EFEK ANTI INFLAMASI AMPAS WORTEL (Daucus carota L.) PADA KELINCI PUTIH BETINA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Yuda Kristama NIM : 028114025 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Embed
EFEK ANTI INFLAMASI AMPAS WORTEL ( Daucus carota L.) … · Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek anti inflamasi ampas wortel ( Daucus carota L.) serta mengetahui perubahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEK ANTI INFLAMASI AMPAS WORTEL (Daucus carota L.) PADA KELINCI PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yuda Kristama NIM : 028114025
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEK ANTI INFLAMASI AMPAS WORTEL (Daucus carota L.) PADA KELINCI PUTIH BETINA
Diajukan oleh : Nama : Yuda Kristama
NIM : 028114025
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Yosef Wijoyo, M.Si, Apt.
Tanggal : September 2007
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi berjudul
EFEK ANTI INFLAMASI AMPAS WORTEL (Daucus carota L.) PADA KELINCI PUTIH BETINA
Oleh : Yuda Kristama
NIM : 028114025
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : 6 Agustus 2007
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan Rita Suhadi, M.Si., Apt.
Pembimbing :
Yosef Wijoyo, M.Si., Apt.
Panitia Penguji :
1. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. …………………..
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. …………………..
3. Drs. Mulyono, Apt. …………………..
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Va dove Ti porTa il cuore Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang dihadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus kauambil, janganlah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah napas dalam – dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini. Jangan biarkan apapun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkanlah hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan PERGILAH KEMANA HATI MEMBAWAMU... Susanna Tamaro
Kupersembahkan karya sederhana ini bagi,
Bapak & Ibu yang membawaku ke Dunia ini Dek I, Enci dan Ke CERIA an di hatiku “Nare”
Beserta Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan
kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Anti
Inflamasi Ampas Wortel (Daucus carota L.) pada Kelinci Putih Betina“. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Yosef Wijoyo, M.Si, Apt, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Mulyono, Apt, selaku dosen penguji yang bersedia menguji dan
memberikan saran demi kemajuan skripsi ini.
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku dosen penguji yang bersedia menguji dan
memberikan saran demi kemajuan skripsi ini.
4. Rita Suhadi, MSi. Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
5. dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes selaku pembimbing akademik penulis atas
segala bimbingannya selama ini.
6. Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., Mas Sigit, dan Mas Andre, atas bantuan
determinasi dan pembuatan herbarium wortel.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Yohanes Sugianto, M.Si., atas bantuan dalam pembuatan preparat beserta
bimbingan dan diskusinya dalam penyesaian skripsi ini.
8. Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Kayat selaku laboran bagian farmakologi, atas
segala bantuan dan dinamika selama di laboratorium.
9. Bapak, Ibu, Dek I, dan Dek Enci yang selalu mendukung terutama doa dan kasih
sayang selama ini.
10. Nina ”Nare” atas kasih sayang, Ke”Ceria”an, dukungan dan perhatiannya.
Bowo, Bean, Fery dan “manuk – manuk” yang lain atas “Man For Others”nya.
15. Sahabat – sahabat ku dan pihak–pihak lain yang turut membantu penulis namun
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 6 Agustus 2007
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Agustus 2007
Penulis
Yuda Kristama
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek anti inflamasi ampas
wortel (Daucus carota L.) serta mengetahui perubahan histopatologi dengan adanya pemberian ampas wortel sebagai anti inflamasi.
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan acak pola satu arah. Metode uji yang digunakan adalah uji eritema yang telah dimodifikasi dengan peradang lampu TL UV 10 W, Black light, Sankyo, λ 352 nm. Hewan uji yang digunakan adalah kelinci putih betina, dewasa 4 – 6 bulan dan berat badan 1,5 – 2 kg. Empat puluh daerah uji dibagi dalam 8 kelompok secara acak, setiap kelompok terdiri 5 daerah uji @ 4 cm2. Kelompok I dan II merupakan kelompok kontrol negatif radiasi UVA selama 10 jam dan kelompok kontrol positif krim Hidrokortison asetat Bufacort®. Kelompok III–VIII merupakan kelompok perlakuan pemberian ampas wortel secara topikal selama 4 jam dengan rentang masa pemberian 1 – 6 hari. Evaluasi penilaian dilakukan melalui pengamatan eritema pada jam ke-24 dan pemeriksaan histopatologi pada daerah uji. Data keduanya diskor dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Kruskal – Wallis dan Uji Mann – Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok perlakuan pemberian ampas wortel 3 dan 4 hari. memiliki efek anti inflamasi yang ditandai dengan penurunan mean skor eritema. Hal ini juga terlihat pada perubahan histopatologi kulit yang berupa berkurangnya penebalan stratum korneum beserta udem cairan inter sel.
Kata kunci : anti inflamasi, eritema, ampas wortel, UVA, kelinci
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This research has been done with objective to prove the anti inflammation
capability of carrot waste (Daucus carota L) and reveal the histopathology changes since carrot waste is given as an anti inflammation.
This research is experimental with one way pattern randomized plan. The test method which is used is erythema testing modified with TL UV 10 W lamp inflammation, Black light, Sankyo, λ 352 nm. The animal which is tested is a whit female rabbit. The age is 4-6 months, the weight is 1,5 – 2 kg. The 40 test daerahs are divided into 8 groups randomly. Each group consists of 5 test daerahs @ 4 cm2. Group I and II are a negative controlled group of UVA radiation for 10 hours and a Hydrocortisone Acetate Bufacort® cream positive controlled. Group III – VIII are a group receiving carrot waste treatment topically for 4 hours within 1- 6 days. The evaluation is held by observing the erythema at 24th hour and histopathology analyzing on a test daerah. The results will be ranked and analyzed statistically with Kruskal – Wallis testing and Mann – Whitney testing.
The observation results indicate that carrot waste has an anti inflammation capability. It’s shown by its capability of decreasing the erythema mean point and histopathology changes on a group receiving a carrot waste treatment within 3 and 4 days.
Keywords : anti inflammation, erythema, carrot waste, UVA, rabbits.
Umbi wortel yang masih segar dan tidak ada lukanya dicuci bersih.
Ambil 500 gram wortel kemudian diparut. Hasil parutan ditimbang dan
kemudian diperas dengan menggunakan kain tipis. Ampas yang baru dihasilkan
ditimbang kembali apabila kadar air telah berkurang (berat ampas menyusut ±
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
70%), diambil dan ditimbang 2 gram untuk kemudian diberikan selama 4 jam
dan disesuaikan pada lama masa pemberian yang telah ditentukan.
2. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci putih betina,
usia 4 – 6 bulan, tidak sedang mengandung dan mempunyai berat 1,5 – 2 kg.
Sebelum digunakan, pada bagian punggung kelinci dicukur bulunya hingga bersih
sesuai daerah yang ditentukan yaitu 4 cm2 dan diadaptasikan dalam kandang secara
individual selama 10 hari. Selama adaptasi kelinci hanya diberi makan rumput dan
kangkung.
3. Penetapan eritema
Eritema yang akan diamati terlebih dahulu ditetapkan dengan memberi
nilai skala dan skor sesuai dengan warna merah yang terbentuk dan tingkat
keparahannya.
