Top Banner
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM KATALASE JANTUNG TIKUS Sprague dawley Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Afdalia Rani Nasution NIM: 11151030000072 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M
79

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

Nov 30, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG

WALET (Collocalia fuciphaga) TERHADAP

AKTIVITAS ENZIM KATALASE JANTUNG TIKUS

Sprague dawley

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Afdalia Rani Nasution

NIM: 11151030000072

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

Lf,MBAR PERNYATAAN Kf,ASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuati dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1l

Page 3: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET (Collocaliafuciphaga) TERHADAP AKTI\ITAS ENZIM KATALASE JANTUNG

TIKUS Sprague dawley

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran untukMemenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oieh

Afdalia Rani NasutionNIM:11151030000072

Rr. Ayu Fitri i, S.Si., M.Biomed

NtP . 1 g 7 20 4 o 620 OZ t ZZ]LOO S

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH\

JAKARTA

1440Ht20t8iM

111

Dr- Endah

NrP. 1971 1009200s0i2005

Page 4: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian be4'udul EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANGBURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) TENHADAP AKTMTAS ENZIMKATALASE JANTUNG TIKUS .9pragz e dawley yang diajukan oleh AfdaliaRani Nasution (NIM: 11151030000072), telah diujikan dalam sidang di Fakultas

Kedokteran pada 02 November 2018. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Saq'ana Kedokteran (S.Ked) pada Program

Studi Kedokteran.

Ciputat, 02 November 2018

DEWAN PENGUJI

NIP. 1 971 10092005012005

Dr- Endah

NIP. 19711 92005012005

Penguji Il)

<Alt"U

Dr. Zeti Harriyati, S.Si, M.BiomedNIP.-

FK UIN

., Sp.PD-KEMD

andari, S.Si., .Biomed Rr. Ayu FitriNIP. 1

dr.

NrP. 197 21 1032006041 00 1

PIMPINAN FAKULTAS

Penguji II

, Ph. D,

Kaprodi Kedokteran FK UIN

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NiP. 19780507200s01 1 00s121003

1V

Dr. Endah S.Si, M.Biomed

M.Biomed

Page 5: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penelitian yang berjudul “EFEK PEMBERIAN EKSTRAK

SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga thunberg) TERHADAP

KADAR ENZIM KATALASE JANTUNG PADA TIKUS Sprague dawley”

ini dapat terselesaikan oleh penulis.

Dalam proses penelitian ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,

motivasi, dan inspirasi dari beberapa pihak. Maka, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki,M.Epid., Sp.OT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter Preklinik, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed dan Rr. Ayu Fitri Hapsari, S.Si,

M.Biomed sebagai pembimbing penulis pada penelitian ini.

4. dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D selaku pembimbing akademik penulis,

yang selalu memberi semangat agar penulis menyelesaikan penelitian ini.

5. Kedua orang tua penulis tercinta, H. Rajali Nasution, SE., MM dan Hj.

Betriani Siregar, A.Md.Keb, karena memberi semangat dan motivasi pada

penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. Laboran laboratorium FK UIN, yaitu Mbak Ayi, Mbak Din, Mbak Suryani,

Mas Panji, Mas Rahmadi, dan Pak Mardi yang telah banyak membantu

penulis dalam proses penelitian.

7. Teman-teman kelompok riset yaitu Shiella Fauzia, Ikrima Wulanuri, Latifa

Syifa, dan Kharisna Afrida.

Page 6: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

vi

8. Sahabat-sahabat saya yaitu Naura Andini Fadhila, Adita Hadining Putri,

Hasna Aqilah, dan Megawati yang selalu memberi semangat kepada penulis.

9. Untuk Muhammad Huda Ardo (mahasiswa Farmasi angkatan 2011), selaku

pemilik tikus yang mengizinkan saya menggunakan tikus penelitiannya

10. Teman sejawat Amigdala FK UIN 2015 yang memberi dukungan dan

motivasi pada penelitian ini.

11. Teman-teman Official CIMSA UIN 2017/2018 yang memberi dukungan

kepada penulis.

12. Member SCOPE CIMSA FK UIN angkatan 2015, 2016, dan 2017 yang telah

memberi motivasi dalam penulisan penelitian ini.

13. Dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

banyak atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

Demikian kata pengantar dari penulis, dan tidak menutup kemungkinan bahwa

penelitian ini masih belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun penulis

harapkan dari pembaca.

Wassalamualaikum, wr, wb

Jakarta, 02 November 2018

Afdalia Rani Nasution

Page 7: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

vii

ABSTRAK

Afdalia Rani Nasution. Program Studi Kedokteran. Efek Pemberian Ekstrak

Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga) Terhadap Aktivitas Enzim

Katalase Jantung Tikus Sprague dawley. 2018.

Latar Belakang : Burung walet merupakan hewan yang membuat sarang

menggunakan air liurnya. Sarang burung wallet memiliki nutrisi berupa asam

amino dan vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan. Enzim katalase

merupakan antioksidan endogen yang dapat menetralisir radikal bebas. Semakin

tinggi kadar antioksidan maka aktivitas enzim katalase akan meningkat.

Metode : Tikus diberi ekstrak sarang burung walet dengan dosis berbeda

(10,20,40 mg/kgBB p.o) selama 30 hari, diikuti induksi H2O2 1% dosis 1

mg/kgBB pada hari ke 31 dan 32. Tiap organ jantung diukur aktivitas enzim

katalase menggunakan spektrofotometer.

Hasil : Aktivitas enzim katalase meningkat dengan pemberian ekstrak sarang

burung wallet dosis rendah.

Kesimpulan : Pemberian ekstrak sarang burung wallet dosis 10 mg/kgBB dapat

meningkatkan aktivitas enzim katalase jantung.

Kata kunci : Ekstrak sarang burung walet, enzim katalase, jantung, antioksidan.

ABSTRACT

Afdalia Rani Nasution. Medical Study Program. The Effect of

Administration of Swiftlet’s Nest Extract (Collocalia fuciphaga) on the

Activity of Catalase Enzyme in the Heart of Sprague dawley’s Mice. 2018.

Introduction : Swiftlet is one of an animal that use their saliva to make their

nest. Edible swiflet bird’s nest has some nutritional components such as amino

acid and vitamin, which functionate as an antioxidant. Catalase enzyme is an

endogenous antioxidant which can neutralize the free radical. The higher

antioxidant levels, the higher catalase enzyme activity increasement.

Method : Mice were given edible swiftlet bird’s nest extract in a different doses

(10, 20, 40 mg/kgBM orally) for 30 days, followed by induction of H2O2 1% in 1

mg/kgBM dose in the 31st and 32

nd day. Each heart’s catalase enzyme activity

measured using spectrophotometer.

Result : Catalase enzyme activity increased in the administration of low dose

edible swiftlet bird’s nest extract.

Conclusion : The administration of edible swiftlet’s nest extract in dose of 10

mg/kgBM increase the activity of catalase enzyme in heart.

Keywords : Swiftlet bird’s nest extract, catalase enzyme, heart, antioxidant.

Page 8: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………….... 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………... 2

1.3. Hipotesis Penelitian ………………………………………..... 3

1.4. Tujuan Penelitian ……………………………………...…….. 3

1.4.1. Tujuan Umum .......................................................... 3

1.4.2. Tujuan Khusus .......................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ……….……………….......……………... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sarang Burung Walet …………………………………...…... 4

2.1.1. Klasifikasi Burung Walet ……………………....….. 4

2.1.2. Morfologi Sarang Burung Walet …………………. 5

2.1.3. Kandungan Sarang Burung Walet ……….………... 6

2.1.4. Manfaat Sarang Burung Walet ……......................... 8

2.2. Jantung Manusia…………………..…………………………. 8

2.2.1. Anatomi Jantung .…………………………………. 9

2.2.2. Histologi Jantung...……………………………….... 10

2.2.3. Fisiologi Jantung........................................................ 11

2.3. Jantung Tikus ........................................................................... 12

2.3.1.Anatomi Jantung Tikus............................................... 14

2.3.2. Histologi Jantung Tikus............................................. 14

2.3.3. Fisiologi Jantung Tikus.............................................. 15

2.4. Radikal Bebas............................................................................ 15

2.4.1. Reactive Oxygen Species (ROS)................................. 16

2.4.2. Hidrogen Peroksida..................................................... 19

2.5. Antioksidan................................................................................ 19

2.6. Katalase (CAT).......................................................................... 21

2.7. Tikus Putih Galur Sprague Dawley .......................................... 22

2.8. Kerangka Teori ......................................................................... 23

Page 9: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

ix

2.9. Kerangka Konsep ..................................................................... 24

2.10. Definisi Operasional................................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ……………………………...……………… 26

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………... 26

3.2.1. Waktu Penelitian ………………………………….... 26

3.2.2. Tempat Penelitian …………………………....……... 26

3.3. Sampel Penelitian dan Populasi ..…………………………….. 26

3.3.1. Kriteria Inklusi ........................................................... 28

3.3.2. Kriteria Eksklusi ........................................................ 28

3.4. Variabel Penelitian .................................................................... 28

3.4.1. Variabel Bebas ........................................................... 28

3.4.2. Variabel Terikat ......................................................... 28

3.5. Cara Kerja Penelitian ……………………………………........ 28

3.5.1. Alat dan Bahan Penelitian ……………………...….. 28

3.5.1.1. Alat Penelitian ............................................... 28

3.5.1.2. Bahan Penelitian ……………………........... 28

3.5.2. Pembuatan Ekstrak Sarang Burung Walet.................. 29

3.5.3. Proses Terminasi Tikus............................................... 29

3.5.4. Alur Penelitian Pengukuran Aktivitas Katalase.......... 30

3.5.4.1. Penimbangan Bobot Total Organ .................. 30

3.5.4.2. Pengambilan Jaringan .................................... 30

3.5.4.3. Pembuatan Homogenat Jaringan ................... 30

3.5.4.4. Pengukuran Kadar Protein............................. 30

3.5.4.5. Pengukuran Aktivitas Katalase...................... 31

3.5.4.6. Analisis Data................................................... 31

3.5.5. Alur Pembuatan Preparat Histologi Jaringan Jantung. 31

3.5.5.1. Fiksasi Jaringan ............................................. 31

3.5.5.2. Dehidrasi ....................................................... 32

3.5.5.3. Clearing ......................................................... 32

3.5.5.4. Embedding .................................................... 32

3.5.5.5. Blocking......................................................... 33

3.5.5.6. Pemotongan Blok Jaringan ........................... 33

3.5.5.7. Pewarnaan dengan Hematoksilin-Eosin ....... 33

3.5.5.8. Foto Preparat Jaringan................................... 35

3.6. Alur Penelitian .......................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan................................................................ 37

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 46

5.2. Saran .......................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 51

Page 10: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1.1. Walet spesies Collocalia fuciphaga................................................... 5

2.1.2. Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga).......................... 6

2.2. Struktur Jantung Secara Anterior....................................................... 9

2.2.1. Jantung Sebagai Pemompa Ganda .................................................... 10

2.2.2. Otot Jantung (Potongan Longitudinal)...............................................11

2.2.3. Komponen Sistem Konduksi Pada Jantung....................................... 12

2.3.1. Jantung Tikus yang Telah Dibelah Menampilkan Ruangan Jantung

Secara Interior................................................................................... 14

2.3.1.1.Permukaan Exterior Jantung dan Vaskulatur Jantung....................... 14

2.3.2. Potongan Melintang Serat Otot Jantung Tikus.................................. 15

2.4.1. Pathway pembentukan ROS.............................................................. 17

2.5. Klasifikasi Antioksidan...................................................................... 20

4.1. Grafik Rata-Rata Aktivitas Katalase................................................. 37

4.2. Gambar Preparat Jantung................................................................... 43

4.3. Gambar Preparat Jantung................................................................... 43

9.1. Sampel Jaringan Jantung................................................................... 64

9.2. Pemotongan Jaringan........................................................................ 64

9.3. Penimbangan Organ Jantung............................................................. 64

9.4. Pengukuran Protein........................................................................... 64

9.5. Alat dan Bahan Uji Aktivitas Katalase.............................................. 64

Page 11: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1.3. Kandungan Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga)................ 6

2.3. Sistem kardiovaskular manusia dan tikus.......................................... 12

2.10. Definisi Operasional.......................................................................... 25

3.5.5.7. Proses Pewarnaan Preparat............................................................... 34

Page 12: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Determinasi .................................................................................... 51

2. Alur Pembuatan Ekstrak Sarang Burung Walet....................................... 52

3. Perhitungan Volume Administrasi (VAO) .............................................. 53

4. Alur Pengukuran Kadar Protein............................................................... 55

5. Alur Pengukuran Aktivitas Enzim Katalase............................................. 56

6. Alur Pembuatan Preparat ......................................................................... 57

7. Penghitungan Pengenceran Alkohol......................................................... 58

8. Analisis Statistik Aktivitas Katalase........................................................ 59

9. Gambar Proses Penelitian ...................................................................... 64

10. Riwayat Penulis ..................................................................................... 65

Page 13: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

xiii

DAFTAR SINGKATAN

Ad Adipose Tissue

ANOVA Analysis of Variance

Ao Aorta

AV Node Atrioventricular Node

CAT Katalase

CG Coronary Groove

CVC Caudal Vena Cava

DNA Deoxyribonucleate Acid

EGF Epidermal Growth Factor

gaINAc N-acetylgalactosaminase

gIcNAc N-acetylglucosamine

GCV Great Cardiac Vein

GPx Glutathione Peroxidase

GSH Glutation

GSSG Glutathione Disulfide GRed Glutation Reduktase

H Hidrogen

H2O Air

H2O2 Hidrogen Peroksida

I.M. Intramuskular

IVS Interventricular Septum

LA Left Atrium

LAD Left Anterior Descending Coronary Artery

LCVC Left Cranial Vena Cavae

LCX Left Circumflex Coronary Artery

LCV Left Coronary Veins

LMA Left Main Coronary Artery

LV Left Ventricle

MCV Middle Coronary Vein

MDA Malondialdehid

NaCMC Natrium Carboxyl Methyl Cellulose

NaIO3 Sodium Iodate

O2 Oksigen

O2- Superoksida

OH- Hidroksil

ONOO-

Peroksinitrit

PA Pulmonary Artery

PBS Phosphate Buffer Saline

PDA Posterior Descending Coronary Artery

p.o. Peroral

PBS Phosphate Buffered Saline

PUFA Poly Unsaturated Fatty Acid

RA Right Atrium

RCV Right Coronary Veins

RCVC Right Circumflex Coronary Artery

RNA Ribonucleate Acid

Page 14: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

xiv

RV Right Ventricle

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulphur Species

SA Node Sinoatrial Node

SCV Small Cardiac Vein

SOD Superoksida Dismutase

TBA Thiobarbiturate Acid

TCA Trichloroacetic Acid

UV Ultraviolet

Page 15: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burung walet merupakan burung pemakan serangga yang hidup di dalam

