EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Yuvita NIM: 058114042 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Embed
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP SIFAT FISIS …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP
SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) :
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yuvita
NIM: 058114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP
SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) :
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yuvita
NIM: 058114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
I know who holds the future,
And I know who holds my hand;
With God things don’t just happen,
Everything by Him is planned._Smith
Ada saatnya manusia itu tidak berpikir secara logika saja,
namun ada waktunya manusia juga harus berserah dan percaya dengan
kekuatan Ilahi yang kadang menurut logika manusia tidak mungkin.
Sebab tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah.
Segalanya sudah Ia rencanakan bagi kita.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Tuhan Yesus & Bunda Maria yang selalu mencintai dan menopangku
Papa & Mama tercinta atas kasih dan keyakinan yang diberikan untukku
Kakak & adik-adikku atas motivasi dan semangat yang diberikan
FST & FKK 2006 buat persahabatan yang berharga
Kost Pelangi atas kekeluargaan yang diberikan selama ini
Almamaterku, Sanata Dharma yang tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas
semua berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm).
Penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam
menyelesaikan laporan akhir ini. Namun dengan bantuan dari banyak pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir tersebut. Dengan kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan
kepada :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai penulis.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang
diberikan.
5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang
diberikan.
6. Papa, Mama, Pho pho, Ria ce, Paskalia, Leo, Lusi, Min ko, Blesita, dan Feli
atas dukungan, kasih sayang, dan cintanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Dani, Lia, dan Yosephine sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama,
dan dukungannya.
8. Siska, Fungci, Pika, Desi, Ana, Dewi, ibu dan bapak kost serta teman-teman
kost Pelangi atas dukungan dan pertemanan kita.
9. Sutina, Liliana, Lili, Lilis, Suminto, Sugianto, Frandy, dan teman-teman
yang selalu memberi semangat dan dukungan.
10. Aya, Yola, Mita, Lulu, Pius, Adit, Nia, dan teman-teman sekelas atas suka
dan duka yang kita lewati bersama.
11. Teman-teman angkatan 2005 dan 2006 atas pertemanan kita selama ini.
12. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Sigit, Mas Wagiran, serta
laboran-laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan
laporan akhir.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak
kekurangan mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Sifat fisis dan stabilitas emulsi oral Air/Minyak (A/M) dipengaruhi oleh proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran. Lama pencampuran memberi pengaruh pada viskositas emulsi sehingga memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis. Suhu pencampuran memberikan energi kinetik pada droplet fase terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek proses pencampuran (lama dan suhu pencampuran) terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.).
Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat eksperimental dengan menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu lama pencampuran-suhu pencampuran dan dua level yaitu level tinggi-level rendah. Sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, indeks creaming) dan stabilitas emulsi (viskositas, ukuran droplet, indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan) diamati dalam proses pencampuran. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7. 1.4 untuk mengetahui signifikansi (p<0.05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.
Hasil penelitian lama pencampuran, suhu pencampuran, dan interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emusi oral A/M ekstrak etanol buah pare. Kata kunci : lama pencampuran, suhu pencampuran, emulsi A/M, ekstrak etanol
buah pare (Momordica charantia L.), dan desain faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Physical properties and stability of W/O oral emulsion is influenced by the mixing process that includes mixing time and mixing temperature. Mixing time influences the emulsion viscosity which changes the physical properties of emulsion. Mixing temperature gives kinetic energy of the dispersed phase droplets that can facilitates emulsification. This study aimed to find out how the effect of mixing process (mixing time and mixing temperature) on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion.
This study was an experimental research using a factorial design with two factor mixing time-mixing temperature and two level high level-low level. The physical properties (viscosity, droplet size, creaming index) and the stability of the emulsion (the profiles of viscosity, droplet size, and index of creaming for 1 month; and droplet size shift over one month storage) were observed for the mixing process. The data were analyzed statistically using Design Expert 7.1.4 for knowing the significance (p<0,05) of each factor and their interaction in giving effect.
The result of this study showed that the mixing time, mixing temperature, and their interaction did not provide significant effect on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion. Keywords : mixing time, mixing temperature, W/O emulsion, Momordica
charantia L. fruit ethanolic extract, and factorial design.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ ix
INTISARI ........................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xx
DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................ xxi
BAB I. PENGANTAR ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Keaslian Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 6
A. Pare (Momordica charantia L.) .............................................................. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Pare (Momordica charantia L.) merupakan tumbuhan bangsa
Cucurbitaceae yang tumbuh baik di daerah tropis dan dataran rendah. Pare telah
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.
Aktivitas antivirus dan antineoplastik buah pare secara in vitro juga telah
dilaporkan (Basch, et al., 2003). Zat pahit dalam buah pare, yaitu kukurbitasin K
(C37H58O9) dan L (C36H58O9) (Okabe, et al., 1980), diduga terlibat dalam
penghambatan spermatogenesis. Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai
antispermatogenesis dan bersifat reversibel pada dosis 750 mg/kgBB mencit
(Sutyarso, 1992). Ekstrak etanol buah pare juga memiliki aktivitas antiulser
(Gurbuz, et al., 2000), antibakteri (Abalaka, et al., 2009), dan digunakan untuk
wound healing (Teoh, et al., 2008).
Pengembangan ekstrak etanol buah pare terkait dengan aktivitas yang
diinginkan membutuhkan bentuk sediaan yang siap digunakan dalam uji klinik.
Hal ini memberi peluang kepada para peneliti untuk mencoba memformulasikan
ekstrak etanol buah pare dalam suatu teknik formulasi sediaan farmasi. Tantangan
dalam pengembangan sediaan oral ekstrak etanol buah pare adalah pada ekstrak
etanol buah pare memiliki rasa pahit yang diduga karena adanya kandungan
kukurbitasin (Okabe, et al., 1980). Sediaan farmasi yang memungkinkan untuk
menutupi rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare antara lain adalah emulsi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kapsul. Sediaan kapsul mempunyai kecepatan absorbsi yang lebih lambat
dibandingkan emulsi sehingga bioavailabilitas oral kapsul lebih rendah.
Dalam penelitian ini akan dibuat bentuk sediaan emulsi yaitu sistem air
dalam minyak (A/M) dari ekstrak etanol buah pare. Menurut Certificate of
Analysis (CoA) yang diperoleh dari PT. Javaplant, ekstrak etanol buah pare larut
dalam air. Pertimbangan utama pemilihan bentuk sediaan emulsi sistem A/M
adalah ekstrak etanol buah pare akan berada dalam droplet air yang terlindung
dalam fase minyak, dengan demikian rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare akan
tertutupi atau berkurang. Difusi ekstrak etanol buah pare akan terhalangi oleh fase
minyak sehingga mengurangi kontak langsung dengan saliva dan rasa pahit di
mulut menjadi berkurang. Emulsi A/M dapat juga dikembangkan menjadi sediaan
prolonged release (Davis, et al., 1985). Untuk perkembangan lebih lanjut, emulsi
tipe A/M dapat digunakan sebagai dasar pembuatan emulsi tipe A/M/A untuk
meningkatkan penggunaan secara oral.
Dalam pembuatan sediaan emulsi, proses pencampuran merupakan
proses dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi dengan sifat
fisis dan stabilitas emulsi yang baik. Selama proses pencampuran, semakin lama
pencampuran menyebabkan semakin lama gaya geser yang diberikan oleh mixer
sehingga akan mempengaruhi proses emulsifikasi membentuk sistem emulsi yang
stabil, serta memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis emulsi. Peningkatan
suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan kinetik dari droplet fase
terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi (Nielloud dan Mestres,
2000). Namun suhu pencampuran yang terlalu tinggi akan merusak ikatan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
emulgator dengan fase dispers dan fase kontinunya sehingga sistem emulsi
menjadi tidak stabil. Variasi lama dan suhu pencampuran diyakini akan
memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan
parameter-parameter sediaan emulsi seperti sifat fisis dan stabilitas emulsi selama
penyimpanan. Pada pencampuran secara mekanik, alat yang digunakan adalah
mixer (Sheth dan Bandelin, 1992) yaitu propeller mixer, dan homogenizer
(Bjerregaard, et al., 1999).
Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi efek lama
dan suhu pencampuran secara simultan adalah desain faktorial. Desain faktorial
pada dua level dan dua faktor (Full Factorial Design 22), merupakan metode
rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek faktor
terhadap kualitas suatu sediaan. Faktor yang diteliti adalah lama dan suhu
pencampuran dengan variasi lama dan suhu pencampuran sebagai level yang
dipilih. Signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek
dianalisis menggunakan Design Expert 7.1.4 dengan Anova pada taraf
kepercayaan 95% (p<0.05).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan:
Apakah variasi lama dan suhu pencampuran pada level yang diteliti memberikan
efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak
etanol buah pare ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian
tentang Efek Lama dan Suhu Pencampuran Terhadap Sifat Fisis Dan Stabilitas
Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare : Aplikasi Desain Faktorial belum
pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis : menambah informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai
efek proses pencampuran meliputi lama dan suhu pencampuran terhadap
sediaan emulsi oral A/M dan aplikasi desain faktorial dalam analisis pengaruh
tersebut.
2. Manfaat Metodologis : menambah informasi dalam bidang kefarmasian
mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek lama dan suhu
pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M.
3. Manfaat Praktis : mengetahui efek lama dan suhu pencampuran serta
interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi sehingga
dapat diterima oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : membuat sediaan emulsi oral A/M dengan zat aktif berupa
ekstrak etanol buah pare.
2. Tujuan Khusus : mengetahui efek dari proses pencampuran yang meliputi
lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat
fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pare (Momordica charantia L.)
Tanaman pare merupakan tumbuhan bangsa Cucurbitaceae memiliki
sinonim yaitu Momordica chinensis, M. elegans, M. indica, M. operculata, M.
sinensis, Sicyos fauriel (Taylor, 2002). Tanaman ini merupakan tanaman yang
hidup di daerah tropis, dapat tumbuh di daratan rendah sampai ketinggian 500
meter di atas permukaan laut. Penyebarannya meliputi Cina, India dan Asia
Tenggara (Williams, Ng, 1971).
1. Morfologi
Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau
sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk 5,
panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang
panjangnya 1,5 – 5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan
panjang 3,5 – 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung,
warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai belekuk menyirip. Bunga tunggal,
berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah
bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan,
panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye
yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih
memanjang, keras (Anonim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 1. Tanaman Pare (Kress, 1997)
2. Kandungan Kimia
Sebagai tumbuhan bangsa Cucurbitaceae, tanaman pare mengandung
kukurbitasin yang tergolong dalam glikosida triterpen (Okabe, et al., 1980).
Kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam pare antara lain alkaloid,
diosgenin, cucurbitin, momorcharin, karantin, asam linolenat, momordikosida,
asam oleanat, asam resinat, vitamin A, B, dan C (Williams dan Ng, 1971). Buah
pare yang diekstraksi dengan etanol mengandung kukurbitasin K dan L yang
menyebabkan rasa pahit dan kukurbitasin F1, F2, G dan I yang tidak menyebabkan
rasa pahit (Okabe, et al., 1982).