4. Orientasi penetapan lama penyinaran UV A
Sembilan daerah kulit punggung kelinci seluas @ 4 cm2, yang telah
dibersihkan bulunya, dibagi menjadi 3 kelompok. Masing–masing kelompok
diradiasi dengan lampu TL UV A, λ 352 nm dengan lama penyinaran masing-
masing 3, 6, dan 10 jam. Eritema yang terbentuk diamati pada jam ke 0, 24, 48, dan
72 dan dicatat dalam bentuk skor sesuai dengan skala eritema yang telah ditetapkan.
Lama penyinaran UV A penginduksi eritema ditetapkan pada kelompok penyinaran
yang dapat menimbulkan eritema kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
5. Orientasi penetapan waktu pengamatan eritema
Lima daerah kulit punggung kelinci yang sudah disiapkan seperti
sebelumnya diradiasi dengan UV A selama 10 jam. Selanjutnya kelima daerah
tersebut di amati pada jam ke-0, 12, 24, 36, dan 48. Waktu pengamatan eritema
ditetapkan pada saat eritema maksimal terbentuk.
6. Orientasi penetapan waktu pemberian kontrol positif
Sebanyak sembilan daerah kulit uji @ 4 cm2 dibagi menjadi 3 kelompok.
Tiap kelompok diolesi tipis-tipis krim hidrokortison asetat (Bufacort®) dengan
variasi waktu pemberian 15, 30, dan 60 menit sebelum diradiasi dengan UV A
selama 10 jam. Selanjutnya eritema diamati pada jam ke-24. Dosis pemberian
kontrol positif yang dipilih adalah pemberian yang lebih efektif dalam menghambat
terbentuknya eritema.
7. Orientasi penetapan lama masa pemberian ampas wortel
Delapan belas daerah kulit punggung kelinci dibagi dalam 6 kelompok.
Tiap kelompok diberikan ampas wortel dengan cara ditempelkan menggunakan
plester dan kain kasa selama 4 jam. Lama masa pemberian yang digunakan adalah 1,
2, 3, 4, 5 dan 6 hari. Selanjutnya untuk setiap kelompok diradiasi UV A selama 10
jam dan diamati eritemanya pada jam ke-24.
8. Pengujian efek anti inflamasi
Empat puluh daerah uji kulit punggung kelinci yang sudah di adaptasikan,
di bagi menjadi 8 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri dari 5 daerah uji.
Kelompok I : Kontrol negatif, diradiasi lampu UV A, λ 352 selama 10 jam
Kelompok II : Kontrol positif, diberi krim hidrokortison asetat (Bufacort®)
dan kemudian diradiasi lampu UV A , λ 352 selama 10 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kelompok III – VIII : Kelompok perlakuan, diberi 2 gram ampas wortel ditempel
selama 4 jam dengan lama masa pemberian 1 – 6 hari dan kemudian di radiasi lampu
UV A, λ 352.
Masing–masing kelompok diberi perlakuan, yang pertama membuat daerah
uji dengan mencukur bulu pada daerah punggung kelinci seluas 4 cm2 menggunakan
pisau cukur dan telah diadaptasikan. Bersihkan daerah dengan alkohol 75% sebelum
perlakuan. Selanjutnya tiap daerah yang sudah dibersihkan, untuk kelompok I tidak
diberikan apa–apa sedangkan untuk kelompok II diberikan krim hidrokortison asetat
sebagai kontrol positif. Sedangkan untuk kelompok IV – VIII diberikan ampas
wortel selama 4 jam dengan lama masa pemberian 1 – 6 hari. Setelah itu semua
kelompok diradiasi dengan lampu UV A, λ 352 selama 10 jam dan eritema yang
muncul diamati pada jam ke-24.
9. Analisis data
Data mean skor eritema yang diperoleh dari kelompok perlakuan ampas
wortel dibandingkan dengan kontrolnya diuji dengan statistik non parametrik
Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Untuk mengetaui
perbedaan yang bermakna antar kelompok dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U.
10. Pembuatan preparat histologi kulit
Pertama pada daerah kulit yang diuji dipotong ± 2 cm2, kemudian difiksasi
dalam formalin 4%. Preparat dimasukkan kedalam larutan etanol secara bertingkat
berturut–turut etanol 50% selama 30 menit, etanol 90% selama 30 menit, etanol
mutlak selama 30 menit, masing–masing 2 kali perlakuan. Preparat kemudian
direndam dalam xilol-parafin, dimasukkan ke dalam oven selama satu jam dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
suhu 60°C. Setelah itu dipindahkan ke dalam parafin cair selama satu setengah jam
dalam blok preparat. Setelah dicetak, preparat dipotong setebal 6 mikron dengan
mikrotom. Pita irisan ditempelkan pada gelas benda dengan perekat gliserin
albumin. Kemudian dimasukkan kedalam larutan etanol secara bergantian, berturut –
turut etanol 96%, 90%, 70%, dan 50%, masing – masing selama 5 – 10 menit, cuci
dengan air, kemudian baru dimasukkan ke dalam larutan hematoksilin-eosin (HE)
dalam alkohol selama 12 menit. Akhirnya preparat dikeringkan dalam suhu kamar
dan ditutup dengan kanada balsam serta obyek gelas. Proses pembuatan preparat
histologi dilakukan di Laboratoriun Anatomi dan Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada.
11. Pemeriksaan histopatologi
Preparat sel kulit selanjutnya diperiksa histopatologinya dengan
menggunakan mikroskop. Hasil pemeriksaan histopatologi dan fotomikroskopis
merupakan data kualitatif yang kemudian diberian skor dan dianalisis dengan
statistik non parametrik Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U. Pemeriksaan
histopatologi sel kulit dibimbing oleh Yohanes Sugiyanto, M.Si. di Laboratorium
Anatomi dan Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman uji merupakan langkah awal sebelum dilakukan
penelitian. Determinasi bertujuan untuk memastikan kebenaran bahan uji tanaman
yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil determinasi yang
dilakukan maka dapat dipastikan bahwa spesies tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Daucus carota L.
B. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan sebagai orientasi untuk mempersiapkan hal–hal
yang diperlukan pada pengambilan data sebenarnya di dalam perlakuan. Uji ini
bertujuan untuk memvalidasi metode uji anti inflamasi yang akan digunakan,
sehingga hasil yang diperoleh dalam perlakuan lebih akurat dan dapat diterima.
Dalam penelitian ini uji pendahuluan yang dilakukan meliputi: penetapan kriteria
skor eritema, penetapan lama waktu penyinaran UVA sebagai penginduksi eritema,
penetapan waktu pengamatan eritema, penetapan dosis kontrol positif krim
Bufacort®, dan penetapan lama masa pemberian ampas wortel.
Data yang diperoleh uji pendahuluan merupakan hasil skoring dari eritema
yang teramati pada daerah uji. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar
kelompok, data tersebut dianalasis secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis dan
untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1. Penetapan eritema
Eritema merupakan salah satu gejala inflamasi yang ditandai dengan warna
merah pada kulit dan disebabkan oleh peningkatan aliran darah dalam kapiler
(Anonim, 2007a). Dalam penelitian ini terbentuknya eritema merupakan bagian
yang penting karena berperan sebagai variabel tergantung yang akan diamati. Untuk
menghindari subyektifitas yang berlebih dalam pengamatan maka diperlukan
penetapan nilai skala eritema dalam bentuk skor berdasarkan tingkat kemerahan.
