Top Banner
8

Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

May 05, 2019

Download

Documents

phamkhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

�Edisi Mei 2018Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 2: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

� Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 3: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

�Edisi Mei 2018Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Jeruk Manis Tanpa BijiHasil Teknologi Kultur Endosperma

Teknologi kultur jaringan endosperma menghasilkan bibit tanaman lebih cepat dengan karakteristik sesuai keinginan, seperti jeruk manis dan tanpa biji.

Rasanya manis, sedikit ada rasa asam menyegarkan. Tampil-annya menarik dengan warna cerah, seragam dalam ukur-an dan warna, dan tidak berbiji. Itulah buah jeruk yang

dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Buah jeruk tanpa biji saat ini menjadi tren di kala-ngan konsumen perkotaan. Kalaupun berbiji, tak lebih dari lima biji per buah.

Cara mengonsumsinya yang mudah, gampang dikupas, dan tanpa biji, membuat jeruk manis tanpa biji kian digandrungi konsumen. Oleh karena itu, Balitbangtan pun mengembangkan buah jeruk sesuai dengan preferensi konsumen di seluruh dunia. Rekayasa teknologi Balitbangtan bukan hanya mengerti maunya konsumen, namun juga mempermudah petani dalam proses per-bibitannya, sehingga pertumbuhan tanaman jeruk kini jauh lebih cepat.

Tanaman TriploidSecara alami memang terdapat jenis buah yang bersifat parte-

nokarpi (tak berbiji) seperti pisang dan manggis. Kini, teknologi mampu merekayasa proses penciptaan buah yang secara alami berbiji (monokotil dan dikotil) menjadi tanpa biji. Teknologi terse-but melibatkan perubahan sifat tanaman yang tadinya fertil (berbiji) menjadi triploid. Tanaman triploid inilah yang memiliki mekanisme menghambat pertumbuhan biji sejak awal terbentuknya buah.

Mengamati kehadirannya di pasaran, varian buah tanpa biji menempati harga premium dan menjadi kriteria grading penting

Page 4: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

� Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

� Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

dalam perdagangan buah. Petani hortikultura pun mulai melirik peluang ini dengan membu-didayakannya.

Sayangnya, sumber benih buah tanpa biji berasal dari impor. Produk hortikutura dalam negeri pun terus tertinggal dalam pertarungan pasar. Kuantitas maupun variasi buah impor se-makin bertambah dari waktu ke waktu.

Keragaman, keunggulan rasa dan tampil-an buah lokal bernilai jual tinggi. Persoalannya, inovasi dan distribusi belum mendukung untuk menembus ceruk pasar premium yang lebih menguntungkan, termasuk ekspor.

Jeruk merupakan salah satu dari lima ko-moditas unggulan dengan produksi 1,7 juta ton, namun baru 69,3 ton yang diekspor (BPS, 2015). Sementara itu tahun 2014 impor jeruk mencapai 159 ribu ton atau lebih dari dua kali jumlah yang diekspor. Meskipun masih di bawah produksi nasional, namun kenyataannya buah impor ini-lah yang masuk ke pasar premium.

Menyongsong peluang ekspor, teknologi pun menjadi kunci meningkatkan daya saing jeruk nasional. Salah satunya dengan mencip-takan jeruk lokal tanpa biji (seedless) yang diha-silkan tanaman triploid.

Secara umum, teknologi buah tanpa biji dilakukan dari mulai dengan cara sederhana hingga teknologi yang lebih maju. Namun, pe-milihan teknologi perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu tingkat keberhasilan, hasil yang stabil, efisiensi biaya dan waktu, serta aman dari isu lingkungan dan kesehatan.

Teknologi yang sederhana adalah persi-langan, namun terkendala pemilihan indukan

yang tepat dan prosesnya cukup lama, meski-pun dapat menghasilkan tanaman triploid yang stabil. Penggunaan zat pengatur tumbuh terma-

suk mudah dilakukan, sayang hasilnya tidak permanen. Kedua teknologi sederhana

tersebut juga sulit diaplikasikan pada area tanam yang luas.

Teknologi yang lebih modern menggunakan kultur jaringan (kuljar), radiasi, dan rekayasa genetika. Ting-kat keberhasilan ketiganya tinggi dan

feasible untuk area skala luas.

Kultur EndospermaTeknologi kuljar lebih mudah dan mu-

rah karena merupakan perbaikan dari prinsip penciptaan tanaman triploid dengan persilang-an. Pada persilangan terkontrol, pengendalian faktor eksternal sulit dilakukan. Tahapan awal yaitu penciptaan tanaman induk tetraploid pun menyulitkan.

Kedua kendala tersebut bisa dihindari dengan memanfaatkan teknologi kuljar yang sudah diaplikasikan secara luas di dunia hor-tikultura. Balitbangtan pun mengembangkan dan memantenkan teknologi kultjar dengan memanfaatkan kultur endosperma untuk men-dapatkan tanaman jeruk triploid.

Singkatnya, proses dilakukan dengan mengisolasi bahan tanaman (eksplan) jaringan endosperma yang secara alami bersifat triploid (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu setelah bunganya mekar. Selanjutnya eksplan diproses beberapa tahap melibatkan penanaman pada beberapa jenis media kultur hingga dihasilkan embrio somatik sampai pada tahap regenerasi embrio menjadi tanaman yang lengkap (tanaman triploid).