3. Kegunaan
Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus. Uji klinis menunjukkan bahwa perasan pare, buah, dan serbuk
keringnya memberikan efek hipoglikemik sedang, dengan efek samping
hypoglicemic coma dan konvulsi pada anak-anak, mengurangi fertilitas mencit,
favism-like syndrome, meningkatkan γ-glutamiltransferase dan fosfatase dalam
hewan, dan sakit kepala (Basch, et al., 2003). Pada analisis elektroforesis dan
spektrum infra merah menunjukkan bahwa komponen dari ekstrak pare memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kemiripan struktur dengan insulin binatang (Ng, et al., 1986). Aktivitas
hipoglikemik dari ekstrak buah pare bila dibandingkan dengan aktivitas dari
tolbutamide dan sulphonylurea adalah ekstrak buah pare 500 mg/kg BB
menyebabkan 10-15% penurunan glukosa darah setelah 1 minggu (Biyani, et al.,
2003).
Zat pahit dalam buah pare, yaitu kukurbitasin K (C37H58O9) dan L
(C36H58O9) (Okabe, et al., 1980), merupakan golongan kukurbitasin diduga
terlibat dalam penghambatan spermatogenesis. Kukurbitasin yang digolongkan
dalam glikosida triterpen memiliki struktur dasar siklopentan perhidrofenantrena
yang juga dimiliki oleh steroid. Menurut Jackson dan Jones (1972) steroid dapat
berperan sebagai penghambat spermatogenesis. Ekstrak etanol buah pare dapat
berperan sebagai antispermatogenesis dan bersifat reversibel pada dosis 750
mg/kgBB mencit (Sutyarso, 1992). Studi toksikologi menunjukkan bahwa pare
aman untuk kesehatan manusia dan tidak memiliki efek toksik (Chopra, et al.,
1956). Menurut penelitian Saribulan (1993), tingkat toksisitas ekstrak metanol
buah pare termasuk kategori praktis tidak toksik yaitu terletak pada rentang (5-15
g/kg).
Aktivitas antivirus dan antineoplastik secara in vitro juga telah
dilaporkan (Basch, et al., 2003). Aktivitas anti-virus HIV pare terletak pada
kandungan protein momorcharin alfa dan beta, atau pada protein MAP30
(Momordica Antiviral Protein 30) (Manitto, 1981; Anonim, 2006; Liu, 1993).
Ekstrak etanol buah pare memiliki aktivitas antibakteri, yaitu pada 0,1
mg/ml (terhadap S. pyogenes) dan pada konsentrasi 1 mg/ml (terhadap E.coli dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
S.aureus) (Abalaka, et al., 2009). Selain itu, ekstrak etanol buah pare memiliki
aktivitas antiulser (Gurbuz, et al., 2000) dan wound healing (Teoh, et al., 2008).
Pare juga digunakan secara topikal pada kulit untuk mengobati penyakit vaginitis,
hemorrhoids, scabies, eksim, dan penyakit kulit lainnya (Gislene, et al., 2000).
B. Emulsi
1. Definisi
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan emulgator atau surfaktan yang cocok (Anonim, 1979).
Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak
stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak saling campur satu
sama lain dan untuk memantapkan diperlukan penambahan emulgator (Voigt,
1994).
Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam atau
fase diskontinu dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinu (Ansel,
1969).
2. Teori Pembentukan Emulsi
Dalam pembuatan suatu emulsi, banyak teori yang telah dikembangkan
untuk menjelaskan proses terbentuknya emulsi yang stabil dan bagaimana
emulgator bekerja dalam meningkatkan emulsifikasi. Teori pembentukan emulsi
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
a) Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension Theory)
Menurut teori ini semua cairan mempunyai kecenderungan
menerima suatu bentuk yang mempunyai luas permukaan terbuka dalam
jumlah yang paling kecil. Untuk droplet cairan bulat, ada tenaga (kekuatan)
yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk
menahan distorsi dari droplet menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Dua
atau lebih droplet cairan yang sama saling bertemu cenderung untuk
bergabung membuat satu droplet yang lebih besar dan mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan total dari
droplet- droplet itu sendiri sebelum bergabung. Bila lingkungan disekitar
cairan adalah udara, maka disebut tegangan permukaan cairan (liquid’s
surface tension). Dan bila cairan kontak dengan cairan kedua dimana
keduanya tidak saling larut dan tidak dapat campur, gaya yang menyebabkan
masing-masing cairan untuk melawan pecahnya menjadi partikel yang lebih
kecil disebut tegangan antarmuka (interfacial tension). Zat-zat yang dapat
meningkatkan penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan
untuk menjadi droplet yang lebih kecil. Zat-zat yang menurunkan tegangan ini
disebut emulgator (Ansel, 1969).
b) Oriented Wedge Theory
Teori ini mengasumsikan bahwa lapisan monomolekular dari
emulgator melingkari suatu droplet dari fase dalam emulsi. Emulgator tertentu
mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam cairan tertentu terkait dengan
kelarutan mereka. Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
saling tidak bercampur, emulgator akan memilih larut dalam salah satu fase
dan terikat kuat dan terbenam dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase
lainnya. Karena molekul-molekul mempunyai suatu bagian hidrofilik dan
suatu bagian hidrofobik, maka molekul-molekul tersebut akan mengarahkan
dirinya ke masing-masing fase. Umumnya suatu emulgator yang mempunyai
karakteristik hidrofilik lebih besar daripada hidrofobiknya akan membentuk
emulsi minyak dalam air dan sebaliknya membentuk emulsi air dalam minyak
apabila karakteristik hidrofobik emulgator lebih besar daripada hidrofiliknya
(Ansel, 1969).
c) Teori lapisan antarmuka (Plastic Film Theory)
Teori ini menempatkan emulgator pada antarmuka antara minyak
dan air, mengelilingi droplet fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film
yang diadsorbsi pada permukaan dari droplet tersebut. Lapisan tersebut
mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin
fleksibel lapisan tersebut maka makin stabil emulsinya. Secara alami, lapisan
yang terbentuk harus dapat menutupi seluruh permukaan masing-masing
droplet fase dalam. Pembentukan emulsi tipe A/M atau M/A tergantung pada
derajat kelarutan dari emulgator dalam kedua fase tersebut, emulgator yang
larut dalam air akan merangsang terbentuknya emulsi M/A dan emulgator
yang larut dalam minyak sebaliknya (Ansel, 1969).
d) Teori Lapisan Listrik Rangkap
Apabila terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap tetesan minyak dilindungi
oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha dari tetesan minyak yang akan bergabung menjadi satu
molekul besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap tetesan
minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama
tetesan akan tolak menolak, stabilitas emulsi akan bertambah (Parrott, 1971).
e) Teori Pasak
Teori ini mempertimbangkan bangun geometrik emulgator dan
menjelaskan mengapa suatu emulgator menyebabkan pembentukan emulsi
M/A, yang lain emulsi A/M. Dalam hal emulgatornya larut air, bagian
hidrofilnya akan menebal dan memenuhi ruang melalui keteraturan steriknya
atau akibat proses hidratasinya. Pada emulgator lipofil, misal pada sabun
kation bervalensi banyak, terjadi hal sebaliknya. Rantai rangkap asam lemak
membutuhkan ruang yang lebih besar, oleh karena itu kecenderungan disosiasi
garam alkali tanah berkurang, sehingga proses hidratasi gugus hidroksilnya
lebih rendah. Efek pasak menyebabkan melengkungnya batas antar permukaan
mengelilingi tetesan air (Voigt, 1994).
3. Klasifikasi Tipe Emulsi
Emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan
adanya emulgator maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya.
Secara umum dikenal dua tipe emulsi yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
a) Tipe Emulsi Air dalam Minyak (A/M)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan
minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung
kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak
emulsi. Jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi
sangat sulit bercampur / dicuci dengan air.
b) Tipe Emulsi Minyak dalam Air (M/A)
Emulsi minyak dalam air merupakan suatu jenis emulsi yang fase
terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran
kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya
mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat
diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci (Anief, 1993).
4. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
Sifat fisis emulsi tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, tapi oleh
banyak faktor lain seperti kecepatan geser (kecepatan putar), waktu (waktu
pencampuran), dan komposisi emulgator (Nielloud dan Mestres, 2000). Untuk
mengevaluasi sifat fisis suatu emulsi dapat dilihat dari viskostas, ukuran droplet,
dan indeks creaming emulsi.
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan
distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang (Voigt, 1994). Umumnya, suatu emulsi dianggap tidak stabil secara
fisik jika:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a) Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan dengan cepat.
b) Jika agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut
akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c) Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi
yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam (Ansel,
1969).
Ketidakstabilan emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Flokulasi
Flokulasi menggambarkan penggabungan reversibel yang lemah
antara droplet-droplet emulsi yang dipisahkan oleh lapisan tipis dari fase
kontinu. Penggabungan tersebut terjadi karena adanya interaksi gaya tarik
menarik antardroplet dan umumnya bersifat reversibel dengan penggocokan
ringan. Flokulasi umumnya dianggap sebagai prekursor terjadinya coalescence
(Eccleston, 2007).
b) Inversi
Ialah peristiwa perubahan tipe emulsi dengan tiba-tiba, dari satu tipe
ke tipe yang lain dan sifatnya irreversibel (Anief,1989). Inversi dapat terjadi
karena adanya penambahan elektrolit, perubahan rasio volume fase, ataupun
karena perubahan temperatur. Inversi fase dapat diminimalisir dengan
menggunakan emulgator yang tepat dalam konsentrasi optimum,
mempertahankan konsentrasi fase dispersi antara 30-60%, dan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyimpan emulsi di tempat dingin (Ali, et al., 2008). Volume fase dalam
yang semakin besar akan menyebabkan terjadi perluasan lapisan antarmuka
sehingga dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Jika volume fase dalam
melebihi fase kontinu, emulsi menjadi tidak stabil yang pada akhirnya terjadi
inversi fase (Mollet dan Grubenmann, 2001).
c) Coalescence
Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena adanya penggabungan
droplet-droplet kecil fase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang
bersifat ireversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula
melalui pengocokan (Anief,1989).
Coalescence adalah peristiwa dimana droplet fase terdispersi
bergabung dan membentuk droplet yang lebih besar, yang diawali dengan
drainase dari lapisan cairan fase kontinu (Eccleston 2007). Coalescence dari
droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya lapisan emulgator
yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap droplet. Dua droplet yang
saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang
berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk
lain menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya meningkatkan
energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini akan tertahan
dan pengeringan film fase kontinu dari antara dua droplet akan tertunda
(Aulton, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
d) Creaming
Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian
yang satu memiliki fase fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain.
Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya coalescence dari
droplet, karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang
mengalami creaming terlihat tidak elegan dan jika emulsi tidak digojog secara
cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar.