Penetapan ini bertujuan agar hasil yang diperoleh lebih valid dan untuk selanjutnya
data hasil skoring eritema ini dapat dianalisis secara statistik. Hasil penetapan nilai
skor eritema dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Penetapan nilai skor eritema
Tingkatan eritema Eritema Skor Keterangan Tidak ada eritema 0 0 Tidak ada warna merah Eritema ringan + 1 bercak merah Eritema ++ 2 merah merata Eritema kuat +++ 3 merah kuat, kulit menebal dan kasar
2. Orientasi penetapan lama penyinaran UV A
Radiasi UV A merupakan salah satu inflamatogen yang dapat menginduksi
terjadinya eritema sebagai gejala terjadinya inflamasi (Tedesco, 1997). Dalam
penelitian ini sumber radiasi UV A yang digunakan berasal dari lampu TL UV 10
W, black light, Sankyo, λ 352 nm. Energi dari radiasi tersebut belum diketahui,
sehingga untuk menetapkan dosisnya dilakukan dengan mencari lama waktu
penyinaran. Penetapan ini bertujuan untuk memilih dan menentukan lama
penyinaran lampu TL UV 10 W, black light, Sankyo, λ 352 nm sebagai dosis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
efektif dalam mengiduksi eritema kuat pada daerah uji. Variasi lama penyinaran
yang dipilih adalah 3, 6 , dan 10 jam. Hasil orientasi dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Hasil uji statistik orientasi penetapan lama penyinaran UV A
Uji Mann-Whitney Kel. Waktu penyinaran UV A
(Jam)
n Mean skor eritema
Uji Kruskal-Wallis
Pembanding Ket. I 3 3 0,33 III
II Bb Btb
II 6 3 1,33 III I
Bb Btb
III 10 3 3
Ada Perbedaan
I, II -
Bb Btb
Keterangan : Kel. : kelompok Btb : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (p ≤ 0,05) Ket. : keterangan
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa mean skor eritema yang terbesar
terjadi pada penyinaran UV A selama 10 jam. Dalam uji Kruskal-Wallis diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,030 (p < 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan mean skor eritema yang terbentuk dari ketiga kelompok tersebut.
Sedangkan dari uji Mann-Whitney juga menunjukkan bahwa eritema dengan
penyinaran selama 10 jam memiliki perbedaan yang bermakna dengan eritema pada
penyinaran 3 dan 6 jam. Jadi dapat diasumsikan bahwa penyinaran UV A selama 10
jam telah dapat memberikan efek yang maksimal dalam menimbulkan radang pada
kulit kelinci yang berupa eritema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
0.33
1.33
3
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
3 jam 6 jam 10 jam
lama penyinaran
skal
a er
item
a
Gambar 7. Grafik orientasi penetapan lama penyinaran UVA
3. Orientasi penetapan waktu pengamatan eritema
Orientasi ini bertujuan untuk mengetahui dan memilih waktu yang tepat
dalam mengamati eritema kuat akibat radiasi UV A. Pada orientasi penetapan lama
waktu penyinaran sebelumnya, secara sepintas terlihat bahwa waktu terbentuknya
eritema terjadi pada jam ke 24 setelah radiasi UV A, meskipun demikian masih
perlu dilakukan orientasi lagi dengan dosis yang sudah ditetapkan untuk benar–
benar memastikan waktu optimal terbentuknya eritema hasil penyinaran UV A agar
memudahkan dalam pengamatan. Waktu pengamatan yang dipilih dalam orientasi
ini adalah pada jam ke- 0, 12, 24, 36, 48 dan 72 setelah penyinaran UV A selama 10
jam. Hasil orientasi penetapan lama penyinaran UV A dapat dilihat pada tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel III. Hasil uji statistik orientasi penetapan waktu pengamatan eritema
Uji Mann-Whitney Kel. Waktu Pengamatan
(jam ke-)
n Mean skor
eritema
Uji Kruskal-Wallis Pembanding Ket.
I 0 5 0 II, III, IV, V VI
Bb Btb
II 12 5 2,2 I, V, VI III, IV
Bb Btb
III 24 5 2,6 I, IV, V, VI II
Bb Btb
IV 36 5 1,8 I, III, VI II, V
Bb Btb
V 48 5 1 I, II, III IV, VI
Bb Btb
VI 72 5 0,6
Ada Perbedaan
II, III, IV I, V
Bb Btb
Keterangan : Kel. : kelompok Btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (p ≤ 0,05) Ket. : keterangan
Tabel diatas menunjukkan bahwa eritema paling kuat terbentuk pada jam
ke-24 dan disusul pada jam ke-12 setelah penyinaran sinar UV A selama 10 jam.
Secara statistik mean skor eritema kedua kelompok pengamatan tersebut
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, akan tetapi pada kelompok
pengamatan jam ke-24 jika dibandingkan dengan mean skor eritema kelompok
pengamatan lainnya (jam ke- 0, 36, 48 dan 72) memiliki perbedaan yang bermakna.
Oleh sebab itu waktu pengamatan eritema yang dipilih dalam penelitian ini adalah
pada jam ke-24 setelah penyinaran UV A, karena diasumsikan pada waktu
pengamatan tersebut, penyinaran UV A selama 10 jam telah memberikan efek
terbentuknya eritema yang mudah diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
0
2.2
2.6
1.8
1
0.6
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
0 jam 12 jam 24 jam 36 jam 48 jam 72 jam
waktu pengamatan (setelah)
skal
a er
item
a
Gambar 8. Grafik orientasi penetapan waktu pengamatan eritema 4. Orientasi waktu pemberian kontrol positif krim hidrokortison asetat
Hidrokortison asetat dalam krim Bufacort® yang digunakan sebagai
kontrol positif berlaku sebagai pembanding terhadap kelompok perlakuan.
Hidrokortison asetat merupakan salah satu obat inflamasi golongan steroid yang
dapat mengurangi eritema akibat radiasi UV (Richard, Kathryne, Henry, and Mary,
2004). Orientasi kontrol positif ini bertujuan untuk menentukan waktu pemberian
krim hidrokortison asetat yang efektif dalam mengurangi terbentuknya eritema
akibat radiasi UV A. Dosis umum pemakaian luar krim hidrokortison asetat pada
manusia adalah satu sampai dua kali sehari dioleskan tipis dan merata (Anonim,
2000). Menurut Williamson dkk (1996), pemberian kontrol positif dilakukan kurang
lebih 15 menit sebelum peradangan. Untuk itu dalam orientasi ini variasi waktu
pemberian kontrol positif yang dipilih adalah 15, 30 dan 60 menit sebelum diradiasi
UVA dan pemberian ini disesuaikan dengan dosis krim hidrokortison asetat topikal
Bufacort®. Hasil orientasi waktu pemberian kontrol positif disajikan pada tabel IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel IV. Hasil uji statistik orientasi waktu pemberian krim hirdokortison asetat Kel. Waktu pemberian krim
Bufacort® (sebelum diradiasi) n Mean skor
eritema Uji
Kruskal-Wallis
I 15 menit 3 0,33
II 30 menit 3 1
III 60 menit 3 1
Berbeda tidak bermakna (p=0,348)
Keterangan : Kel. : kelompok n : jumlah Ket. : keterangan
Terlihat dari tabel tersebut bahwa pemberian krim hidrokortison asetat
Bufacort® 15 menit sebelum diradiasi UV A mempunyai mean skor eritema paling
kecil. Akan tetapi secara statistik perbedaan antara ketiga kelompok pemberian
kontrol positif tersebut tidak bermakna. Sehingga untuk perlakuan lebih lanjut dapat
menggunakan pemberian kontrol positif dengan waktu pemberian 15 menit sebelum
radiasi UV A.