gua sepanjang garis pantai negara-negara Asia Tenggara, yaitu Thailand,

Vietnam, Indonesia, Borneo, Malaysia, dan Filipina.1,2

Daerah di Indonesia yang

memproduksi sarang burung walet terbesar yaitu di provinsi Jawa Tengah, Jawa

Timur, dan Jawa Barat.3 Pembuatan sarang burung walet dilakukan oleh burung

walet jantan dan betina, dan durasi yang dibutuhkan untuk pembuatannya berkisar

antara 30-60 hari.1 Lokasi pembuatan sarang burung walet yaitu di tempat yang

lembab, dengan suhu ruangan sekitar 26-29 C.1 Sarang burung walet yang dapat

dikonsumsi adalah spesies burung walet putih (Collocalia fuciphaga) dan burung

walet hitam (Collocalia maximus). 1,3

Sarang burung walet memiliki beberapa kandungan nutrisi yaitu

glikoprotein, asam amino, karbohidrat, dan beberapa jenis mineral yaitu kalsium,

sodium, magnesium, zinc, mangan, magnesium, dan besi.4,5

Sarang burung walet

memiliki efek antivirus, antioksidan, dan meningkatkan imunitas tubuh.3,5

Pada

penelitian yang dilakukan oleh Matsukawa et al (2011), disebutkan bahwa ekstrak

sarang burung walet dapat mempertebal kulit di lapisan dermal, dan

meningkatkan kekuatan tulang Femur karena peningkatan kadar kalsium di dalam

tulang.5,6

Kandungan nutrisi sarang burung walet dipengaruhi oleh tempat

berkembangbiak, suhu, dan asupan makanan.7

Radikal bebas merupakan molekul yang terdiri dari elektron tidak

berpasangan, bersifat reaktif, dan tidak stabil. Radikal bebas dapat bertindak

sebagai oksidan maupun reduktan.8,9

Secara fisiologis, ketika radikal bebas berada

di dalam tubuh, tubuh akan melakukan pertahanan diri dengan memicu

pengeluaran antioksidan. Tetapi, jika keseimbangan antara antioksidan dan radikal

bebas terganggu, maka akan terjadi mekanisme stres oksidatif yang akan merusak

molekul yaitu lipid, protein, dan asam nukleat, baik secara struktur maupun

fungsi, sehingga terjadi kerusakan oksidatif pada sel tubuh yang menimbulkan

penyakit.10,11,12

Page 16: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

2

Antioksidan merupakan molekul yang dapat mendonorkan elektron agar

bisa menetralkan radikal bebas, karena antioksidan bersifat low-molecular-weight

dan dapat berinteraksi dengan radikal bebas untuk memutus rantai reaksi sebelum

terjadinya kerusakan sel pada organ.13

Antioksidan bertindak sebagai donor

hidrogen, donor elektron, penghambat enzim, dan dekomposer peroksida.

Antioksidan terdiri dari dua jenis, yaitu enzimatik (superoksida dismutase,

katalase, dan glutathion) dan nonenzimatik (asam askorbat, glutathion, melatonin,

vitamin E, dan asam urat).13,14

Katalase disebut juga hidroperoksidase, merupakan antioksidan enzimatik

endogen yang mengkatalisis radikal bebas yaitu hidrogen peroksida (H2O2)

menjadi air (H2O) dan oksigen (O2), sehingga mampu membantu mencegah stres

oksidatif dan kerusakan jaringan.15,16

Enzim katalase ditemukan dalam jumlah

besar di dalam darah, sumsum tulang, membran mukosa, ginjal, dan hati, dan

dalam jumlah kecil terdapat di otak, jantung, dan otot rangka.17,18

Jantung adalah organ tubuh yang fungsi utamanya adalah untuk

mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Darah pada dasarnya memiliki beberapa

komponen yang diperlukan tubuh, dan berfungsi sebagai pengedar zat yaitu

metabolisme, oksigen, dan hasil proses metabolisme berupa radikal bebas yang

terdistribusi melalui pembuluh darah tubuh.19

Radikal bebas yang beredar di

dalam tubuh ini dapat mempengaruhi fungsi organ, salah satunya adalah organ

jantung, yang dapat menimbulkan kerusakan sel jantung karena terjadinya stres

oksidatif yang memicu penyakit jantung yang mengganggu fungsi fisiologisnya.20

Penelitian efek kardioprotektif ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan dari sarang burung walet dalam melindungi jantung dari

kerusakan. Parameter yang digunakan adalah pengukuran aktivitas enzim

katalase.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efek pemberian ekstrak sarang burung walet terhadap aktivitas

enzim katalase jantung tikus Sprague dawley?

Page 17: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

3

1.3 Hipotesis Penelitian

Ekstrak sarang burung walet (Collocalia fuciphaga) dapat meningkatkan

aktivitas enzim katalase jantung tikus Sprague dawley.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

sarang burung walet (Collocalia fuciphaga) terhadap aktivitas enzim katalase

jantung tikus Sprague dawley.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui adanya perubahan aktivitas enzim katalase jantung tikus Sprague

dawley setelah pemberian ekstrak sarang burung walet (Collocalia fuciphaga)

dalam dosis yang berbeda-beda.

2. Mengetahui gambaran histologi jaringan jantung tikus Sprague dawley setelah

pemberian ekstrak sarang burung walet (Collocalia fuciphaga).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai peran ekstrak sarang burung walet

terhadap kesehatan.

2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian

selanjutnya.

3. Informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penatalaksanaan

kasus-kasus terkait jantung.

Page 18: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sarang Burung Walet

Sarang burung walet terbentuk dari saliva burung walet, yang banyak

ditemukan di gua sepanjang pantai wilayah Asia Tenggara.1 Burung walet

(Collocalia fuciphaga) merupakan pemakan serangga, dan bermigrasi dari

samudera Hindia melalui Asia Tenggara.3 Burung walet (Collocalia fuciphaga)

hidup berkelompok dan tinggal di gua yang terletak di tebing yang curam dekat

laut lepas. Dalam membuat sarangnya, burung walet (Collocalia fuciphaga)

memerlukan tempat yang lembap, yaitu kelembapan 85-95% dan suhu 26-29 C.1

Sarang burung walet dapat dikonsumsi dalam bentuk sup, diawali dengan

merendam sarang di dalam air hingga berbentuk halus dan untaiannya melonggar.

Lalu, untaian yang telah dibersihkan dibentuk, dikeringkan, dan dapat direbus

dengan gula batu sehingga menjadi sup sarang burung walet.1,3

Sarang burung walet pada awalnya diperkenalkan oleh bangsa Cina, dan

mulai diperdagangkan sejak dahulu. Indonesia merupakan salah satu eksportir

sarang burung walet terbesar, dengan importir sarang burung walet terbesar yaitu

Cina dan Hongkong.1 Sarang burung walet yang dapat dikonsumsi adalah sarang

burung walet putih (Collocalia fuciphaga) dan sarang burung walet hitam

(Collocalia maximus).4

2.1.1. Klasifikasi Burung Walet (Collocalia fuciphaga)

Burung Walet memiliki sistem taksonomi sebagai berikut:1

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Aves

Ordo : Apodiformes

Famili : Apodidae

Genus : Collocalia

Spesies : Collocalia fuciphaga

Page 19: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

5

Collocalia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Kolla: lem, dan Kalia:

sarang. Sedangkan Aerodramus berasal dari kata aer: udara dan dromos:

berpindah cepat.22

Terdapat beberapa jenis lain spesies burung walet, yaitu

sebagai berikut: Aerodramus gigas (walet besar), Aerodramus maximus (walet

sarang hitam), Aerodramus brevirostris (walet gunung), Aerodramus vanikorensis

(walet sarang lumut), Aerodramus esculata (walet sapi), Aerodramus germanicus,

dan Aerodramus unicolor (walet yang berasal dari India).1

Gambar 2.1.1. Walet spesies Collocalia fuciphaga

Sumber : Kennedy, Robert S. 2000.

2.1.2. Morfologi Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga)

Sarang burung Walet terdiri dari beberapa bagian, yaitu kaki sarang,

fondasi sarang, dinding sarang, dan dasar sarang. Kaki sarang, merupakan bagian

dasar sarang burung walet, dan jarak antar kakinya yaitu 6-10 cm, tergantung

ukuran tiap sarang. Fondasi sarang berfungsi sebagai penyokong kaki dan

memperkuat sarang burung walet. Dasar sarang merupakan bagian alas sarang dan

berguna untuk bertelur, mengeram, dan tempat istirahat bagi anak-anak burung

walet. Pada dasar sarang burung ini, banyak ditemukan pecahan cangkang telur

burung walet. Dinding sarang berbentuk seperti mangkok, dan berfungsi sebagai

penampung telur dan anak burung walet. Ukuran dinding bervariasi, yaitu 2

hingga 5 cm, dengan ketebalan 1 hingga 2 mm. Terdapat juga bibir atau bukaan

sarang, yang berbentuk seperti setengah lingkaran, dan berfungsi untuk tempat

keluar masuknya burung walet, dan sebagai pembatas agar telur dan pinyik tidak

jatuh dari sarang. Keempat komponen ini (kaki sarang, fondasi sarang, dinding

sarang, dan dasar sarang) terbuat dari air liur burung Walet.1

Page 20: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

6

Gambar 2.1.2. Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) Sumber: Panduan Lengkap Walet, 2009.

2.1.3. Kandungan Sarang Burung Walet

Kandungan kimia utama pada sarang burung walet adalah karbohidrat dan

glikoprotein, diikuti asam lemak, dan mikronutrien yaitu kalsium, sodium,

magnesium, zinc, mangan, dan besi. Glikoprotein mengandung asam amino

(paling banyak adalah jenis serine, threonine, asam aspartat, asam glutamat,

prolin, dan valin), karbohidrat khususnya fruktosa dan galaktosa, sialic acid, N-

acetylgalactosaminase (gaINAc), dan N- acetylglucosamine (gIcNAc).6 Zat-zat

tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam sistem imun tubuh dan sebagai

antioksidan1,5

Tabel 2.1.3. Kandungan sarang burung walet (Collocalia fuciphaga)

Komponen Nilai

Analisis proksimat (%)

Air 7.5-12.9

Abu 2.1-7.3

Karbohidrat 10.63-27.26

Protein 42-63

Nitrogen total 25.62-27.26

Lemak 0.14-1.28

Asam Amino (% molar basis)

Aspartat + Asparagin 2.8-10.0

Serin 2.8-15.9

Threonin 2.7-5.3

Glutamat + Glutamin 2.9-7.0

Glisin 1.2-5.9

Alanin 0.6-4.7 Valin 1.9-11.1

Methionin 0-0.8

Isoleusin 1.2-10.7

Leusin 2.6-3.8

Prolin 2.0-3.5

Page 21: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

7

Lysin 1.4-3.5

Sistein 2.44

Arginin 1.4-6.1

Histidin 1.0-3.3

Triptofan 0.02-0.08

Analisis asam lemak (%)

Palmitrat 23-26

Steric 26-29

Linoleic 22

Linolenic 26

Triasilgliserol (%)

PPO 14-16

OOL 13-15

PLnLn 18-19

Monogliserida 27-31

Digliserida 21-26

Vitamin

Vitamin A (IU/mg) 2.57-30.40

Vitamin D (IU/mg) 60.00-1280.00

Vitamin C (mg/100 g) 0.12-29.30

Analisis elemental (ppm)

Sodium (Na) 330-20.554

Potassium (K) 110-2645

Kalsium (Ca) 798-14.850

Magnesium (Mg) 330-2980

Fosfor (P) 40-1080

Besi (Fe) 30-1860

Sulfur (S) 6244-8840

Barium (Ba) 4.79-41.09

Strontium (Sr) 4.25-21.90

Silikon (Si) 8.34-62.02

Aluminium (Al) 15-2368

Mangan (Mn) 3.58-122.10

Zinc (Zn) 19.95-72.40

Copper (Cu) 4.69-110.65

Molybdenum (Mo) 0-0.94

Cobalt (Co) 0-0.63

Germanium (Ge) 0.05-0.97

Selenium (Se) 0.12-0.77

Nikel (Ni) 0-0.47

Vanadium (V) 0.03-2.84

Krom (Cr) 0-7.45

Timbal (Pb) 0.50-4.08

Kadmium (Cd) 0-0.83

Merkuri (Hg) 0.001-0.160

Determinasi Hormon

Testosteron (T) (ng/g) 4.293-12.148 Sumber: Fucui Ma, 2012.

Page 22: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

8

2.1.4. Manfaat Sarang Burung Walet

Sarang burung walet memiliki berbagai manfaat. Menurut Kong et al,

sarang burung walet memiliki epidermal growth faktor (EGF) yang dapat

meningkatkan proliferasi sel.23

Pada penelitian Matsukawa et al, sarang burung

walet dapat meningkatkan konsentrasi kalsium dalam tulang dan mempertebal

kulit di lapisan dermal.24

Sarang burung walet juga memiliki efek antioksidan,

sehingga memperlambat proses degeneratif sel. Pada penelitian yang dilakukan

Hou et al, sarang burung walet dapat memperlambat proses neurodegenerasi

hipokampus dan korteks pada tikus, sehingga berfungsi sebagai neuroprotektor.25

Sarang burung walet juga memiliki efek dalam menurunkan penyakit

kardiometabolik, karena dapat meregulasi gen yang berhubungan dengan

koagulasi dan gen pemberi sinyal pengeluaran insulin.26,27,28

2.2. Jantung Manusia

Sistem kardiovaskular manusia terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh

darah. Darah mengandung beberapa komponen sel darah, dan berfungsi sebagai

transporter oksigen dan nutrien ke seluruh tubuh, homeostasis cairan tubuh, dan

proteksi ketika tubuh mengalami luka melalui pembekuan darah oleh sel platelet.

Jantung merupakan organ yang memompa darah ke seluruh tubuh melalui

pembuluh darah. Pembuluh darah pada tubuh terdiri dari arteri, vena, dan kapiler.

Pembuluh darah yang terdapat di jantung yaitu vena cava superior dan inferior

yang bersama-sama mengalirkan darah ke jantung dari seluruh tubuh, dan terdapat

vena pulmonalis yang mengalirkan darah dari paru ke jantung.29

Page 23: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

9

Gambar 2.2. Struktur Jantung Secara Anterior Sumber: Van de Graaf Human Anatomy, 2006.