Menurut hukum Stokes kecepatan terbentuknya creaming dapat
dikurangi dengan metode-metode berikut :
a. Produksi emulsi dengan ukuran droplet kecil
b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinu
c. Mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase
d. Mengontrol konsentrasi fase dispersi
Persamaan hukum Stokes di bawah ini:
18ηg )ρ(ρ d
v 212 −
= .............................Persamaan (1)
Keterangan:
V= kecepatan pengapungan atau sedimentasi
D= diameter tetesan
ρ1= kerapatan fase internal
ρ2= kerapatan fase eksternal
η = viskositas, dan g = percepatan gravitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dari hukum Stokes dapat diketahui bahwa:
a. Kecepatan pembentukan creaming berbanding lurus dengan selisih
kerapatan antara fase minyak dan fase air. Peristiwa pembentukan creaming
dapat diminimalkan dengan memilih kerapatan dari kedua fase yang hampir
sama. Kebanyakan minyak mempunyai kerapatan di bawah 1,00.
b. Kecepatan pembentukan creaming berbanding lurus dengan jari-jari butiran.
Butir-butir tetesan kecil lebih lambat naik jika dibandingkan dengan butir-
butir tetesan besar, sehingga pembentukan creaming dapat diminimalkan
dengan memperkecil butiran-butiran fase dispersi.
c. Kecepatan pembentukan creaming berbanding terbalik dengan viskositas
medium. Kenaikan temperatur akan mengurangi viskositas sehingga dapat
menyebabkan creaming. Untuk menanggulangi hal ini, emulsi harus
disimpan di tempat sejuk. Creaming dapat diminimalkan dengan menaikkan
viskositas medium (Gunn, 1975).
e) Ostwald Ripening
Pada peristiwa ostwald ripening, terjadi peristiwa di mana droplet
besar menjadi semakin besar. Ostwald ripening terjadi ketika droplet kecil
(kurang dari 1 µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi (dan tekanan uap)
lebih besar daripada droplet besar dan sebagai akibatnya adalah secara
termodinamik tidak stabil. Untuk mencapai kondisi kesetimbangan, molekul
dari droplet larut dan berdifusi melalui fase kontinu untuk memperbesar droplet
besar (Eccleston, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 2. Fenomena ketidakstabilan emulsi (Eccleston, 2007)
5. Metode Evaluasi Emulsi
a) Indeks Creaming
Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan pemeriksaan indeks
creaming atau coalescence yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya
dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang
memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 2002).
b) Analisis Ukuran Droplet
Ukuran droplet suatu emulsi mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas
emulsi. Emulsi yang terdiri dari droplet polidispers akan cenderung
menunjukkan viskositas lebih rendah dibandingkan sistem monodispers karena
perbedaan ketebalan lapisan listrik ganda. Ukuran droplet rata-rata yang
semakin kecil akan meningkatkan luas permukaan spesifik dan lebih banyak
koloid akan terabsorpsi pada permukaan droplet. Untuk meningkatkan
viskositas emulsi dapat dengan memperkecil diameter rata-rata droplet, yaitu
dapat dilakukan melalui homogenisasi. Jika ukuran droplet rata-rata meningkat
dalam waktu tertentu dan diikuti dengan menurunnya jumlah droplet, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dapat diasumsikan terjadi coalescence. Oleh karena itu, perlu untuk
membandingkan laju coalescence untuk berbagai variasi formulasi emulsi.
Ukuran droplet fase dispers dikontrol oleh metode dan kondisi pembuatan serta
karakteristik dan konsentrasi emulgator (Aulton, 2002).
Satuan ukuran droplet yang sering digunakan dalam mikromeritik
adalah mikrometer (µm) yang sering disebut mikron. Dalam bidang farmasi
ada informasi yang perlu diperoleh dari droplet yaitu (1) bentuk dan luas
permukaan droplet dan (2) ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet
(Martin, et al., 1993). Data tentang ukuran droplet diperoleh dalam diameter
droplet dan distribusi diameter (ukuran) droplet, sedangkan bentuk droplet
memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik droplet (Martin, et al.,
1993).
Metode mikroskopik merupakan metode sederhana menggunakan
satu alat mikroskop, bisa menggunakan mikroskop biasa dalam pengukuran
ukuran droplet yang berkisar 0,2 µm sampai 100 µm. Di bawah mikroskop
tersebut di tempat dimana droplet terlihat diletakkan mikrometer untuk
memperlihatkan ukuran droplet tersebut. Droplet diukur sepanjang garis tetap
yang dipilih secara sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati
pusat droplet. Kerugian dari metode mikroskopi adalah bahwa garis tengah
yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu dimensi panjang
dan lebar. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet
agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini
membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Distribusi ukuran droplet, jika jumlah atau berat droplet yang terletak
dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran
droplet rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik kurva
distribusi frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin, et al., 1993)
Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu
garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena
mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya
sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi frekuensi juga dapat
terlihat ukuran droplet berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel
disebut modus. Metode lain yang sering digunakan dalam menampilkan data
adalah dengan memplotkan persentasi kumulatif di atas atau di bawah suatu
ukuran tertentu terhadap ukuran droplet (Martin, et al., 1993).
c) Viskositas dan Rheologi (Sifat Alir)
Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Viskositas tinggi pada rate of shear rendah memperlambat perpindahan dari
droplet fase dispers sehingga stabilitas fisik emulsi terjaga. Sedangkan pada
rate of shear tinggi, viskositas yang dihasilkan rendah sehingga kemungkinan
terjadi creaming dan coalescence. Viskositas dari fase kontinu sangat
mempengaruhi viskositas emulsi secara keseluruhan (Aulton, 2002).
Viskositas juga dipengaruhi oleh konsentrasi atau volume fase dalam,
yaitu berdasarkan persamaan Einstein sebagai berikut.
η = η0 (1 + 2,5φ) .......... Persamaan (2)
Keterangan : η = viskositas emulsi
η0 = viskositas fase kontinu
φ = rasio fase dalam terhadap fase kontinu
Dari persamaan tersebut, semakin besar rasio fase, maka viskositas emulsi akan
semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi fase dalam, maka rasio fase
akan semakin besar, menyebabkan viskositas emulsi akan meningkat. Namun,
harus diperhatikan bahwa dengan semakin besarnya konsentrasi fase dalam,
maka akan berpengaruh pada kestabilan emulsi (Mollet dan Grubenmann,
2001).
Penggolongan bahan menurut aliran dan deformasi dibagi menjadi dua
yaitu sistem Newton dan sistem non-Newton. Dispersi heterogen cairan dan
padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk serupa
termasuk dalam sistem non-Newton (Martin, et al., 1993). Idealnya suatu
sediaan emulsi menunjukkan sifat aliran plastik/pseudoplastik dan tiksotropi
(Aulton, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan sintesis
menunjukkan aliran pseudoplastis yang sering dikenal sebagai shear-thining
system. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of
shear. Tiksotropi merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing.
Tiksotropi dapat diterapkan untuk bahan-bahan dengan tipe aliran plastis dan
pseudoplastis (Martin, et al., 1993).
d) Tipe Emulsi
Menurut Voigt (1994), untuk menentukan tipe emulsi ada 5 cara :
1. Cara Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini
hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi
tidak pecah maka, tipe emulsi M/A. Jika pecah maka tipe emulsi A/M.
2. Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air
(M/A). Contoh : methylene blue.
3. Penggunaan kertas saring
Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe emulsi
A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi M/A.
4. Cara Flouresensi
Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi M/A
flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi A/M flouresensinya
sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
5. Hantaran Listrik
Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena
adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak (A/M)
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
C. Emulgator
Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka
antara minyak dan air, menurunkan gaya tolak antar cairan, mengurangi tarikan
antar molekul cairan itu sendiri. Emulgator akan membentuk film atau lapisan di
sekeliling permukaan droplet-droplet fase dispers, dengan adanya film tersebut
mencegah kontak antar droplet sehingga mencegah terjadinya coalescence. Tipe
emulsi yang terbentuk tergantung dari kelarutan emulgator. Emulgator yang
mempunyai sifat hidrofil lebih besar dari lipofil akan menghasilkan emulsi
Minyak/Air (M/A) dan begitu sebaliknya. Fase dimana emulgator larut akan
menjadi fase eksternal (Ansel, 1969).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam memilih emulgator yang
digunakan, yaitu:
1. Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Sistem HLB (Hydrophile-Lypophile Balance) adalah suatu nilai polaritas dari
emulagtor (Kim, 2005). Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat
mengunakan suatu emulgator yang memiliki nilai HLB. Nilai HLB
menerangkan keseimbangan hidrofil-lipofil, yang diberikan dari ukuran dan
kuatnya gugus lipofil dan gugus hidrofil. Atas dasar efisiensi sistem HLB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dibuat pada skala 1-20. Semakin lipofil suatu emulgator, semakin rendah nilai
HLB (Voigt, 1994).
Tabel I. Klasifikasi emulgator berdasarkan nilai HLB (Voigt, 1994) HLB Penggunaan 1-3 Antifoaming agent 3-6 W/O emulsifying agent7-9 Wetting agent8-16 O/W emulsifying agent13-15 Detergents 15-18 Solubilizing agent
Emulsi Air/Minyak umumnya dibuat menggunakan emulgator dengan HLB
rendah dan emulsi Minyak/Air menggunakan emulgator yang lebih hidrofilik
dengan nilai HLB tinggi. Metode pemilihan berdasarkan pada tipe minyak
yang memerlukan emulgator dengan harga HLB yang spesifik untuk
menghasilkan emulsi yang stabil. Untuk menghasilkan emulsi yang stabil,
sejumlah emulgator dan campurannya memiliki nilai HLB yang mendekati
nilai “required” HLB minyak (Eccleston, 2007).
2. Phase Inversion Temperature (PIT)
Phase Inversion Temperature (PIT) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk memilih emulgator. Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dengan
penggunaan emulgator non ionik dengan pemanasan akan menyebabkan
terjadinya inversi menjadi emulsi Air dalam Minyak (A/M). Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya suhu menyebabkan nilai HLB dari
emulgator non ionik mengalami penurunan menjadi lebih hidrofobik. Suhu di
mana komponen hidrofilik dan lipofilik emulgator nonionik berada dalam
keseimbangan yang mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi inilah yang
disebut Phase Inversion Temperature (PIT) (Shinoda dan Arai, 1964).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Menurut Parkinson dan Sherman, 1972, ada hubungan antara stabilitas emulsi
dengan Phase Inversion Temperature (PIT) dari emulgator.
Pemilihan emulgator pada Phase Inversion Temperature (PIT) berdasarkan
sifat karakteristik emulsi. Stabilitas emulsi M/A sangat berhubungan dengan
derajat hidrasi dari lapisan antarmuka. Peningkatan suhu ataupun penambahan
garam menurunkan luas hidrasi lapisan antarmuka sehingga menurunkan
stabilitas emulsi. Pada umumnya, diperoleh emulsi M/A yang relatif stabil
pada suhu selama penyimpanan dan penggunaan antara 20-650C di bawah
PIT, diasumsikan bahwa lapisan film telah cukup terhidrasi (Eccleston, 2007).
3. Metode Mikroskopik
Metode mikroskopik didasarkan pada pengamatan bahwa campuran emulgator
yang baik menstabilkan emulsi dengan pembentukan multilayer dari fase gel
yang stabil (Eccleston, 2007).
D. Bahan-bahan Emulsi
1. Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu olahan dari daging
buah kelapa (Cocos nucifera) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO hanya
dapat diperoleh dari pengolahan daging kelapa segar atau disebut non kopra.
Penggunaan bahan-bahan kimia dan panas yang tinggi digunakan pada pemurnian
lebih lanjut seperti halnya minyak kelapa biasa (Shilhavy, 2005). VCO
mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi (92%) dari minyak
nabati lainnya termasuk minyak kelapa biasa. Kandungan asam lemak jenuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersebut didominasi oleh asam laurat (43-53%) yang merupakan Medium Chain
Fatty Acid (MCFA) yang tidak terdapat dalam sebagian besar minyak lain. Di
dalam tubuh, asam laurat (C12) akan dipecah menjadi energi dan jarang tersimpan
sebagai lemak seperti asam lemak rantai panjang karena asam lemak ini sangat
mudah diserap oleh tubuh. Oleh karena itu, asam lemak dalam VCO tidak
menghasilkan lemak melainkan energi. Asam laurat juga dapat membunuh
berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya mengandung asam lemak
(Anonim, 2008).
Required HLB VCO adalah 6 (Philip, 2004). VCO memiliki kelarutan
dalam air, yaitu membentuk campuran homogen berwarna putih ketika dicampur
dengan sedikit air. VCO pada dasarnya tidak larut dalam air pada temperatur
kamar (Patil, 2009).
2. Gliserin
Gliserin merupakan nama lain dari gliserol, propan-1,2,3-triol, 1,2,3-
propantriol, 1,2,3-trihydroksipropan gliserol dan E422. Gliserin bersifat tidak
berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairan viscous.
Gliserin merupakan alkohol dan mempunyai tiga gugus –OH yang
bertanggungjawab terhadap kelarutan di air. Rumus molekul gliserin adalah
C3H8O3 dengan bobot molekul 92,09. Gliserin dapat bercampur dengan air dan
dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap. Bobot jenisnya tidak kurang dari 1,249 (Anonim, 1999).
H2C
OH
CH
OH
CH2
OH
Gambar 4. Rumus bangun gliserin (Anonim, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gliserin dapat digunakan sebagai plasticizer, pelarut, dan pengisotonis
dalam produk farmasetis (Smolinske, 1992). Penambahan gliserin juga akan
menurunkan polaritas solven dan meningkatkan kelarutan solut lipofilik
(Buchmann, 2001).
3. Sukrosa
Sukrosa merupakan hablur putih atau tidak berwarna, tidak berbau, rasa
manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah
larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995). Sukrosa digunakan
secara luas dalam formulasi sediaan oral. Larutan sukrosa digunakan sebagai
vehicles dalam sediaan cair oral untuk meningkatkan/memperbaiki rasa atau untuk
meningkatkan viskositas (Rowe, et al., 2006).
Gambar 5. Rumus bangun sukrosa (Anonim, 1995)
4. Span 80 (Sorbitan Monooleat)
Span 80 adalah campuran ester sorbital dengan satu molekul anhidrida
asam oleat. Pemerian: cairan kental seperti minyak dengan bau khas, berwarna
kuning muda sampai kuning kecoklatan (Reynolds dan James, 1996). Span 80
tidak larut dalam air tetapi dapat terdispersi dalam air dingin atau air hangat,
bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir
semua minyak mineral dan nabati (Smolinske,1992). Umumnya digunakan dalam
pembuatan emulsi, krim, dan salep sebagai emulgator. Bila digunakan tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
campuran apapun, membentuk emulsi A/M. Namun dikombinasikan dengan
polysorbate dengan komposisi tertentu dapat membentuk emulsi A/M maupun
M/A (Aulton, 1991). Span 80 memiliki nilai HLB 4,3 (Martin, et al., 1993).
Gambar 6. Rumus bangun Span 80 (Aulton, 2002)
5. Tween 80
Polysorbatum 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang
berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap
molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Pemerian: cairan seperti minyak, jernih,
berwarna kuning muda hingga coklat tua, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Polysorbate merupakan polyethylene glycol turunan dari sorbitan ester (Anonim,
1995). Zat ini bersifat netral, tidak mudah menguap, dan stabil terhadap suhu.
Tween 80 sangat larut atau terdispersi dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan
etil asetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993). Polysorbate
menghasilkan emulsi M/A dengan tekstur yang halus, stabil pada konsentrasi
elektrolit yang tinggi dan perubahan pH. Umumnya, polysorbate dimodifikasi
dengan sorbitan esters dalam penggunaannya untuk pembuatan emulsi A/M atau
M/A (Aulton, 1991). Tween 80 memiliki nilai HLB 15,0 (Martin, et al., 1993),
Phase Inversion Temperature (PIT) 930C (Benerito dan Singleton, 1956), titik
lebur pada suhu 50 – 60C dan nilai pH 6,0 – 8,0 (Greenberg, 1954).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 (Aulton, 2002)
6. Aquadest
Aquadest dibuat dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion,
osmosis balik, atau proses lain yang sesuai dari air yang memenuhi persyaratan
untuk diminum. Aquadest biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan
farmasi (Anonim, 1979).
H2O Gambar 8. Rumus bangun Aquadest (Anonim, 1995)
7. Metil Paraben
Metil paraben merupakan turunan paraben yang banyak digunakan
sebagai pengawet antimikroba (antimicrobial agents) di dalam makanan,
kosmetik, dan sediaan farmasi lainnya (Padersen, 2005). Metil paraben (metil p-
hidroksibenzoat) juga dikenal dengan nama nipagin mempunyai berat molekul
152,14, berupa kristal putih atau serbuk kristalin sedikit membakar dan bau
karakteristik lemah atau sama sekali tidak berbau (Anonim, 2002). Metil paraben
sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter (Anonim, 1995).
Metil paraben digunakan secara luas sebagai preservatif antimikroba
untuk kosmetik, produk makanan, dan dalam formulasi farmasetik. Metil paraben
dapat digunakan sebagai zat tunggal ataupun kombinasi dengan paraben lainnya
ataupun dengan antimikroba lain. Paraben efektif pada range pH yang luas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, dan paling efektif terhadap yeast
dan mold (Rowe, et al., 2006). Pengawet dari para hidroksibenzoat biasanya
digunakan pada konsentrasi 0,1-0,2% dan dapat untuk penggunaan eksternal
maupun internal (Aulton, 2002).
Gambar 9. Rumus bangun Metil paraben ( Anonim, 1995)
E. Pencampuran
Proses pencampuran adalah salah satu proses penting dalam pembuatan
sediaan obat. Fungsinya untuk memungkinkan tercapainya homogenitas campuran
dari dua atau lebih bahan. Prinsip dasar pencampuran terletak pada penyusupan
partikel bahan yang satu di antara partikel bahan lainnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses pencampuran, namun faktor yang berpengaruh paling besar
dan relatif dapat dikendalikan yaitu antara lain suhu pencampuran dan lama
pencampuran (Voigt, 1994).
Berdasarkan penelitian dari Prinderre, et al., (1997), menunjukkan bahwa
lama pencampuran memberi pengaruh yang besar pada viskositas emulsi, dimana
viskositas menurun bila lama pencampuran meningkat. Menurut Voigt (1994),
homogenitas pencampuran tergantung pada lama pencampuran, meskipun
demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya
homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses
pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt,
1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Suhu pencampuran yang semakin tinggi dapat mempengaruhi tegangan
permukaan sehingga juga dapat mempengaruhi sifat fisis emulsi. Peningkatan
suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan kinetik, baik dari droplet fase
terdispersi maupun dari emulgator pada antar permukaan minyak – air (Nielloud
dan Mestres, 2000). Bila salah satu fase sangat kental, ataupun material berbentuk
padatan pada suhu kamar, maka pemanasan yang digunakan selama agitasi untuk
mendapatkan sistem dispersi yang lebih efisien (Lieberman, 1996). Suhu
pencampuran berpengaruh pada emulgator non-ionik. Emulgator non ionik
menunjukkan kelarutan dalam air yang semakin tinggi pada suhu rendah dan
cenderung larut dalam minyak pada suhu tinggi. Emulsi Minyak dalam Air (M/A)
dengan penggunaan emulgator non ionik dengan pemanasan akan menyebabkan
terjadinya inversi menjadi emulsi Air dalam Minyak (A/M). Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya suhu menyebabkan nilai HLB dari emulgator non ionik
mengalami penurunan menjadi lebih hidrofobik. Suhu di mana komponen
hidrofilik dan lipofilik emulgator nonionik berada dalam keseimbangan yang
mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi inilah yang disebut Phase Inversion
Temperature (PIT) (Shinoda dan Arai, 1964). Menurut Parkinson dan Sherman,
1972, ada hubungan antara stabilitas emulsi dengan Phase Inversion Temperature
(PIT) dari emulgator.
Prinsip mekanisme pencampuran cair-cair ada tiga, yaitu 1) Bulk
transport : merupakan analog dari convective mixing pada powder dimana pada
pencampuran ini terjadi gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke
tempat lain. 2) Turbulent mixing : terjadi dari gerakan secara acak dari molekul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang dipaksa bergerak secara turbulen. 3) Molecular diffusion : merupakan analog
dari diffusion mixing dimana terjadi gerakan acak partikel secara individu, terjadi
redistribusi partikel-partikel (Aulton, 2002). Berdasarkan viskositas cairan yang
dicampur, maka mekanisme pencampuran cairan dibagi menjadi 2, yaitu laminar
mixing dan turbulent mixing. Aliran laminar biasanya digunakan pada
pencampuran cairan dengan viskositas tinggi lebih dari 10 Pas. Sedangkan aliran
turbulen untuk pencampuran cairan dengan viskositas kurang dari 10 mPas
(Niennow, et al., 1997).
F. Alat Pembuat Emulsi
Emulsi bisa disiapkan dengan beberapa cara, tergantung pada sifat
komponen emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Alat yang
digunakan untuk membuat emulsi, yaitu:
1. Pengaduk mekanik
Pengaduk mekanik untuk larutan terdiri dari propeller mixer dan turbine
mixer. Suatu emulsi dapat diaduk dengan menggunakan berbagai pengaduk
dengan bantalan pada ujung tangkai, yang ditempatkan langsung ke dalam sistem
yang diemulsikan. Jika viskositas rendah, pencampur sederhana dengan baling-
baling yang masuk dari bagian atas (propeller mixer) dapat digunakan untuk
pengembangan kerja rutin di laboratorium dan untuk tujuan produksi. Jika
diperlukan pengocokan kuat atau viskositas sediaan sedang, dapat digunakan
turbin mixer (Lachmann, 1994). Propeller mixer merupakan pengaduk dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
baling-baling yang menyebabkan sirkulasi cairan dengan aliran aksial (Paul, et al.,
2004).
a b
Gambar 10. a. Propeller mixer dan b. Turbine mixer (Wagtech, 2009)
2. Homogenizer
Homogenizer, yaitu dispersi dari dua cairan dicapai dengan melewatkan
campuran melalui suatu lubang masuk kecil pada tekanan tinggi. Homogenizer
umumnya terdiri dari dua pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada kisaran
500 sampai 5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup
penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan spinal yang kuat ketika
tekanan meningkat, spinal ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara
katup dan tempat katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagai
tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi yang
kuat dan shear hidraulik (Lachmann, 1994).
Gambar 11. Gambaran skematis dari suatu homogenizer (Lachmann, 1989)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Jika proses homogenisasi dilakukan dalam pembuatan emulsi, maka
sering dihasilkan peningkatan viskositas emulsi. Penyebab naiknya viskositas
tersebut masih belum dapat dijelaskan. Kemungkinan terbentuk lapisan tipis
emulgator yang sangat kuat dan rapat akibat pembesaran batas antar permukaan
yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut. Dapat juga karena terjadi
pembengkakan tambahan dari stabilisator yang digunakan akibat kuatnya
penghalusan. Pada proses homogenisasi terjadi peningkatan suhu. Dengan alat
Ultra Turrax® akan diperoleh emulsi dengan dispersi yang sangat halus. Alat ini
akan mendistribusikan fase dalam sampai mencapai tingkat dispersi yang tinggi,
sehingga bola-bola emulsi akan mencapai dimensi tertentu sehingga dapat
mengalami gerak molekular BROWN (Voigt, 1994).
Gambar 12. Ultra Turrax® (Daigger, 2009)
3. Ultrasonifier
Alat ini digunakan untuk membuat emulsi dengan viskositas sedang dan
ukuran droplet kecil. Peralatan dalam perdagangan berdasarkan prinsip-prinsip
cairan Pohlman. Dispersi dipaksa melalui suatu mulut pada tekanan biasa, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dibiarkan masuk melewati suatu pisau. Tekanan yang dibutuhkan berkisar kira-
kira 150 sampai 350 psi dan menyebabkan pisau bergetar cepat menghasilkan
suatu bunyi ultrasonik. Bunyi ultrasonik yang dihasilkan menyebabkan droplet
saling bertumbukan sehingga droplet yang dihasilkan lebih kecil (Lachmann,
1994).
Gambar 13. Ultrasonifier dengan pinsip alat peniup Pohlman (Lachmann, 1994)
4. Penggiling koloid
Penggiling koloid melaksanakan prinsip shear tinggi, yang secara
normal digerakkan antara rotor dan stator dari penggiling tersebut. Penggiling
koloid terutama digunakan untuk mengecilkan zat padat dan untuk mendispersi
suspensi yang mengandung zat padat yang sedikit dibasahi, tetapi juga berguna
untuk pembuatan emulsi yang realtif kental (Lachmann, 1994).
Gambar 14. Penggiling koloid (Mollet dan Grubenmann, 2001)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
G. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan teknik untuk memberikan model hubungan
antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang
diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial
digunakan dalam percobaan untuk mengevaluasi secara simulatan efek dari
beberapa faktor dan interaksi yang signifikan (Bolton, 1997). Sedangkan
penelitian klasik hanya dapat mengevaluasi salah satu faktor saja sedangkan
faktor lain dibuat konstan.
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan
level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui
faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon
(Bolton, 1997).
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 .............................Persamaan (3) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A, level bagian B
bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan
bo = rata-rata hasil semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien yang dhitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk
percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan
formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1997). Respon yang ingin diukur harus
dapat dikuantitatifkan.
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi
(1) - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan: (-) = level rendah (+) = level tinggi Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi
Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis,
dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi.
Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada
level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek
menurut Bolton (1997) sebagai berikut :
Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2
Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2
Efek faktorial III = [(ab-b) - (a-(1))] / 2
Desain faktorial telah banyak diaplikasikan dalam penelitian
internasional. Misalnya dalam pembuatan suatu sediaan farmasi, desain faktorial
digunakan untuk mengoptimasi dan mengevaluasi sediaan (Prinderre, et al.,
1997). Selain itu, desain faktorial juga digunakan untuk mengatasi permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
farmasetik misalnya untuk mengetahui efek pemformulasian terhadap mekanisme
pelepasan dan sistem penghantaran obat (Bjerregaard, et al., 1999; Li, et al.,
2002). Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).
H. Landasan Teori
Pare merupakan tumbuhan bangsa Cucurbitaceae. Pare telah digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Aktivitas
antivirus dan antineoplastik buah pare secara in vitro juga telah dilaporkan
(Basch, et al., 2003). Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai
antispermatogenesis (Sutyarso, 1992), antiulser (Gurbuz, et al., 2000), antibakteri
(Abalaka, et al., 2009), dan digunakan untuk wound healing (Teoh, et al., 2008).
Bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat adalah bentuk sediaan
emulsi oral tipe Air dalam Minyak (A/M). Sediaan emulsi tipe A/M dipilih
karena droplet dari ekstrak etanol buah pare yang larut air akan terlindung dalam
fase minyak, dengan demikian rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare akan
tertutupi atau berkurang. Difusi ekstrak etanol buah pare akan terhalangi oleh fase
minyak sehingga mengurangi kontak langsung dengan saliva dan rasa pahit di
mulut menjadi berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Proses pencampuran merupakan salah satu kriteria penting yang perlu
diperhatikan agar diperoleh sediaan emulsi yang memiliki sifat fisis dan stabilitas
sesuai dengan syarat sediaan yang ditentukan. Dalam pembuatan sediaan emulsi,
proses pencampuran merupakan proses dispersi dari fase minyak dan air untuk
membentuk emulsi dengan sifat fisis dan stabilitas emulsi yang baik.
Sifat fisis emulsi tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, tapi oleh
banyak faktor lain seperti kecepatan putar, tegangan geser, lama pencampuran,
dan komposisi emulgator (Nielloud dan Mestres, 2000). Dari beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pencampuran, maka dipilih faktor-faktor yang paling
berpengaruh dan dapat dikendalikan untuk mengetahui pengaruh proses
pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi, yaitu lama pencampuran
dan suhu pencampuran.
Sifat fisis dari emulsi dilihat dari viskositas, ukuran droplet, dan indeks
creaming. Stabilitas emulsi dilihat dari kestabilan emulsi selama penyimpanan.
Kestabilan dapat dilihat dari viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming
secara periodik dalam penyimpanan selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran
droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
Variasi lama dan suhu pencampuran diyakini akan memberikan efek
yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan parameter-parameter
sediaan emulsi seperti sifat fisis dan stabilitas emulsi selama penyimpanan.
Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi secara simultan efek
lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya yang signifikan adalah
desain faktorial (Bolton, 1997). Desain faktorial pada dua level dan dua faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(Full Factorial Design 22), merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan
mengevaluasi secara obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan.
I. Hipotesis
Variasi lama dan suhu pencampuran pada level yang diteliti memberikan
efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak
etanol buah pare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan
desain penelitian secara desain faktorial.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah lama pencampuran dan suhu
pencampuran dengan 2 level (level rendah dan level tinggi).
b. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis (viskositas,
ukuran droplet, dan indeks creaming) dan stabilitas emulsi (profil
viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama 1
bulan; dan nilai pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan).
c. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah lama
penyimpanan dan sifat dari wadah penyimpanan.
d. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah suhu
penyimpanan dan intensitas cahaya.
2. Definisi Operasional
a. Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare adalah dispersi fase air dalam
minyak yang dibuat dari ekstrak etanol buah pare dengan formula yang
telah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Ekstrak etanol buah pare adalah ekstrak kering dari buah pare berupa
serbuk halus, diekstraksi dengan pelarut etanol 75% oleh PT. Javaplant.
c. Pencampuran adalah proses pendistribusian bahan satu ke bahan yang lain
yang lain hingga tercapai homogenitas.
d. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini
digunakan 2 faktor, yaitu lama pencampuran dan suhu pencampuran.
e. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2
level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah lama pencampuran
adalah 5 menit dan level tinggi 15 menit. Level rendah suhu pencampuran
adalah 35ºC dan level tinggi 50ºC.
f. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya
dapat dikuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis dan
stabilitas emulsi.
g. Sifat fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis emulsi,
dalam penelitian ini adalah viskositas, ukuran droplet, dan indeks
creaming setelah 24 jam pembuatan.
h. Stabilitas fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui tingkat
kestabilan emulsi, dalam penelitian ini meliputi profil viskositas, ukuran
droplet, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan
pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan.
i. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
j. Percentile 90 ukuran droplet adalah 90% dari populasi droplet memiliki
ukuran di bawah nilai tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
k. Indeks creaming adalah nilai yang diperoleh dengan mengamati creaming
yang terjadi pada emulsi selama periode waktu tertentu.
l. Efek adalah respon yang disebabkan variasi level dan faktor.
m. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi efek dari 2 faktor yaitu lama dan suhu pencampuran secara
simultan.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex
nipagin (Pharmaceutical grade), dan methylene blue dari distributor Brataco
Chemica Yogyakarta, Indonesia; aquadest dari Laboratorium Kimia Analisis
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Indonesia; dan sukrosa 50%b/v (Gulaku
PT. Sweet Indolampung, Indonesia MD 237308002040).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
D. Alur Penelitian
Gambar 15. Skema Alur Penelitian
1. Uji tipe emulsi: dengan metode warna (methylene blue) 2. Uji sifat fisik meliputi:
Vikositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam. 3. Uji stabilitas meliputi:
Profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama penyimpanan 1 bulan (24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1 bulan), dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan.
Pembuatan emulsi oral A/M dengan variasi lama dan suhu pencampuran. 1. Pencampuran fase air (ekstrak pare, aquadest, tween 80, gliserin, sukrosa)
dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan.
2. Pencampuran fase minyak (VCO, Span 80) dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan.
3. Tuang fase air dan nipagin ke dalam fase minyak porsi per porsi sambil dicampur dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan.
4. Homogenisasi dengan Ultra Turrax selama 3x1 menit.
Analisis data profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan menggunakan Repeated Measures Anova (distribusi data normal) atau Friedman - Wilcoxon (distribusi data tidak normal).
Analisis data viskositas, ukuran droplet, indeks creaming, dan pergeseran ukuran droplet dengan menggunakan Design expert 7.14 dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95 % (p<0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
E. Tata Cara Penelitian
1. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant Surakarta,
Indonesia.
a. Ekstraksi Buah Pare
Buah pare sebanyak 4 kg dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian
buah pare dicelupkan ke dalam etanol panas. Selanjutnya dipotong kecil-kecil
dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu ±500C. Buah pare yang
sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga
menjadi serbuk. Serbuk buah pare kemudian diekstraksi dengan etanol 75%
secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan
rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat (Rita, et al., 2008).
b. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi Lapis Tipis
(KLT)
Ekstrak pare hasil ekstraksi dan ekstrak pare yang dibeli masing-
masing ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian dilarutkan dalam pelarut
aquadest dan etanol. Masing-masing larutan ditotolkan terpisah pada lempeng
KLT dan dielusi. Fase diam: silika gel GF 254. Fase gerak adalah asam asetat
: benzena (2:8) (Rita, et al., 2008). Deteksi bercak pada lempeng KLT
menggunakan sinar UV 254 nm. Rf masing-masing bercak dari ekstrak etanol
buah pare hasil ekstraksi dan dari PT. Javaplant dihitung, dan bandingkan nilai
Rf kedua ekstrak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Formula
Tabel III. Formula Sediaan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare 200g Bahan- bahan emulsi Satuan (g)Ekstrak etanol buah pare 28 Aquadest 20 Gliserin 15,8 Virgin Coconut Oil (VCO) 96 Span 80 25,2 Tween 80 4,8 Sukrosa 50% b/v 10 Nipagin 0,2
Kombinasi dari Span 80 dan Tween 80 dari formula di atas menghasilkan
HLB = 6
3. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
a. Pembuatan larutan sukrosa 50 % vb
Timbang kurang lebih seksama 100 g sukrosa, kemudian larutkan
dengan aquadest hingga 200 ml.
b. Pembuatan emulsi
Ekstrak etanol kering buah pare dilarutkan dengan air, setelah
dilarutkan dimasukkan dalam beaker yang berisi Tween 80, dimasukkan juga
gliserin dan sukrosa ke dalam beaker tersebut, dicampur dengan propeller
mixer pada lama dan suhu percobaan untuk pencampuran dengan kecepatan
putar mixer 700 rpm (fase air).
VCO dimasukkan ke dalam beaker yang berisi Span 80 dan
dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan untuk
pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm (fase minyak).
Fase air dan nipagin dimasukkan dalam fase minyak porsi per porsi,
kemudian dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
untuk pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm. Hasil campuran
tersebut dihomogenisasi dengan Ultra Turrax 3x1 menit (Bjerregaard, et al.,
1999).
Tabel IV. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali).
Formula Lama Pencampuran (menit) Suhu Pencampuran (ºC) (1) 5 35 a 15 35 b 5 50 ab 15 50
4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
a. Uji Tipe Emulsi (Metode Warna)
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode warna yaitu
dengan menambah reagen methylene blue dan diamati secara mikroskopik.
Emulsi dipreparasi di objek glass dan ditambah dengan methylene blue,
kemudian amati di bawah mikroskop. Jika dengan reagen methylene blue,
medium dispers berwarna biru merata maka emulsi bertipe M/A, dan jika fase
terdispers yang berwarna biru maka emulsi mempunyai tipe A/M (Voigt,
1994).
b. Uji Ukuran Droplet
Sejumlah emulsi diteteskan pada gelas objek kemudian diamati ukuran
droplet yang terdispersi pada emulsi dengan menggunakan fotomikroskop
pada perbesaran 100x. Diukur diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500
droplet (Martin, et al., 1993) dengan menggunakan program MOTIC Image
Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa objektif skala 10 µm. Uji ini
dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan ukuran droplet setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil ukuran droplet secara
periodik selama 1 bulan dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan
penyimpanan. Data ukuran droplet diolah dengan program SPSS 13.0 untuk
memperoleh percentile 90 sebagai respon ukuran droplet.
% pergeseran ukuran droplet =
100% X |jam 24droplet ukuran
bulan 1 droplet kuranujam 24droplet ukuran| − .............Persamaan (4)
c. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT
04. Cara: emulsi diambil 150 ml dalam wadah dan dipasang pada portable
viscotester. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum
penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscotester VT-04E). Uji ini
dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan (Prinderre, et al., 1998).
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan viskositas setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil viskositas secara periodik
selama 1 bulan.
d. Uji Indeks Creaming
Emulsi tiap formula dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala.
Amati pemisahan fase yang terjadi pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1
bulan. Hasil pemisahan fase dinyatakan dengan persentase indeks creaming
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Keterangan: hu = tinggi creaming yang terjadi
ho = tinggi emulsi mula-mula (Aulton, 2002).
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan indeks creaming setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil indeks creaming secara
periodik selama 1 bulan.
F. Analisis Data
Data standarisasi ekstrak etanol daging buah pare mengacu pada standar
yang tercantum dalam Certificate of Analysis dan verifikasi ekstrak dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Data yang terkumpul adalah data uji viskositas,
ukuran droplet, indeks creaming secara periodik selama 1 bulan, dan pergeseran
ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan. Metode desain faktorial digunakan
untuk mengetahui efek lama pencampuran, suhu pencampuran, dan interaksinya
dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi.
Profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan
dianalisis signifikansinya menggunakan Repeated Measures Anova bila distribusi
data normal dan menggunakan Friedman - Wilcoxon bila distribusi data tidak
normal.
Analisis data viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24
jam pembuatan; serta pergeseran ukuran droplet menggunakan Design Expert
7.1.4 (Serial number 2014.7723) dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95%.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai p (probability-value), apabila nilai p<0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya memberikan efek yang
signifikan terhadap respon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare
1. Ekstraksi buah pare
Sebelum diekstraksi buah pare yang sudah dibersihkan direndam dalam
etanol panas, tujuannya untuk menghentikan proses metabolisme enzim yaitu
dengan cara mendenaturasi protein yang terdapat pada enzim. Buah pare yang
telah direndam kemudian diiris tipis, dikeringkan dan dibuat serbuk. Serbuk buah
pare diekstraksi menggunakan etanol 75% secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak
yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh
ekstrak pekat. Ekstrak pekat inilah yang digunakan untuk uji kualitatif dengan
KLT. Prosedur ekstraksi yang digunakan berdasarkan penelitian Rita, et al.,
(2008), yaitu menggunakan pelarut etanol. Ekstrak buah pare yang diperoleh dari
PT. Javaplant diekstraksi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak pare hasil ekstraksi
penulis diharapkan dapat digunakan untuk verifkasi ekstrak etanol buah pare dari
PT. Javaplant menggunakan KLT.
2. Uji Kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Alasan dilakukan verifikasi terhadap ekstrak etanol buah pare dari PT.
Javaplant karena dicurigai bahwa hasil ekstrak diperoleh dengan spray drying
perasan pare bukan diekstraksi dengan etanol 75%. Uji kualitatif dilakukan untuk
membuktikan bahwa ekstrak yang diperoleh dari PT. Javaplant merupakan buah
pare yang diekstraksi dengan etanol 75% yaitu dengan membandingkan profil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kromatogram ekstrak dari PT. Javaplant dan ekstrak etanol buah pare hasil
ekstraksi.
Gambar 16. Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare diamati dengan sinar UV
254 nm
Keterangan : Fase diam = silika gel GF 254 nm Fase gerak = asam asetat : benzena (2:8) Jarak elusi = 10 cm E1 = ekstrak etanol dari PT. Javaplant dilarutkan dalam etanol E2 = ekstrak etanol hasil ekstraksi dilarutkan dalam etanol A1 = ekstrak etanol dari PT. Javaplant dilarutkan dalam air A2 = ekstrak etanol hasil ekstraksi dilarutkan dalam air
Ekstrak pare hasil ekstraksi penulis dan dari PT. Javaplant yang ditotolkan pada
lempeng KLT dilarutkan dalam pelarut etanol dan air. Ekstrak buah pare
dilarutkan dalam etanol karena buah pare diekstraksi menggunakan pelarut etanol,
sedangkan dilarutkan dalam air karena berdasarkan CoA, ekstrak buah pare dari
PT. Javaplant bersifat larut air. Identifikasi ekstrak etanol buah pare menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
fase diam silika gel GF 254 nm dan fase gerak asam asetat : benzena (2:8) dengan
jarak elusi 10 cm, setelah terelusi bercak yang diperoleh diamati di bawah sinar
UV 254 nm. Pada saat diamati dengan sinar UV (Gambar 16) terlihat bahwa
ekstrak dari PT. Javaplant dan hasil ekstraksi menghasilkan profil bercak yang
sama (nilai Rf dan warna bercak sama). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol buah pare dari PT. Javaplant memiliki profil kromatogram dengan
kandungan senyawa berkhasiat yang identik dengan ekstrak etanol buah pare hasil
ekstraksi penulis.
B. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Emulsi sistem A/M dibuat dengan tujuan untuk menutupi rasa pahit
karena kandungan kukurbitasin dalam ekstrak etanol buah pare. Formula emulsi
ekstrak etanol buah pare diperoleh dari hasil orientasi penulis. Span 80 digunakan
sebagai emulgator karena mempunyai nilai HLB yang dibutuhkan untuk
menghasilkan emulsi sistem A/M. Namun, dalam pembuatan emulsi A/M ekstrak
etanol buah pare, penggunaan Span 80 dikombinasikan dengan Tween 80 karena
keduanya memiliki panjang rantai hidrokarbon yang sama sehingga ikatan antara
Span dan Tween seimbang. Selain itu, kombinasi Span 80 dan Tween 80 dengan
perbandingan komposisi tertentu akan diperoleh nilai HLB 6 yang merupakan
required HLB minyak (VCO) dan nilai tersebut merupakan HLB untuk
membentuk emulsi tipe A/M. Tween 80 dan Span 80 juga merupakan emulgator
nonionik yang aman digunakan untuk sediaan oral dan tidak toksik. Gliserin
digunakan untuk meningkatkan viskositas fase air, sukrosa berfungsi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengurangi perbedaan densitas sehingga memperlambat laju pemisahan antara
fase air dan fase minyak. Sedangkan VCO digunakan sebagai fase minyak,
mempunyai required HLB 6 sehingga sesuai untuk emulsi oral A/M. Dalam
sediaan emulsi oral A/M digunakan nipagin sebagai pengawet karena nipagin
merupakan pengawet dari golongan paraben yang aman digunakan dalam sediaan
oral.
Proses pembuatan emulsi adalah pertama-tama ekstrak etanol buah pare
dilarutkan dengan air sampai larut, setelah dilarutkan dimasukkan dalam beaker
yang berisi Tween 80, dimasukkan juga gliserin dan sukrosa ke dalam beaker
tersebut, dicampur dengan propeller mixer pada suhu 350C - 500C dengan
kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit - 15 menit. Hasil pencampuran ini
sebagai fase air dari emulsi ekstrak etanol buah pare. VCO dimasukkan ke dalam
beaker yang berisi Span 80 dan dicampur dengan propeller mixer pada suhu 350C
- 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit - 15 menit. Hasil
dari pencampuran kedua sebagai fase minyak dari emulsi ekstrak etanol buah
pare. Fase air dimasukkan porsi per porsi dalam fase minyak, tujuannya untuk
mendispersikan fase air ke dalam fase minyak sehingga terbentuk emulsi A/M.
Pendispersian fase air ke dalam fase minyak menggunakan propeller mixer pada
suhu 350C - 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit-15
menit. Hasil campuran tersebut dihomogenisasi dengan homogenizer 3x1 menit
(Bjerregaard et al., 1999).
Emulsi ekstrak etanol buah pare memiliki viskositas rendah, maka untuk
pembuatan emulsi digunakan propeller mixer (Lachmann, 1994). Dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pengadukan menggunakan propeller mixer, fase air akan membentuk droplet-
droplet yang terdispersi dalam medium minyak. Berdasarkan orientasi, kecepatan
putar mixer yang digunakan untuk menghasilkan emulsi yang tidak terpisah secara
visual adalah 700 rpm. Ultra Turrax berfungsi untuk memperkecil ukuran droplet
dari emulsi dengan melewatkan campuran cairan melalui suatu lubang kecil pada
tekanan tinggi (Lachmann, 1994).
Faktor yang diteliti dalam pembuatan emulsi ekstrak oral A/M etanol
buah pare adalah lama dan suhu pencampuran. Lama pencampuran yang
digunakan adalah 5 menit (level rendah) dan 15 menit (level tinggi), sedangkan
suhu pencampuran yang digunakan adalah 350C (level rendah) dan 500C (level
tinggi). Orientasi dilakukan terlebih dahulu sebelum pembuatan emulsi untuk
mengetahui lama dan pencampuran dalam range berapa yang masih memberikan
hasil emulsi yang tidak terpisah secara visual. Berdasarkan hasil orientasi
diperoleh emulsi yang tidak terpisah secara visual pada rentang level yang diteliti.
C. Pengujian Tipe Emulsi
Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare memiliki HLB teoritis 6
menunjukkan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe Air dalam
Minyak (A/M). Dilakukan pengujian tipe emulsi dalam penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe A/M.
Pengujian tipe emulsi yang dilakukan yaitu dengan metode warna
menggunakan pewarna methylene blue dan diamati secara mikroskopik. Pewarna
methylene blue merupakan pewarna yang larut air, jika emulsi bertipe A/M,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
methylene blue akan mewarnai droplet emulsi dan fase kontinunya tidak
terwarnai.
Formula (1)
Formula a
Formula b
Formula ab
Gambar 17. Pengamatan tipe emulsi menggunakan methylene blue dengan mikroskop (perbesaran 100x)
Dari pengamatan mikroskopik pada emulsi setelah 24 jam pembuatannya
(Gambar 17), droplet berwarna biru, sedangkan fase kontinu tidak terwarnai. Hal
ini membuktikan bahwa fase kontinu merupakan minyak dan fase dispers
merupakan droplet (fase air), sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi tersebut
memiliki tipe A/M.
Fase minyak
Fase air (warna biru)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
Sediaan yang baik adalah sediaan yang dapat memenuhi persyaratan
sifat fisis dan stabil dalam penyimpanan. Sifat fisis yang diukur dari sediaan
emulsi adalah viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam
pembuatan. Stabilitas fisis emulsi dapat diketahui dari profil ukuran droplet,
viskositas, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran
ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan.
Mikromeritik merupakan ilmu dan teknologi tentang droplet yang kecil.
Pengukuran droplet bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan stabilitas emulsi
dalam penyimpanan sehingga dapat dihubungkan dengan hasil pengukuran
viskositas dan indeks creaming emulsi. Pengukuran droplet air emulsi oral A/M
ekstrak etanol buah pare dilakukan sebanyak ±500 buah (Martin, et al., 1993).
Droplet yang diamati menggunakan perbesaran 100x. Sebelum pengukuran
droplet, dilakukan kalibrasi lensa okuler dan lensa objektif terlebih dahulu. Data
yang digunakan sebagai respon dalam penelitian ini adalah percentile 90. Arti dari
percentile 90 adalah 90% dari populasi droplet memiliki ukuran di bawah nilai
tertentu. Pada penelitian ini tidak menggunakan data modus karena modus kurang
representatif dibandingkan percentile 90 pada penelitian ini, yakni terdapat nilai
modus yang sama dengan distribusi yang berbeda. Nilai percentile 90 semakin
kecil, maka emulsi akan semakin stabil. Pengukuran droplet dilakukan setelah 24
jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan. Ukuran droplet
setelah 24 jam pembuatan untuk melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran droplet
secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan ukuran droplet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan
emulsi dalam penyimpanan. Pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan
penyimpanan juga digunakan untuk melihat fenomena ketidakstabilan emulsi.
Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir. Semakin besar viskositas
berarti semakin kental sediaan yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya semakin
kecil viskositas maka semakin encer sediaan yang dihasilkan. Pengukuran
viskositas bertujuan untuk melihat profil kekentalan emulsi. Pengukuran
viskositas dilakukan setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1
bulan penyimpanan. Viskositas setelah 24 jam pembuatan untuk melihat profil
kekentalan emulsi yang merupakan parameter sifat fisis emulsi. Pengukuran
viskositas secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan profil
kekentalan emulsi dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena
ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan. Emulsi A/M ekstrak etanol buah pare
digunakan secara oral sehingga viskositas merupakan parameter sifat fisis emulsi
yang penting karena akan menentukan dalam kenyamanan penggunaannya, terkait
pada saat ditelan.
Indeks creaming merupakan salah satu parameter sifat fisis dan stabilitas
emulsi. Nilai indeks creaming diperoleh dengan mengamati creaming yang terjadi
pada emulsi selama penyimpanan dalam waktu tertentu. Pada emulsi A/M, suatu
lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air. Emulsi yang mengalami
creaming akan terlihat tidak elegan. Uji indeks creaming dilakukan dengan
mengamati pemisahan fase emulsi setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21
hari, dan 1 bulan penyimpanan. Indeks creaming setelah 24 jam pembuatan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran indeks creaming secara periodik selama 1
bulan untuk melihat besarnya perubahan indeks creaming dari waktu ke waktu
selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam
penyimpanan.
Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas
emulsi oral A/M dalam penelitian :
Tabel V. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Respon Formula Waktu 24 Jam 7 Hari 15 Hari 21 Hari 1 Bulan
1 48,609 ± 30,674 a 71,433 ± 18,464 b 76,519 ± 20,500
ab 65,505 ± 16,008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
1. Karakterisasi Sifat Fisis Emulsi
Berdasarkan data Tabel V, diperoleh percentile 90 ukuran droplet 24 jam
terkecil pada formula b (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran
level tinggi) dan terbesar pada formula ab (lama pencampuran level tinggi dan
suhu pencampuran level tinggi). Viskositas 24 jam terbesar pada percobaan a
(lama pencampuran level tinggi dan suhu pencampuran level rendah) dan ketiga
formula lainnya mempunyai viskositas yang sama. Indeks creaming 24 jam
terbesar pada formula (1) (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran
level rendah) dan terkecil pada formula a (lama pencampuran level tinggi dan
suhu pencampuran level rendah).
2. Stabilitas Emulsi
Berdasarkan data Tabel V, diperoleh pergeseran percentile 90 ukuran
droplet terkecil pada formula (1) (lama dan suhu pencampuran level rendah) dan
terbesar pada formula b (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran
level tinggi). Semakin kecil nilai pergeseran ukuran droplet, maka emulsi tersebut
semakin stabil karena semakin jarang terjadinya penggabungan antardroplet
membentuk droplet yang lebih besar.
Profil percentile 90 ukuran droplet, viskositas, indeks creaming dapat
dilihat pada grafik-grafik berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 18. Grafik Hubungan percentile 90 Ukuran Droplet Terhadap Waktu
Gambar 19. Grafik Hubungan Viskositas Terhadap Waktu
Gambar 20. Grafik Hubungan Indeks Creaming Terhadap Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Menurut hukum Stokes, semakin tinggi viskositas emulsi maka
kecepatan terjadinya creaming semakin lambat sehingga indeks creaming emulsi
menjadi semakin besar. Pada penelitian ini, teori tentang hukum Stokes tidak bisa
diterapkan karena berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V, Gambar 18, 19, dan
20) menunjukkan bahwa antara respon viskositas dan indeks creaming tidak dapat
dikaitkan satu sama lain. Nilai viskositas awal emulsi sangat kecil sehingga
setelah 24 jam pembuatan telah terjadi pemisahan emulsi, akibatnya peningkatan
viskositas selama penyimpanan tidak mempengaruhi indeks creaming.
Berdasarkan uji signifikansi terhadap profil stabilitas emulsi selama 1
bulan penyimpanan menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan terjadi
perubahan viskositas dan indeks creaming yang tidak signifikan (p>0,05)
(Lampiran 7.3.b dan 7.3.c) dari keempat formula. Sebaliknya pada ukuran droplet
terjadi perubahan yang signifikan (p<0,05) untuk formula (1) dan a setelah 21 hari
penyimpanan, formula b dan ab setelah 15 hari penyimpanan (Lampiran 7.3.a).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keempat formula tersebut tidak stabil
selama penyimpanan.
E. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksinya dalam
Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
Data yang diperoleh dari uji sifat fisis dan stabilitas emulsi kemudian
dianalisis menggunakan Desain Expert untuk mengetahui besar efek faktor
terhadap sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24
jam pembuatan emulsi) dan stabilitas emulsi (pergeseran ukuran droplet setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
satu bulan penyimpanan), dan signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya
dalam memberikan efek.
Berikut ini merupakan data besar efek lama dan suhu pencampuran serta
interaksi keduanya terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M dalam
penelitian :
Tabel VI. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksi Keduanya dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Lama Pencampuran
Suhu Pencampuran
Interaksi
Percentile 90 Ukuran droplet
Efek 0,89 |-0,59| 0,70 Kontribusi (%)
5,85 2,59 3,63
Viskositas emulsi
Efek |-0,067| 0,100 |-0,067| Kontribusi (%)
7,55 16,98 7,55
Indeks creaming
Efek |-0,47| |-0,033| 0,83 Kontribusi (%)
9,54 0,049 30,43
Pergeseran 90% ukuran droplet
Efek 7,00 10,09 |-17,82| Kontribusi (%)
2,88 5,99 18,67
Keterangan : - (negatif) : efek dari faktor tersebut dapat menurunkan sifat fisik dan stabilitas emulsi.
+ (positif) : efek dari faktor tersebut dapat meningkatkan sifat fisik dan stabilitas emulsi.
Di bawah ini merupakan data persamaan desain faktorial :
Tabel VII. Persamaan Desain Faktorial Sifat Fisis dan
Stabilitas Emulsi Persamaan Desain Faktorial Model (p)
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya
memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran
droplet (respon) bila p-value<0,05. Hasil analisis data pergeseran percentile 90
ukuran droplet (Tabel XI), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan
suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang
signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet. Pada grafik (Gambar
24), terlihat bahwa terjadi overlapping SD. Overlapping SD menunjukkan bahwa
lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet.
Berdasarkan hasil pengukuran viskositas, percentile 90 ukuran droplet,
indeks creaming, dan pergeseran percentile 90 ukuran droplet, faktor lama dan
suhu pencampuran pada level rendah dan tinggi tidak menentukan respon karena
pada level yang diteliti efek yang diberikan tidak signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran serta interaksi
keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas
emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan :
Perlu dilakukan penelitian efek lama dan suhu pencampuran pada rentang level
yang lain untuk mengetahui signifikansi pengaruh terhadap sifat fisis dan
stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Abalaka, et al., 2009, Determination of Activity, Time Survival and Pharmacokinetics of Extracts From Momordica charantia on Some Bacterial Pathogens, Int. Jor. P. App. Scs., 3(3):6-13
Ali, J., Baboota, S., and Ahuja, A., 2008, Emulsion,
http://www.pharmpedia.com/Emulsion, diakses tanggal 14 November 2009
Anief, M., 1993, Farmasetika, 163, 167, 161, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Anief, M., 1989, Ilmu Meracik Obat, 136-137, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 9, 458, 96, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7, 112, 413, 551, 762,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1999, Martindale The Complete Drug Reference, thirty-second edition,
edited by Kathleen Parfitt, 1471, Pharmaceutical Press, USA Anonim, 2005, Pare, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92,
diakses tanggal 20 Maret 2009 Anonim, 2006, Khasiat dan Kegunaan Senyawa Kimia dalam Buah Pare,
http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0207/02/192257.htm.,23, diakses tanggal 2 November 2009
Anonim, 2008, Pharmacology of Oleanolic Acid and Ursolic Acid, Department of
Pharmacology, Toxicology and Therapeutics, University of Kansas Medical center, USA
& Febiger, Philadelphia Aulton, M. E., and Diana, M. C., 1991, Pharmaceutical Practice, 109-123,
Longman Singapore Publishers Ptc Ltd, Singapore Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd
Ed., 282-299, 342, 344, 353-358, ELBS with Churchill Livingstone, New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Basch, E., Gabardi, S., and Ulbricht, C., 2003, Bitter Melon (Momordica charantia): A Review of Efficacy and Safety, Am J Health-Syst Pharm, 60(4), 356-359
Benerito, R., R., Singleton, W., S., 1956, Fat Emulsion. Effect of Heat on
Solubility of Hydrophilic Emulsifier, 364, Southern Regional Research Laboratory, New Orleans, Louisiana
Biyani, et al., 2003, Antihyperglicemic Effects of Three Extracts from Momordica
charantia, Journal of Ethnopharmacology 88, pp.107-111 Bjerregaard, S., Soderberg, I., Vermehren, C., Frokjaer, S., 1999, Formulation and
Evaluation of Release and Swelling Mechanism of A Water-In-Oil Emulsion Using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 193, 1-11, Elsevier Science B.V
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 84-85, 308-337, 533-545, Marcel Dekker Inc., New York Buchmann, 2001, Main Cosmetic Vehicles, in Barel, A. O., Paye, M., and
Maibach, H., I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, 145-167, Marcel Dekker, Inc., New York
Chopra, R.N., Nayar, S.L., and Chopra, I.C., 1956, Glossary of Indian Medicinal
Plants, Publication and Information Directorate, Council of Scientific and Industrial Research, New Delhi
http://images.daigger.com/view/1/daigger/productimages/noimage.gif/2/daigger/product-images/7881a.jpg, diakses tanggal 5 November 2009
Davis, S.S., Hadgraft, J., Palin, J.K., 1985, Medical and Pharmaceutical
Applications of Emulsions, In: Becher, P. (Ed.), Encyclopedia of Emulsion Technology, vol. 2, 159-258, Marcel Dekker , New York
Eccleston, G.M., 2007, Emulsions and Microemulsions, In: James, S.,
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Third Edition Volume 3, 1555, 1560-1561, Informa Healthcare USA, Inc., USA
Gislene, et al., 2000, Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phytochemicals
on Antibiotic Resistant Bacteria. Brazilian Journal of Microbiology. 31:(4): 20-33
Greenberg, L. A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience
Publishers, Inc., New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gunn C. dan Carter S.J., 1975, Dispensing for Pharmaceutical Student, revised by Gunn and Carter, 11th Edition, 71-72, Pitman Medical and Scientific Publishing Co, Ltd, London
Gurbuz, I., Bilge, 2000, Anti-ulcerogenic Effect of Momordica charantia L.
fruits on various ulcer models in rats, Journal of Ethnopharmacology 71: 77-82
Jackson H, Jones AR., 1972, The Effect of Steroids and Their Antagonis on
Spermatogenesis. Dalam: Advances in Steroids Biochemistly and Pharmacology, 167, Briggs MH and Christie GA. Academic Press Inc, London
Kress, H., 1997, Momordica charantia L.,
http://www.henriettesherbal.com/pictures/p09/pages/momordica-charantia-1.htm, diakses tanggal 29 Oktober 2009
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri 2, Edisi ketiga, 1029-1129, Universitas Indonesia Press, Jakarta Li, S. F., Lin, S. S., Daggy, B. P., Mirchandani, H. L., Chien, Y. W., 2002, Effect
of HPMC and Carbopol on the release and floating properties of Gastric Floating Drug Delivery System using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 253, 13-22, Elsevier Science B.V.
Lieberman, H.A., Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse Systems Vol 1, 1996,
55, Marcel Dekker Inc., New York Liu, W. K., S. F. Sze, and H. W. Yeung, 1993, Action of ά-Momorcharin, a
Ribosoma Inactivating Protein, on Cultured Tumor Cell Lines, Gen. Pharmac, 25 (4), 75-77
Manitto, P., 1981, Biosintesis Produk Alam, a.b. Koensoemardyah, IKIP
Semarang, Semarang Martin A., Swarbick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed, 522-
537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia Mollet, H., and Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology: Emulsions,
Suspensions, Solid Forms, 64, 84, 89, WILEY-VCH Verlag GmbH Ng TB, Wong CM, Li WW, et al., Insulin like molecules in Momordica charantia
seeds, 1986, J Ethnopharmacol, 15: 107-17 Nielloud, F., dan Mestres, G.M., 2000, Pharmaceutical Emulsions and
Suspensions, 2-11, 561, 590, Marcel Dekker Inc., New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Nienow, A. W., Harnby, N., Edwards, M. F., 1997, Mixing in the Process Industries : Second Edition, 6, 8, Butterworth_Heinemann, London
Okabe H, Miyahara Y, Yamauchi T, Miyahara K, Kawasaki T., 1980, Studies on
the Constituents of Momordica charantia L. Isolation and Characterization of Momordicoside A and B, Glycosides of a Pentahydroxy Cucurbitane Triterpen, 28, 2753, Chem. Pharm. Bull
Parkinson, C., Sherman, P., 1972, Phase Inversion Temperature As an Accelerated
1998, Formulation and Evaluation of O/W Emulsion Using Experimental Design, International Journal of Pharmaceutics 163 (1998), 73-79
Reynold and James, 1996, Martindale The Extra Pharmacopoeia, 31st Edition,
1346, The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London, England
Rita, W. S., Suirta, I. W., Sabikin, A., 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang
Berpotensi Sebagai Antitumor Pada Daging Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia, 2(1), 1-6
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition, 301, 466, 744, Pharmaceutical Press, London
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Saribulan, 1993, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Pare (Momordica charantia Linn.) Terhadap Mencit, http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/pt/buku09.pdf, diakses tanggal 10 September 2008
Sheth, B.B., and Bandelin, F.J., 1992, Equipment Selection and Evaluation in
Swarbick James and Boyland James, C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 5, 285-288, Marcel Dekker Inc., New York
Shilhavy, Brian, 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Tradition, Inc: Phillipines Shinoda K., and Arai, H., 1964, The Correlation Between Phase Inversion
Temperature In Emulsion and Cloud Point in Solution of Nonionic Emulsifier, J.Phys. Chem., 68, 3485
Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipients, 199,
251-257, CRC Press, USA Sutyarso. 1992, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia
L.) Terhadap Fertilitas Mencit Jantan Mus musculus L. Strain LMR., Tesis, 123, Fak. Pasca-sarjana Universitas Indonesia, Bidang Ilmu Kedokteran Dasar, Jakarta
Taylor, L., 2002, Herbal Secrets of The Rainforest, 2nd edition, Sage Press, Inc.,
California Teoh, S.L., Latiff, A.A., Das, S., 2008, The Effect of Topical Extract of
Momordica charantia (Bitter Gourd) on Wound Healing in Nondiabetic Rats and in Rats With Diabetes Induced by Steptozotocin, Journal Compilation British Association of Dermatologis 34: 815-816
Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 11-15, 398, 407,
411-424, 434, 442-444, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Wagtech, 2009, Stirrer Overhead,
http://www.wagtech.co.uk/assets/P%20305.pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2009
Williams JF, Ng NO., Vaiiation within Momordica charantia L. The Bitter Gourd
(cucurbitaceae), 1971, 6, 111, Ann. Bogoriensis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT.
Javaplant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Pare
Dosis ekstrak buah pare 750 mg/kgBB/hari untuk mencit (Sutaryoso,1992).
Konversi dosis untuk manusia (70 kg):
Nilai konversi dari mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9
(750 mg/1000 g) x 20 g x 387,9 = 5818,5 mg / 70kg BB manusia
= 83,1214 mg / kg BB manusia / hari x 50 kg BB
= 4,16 g / hari
1 sendok makan = 15 ml
Dosis pemakaian sehari 1 kali minum berarti = 4,16 g / 15 ml
Bila sehari 2 kali minum berarti = 4,16 g / 30 g 27,73 g / 200 g = 28 g / 200g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 4. Perhitungan Bahan
1. Pembuatan sukrosa 50% b/v
ml. 200 dalam sukrosa g 100 ml 200 X 10050
=
2. Perhitungan HLB
HLB Span 80 = 4,3
HLB Tween 80 = 15
Dalam 200 g emulsi ekstrak daging buah pare (Momordica charantia L.)
mengandung 30 g emulgator. RHLB yang diinginkan 6, maka perhitungan
komposisi Span 80 dan Tween 80:
(massa campuran x RHLB) = (massa Span 80 x HLB Span 80) + (massa
Tween 80 x HLB Tween 80)
(30 x 6) = (a x 4,3) + ((30-a) x 15)
180 = 4,3a – 15a + 450
10,7a = 270
a = 25,2 g jumlah Span 80
Jumlah Tween 80 = 30 – 25,2 = 4,8 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
3. Data Penimbangan Bahan
Ekstrak etanol buah pare 28 g
Aquadest 20 g
Gliserin 15,8 g
Virgin Coconut Oil (VCO) 96 g
Span 80 25,2 g
Tween 80 4,8 g
Sukrosa 50% b/v 10 g
Nipagin 0,2 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 5. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial
1. Notasi
Formula Faktor A Faktor B Interaksi(1) -1 -1 +1 a +1 -1 -1 b -1 +1 -1 ab +1 +1 +1
Keterangan=
Level tinggi : +
Level rendah: -
Faktor A: Lama Pencampuran
Faktor B: Suhu Pencampuran
2. Percobaan Desain Faktorial
Formula Lama Pencampuran (menit) Suhu Pencampuran (ºC) (1) 5 35 a 15 35 b 5 50 ab 15 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 6. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Buah Pare
1. Ukuran Droplet dan Pergeseran Ukuran Droplet
Data ukuran droplet: 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 1 bulan penyimpanan,
dan pergeseran ukuran droplet dari setelah 1 bulan penyimpanan.
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Roy's largest root 5.842 2.921(a) 2.000 1.000 .382
Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig.
Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig.
Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig.
Pillai's trace .993 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Wilks' lambda .007 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Hotelling's trace 151.534 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Roy's largest root 151.534 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a. Exact statistic