0.33
1 1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
15 menit 30 menit 60 menit
waktu pemberian (sebelum diradiasi)
skal
a er
item
a
Gambar 9. Grafik orientasi waktu pemberian krim hirdokortison asetat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
5. Orientasi penetapan lama masa pemberian ampas wortel
Penentuan lama pemberian ampas wortel perlu dilakukan terlebih dahulu
untuk mencari waktu yang tepat agar ampas wortel sebagai bahan yang akan diuji
dapat bekerja sebagai anti inflamasi. Ketika terjadi aksi anti inflamasi dari ampas
wortel maka akan ditunjukkan dengan adanya penurunan mean skor eritema yang
teramati. Jika mean skor eritema kecil maka menunjukkan adanya kerja anti
inflamasi ampas wortel yang maksimal. Variasi waktu pemberian ampas wortel yang
digunakan adalah 1 sampai 6 hari.Data dan hasil orientasi ditunjukkan pada tabel V
Tabel V. Hasil uji statistik orientasi lama masa pemberian ampas wortel
Uji Mann-Whitney Kel. Lama masa pemberian
(hari)
n Mean skor
eritema
Uji Kruskal-Wallis
Pembanding Ket. I 1 3 2,67 III
II, IV, V, VI Bb Btb
II 2 3 1,67 - I, III, IV, V, VI
Bb Btb
III 3 3 0,67 I, VI II, IV, V
Bb Btb
IV 4 3 1,33 - I, II, III, V, VI
Bb Btb
V 5 3 1,33 - I, II, III, IV, VI
Bb Btb
VI 6 3 2
Ada
Perbedaan (p=0,046)
III I, II, IV, V, VI
Bb Btb
Keterangan : Kel. : kelompok Btb : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (p ≤ 0,05) Ket. : keterangan
Hasil uji statistik pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya lama masa pemberian ampas wortel memperlihatkan adanya
perubahan eritema pada daerah uji. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan
mean skor eritema daerah uji pada lama masa pemberian 1 sampai 3 hari dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
penurunan yang bermakna secara statistik terjadi pada pemberian ampas selama 3
hari. Pada pemberian hari ke-4 sampai ke-6 mengalami peningkatan mean skor
eritema jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Oleh sebab itu diputuskan untuk
menghentikan pemberian ampas wortel setelah hari ke-6. Grafik hasil orientasi
tersebut dapat dilihat pada gambar 10.
2.67
1.67
0.67
1.33 1.33
2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
skal
a er
item
a
1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari
lama masa pemberian
Gambar 10. Grafik orientasi lama masa pemberian ampas wortel
Dalam orientasi ini bahan uji yang digunakan adalah ampas wortel dengan
dosis 2 gram / 4cm2 yang diaplikasikan selama 4 jam. Dosis ampas wortel sebesar 2
gram digunakan karena memudahkan dalam pengaplikasiannya yang dilakukan
secara topikal, sedangkan waktu aplikasi selama 4 jam dipilih agar ampas wortel
tidak terlalu kering dan bisa mempertahankan kontak dengan daerah uji. Selain itu
juga pada dosis tersebut cukup sesuai dengan luas permukaan daerah uji, sehingga
ampas yang ditempelkan tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
C. Pengujian Efek Anti Inflamasi
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek anti inflamasi ampas
wortel pada daerah uji kulit punggung kelinci yang ditandai dengan penurunan mean
skor eritema. Metode yang digunakan adalah metode uji eritema (Williamson,
Okpako, dan Evans, 1996) yang telah dimodifikasi. Alasan penggunaan metode ini
karena merupakan metode yang sederhana dari segi perlakuan, pengamatan,
pengukuran, pengolahan data serta metode ini sangat relevan terhadap bahan uji
ampas wortel yang diaplikasikan secara topikal. Walaupun metode ini agak
subyektif tapi tetap valid dan dapat diterima (Williamson, Okpako, dan Evans,
1996). Penginduksi eritema yang digunakan adalah UV A yang berasal dari lampu
TL UV 10 W, black light, Sankyo, λ 352 nm. Adanya radiasi UV A akan
menimbulkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel dan memacu
peroksidasi lemak sehingga terjadi peradangan dengan disertai pelepasan mediator–
mediator inflamasi seperti histamin, kinin, prostaglandin, leukotrien dan sebagainya,
yang dapat mengakibatkan vasodilatasi serta peningkatan aliran darah dan
terbentuklah eritema (Tedesco, 1997). Efek anti inflamasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan ampas wortel untuk mengurangi mean skor eritema
pada daerah kulit uji akibat radiasi UV A.
Dosis pemberian ampas wortel yang digunakan dalam uji efek anti
inflamasi ini, didasarkan pada kajian tehadap lama masa pemberian, yaitu dengan
dosis 2 gram/4 cm2. Alasan menggunakan 2 gram ampas wortel karena
memudahkan dalam pengaplikasian dan berat tersebut juga cukup sesuai dengan
luas daerah uji yang digunakan. Sedangkan untuk peringkat dosis yang digunakan
adalah lama masa pemberian ampas wortel 1 sampai 6 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Data dari perlakuan ini kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol,
baik kontrol negatif maupun positif. Perlakuan terhadap kontrol negatif bertujuan
untuk melihat seberapa kuat eritema hasil radiasi UV A tanpa perlakuan apapun, jika
dibandingkan dengan pemberian krim obat / ampas wortel sebelum diradiasi UV A.
Sedangkan perlakuan terhadap kontrol positif bertujuan untuk mengetahui seberapa
kuat efek anti inflamasi dalam menghambat munculnya eritema dari radiasi UV A
jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Hasil uji statistik mean skor eritema
pada uji efek anti inflamasi tiap kelompok disajikan pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil uji statistik perlakuan pemberian ampas wortel dengan kajian lama masa pemberian.
Uji Mann-Whitney Kel. Perlakuan
n Mean
skor eritema
Uji Kruskal-Wallis Pembanding Ket.
I sinar UV A 5 2,8 II, V, VI III, IV, VII, VIII
Bb Btb
II hidrokortison asetat (Bufacort®)
5 0,6 I, III, IV, VI, VII, VIII V
Bb Btb
III Pemberian ampas 1 hari
5 2,6 II, V, VI I, IV, VII, VIII
Bb Btb
IV Pemberian ampas 2 hari
5 1,8 II I, III, V, VI, VII, VIII
Bb Btb
V Pemberian ampas 3 hari
5 1,4 I, III, VII II, IV, VI, VIII
Bb Btb
VI Pemberian ampas 4 hari
5 1,6 I, II, III IV, V, VII, VIII
Bb Btb
VII Pemberian ampas 5 hari
5 2,4 II, V I, III, IV, VI, VIII
Bb Btb
VIII Pemberian ampas 6 hari
5 2,2
Ada Perbedaan (p=0,002)
II I, III, IV, V, VI, VII
Bb Btb
Keterangan : Kel. : kelompok Btb : Berbeda tidak bermakna (P > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (P ≤ 0,05) Ket. : keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Berdasarkan tabel VI tersebut terlihat bahwa mean skor eritema tertinggi
terdapat pada kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa benar UV A
dapat menginduksi terjadinya peradangan pada daerah kulit kelinci yang ditandai
dengan terbentuknya eritema kuat. Adanya kromofor kulit yang mengabsorbsi
radiasi UV A sehingga akan memicu terjadinya reaksi fotokimia dan menghasilkan
radikal bebas yang tidak stabil dan sangat reaktif. Akibatnya dapat terjadi gangguan
fungsi sel dengan rusaknya membran sel karena serangan dari radikal bebas tersebut.