2.2.1. Anatomi Jantung

Jantung secara anatomis terletak di mediastinum, dengan massa rata-rata

250 - 300 gram. Jantung pada bagian anterior berbatasan dengan sternum,

berbatasan inferior dengan diafragma, berbatasan dextra dengan pulmo kanan, dan

berbatasan sinistra dengan pulmo kiri.31

Jantung memiliki empat ruang, yaitu

atrium (menerima darah) dan ventrikel (memompa darah), dan di permukaan

jantung terdapat beberapa sulkus yang mengandung pembuluh darah dan lemak.

Atrium kanan memiliki ketebalan 2-3 mm, dan berfungsi menerima darah dari

vena cava superior, vena cava inferior, dan sinus koronarius. Darah akan melewati

atrium kanan ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis (katup

atrioventrikular). Ventrikel kanan memiliki ketebalan 4-5 mm, dan berfungsi

sebagai pemompa darah, yang akan dialirkan ke trunkus pulmoner dan arteri

pulmoner. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida terjadi di paru kanan dan

kiri. Darah yang telah teroksigenasi akan meninggalkan arteri menuju atrium kiri.

Atrium kiri memiliki ketebalan 2-3 mm, dan mengalirkan darah teroksigenasi dari

paru menuju ventrikel kiri. Diantara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup

bikuspidalis/mitral/atrioventrikular kiri. Ventrikel kiri merupakan ruang di jantung

yang paling besar. Darah dari ventrikel kiri akan dialirkan ke arkus aorta, lalu

melewati tiga percabangan yaitu arteri subklavia sinistra, arteri karotis komunis,

dan trunkus brachiocephalica, hingga akan dialirkan ke seluruh tubuh.31,32

Page 24: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

10

Gambar 2.2.1. Jantung Sebagai Pemompa Ganda Sumber: Marieb Human Anatomy 6th

Edition, 2006.

2.2.2. Histologi Jantung

Jantung memiliki dinding yang tersusun dari otot-otot jantung. Otot

jantung memiliki susunan yang sama dengan otot lurik, tetapi tempatnya di

jantung. Dinding otot jantung tersusun dari tiga lapisan, yaitu endokardium,

miokardium, dan perikardium. Endokardium terdiri dari epitel gepeng selapis dan

lapisan jaringan ikat subepitel yang melapisi lumen jantung. Dibawah lapisan

endokardium terdapat lapisan subendokardium, yang terdiri dari jaringan ikat

yang mengandung pembuluh darah kecil, persarafan, dan serat Purkinje.

Miokardium adalah lapisan tengah dinding otot jantung, merupakan lapisan

dinding otot jantung yang paling tebal dan tersusun dari otot-otot jantung dan

jumlahnya lebih tebal di ventrikel dibandingkan dengan di atrium karena fungsi

Page 25: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

11

ventrikel yaitu memompa darah. Epikardium disebut juga sebagai lapisan

perikardium viseral, merupakan lapisan terluar dinding jantung yang dilapisi

epitel gepeng selapis dan jaringan ikat. Pada lapisan jaringan ikat longgarnya,

dapat ditemukan pembuluh darah, persarafan, dan ganglion. Diantara lapisan

perikardium viseral dan perikardium parietal, dapat ditemukan ruangan yang

mengandung cairan serosa yang berfungsi untuk memudahkan pergerakan

jantung.33,34

Gambar 2.2.2. Otot Jantung (Potongan Longitudinal) pewarnaan Masson

Trichrome Sumber: Atlas Histologi diFiore, 2013.

2.2.3. Fisiologi Jantung

Jantung menimbulkan denyut jantung, yang merupakan hasil dari

kontraksi kedua atrium dan ventrikel. Terdapat beberapa unsur sel otot jantung

yang memproduksi denyut jantung, yaitu sel otot itu sendiri dan sel kontraktil

yang memicu kontraksi darah agar bergerak terpompa ke seluruh tubuh.

Konduksi jantung dimulai dari nodus sinoatrial (SA Node) yang berada di dinding

atrium kanan, letaknya inferior lateral terhadap pembukaan vena cava superior.

Potensial aksi ini akan muncul dan melewati atrium di gap junction di diskus

interkalaris di serat-serat otot atrium, sehingga akan menimbulkan kontraksi pada

kedua atrium. Potensial aksi selanjutnya akan mencapai nodus atrioventricular

(AV Node) yang terletak di septum interatrium, dan impuls disini akan melambat

karena sel-sel yang di AV Node bervariasi jenisnya. Lalu potensial aksi akan

merambat memasuki bundle of his yang terletak diantara atrium dan ventrikel, dan

menghantarkan impuls diantara keduanya, dan selanjutnya impuls akan memasuki

Page 26: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

12

right and left bundle branches yang terdapat di septum interventrikular di apeks

jantung. Serat Purkinje akan mengonduksikan potensial aksi secara cepat di apeks

jantung hingga ke lapisan miokardium ventrikel, yang memicu kontraksi ventrikel

sehingga terjadi pemompaan darah ke seluruh tubuh.19,31

Gambar 2.2.3. Komponen Sistem Konduksi Pada Jantung Sumber: Martini Physiology 9th Edition, 2012.

2.3. Jantung Tikus

Struktur sistem kardiovaskular pada manusia dan tikus secara garis besar

sama, memiliki empat ruangan pada jantung, yaitu dua atrium dan dua ventrikel.

Berikut tabel perbedaan dan persamaan pada jantung tikus dan manusia:

Tabel 2.3. Sistem kardiovaskular manusia dan tikus.

Fitur Tikus Manusia

Makroskopis

Berat Jantung Mouse: 0.10-0.15 g

Rat: 0.5-2.5 g

250-350g pada pria dewasa

200-300g pada wanita dewasa

Berat Jantung (%

dari berat badan)

Mouse: 0.40-0.60%

Rat: 0.20-0.50%

45% pada pria dewasa

40% pada wanita dewasa

Ketebalan dinding

ventrikel kiri

Mouse: 1.5-1.8 mm

Rat: 1.5-2.7 mm

1.2-1.5 cm

Ketebalan dinding

ventrikel kanan

Mouse: 0.5-0.6 mm

Rat: 0.5-0.9 mm

0.4-0.5 cm

Ketebalan septum

interventrikular

Mouse: 1.5-1.8 mm

Rat: 1.5-2.5 mm

1.2-1.5 cm

Heart Rate Mouse: 350-700 60-100 beats/min

Page 27: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

13

beats/min

Rat: 300-400 beats/min

Output ventrikel kiri Mouse: 11-19mL/min

Rat: 70-80 mL/min

5 l/min pada pria dewasa

4.5 l/min pada wanita dewasa

Stroke volume

ventrikel kiri Mouse: 30-36 L/beat

Rat: 70-80 l/min

70 ml/beat pada pria dewasa

60 ml/beat pada wanita dewasa

Bentuk Jantung Oval - Spherical Conical

Kantung Perikardial Tebal beberapa lapis sel Ketebalannya 1-3 mm

Lemak Epikardial Tidak ada - tipis Sedang - berlimpah

Vena cava anterior Dua (kiri dan kanan) Satu

Jumlah arteri

koroner primer

Mouse: 2-3

Rat: 2

Dua cabang dari aorta proksimal

Asal arteri koroner Didalam atau diatas

sinus koronarius

Didalam sinus koronarius

Septum arteri

koronarius

Ada Tidak ada

Lokasi arteri

koronarius

Intramiokardial Secara proksimal epicardial dan

menjadi mid-miokardial secara

distal

Suplai darah

ekstrakoroner

Mouse: Tidak ada

Rat: Ada

Tidak ada

Lokasi nodus

atrioventrikular

Septum interatrial Septum interatrial

Lokasi bundle his Septum basal

interventrikular

Badan fibrosa sentral – septum

interventrikular basal

Lokasi cabang

bundle kiri dan

kanan

Subendokardial Subendokardial

Katup

atrioventrikular

Terdapat korda tendinae Terdapat korda tendinae

Katup Semilunaris Tidak ada korda

tendinae

Tidak ada korda tendinae

Mikroskopis

Epikardium Tipis Tebal

Endokardium Tipis Tebal

Jaringan ikat

subendokardial

Tidak ada – tipis Tebal

Cardiac skeleton Mouse: Jelas

Rat: Lebih jelas

daripada tikus

Tidak jelas

Lapisan katup Tidak ada lapisan yang

jelas, terdapat area

fibrosa dan spongiosa

Terdapat tiga lapisan jelas:

atrial/ventrikularis, fibrosa, dan

spongiosa

Kardiomiosit

binukleat

>75% <25%

Sumber: Comparative Anatomy and Histology A Mouse, Rat, and Human, 2018.

Page 28: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

14

2.3.1. Anatomi Jantung Tikus

Jantung tikus terletak di mediastinum, dan terbagi menjadi empat ruangan

yaitu atrium kiri, atrium kanan yang dipisahkan oleh septum interatrial, dan

ventrikel kiri dan kanan yang dipisahkan oleh septum interventrikular. Jantung

tikus juga memiliki kantung perikardial yang sangat tipis, dan lapisan luar dan

dalam mesothelialnya dipisahkan oleh lapisan fibrosa yang tipis.35

Gambar 2.3.1. Jantung tikus yang telah dibelah menampilkan ruangan jantung

secara interior. Sumber: Comparative Anatomy and Histology A Mouse, Rat, and Human 2018.

Gambar 2.3.1.1. Permukaan Exterior Jantung dan Vaskulatur Jantung Sumber: Comparative Anatomy and Histology A Mouse, Rat, and Human , 2018.

2.3.2. Histologi Jantung Tikus

Jantung tikus memiliki kemiripan dengan jantung manusia. Jantung tikus

memiliki lapisan miokardium, dengan dinding atrium yang lebih tipis dan

kardiomiosit atrium yang lebih kecil dan lebih tipis daripada daerah ventrikel.

Kardiomiosit pada tikus umumnya berbentuk binukleat, sedangkan pada manusia

Page 29: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

15

umumnya mononukleat. Lapisan epikardium dan endokardium tikus lebih tipis

daripada manusia.35

Gambar 2.3.2. Potongan melintang serat otot jantung tikus Sumber: Comparative Anatomy and Histology A Mouse, Rat, and Human , 2018.

2.3.3. Fisiologi Jantung Tikus

Jantung tikus dan manusia memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai

pemompa darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Darah mengandung oksigen

dan nutrien yang dibutuhkan sel, sehingga fungsi fisiologis organ pada tubuh

terpenuhi.35

2.4. Radikal Bebas

Radikal bebas molekul yang terdiri dari elektron tak berpasangan di dalam

orbital atom.36

Radikal bebas merupakan hasil metabolisme seluler yang normal,

dan dapat terbentuk dari reaksi abnormal pada tubuh yang menimbulkan penyakit,

karena merusak jaringan pada organ tubuh.8 Radikal bebas memiliki turunan,

yaitu turunan oksigen yang membentuk reactive oxygen species (ROS), turunan

nitrogen yang membentuk reactive nitrogen species (RNS), dan turunan sulfur

yang membentuk reactive sulphur species (RSS).37

Pembentukan radikal bebas dalam tubuh dapat dimediasi oleh faktor

internal (mitokondria, xantin oksidase, peroksisom, inflamasi, fagositosis, jalur

arakidonat, olahraga, dan iskemi) dan faktor eksternal (asap rokok, polutan

lingkungan, radiasi, obat-obatan, pestisida, limbah industri, dan ozon).38

Radikal bebas yang sangat reaktif dihasilkan dari oksigen (ROS), yaitu

superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan hidroksil (HO).

39 Radikal

Page 30: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

16

bebas turunan nitrogen dapat dipicu dengan reaksi ROS dengan tiol, dengan reaksi

NO dan superoksida (O2-), membentuk ONOO

--. Radikal bebas turunan sulfat

terbentuk dari tiol yang membentuk disulfida, sehingga menghasilkan disulfida-S-

monoksida atau disulfida-S-dioksida dan di dalam kondisi teroksidasi. Jika tiol

tereduksi, akan terjadi pembentukan sulfinic acid.37

Radikal bebas bereaksi dengan beberapa mekanisme, yaitu donor elektron,

reduksi radikal, menerima elektron, dan oksidasi radikal. Kadar radikal bebas

yang berlebih dapat dikurangi dengan kadar antioksidan dalam tubuh, sehingga

jumlahnya harus seimbang. Jika kadar radikal bebas dalam tubuh berlebih, akan

memicu terjadinya stres oksidatif yang menyebabkan penyakit.37

Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara kadar antioksidan dan

radikal bebas. Stres oksidatif dapat memicu kerusakan lipid, protein, dan asam

nukleat, sehingga merusak struktur dan fungsi sel sehingga terjadi kerusakan

organ, yang menyebabkan penyakit degeneratif, penyakit metabolik, inflamasi,

kanker, dan iskemi.36

2.4.1. Reactive Oxygen Species (ROS)

Radikal bebas secara fisiologis dapat terbentuk di dalam mitokondria,

proses yang dikatalisir xantin oksidase, dan peroksisom. Superoksida merupakan

radikal anion, dan dihasilkan dari reduksi elektron dari molekul oksigen.

Superoksida dapat dikatalisir oleh enzim superoksida dismutase menjadi oksigen

dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida merupakan produk reduksi dua

elektron dari oksigen, dan hasil dismutase superoksida. Hidrogen peroksida dapat

dikatalisir dibantu oleh enzim katalase dan glutathione peroksidase. Jika hidrogen

peroksida tidak dikatalisir oleh enzim katalase dan glutathione peroksidase, maka

akan terjadi reaksi Fenton, yaitu reaksi antara logam transisi Fe2+

dengan hidrogen

peroksida menghasilkan radikal hidroksil.37

Radikal hidroksil merupakan ROS

yang paling reaktif, dan dapat terbentuk dengan reaksi Haber-Weiss, yaitu

perubahan superoksida (O2-) dengan ion besi (Fe

3+) menjadi Fe

2+ dan oksigen.

Fe2+

ini merupakan sumber logam transisi yang memicu terjadinya reaksi

Fenton.39

Jika kadar radikal hidroksil tidak dapat diimbangi oleh antioksidan, akan

terjadi proses peroksidasi lipid, yang menyebabkan stres oksidatif.37

Page 31: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

17

Gambar 2.4.1. Pathway pembentukan ROS Sumber: Valko, et al., 2007.

