Efektifitas Lima Isolat Cendawan Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) OLEH: S U A R D I G411 07 036 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
70
Embed
Efektifitas Lima Isolat Cendawan Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 2. · ii Efektifitas Lima Isolat Cendawan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Efektifitas Lima Isolat Cendawan Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) Pada
Tanaman Kakao (Theobroma cacao)
OLEH: S U A R D I G411 07 036
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
ii
Efektifitas Lima Isolat Cendawan Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) Pada
Tanaman Kakao (Theobroma cacao)
Oleh:
S U A R D I G411 07 036
Laporan Praktik Lapang Dalam Mata Ajaran Minat Utama Ilmu Penyakit Tumbuhan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian :
Nama Mahasiswa : Suardi
Nomor Pokok : G411 07 036
Menyetujui,
Dr. Ir. Nur Amin. Dipl. Ing. Agr Prof. Dr. Ir. Baharuddin. Dipl. Igr. Agr Pembimbing I Pembimbing II
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Dr. Ir. Nur Amin. Dipl. Ing. Agr Ketua Jurusan
Tangga Pengesahan: Agustus 2013
Efektifitas Lima Isolat Cendawan Endofit Dalam
Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora
palmivora Butler) Pada Tanaman Kakao (Theobroma
cacao)
iv
PANITIA UJIAN SARJANA
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
(TIM PENGUJI)
Dr. Ir. Nur Amin. Dipl. Ing. Agr Prof. Dr. Ir. Baharuddin. Dipl. Igr. Agr Ketua Sekertaris
Dr. Ir. Andi Nasruddin, M. Sc Anggota
Dr. Ir. Thamrin Abdulah, M. Sc Dr. Ir. Daniel Rahim, M. Si Anggota Anggota
Tanggal Pengesahan : Agustus 2013
v
ABSTRAK
SUARDI (G411 07 036). Efektifitas Lima Isolat Cendawan Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao). Di bawah bimbingan NURAMIN dan BAHARUDDIN)
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati daya hambat cendawan endofit dalam menekan serangan penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butler) pada pertanaman kakao. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2013 di Kampong Baru, Kelurahan Kampong Baru, Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap. Persiapan yang dilakukan yaitu perbanyakan ke-5 cendawan endofit yang diambil dari koleksi Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, kemudian cendawan endofit tersebut diencerkan untuk diaplikasi pada buah. Pengamatan yang dilakukan sebanyak 4 kali dengan 6 perlakuan, yaitu kontrol (P. Palmivora), P1 (Fusarium sp + P. Palmivora), P2 (Trichoderma sp + P. Palmivora), P3 (Isolat X + P. Palmivora), P4 (Aspergillus sp + P. Palmivora), dan P5 (Beauveria sp + P. Palmivora). Perlakuan dilakukan dengan melubangi buah kakao menggunakan kordbower untuk kemudian diinfeksikan P. Palmivora setelah dua minggu diaplikasikan Cendawan Endofit, kemudian setiap 2 harinya dilakukan pengamatan perkembangan luas gejala. Hasil pengamatan menunjukan bahwa beberapa cendawan endofit efektif dalam menekan perkembangan luas gejala penyakit P. Palmivora. Cendawan endofit yang efektif diataranya Fusarium sp, Trichoderma sp, dan Isolat X. Pada Aspergillus sp dan Beauveria sp. hanya menunjukan penghambatan pada pengamatan awal, sedangkan pada pengamatan lebih lanjut memperparah luas gejala serangan P. Palmivora. Kata Kunci : Cendawan endofit, P.Palmivora, Fusarium sp, Trichoderma sp, Isolat X, Aspergillus sp, Beauveria sp.
vi
ABSTRAC
SUARDI (G411 07 036). Effication Assay of Five Fungal Endophytes Isolates in Supressing the Growth of Phytophthora palmivora Butler in Cocoa (Theobroma Cacao Linn.) Cultivation. Supervised by NURAMIN and BAHARUDDIN.
