunjukkan kondisi sebelum treatment, Xi menunjukkan kondisi setelah treatment, w+menunjukkan jumlah beda tanda positif, dan w- menunjukkan jumlah beda tanda negatif.

Page 8: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608192

H0 ditolak jika H0 = µ1 ≠ µ2 di mana Z hitung > Ztabel (α 5%)Menyatakan bahwa dua buah populasi tidakidentik, di mana jumlah total peringkat bagiselisih yang positif (w+) atau jumlah totalperingkat bagi selisih yang negatif (w-) yangberarti juga w cukup kecil. Artinya, bahwatreatment yang dilakukan memiliki pengaruhnyata atau secara signifikan memiliki pengaruhterhadap variabel yang dipengaruhinya.

2.4. Operasional Varibel TingkatEfektivitas Bantuan P3KUM

Pendekatan analisis dengan menggunakan UjiPeringkat Bertanda Wilcoxon digunakan untukmengetahui tingkat efektivitas pemberdayaanusaha mikro melalui P3KUM. Adapun penilai-an efektivitas tersebut dilihat dari perkembang-an tiga variabel, yaitu peningkatan efektivitasdalam berproduksi, peningkatan perolehannilai tambah serta peningkatan produktivitasinput.

a. Peningkatan efektivitas dalamberproduksi

Rustam Effendi (1988:22) dalam Saragih (2003)menyatakan tingkat efektivitas suatu produksiadalah membandingkan antara nilai produksiyang dapat terjual dengan nilai potensi yangada. Dengan demikian tingkat efektivitas meru-pakan nilai rasio perbandingan antara nilaitotal penjualan (total sales) dengan nilai totalproduksi (total product) dalam periode waktutertentu. Sedangkan Jones (1996:10) dalamSaragih (2003) menyebutkan efektivitas me-nunjuk pada keberhasilan dan atau kegagalandalam mencapai suatu tujuan (objective), sehing-ga efektvitas hanya berkepentingan dengan out-put.

Berdasar pengertian tersebut, hal pentingyang harus diperhatikan adalah bahwa tingkatefektivitas kurang mempertimbangkan berapabanyak pengorbanan (biaya/cost) yang harusdiberikan untuk mencapai sasaran, namunhanya membandingkan antara potensi danrealisasi. Oleh karena itu, dalam kaitannyadengan usaha mikro, efektivitas dalam berpro-duksi dapat dikonsepsikan sebagai rasio atautingkat perbandingan nilai total penjualan(total sales) dan nilai total produksi per periode

waktu tertentu dari kegiatan usaha usahamikro dan pada umumnya dapat dinyatakandalam persentase. Secara matematis tingkatefektivitas dalam berproduksi pada usahamikro dapat dituliskan sebagai berikut:

TSEft x100%TP (3)

di mana Eft adalah tingkat efektivitas dalamberproduksi per periode waktu tertentu (%), TPmenunjukkan nilai total produksi/Total Pro-duction per periode waktu tertentu (rp/bln), TSmenunjukkan nilai penjualan/Total Sales perperiode waktu tertentu (rp/bln).

b. Peningkatan perolehan nilai tambahNilai tambah atau value added sering diartikansebagai tambahan manfaat ekonomi dari ada-nya perbaikan teknologi, manajemen, kualitas& diversifikasi produksi. Menurut Damanhuri(1996:87), nilai tambah dapat didefiniskansebagai tambahan nilai yang terkandung padajasa yang diciptakan oleh sebuah organisasi/perusahaan. Menurut Yovani (2001:22), padadasarnya dalam rangka menghitung nilai tam-bah (value added) suatu usaha dapat ditentu-kan dengan dua cara yaitu dengan (a) metodepengurangan (substraction method) dan (b)metode penambahn (additional method).

Metode pengurangan tidak memasukkanbiaya-biaya yang biasanya sulit diperoleh dariusaha mikro seperti depresiasi, pajak, dan lain-lain. Dengan kata lain hanya memasukkanunsur-unsur biaya seperti pembelian material,pembelian energi (BBM), perawatan (biayaperawatan pembelian suku cadang), ATK danadministrasi serta pungutan lain (retribusi,keamanan, kebersihan) dan pembelian lain-lain. Dalam istilah ekonomi biaya ini disebutdengan value of purchase from outside. Sedang-kan metode penambahan memasukkan biayaseperti depresiasi, pajak, dan lain-lain. Dengankata lain selain memasukkan value of purchasefrom outside juga ditambah dengan depresiasi,pajak, dan lain-lain.

Oleh karena obyek yang akan diteliti ada-lah usaha mikro di mana pada umumnya tidakmemiliki data pembukuan yang lengkap, makametode yang digunakan untuk menghitungValue Added ini adalah metode pengurangan.