Rusaknya membran sel dapat mempengaruhi sintesis dan pembebasan mediator dari
eicosanoid (produk turunan dari asam arakidonat), histamin, kinin, sitokinin dan
faktor kemotaksis yang lain. Semua mediator–mediator tersebut mengaktifkan sel
endotelial di dermis sehingga meningkatkan permiabilitas vaskular dan terjadilah
eritema serta mempromosikan akumulasi sel–sel inflamasi (Tedesco, 1997).
Sedangkan pada perlakuan kontrol positif krim hidrokortison asetat (Bufacort®)
yang dioleskan secara topikal mempunyai mean skor eritema yang terkecil dan
secara statistik berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini
juga menunjukkan bahwa krim hidrokortison tersebut mempunyai efek anti
inflamasi dengan kemampuan mengurangi mean skor eritema yang diakibatkan oleh
sinar UV A. Seperti yang telah diketahui hidrokortison asetat merupakan golongan
steroid yang mekanisme anti inflamasinya berdasarkan atas rintangan sintesis
prostaglandin dan leukotrien dengan menghambat fosfolipase (Tjay dan Rahardja,
2002). Dari hasil ini telah membuktikan bahwa memang benar krim hidrokortison
asetat Bufacort® memiliki efek anti inflamasi dan oleh sebab itu krim tersebut dapat
digunakan sebagai kontrol positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dalam tabel pengujian efek anti inflamasi tersebut juga dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara beberapa kelompok perlakuan pemberian ampas
wortel dengan kelompok kontrol. Dari hasil tersebut mengindikasikan bahwa pada
perlakuan ampas wortel 2 gram/4 cm2 dengan lama masa pemberian bervariasi
kemungkinan memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pembentukan
eritema pada daerah uji. Disamping itu juga terlihat adanya penurunan mean skor
eritema pada kelompok pemberian ampas wortel 1 sampai 3 hari. Akan tetapi
penurunan yang berarti adalah pada kelompok pemberian ampas wortel 3 hari.
Sedangkan pada pemberian ampas pada 4, 5, dan 6 hari mengalami peningkatan
kembali mean skor eritema dibandingkan pada pemberian 3 hari. Peningkatan yang
berarti secara statistik baru ditunjukkan pada pemberian 6 hari.
Hasil analisis statistik menunjukkan beberapa kelompok perlakuan yang
mempunyai perbedaan dengan kontrol negatif, yaitu kelompok pemberian ampas
wortel selama 3 hari dan 4 hari. Pada kelompok perlakuan ini terjadi penurunan
mean skor eritema yang berarti, karena secara statistik berbeda bermakna dengan
kelompok kontrol negatif, sehingga dapat dimungkinkan adanya efek anti inflamasi
dari kelompok perlakuan tersebut. Kemungkinan adanya efek anti inflamasi pada
kelompok perlakuan tersebut diduga berasal dari senyawa anti oksidan yang masih
terdapat dalam ampas wortel sehingga dapat menangkap radikal bebas hasil radiasi
UV A. Seperti yang telah diketahui dalam wortel kaya akan senyawa antioksidan
salah satunya adalah beta karoten. Beta karoten sendiri telah terbukti mempunyai
efek anti inflamasi (Utami, 2006).
Dalam kelompok perlakuan yang lainnya yaitu pada pemberian ampas 1, 2,
5, dan 6 hari, juga terjadi penurunan mean skor eritema tapi secara statistik tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memiliki perbedaan yang berarti dengan kontrol negatif. Hal ini berarti bahwa pada
kelompok perlakuan tersebut belum mampu memberikan efek anti inflamasi.
Terdapat pula beberapa kelompok perlakuan yang secara statistik berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol positif, yaitu kelompok pemberian ampas
wortel 1, 2, 4, 5, dan 6 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dari kelompok perlakuan
tersebut belum dapat memberikan efek anti inflamasi seperti halnya pada kontrol
positif atau bisa dikatakan potensinya masih di bawah kontrol positif. Akan tetapi
walaupun hampir sebagian besar kelompok perlakuan berbeda bermakna dengan
kelompok kontrol positif, masih terdapat satu kelompok perlakuan yang secara
statistik mempunyai perbedaan tidak berarti dengan kontrol positif, yaitu kelompok
pemberian ampas wortel 3 hari. Dalam kelompok perlakuan ini terlihat penurunan
mean skor eritema yang hampir sama seperti pada kelompok kontrol positif. Dapat
diasumsikan bahwa kelompok perlakuan pemberian selama 3 hari merupakan dosis
optimal dalam memberikan efek anti inflamasi seperti pada kontrol positif.
Sedangkan untuk kelompok pemberian ampas wortel 4 hari meskipun mempunyai
efek anti inflamasi akan tetapi tidak sekuat krim hidrokortison asetat Bufacort®
sebagai kontrol positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2.8
0.6
2.6
1.8
1.41.6
2.42.2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
skal
a er
item
a
1 2 3 4 5 6 7 8
kelompok perlakuan
Gambar 11. Grafik perlakuan pemberian ampas wortel dengan kajian lama masa pemberian.
Keterangan :
1. Kelompok kontrol negatif penyinaran UV A 10 jam. 2. Kelompok kontrol positif krim Bufacort® dengan penyinaran UV A 10 jam. 3. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 dengan lama masa
pemberian 1 hari dan penyinaran UV A 10 jam. 4. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 2 hari dan penyinaran UV A 10 jam. 5. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 3 hari dan penyinaran UV A 10 jam. 6. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 4 hari dan penyinaran UV A 10 jam. 7. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 5 hari dan penyinaran UV A 10 jam. 8. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 6 hari dan penyinaran UV A 10 jam.
D. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
histopatologi pada daerah uji kulit punggung kelinci yang telah diradiasi UV A dan
mendapatkan perlakuan, baik kontrol positif maupun pemberian ampas wortel.
Menurut Tedesco (1997) terdapat perubahan histopatologi pada lapisan epidermis
setelah diradiasi UV seiring dengan munculnya eritema. Perubahan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
diantaranya yaitu terjadinya hiperkeratosis (penebalan stratum korneum), spongiosis
(udem yang berisi cairan intersel), vesicula, dan yang paling parah adalah kerusakan
sel bahkan sampai nekrosis. Hiperkeratosis terjadi karena mekanisme pertahanan
kulit yaitu dengan membentuk lebih banyak sel keratin sehigga menjadi tebal.
Sedangkan spongiosis terjadi karena adanya gangguan terhadap sel sehingga
menyebabkan cairan dalam sel keluar membentuk udema. Vesicula hampir sama
dengan spongiosis akan tetapi hanya berongga satu dan hanya sebesar biji kapri.