The purpose of this study were to observed the efficacy of five fungal endhophytes on inhibiting growth of the Phytophthora palmivora Butler in cacao cultivating. This research was held on February untill March 2013 at Kampong Baru, Kulo Sub-District, District of Sidrap. Five isolates of fungal endophytes were brought from Pest and Plant Disease Department, Faculty of Agriculture, Hasanuddin University fungus collection specimen. Each fungal endhophytes was mixed into liquid to applied on cacao fruits. Observation has done 4 times with 6 treatments. The treatments consist of control (P. Palmivora), P1 (Fusarium sp + P. Palmivora), P2 (Trichoderma sp + P. Palmivora), P3 (Isolat X + P. Palmivora), P4 (Aspergillus sp + P. Palmivora), and P5 (Beauveria sp + P. Palmivora). To applied the treatments, make the hole on the fruit used kardbower then P.Palmivora were infected two weeks after fungal endhophytes applied. Then each 2 days observed the wide growth of the symptoms. The result showed that some fungal endhophytes were effectively suppress wide growth symptom of P. Palmivora. Fusarium sp, Trichoderma sp, dan Isolat X are effective in suppressing the wide growth symptom. Meanwhile, Aspergillus sp and Beauveria sp only suppressing at the early observation, and the wide growth symptoms of P.Palmivora more worst at the further observation.
LAMPIRAN GAMBAR ............................................................................. 53
xi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Macam-Macam Cendawan Endofit Pada Tanaman Inang ......................... 5
2. Analisis Statistik dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) terhadap Pengaruh Penggunaan Cendawan Endofit terhadap Perkembangan Gejalah Penyakit P. palmivora Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) .......................................................................... 26
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan Pengaruh Penggunaan Cendawan Endofit terhadap Perkembangan Gejalah Penyakit P. palmivora Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) ............................................................................................ 37
3. Rata-rata Pengamatan Hasil Transformasi (√X+1) Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) 3.1.Pengamatan 1 ..................................................................................... 41 3.2.Pengamatan 2 ..................................................................................... 41 3.3.Pengamatan 3 ..................................................................................... 41 3.4.Pengamatan 4 ..................................................................................... 42 3.5.Pengamatan 5 ..................................................................................... 42 3.6.Pengamatan 6 ..................................................................................... 42
4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan Perkembangan Cendawa Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao). ................................... 43
xii
5. Analisis Statistik, Uji Beda Nyata Terkecil (BNJ) Pengamatan Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao). .................................................... 45
6. Analisis Regresi Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) ............................................ 46
xiii
LAMPIRAN GAMBAR
No Teks Halaman
1. Cara Menghitung Diameter Gejala P.palmivora ..................................... 23
2. Pengaruh penggunaan Cendawan Endofit terhadap perkembangan penyakit P. palmivora pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) ........... 25
3. Foto Perlakuan pada Kontrol .................................................................. 53
4. Foto Perlakuan pada Fusarium sp ........................................................... 53
5. Foto Perlakuan pada Trichoderma sp ..................................................... 54
6. Foto Perlakuan pada Isolat X .................................................................. 55
7. Foto Perlakuan pada Aspergillus sp ........................................................ 55
8. Foto Perlakuan pada Beauveria sp .......................................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis
makanan yang salah satunya adalah cokelat. Sejak 1000 SM bangsa-bangsa yang
mendiami daerah Meso-Amerika, Amerika Tengah sampai bagian utara Amerika
Selatan sudah mengkonsumsi cokelat. Resep minuman coklat dan cara
pengolahan biji kakao pertama kali di temukan oleh suku maya. Coklat di olah
dalam berbagai macam olahan, mulai dari pengolahan dalam bentuk minuman hot
and cold chocolate yang saat ini kita temui di restoran-restoran. Hanya saja dalam
pengolahannya mereka menambahkan rempah-rempah seperti kayu manis,
vanilla, annatto, bubuk cabai, dan lain sebagainya.