Page 9: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 93

Menurut Yovani (2001:22), metode perhitunganValue Added ini secara matematis dirumuskansebagai berikut:

VA = TS – VPO (4)

di mana VA menunjukkan nilai tambah perperiode waktu tertentu (rp/bln), TS menunjuk-kan total penjualan atau Net Sales per periodewaktu tertentu (rp/bln), VPO menunjukkanValue of Purchase from Outside per periodewaktu tertentu (rp/bln). Sedangkan nilai VPOper periode waktu tertentu (rp/bln) dalampenelitian ini ditentukan sebagai berikut:

VPO = MP + EP + MC + AP + RC + AC (5)

di mana MP menunjukkan pembelian material(material purchased) per periode waktu terten-tu (rp/bln), EP menunjukkan pembelian energy(energy purchased) dalam hal ini adalah BBMper periode waktu tertentu (rp/bln), MC menun-jukkan perawatan mesin (pembelian sukucadang dan biaya perawatan) per periode waktutertentu (rp/bln), AP menunjukkan biaya pem-belian ATK dan administrasi per periode waktutertentu (rp/bln), RC menunjukkan biaya pem-bayaran pungutan lain, dan AC menunjukkanbiaya lain-lain.

c. Peningkatan produktivitas inputProduktivitas secara umum didefinisikan per-bandingan antara output dengan input. Dengankata lain produktivitas adalah sebuah ukuranuntuk melihat seberapa baik input atau sumberdaya yang digunakan untuk menciptakan out-put yang diinginkan. Semakin tinggi nilai rasiomaka semakin tinggi produktivitasnya. Dengandemikian produktivitas akan meningkat apa-bila dengan input yang sama dapat diperolehhasil yang lebih tinggi, atau sebaliknya dengantingkat hasil yang tinggi hanya membutuhkaninput yang lebih rendah. Produktivitas jugadapat diartikan sebagai suatu ukuran yangmenyatakan bagaimana baiknya sumber dayadiatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasilyang maksimal. Menurut Kurnia dan Hermawa(2014:3) produktivitas dapat digunakan sebagai

tolak ukur keberhasilan suatu industri atauUKM dalam menghasilkan barang atau jasasehingga semakin tinggi perbandingannya ber-arti semakin tinggi barang yang dihasilkan.

Yovani (2001:20) menyebutkan, dalammengukur produktivitas, langkah yang harusdilakukan adalah mengukur tingkat output.Ada dua jenis ukuran yang digunakan dalammengukur tingkat output ini, yaitu (a) berda-sarkan volume produk fisik yang dihasilkan(product quantity), (b) berdasarkan nilai uangyang menunjukkan nilai tambah (Value Added)yang sebenarnya dari suatu perusahaan.

Mengingat produk usaha mikro dalampenelitian ini adalah heterogen, maka peng-ukuran tingkat output dengan cara ValueAdded adalah pendekatan yang paling tepat. Dimana Value Added mengukur tingkat outputyang diekspresikan dalam satuan jumlah uang.Dengan heteroginitas semacam itu, tentunyatingkat output akan lebih mudah dihitung bilamenggunakan satuan yang sama, yaitu uang(dalam rupiah). Sementara dalam menghitungnilai input, akan digunakan dua jenis input,yaitu tenaga kerja dan modal.

Mengingat heteroginitas produk dari usahamikro yang ada, maka perhitungan nilai inputtenaga kerja yang digunakan akan digunakanmetode perhitungan biaya per individu (per-sonal expenses), mengingat perhitungan outputmenggunakan satuan uang (dalam rupiah).Perhitungan ini diturunkan dengan cara men-jumlahkan semua pengeluaran yang diterimapekerja atau pegawai seperti gaji atau upah,bonus, jaminan sosial, dan lain-lain, denganrumus sebagai berikut:

LC = Cgi + Chn + Ctp + Cbn (6)

di mana LC menunjukkan Labor Cost ataubiaya untuk tenaga kerja per periode waktutertentu (rp/bln), Cgi menunjukkan total biayaatas gaji pekerja per periode waktu tertentu(rp/bln), Chn menunjukkan total biaya honorpekerja tidak tetap per periode waktu tertentu(rp/bln), Ctp menunjukkan total biaya tunjang-an pekerja per periode waktu tertentu (rp/bln),

Page 10: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608194

Cbn menunjukkan total biaya bonus pekerjaper periode waktu tertentu (rp/bln).

Demikian pula mengingat heteroginitasproduk dari usaha mikro yang ada, maka per-hitungan nilai modal yang digunakan didasar-kan pada data total aset yang dimiliki usahamikro baik asset bergerak maupun asset tidakbergerak. Rumus yang digunakan untuk meng-hitung nilai input modal adalah sebagai berikut:

TC = TC bergerak + TC tidak bergerak (7)

di mana TC menunjukkan Total Capital atauModal, TC bergerak menunjukkan total asetbergerak, TC tidak bergerak menunjukkan totalaset tidak bergerak.

Seperti halnya konsep perhitungan sebe-lumnya, maka perhitungan tingkat produktivi-tas usaha adalah dengan cara mengitungtingkat produktivitas tenaga kerja dan tingkatproduktivitas modal, dimana secara matematisdapat dirumuskan sebagai berikut:

LCNTLP

(8)

di mana LP menunjukkan Labor Productivityper periode waktu tertentu, NT menunjukkanValue Added per periode waktu tertentu (rp/bln), LC menunjukkan Labor Cost atau biayauntuk tenaga kerja per periode waktu tertentu(rp/bln).