Keberhasilan ujicoba teknologi ini pada jeruk siam, menurut Sang inventor, Dr. Mia Kos-miatin dari Balai Besar Penelitian dan Pengem-bangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, mencapai 78% dan pada jeruk keprok 29%. Keunggulan dari teknologi ini, tanaman triploid memiliki sifat yang relatif sama dengan indukannya, secara mudah dan lebih cepat. Ini berarti tanaman jeruk tersebut akan menghasil-kan buah tanpa biji yang terjaga ciri khas tam-pilan dan rasanya.

Astrina Yulianti

Page 5: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

�Edisi Mei 2018Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Buah salak, salah satu buah eksotis dan asli Indonesia, kini tak hanya dinikmati konsumen dalam negeri. Buah berkulit

mirip sisik ular ini, sudah dijual hingga ke man-canegara.

Salak pun menjadi komoditi ekspor yang sangat menarik untuk terus dikembangkan. Ter-catat negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Cina, Australia, dan bahkan Dubai adalah pasar potensial untuk pemasaran salak di luar negeri. Salah satu kelompok tani salak dari Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya, sejak tahun 2008 sudah melayani per-mintaan ekspor dari Cina.

Semakin masif dan terbukanya peluang je-

jaring pasar salak ke mancanegara tentu dapat menjadi stimulan bagi petani salak untuk terus meningkatkan kuantitas, kualitas dan daya sa-ing produknya. Pendapatan petani pun mening-kat signifikan.

Namun sejumlah kendala masih mengha-dang upaya peningkatan volume ekpor, ter-masuk aspek teknis terkait kualitasnya. Padahal untuk memasuki pasar internasional dituntut standar produk yang tinggi. Faktor daya simpan, mulai dari pemanenan sampai proses pengi-riman sangat krusial, sehingga ketika tiba di ta-ngan konsumen, produknya tetap segar.

Selama ini, menjaga kesegaran buah salak pada musim kemarau tidak terlalu sulit dilaku-

Mesin Peniris Salak BalitbangtanHarapan Baru Petani SalakKendala ekspor buah salak terpecahkanberkat mesin peniris yang dapat mempercepat pengeringan salak dan segar tahan lama.

Page 6: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

� Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

kan. Intensitas matahari yang cukup, sangat membantu menjaga kelembaban kulit buah salak dan proses pengeringannya.

Persoalan muncul pada musim penghu-jan. Tingginya curah hujan menyebabkan kulit buah salak rawan busuk, sehingga kesegaran-nya sulit terjaga. Kerusakan produk, tentu tidak terhindarkan. Akibatnya, kontinuitas kegiatan dan suplai ekspor salak turut terganggu bahkan dapat terhenti.

Petani, umumnya, masih mengandalkan alat sederhana untuk pengeringan, yaitu de-ngan kipas angin atau blower yang tidak saja membutuhkan waktu lebih lama, namun juga hasilnya kurang maksimal.

Invensi alat pengering dengan performa lebih baik, menjadi jawaban bagi petani salak. Tim Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian (Balitbangtan) pun diterjunkan ke Keca-matan Srumbung, Kabupaten Magelang dan Asosiasi Prima Sembada di Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman untuk menggali kebutuhan. Petani membutuhkan alat pengatusan atau pe-nirisan.

Terilhami cara pengeringan sebelumnya yang menggunakan blower pendingin, inven-tor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DI Yog-yakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dr. Ir. Titiek Farianti Djaafar, MP pun memodifikasi alat penirisan dengan menam-bahkan blower yang mampu mengalirkan uap panas pada suhu 38 – 40oC hingga kulit salak yang basah lebih cepat kering.

Alat tersebut terdiri atas enam bagian de-ngan fungsi berlainan. Bagian bak peniris men-jadi tempat buah, rangka untuk menopang komponen mesin, sedangkan ruang plenum berfungsi sebagai tempat aliran udara sebelum ke bak penirisan. Alat ini juga dilengkapi dengan blower sentrifugal dengan pemanas di bagian depan. Blower sentrifugal lainnya difungsikan untuk memecah aliran udara dari blower utama sehingga penyebaran aliran udara ke bak peniris lebih merata. Tak lupa, sebuah panel kontrol juga dipasang untuk pengaturan volume udara panas.

Selain mampu meniriskan air, alat ini juga bisa menjaga kesegaran kulit dan daging buahnya. Kulit buah salak yang baru dipanen biasanya berkadar air sekitar 77,70%. Alat ini mampu memberikan tingkat kadar air setara, berkisar 77,28 – 77,63%. Sedangkan kadar air buahnya juga seiras. Dengan alat penirisan, ka-dar air buah mencapai 79,32%, tak jauh beda pada daging buah salak segar dengan kadar air 79,48%.

Struktur dan cara kerja alat yang tidak terla-lu rumit, menjadikan petani salak mudah meng-operasikannya. Problem pengeringan buah sa-lak juga teratasi karena kualitas dan kesegaran buah salak masih memenuhi syarat pasar ekspor. Sehingga musim penghujan bukan lagi momok bagi petani eksportir salak karena keberlang-sungan perdagangan salak ke luar negeri dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Yovita Anggita Dewi

Page 7: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

�Edisi Mei 2018Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 8: Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · (jumlah kromosom 27), yaitu pada buah jeruk berumur 11-13 minggu

� Edisi Mei 2018 Suplemen Majalah SAINS Indonesia