Mekanisme pembentukan ROS meliputi reaksi: (1) Pembentukan radikal

anion superoksida dari proses reduksi molekul oksigen yang dibantu oleh

NAD(P)H oksidase dan xantin oksidase, atau secara non-enzimatik oleh senyawa

reaktif redoks yaitu senyawa semi-ubiquinone dari rantai transpor elektron

mitokondria. (2) Radikal superoksida didismutasi oleh enzim superoksida

dismutase (SOD) menjadi hidrogen peroksida. (3) Hidrogen peroksida (H2O2)

secara efisien dibersihkan oleh enzim glutathion peroksidase (GPx) dengan donor

elektron yaitu GSH. (4) Glutathion yang teroksidasi (GSSG) direduksi kembali

menjadi GSH oleh enzim glutathion reduktase (Gred) yang menggunakan

Page 32: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

18

NADPH sebagai donor elektron. (5) Beberapa logam transisi (Fe2+

, Cu2+

, dan

lain-lain) dapat menimbulkan kerusakan pada hidrogen peroksida sehingga

menjadi radikal hidroksil reaktif (disebut reaksi Fenton). (6) Radikal hidroksil

(OH-) tidak dapat memisahkan elektron dari asam lemak tak jenuh

ganda/polyunsaturated fatty acid (LH) menjadi radikal lipid yang carbon-centred

(L). (7) Radikal lipid (L) berinteraksi dengan oksigen molekular untuk

membentuk radikal lipid peroksil (LOO). Jika hasil radikal lipid peroksil LOO

tidak direduksi oleh antioksidan, maka akan terjadi proses peroksidasi lipid

(reaksi 18-23 dan 15-17). (8) Radikal lipid peroksil (LOO) direduksi di dalam

membran dengan proses reduksi yang dibentuk vitamin E (T-OH) yang

menghasilkan pembentukan hidroperoksida lipid dan radikal vitamin E (TO). (9)

Regenerasi vitamin E oleh vitamin C: radikal vitamin E (TO) direduksi kembali

menjadi vitamin E (T-OH) oleh asam askorbat (bentuk fisiologis askorbat adalah

monoanion askorbat (AscH-)) yang meninggalkan radikal askorbil (Asc-). (10)

Regenerasi vitamin E oleh GSH: radikal vitamin E yang teroksidasi (T-OH)

direduksi oleh GSH. (11) Glutathion yang teroksidasi (GSSG) dan radikal

askorbil (Asc-) direduksi kembali menjadi GSH dan monoanion askorbat Asch-

oleh asam dihidrolipoat (DHLA), dimana DHLA itu sendiri dikonversi menjadi α-

lipoat (ALA). (12) Regenerasi ALA menjadi DHLA menggunakan NADPH. (13)

Lipid hidroperoksida direduksi menjadi alkohol dan dioksigen oleh GPx

menggunakan GSH sebagai donor elektron.

Proses peroksidasi lipid: (14) Lipid hidroperoksida secara cepat dapat

bereaksi dengan Fe2+

membentuk radikal lipid alkoksil (LO) atau lebih lambat

bereaksi dengan Fe3+

untuk membentuk radikal lipid peroksil (LOO). (15)

Derivat radikal lipid alkoksil (LO) yaitu asam arakidonat yang mengalami reaksi

siklisasi untuk membentuk enam cincin hidroperoksida. (16) Hidroperoksida

bercincin 6 mengalami reaksi lebih jauh (melibatkan pemotongan beta) untuk

membentuk 4-hidroksil-nonenal. (17) 4-hidroksil-nonenal lalu diubah menjadi

glutathyl aduksi (GST). (18) Radikal peroksil yang berada di rantai lipid dapat

bereaksi secara siklisasi membentuk peroksida siklik yang berdampingan dengan

radikal dengan inti karbon. (19) Radikal ini dapat direduksi membentuk

hidroperoksida atau mengalami siklisasi kedua membentuk peroksida bisiklik.

Page 33: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

19

(20) Senyawa yang terbentuk merupakan produk antara dalam pembentukan

MDA. (21) MDA bereaksi dengan basa DNA Cytosine membentuk M1C. (22)

MDA bereaksi dengan basa DNA Adenine membentuk M1A. (23) MDA bereaksi

dengan basa DNA Guanine membentuk M1.40

2.4.2. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida disebut juga hidrogen dioksida, merupakan senyawa

tak berwarna dan tak berbau.47

Hidrogen peroksida dibentuk dalam peroksisom,

mitokondria, mikrosom, dan membran sel. Hidrogen peroksida dapat dibentuk

dengan dua mekanisme, yaitu reduksi elektron dari superoksida (O2 + 2e + 2H+ ->

H2O2) dan dismutasi enzimatik dari superoksida oleh enzim superoksida

dismutase (SOD).9,39

Senyawa hidrogen peroksida dapat dikatalisir oleh enzim

katalase menjadi air dan oksigen. Jika tidak dikatalisir, hidrogen peroksida akan

bereaksi dengan logam transisi yang dapat menimbulkan stres oksidatif.40

2.5. Antioksidan

Antioksidan merupakan substansi yang menghambat, mencegah, atau

menghilangkan gangguan oksidatif pada molekul yang menjadi target (Halliwell,

2007).18

Aktivitas antioksidan dapat terjadi dengam beberapa cara, yaitu sebagai

inhibitor reaksi oksidasi radikal bebas, menghambat penyebaran rantai reaksi

autooksidasi, sebagai penetral oksigen bekerjasama dengan antioksidan lain, agen

reduktor yang mengubah hidroperoksida menjadi senyawa yang stabil, sebagai

agen pengikat logam pro-oksidan dan mengubahnya menjadi senyawa stabil, dan

sebagai inhibitor enzim pro-oksidatif.41,42,43,44,45

Page 34: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

20

Gambar 2.5. Klasifikasi Antioksidan. Antioksidan alami dibagi dalam beberapa

kelas. Kata berwarna hijau menunjukkan antioksidan eksogen, kata berwarna

kuning menunjukkan antioksidan endogen. Sumber: Carocho, et al., 2012.

Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik dan non-enzimatik.

Antioksidan enzimatik terbagi menjadi enzim primer yang terdiri dari glutathion

peroksidase, katalase, dan superoksida dismutase yang berfungsi dalam

menetralisir radikal bebas, dan enzim sekunder yang terdiri dari glutathion

reductase, glukosa-6-fosfat yang keduanya berfungsi dalam menyokong peran

dari antioksidan endogen primer. Pada antioksidan non-enzimatik, terdapat

beberapa jenis yaitu vitamin, kofaktor enzim, senyawa nitrogen, dan peptida. Jika

antioksidan endogen tidak bisa bekerja secara efisien, maka dibutuhkan

antioksidan eksogen yang bersumber dari makanan untuk memelihara konsentrasi

radikal bebas pada kadar yang rendah.37,46

Antioksidan bekerja dalam beberapa tingkatan. Pada tingkat pertama,

antioksidan beraksi sebagai pencegah pembentukan radikal bebas dengan

mengurangi hidroperoksida dan hidrogen peroksida dalam air dan alkohol.

Tingkat kedua, antioksidan akan menghambat pembentukan radikal aktif

(scavenge) untuk menekan pembentukan rantai, dan/atau merusak rantai radikal

bebas yang telah tersebar. Antioksidan yang bekerja di tingkat kedua terbagi

menjadi hidrofilik (vitamin C, asam urat, bilirubin, albumin, dan tiol) dan lipofilik

Page 35: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

21

(vitamin E dan ubiquinol). Pada tingkat ketiga, antioksidan beraksi sebagai de

novo antioksidan dan repair, dibantu oleh enzim proteolitik, proteinase, protease,

dan peptidase yang berfungsi untuk mencegah akumulasi protein yang telah

teroksidasi. Fungsi lain yaitu adaptasi, ketika reaksi radikal bebas merangsang

pembentukan dan transport antioksidan ke tempat terjadinya kerusakan.36

2.6. Katalase

Katalase merupakan hemoprotein, yang memiliki empat grup heme.

Katalase dalam fungsinya yaitu memiliki aktivitas peroksidase yang

menggunakan satu molekul H2O2 sebagai substrat elektron, dan molekul lain

H2O2 sebagai oksidan.48,46

Katalase merupakan suatu enzim antioksidan yang

terdapat di semua organisme, baik yang prokaryote uniseluler maupun eukariot

multiseluler. Pada manusia, katalase banyak ditemukan di darah, sumsum tulang,

membran mukosa, ginjal, dan hepar dan dalam jumlah kecil terdapat di otak,

jantung, dan otot rangka. Fungsi utama dari katalase adalah mengubah hidrogen

peroksida yang dibentuk oleh proses oksidatif menjadi H2O dan O2.17,18

Katalase terbentuk dalam beberapa jenis isoform, yaitu CAT 1, CAT 2,

dan CAT 3 dan dikode oleh beberapa gen yaitu Cat1, Cat2, Cat3. Katalase

memiliki struktur yang berukuran tetramerik dengan empat monomer yang identik

dan subunit 220,000-350,000 kD. Kunci dari aktivitas enzimatik distimulasi oleh

heme, yang tipe monomernya terdiri dari atom besi yang terpusat menempel di

cincin protoporfirin. Atom besi yang terletak di pusat ini dapat terlihat dalam

bentuk ion ferrous (Fe2+

) atau ion ferric (Fe3+

). Cincin protoporfirin ini memiliki

empat cincin yang terhubung melalui jembatan methene, dan sisi samping dari

cincin ini terbuat dari empat methyl, dua vinyl, dan dua propionat.48

Katalase

dapat dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan struktur dan susunannya, yaitu

katalase monofungsional, katalase peroksidase, dan pseudokatalase atau Mn-

katalase. Di dalam sel, katalase banyak terdapat di peroksisom dan mitokondria,

karena struktur kedua komponen sel ini yang bersifat polar dan terikat pada

membran.48

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi aktivitas enzim katalase,

yaitu suhu (dibawah 40-50C), pH antara 6.8 – 7.5, dan tidak ada inhibitor

Page 36: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

22

(inhibitor kompetitif katalase adalah sianida, dapat berikatan dengan heme

katalase sehingga menghentikan aktivitas enzim).48

Katalase bekerja dengan dua

mekanisme, yaitu sebagai peroksidase dan katalisator. Pada mekanisme katalase

peroksidase, katalase akan mengubah hidrogen peroksida dengan donor hidrogen

(fenol, formaldehid, nitrat, asam askorbat, dan metanol) agar teroksidasi dalam

konsentrasi substrat yang rendah. Mekanisme katalase sebagai katalisator,

katalase akan mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dalam

konsentrasi substrat yang tinggi. Berikut skema reaksi perubahan hidrogen

peroksida oleh enzim katalase:48,49

Reaksi peroksidasi : RH2 + H2O2 -> R + 2H2O

Reaksi katalisis : 2H2O2 -> 2H2O + O2

2.7. Tikus Putih Galur Sprague dawley

Tikus dimasukkan ke dalam ordo Rodentia (hewan pengerat), family

Muridae dari kelompok mamalia. Tikus sering digunakan sebagai objek penelitian

karena mewakili kelompok mamalia, dengan sistem tubuh yang mirip dengan

manusia.50

Tikus putih galur Sprague dawley merupakan tikus yang pertama kali

ditemukan di perusahaan Sprague dawley, Wisconsin. Tikus ini memiliki ciri

bertubuh panjang, berkepala kecil, telinga tebal dan pendek, rambut halus. Tikus

Sprague Dawley memiliki sifat yaitu cepat berkembangbiak, mudah dipelihara

dan diatur karena sifatnya yang lebih tenang, dan kebutuhan nutrisinya hampir

menyerupai manusia.50

Page 37: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

23

2.8. Kerangka Teori

Faktor Eksogen:

Asap rokok

Induksi zat kimia

Radiasi

Polutan lingkungan

Sinar UV

Faktor Endogen:

Mitokondria

Fagosit

Xantin oksidase

Jalur arakidonat

Olahraga

Inflamasi

Iskemia

Proses

metabolik

dan

degeneratif

Oksigen yang

digunakan

dalam respirasi

sel menjadi

reaktif

Superoksi

da (O2-)

NADPH Oksidase

Xantin Oksidase

Hidrogen

peroksida

(H2O2)

Dipecah

dibantu

enzim

Kandungan antioksidan

Enzim

Katalase

(CAT)

Superoksida

dismutase

(SOD)

Enzim

Glutathion

Peroksidase

(GPx)

Induksi H2O2

pada hewan uji

Membentuk

senyawa radikal

lipid carbon

centered (L)

Mencegah

proses stres

oksidatif

Merangsang

pembentukan

radikal bebas

Terjadi reaksi

Fenton dibantu

logam transisi

Hidroksil reaktif

menuju

membran lipid

Membentuk

senyawa

hidroksil

(OH-) yang

reaktif Terdapat

pada

jantung

H2O + O2 Dibantu

glutathion Berikatan

dengan PUFA

Ekstrak sarang

burung walet

Menjadi

radikal

askorbat

(Asc)

Vitamin

C yang

tertinggal

Antioksidan

eksogen

Antioksidan

endogen

2H2O

Jika tidak

dipecah

Vitamin

E

Vitamin

C

Asam

amino

Interaksi dengan 02

membentuk senyawa

radikal lipid

peroksida (LOO)

Reduksi

oleh

vitamin E

dalam

membran Radikal lipid

peroksida (LOO)

tidak direduksi

antioksidan

Reduksi

kembali

TO

Terjadi proses

peroksidasi lipid

Radikal

vitamin E

(TO)

Menjadi

vitamin E

Meningkatkan

aktivitas

antioksidan

enzimatik

Page 38: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

24

2.9. Kerangka Konsep

Diinduksi radikal

bebas H202

Diberi ekstrak sarang

burung walet

(Collocalia fuciphaga)

Radikal bebas

eksogen

Vitamin C dan E

Mengandung antioksidan

Pengukuran

aktivitas katalase

(CAT)

Antioksidan

dan radikal

bebas

berikatan

Meningkatkan

aktivitas

antioksidan

enzimatik

Asam amino

Katalase

(CAT)

Penyusun

antioksidan

enzimatik

Page 39: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

25

2.10. Definisi Operasional

Tabel 2.10. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Pengukuran

Operasional

Skala

Pengukuran

1 Katalase (CAT)

(mg/dl)

Kadar biomarker

stres oksidatif

pada homogenat

organ jantung

tikus Sprague

Dawley dalam

satuan µmol/L

Spektro-

Fotometer

UV

Pembuatan

homogenat jantung

dengan kadar 50

mikroliter,

masukkan tiap

homogenat

sebanyak 50 l ke

dalam kuvet, lalu

ditambahkan

dengan larutan PBS

sebanyak 50 l, dan

diberi larutan H2O2

sebanyak 950 l.

Masukkan ke dalam

spektrofotometer

UV dengan panjang

gelombang 240 nm

dan hitung aktivitas

katalase pada menit

ke 0, 1, 2, dan 3.

Numerik

Page 40: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

26

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-September 2018.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium Histologi untuk

pemeriksaan gambaran mikroskopik sel jantung, dan laboratorium Biokimia untuk

melakukan uji enzim katalase, di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Sampel Penelitian dan Populasi

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah jaringan organ jantung

pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang telah dilakukan oleh

kelompok penelitian Muhammad Huda Ardo tahun 2017. Pada penelitian tersebut,

digunakan hewan uji coba y aitu tikus putih jantan galur Sprague dawley yang

telah diinduksi dengan pemberian ekstrak sarang burung walet putih (Collocalia

fuciphaga). Hewan uji diperoleh dari Animal Facility and Modelling Provider,

Institut Pertanian Bogor. Hewan uji merupakan tikus yang berusia 5-6 minggu,

kondisi sehat, berbobot 150-220 gram dan berjumlah total 15 ekor dengan diberi

lima perlakuan yang berbeda. Masing-masing perlakuan diberi pada tiga ekor

tikus putih jantan. Hewan uji dikelompokkan menjadi lima kelompok sebagai

berikut: (1) kelompok tikus normal dengan pemberian NaCMC 0,5% 10ml/kgBB

peroral selama tigapuluh hari, (2) kelompok tikus kontrol positif dengan

pemberian Vitamin E (1000 IU 4,08 mL/g) peroral selama tigapuluh hari dan

diinduksi H2O2 1% dengan dosis 1 mg/kgBB intramuskular pada hari ke 31 dan

32, (3) kelompok tikus perlakuan dengan pemberian ekstrak sarang burung walet

Page 41: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

27

10 mg/kgBB peroral selama tiga puluh hari dan diinduksi H2O2 1% dengan dosis

1 mg/kgBB intramuskular pada hari ke 31 dan 32, (4) kelompok tikus perlakuan

dengan pemberian ekstrak sarang burung walet berdosis sedang diberikan ekstrak

sarang burung walet 20 mg/kgBB peroral selama tiga puluh hari dan diinduksi

H2O2 1% dengan dosis 1 mg/kgBB intramuskular pada hari ke 31 dan 32, dan (5)

kelompok tikus perlakuan dengan pemberian ekstrak sarang burung walet

berdosis tinggi diberikan ekstrak sarang burung walet 40 mg/kgBB peroral selama

tiga puluh hari dan diinduksi H2O2 1% dengan dosis 1 mg/kgBB intramuskular

pada hari ke 31 dan 32.

Jumlah sampel disesuaikan dengan menggunakan rumus MEAD, yaitu:

Keterangan:

E : Derajat kebebasan komponen kesalahan (10-20)

N : Jumlah sampel (dikurangi 1)

B : Blocking Component yang menggambarkan pengaruh

lingkungan yang diperbolehkan dalam penelitian (dikurangi

1)

T : Jumlah kelompok perlakuan (dikurangi 1)

10 = (N-1)-0-(5-1) 20 = (N-1)-0-(5-1)

N = 10+1+0+4 N = 20 +1+0+4

= 15 Sampel = 25 sampel

Berdasarkan hasil perhitungan sampel menggunakan rumus MEAD,

ditemukan jumlah total hewan uji yaitu antara 15-25 sampel. Dan pada penelitian

ini, dilakukan uji menggunakan hewan uji dengan total 15 ekor tikus, yang diberi

5 perlakuan berbeda pada masing-masing kelompok, dan tiap kelompok terdiri

dari tiga ekor tikus.

E = N-B-T

Page 42: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

28

3.3.1. Kriteria Inklusi

1. Tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

2. Berperilaku dan beraktivitas normal.

3. Kondisi sehat dan tidak terdapat kelainan anatomis dan fisiologis

sebelum perlakuan.

3.3.2. Kriteria Eksklusi

1. Hewan uji tampak sakit saat keberlangsungan penelitian.

2. Hewan uji mati saat penelitian berlangsung.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak sarang burung

walet (Collocalia fuciphaga) yang diberi secara per oral.

3.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas enzim katalase pada

jantung tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

3.5. Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini pada uji aktivitas katalase adalah

kuvet (30 buah), rak tabung, micropipet 100 mikroliter dan 1000 mikroliter, micro

tip, spektrofotometer UV, nanodrop, spatula, dan beaker glass. Pada penelitian ini

yang digunakan dalam pembuatan preparat histologi adalah botol kaca (1), beaker

glass 100 mL, timer, pinset, kaset, inkubator, pemanas, gelas ukur 100 mL,

staining jar, corong kaca, paraffin wax, sendok berlubang, dan pensil 2B.

3.5.1.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini pada uji katalase adalah

homogenat sebanyak 50 l, H202 950 l, dan larutan PBS 0,05 M pH 7 sebanyak

Page 43: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

29

50 l. Bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat histologi adalah jaringan

jantung dalam larutan fiksatif, alkohol (30%, 50%, 70%, 80%, 90%, 95%)

masing-masing dibuat tiga botol, alkohol absolut, alkohol toluol 1:1, kertas saring,

toluol murni, toluol paraffin, paraffin cair, aquadest, xylol, larutan PBS pH 7,4 ,

larutan formalin 37%, silet, kertas label, larutan hematoksilin, acid alcohol, dan

larutan eosin.

3.5.2. Pembuatan Ekstrak Sarang Burung Walet

Penelitian ini menggunakan ekstrak sarang burung walet putih (Collocalia

fuciphaga) yang diperoleh dari Painan, Sumatra Barat. Dilakukan uji determinasi

di Laboratorium Ornithologi, Pusat Penelitian Biologi bidang Zoologi LIPI

Cibinong, Bogor (Lampiran 1). Proses pembuatan ekstrak diawali dengan

pembersihan sarang burung walet dengan memisahkan bulu yang menempel pada

sarang dengan pinset, lalu dialiri dengan air mengalir selama 5 menit, dan

dikeringkan dalam suhu ruangan. Kemudian, sarang burung walet yang telah

kering dihaluskan dengan blender. Setelah itu, dilakukan penimbangan serbuk

sarang burung walet dengan hasil 511 gram. Setelah itu, serbuk sarang burung

walet dilarutkan ke dalam aquabidest sebanyak 15,5 L dan dipanaskan dalam suhu

60ºC selama tigapuluh menit, lalu dihomogenisasi dengan kecepatan 800 rpm

selama lima belas menit, dan dilanjutkan proses sonikasi selama tiga puluh menit.

Dilakukan penyaringan menggunakan dua lapis kain kasa yang bertujuan untuk

memisahkan ampas dan filtrat sarang burung walet. Filtrat yang didapat lalu

dipekatkan dengan metode freeze dry selama empat belas hari disimpan dalam

suhu -20ºC. Hasilnya didapatkan ekstrak sarang burung walet dengan berat

sebanyak 26,607 gram dengan regimen 5,199%. (Lampiran 2).

3.5.3. Proses Terminasi Tikus

Penelitian ini menggunakan hewan uji berupa tikus putih jantan galur

Sprague dawley, yang diberi perlakuan selama 32 hari. Pada hari ke-33, seluruh

tikus dilakukan terminasi dengan pembiusan eter secara inhalasi. Tikus

dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi kapas yang telah dibasahi oleh eter.

Tikus yang telah mati dilakukan nekropsi untuk diambil organnya. Organ jantung

dimasukkan ke dalam wadah, dan disimpan dalam suhu -80C.

Page 44: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

30

3.5.4. Alur Penelitian Pengukuran Kadar Katalase

Siapkan organ jantung tikus yang akan dibuat menjadi homogenat, dan

tetap dibiarkan dalam suhu dingin dengan dimasukkan ke dalam cooler box. Lalu,

siapkan larutan buffer, timbangan analitik, kaca wadah, microtip, dan wadah

penampung homogenat (microtube).

3.5.4.1. Penimbangan Bobot Total Organ

Organ jantung tikus ditimbang menggunakan timbangan analitik, dan

dicatat masing-masing sampel berurutan dengan kode perlakuan.

3.5.4.2. Pengambilan Jaringan

Organ jantung tikus yang telah ditimbang dan dicatat, dipotong

menggunakan pisau cutter hingga berbobot 50 miligram tiap sampel, lalu

dimasukan kedalam microtube yang sesuai dengan kode sampel masing-masing

tikus.

3.5.4.3. Pembuatan Homogenat Jaringan

Masukkan organ yang telah dipotong berukuran 0,05 gram ke dalam

microtube, lalu beri larutan PBS pH 7,4 sebanyak 1000 mikroliter menggunakan

micropipet, dan homogenisasi dengan menghancurkan menggunakan spatula.

Simpan wadah di tempat yang dingin yang bersuhu -70C. Langkah berikutnya

dilakukan pengukuran aktivitas Katalase (CAT).

3.5.4.4. Pengukuran Kadar Protein

Pengukuran kadar protein menggunakan nanodrop di laboratorium Biologi

FK UIN, dan dimulai dengan persiapan alat yaitu nanodrop, micropipette,

microtube, microtip. Dan siapkan bahannya yaitu alcohol swab, tissue,

akuabidest, larutan PBS pH 7, dan sampel homogenat. Pengukuran dimulai

dengan menyalakan nanospektrofotometer, lalu memilih software uji protein.

Kemudian bersihkan nanodrop dengan aquabidest dan tutup dengan tissue. Pada

nanodrop, klik blank, lalu tambahkan sampel yang akan diuji pada nanodrop

sebanyak 1 L menggunakan mikropipet. Lalu klik measure pada nanodrop,

dengan panjang gelombang 280 nm, dan catat berapa jumlah protein pada masing-

Page 45: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

31

masing organ sesuai dengan kode sampel. Setelah selesai digunakan, bersihkan

kembali nanodrop menggunakan aquabidest dan tutup software, dan matikan alat

nanodrop. (Lampiran 4).

3.5.4.5. Pengukuran Aktivitas Katalase (CAT)

Pengukuran kadar katalase dimulai dengan mencairkan homogenat organ

jantung tikus yang telah dibuat, dengan tetap didiamkan dalam suhu dingin di

dalam cooler box. Lalu, dengan menggunakan mikropipet, masukkan tiap

homogenat sebanyak 50 l ke dalam kuvet, lalu ditambahkan dengan larutan PBS

sebanyak 50 l, dan diberi larutan H2O2 sebanyak 950 l. Masukkan ke dalam

spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 240 nm dan hitung aktivitas

katalase pada menit ke 0, 1, 2, dan 3. (Lampiran 5).

3.5.4.6. Analisis Data

Data pengukuran katalase yang telah tercatat dilakukan uji kemaknaannya

dengan menggunakan program statistik SPSS versi 23. Pengujian dimulai dengan

uji normalitas Shapiro-Wilk, diikuti uji homogenitas Levene. Jika data terdistribusi

normal dan data memiliki varians yang sama, maka dapat dilakukan uji one way

ANOVA. Jika data tidak terdistribusi normal dan varians tidak sama, maka

dilakukan uji transformasi data. Jika pada uji normalitas dan homogenitas data

tidak terdistribusi normal dan varians data tidak sama, maka dilakukan uji

Kruskal-Wallis. Lalu, dilakukan pengukuran untuk membandingkan kemaknaan

antar kelompok menggunakan uji Mann-Whitney.

3.5.5. Alur Pembuatan Preparat Histologi Jaringan Jantung

3.5.5.1. Fiksasi Jaringan

Tujuan dari fiksasi adalah untuk mempertahankan struktur dari jaringan

agar tidak rusak. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara yaitu menggunakan bahan

kimia dan dengan menggunakan suhu. Pada penelitian ini, metode yang

digunakan adalah dengan menggunakan bahan kimia yaitu formalin 10%.

Lakukan pemotongan organ menggunakan pisau cutter, lalu masukkan potongan

organ yang telah dibuat ke dalam cairan formalin 10%, dan diberi tambahan

Page 46: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

32

larutan Phosphate-Buffered-Saline (PBS) dengan pH 7,4 sebagai penyangga agar

mempertahankan integritas sel yang terdapat di dalam jaringan. Jaringan harus

terlarut di dalam botol dengan perbandingan 1:20. Beri nama pada botol yang

telah berisi organ dan larutan sesuai kode masing-masing tikus. Simpan jaringan

di dalam suhu ruangan minimal dua jam.

3.5.5.2. Dehidrasi

Proses dehidrasi dilakukan menggunakan alkohol yang memiliki

konsentrasi yang bervariasi, yaitu 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, 95%, dan alkohol

absolut. Lalu dilakukan penempatan dari setiap alkohol yang telah memiliki

konsentrasi berbeda-beda ke dalam botol kaca. (Lampiran 7). Tiap larutan yang

telah dibuat dengan varian konsentrasi dimasukkan ke tiga buah botol, dan diberi

label I, II, dan III untuk mengurutkan proses dehidrasi. Tahap dehidrasi dimulai

dari memasukkan potongan organ jantung ke dalam larutan dengan konsentrasi

alkohol paling rendah hingga ke yang tinggi, diikuti dengan alkohol absolut.

Mulai dari memasukkan ke dalam botol I alkohol 30%, lalu setelah 20 menit

pindahkan potongan organ ke dalam botol II alkohol 30%, dan setelah 20 menit

masukkan potongan dari botol II ke dalam botol III alkohol 30%. Dan setelah

selesai di konsentrasi 30%, masukkan potongan organ jantung ke dalam larutan

alkohol botol I 50% dan lakukan perendaman seperti sebelumnya secara

berurutan. Lakukan perendaman berurutan dari larutan alkohol 30%, 50%, 70%,

80%, 90%, 95%, dan alkohol absolut.

3.5.5.3. Clearing

Proses clearing dilakukan dengan tujuan memisahkan alkohol dari

jaringan. Proses ini dilakukan dengan memasukkan jaringan yang telah di

dehidrasi ke dalam campuran larutan alkohol 25 ml dan toluol 25 ml selama 25

menit dengan perbandingan 1:1. Setelah itu ambil jaringan dan keringkan dengan

kertas saring, lalu diikuti dengan memasukkan ke dalam toluol murni 100 ml

selama 60 menit atau hingga jaringan menjadi bening.

3.5.5.4. Embedding

Proses embedding dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan cairan

dari proses clearing. Tahapannya yaitu mengambil jaringan yang telah diproses di

clearing, lalu masukkan ke dalam larutan campuran toluol-paraffin sebanyak 50

Page 47: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

33

ml dan rendam organ dalam larutan tersebut di suhu ruangan, diamkan dalam 24

jam. Lalu, siapkan paraffin cair yang telah dipanaskan dalam suhu 60 derajat, bagi

dalam paraffin I, II, III, dan IV. Pindahkan jaringan yang telah direndam ke dalam

paraffin cair I selama 15 menit. Lakukan pengulangan pada paraffin II, III, dan

IV.