CCNTCP

(9)

di mana CP menunjukkan Capital Productivityper periode waktu tertentu, NT menunjukkanValue Added per periode waktu tertentu (rp/bln), CC menunjukkan Total Capital (rp/bln).

3. Hasil dan PembahasanProses pengajuan pinjaman bantuan P3KUM diKabupaten Bogor-Jawa Barat tahun 2007 berja-lan lancar. Namun demikian, temuan di lapang-an menunjukkan, sistem monitoring dan eva-luasi dari Dinas Koperasi dan Perindag Kabu-paten Bogor belum berjalan secara optimal,sehingga ditemukan adanya koperasi yangmelakukan penyimpangan baik dalam halpemanfaatan bantuan maupun yang alamatnya

tidak ditemukan.Proses pengajuan bantuan diawali dari

sosialisasi dari pihak Kementerian NegaraKoperasi dan UKM kepada SKPD terkait ditingkat kabupaten untuk selanjutnya disosiali-sasikan ke semua koperasi di wilayahnya danyang berminat diminta membuat proposal.Proposal dikumpulkan untuk diverifikasi lebihlanjut ke tingkat kabupaten, untuk selanjutnyadiserahkan ke tingkat provinsi dan akhirnyadikirim ke pusat. Di tingkat pusat, pihakKementerian Negara Koperasi dan UKMmengeluarkan keputusan mengenai koperasiyang berhak menerima dana bantuan P3KUM.Pemberian dana langsung diberikan ke reke-ning koperasi bersangkutan, tidak melaluipemerintah daerah provinsi atau kabupaten.Dalam proses pencairan dana, koperasi peneri-ma bantuan yang menjadi responden menemu-kan beberapa kendala. Kendala pertama adalahadanya proses yang berbelit-belit di pencairandananya. Kendala lain adalah biaya yangcukup besar yang harus ditanggung koperasiketika proses pengiriman data ke pihakprovinsi dan pusat, baik biaya transportasimaupun akomodasi, yang besarannya sampaisekitar 10% dari besarnya bantuan yang diberi-kan.

Dalam perjalanannya, tidak semua kopera-si yang mendapatkan bantuan P3KUM berjalanseperti yang diharapkan. Di antara 7 koperasiyang mendapatkan bantuan P3KUM di Kabu-paten Bogor tahun 2007, hanya 4 koperasiberjalan baik, dalam arti tingkat pengembaliandana bantuan cukup lancar, sedangkan 3koperasi lainnya ada yang tutup ada pula yangbermasalah dalam pengembalian dana bantu-an. Kelancaran pengembalian dana bantuan inipaling tidak tergantung pada 2 hal. Pertama,kondisi kesehatan atau kinerja koperasi peneri-ma bantuan. Temuan di lapangan menunjuk-kan ada beberapa koperasi penerima bantuanyang memiliki manajemen dan kinerja keuang-an yang kurang baik, dan tidak didukungdengan pendampingan dan monitoring daripemerintah pusat dan daerah yang kontinyusehingga menyebabkan koperasi-koperasi terse-but dalam perjalanannya menjadi bermasalahbahkan tutup. Sederhananya proses perijinanpendirian koperasi, juga menjadi faktor penye-bab. Ada beberapa koperasi yang didirikan

Page 11: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 95

tidak didasari dari keinginan anggota untukmendirikannya, tapi muncul dari keinginansekelompok orang yang hanya ingin menda-patkan dana bantuan dalam jumlah besardengan jasa kecil untuk kepentingan pribadi.

Penyebab kedua adalah dari pengusahamikro yang memanfaatkan bantuan. Persepsisebagian pengusaha mikro terhadap danabantuan P3KUM dari pemerintah sebagai danahibah sehingga tidak perlu dikembalikan kepa-da pemerintah, menjadikan tingkat pengemba-lian pinjaman anggota atau nasabah daribeberapa koperasi tidak terlalu bagus. Selainitu proses pengajuan pinjaman modal jugasangat sederhana, hanya berdasarkan reko-mendasi anggota atau nasabah lain, jaminanKTP, atau buku tabungan bahkan ada yanghanya berdasar pada kepercayaan, dan kurangdidukung dengan upaya pendampingan danmonitoring dari pihak koperasi menyebabkantidak sedikit usaha mikro yang memanfaatkandana bantuan tersebut tidak berkembang, tutupatau dana bantuan tersebut justru digunakanuntuk tujuan konsumtif. Kebijakan perijinanuntuk minimarket/supermarket juga memberikontribusi negatif pada pedagang-pedagang dipasar tradisional, yang sebagian besar adalahpengusaha mikro. Berdirinya usaha-usaha ter-sebut berpengaruh pada omzet dan keuntung-an, yang selanjutnya berakibat pada tingkatkelancaran pelunasan/ pembayaran cicilan kekoperasi.

Di Kabupaten Bogor, dana bergulir P3KUMtahun 2007 disalurkan melalui 7 koperasi baikyang bergerak secara konvensional maupunsyariah dimana masing-masing koperasi men-dapatkan Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).Setiap pengusaha mikro anggota koperasi dapatmemanfaatkan dana bergulir tersebut dalambentuk pinjaman maksimal Rp4.000.000 (empatjuta rupiah). Disalurkannya dana bergulir me-lalui koperasi memiliki dua tujuan, yang per-tama adalah membantu peningkatan perkem-bangan usaha dari usaha mikro yang biasanyabelum bankable, dan yang kedua adalahmeningkatkan perkembangan usaha koperasitempat pengusaha mikro mendapatkan danatersebut. Dengan demikian diharapkan tingkat

kemiskinan masyarakat berkurang dan sekali-gus kemauan masyarakat untuk menjadi ang-gota koperasi juga meningkat.

3.1. Karakteristik RespondenDi antara 120 responden, 72,5 persen berjeniskelamin laki-laki, dan 27,5 persen berjenis kela-min perempuan. Kondisi ini dapat menggam-barkan bahwa sampai tahun 2010, usaha mikrodi wilayah kabupaten Bogor yang memanfaat-kan bantuan masih didominasi laki-laki. Jikadilihat perkelompok usia, usia responden berva-riasi dari paling muda 22 tahun sampai palingtua 79 tahun. Sebagian besar ada pada kelom-pok usia produktif (30-53 tahun), yaitu sebanyak83 persen.

Tingkat pendidikan responden tersebardari yang tidak sekolah sampai yang berpen-didikan perguruan tinggi. Sebagian besar ber-pendidikan SLTA (55 persen), dan 1,7 persenyang tidak sekolah dan berpendidikan perguru-an tinggi. Dua responden yang berpendidikantinggi ada pada kelompok usia muda (22-37tahun), sedangkan dua orang yang tidak seko-lah adalah responden pada usia di atas 70tahun. 97,5 persen responden sudah menikahdan sisanya 2,5 persen tidak menikah. Sedang-kan 100 persen dari responden merupakananggota koperasi.

Karakteristik usaha responden dilihat darilama usaha, jenis produk utama, jenis usaha,bentuk usaha dan pasar. Jika dilihat dari lamausahanya, semua responden sudah menjalan-kan usahanya lebih dari 1 tahun, 40,8 persenusahanya sudah berjalan lebih dari 10 tahun,29,2 persen lama usahanya 5-10 tahun, 30persen lama usahanya 1-5 tahun. 44,2 persenresponden menghasilkan kelompok produkmakanan, minuman dan sejenisnya, 18,3 per-sen menghasilkan jenis produk tekstil dansejenisnya, 4,2 persen menghasilkan jenis pro-duk bukan logam, 10,8 persen menghasilkanproduk kayu dan sejenisnya dan 22,5 persenmenghasilkan produk jasa. Sebagian besarresponden bergerak di bidang perdagangan (60persen) dan tidak ada satupun yang dari perta-nian. Sektor pengolahan cukup banyak, sekitar26,7 persen dan sektor jasa sebesar 13,3%.

Page 12: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608196

Jika dilihat dari bentuk usahanya danpasar produknya, sebagian besar (98,3%) meru-pakan perusahaan perseorangan, dan sisanya(1,7%) merupakan memiliki bentuk badanusaha CV yang bergerak di bidang furniture.Sebagian besar responden menjual produknyadi wilayah Kabupaten Bogor (59,2 persen),sebanyak 36,7 persen menjual produknya baikdi dalam maupun di luar wilayah KabupatenBogor dan hanya 4 persen yang menjual pro-duknya di luar Kabupaten Bogor.

3.2. Peluang Usaha Mikro untukMendapatkan Bantuan

Analisis ini melihat peluang pengusaha mikrountuk mendapatkan bantuan dana bergulirdengan menggunakan tiga indikator yaitulamanya usaha yang sudah dijalankan, jenisproduk utama yang dihasilkan, dan jenis usahayang dijalankan. Hipotesis nol yang dibangunadalah bahwa peluang pengusaha mikro untukmendapatkan bantuan jika dilihat dari tigaindikator tersebut adalah sama. Hasil Uji Sta-tistik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 menjelaskan bahwa jika dilihatdari variabel lama usaha, diketahui nilai (χ2)hitung sebesar 3,050. Dengan derajat kebebas-an sebesar 1 dan tingkat kesalahan 5% makadiketahui nilai (χ2) tabel sebesar 3,841. Karenanilai (χ2) hitung lebih kecil dari nilai (χ2) tabel(3,050<3,841) maka H0 diterima dan Ha ditolak.Ini berarti peluang usaha mikro untuk menda-patkan bantuan P3KUM jika dilihat dari lamausaha adalah sama. Berdasarkan data sampelternyata lamanya usaha dari usaha mikro yangmendapatkan bantuan tidak berbeda terlalujauh.

Jika dilihat dari variabel jenis produk uta-ma yang dihasilkan, diketahui nilai (χ2) hitungsebesar 55,667. Dengan derajat kebebasan sebe-sar 1 dan tingkat kesalahan 5% maka diketahuinilai (χ2) tabel sebesar 3,841. Karena nilai (χ2)hitung lebih besar dari nilai (χ2) tabel (55,667 >

3,841), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Iniberarti peluang usaha mikro untuk mendapat-kan bantuan P3KUM jika dilihat dari jenisproduk utama yang dihasilkan adalah berbedaatau tidak sama. Berdasarkan data sampel ter-nyata usaha mikro yang menghasilkan produkmakanan dan sejenisnya mendapat peluangpaling tinggi untuk mendapatkan bantuanP3KUM.

Jika dilihat dari variabel jenis usaha yangdijalankan, diketahui nilai (χ2) hitung sebesar86,133. Dengan derajat kebebasan sebesar 1dan tingkat kesalahan 5% maka diketahui nilai(χ2) tabel sebesar 3,841. Karena nilai (χ2) hitunglebih besar dari nilai (χ2) tabel (86,133 > 3,841).maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berartipeluang usaha mikro untuk mendapatkanbantuan P3KUM jika dilihat dari jenis usahayang dijalankan adalah berbeda atau tidaksama. Berdasarkan data sampel ternyata usahamikro di sektor perdagangan mendapat peluangpaling tinggi untuk mendapatkan bantuanP3KUM.

Berdasarkan hasil pengujian statistik ter-sebut, secara keseluruhan dapat diuraikan bah-wa peluang usaha mikro untuk memanfaatkanbantuan P3KUM bervariasi. Jika dilihat darisisi lamanya usaha yang sudah dijalankan,peluang usaha mikro untuk mendapatkan ban-tuan adalah sama, sepanjang persyaratan-persyaratan administrasi terpenuhi. Koperasisebagai penyalur bantuan P3KUM lebih mem-pertimbangkan kelayakan usaha dan indikatorlain seperti rekomendasi dan persyaratanadministrasi dibandingkan lama usaha yangsudah dijalankan. Namun jika dilihat dari jenisproduk yang dihasilkan dan jenis usaha yangdijalankan, peluang usaha mikro untuk menda-patkan bantuan P3KUM berbeda atau tidaksama.

Usaha mikro yang menghasilkan produkmakanan dan bergerak di sektor perdaganganmemiliki peluang yang lebih besar dibanding

Tabel 2. Hasil Uji Statistik Peluang

No. Variabel (χ2) hitung (χ2) tabel Signifikansi Kesimpulan

1. Lama Usaha 3,050 3,841 0,218 Terima H0

2. Jenis Produk 55,667 3,841 0,000 Tolak H03. Jenis Usaha 86,133 3,841 0,000 Tolak H0

Sumber: Output SPSS

Page 13: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 97

usaha mikro yang menghasilkan produk lain-nya dan bergerak di sektor selain perdagangan.Kondisi ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama,hasil penelitian menunjukkan sebagian besarpengusaha kecil mendapatkan informasi ada-nya bantuan pinjaman adalah dari temansesama pengusaha sejenis yang sudah terlebihdahulu mendapatkan bantuan pinjaman yangsekaligus merekomendasikannya. Mereka seba-gian besar adalah para pedagang makanan dipasar. Sistem rekomendasi ini menyebabkanuntuk kasus di Kabupaten Bogor sebagianbesar yang memanfaatkan dana bantuan ada-lah pedagang makanan. Kedua, dalam penya-luran dana bantuan, koperasi juga memper-timbangkan lokasi. Dalam rangka kemudahandalam monitoring, ada koperasi yang mengkon-sentrasikan pemberian bantuan pada pengusa-ha mikro di sentra-sentra tertentu yang mudahdalam jangkauan pengawasan koperasi. Berda-sarkan data yang ada, pasar merupakan lokasidi mana pengusaha mikro mendapatkan bantuan.

3.3. Efektivitas Pemberdayaan UsahaMikro

Analisis ini pada dasarnya mengkaji pengaruhimplementasi P3KUM pada usaha mikro terha-dap perubahan tingkat nilai variabel perkem-bangan usaha berdampak nyata atau signifi-kan, atau dengan kata lain analisis ini melihatefektivitas bantuan P3KUM yang diberikanoleh pemerintah. Tingkat efektivitas dilihatdari empat indikator yaitu peningkatan efekti-

vitas dalam berproduksi, peningkatan peroleh-an nilai tambah, peningkatan produktivitasinput modal dan ten aga kerja, dengan mem-bandingkan antara kondisi sebelum mendapatbantuan dan kondisi sesudah mendapat bantu-an. Efektivitas dilihat dengan membandingkanantara nilai mutlak Z hitung dengan nilai Ztabel pada tingkat kesalahan 5%. Hipotesis nolyang dibangun adalah bahwa tidak ada perbe-daan efektivitas produksi, nilai tambah, pro-duktivitas tenaga kerja dan produktivitasmodal antara kondisi sebelum mendapat ban-tuan dan kondisi sesudah mendapat bantuandana bergulir. Hasil uji statistik dapat dilihatpada tabel 3.

Tabel 3 menjelaskan bahwa jika dilihat daritingkat efektivitas dalam berproduksi, dengantaraf kesalahan (χ2) 0,025 (0,05/2) maka nilai Ztabel adalah ± 1,96. Dengan nilai Z hitungsebesar 6,043 (nilai mutlak) maka pada tingkatkesalahan 0,025, nilai Z hitung lebih besardibandingkan dengan nilai Z tabel ( 6,043 >1,96), dengan demikian hipotesis nol ditolak.Sehingga dapat disimpulkan pemberian ban-tuan dana bergulir P3KUM berpengaruh secarasignifikan dalam meningkatkan efektivitasdalam berproduksi usaha mikro di KabupatenBogor.

Jika dilihat dari tingkat perolehan nilaitambah, dengan taraf kesalahan (χ2) 0,025(0,05/2) maka nilai Z tabel adalah ± 1,96.Dengan nilai Z hitung sebesar 9,336 (nilaimutlak) mak a pada tingkat kesalahan 0,025,nilai Z hitung lebih besar dibandingkan dengan

Tabel 3. Hasil Analisis Efektivitas Bantuan P3KUM terhadap Perkembangan Usaha Mikrodi Kabupaten Bogor

No Variabel perkembanganusaha mikro

Jumlah bedatanda (+)

Juml bedatanda (-)

Nilai Zhitung

Nilai Ztabel

Keputusan

(n1) (n2)1. Tingkat efektivitas

dalam berproduksi85 21 -6,043 ±1,96 signifikan

2. Tingkat perolehan nilaitambah

113 6 -9,336 ±1,96 signifikan

3. Tingkat produktivitastenaga kerja

53 66 -0,822 ±1,96 tidak signifikan

4. Tingkat produktivitasmodal

93 22 -6,341 ±1,96 signifikan

Sumber: Output SPSS

Page 14: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-608198

nilai Z tabel (9,336 > 1,96), dengan demikianhipotesis nol ditolak. Sehingga dapat disimpul-kan pemberian bantuan dana bergulir P3KUMberpengaruh secara signifikan dalam mening-katkan perolehan nilai tambah usaha mikro diKabupaten Bogor.

Jika dilihat dari tingkat dari produktivitastenaga kerja, dengan taraf kesalahan (α) 0,025(0,05/2) maka nilai Z tabel adalah ± 1,96.Dengan nilai Z hitung sebesar 0,822 (nilaimutlak) maka pada tingkat kesalahan 0,025,nilai Z hitung lebih besar dibandingkan dengannilai Z tabel (0,822 < 1,96), dengan demikianhipotesis nol diterima. Sehingga dapat disim-pulkan pemberian bantuan dana bergulirP3KUM secara signifikan tidak berpengaruhdalam meningkatkan produktivitas tenaga kerjausaha mikro di Kabupaten Bogor.

Jika dilihat dari tingkat dari produktivitasmodal, dengan taraf kesalahan (α) 0,025 (0,05/2) (nilai mutlak) maka nilai Z tabel adalah ±1,96. Dengan nilai Z hitung sebesar 6,341 makapada tingkat kesalahan 0,025, nilai Z hitunglebih besar dibandingkan dengan nilai Z tabel(6,341 > 1,96), dengan demikian hipotesis nolditolak. Sehingga dapat disimpulkan pemberianbantuan dana bergulir P3KUM berpengaruhsecara signifikan dalam meningkatkan produk-tivitas modal usaha mikro di Kabupaten Bogor.

Pemberian bantuan dana bergulir bagipengusaha mikro di Kabupaten tahun 2007juga secara signifikan mampu meningkatkanperkembangan usaha dari usaha kecil yang adadi Kabupaten Bogor, kecuali peningkatan pro-duktivitas tenaga kerja. Pinjaman bergulirP3KUM rata-rata Rp4.000.000 (empat jutarupiah) ternyata efektif dalam meningkatkanproduksi, nilai tambah, dan produktivitasmodal. Ini sejalan dengan hasil penelitian Qodri(2006) yang menyatakan bahwa bantuan modalusaha baik yang bersumber dari dana bergulirmaupun bersumber dari luar dana bergulirberperan nyata dalam mengembangkan usahatersebut yang diindikasikan dari perolehanlaba. Yulinar (2007) yang meneliti faktor-faktoryang mendorong pertumbuhan UKM di provinsiLampung, juga menyatakan bahwa variabelInvestasi adalah yang paling berpengaruh ter-hadap pertumbuhan UKM di Provinsi Lam-pung. Sedangkan tidak adanya peningkatan

produktivitas tenaga kerja ini mengindikasikanbahwa bantuan dana bergulir P3KUM yangdimanfaatkan para pengusaha mikro masihsebatas memberi dampak positif dari sisi pro-duksi dan modal, sehingga permasalahan pro-duktivitas tenaga kerja tidak bisa diatasidengan penambahan modal namun dengantreatment-treatment lain seperti pelatihan, pen-dampingan dan sebagainya. Jika dilihat darisebaran perkembangan usaha, nilai perkem-bangan usaha dari usaha mikro yang menjadiresponden sebagian besar mengalami pening-katan, walaupun nilai peningkatan tidak terla-lu besar. Peningkatan perkembangan usaha dariusaha mikro lebih pada keberlanjutan usahatersebut namun belum sampai meningkatkanposisi dari usaha mikro menjadi usaha kecilatau menengah.

Dengan treatment bantuan dana bergulirP3KUM, usaha mikro yang mengalami pening-katan produksi sekitar 71 persen, yang tidakmengalami peningkatan sekitar 12 persen danyang mengalami penurunan sekitar 17 persen.Sebagian besar perkuatan permodalan melaluiP3KUM yang diterima, secara langsung mem-pengaruhi volume usaha (omset). Jika treat-ment tersebut digunakan untuk investasi atauuntuk melakukan diversifikasi usaha, makaakan meningkatkan kesempatan kerja, yangpada akhirnya akan menambah volume usahajuga. Sedangkan adanya penurunan produksitersebut dapat dikatakan ada faktor lain yangmenyebabkan terjadinya penurunan walaupunsudah ada penguatan permodalan. Sebagianbesar usaha mikro menghasilkan produkmakanan dan bergerak di bidang perdagangan.Bisnis penjualan makanan sangat sensitif ter-hadap perubahan harga (inflasi) karena akanmenyebabkan daya beli konsumen menurun. Disamping itu, produk makanan jenisnya relatifhomogen, sehingga persaingan antarpengusahasangat kuat.

Treatment dana bergulir P3KUM jugamampu meningkatkan nilai tambah produksi.Usaha mikro yang mengalami peningkatannilai tambah sekitar 94 persen, yang tidakmengalami peningkatan ada 1 persen dan yangmengalami penurunan sekitar 5 persen. Tinggi-nya persentase usaha mikro yang mengalamipeningkatan nilai tambah sebagai dampak daripemanfaatan dana bergulir merupakan kondisi

Page 15: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 99

adanya perbaikan manajemen, teknologi ataudiversifikasi produk usaha mikro setelahmemanfaatkan bantuan tersebut. Namun demi-kian walaupun dalam persentase yang kecil,masih adanya sekitar usaha mikro yang meng-alami penurunan nilai tambah setelah menda-patkan bantuan dana bergulir mengindikasikanmasih adanya permasalahan yang dihadapipengusaha di samping permasalahan modal.

Jika dilihat dari peningkatan produktivitasmodal sebagai dampak dari treatment danabergulir, usaha mikro yang mengalami pening-katan produktivitas modal sekitar 77,5 persen,yang tidak mengalami peningkatan ada 4,2persen dan yang mengalami penurunan sekitar18,3 persen. Kondisi sejalan dengan upaya pe-merintah untuk mengatasi permasalahan per-modalan yang dihadapi usaha mikro. Programbantuan dana bergulir P3KUM yang diharap-kan membantu permasalahan permodalan ter-nyata efektif meningkatkan produktivitas mo-dal usaha mikro yang memanfaatkan bantuan.Penguatan permodalan tersebut membuatpengusaha mikro lebih leluasa untuk meman-faatkan modal tersebut dalam dalam mening-katkan volume usahanya. Sedangkan adanyabeberapa pengusaha mikro yang justru meng-alami penurunan produktivitas modalnya,temuan di lapangan menunjukkan adanya keti-daktepatan sasaran dalam penggunaan ban-tuan tersebut. Ditemukan sebagian pengusahamikro justru memanfaatkan dana bantuantersebut untuk tujuan-tujuan konsumtif dantidak berdampak pada peningkatan usahanya.

4. SimpulanKajian ini khusus menganalisis efektivitaspemberdayaan usaha mikro di KabupatenBogor, dengan bantuan P3KUM yang disalur-kan kepada usaha mikro di wilayah KabupatenBogor pada tahun 2007. Analisis berkaitandengan karakteristik usaha mikro yang ada diKabupaten Bogor, peluang usaha mikro untukmendapatkan bantuan dilihat dari perbedaanlama usaha, jenis produk utama yang dihasil-kan, jenis usaha; serta melihat efektivitas ban-tuan yang diberikan terhadap peningkatan

perkembangan usaha.Karakteristik responden sangat bervariasi.

Jika dilihat dari lama usaha, responden telahmenjalankan usahanya antara satu sampaisepuluh tahun. Responden memiliki jenis pro-duk utama yang bervariasi baik makanan, teks-til, produk kayu, dan lain-lain, dan jika dilihatdari jenis usaha paling banyak adalah usahamikro yang bergerak di bidang perdagangan.Sebagian besar responden merupakan usahaperseorangan yang menjual produknya di wila-yah Kabupaten Bogor.

Dalam mendapatkan bantuan, peluangsetiap usaha mikro di wilayah Kabupaten Bogorbervariasi. Jika dilihat dari lamanya usaha,peluang usaha kecil untuk mendapatkan ban-tuan adalah sama, sedangkan jika dilihat dariindikator jenis produk utama yang dihasilkan,dan jenis usaha, peluangnya tidak sama.Peluang usaha mikro yang menghasilkan pro-duk makanan dan bergerak di sektor perda-gangan lebih besar dibanding lainnya.

Program bantuan P3KUM yang diberikanpemerintah pada tahun 2007 efektif dalammenaikkan perkembangan usaha dari usahamikro. Bantuan tersebut secara signifikanmampu menaikkan nilai produksi, nilai tambahdan produktivitas modal, namun secara signi-fikan tidak mampu menaikkan produktivitastenaga kerja.

Keberhasilan program pemberdayaan usa-ha mikro di Kabupaten Bogor tidak dapatdilepaskan dari berbagai pihak, baik stake-holder maupun pengusaha mikro sendiri.Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankanbahwa bantuan untuk pemberdayaan usahamikro seyogyanya dilakukan secara kompre-hensif, dengan memetakan permasalahan yangsebenarnya dihadapi oleh para pengusahamikro. Upaya bantuan penguatan permodalanharus bersama-sama dengan upaya-upaya lainyang sifatnya komplemen seperti penyuluhan,pelatihan, pendampingan, workshop, pendiriansentra-sentra usaha mikro sehingga bantuan-bantuan yang diberikan benar-benar mampumeningkatkan kinerja usaha mikro.

Dalam penyaluran bantuan, seyogyanyadiikuti dengan monitoring yang kontinyu,

Page 16: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081100

untuk mengawal sampai sejauh mana modalyang disalurkan digunakan, kendala-kendalayang dihadapi usaha mikro dan pemanfaatanpinjaman modal tersebut apakah sudah tepatsasaran atau tidak. Demikian pula, monitoringyang kontinyu juga seyogyanya dilakukan olehpemerintah daerah kepada koperasi yang men-dapatkan bantuan, agar bantuan dapat disalur-kan sebagaimana mestinya sesuai denganaturan-aturan yang diberlakukan.

Dalam upaya pemberdayaan usaha mikro,perlu adanya kebijakan-kebijakan yang sifat-nya sinergis antarlembaga pemerintah,. Kebi-jakan perijinan minimarket/supermarket perluditinjau kembali agar tidak menekan keberada-an dan kelangsungan usaha dari pelaku usahamikro.

5. Daftar PustakaDamanhuri, D.S., 1996. Ekonomi politik alter-

natif: agenda reformasi abad 21. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi analisis multi-variate dengan program SPSS: Edisi Ke-dua. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor.2007. Laporan perkembangan dana ber-gulir kabupaten Bogor.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah Republik Indonesia. 2013. Sta-tistik koperasi dan usaha kecil menengah.Jakarta: Kementerian Koperasi danUsaha Kecil.

Kristiningsih, Trimarjono, Adrianto. 2014. Ana-lisis faktor-faktor yang mempengaruhiperkembangan usaha kecil menengah(Studi Kasus pada UKM di WilayahSurabaya), The 7th NCFB and DoctoralColloquium 2014, towards a new Indone-sia business architecture, sub tema:“business and economic transformationtowards AEC 2015”, Fakultas Bisnis danPascasarjana UKWMS hal:141-154.

Kurnia, Dadang; Hermawa, Tedy Maulana.2014. Analisis produktivitas kerja denganmetode OMAX di PT. Tegar MetalindoLestari. Jurnal Ilmiah dan Teknologi,

Volume 10, Nomor 28, Oktober 2014, Hal1-17.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKMNomor 06/Per/M.KUKM/I/2007 tentangPedoman Teknis Perkuatan PermodalanKoperasi dan Usaha Mikro dalam rangkaProgram P3KUM Pola Syariah

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKMNomor 08/Per/M.KUKM/II/2007 tentangpedoman teknis perkuatan permodalankoperasi dan usaha mikro dalam rangkaprogram P3KUM pola konvensional.

Qodri. 2006. Analisis strategi pengembanganusaha kecil dalam pemberdayaan ekonomirakyat (studi kasus usaha kerajinan kaintapis di Bandar Lampung). Tesis ProgramPascasarjana MPKP Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

Rifa`I, Bachtiar. 2013. Efektivitas pemberdaya-an usaha mikro kecil dan menengah(UMKM) krupuk ikan dalam programpengembangan labsite pemberdayaanmasyarakat Kedung Rejo KecamatanJabon Kabupaten Sidoharjo. Jurnal Kebi-jakan dan Manajemen Publik, volume 1,Nomor 1, Januari 2013 Halaman 130-136.

Saragih, Jhon Bernando. 2003. Dampak imple-mentasi program kemitraan usaha terha-dap perkembangan usaha kecil di DKIJakarta studi kasus di perkampunganIndustri Kecil/PIK Pulogadung-KakartaTimur. Tesis MPKP UI, Jakarta.

Sasono, Adi. 2001. Pemberdayaan ekonomikerakyatan. Jakarta: Penerbit Center forInformation and Development Studies(CIDES),

Sugiyono. 2011. Metode penelitian bisnis. Sema-rang: Alfabetha.

Sutopo, Wahyu. 2004. Analisis hubungan anta-ra lembaga keuangan mikro dan kontri-busi usaha kecil menengah dalam pengen-tasan kemiskinan di Indonesia, Tesis.Program Pascasarjana Ilmu ManajemenFakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Syarif, Teuku; d Etty. 2009. Kajian kontribusikredit bantuan perkuatan dalam mendu-kung permodalan UMKM, Jurnal Peng-

Page 17: Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro

Avalaible online at http://journals.ums.ac.id

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 101

kajian Koperasi dan UKM, Volume 4Agustus 2009, hal: 62-87.

Yovani, Nadia. 2001. Analisis kemampuan ber-saing sentra usaha kecil furniture kayu.Tesis MPKP. Universitas Indonesia, Jakar-ta.

Yulinar. 2007. Analisis faktor-faktor pendorongpertumbuhan usaha kecil menengah diProvinsi Lampung, Tesis Program Pasca-sarjana Ilmu Ekonomi Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.