Pada akhir abad 15, bangsa-bangsa Eropa terlena pada euforia penjelahan
dunia, saat itu juga cokelat mengalami babak baru yang dimulai ketika
ditemukannya Amerika Selatan oleh Christopher Colombus.Dia juga diyakini
sebagai orang pertama minum “air pahit” pada 1502 di Nicaragua.Tetapi yang
mempopulerkan cokelat ke dunia adalah Hernan Cortez yang memimpin ekspedisi
ke Amerika selatang di tahun 1519. Tujuh tahun kemudian dia kembali ke
Spanyol dengan membawa biji kakao sebagai bahan baku dan tentu resep
pembuatan minuman ini. Minuman ini mulai populer di Eropa, setelah mengalami
sedikit modifikasi. Lada, kayu manis, cabai, tepung jagung, dan rempah-rempah
2
lainnya dicoret, kecuali vanila yang masih diperta-hankan. Sebagai gantinya, susu
dan gula masuk ke dalam resep. Sejak itu cokelat menjadi primadona di benua
ini.Negara-negara seperti, Prancis, Belgia, Italia, Spanyol, atau Swiss mulai meng-
eksplorasi biji kakao.Permintaan kakao di Eropa mulai tinggi, dan ini dilirik
sebagai bisnis baru.Mereka mulai menanam kakao di koloni-koloni
mereka.Spanyol membawa kakao ke Filipina, Prancis ke Pantai Gading, Belanda
ke Indonesia, dan Inggris ke Malaysia.
Kakao menjadi salah satu komoditi ekspor yang mempunyai keunggulan
komparatif yang merupakan modal utama yang harus ada pada suatu produk untuk
memiliki kekuatan kompetitif. Sebagai komoditas terpenting ketiga setelah karet
dan kelapa sawit, kakao merupakan salah satu sumber utama pendapatan petani di
33 provinsi dengan keterlibatan petani sejumlah 1.475.353 KK (Ditjen
Perkebunan, 2010). Dengan semakin besarnya masyarakat Indonesia yang bekerja
di kakao disadari atau tidak kakao telah menjadi kekuatan ekonomi masyarakat
dan Negara Indonesia. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong
pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri yang diharapkan mampu
berperan sebagai salah satu komoditi yang akan menciptakan tricle down effect
dalam perekonomian nasional dan daerah.
Upaya pengembangan kakao dihadapkan berbagai kendala antara lain (1)
produktivitas tanaman dibawah potensi normal karena banyaknya tanaman tua dan
banyak tanaman tidak dirawat dengan baik; (2) adanya berbagai serangan hama
atau penyakit yang sulit dikendalikan oleh petani secara individual; (3) mutu biji
rendah; (4) industri hilir dalam negeri belum berkembang sehingga masih dalam
3
bentuk produk primer; (5) sulitnya petani mendapatkan pendanaan khusus untuk
pengembangan kakao. Selain itu terdapat infestasi serangga, biji berjamur, dan
bercampur dengan kotoran atau benda-benda asing lainnya. Dampaknya di negara
tujuan ekspor terutama di Amerika Serikat kakao Indonesia diberlakukan
automatic detention atau potongan harga sehingga harganya lebih rendah daripada
kakao dari negara lain. Beberapa faktor yang menyebabkan beragamnya mutu
kakao yang dihasilkan selain karena penanganan dari tingkat on- farm, juga
karena penanganan pascapanen serta pengawasan mutu yang belum optimal.
Menurunnya produksi dan produktivitas kakao salah satunya disebapkan
oleh serangan penyakit pada pertanaman kakao. Beberapa patogen cendawan
menyerang tanaman kakao dan menyebapkan kehilangan hasil yang besar
dibanyak wilayah produksi. Penyakit utama yang menyerang diantaranya yaitu
Busuk buah (Pyytopthora sp.) (Wood dan Lass, 2001 dalam Bailey et al., 2008).,
penurunan produksi akibat serangan penyakit ini berpariasi pada setiap Negara
dengan kisaran 20-80 %. Kerugian akibat serangan P. palmivora pada tanaman
kakao di Indonesia berkisar 32,60 % – 52,99 %, dengan tingkat serangan berbeda
disetiap daerah. Hasil survei di Sulawesi Tengah menunjukkan serangannya
berkisar 15-90 % (Umrah, 2009). Penyakit busuk buah dijumpai di semua
perkebunan kakao di seluruh dunia, dan menyebabkan kerugian produksi dunia
sampai 30 % (Lambert, 2001).
Melihat kerusakan tanaman kakao dan serangan penyakit yang tinggi,
petani terpaksa mengusahakan pengadaan pestisida kimia. Namun karena
keterbatasan petani dalam permodalan, pengetahuan dan ketrampilan tentang
4
aplikasi pestisida kimia, serta terbatasnya jumlah bantuan pestisida kimia dari
pemerintah, maka praktek aplikasi pestisida oleh petani menjadi tdak tepat
termasuk tepat jenis, konsentrasi, dan dosis. Petani terpaksa melakukan
penyemprotan pestisida dengan dosis yang kurang dari dosis anjuran. Secara
ilmiah dapat dibuktikan bahwa penyemprotan pestisida yang tidak tepat dosis dan
konsentrasi dapat mendorong terjadinya resistensi dan resurjenisi hama yang
berakibat meningkatnya populasi hama lebih cepat dibandingkan sebelum
dilakukan penyemprotan. Banyak jenis formulasi fungisida yang pada saat ini
diijinkan pemerintah untuk dipasarkan dan digunakan pada tanaman kakao telah
dilaporkan terbukti mendorong semakin tingginya serangan penyakit.Karena
penggunaan fungisida yang tidak tepat membuat cendawan endofit ikut terkena
sehingga antagonis juga ikut mati (Anonim, 2011).
Tingginya potensi kerugian yang disebapkan oleh penyakit Busuk buah
(Phytophthora palmivora Butler) memerlukan sebuah metode pengandalian yang
efektif dan efisien dengan system berkelanjutan, pengandalian hayati menjadi
salah satu solusi untuk pengendalian secara berkelanjutan. Penggunaan jamur
antagonis sebagai agen hayati harus dalam bentuk formulasi yang tepat dengan
bahan yang mudah tersedia (Lewis dan Papavizas, 1991). Mekanisme
pengendalian Cendawan endofityang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer
dengan cepat dan melindungi akar dan buah dari serangan jamur patogen,
mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman,
menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati.
5
Identifikasi cendawan endofit sedang dilakukan dan ada beberapa isolat
ditemukan pada biji kakao. Cendawan endofit di Panama dan di Brazil digunakan
untuk mengendalikan penyakit busuk buah yang disebabkan Phytophthora sp. dan
Moniliophthora serta penyakit sapu setan yang disebabkan oleh cendawan
Crinepellis perniciosa (Ade Rosmana, 2005). Selain itu Macam-macam
cendawan endofit yang telah dilaporkan oleh beberapa peneliti dengan berbagai
tanaman inang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Cendawan yang telah diketahui sebagai cendawan Endofit
Genus Tanaman Inang Author
Fusarium Kelapa sawit, jagung,
pisang, tomat
Nur Amin, 1994;2011a;2011b; Schuster et
al., 1994; Hallman., 1994
Trichoderma Kelapa sawit, jagung Nur Amin, 2011a;2011b
Beauveria Kelapa Sawit Nur Amin, 2011a
Aspergillus Kelapa sawit, Jagung Nur Amin, 2011a;2011b
Hubungan antara cendawa endofit dan tanaman inangnya merupakan hubungan
symbion dimana kedua belah pihak untuk kehidupannya saling menguntungkan.
Cendawan endofit memperoleh substrat nitrogen dan karbohidrat dari tanaman inang,
dimana substrat ini dibuang keluar oleh tanaman sebagai bagian dari sistem pembuangan
bagi tanaman dari zat-zat beracun. Substrat ini kemudian ditangkap oleh cendawan
endofit untuk dipergunakan dalam kehidupannya (Nur Amin; Asman dan Thamrin
Abdullah, 2010).
Berdasarkan potensi yang dimiliki Cendawan endofit maka pemanfaatan jamur
tersebut sebagai agen hayati untuk mengendalikan jamur pathogen Phytophthora
6
infestans pada tanaman kakao yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sangatlah
penting di dalam menunjang program PHT. Oleh karena itu perlu dikaji beberapa
Mikroorganisme yang bersifat antagonis yang mampu menekan serangan Busuk Buah
(Phytopthora palmivora Butler) dengan melakukan pengujian efektifitas sebagai
cendawan endofit pertanaman kakao.
HIPOTESIS
Akan ada satu atau lebih jenis mikroorganisme antagonis yang mampu menekan
serangan penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora Butler) pada pertanaman kakao.
TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan percobaan ini untuk mengamati daya hambat mikroorganisme Antagonis
dalam menekan serangan penyakit Busuk buah (Phytophthora palmivora Butler) pada
pertanaman kakao.
Kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai bahan informasi mengenai
Mikroorganisme apa yang dapat berperan dalam menekan serangan penyakit Busuk buah
(Phytophthora palmivora Butler) pada pertanaman kakao.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Busuk buah (Phytophthora palmivora Butler)
Penyakit busuk buah pada tanaman kakao disebabkan oleh Phytophthora
palmivora menurut anonim (2011), cendawan ini tergolong dalam :
Klasifikasi phytophthora palmivora
Kingdom : Stramenophiles
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophtora palmivora Butler
Morfologi
Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas
berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini
tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-
nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan
tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang
masuk ke dalam jaringan inang (Gregor, 1984). Pada perkecambahan secara tidak
langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium. Cendawan P.
palmivora merupakan cendawan yang mempunyai miselium yang menghasilkan
oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual
8
(oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi (Agrios,
1996). Zoosporangium dihasilkan sepanjang hifa somatik atau pada ujung hifa
dan seperangkat hifa bebas. Sporangium berukuran 36 - 80 x 26 - 40 (av 57 x 34)
Endofit yang di gunakan hanya dua yang paling efektif dalam menekan
perkembangan gejala P. palmivora.
Cendawan yang efektif menekan perkembangan gejala penyakit
P.palmivora yaitu Fusarium sp dan Trichoderma sp. Dengan nilai Analisis regresi
0.1308x dan 0.1453x. Sedangkan Aspergillus sp, Beuveria sp, dan Isolat X Tidak
menunjukkan keefektifan dalam menekan perkembangan gejala P.palmivora
dengan nilai analisis regresi 1.489x, 1.5699x, dan 0.99x. di anatara ke tiga Isolat
tersebut ada dua Isolat yang justru memicu perkembangan P. palmivora yaitu
Isolat Cendawan Aspergillus sp dan Beuveria sp.
Saran
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut dilaboratorium, untuk melihat
secara in-vitro kemampuan infeksi cendawan endofit yang digunakan terhadap
P.palmivora.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, H. K. 2005. Aflatoxin and Food Safety. London: CRC Press, Taylor & Francis Group.
Abraham. K.J., Pierce, M.L and Essenberg, M. 1999. The phytoalexins
desoxyhemi-gossypol and hemigossypol are elicited by xanthomonas in Gossypium cotyledons. Phytochemistry, 52: 829-836.
Amin, Nur., Asman,. dan Abdullah Thamrin, 2011. Isolasi dan Identifikasi
Cendawan Endofit dari Klon Tanaman Kakao Tahan VSD M.05 dan Klon Rentan VSD M.01. 1 Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245, Indonesia.
Anonim 2011a. Produksi Kakao RI : Tempati Peringkat 2 Di Dunia. http://
haikalfaperta.blogspot.com/2011/05/dampak-penggunaan-pestisida-terhadap.html, diakses pada tanggal 2 Desember 2013.
ri--tem pati-peringkat-2-di-dunia.html. diakses pada tanggal 2 Desember 2013.
Anonim, 2011c. Produksi Kakao RI: Tempati Peringkat 2 di Dunia.
http://haikalfaperta .blogspot.com/201/05/dampak-penggu naan-pestisida-terhadap.html, diakses pada tanggal 2 Desember 2013.
Anonim, 2011c.Biologi Penyakit Phytophthora palmivora busuk buah kakao dan
teknik pengendalian. http://buljugakeren.blogs pot.com/2011/09/biologi -penyakit-phytophthora-palmivora.html.diakses pada tanggal 2 Desember 2013.
Anonim, 2012d. Sejarah Perkembangan Coklat. http://endahwiwi.wordpress.
com/choco late-history/sejarah-perkembangan-cokl at/. diakses pada tanggal 2 Desember 2013.
Anonim, 2012f. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah
dan Penyegar. Diroktorat Jendral Perkebunan, Kementrian Pertanian, Jakarta.
Bourgaud, F., Gravot, A., Milesi, S and Gontier, E. 2001. Production of plant
secondary metabolites: a historical perspective. Plant Sci., 161:839-851.
34
Carvalho, A. L. U., Oliveira, F. H. P. C., Mariano, R. L. R., Gouveia, E. R., Souto-Maior, A. M. 2010. Growth, sporulation, and production of bioactive compounds by Bacillus subtilis R14. Brazilian Archives of Biology and Technology 53(3): 643-652.
Fakuda, Y and Shinshi, H. 1994. Characteriation of a novel cis-acting element that
is responsive to fungal elicitor in the promoter of a tobacco class I chitinases gene. Plant mol. Boil. 24: 485-493
Farid, 2007. Aspergillosis. http://www.majalah-farmacia.com. di akses tanggal
22 Mei 2013. Haris, a. talanca, 2007. Penyakit Busuk Batang Jagung (Fusarium sp.) dan
Pengendaliannya. Jurnal penelitian : Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel.
Ismail, Nurmasita., dan Tenrirawe, Andi, 2010. Potensi Agens Hayati
Trichoderma spp. Sebagai Agens Pengendali Hayati. Jurnal Penelitian: Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.
Kavroulakis, N.s., zervakis, G.I., Ehaliotis, C., haralampidis, K and
papadopoulou, K.K. 2007. Role of ethylene in the protection of tomato plants against soil- born fungal pathogens conferred by an endophytic fusarium solani strain. J. Exp. Bot. 58:3853-3864.
Kučera, M. and A. Samšiňáková. 1968. Toxins of the entomophagous fungus
Beauveria bassiana. J. Invertebrate Pathology 12: 316-320.
Lambert, 2008. Mycorrhizal fungi and other root endophytes as biocontrol agents against root pathogens. Mycorrhiza, 3 edition, pp. 281-306
Li, Y.C and tao, W.Y. 2009 paclitaxel- producing fungal endophyte stimulates the
accumulation of toxoids in suspension cultures of taxus cuspidate . Sci. horticult.,121:97-102.
Rusnah Djafar, Sitti, 2000. Isolasi dan Skrening Cendawan Terhadap Resistensi
dan Pertumbuhan Tanaman dalam menekan Perkembangan Nematoda Paru Akar (Meloidogyne spp) pada Tanaman Sangon.Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar.
Rusnah djafar, sitti, 2000. Isolasi dan skrening cendawan terhadap resistensi dan
pertumbuhan tanaman dalam menekan perkembangan nematode paru akar ( meloidogyne spp) pada tanaman sangon. Jurusan ilmu hama dan penyakit, fakultas pertanian, universitas hasanuddin Makassar.
35
Sahriani, 1999. Pengunaan Cendawan Trichoderma sp. (P11) dan Fusarium sp. (P12) Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum MIII). Makassar: Jurusan hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Semangun, H. 1996. ilmu penyakit tumbuhan. Gadjah mada university pres.
Tripathi, S., Kamal, S., Sheramati, I., Oelmuller, R and Varma, A. 2008.
Mycorrhizal fungi and other root endophytes as biocontrol agents against root pathogens. Mycorrhiza, 3 edition, pp. 281-306
Umayah, A. (2004). Analisis keragaman genetic Phytopthora palmivora penyebab
busuk buah kakao di Indonesia. Disertasi. Bogor, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Umayah, A. (2004). Analisis keragaman genetik Phytophthora palmivora
penyebab busuk buah kakao di Indonesia.Disertasi . Bogor, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Vallad, G.E and Goodman, R.M. 2004. Systemic acquired resistance and induced
systemic resistance in conventional agriculture. Crop Sci. 44: 1920-1934. Yong, Y.H., Dai, C.C., Gao, F.K., Yang, Q.Y and Zhao, M. 2009. Effects of
endophytic fungi on growth and two kinds of terpenoids for Euphorbia pekinensis. Chin. Triad. Herbal Drugs, 40: 18-22.
1
LAMPIRAN TABEL
1. Data Pengamatan Pengaruh Penggunaan Cendawan Endofit terhadap Perkembangan Gejalah Penyakit P. palmivora pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao)
PERLAKUAN Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Pengamatan V Pengamatan VI A B A+B/2 A B A+B/2 A B A+B/2 A B A+B/2 A B A+B/2 A B A+B/2
2. Rata-rata diameter Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).
2.1. Rata-rata Pengamatan 1
Ulangan PERLAKUAN
Kontrol Trichoderma Aspergillus Beauveria Fusarium Isolat X
3 Rata-rata Pengamatan Hasil Transformasi (√X+1) Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).
3.1. Pengamatan 1
Ulangan PERLAKUAN
Kontrol Trichoderma Aspergillus Beauveria Fusarium Isolat X 1 1.94 1.66 1.32 1.32 1.50 1.50
Kontrol Trichoderma Aspergillus Beauveria Fusarium Isolat X
1 2.50 2.18 7.89 2.83 2.12 1.73
2 4.21 2.00 6.24 8.09 2.06 4.97
3 8.57 1.50 2.06 3.84 1.80 2.40
Total 15.3 5.7 16.2 14.8 6.0 9.1
Rata-rata 5.1 1.9 5.4 4.9 2.0 3.0
3.5. Pengamatan 5
Ulangan PERLAKUAN
Kontrol Trichoderma Aspergillus Beauveria Fusarium Isolat X
1 2.69 2.35 8.20 4.85 2.12 1.80
2 5.94 2.00 7.81 9.23 2.06 8.72
3 9.23 1.58 2.45 7.48 1.80 2.60
Total 17.9 5.9 18.5 21.6 6.0 13.1
Rata-rata 6.0 2.0 6.2 7.2 2.0 4.4
3.6. Pengamatan 6
Ulangan PERLAKUAN
Kontrol Trichoderma Aspergillus Beauveria Fusarium Isolat X
1 2.78 2.40 8.67 9.43 2.12 1.80
2 8.50 2.00 8.54 9.35 2.40 9.21
3 9.23 1.80 8.15 8.05 1.94 8.69
Total 20.5 6.2 25.4 26.8 6.5 19.7
Rata-rata 6.8 2.1 8.5 8.9 2.2 6.6
5
4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).
5. Analisis Statistik, Uji Beda Nyata Terkecil (BNJ) Pengamatan Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).
Perlakuan PENGAMATAN
1 2 3 4 5 6
Kontrol 1.79 a 1.96tn 2.46tn 5.10tn 5.95tn 6.84ab Trichoderma 1.29 b 1.62tn 1.75tn 1.89tn 1.98tn 2.07b Aspergillus 1.29 b 1.58tn 2.87tn 5.40tn 6.15tn 8.46ab Beauveria 1.46 ab 1.80tn 3.57tn 4.92tn 7.19tn 8.94a Fusarium 1.47 ab 1.63tn 1.93tn 2.00tn 2.00tn 2.15b Isolat X 1.39 ab 1.82tn 1.93tn 3.03tn 4.37tn 6.57ab
8
6. Analisis Regresi Perkembangan Cendawa Endofit dalam Menekan Pertumbuhan Cendawan (Phytophthora palmivora Butler) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).
Perlakuan Regresi (mm/2 hari) R2 Kontrol y = 1.1388x + 0.0308 R2 = 0.9267 Trichoderma y = 0.1453x + 1.257 R2 = 0.9337 Aspergillus y = 1.489x - 0.9209 R2 = 0.9588 Beuveria y = 1.5699 - 0.8482 R2 = 0.8482 Fusarium y = 0.1308x + 1.4042 R2 = 0.8982 Isolat X y = 0.99x - 0.2795 R2 = 0.8784