3.5.5.5. Blocking

Proses blocking bertujuan untuk membuat blok jaringan dalam tissue

casset, agar jaringan dapat dipotong dengan mikrotom. Ambil cairan parafin yang

telah dibuat, lalu tuangkan ke dalam cetakan blok tissue casset yang dibawahnya

dilapisi oleh kertas tebal yang berukuran sama dengan tiap tissue casset.

Masukkan potongan organ yang telah di embedding ke dalam cetakan secara

perlahan, lalu tuangkan parafin hingga organ terendam di dalam cetakan. Tulis

masing-masing dengan kode tiap tikus. Biarkan cetakan membeku di suhu

ruangan, lalu lepas blok paraffin dari cetakan dan simpan blok dalam suhu dingin

(4C).

3.5.5.6. Pemotongan Blok Jaringan

Pemotongan jaringan dilakukan menggunakan mikrotom. Blok paraffin

dipotong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 6 m. Lalu masukkan

potongan yang mengandung jaringan ke dalam waterbath yang bersuhu 46C

secara hati-hati. Siapkan kaca objek, oleskan dengan albumin dan gliserin sebagai

bahan perekat. Tempatkan potongan jaringan dari waterbath ke atas kaca objek

dan letakkan di atlas slide dryer bersuhu 60C hingga preparat siap untuk

diwarnai.

3.5.5.7. Pewarnaan dengan Hematoksilin-Eosin

Pewarnaan jaringan dilakukan untuk memberi warna pada irisan jaringan.

Bahan yang digunakan adalah larutan hematoksilin dan larutan eosin. Larutan

Hematoksilin dibuat dengan penimbangan 1 gram serbuk hematoksilin, potassium

aluminium sulfat 50 gram, dan sodium iodate (NaIO3) 0,2 gram dilarutkan dalam

satu liter akuades dengan magnetic stirrer dan diaduk. Diamkan satu malam di

suhu ruangan. Lalu, tambahkan asam sitrat 50 gram dan chloral hydrate 50 gram,

dan panaskan larutan diiringi diaduk selama lima menit, lalu dinginkan dan

saring. Larutan Eosin dibuat dengan penimbangan serbuk eosin sebanyak 7,5

Page 48: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

34

gram, erythrosin 7,5 gram, dan calcium klorida 2,5 gram. Lalu, larutkan dalam

aquades satu liter dan disaring. Lalu buatlah xylol, alkohol konsentrasi 50%, 70%,

80%, 90%, 95%, alkohol absolut, alkohol asam, hematoksilin, eosin, dan akuades

dan semua larutan dimasukkan ke dalam staning jar. Lalu masukkan dan rendam

kaca preparat yang berisi jaringan dengan urutan sebagai berikut:

Tabel 3.5.5.7 Proses Pewarnaan Preparat

Xylol 1 10 menit

Xylol 2 10 menit

Alkohol absolut 5 menit

Alkohol absolut 5 menit

Alkohol 95% 1 menit

Alkohol 90% 1 menit

Alkohol 80% 1 menit

Alkohol 70% 1 menit

Akuades 4 menit

Larutan hematoksilin 75 ml 3-5 menit

Akuades 1 menit

Akuades 1 menit

Akuades 1 menit

Alcohol acid 30 detik

Air mengalir 3-5 menit

Akuades 1 menit

Eosin 1-2 menit

Akuades 1 menit

Akuades 1 menit

Akuades 1 menit

Alkohol 50% 1 menit

Alkohol 70% 1 menit

Alkohol 80% 1 menit

Alkohol 90% 1 menit

Alkohol 95% 1 menit

Alkohol absolut 1 menit

Xylol 3 menit

Xylol 3 menit

Xylol 3 menit

Kaca preparat diangkat dalam keadaan basah. Lalu, beri satu tetes canada balsam

dan tutup setiap preparat dengan coverglass. Lihat hasil pewarnaan jaringan

menggunakan mikroskop. (Lampiran 6).

Page 49: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

35

3.5.5.8. Foto Preparat Jaringan

Foto jaringan menggunakan mikroskop kamera Olympus yang terdapat di

laboratorium histologi Fakultas Kedokteran UIN. Langkah -langkah melakukan

foto jaringan yaitu menyalakan stabilizer dan komputer, lalu masukkan flash disk

program mikroskop. Ketika komputer menyala, klik program berjudul ―DP2-

BSW‖ di desktop. Menyalakan mikroskop dan letakkan preparat yang akan di

foto. Pada komputer, buatlah halaman baru, dan klik “Live”. Sesuaikan tuas di

lensa okuler untuk memunculkan tampilan gambar yaitu: gambar tampak di lensa

okuler mikroskop, gambar tampak di layar monitor komputer, dan gambar tampak

di lensa okuler mikroskop dan layar monitor komputer. Jika ingin menampilkan

gambar di lensa okuler mikroskop dan layar komputer, sesuaikan lensa objektif

dan tayangan monitor dengan klik ikon di bagian atas yaitu: Lensa objektif cincin

merah:PLN 4x/0,1; lensa objektif cincin kuning: PLN 10x/0,25; lensa objektif

cincin hijau: PLN 20x/0,4; lensa objektif cincin biru: PLN 40x/0,65, lensa objektif

cincin putih: PLN100x/1,25. Tentukan objek yang akan difoto, lalu klik “Snap”

untuk mengambil gambar, dan simpan file dalam bentuk JPEG dan masukkan ke

dalam folder. Jika telah selesai, cabut flash disk, dan matikan komputer,

mikroskop, dan stabilizer.

Page 50: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

36

3.6. Alur Penelitian

15 ekor tikus putih jantan galur Sprague

Dawley (terdapat 5 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus.

Kelompok

normal

Kelompok

kontrol

positif

Kelompok

perlakuan

dosis rendah

Kelompok

perlakuan

dosis sedang

Kelompok

perlakuan

dosis tinggi

Diberi

NaCMC

0,5% 10

ml/kgBB

p.o. selama

32 hari

Diberi

Vitamin E

(1000 IU 4,08

ml/g) p.o.

selama 30

hari

Diberi ekstrak

sarang burung

walet 10

mg/kgBB p.o.

selama 30

hari

Diberi ekstrak

sarang burung

walet 20

mg/kgBB p.o.

selama 30

hari

Diberi ekstrak

sarang burung

walet 40

mg/kgBB p.o.

selama 30 hari

Nekropsi

Pembuatan homogenat jaringan organ jantung tikus

Pengukuran Aktivitas Katalase (CAT)

Pada hari ke 31 dan 32 diberi H2O2 1% 1,0 mg/kgBB

Page 51: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

37

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengukuran aktivitas katalase pada jantung tikus putih jantan galur

Sprague dawley dilakukan pada lima kelompok tikus, yaitu kelompok kontrol

normal, kontrol positif, perlakuan satu yaitu pemberian ekstrak sarang burung

walet dosis 10 mg/kgBB (dosis rendah), perlakuan dua yaitu pemberian ekstrak

sarang burung walet dosis 20 mg/kgBB (dosis sedang), dan perlakuan tiga yaitu

pemberian ekstrak sarang burung walet dosis 40 mg/kgBB, dan dapat dilihat pada

gambar grafik 4.1.

Gambar 4.1. Grafik Rata-Rata Aktivitas Katalase (Kruskal-Wallis, P>0,05).

Grafik 4.1. menunjukkan bahwa aktivitas katalase terendah yaitu pada

kelompok perlakuan yang diberi ekstrak sarang burung walet dosis tertinggi yaitu

40 mg/kgBB, aktivitas katalase tertinggi yaitu pada kelompok perlakuan yang

diberi ekstrak sarang burung walet dosis terendah, yaitu 10 mg/kgBB, diikuti

ekstrak sarang burung walet dosis sedang (20 mg/kgBB). Berdasarkan hasil dari

1,29

1,11

1,32 1,21

0,83

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

NORMAL POSITIF Dosis 10

mg/kgBB

Dosis 20

mg/kgBB

Dosis 40

mg/kgBB

Akti

vit

as K

atal

ase

(mU

/mgP

rote

in/m

gJa

ntu

ng)

Kelompok Perlakuan

Page 52: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

38

penelitian ini, didapatkan bahwa aktivitas antioksidan endogen katalase tertinggi

terdapat pada pemberian ekstrak sarang burung walet dosis rendah 10 mg/kgBB,

sedangkan aktivitas antioksidan endogen katalase terendah terdapat pada

pemberian ekstrak sarang burung walet dosis tinggi 40 mg/kgBB dibandingkan

kontrol positif.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Muhammad

Huda Ardo mahasiswa program studi Farmasi FIK UIN Syarif Hidayatullah

angkatan 2011, dan pada penelitian tersebut dilakukan beberapa uji kualitatif

ekstrak sarang burung walet yang digunakan yaitu uji reaksi Biuret, reaksi Molish,

dan reaksi Xantoprotein. Pada ketiga uji kualitatif tersebut dinyatakan bahwa

hasilnya positif, dan dari tiap reaksi tersebut sarang burung walet mengandung

protein, karbohidrat, dan asam amino. Dan berdasarkan penelitian dari Abdul

Salam (2012) dinyatakan bahwa sarang burung walet mengandung makronutrien

dan mikronutrien yang penting bagi tubuh yaitu karbohidrat, asam amino,

glikoprotein, vitamin A, vitamin C, mineral yaitu kalsium, natrium, magnesium,

kalium, zat besi, dan selenium yang berperan sebagai antioksidan dan berfungsi

dalam menangkal radikal bebas.2

Antioksidan merupakan substansi yang menghambat kerusakan oksidatif

karena menghambat aktivitas radikal bebas. Antioksidan berperan sebagai

scavenger radikal, donor hidrogen, inhibitor enzim, dan pengurai peroksida.

Klasifikasi antioksidan terdiri dari tiga jenis, yaitu berdasarkan enzim, sumbernya,

dan tindakannya. Antioksidan berdasarkan enzim yaitu enzimatik dan non

enzimatik, dan keduanya terdapat di intrasel maupun ekstrasel. Antioksidan

enzimatik terdiri dari superoksida dismutase (SODs), katalase, dan sistem

glutathion. Sedangkan antioksidan non enzimatik terdiri dari asam askorbat,

glutathion, melatonin, vitamin E, dan asam urat. Antioksidan berdasarkan

sumbernya yaitu terdiri dari eksogen dan endogen. Antioksidan eksogen yaitu

asam askorbat, vitamin E, beta karoten, lycopene, lutein, zinc, dan selenium. Dan

antioksidan endogen yaitu superoksida dismutase, katalase, glutathion peroksida,

glutathion reduktase, glukosa-6-fosfat dehidrogenase, vitamin A, asam urat,

glutathion, dan koenzim. Pada antioksidan berdasarkan tindakannya, terbagi

menjadi antioksidan preventif yang bertujuan mengurangi laju inisiasi reaksi

Page 53: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

39

berantai yang terdiri dari katalase, glutathion peroksidase, dan selenium, dan

antioksidan pemutus rantai yang bertindak dalam mengganggu propagasi reaksi

berantai yang terdiri dari superoksida dismutase, asam urat, dan vitamin E.

Berdasarkan penelitian dari Marcone (2005), disebutkan bahwa sarang burung

walet memiliki kandungan utama yaitu lipid 0.14-1.28%; karbohidrat 25.62-

27.76%; protein 62-63%, asam amino yaitu serine, threonine, asam aspartat, asam

glutamat, prolin, dan valin; vitamin E, vitamin C, vitamin A; dan beberapa

mineral yaitu kalsium, sodium, dan potassium.2 Berdasarkan penelitian

sebelumnya, dikatakan bahwa terdapat peningkatan aktivitas enzim katalase pada

pemberian ekstrak sarang burung walet pada dosis sedang, yaitu 20 mg/kgBB dan

induksi H2O2 secara i.m ditunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas

katalase tertinggi dibandingkan dengan kelompok negatif (kelompok dengan

perlakuan pemberian vitamin E dan H2O2). Peningkatan aktivitas enzim katalase

yang berperan sebagai antioksidan enzimatik endogen dapat menghambat

pembentukan radikal bebas, sehingga mencegah terjadinya stres oksidatif.46,49,51

Radikal bebas merupakan hasil produk dari metabolismee seluler normal

dan hasil reaksi abnormal yang distimulasi oleh penyakit, metabolisme, dan

induksi dari xenobiotic.8 Radikal bebas berbentuk senyawa yang tidak memiliki

elektron berpasangan, bersifat tidak stabil, dan sangat reaktif. Salah satu radikal

bebas yang sangat reaktif dan merusak adalah ROS, terutama superoksida, O2-,

hidroksil, OH, dan perihidroksil.46

Dan pada penelitian ini digunakan H2O2 1%

sebagai senyawa oksigen reaktif non radikal, dan diinduksikan secara i.m pada

tikus di hari ke-31 dan hari ke-32. Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan

senyawa non radikal, reaktif, dan dapat memicu terjadinya stres oksidatif jika

tidak dikatalisir oleh enzim katalase dan GSH-Px. H2O2 jika dipecah akan menjadi

air dan oksigen.46

Jika H2O2 tidak dikatalisir, maka akan timbul mekanisme

peroksidasi lipid, yang merupakan proses yang melibatkan sumber radikal bebas

sekunder, bereaksi dengan molekul lain, sehingga menimbulkan lesi biokimia.

Proses peroksidasi lipid dapat terjadi di membran sel, pada asam lemak jenuh

rantai ganda, dan salah satunya terdapat di organ jantung. 46,51

Pro-oksidan merupakan reaksi dan senyawa kimia yang berpotensial

menimbulkan spesies oksigen yang beracun, dan bekerja berlawanan dengan

Page 54: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

40

antioksidan. Normalnya, jumlah antioksidan dan pro-oksidan seimbang. Namun

ketika terjadi ketidakseimbangan, antioksidan juga dapat berubah menjadi pro-

oksidan, yaitu pada askorbat yang bereaksi dengan superoksida dan hidroksil yang

menghasilkan monodehidroaskorbat dan hidrogen peroksida, askorbat bereaksi

dengan oksigen yang menjadi sumber radikal superoksida, dan askorbat bereaksi

dengan ion Cu2+

menjadi radikal hidroksil.46

Jika ketidakseimbangan ini tetap

berlangsung, maka akan memicu terjadinya stres oksidatif dan kerusakan sel.46

Enzim katalase (CAT) merupakan antioksidan endogen, enzimatik, dan

preventif. Enzim katalase bekerja dengan mengkatalisir H202 menjadi H2O dan O2.