Nekrosis merupakan kerusakan sel permanen atau mati yang disebabkan gangguan
yang hebat terhadap sel (Mutschler,1991).
Gambar 12. Histopatologi daerah uji kulit kelinci normal tanpa perlakuan pada
perbesaran 40x Keterangan :
A : stratum korneum C : stratum spinosum B : stratum granulosum Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan histopatologi ini juga berupa
skor sesuai dengan tingkat keparahan yang nampak pada struktur epidermis kulit
daerah uji. Selanjutnya data tersebut juga dianalisis secara statistik sama dengan uji
Kruskal-Wallis dan Mann-whitney. Hasil analisis statistik dari pemeriksaan
histopatologi disajikan dalam tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel VII. Hasil uji statistik mean skor histopatologi daerah kulit uji
Uji Mann-Whitney Kel. Perlakuan
n Mean skor histopatologi
Uji Kruskal-Wallis Pembanding Ket.
I sinar UV A 3 3,67 II, V, VI III, IV, VII, VIII
Bb Btb
II krim Bufacort®
3 1,33 I, III IV, V, VI, VII, VIII
Bb Btb
III Pemberian ampas 1 hari
3 3 II, V, VI I, IV, VII, VIII
Bb Btb
IV Pemberian ampas 2 hari
3 2,67 - I, II, III, V, VI, VII, VIII
Bb Btb
V Pemberian ampas 3 hari
3 2 I, III II, IV, VI, VII, VIII
Bb Btb
VI Pemberian ampas 4 hari
3 2 I, III II, IV, V, VII, VIII
Bb Btb
VII Pemberian ampas 5 hari
3 2,33 - I, II, III, IV, V, VI, VIII
Bb Btb
VIII Pemberian ampas 6 hari
3 2,67
Ada Perbedaan
- I, II, III, IV, V, VI, VII
Bb Btb
Keterangan : Kel. : kelompok Btb : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (p ≤ 0,05) Ket. : keterangan
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa mean skor histopatologi paling
parah terjadi pada kontrol negatif. Hasil ini juga dapat dilihat dengan jelas pada
gambar 13.1. Dalam gambar tersebut terlihat jelas sekali bahwa radiasi UV A tanpa
adanya perlakuan lain dapat merubah struktur sel pada lapisan epidermis, yaitu
berupa penebalan stratum korneum yang parah dan mendesak ke dalam disertai
dengan adanya udem cairan inter sel. Terjadinya peristiwa tersebut kemungkinan
dapat disebabkan karena adanya gangguan atau perusakan sel oleh radikal bebas
yang berasal dari radiasi UV A. Sedangkan pada kelompok kontrol positif pada
gambar 13.2, juga terjadi penebalan stratum korneum yang disertai udem inter sel
akan tetapi tidak separah pada kontrol negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(1) (2)
Gambar 13. Histopatologi daerah uji setelah diradiasi UV A pada perbesaran 100x (1) dan pemberian hidrokortison asetat Bufacort® pada perbesaran 40x(2)
Keterangan (1) : Keterangan (2) :
A : penebalan stratum korneum A : penebalan stratum korneum B : udem cairan inter sel B : stratum granulosum C : stratum spinosum
Menurut hasil analisis statistik juga terlihat bahwa tidak terjadi perbedaan
yang bermakna antara kontrol positif dengan semua kelompok perlakuan yang lain.
Hal ini bisa dikarenakan mekanisme kerja krim hidrokortison asetat adalah
menghambat enzim fosfolipase sehingga menghalangi pembentukan prostaglandin
dan leukotrien sebagai mediator inflamasi, tidak seperti anti oksidan yang dapat
melindungi sel dari serangan radikal bebas. Sehingga pada kelompok perlakuan ini
masih tetap terlihat adanya perubahan histopatologi pada daerah uji. Akan tetapi
meskipun demikian adanya pemberian tersebut juga dapat mengurangi keparahan
histopatologinya.
Pada perlakuan pemberian ampas 1 dan 2 hari terlihat perubahan
histopatologi pada daerah uji hampir sama. Secara statistik mean skor histopatologi
kedua kelompok perlakuan ini jika dibandingkan dengan kontrol negatif berbeda
tidak berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan tersebut juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengalami perubahan histopatologi yang hampir sama parahnya dengan kontrol
negatif, yakni dengan adanya gangguan dan kerusakan sel yang menyebabkan
penebalan lapisan stratum korneum yang disertai dengan udem inter sel seperti
terlihat pada gambar 14.
(1) (2)
Gambar 14. Histopatologi daerah uji pemberian ampas wortel 1 hari pada perbesaran 40x (1), pemberian ampas wortel 2 hari pada perbesaran 40x (2)
Keterangan :
A : penebalan stratum korneum dan udem inter sel B : vesikula C : degenerasi lemak D : pembuluh darah vasodilatasi
Perubahan histopatologi yang terjadi pada kelompok pemberian ampas
wortel selama 3 dan 4 hari tidak separah pada kontrol negatif dan kelompok –
kelompok perlakuan lainya (pemberian ampas 1, 2, 5, dan 6). Dapat dilihat pada
gambar 15. Pada kelompok ini penebalan stratum korneum dan udem inter sel yang
terjadi hanya sedikit atau kecil. Sedangkan untuk kelompok perlakuan pemberian
ampas selama 5 dan 6 hari juga mengalami perubahan histopatologi dengan tingkat
keparahannya hampir sama dengan kontrol negatif. Hal ini terlihat dari penebalan
stratum korneum yang disertai udem inter sel seperti pada gambar 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(1) (2)
Gambar 15. Histopatologi daerah uji pemberian ampas wortel 3 hari pada perbesaran
40x (1) dan pemberian ampas wortel 4 hari pada perbesaran 40x(2) Keterangan :
A : penebalan stratum korneum B : udem inter sel C : degenerasi lemak
(1) (2)
Gambar 16. Histopatologi daerah uji pemberian ampas wortel 5 hari pada perbesaran 40x (1) dan pemberian ampas wortel 6 hari pada perbesaran 40x (2)
Keterangan : A : penebalan stratum korneum dan udem inter sel C : degenerasi lemak
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan histopatologi ini juga menunjukkan
kemungkinan adanya efek anti inflamasi dari perlakuan pemberian ampas wortel
yang dapat dilihat dari perubahan tingkat keparahan yang terjadi. Diduga efek anti
inflamasi pada perlakuan ini disebabkan adanya senyawa anti oksidan yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
terdapat pada ampas wortel, sehingga mampu menangkap radikal bebas yang berasal
dari radiasi UV A. Senyawa anti oksidan yang diduga kuat masih terdapat dalam
ampas wortel tersebut adalah beta karoten karena beta karoten merupakan senyawa
karotenoid yang memberikan wanra kuning kemerahan dalam wortel. Ampas wortel
yang digunakan dalam penelitian ini juga masih berwarna orange sehingga sangat
dimungkinkan jika masih mengandung senyawa beta karoten.
Penebalan stratum korneum dan udem inter sel yang parah pada beberapa
kelompok perlakuan dapat disebabkan karena kecilnya beta karoten yang terdapat
dalam ampas untuk menghambat radikal bebas akibat UV A seperti pada pemberian
ampas wortel selama 1 dan 2 hari. Akan tetapi keparahan tersebut juga dapat terjadi
karena karotenoid disisi lain dapat berperan sebagai prooksidan setelah dimodulasi
oleh Fe (Halliwel dan Gutteridge,1990 cit Winarsi, 2007). Hal ini juga yang
mungkin terjadi pada perlakuan pemberian ampas selama 5 dan 6 hari, dengan
asumsi beta karoten pada ampas wortel dapat diserap kulit, karena hingga saat ini
belum pernah ada penelitian beta karoten yang diaplikasikan secara topikal. Dari
pemeriksaan histopatologi ini juga memperlihatkan bahwa dosis optimal dalam
menghambat kerusakan sel akibat radiasi UV A terjadi pada perlakuan pemberian
ampas wortel selama 3 dan 4 hari.
E. Perbandingan Uji Eritema dan Pemeriksaan Histopatologi
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan uji eritema bersifat semi
kuantitatif, selanjutnya untuk melengkapi hasil tersebut dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologi kulit daerah uji, yaitu dengan melihat secara lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mendetail perubahan struktur epidermis daerah uji setelah uji eritema. Perbandingan
hasil uji eritema dan pemeriksaan histopatologi disajikan pada tabel VIII.
Tabel VIII. Perbandingan hasil uji eritema dan pemeriksaan histopatologi
Uji eritema Pemeriksaan histopatologi
Uji Mann-Whitney Kel
n mean skor
n mean skor
pembanding (eritema)
pembanding (histopatologi)
ket
I 5 2,8 3 3,67 II, V, VI III, IV, VII, VIII
II, V, VI III, IV, VII, VIII
Bb Btb
II 5 0,6 3 1,33 I, III, IV, VI, VII, VIII V
I, III IV, V, VI, VII, VIII
Bb Btb
III 5 2,6 3 3 II, V, VI I, IV, VII, VIII
II, V, VI I, IV, VII, VIII
Bb Btb
IV 5 1,8 3 2,67 II I, III, V, VI, VII, VIII
- I, II, III, V, VI, VII, VIII
Bb Btb
V 5 1,4 3 2 I, III, VII II, IV, VI, VIII
I, III II, IV, VI, VII, VIII
Bb Btb
VI 5 1,6 3 2 I, II, III IV, V, VII, VIII
I, III II, IV, V, VII, VIII
Bb Btb
VII 5 2,4 3 3,67 II, V I, III, IV, VI, VIII
- I, II, III, IV, V, VI, VIII
Bb Btb
VIII 5 2,8 3 1,33 II, V, VI III, IV, VII, VIII
- I, II, III, IV, V, VI, VII
Bb Btb
Keterangan : Kel. : kelompok Btb : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (p ≤ 0,05) Ket. : keterangan I. Kelompok kontrol negatif penyinaran UV A 10 jam. II. Kelompok kontrol positif krim Bufacort® dengan penyinaran UV A 10 jam. III. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 dengan lama masa
pemberian 1 hari dan penyinaran UV A 10 jam. IV. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 2 hari dan penyinaran UV A 10 jam. V. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 3 hari dan penyinaran UV A 10 jam. VI. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 4 hari dan penyinaran UV A 10 jam. VII. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 5 hari dan penyinaran UV A 10 jam. VIII. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa
pemberian 6 hari dan penyinaran UV A 10 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dari tabel tersebut terlihat bahwa mean skor eritema dan mean skor
histopatologi mengalami penurunan nilai mean skor dengan adanya perlakuan
pemberian ampas wortel. Penurunan yang paling berarti adalah pada pemberian
ampas wortel selama 3 dan 4 hari. Hal menarik yang terlihat dari tabel tersebut
adalah perbedaan mean skor yang terdapat pada kelompok perlakuan kontrol positif.
Pada pemberian kontrol positif uji eritema, mean skor eritemanya mempunyai
perbedaan yang bermakna dengan mean skor eritema dari semua kelompok
perlakuan kecuali dengan pemberian ampas wortel selama 3 hari. Sedangkan pada
pemeriksaan histopatologi mean skor yang dihasilkan hanya mempunyai perbedaan
yang bermakna dengan kontrol positif dan pada pemberiaan ampas wortel 1 hari. Ini
menunjukan bahwa walaupun terjadi pengurangan eritema yang berarti tetapi tetap
terjadi perubahan histopatologi berupa penebalan stratum korneum dan udem inter
sel pada lapisan epidermis yang hampir sama dengan kelompok perlakuan yang lain
kecuali kontrol negatif dan pemberian ampas 1 hari.
Secara keseluruhan dari uji eritema dan pemeriksaan histopatologi ini
menunjukan terjadinya penurunan mean skor eritema maupun mean skor
histopatologi, yang membedakan adalah kemampuan secara statistik dalam
menurunkan mean skor eritema dan mean skor histopatologi tersebut. Meskipun
demikian hasil dari pemeriksaan histopatologi yang terlihat pada gambar preparat uji
cukup jelas untuk menunjukkan bahwa hasil tersebut berbanding lurus dengan hasil
uji eritema atau dengan kata lain hasil pemerikasaan histopatologi yang dilakukan
ini menguatkan pada hasil uji eritema sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
yaitu:
1. Pemberian ampas wortel selama 3 dan 4 hari memiliki efek anti inflamasi
yang ditandai dengan penurunan mean skor eritema.
2. Terdapat perubahan histopatologi area uji dengan adanya pemberian ampas
wortel secara topikal selama 3 dan 4 hari, yaitu berupa berkurangnya
penebalan stratum korneum beserta udem cairan inter sel setelah diradiasi
UV A selama 10 jam.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilanjutkan dengan
penelitian tentang :
1. Pengujian daya anti inflamasi ampas wortel menggunakan dengan modifikasi
pemberian non preventif.
2. Pengujian daya anti inflamasi ampas wortel menggunakan metode lain.
3. Pengujian daya anti inflamasi beta karoten dengan menggunakan metode
pada 2 Februari 2007. Anonim, 2007b, Corticosteroid, http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Hydrocortisone,
diakses pada 2 Februari 2007. Anonim, 2007c, Ultraviolet Waves, http://imagers.gsfc.nasa.gov/ems/uv.html,
diakses pada 2 Februari 2007. Backer, C.A., & Bakhuizen Van Den Brink, R.C., 1963, Flora of Java, volume I, 3 –
9, 11, N.V.P, Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Backer, C.A., & Bakhuizen Van Den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, volume II, 171 – 172, 178, N.V.P, Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.
Bonta, I.L., 1977, Inflammation, Mechanisme and Their impact in Therapy, 19 – 21,
Birkhauses Verlag Based, Roterdam. Cahyono, B., 2002, Wortel Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Kanisius,
Yogyakarta. Dalimartha, S, 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 197 – 201, Trubus
Agrwidya, Jakarta. Dianzani,C., Massimo C., Margherita G., and Roberto F., 2006, Effects of anti-
inflammatory [1, 2, 4]triazolo[4, 3-a] [1, 8]naphthyridine derivatives on human stimulated PMN and endothelial cells: an in vitro study, Journal of Inflammation, 3:4 doi:10.1186/1476-9255-3-4
Febriyana, A. S.M., 2005, Efek Hepatoprotektif Kombinasi Sari Wortel (Daucus
carota L.) dan Tomat (Lycopersicon lycopersicum L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1997, Organic Chemistry, Third Edition, 237-
240, diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana P., Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hapsari, Y. P., 2003, Daya Anti Inflamasi Infus Umbi Wortel (Daucus carota, L)
pada Mencit Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Harbone, J.B, 1984, Phytochemical Method, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Sudiro, Metode Fitokimia, Edisi II, 158-169, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Inaktia, D.A, 2005, Daya Anti Inflamasi Kombinasi Jus Wortel (Daucus carota, L)
dan Tomat (Lycopersicon lycopersicum, L) pada Mencit Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Katzung, B.G, 2001, Basic and Clinical Pharmakology, 8th edition, diterjemahkan
oleh Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga ), Farmakologi Dasar dan Klinik, 474-482, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Kurniani, Tb. B., 2001, Radikal Bebas dalam Polutan Lingkungan, dalam Seminar
Nasional dan Lokakarya Pemahaman Konsep Radikal Bebas dan Peranan Antioksidan dalam Meningkatkan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, FMIPA, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Padjajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lieber, C.S., and Leo, M.A., 1999, Alcohol, Vitamin A, and β Carotene: Adverse Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity, Am. J. Clin. Nut., 69 (6), 1071-1085.
diterjemahkan oleh Azwar Agus, Farmakologi: Ulasan Bergambar, 404, Penerbit Widya Medika, Jakarta
Masjhoer, M., 2002., Peran Analgesik dan Anti Inflamasi Non Steroid pada kasus
inflamasi, dalam Penggunaan Analgesik dan Antiinflamasi Nonsteroid secara Rasional, edisi pertama, 43 – 50, bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mutschler, E., 1986, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh M.B, Widianto, A,
S., Ranti, edisi V, hal 17-20, Penerbit ITB, Bandung. Mutshcler, E., 1991, Arzneimittelwirkungen, 5th edition, diterjemahkan oleh
Widianto, M. B. dan Ranti, A. S., Dinamika Obat, hal 577 – 581 Penerbit ITB, Bandung
Paiva, S.A.R., and Russel, R.M., 1999, β-Carotene and Other Carotenoids as
Antioxidants, Journal of the American College of Nutrition, 18 (5), 426-433.
Perry, M.L., and Metzeger, J., 1980, Medical Plant of East and Southeust Asia
Attributed Propertis and Use, 415, The MIT Press, Cambidge Massachusetts and London.
Price, C.A., and Wilson, L.M.,1995, Pathophisiology, Clinical Concepts of Disease
Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, edisi IV, 36 – 37, C.V. EGC, Jakarta.
Putra, D. AG., 2003, Efek Analgesik Air Perasan Umbi wortel (Daucus carota L.)
pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Edition, p 231-237, 244-250, Bath press, USA. Rasmandani, N.W.A., 2004, Daya Anti Inflamasi Sari Umbi Wortel (Daucus carota,
L) pada Mencit Jantan (kajian terhadap lama masa pemberian) , Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Richard F.E., Kathryne L.W., Henry W.L., and Mary J.C, 2004, Photoprotection by Sunscreens with Topical Antioxidants and Systemic Antioxidants to Reduce Sun Exposure, Journal of Long-Term E. ects of Medical Implants, 14 (4) 317- 340.
Rukmana, R., 1995, Bertanam Wortel, 14 – 18, Kanisius, Yogyakarta. Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, Edisi I, 12 – 13, Universitas
Muhamadiyah Malang Press, Malang. Tedesco, A.C., Martinez L., and Gonzalez, S., 1997, Photochemistry and
photobiology of actinic erythema: defensive and reparative cutaneous mechanisms, Mechanisms of sunburn reaction Brazilian Journal of Medical and Biological Research 30: 561-575
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, 308-315, edisi V, Penerbit P.T. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 163, Academic Press,
New York. Underwood, J.C.E., 1999, General and Systematic Pathology, diterjemahkan oleh
Sarjadi, Edisi 2, Volume 1, hal 232-234, Penerbit EGC, Jakarta. Utami, M.F.S., 2006, Daya antiinflamasi Beta-karoten pada mencit putih Jantan,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Widari, F.B., 2004, Efek Hepatoprotektif Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.)
pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol : Kajian Berdasarkan Tempat Tumbuh, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Widarsih, V.S.R., 2003, Daya Anti Inflamasi Perasan Umbi Wortel (Daucus carota,
L) pada Mencit Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Williamson, E. M., Okpako, D. T., dan Evans, F.J, 1996, Selection, Preparation,
and Pharmacologycaly Evaluation of Plant Material, Volume I, 134 –135, John Willey and Sons, New York.
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai dalam
Ganiswara, S.O., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Winarsi, H. 2007, Anti Oksidan Alami & Radikal Bebas, hal 156 – 160, Kanisus,
Keterangan: Klmpk 1 = kelompok kontrol (-) sinar UV A Klmpk 2 = kelompok kontrol (+) krim hidrokortison asetat (Bufacort®) Klmpk 3 = kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 selama 1 hari Klmpk 4 = kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 selama 2 hari Klmpk 5 = kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 selama 3 hari Klmpk 6 = kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 selama 4 hari Klmpk 7 = kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 selama 5 hari Klmpk 8 = kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 selama 6 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 10. Hasil analisis statistik data orientasi penetapan lama penyinaran UV A menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Ranks
3 5.00 15.003 2.00 6.006
kelompokpemberian 1 haripemberian 3 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.0006.000
-2.023.043
.100a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 4.83 14.503 2.17 6.506
kelompokpemberian 1 haripemberian 4 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.5006.500
-1.826.068
.100a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 4.83 14.503 2.17 6.506
kelompokpemberian 1 haripemberian 5 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Test Statisticsb
.5006.500
-1.826.068
.100a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 4.50 13.503 2.50 7.506
kelompokpemberian 1 haripemberian 6 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1.5007.500
-1.581.114
.200a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 4.67 14.003 2.33 7.006
kelompokpemberian 2 haripemberian 3 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1.0007.000
-1.650.099
.200a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 4.00 12.003 3.00 9.006
kelompokpemberian 2 haripemberian 4 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Test Statisticsb
3.0009.000-.745.456
.700a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 4.00 12.003 3.00 9.006
kelompokpemberian 2 haripemberian 5 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
3.0009.000-.745.456
.700a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 3.00 9.003 4.00 12.006
kelompokpemberian 2 haripemberian 6 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
3.0009.000
-1.000.317
.700a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 2.67 8.003 4.33 13.006
kelompokpemberian 3 haripemberian 4 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Test Statisticsb
2.0008.000
-1.291.197
.400a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 2.67 8.003 4.33 13.006
kelompokpemberian 3 haripemberian 5 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
2.0008.000
-1.291.197
.400a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 2.00 6.003 5.00 15.006
kelompokpemberian 3 haripemberian 6 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.0006.000
-2.121.034
.100a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 3.50 10.503 3.50 10.506
kelompokpemberian 4 haripemberian 5 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Test Statisticsb
4.50010.500
.0001.000
1.000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 2.50 7.503 4.50 13.506
kelompokpemberian 4 haripemberian 6 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1.5007.500
-1.581.114
.200a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
Ranks
3 2.50 7.503 4.50 13.506
kelompokpemberian 5 haripemberian 6 hariTotal
eritemaN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1.5007.500
-1.581.114
.200a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
eritema
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: kelompokb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 14. Hasil analisis statistik data pada perlakuan pemberian ampas wortel 1 – 6 hari beserta kontrolnya menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney