BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan- pelatihan atau pengalaman-pengalaman. (Baharudin dan Wahyuni 2007:11). Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharudin dan Wahyuni (2007:13) menyatakan belajar adalah Belajar (to learn) memiliki arti:1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory, memorize;3) to acquire trough experience;4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapat informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
48
Embed
Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. (Baharudin dan Wahyuni 2007:11).
Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharudin dan Wahyuni (2007:13)
menyatakan belajar adalah Belajar (to learn) memiliki arti:1) to gain knowledge,
comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or
memory, memorize;3) to acquire trough experience;4) to become in forme of to find out.
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapat informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selain itu pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik atau guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas,
kreatifitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan.
Dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat
ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan
pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang
lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran pemilihan dan penggunaan
media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai
hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru
mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar.
Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman
belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif
dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa
berada pada tingkat yang optimal.
Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang
berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting keberhasilan
pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang mampu
membangkitkan kemauan siswa untuk terus belajar.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, manusia saat ini
banyak dituntut untuk selalu ikut serta dalam perjalanan waktu yang semakin mutakhir.
Begitu juga dalam hal pendidikan, pembelajaran harus sudah mengadopsi kerangka
keilmuan modern dalam rangka mengejar kesetaraan dengan manusia di belahan dunia
lainnya. Guru yang biasanya dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan sudah
seharusnya dirubah, yaitu dengan banyak menggunakan berbagai sumber yang dapat
menambah pengetahuan siswa.
Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan
menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang
diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang
dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada
guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan
matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan
bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru.
Permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah
mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi
dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka.
Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep
matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan
oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa
tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di
masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari
masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang
cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan
cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta
didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam
memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Menurut teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika
siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya
dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan
linkungan sekitarnya.
Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual
kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di
laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik
(guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul
berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi,
kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang
dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna
antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep
diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh,
kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana
kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan
untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau
kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS
atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir belum
menerapkan metode Contextual Teaching and Learning. Cara mereka memperoleh
informasi dan motivasi belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu
mereka.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah
Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalahnya sebagai
berikut :
1. Masih ada peserta didik yang kurang mengerti dengan apa yang mereka pelajari.
2. Masih kurangnya penerapan tentang metode yang tepat dalam penyampaian
pelajaran yang diajarkan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalahya adalah :
Bagaimanakah Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning
di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Penerapan
Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar Negeri Di
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan memberi manfaat bagi pengembangan ilmu administrasi publik,
khususnya manajemen sumber daya manusia.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian
sendiri dan penelitian selanjutnya guna mengetahui Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Efektifitas Pembelajaran
Untuk menciptakan efektivitas pembelajaran yang baik guru harus memiliki
kreatifitas, hal ini dapat menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan.
Kreatifitas sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru dan untuk mencapai tujuan yang lebih baik, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, yang relatif berbeda dengan apa yangsudah ada sebelumnya.
Starawaji (2009) mengatakan efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu
effective yang berarti berhasil, tepat atau mujur. Efektivitas menunjukkan taraf
tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai
tujuannya.
Slameto (2010:92) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif. Pembelajaran akan efektif
jika waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru melakukan ceramah dan waktu yang
besar adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa.
Belajar yang efektif siswa berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa
bila seseorang mampu menciptakan masalah dan menemukan kesimpulan lebih lanjut
Slameto, mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi
beberapa syarat. Syarat-syarattersebut antara lain: (1) belajar secara aktif, baik secara
mental maupun fisik. (2) adanya variasi metode dalam pembelajaran, (3) adanya
motivasi, (4) kurikulum yang baik dan seimbang, (5) adanya pertimbangan perbedaan
individu (6) adanya perencanaan sebelum pembelajaran (7) adanya suasana yang
demoratis, (8) penyajian bahan pelajaran yang merangsang siswa untuk berfikir, (9)
interaksi semua pelajaran, (10) kaitan antara kehidupan nyata kehidupan sekolah,
(11) kebebasan siswa dalam interaksi pembelajaran, (12) pengajaran remedial.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Fauzi (2009) mengemukakan bahwa :
Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam
pengorganisasian dan penentu informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif
menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya
meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan
berfikir siswa.
Keefektifan pembelajaran yang dimaksud di sini adalah sejauh mana
pembelajaran IPA berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang
dapat dilihat dari ketuntasan belajar.
Menurut Suryosubroto dalam Fauzi (2009) dalam agar pelaksanaan
pengajaran IPA efektif yang perlu diperhatikan adalah:
1. Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari
aspek: tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, alat pengajaran yang digunakan ,
dan strategi evaluasi.
2. Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi :
a) Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar,
b) Mengkondisikan kegitan belajar mengajar,
c) Menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar
secara efektif,
d) Motivasi belajar siswa
e) Menguasai bahan pelajaran yang akan di sampaikan
f) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
g) Melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa
h) Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Dapat disimpulkan bahwa efektifitas guru mengajar nyata dengan
menyajikan kreatifitas guru yang sesuai materi pembelajaran dapat dilihat dari
keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu. Efektifitas
pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan
evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya
masingmasing. Tinjauan utama efektifitas pembelajaran adalah kompetensi siswa.
Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada
sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (2004) mengungkapkan sistem kontekstual adalah suatu
proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam
bahan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks
kehidupannya sehari-hari.
Sementara The Washington State Consortium for Contextual Teaching and
Learning (Nurhadi, 2004:12), merumuskan pengajaran kontekstual adalah pengajaran
yang memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar di sekolah dan
diluar sekolah untuk memecahkan persoalan yang ada dalam dunia nyata. Nurhadi
(2004: 13) menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada
saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual
adalah suatu pembelajaran yang selalu berupaya untuk mengaitkan materi pelajaran
dengan dunia nyata siswa sehingga nantinya diharapkan siswa akan dapat lebih
mudah memahami materi pelajaran tersebut dan dapat memahami masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan sekaligus mampu memecahkan masalah
tersebut dengan menerapkan materi yang telah diperolehnya di sekolah.