Enzim ini dapat mengoksidasi 1 molekul hidrogen peroksida menjadi oksigen,

dan enzim ini akan mereduksi molekul hidrogen peroksida kedua menjadi air

secara simultan. Terdapat dua mekanisme enzim katalase sebagai antioksidan,

yaitu secara katalitik dan perosidatik. Secara katalitik, enzim katalase akan

menggunakan molekul hidrogen peroksida (H2O2) sebagai substrat atau donor

elektron, dan molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor elektron.52

Dan hal ini menunjukkan bahwa H2O2 merupakan substrat dari enzim katalase.

Secara peroksidatik, terjadi jika terdapat penggunaan 1 molekul H2O2 sebagai

akseptor elektron dan senyawa lain sebagai donor elektron. Senyawa yang dapat

menjadi donor elektron yaitu methanol, etanol, asam formiat, dan ion nitrit.52

Dari

hasil penelitian Hu Q (2016), pemberian ekstrak sarang burung walet (Collocalia

fuciphaga) pada Drosophila melanogaster dapat meningkatkan aktivitas enzim

katalase secara signifikan.53

Pada penelitian ini, aktivitas katalase pada jantung tikus menurun secara

signifikan pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak sarang burung walet dosis

rendah (10 mg/kgBB), dosis sedang (20 mg/kgBB), dan dosis tinggi (40

mg/kgBB). Hal ini terjadi karena pada pemberian ekstrak sarang burung walet

dosis rendah, masih terdapat keseimbangan antara kandungan antioksidan sarang

burung walet (vitamin C, vitamin A, vitamin E, asam amino) dengan pro-oksidan

yang terkandung di dalamnya, sehingga kadar pro-oksidan dapat dikurangi dengan

biomarker yaitu meningkatnya aktivitas enzim katalase pada pemberian ekstrak

sarang burung walet dosis rendah, karena diubahnya hidrogen peroksida menjadi

air dan oksigen. Pada kelompok perlakuan berdosis sedang dan tinggi, terlihat

Page 55: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

41

terdapat penurunan aktivitas enzim katalase yang disebabkan adanya perubahan

antioksidan menjadi pro-oksidan dengan beberapa mekanisme, yaitu antioksidan

askorbat yang bereaksi dengan superoksida dan hidroksil menjadi

monodehidroaskorbat dan hidrogen peroksida, askorbat yang bereaksi dengan

oksigen menjadi radikal superoksida, dan askorbat yang bereaksi dengan ion Cu2+

menjadi radikal hidroksil, sehingga dengan kadar pro-oksidan yang lebih tinggi

dari antioksidan, menyebabkan terjadi penurunan pada aktivitas enzim katalase.

Pada kelompok perlakuan kontrol positif (pemberian H2O2 dan vitamin E),

terlihat bahwa kadar CAT lebih rendah daripada pemberian dosis rendah (10

mg/kgBB) dan sedang (20 mg/kgBB), dan lebih tinggi daripada pemberian dosis

tinggi. Hal ini disebabkan karena asam askorbat mereduksi radikal vitamin E,

sehingga menjadi vitamin E, dan asam askorbat yang tertinggal akan berikatan

dengan besi bebas dan memicu reaksi Fenton, yang menimbulkan senyawa

radikal. Kombinasi antara vitamin C dan vitamin E ekstrak sarang burung walet

dosis tinggi dapat memicu penurunan aktivitas katalase, dan kombinasi vitamin C

dan vitamin E pada ekstrak sarang burung walet dosis rendah tidak menimbulkan

penurunan aktivitas katalase karena dalam kadar optimal dan seimbang, sehingga

tidak memicu penambahan oksidan.

Vitamin C atau asam askorbat memiliki mekanisme sebagai antioksidan

maupun pro-oksidan. Sifat pro-oksidan pada askorbat akan timbul jika kadarnya

dalam dosis tinggi, dimana askorbat yang berlebih akan bereaksi dengan besi

bebas dan terjadi reaksi Fenton, sehingga timbul senyawa radikal. Senyawa

radikal bebas ini akan memicu terjadinya stres oksidatif dan merusak struktur

molekular sel, salah satunya adalah enzim, sehingga enzim tersebut akan rusak

dan terjadi penurunan aktivitas kerjanya.54

Pemberian ekstrak sarang burung walet dosis rendah (10 mg/kgBB) dan

dosis sedang (20 mg/kgBB) memberikan hasil aktivitas enzim katalase yang lebih

tinggi daripada kontrol positif disebabkan pada kontrol positif, tikus diberikan

induksi vitamin E selama 30 hari, diikuti pemberian radikal bebas eksogen berupa

hidrogen peroksida pada hari ke-31 dan 32. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Jackie Kang (2015), disebutkan bahwa vitamin C adalah antioksidan kuat,

karena pada strukturnya memiliki empat gugus hidroksil. Vitamin E merupakan

Page 56: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

42

antioksidan yang memiliki satu gugus hidroksil, dan vitamin A tidak memiliki

gugus hidroksil, sehingga diantara ketiganya, aktivitas antioksidan vitamin C

adalah yang terkuat.57

Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran

aktivitas katalase lebih rendah pada kontrol positif dibandingkan dengan

pemberian dosis rendah karena antioksidan vitamin E yang telah diinduksikan

pada tikus tidak mampu menangkal radikal bebas hidrogen peroksida, karena

aktivitasnya yang lebih rendah daripada vitamin C. Pada pemberian dosis ringan

dan sedang yang diberikan ekstrak sarang burung walet (Collocalia fuciphaga),

terdapat kandungan vitamin C yang dapat menangkal radikal bebas karena

aktivitas antioksidannya sangat kuat dibandingkan vitamin E.57

Pada pemberian ekstrak sarang burung walet (Collocalia fuciphaga) dosis

tinggi (40 mg/kgBB), ditemukan hasil aktivitas katalase yang lebih rendah

daripada kontrol positif disebabkan kandungan vitamin C yang terlalu tinggi pada

dosis tinggi. Menurut Carocho (2013), asam askorbat dapat beraktivitas menjadi

antioksidan maupun pro-oksidan, jika kadar asam askorbat terlalu tinggi, maka

akan memicu pembentukan pro-oksidan sehingga akan terjadi ketidakseimbangan

jumlah antioksidan dan pro-oksidan, sehingga pada penelitian terlihat bahwa pada

pemberian ekstrak sarang burung walet dosis tinggi, terdapat penurunan aktivitas

antioksidan enzim katalase disebabkan peningkatan pro-oksidan vitamin C.46,55,40

Pada tikus normal, hasil uji aktivitas katalase terlihat lebih rendah jika

dibandingkan dengan pemberian ekstrak sarang burung walet dosis rendah. Hal

ini disebabkan pada perlakuan normal, tikus tidak diberikan antioksidan

melainkan diberi NaCMC. NaCMC adalah turunan dari selulosa, mudah larut

dalam air panas dan dingin, dan aktif dalam pH 1-5.58

NaCMC tidak beraksi

sebagai antioksidan, sehingga tidak dapat menangkal radikal bebas yang

diinduksikan, sehingga aktivitas katalase pada dosis rendah lebih tinggi daripada

perlakuan normal karena adanya antioksidan yang terkandung dalam ekstrak

sarang burung walet dosis rendah (Collocalia fuciphaga) sehingga mampu

menangkal radikal bebas yang diinduksikan.

Pengamatan preparat histologi jantung secara kualitatif telah dibuat oleh

peneliti dan anggota kelompok riset sarang burung walet dan hasilnya

dihubungkan dengan efek pemberian ekstrak sarang burung walet terhadap

Page 57: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

43

aktivitas katalase jantung. Berikut gambaran preparat histologi jantung pada

Gambar 4.2 dan 4.3.

Gambar 4.2. Kardiomiosit pada perbesaran 40x (A) kelompok pemberian dosis

10 mg/kgBB. Tanda panah (a) inti sel normal ditengah.

Gambar 4.3. Kardiomiosit pada perbesaran 40x. (B) Kelompok pemberian dosis

40 mg/kgBB. Tanda panah (b) inti sel normal ditengah.

Preparat histologi jaringan jantung yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan hasil bersama tim riset sarang burung walet. Pada penelitian ini,

preparat yang dapat diamati sebagai perwakilan dari semua kelompok perlakuan

adalah preparat kelompok pemberian dosis sarang burung walet dosis rendah (10

mg/kgBB) dan kelompok pemberian dosis sarang burung walet dosis tinggi (40

b

B

a

A

a

Page 58: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

44

mg/kgBB). Preparat histologi dalam proses pembuatannya mengalami kerusakan,

dikarenakan saat proses fiksasi, jaringan tidak langsung ditempatkan dalam

larutan formalin. Lalu, pada proses embedding, paraffin yang digunakan tidak

masuk ke dalam jaringan secara keseluruhan, sehingga pada proses pemotongan

sulit untuk dilakukan. Pada proses pewarnaan jaringan, terjadi proses oksidasi

sehingga gambaran histologi jaringan jantung dibawah mikroskop tidak dapat

diamati.

Hasil pengamatan preparat jaringan jantung pada kelompok pemberian

dosis rendah (10 mg/kgBB) dan dosis tinggi (40 mg/kgBB) tidak dapat dijadikan

sebagai parameter, tetapi hanya sebagai data penunjang untuk hasil pengukuran

aktivitas katalase. Pada preparat histologi jaringan jantung ditunjukkan bahwa

tidak terlihat kerusakan yang terjadi. Gambaran histologis sel jantung dapat dinilai

dari inti sel dan sitoplasma. Inti sel mengandung asam deoksiribonukleat (DNA)

dan asam ribonukleat (RNA). Inti sel dibatasi oleh dua membran lipid, dan terdiri

dari kromatin, nukleolus, dan nukleoplasma. Pada preparat tidak ditemukan

adanya kerusakan pada inti sel jantung. Sitoplasma merupakan bagian dari

protoplasma, yang mengisi ruang antara membran plasma dan selaput inti.

Sitoplasma mengandung air, unsur kimia organik dan anorganik. Sitoplasma

dikatakan normal jika keadaannya tidak membengkak. Pada preparat jaringan

jantung perlakuan dosis rendah (10 mg/kgBB) dan dosis tinggi (40 mg/kgBB),

menunjukkan bahwa kondisi inti sel dan sitoplasma normal.33

Uji statistik pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi 23. Uji

statistic dimulai dari uji normalitas Shapiro wilk, karna jumlah sampel yang

digunakan kecil. Pada uji normalitas Shapiro wilk, ditunjukkan nilai signifikansi <

0,05 yang interpretasinya bahwa distribusi data tidak normal. Lalu, dilakukan

transformasi data menggunakan log yang bertujuan untuk menormalkan distribusi

data, dan didapatkan data bahwa distribusi tidak normal. Kemudian, dilakukan uji

homogenitas, dengan nilai signifikansi uji homogenitas yaitu 0,499 (p≥ 0,05) yang

menunjukkan bahwa data tersebut memiliki varian yang sama. Lalu, dilakukan uji

Kruskal-Wallis karena varian data sama, tetapi distribusi data tidak normal. Dan

didapatkan hasil 0,127 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna pada kadar katalase dosis rendah dengan kelompok normal,

Page 59: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

45

kelompok dosis rendah dengan kelompok positif, kelompok dosis rendah dengan

kelompok dosis sedang, dan kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis

tinggi. Selanjutnya, dilakukan uji kemaknaan antarkelompok menggunakan uji

Mann-Whitney, dan diperoleh hasil perbandingan kelompok normal dan kontrol

positif yaitu 0,275 (p>0,05), kelompok normal dan pemberian dosis rendah 10

mg/kgBB yaitu 0,827 (p>0,05), kelompok normal dan pemberian dosis sedang 20

mg/kgBB yaitu 0,513 (p>0,05), kelompok normal dengan pemberian dosis tinggi

40 mg/kgBB yaitu 0,050 (p>0,05), kelompok kontrol positif dengan pemberian

dosis rendah 10 mg/kgBB yaitu 0,513 (p>0,05), kelompok kontrol positif dengan

pemberian dosis sedang 20 mg/kgBB yaitu 0,513 (p>0,05), kelompok kontrol

positif dengan pemberian dosis tinggi 40 mg/kgBB yaitu 0,127 (p>0,05),

kelompok pemberian dosis rendah 10 mg/kgBB dengan pemberian dosis sedang

20 mg/kgBB yaitu 0,513 (p>0,05), kelompok pemberian dosis rendah 10

mg/kgBB dengan pemberian dosis tinggi 40 mg/kgBB yaitu 0,050 (p>0,05), dan

kelompok pemberian dosis sedang 20 mg/kgBB dengan pemberian dosis tinggi 40

mg/kgBB yaitu 0,050 (p>0,05), yang berarti bahwa pada perbandingan

antarkelompok perlakuan tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok.56

(Lampiran 8).

Page 60: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

46

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sarang

burung walet (Collocalia fuciphaga) pada dosis rendah yaitu 10 mg/kgBB dapat

meningkatkan aktivitas katalase pada jantung tikus Sprague dawley.

5.2. Saran

Penelitian ini perlu ditambahkan kelompok kontrol negatif untuk

membandingkan dengan kelompok perlakuan yang normal, kontrol positif ,

perlakuan pemberian ekstrak sarang burung walet dosis rendah (10mg/kgBB),

perlakuan pemberian ekstrak sarang burung walet dosis sedang (20mg/kgBB), dan

perlakuan pemberian ekstrak sarang burung walet dosis tinggi (40mg/kgBB), dan

perlu ditambahkan jumlah sampel secara duplo agar memastikan hasil pengukuran

aktivitas katalase yang lebih akurat.

Page 61: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

47

DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho HK, Budiman A. Panduan Lengkap Walet. Jakarta: Penebar

Swadaya; 2009. 7-36p.

2. Babji AS, Nurfatin MH, Etty SIK, Masitah, M. Secrets of Edible Bird Nest.

Utar Agriculture Science Journal. 2015 Jan; 1: 32-33.

3. Elfita L. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet

(Collocalia fuciphaga) Asal Painan. Jurnal Sains Farmasi&Klinis. 2014

Nov; 1(1): 28.

4. Hamzah Z, Ibrahim NH, Sarojini J, Hussin. Nutritional Properties of

Edible Bird Nest. Journal of Asian Scientific Research. 2013

5. Tai SK, Koh RY, Ng KY, Chye SM. A Mini Review on Medicinal Effects of Edible Bird’s Nest. Letters in Health and Biological Sciences. 2017.

6. Effendy, M. Edible Bird Nest As Multipotential Agent. Medical Journal of

Lampung University vol 4 no 5. 2015.

7. Saengkrajang W. Nutritional Composition of the Farmed Edible Bird’s

Nest (Collocalia fuciphaga) in Thailand. Journal of Food Composition and

Analysis Volume 31 issue 1. 2013; 41-45.

8. Kehrer JP, Robertson JD, Smith CV. Free Radicals and Reactive Oxygen

Species. ELSEVIER. 2010.Cheeseman KH, Slater TF. An Introduction to Free

Radicals Chemistry. Br Med Bull. 1993;49:481-93.

9. Yuslianti ER. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Yogyakarta:

Deepublish; 2018.

10. Uttara B, Singh A, Zamboni P, Mahajan R. Oxidative Stres and

Neurodegenerative Diseases: A Review of Upstream and Downstream

Antioxidant Therapeutic Options. Current Neuropharmacology. 2009;

7(1), 65–74.

11. Bagchi K, Puri S. Free radicals and antioxidants in health and disease. East

Mediterranean Health Jr 1998;4:350-60.

12. Rock CL, Jacob RA, Bowen PE. Update on the Biological Characteristics

of the Antioxidant Micronutrients. Journal of the American Dietetic

Association. 1996; 96(7), 693–702.

13. McCord JM. The evolution of free radicals and oxidative stres. The

American Journal of Medicine. 2000; 108(8), 652–659

14. Chelikani P, Fita I, Loewen PC. Diversity of structures and properties

among catalases. Cellular and Molecular Life Sciences (CMLS). 2004;

61(2), 192–208.

Page 62: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

48

15. Ahmad P, Jaleel CA, Salem MA, Nabi G, Sharma S. Roles of enzymatic

and nonenzymatic antioxidants in plants during abiotic stres. Critical

Reviews in Biotechnology, 2010; 30(3), 161–175.

16. Ahmad I. Free Radicals in Biology and Medicine. Spring: The University

of Iowa. 2001.

17. Halliwell B. How to characterize an antioxidant- An update. Biochem Soc

Symp 1995;61:73-101.

18. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of

Anatomy&Physiology 9th Edition. San Fransisco: PEARSON; 2012.

19. Vincent HK, Taylor AG. Biomarkers and potential mechanisms of obesity-

induced oxidant stres in humans. Int J Obes. 2006, 30:400-400.

20. Kennedy SR. A Guide To The Birds of The Philipines. Oxford: Oxford

University Press; 2000.

21. Jobling JA. The Helm Dictionary of Scientific Bird Names. London:

Christopher Helm; 2010.

22. Kong YC, Keung WM, Yip TT, Ko KM, Tsao SW, Ng MH. Evidence that

epidermal growth factor is present in swiftlets (Collocalia) nest.

Comparative Biochemistry and Physiology Part B. Biochemistry and

Molecular Biology. 1987; 87(2): 221-6.

23. Matsukawa N, Matsumoto M, Bukawa W, et al. Improvement of bone

strength and dermal thickness due to dietary edible bird’s nest ex- tract in

ovariectomized rats. Biosci Biotechnol Biochem. 2011; 75(3): 590-592.

24. Hou Z, Imam U, Ismail M, et al. Effects of edible bird’s nest on

hippocampal and cortical neurodegeneration in ovariectomized rats. 2015;

Food Funct 6(5): 1701-1711.

25. Yida Z, Imam MU, Ismail M, et al. Edible bird’s nest attenuates

procoagulation effects of high-fat diet in rats. Drug Des Devel Ther. 2015;

9: 3951-3959.

26. Yida Z, Imam MU, Ismail M, et al. Edible bird’s nest prevents high fat

diet-induced insulin resistance in rats. J Diabetes Res. 2015; 760535.

27. Hou Z, Imam MU, Ismail M, et al. Nutrigenomic effects of edible bird’s

nest on insulin signaling in ovariectomized rats. Drug Des Devel Ther.

2015; 9: 4115-4125.

28. Silverthorn DU. Human Physiology An Integrated Approach 5th Edition.

San Fransisco: PEARSON. 2010; p.469

29. Graaff VD. Human Anatomy 6th

Edition. New York: McGraw Hill Medical

Education; 2001.

30. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 14th

Edition. USA: Wiley; 2014.

Page 63: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

49

31. Marieb EN, Wilhelm PB, Mallatt J. Human Anatomy 6th

Edition. San

Fransisco: PEARSON; 2012.

32. Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd

Edition.

Philadelphia: Saunders; 2007.

33. Eroschenko VP. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.

34. Treuting PM, Dintzis SM, Montine KS. Comparative Anatomy and

Histology A Mouse, Rat, and Human Atlas 2nd

Edition. Chennai:

ELSEVIER. 2018.

35. Lobo V, Patil A, Chandra PN. Free Radicals, antioxidant and functional

foods: Impact on human health. India: Department of Botany, Birla

College. 2010.

36. Carocho M, Ferreira IC. A Review on Antioxidants, prooxidants, and

related controversy: Natural and synthetic compounds, screening, and

analysis methodologies and future perspectives. Journal of Food and

Chemical Toxicology. ELSEVIER. 2013.

37. Ebadi, M. Antioxidants and free radicals in health and disease: An

introduction to reactive oxygen species, oxidative injury, neuronal cell

death and therapy in neurodegenerative diseases. Arizona: Prominent Press.

2001; 13-5.

38. Djordjevic VB. Free Radicals in Cell Biology. ELSEVIER: Institute for

Biochemistry, Faculty of Medicine, University of Nis, Serbia and

Montonegro. 2004.

39. Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. Free

Radicals and Antioxidants in Normal Physiological Functions and Human

Disease. Int J Biochem Cell Biol. 2007; 39: 44–84.

40. Darmanyan AP, Gregory DD, Guo Y, Jenks WS, Burel L, Eloy D, Jardon

P. Quenching of singlet oxygen by oxygen- and sulfur-centered radicals:

evidence for energy transfer to peroxyl radicals in solution. J. Am. Chem.

Soc. 1998; 120, 396–403.

41. Heim KE, Tagliaferro AR, Bobilya DJ. Flavonoid antioxidants: chemistry,

metabolisme and structure–activity relationships. J. Nutr. Biochem. 2002;

13, 572–584.

42. Min DB, Boff JM. Chemistry and reaction of singlet oxygen in foods.

Comp. Rev. Food Sci. F. 2002; 1, 58–72.

43. Pokorny J. Are natural antioxidants better – and safer – that synthetic

antioxidants? Eur. J. Lipid Sci. Technol. 2007; 109, 629–642.

44. Kancheva VD. Phenolic antioxidants – radical-scavenging and chain-

breaking activity: a comparative study. Eur. J. Lipid Sci. Technol. 2009;

111, 1072– 1089.

Page 64: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

50

45. Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Victor W, Weil PA, et

al. Biokimia Harper 29th

ed. Jakarta: EGC. 2016.

46. Douglass WC. Hydrogen Peroxide Medical Miracle. Panama: Rhino

Publishing. 2003.

47. Ahmad P, Sharma I. Catalase A Versatile Antioxidant in Plants. Oxidative

Damage to Plants. 2014; 131.

48. Ardo, M.H. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih

(Collocalia fuchipaga thunberg) Terhadap Aktivitas Enzim Katalase Pada

Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley. 2017.

49. Pribadi, GA. Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan Model

Penelitian Nikotin. Bogor: IPB. 2008.

50. Leichtweis S, Ji L. Exercise and Oxidative Stres: Sources of Free Radicals

and Their Impact on Antioxidant Systems. Univ of Wisconsin-Madison.

1997.

51. Silvia FS. Aktivitas Spesifik Katalase Jaringan Jantung Tikus yang

Diinduksi Hipoksia Hipobarik Akut Berulang. Jakarta: FKUI. 2009; 25-7.

52. Hu Q, et al. Edible Bird’s Nest Enhances Antioxidant Capacity And

Increases Lifespan in Drosophila melanogaster. 2016; 116-22.

53. Paolini M, Pozetti L, et al. The Nature Prooxidant Activity of Vitamin C.

University of Bologna Italy. 1999;64 (23): 273-278.

54. Lovell MA, Ehmann WD, Buffer BM, Markesberry WR. Elevated

thiobarbituric acid reactive substances and antioxidant enzyme activity in

the brain in Alzheimers disease. Neurology 1995;45: 1594-601.

55. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5 Cetakan

Ketiga. Jakarta: Salemba Medika; 2011. 79-102p.

56. Lung JK, Destiani DP. Uji Akivitas Vitamin A, C, E dengan Metode

DPPH. Jurnal Universitas Padjajajaran, Farmaka Suplemen Vol.15 (1).

2015.

57. Fardiaz S, Ratih D, Slamet B. Risalah Seminar ; Bahan Tambahan Kimiawi

(Food Additive). Institut Pertanian Bogor; 1987.

58. Foster JR, Frost D. The History of the Rat. Boorman’s Pathology of the

Rat. 2018; 7–12.

Page 65: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

51

Lampiran 1

Hasil Determinasi

Sumber: Ardo,M. 2017.

Page 66: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

52

Lampiran 2

Alur Pembuatan Ekstrak Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga)

Sumber: Ardo, M. 2017.

Melakukan

persiapan,

yaitu

menyiapkan

sarang burung

walet yang

akan dijadikan

ekstrak

Bersihkan

sarang burung

walet dari bulu

burung yang

tersisa

menggunakan

air mengalir

Keringkan sarang

burung

walet di

suhu

ruangan

Dihaluskan

sarang burung

walet

menggunakan

blender

Ditimbang

sarang burung

walet

(didapatkan

berat

sebanyak 511

gram)

Dilarutkan

dalam

aquabidest

sebanyak

15,5 L

Dipanaskan

pada suhu 60º selama 30

menit

Dilakukan

homogenisasi

pada kecepatan

800 rpm selama

30 menit

Dilakukan

sonikasi selama

30 menit

Disaring

dengan

menggunakan

dua lapis kain

kasa

Pemekatan

dengan

metode

Freeze dry

selama 14

hari di LIPI

Cibinong

Serbuk

ekstrak

sarang

burung

walet

(Collocalia

fuciphaga

Thunberg)

sebanyak

26,607 gram

Page 67: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

53

Lampiran 3

Perhitungan Volume Administrasi (VAO)

VAO (mL) =

a. Dosis Rendah (10 mg/kgBB)

3 ml =

Konsentrasi = 1 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang

dibutuhkan adalah sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)

Ekstrak = 1 mg/mL x 50 mL

= 50 mg

b. Dosis Sedang (20 mg/kgBB)

3 ml =

Konsentrasi = 2 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang

dibutuhkan adalah sebanyak:

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)

Ekstrak = 2 mg/mL x 50 mL

= 100 mg

Page 68: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

54

c. Dosis Tinggi (40 mg/kgBB)

3 ml =

Konsentrasi = 4 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL maka ekstrak yang

dibutuhkan sebanyak:

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)

Ekstrak = 4 mg/mL x 50 mL

= 200 mg

Sumber: Ardo, M. 2017.

Page 69: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

55

Lampiran 4

Alur Pengukuran Kadar Protein

Persiapan alat dan bahan

Menyalakan nanodrop

Pilih software uji protein, dan atur panjang gelombang 280

nm

Bersihkan nanodrop dengan aquabidest

Klik blank

Masukkan sampel menggunakan mikropipet sebanyak 1 l

Klik measure dan baca hasil

Page 70: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

56

Lampiran 5

Alur Pengukuran Aktivitas Enzim Katalase

Homogenat

Jantung

normal

Homogenat

Jantung

kontrol

positif

Homogenat

Jantung

Perlakuan

1 (dosis

rendah)

Homogenat

Jantung

Perlakuan

2 (dosis

sedang)

Homogenat

Jantung

Perlakuan

3 (dosis

tinggi)

Masukkan

ke dalam

kuvet

sebanyak

50 l

Masukkan

ke dalam

kuvet

sebanyak

50 l

Masukkan

ke dalam

kuvet

sebanyak

50 l

Masukkan

ke dalam

kuvet

sebanyak

50 l

Masukkan

ke dalam

kuvet

sebanyak

50 l

Tambahkan dengan larutan PBS 50 l

Tambahkan larutan H2O2 sebanyak 950 l

Hitung dalam menit ke 0, 1, 2, dan 3

Baca hasil dengan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 240

nm

Page 71: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

57

Lampiran 6

Alur Pembuatan Preparat

Page 72: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

58

Lampiran 7

Penghitungan Pengenceran Alkohol

Pengenceran alkohol dilakukan dengan penghitungan yaitu:

1. Pengenceran alkohol 30% = 300 mL alkohol 95% + 650 mL aquades

2. Pengenceran alkohol 50%= 500 mL alkohol 95% + 450 mL aquades

3. Pengenceran alkohol 70% = 700 mL alkohol 95% + 250 mL aquades

4. Pengenceran alkohol 80% = 800 mL alkohol 95% + 150 mL aquades

5. Pengenceran alkohol 90% = 900 mL alkohol 95% + 50 mL aquades

Page 73: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

59

Lampiran 8

Analisis Statistik Aktivitas Katalase

Analisis statistik aktivitas katalase menggunakan software SPSS versi 23.

Analisa dilakukan dengan membandingkan aktivitas katalase pada seluruh

kelompok dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis.

A. Uji Normalitas

B. Uji Homogenitas Varian

C. Uji Kruskal-Wallis

Page 74: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

60

D. Uji Mann-Whitney

Page 75: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

61

Page 76: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

62

Page 77: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

63

Page 78: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

64

Lampiran 9

Gambar Proses Penelitian

Gambar 9.1. Sampel Gambar 9.2. Pemotongan

Jaringan Jantung jaringan

Gambar 9.3. Penimbangan Gambar 9.4. Pengukuran

organ jantung dengan Protein

Timbangan Analitik

Gambar 9.5. Alat dan Bahan Uji Aktivitas Katalase

Page 79: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET …

65

Lampiran 10

Riwayat Penulis

Nama : Afdalia Rani Nasution

NIM : 11151030000072

Tempat, tanggal lahir : Medan, 13 Agustus 1998

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kencana 3 No 72, RT 08 RW 13, Cilandak

Barat, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Email : [email protected]

[email protected]

Riwayat Pendidikan :

2001 — 2003 : TK Islam Nurul Azizi, Medan, Sumatra Utara

2003 — 2009 : SD Negeri 002 Ujung Batu, Rokan Hulu, Riau

2009 — 2012 : SMP Negeri 68, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

2012 — 2015 : SMA Negeri 70, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

2015 — sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta