Page 1
168
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Syawaluddin S.
IAIN Sultan Amai Gorontalo
[email protected]
Abstract
This study aims to determine the level of economic loss of inpatients of productive age and to
analyze the loss calculation and classification of the most dominant types of disease in this
case. This research data is in the form of primary and secondary data obtained by interviews,
interviews and documentation, then the overall data is carried out descriptive analysis on
each research variable. The results of this study indicate that: The average length of
treatment for the 5 main diseases which are the object of the study, ie ranging from 5 to 8
days of treatment depending on the type of disease and level of care. The total economic loss
in direct financing is IDR 6,766,806,370 for 5 major diseases in the period January 2018 to
November 2019. The total economic loss in indirect financing is IDR 2,115,597,239 for 5
major diseases from January 2018 to November 2019. Total losses (economic loss) against
lost opportunities or lost income due to loss of productive time amounted to IDR 253,692,000
in 5 major diseases for the period January 2018 to November 2019. Total costs incurred by
inpatients (economic loss) amounting to Rp. 9,136,095,609 during the period January 2018
to November 2019 for 5 major diseases in patients of productive age.
Keywords: Economic Loss, Productive Age
A. PENDAHULUAN
Sesuai dengan mandat Undang-Undang Dasar 1945 yang diejawantahkan dalam
UU No. 23/1992, disebutkan bahwa kesehatan merupakan hak fundamental setiap
individu. Artinya, segala kebijakan yang berkenaan dengan masalah kesehatan masyarakat
seharusnya dimulai dari satu pijakan bahwa upaya yang diambil adalah untuk
mensejahterakan semua masyarakat, khusunya rakyat kecil yang mendominasi negeri ini.
Sudah saatnya, praktik-praktik komersialisasi jasa kesehatan diberantas. Sebaliknya,
terobosan-terobosan kebijakan yang mengakomodasi kepentingan masyarakat luas
seharusnya harus terus disuarakan. Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkeadilan, maka secara tidak langsung kita telah menjaga tensi produktivitas penduduk
negeri ini.
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Page 2
169
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Salah satu contoh implementasi kebijakan kesehatan yang berkeadilan ini adalah
dengan melibatkan masyarakat dalam pembiayaan. Di dalam penyelenggaraan
pembiayaan kesehatan, dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
yang terorganisirdan berkeadilan guna melalui jaminan kesehatan berdasarkan prinsip
solidaritas. Jaminan kesehatan pada dasrnya merupakan proyek pengintegrasian antara sub
system upaya kesehatan dengan sub system pembiayaan kesehatan. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi proporsi penduduk yang terlindungi dengan jaminan
kesehatan, semakin adil pembiayaan kesehatan. Dengan contoh program seperti ini, kita
harapkan pembiayaan kesehatan akan lebih terkendali dan pasti sehinga akan lebih banyak
lagi penduduk yang tercover oleh alokasi anggaran pembiayaan kesehatan.
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya orang
perorang saja tetapi oleh keluarga, kelompok bahkan masyarakat secara keseluruhan.
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah
satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum,1974).
Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi dan juga khidupan
masyarakat, tampak bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan
banyak macamnya. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut ternyata tidak sama
antara negara satu dengan yang lainnya, bahkan di era otonomi daerah sekarang antara
daerah (kabupaten/kota) terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Setiap negara,
tergantung dari kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan dan tuntutan kesehatan, tingkat
sosial ekonomi serta latar belakang politik. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan di negara-negara yang telah maju (developed countries) tidak sama
dengan yang diselenggarakan di negara-negara yang telah maju.
Dalam praktik sehari-hari sekalipun bentu dan jenis pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan berbeda namun pada waktu menyelenggarakannya ternyata selalu
ditemukan beberapa kesamaan, kesamaan yang dimaksud jika disederhanakan secara
umum dapat dibedakan atas :
a. Ilmu dan Teknologi Kedokteran
Kesamaan pertama yang ditemukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan adalah sama-sama menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran
(medical science and teknology). Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan kemajuan
Page 3
170
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
ilmu dan teknologi kedokteran ini adalah agar penyelesaian berbagai masalah
kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dapat lebih efektif. Perhatian utama dari
penerapan tersebut adalah pada aspek efektifitas artinya semata-mata ditujukan untuk
mengatasi masalah yang ditemukan tanpa selalu mempertimbangkan tersedia atau
tidaknya sumberdaya.
b. Ilmu dan Teknologi Administrasi
Kesamaan kedua yang temukan adalah sama-sama menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi administrasi (administrative science and teknology). Tujuan yang ingin
dicapai adalah agar penyelesaian masalah yang timbul dimasyarakat khususnya yang
menyangkut administrasi dapat terselenggara secara efektif.
Sekalipun penerapan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan, namun
pada akhir-akhir ini telah diketahui jika menggantungkan harapan hanya pada kemajuan
ilmu dan teknologi kedokteran saja, tidaklah dapat sepenuhnya menjamin tercapainya
tujuan dari diselenggarakannya pelayanan kesehatan.
Perkembangan pembangunan kesehatan selama ini telah terjadi perubahan
orientasi baik itu tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan
masalah disektor kesehatan yang dipengaruhi oleh politik, sosial, budaya dan keamanan
(kamtibmas). Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua aspek kehidupan
baik itu fisik atau non fisik, perubahan orientasi pembangunan kesehatan tadi akan turut
pula mempengaruhi proses penyelenggaraan kesehatan itu sendiri (Depkes,2009).
Pemerintah sebagai penyelenggaran kesehatan utama telah mengeluarkan biaya
yang cukup besar sebagaimana yang tercermin pada APBN yang berkisar Rp 123.1 triliun
(12,5-8%) dari total anggaran pemerintah, sedangkan pengeluaran masyarakat sendiri
masih relatif tinggi yakni berkisar 4,5% jika demikian maka, dapat terlihat bahwa dana
untuk sektor kesehatan masih belum memadai. Sebagaima telah dikemukakan diatas
bahwa penyelenggaraan kesehatan akan melibatkan semua unsur (sektor) dan lapisan
masyarakat, terlebih pada negara berkembang seperti Indonesia. Sehat bukannlah milik
atau tanggungjawab departemen kesehatan saja melainkan tanggungjawab seluruh
departemen yang ada karena kesehatan telah menjadi hak yang azali bagi setiap penduduk
atau masyarakat.
Page 4
171
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Model pemerintahan yang menganut desentralisasi berarti pelaksanaan kesehatan
akan bertumpu pada pemerintah daerah (kabupaten/kota) sebagai penyelenggaran
pemerintahan, sejauhmana keberpihakan pemerintah setempat terhadap sektor kesehatan
akan mempengaruhi jumlah atau besaran alokasi yang akan dianggarkan, sehingga
penyelengaran kesehatan dapat berjalan dengan baik.
Masalah lain yang sangat terkait dengan sektor kesehatan adalah masalah
ketenagakerjaan, kondisi kesehatan yang baik akan mempengaruhi tingkat produktifitas
penduduk, produktifitas yang baik akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan daya beli
masyarakat dan seterusnya, Yunita, N., Rahim, T. A., & Saputra, I. (2018). Jika kita ingin
mengaitkan bagaimana kerugian ekonomi setiap penduduk yang mengalami kesakitan
akan dapat digambarkan nantinya, telah banyak penelitian yang mengungkapkan besaran
kerugian ekonomi oleh penduduk usia produktif yang mengalami kesakitan. Karena
masaha kesehatan tersebut telah menyangkut pada pada dimensi yang sangat kompleks
maka menjadi menarik untuk kemudian dilakukan penelitian tentang hal tersebut.
Berdasarkan data dari medical record RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe pada tahun
2018 hingga awal tahun 2019, terdapat 15752 kasus ditahun 2018 dan 4501 kasus pada
tahun 2019 (januari-november) penderita sakit yang harus rawat inap pada usia produktif
yang tersebar pada berbagai macam penyakit. Jika dibandingkan jumlah kasus pada tahun
2006 terdapat 15197 kasus sakit, hal ini memberikan indikasi kenaikan jumlah kasus pada
tiap tahunnya dan lebih dari setengah jumlah kasus adalah pasien dengan usia produktif
yakni antara 15-50 tahun.
Setiap penduduk dengan usia produktif akan mengalami kerugian diakibatkan
oleh kehilangan waktu produktifnya, selain itu karena akan mengeluarkan biaya (cost) baik
itu biaya langsung (direct cost) maupun biaya tidak langsung (indirect cost) yang akan
dikeluarkan setiap penduduk yang mengalami sakit Senen, M., & Lanyumba, F. S. (2018).
Dengan demikian semakin lama seorang penduduk mengalami rawat inap maka tentu akan
semakin besar pula kerugian ekonomi (economic loss) yang akan diterima.
Mengetahui tingkat kerugian ekonomi menjadi sangat penting untuk memberikan
informasi dan Langkah penanganannya, sehubungan hal tersebut menjadi menarik untuk
dilakukan reseach tersebut.
Page 5
172
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka, permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Berapa besar pendapatan (income) yang hilang pada penduduk yang mengalami sakit
pada 5 penyakit utama di RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.
2. Berapa besar biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) yang
dikeluarkan dalam masa sakit penduduk usia produktif.
3. Berapa total economic loss penduduk yang menderita sakit pada 5 penyakit utama di
RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.
C. KAJIAN TEORI
a. Tinjauan Tentang Biaya dan Analisis Biaya
Secara umum definisi tentang biaya (cost) adalah pengorbanan sejumlah
sumberdaya ekonomi yang diukur dalam satuan nilai (uang) yang telah terjadi atau
mungkin akan terjadi. Dari segi ekonomi biaya diartikan sebagai nilai kesempatan yang
hilang karena mencapai sesuatu atau dapat juga diartikan sebagai nilai masukan atau
sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tertentu,
sedang secara spesifik (akuntan) cost atau biaya diartikan pengeluaran yang ada pada
suatu waktu dilakukan atau dilakukan sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
suatu periode anggaran, jadi akuntansi melihat biaya (cost) sebagai sejumlah
pengeluaran uang untuk mencapai sesuatu dalam kaitannya dengan waktu (Millis dan
Gilson,1990).
Dalam pemaknaannya sehari-hari biaya (cost) sering diartikan sebagai nilai
suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu, pengorbanan itu dapat
berupa uang, barang, tenaga ataupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai
kesempatan untuk memperoleh sesuatu atau kesempatan yang hilang karena suatu
kegiatan juga akan dihitung sebagai biaya yang sering disebut biaya kesempatan
(opportunity cost).
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah biaya yang terjadi dari suatu
kesempatan yang hilang akibat seseorang mengalami sakit dan harus dirawat untuk
memperoleh pengorbanan, berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya dapat
dibedakan menjadi :
a. Biaya langsung (direct cost)
Page 6
173
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Biaya langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya yang langsung
mempunyai fungsi (aktivitas) langsung terhadap output. Misalnya : tarif rawat
inap, biaya obat-obatan, biaya tindakan dan biaya administrasi.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya (pasien)
yang mempunyai fungsi penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output,
misalnya : biaya makanan ekstra, biaya transportasi serta biaya penunggu pasien.
Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan maka perlukan analisis biaya. Analisis
biaya adalah proses pengumpulan dan pengelompokan data keuangan untuk dapat
menghitung biaya output jasa pelayanan yang diberikan oleh suatu tempat pelayanan
kesehatan (puskesmas/rumahsakit).
Adapun kegunaan analisis biaya adalah :
a. Untuk mengetahui struktur biaya menurut jenis dan lokasi biaya itu ditempatkan,
imformasi tentang struktur biaya tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengendalikan biaya yang dikeluarkan, selanjutnya dari struktur biaya
dapat komponen yang paling banyak menggunakan biaya kemudian dapat
dilanjutkan dengan analisis besarnya biaya yang dikeluarkan pada satu unit
tertentu cukup efisien bila dibandingkan dengan output yang dikeluarkan dan unit
yang sedikit mengeluarkan biaya.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran belanja suatu unit usaha
(pelayanan kesehatan) biasanya selalu disusun untuk kurun waktu tertentu, untuk
menyusun anggaran tersebut diperlukan informasi mengenai besarnya biaya.
Informasi tersebut tentu mengenai besarnya kebutuhan biaya yang hanya dapat
diperoleh melalui sebuah analisa anggaran, Isnaini, I., Abdullah, A., & Saputra, I.
(2018).
B. Tinjauan Tentang Usia Produktif
Menurut ilmu kependudukan atau demografi usia produktif adalah antara 15-65 tahun,
sedangkan penduduk usia kerja tersebut yaitu tenaga kerja penduduk yang secara
potensial dapat bekerja atau berproduksi jika ada permintaan dan mau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut dan lazim dipakai adalah penduduk yang berumur 15-65 tahun
(FE-UI,2017).
Penduduk dalam usia kerja (produktif) terbagi atas :
Page 7
174
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
a. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan mereka yang tidak bekerja
tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Dengan demikian,
angkatan kerja adalahbagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau
berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, selanjutnya angkatan kerja
terbagi atas :
1) Bekerja (employed) yaitu pegawai tetap, petani, penjual jasa dll.
2) Mencari pekerjaan (under employed) yaitu mereka yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu atau mereka yang
pernah bekerja tetapi sedang menganggur atau menunggu pekerjaan.
Jenis pekerjaan (occupation) menurut ISCO (International Standard For
Classification Of Occupation), dibagi dalam 8 golongan, yaitu :
Profesional, ahli pada bidang tertentu
Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
Administrasi, tata usaha dll
Penjualan
Jasa
Petani
Produksi,operator
Lain-lain
b. Bukan angkatan kerja (not in the labour force)
Bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja yang tidak bekerja atau mencari
pekerjaan, mereka bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat dalam
kegiatan produktif, adapun kelompok bukan angkatan kerja adalah :
Siswa/Mahasiswa aktif
Ibu rumah tangga
Penerima pensiunan, hasil sewaan dll
Lain-lain, yaitu mereka yang tergantung pada orang lain karena lanjut usia,
lumpuh dll (FE-UI,2014)
c. Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi
Keterkaitan Antara Kesehatan dan Pembangunan
Page 8
175
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan
dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme.
Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap tiga fokus area, yaitu pertama,
kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, dan ketiga,
pendekatan dari aspek demografi.
Pertama, Kesehatan dan Pembangunan.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar
bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang
sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan
mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara
sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja
secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita
anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja
laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai
kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik.
Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika
dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar
membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang
cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris
selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-
20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-
an dan tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh
Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori
untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui
Page 9
176
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel
memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan
pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai
pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan
kesehatan dan pendidikannya. Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari
bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan
antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti
halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih
baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis
mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia
harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di
bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan
meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan identifikasi terhadap sebaran jenis
penyakit utama yang dominan di rumah sakit Prof.Dr.H.Aloei Saboe, yakni dengan
dengan memanfaatkan data primer yang berasal dari wawacara dengan pihak pasien dan
unsur terkait, selain itu juga memanfaatkan data sekunder yang bersal dari bagian “
medical record “ kemudian melakukan kolaborasi data dari sumber terseut. Berdasarkan
hasil pengamatan maka dapat disajikan tentang sebaran penyakit yang paling dominan
sebagai berikut :
Page 10
177
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Tabel 1
Jenis-Jenis Penyakit dan Jumlah Penderita Berdasarkan Kelompok Usia
Produktif dan Non Produktif Pada Ruang Perwatan Kelas III
Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Periode Januari 2018 s.d November 2019
0 < 28 28 < 1 1 - 4 5 - 14 15 -24 25 - 44 45 - 64
1 GEA 21 800 701 164 40 97 112
2 Thypoid 1 16 176 332 131 168 99
3 Anemia 2 2 4 26 62 192 310
4 TB Paru 0 6 16 36 39 230 263
5 Dyspepsia 0 0 0 5 104 181 224
6 BRP 22 108 83 57 38 73 116
7 HPT 0 0 0 0 8 114 303
8 DM 0 0 0 1 3 59 307
9 S.Iskemik 0 0 0 1 2 39 198
10 APP Akut 0 0 0 37 161 202 50
Jenis
Penyakit
Jumlah Kasus Menurut UsiaNo
Sumber : Data Medical Record RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe,2019
Data sudah termasuk Laki-laki dan wanita
Berdasarkan data tabel diatas terlihat bahwa lima jenis penyakit utama yang paling
menonjol yang diderita oleh penduduk usia produktif pada ruang perawatan kelas III
rumah sakit Prof.Dr.H.Aloei Saboe hingga periode maret 2008 adalah : 1) GEA dengan
1935 kasus, 2) Thypoid dengan 923 kasus, 3) Anemia dengan 598 kasus, 4) TB Paru
dengan 590 kasus dan 5) Dyspepsia dengan 514 kasus. Jumlah keseluruhan kasus
berdasarkan 5 penyakit utama adalah 4.560 kasus.
Selanjunya jika dilihat dari jumlah penederita berdasarkan kelompok usia produktif dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
Tabel 2 Jenis-Jenis Penyakit dan jumlah Penderita
Berdasarkan Kelompok Usia Produktif
Pada Ruang Perawatan Kelas III Rumah Sakit Aloei Saboe
Periode Januari 2018 s.d November 2019
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 GEA 213 27 240
2 Thypoid 317 81 398
3 Anemia 477 87 564
4 TB Paru 411 127 538
5 Dyspepsia 420 79 499
No Jenis PenyakitJumlah Kasus (Usia Produktif)
Sumber : Data Medical Record,2019,diolah
Page 11
178
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa dalam periode waktu setahun telah
mencapai 2.239 kasus untuk lima penyakit utama, yang paling dominan adalah anemia
dengan (564 kasus). Keseluruhan pengamatan diatas dilakukan pada ruang perawatan
kelas III.
Seperti diketahui bahwa biaya pengobatan sebenarnya merupakan keseluruhan biaya
(cost) yang dikeluarkan oleh seorang penderita untuk memperoleh pelayanan kesehatan
di rumah sakit, jika ditinjau dari dimensi ekonomi bahwa biaya tersebut merupakan
opportunity cost terhadap pembiayan yang lain yang mungkin bisa diperoleh, Definisi
biaya menurut Munawir (2002), yang dimaksud dengan biaya adalah nilai kas atau setara
kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperkirakan akan
memberi manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau pengorbanan yang
terjadi dalam rangka untuk memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat. Definisi biaya
yang lain dikemukakan oleh Mulyadi (2005:8-9), dimana biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Olehnya itu menjadi kerugian tersendiri
terhadap seorang penderita jika seseorang mengalami kesakitan, kerugian tersebut dapat
berupa uang, barang, tenaga maupun kesempatan. Pembiayaan kesehatan dapat dibagi
atas 2 (dua) yakni, :
1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh setiap pasien yang
diperuntukkan untuk aktivitas proses pengobatan dan perawatan selama berada di
rumah sakit, biaya tersebut meliputi : biaya rawat inap, pemeriksaan laboratorium,
radiologi, bahan, obat-obatan dll.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost) yakni biaya yang dikeluarkan selama masa
pengobatan yang mempunyai fungsi secara tidak langsung terhadap pengobatan
tersebut di rumah sakit. Biaya tidak langsung mempunyai fungsi sebagai penunjang
aktivitas pengobatan, yang termasuk biaya tidak langsung misalnya : transport,
makanan ekstra, perlengkapan pendukung serta pendamping pasien selama masa
perawatan.
Sehingga untuk menghitung besaran biaya pengobatan seseorang jika pasien tersebut
rawat inap adalah dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Page 12
179
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
TC = DC + IC
Keterangan :
TC = Total cost
DC = Direct cost
IC = Indirect cost
Sedangkan untuk menghitung biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang
berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP), maka digunakan persamaan sebagai
berikut :
TC/Yh = Jml.Kasus Usia produktif x Jml.Hari Yang Hilang x UMP
Keterangan :
TC = Total cost
Yh = Pendapatan yang hilang
Sehingga Total Economic Loss (ELtot) adalah merupakan keseluruhan biaya yang
dikeluarkan selama masa rawat inap ditambah biaya atau pendapatan yang hilang, jadi untuk
menghitung total kerugian ekonomi digunakan persamaan berikut :
ELtot = TC + Yh
Keterangan :
EL = Economic loss
TC = Total biaya (rawat inap)
Yh = Pendapatan yang hilang
Berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan bahwa mayoritas penderita utamanya
yang masih berusia produktif disebabkan oleh 5 (lima) penyakit utama seperti yang
ditampilkan pada tabel di atas. Dalam 5 penyakit utama tersebut juga mengakibatkan pasien
harus di rawat inap guna mendapatkan perawatan yang intensif, hal ini sejalan dengan apa
yang diungkapkan oleh ATB bahwa :
“ kebanyakan pasien khususnya GEA , Thypoid dan TB Paru harus menjalani perawatan
intensif (rawat inap) hal kebanyakan melanda anak-anak dan orang dewasa (usia produktif),
mereka harus dirawat berdasarkan tingkat keparahan penyakit dari pasien yang
bersangkutan”(wawancara, Oktober 2018).
Perihal serupa juga dikatakan oleh AP bahwa :
Page 13
180
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
“ pada kasus apendicitis (APP) kebanyakan melanda anak-anak dan orang dewasa (usia
produktif), sebagaian besar memerlukan tindakan bedah olehnya itu tindakan rawat inap
juga harus dijalani oleh pasien yang bersangkutan”.(wawancara, Januari 2019).
Untuk menganalisis pembiayaan kesehatan baik biaya langsung maupun tidak langsung,
maka perlu untuk melihat tarif perawatan inap untuk kelas III pada rumah sakit
Prof.Dr.H.Aloei Saboe sebagai berikut :
Tabel 3
Tarif Rawat Inap Kelas III
RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo
Pada 5 Penyakit Utama Periode Januari 2018 s.d November 2019
Sumber : Perwali Kota Gorontalo,2014
Sedangkan untuk biaya lainnya seperti pemeriksaan laboratorium klinik (penunjang
diagnostik) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4
Distribusi Biaya pemeriksaan Laboratorium Klinik
Pasien rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
5 Penyakit Utama Periode Januari 2018 s.d November 2019
No Nama Penyakit
Total Biaya
Pemeriksaan
(A)
Rata-Rata
Hari Rawat
(B)
Rata-Rata
Biaya Pemeriksaan
(C)
A:B=C
1 GEA 40,900 5 8,180
2 Thyfoid 40,900 8 5,113
3 APP 40,900 7 5,843
4 KP 40,900 7 5,843
5 Dispepsia 40,900 4 10,225 Sumber : Data Primer 2019
Sedangkan untuk biaya obat dan bahan dapat terlihat pada tabel berikut :
No Nama Penyakit AkomodasiJasa
Pelayanan
Total Tarif
Rawat Inap (A)
Biaya
Administrasi (B)
1 GEA 6500 23 15000 1500
2 Thyfoid 6500 8500 15000 1500
3 APP 6500 8500 15000 1500
4 KP 6500 8500 15000 1500
5 Dispepsia 6500 8500 15000 1500
Page 14
181
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Tabel 5
Distribusi Biaya Obat dan Bahan
Untuk Pasien Rawat Inap Kelas III
RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Periode Januari 2018 s.d November 2019
No Nama PenyakitTotal Biaya
Obat & Bahan (A)
Rata-Rata
Hari Rawat (B)
Rata-Rata
Biaya Obat dan
Bahan (C)
1 GEA 1,144,500 5 228,900
2 Thyfoid 2,885,400 8 360,675
3 APP 786,800 7 112,400
4 KP 3,566,800 7 509,543
5 Dispepsia 1,783,600 4 445,900 Sumber : Data Primer 2019
Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa pembiayaan kesehatan untuk obat dan bahan
dengan rata-rata waktu perawatan 5 hari ke atas, dengan demikian bahwa pembiayaan juga
akan semakin membesar. Selanjutnya dengan melihat variabel cost yang ada maka dapat
dilihat estimasi beban biaya langsung (direct cost) sebagai berikut :
Tabel 6
Estimasi Beban Biaya Langsung
Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Periode Januari 2018 s.d November 2019
A B C D (A+C+D)xHxI+(BxH)
1 GEA 240 5 105,000 15,500 40,900 228,900 453,480,000Rp
2 Thyfoid 398 8 105,000 15,500 40,900 360,675 1,619,103,800Rp
3 APP 564 7 105,000 15,500 40,900 112,400 1,028,510,400Rp
4 KP 538 7 105,000 15,500 40,900 509,545 2,476,744,870Rp
5 Dyspepsi 499 4 105,000 15,500 40,900 445,900 1,188,967,300Rp
6,766,806,370Rp JUMLAH
NoNama
Penyakit
Jml.Pasien
Rawat
Inap (H)
Lama Hari
Rawat
Inap (I)
Sumber : Medical Record,diolah.2019
Keterangan :
A = Tarif rawat inap
B = Biaya administrasi
C = Biaya laboratorium klinik
D = Biaya obat dan bahan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya langsung (direct cost) yang timbul akibat
kesakitan yang menimbulkan perawatan intensif (rawat inap) cukup tinggi, dengan rata-rata
waktu perwatan 5-8 hari pada semua jenis penyakit utama, biaya ini baru pada ruang
perawatan kelas III hal ini tentunya akan lebih tinggi manakala perwatan dilakukan pada
kelas II atau kelas yang lebih tinggi.
Page 15
182
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Selain biaya langsung (direct cost) seorang pasien juga masih harus dihadapkan pada biaya
tidak langsung (indirect cost), berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa pasien
menyatakan bahwa pengeluaran terbesar selain biaya pengobatan adalah biaya transportasi
pendamping pasien, seperti yang dikatakan Fadlan, bahwa : “ Rata-rata pengeluaran bagi
pendamping pasien perhari berkisar antara Rp. 50.000-100.000 dengan jarak rumah
berkisar 5-10 km”.wawancara, Desember 2018. Adapun distribusi biaya rata-rata trasnportasi
sebagai biaya tidak langsung dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 7
Distribusi Biaya Transportasi Pasien Rawat Inap
Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Periode Januari 2018 s.d November 2019
Rata-Rata
Biaya transport ( E )
A : B = E
1 GEA 250,000 7 35,714Rp
2 Thypoid 350,000 9 38,889Rp
3 APP 265,000 8 33,125Rp
4 KP 280,000 9 31,111Rp
5 Dyspepsia 350,000 8 43,750Rp
No Nama PenyakitTotal Biaya
( Rp ) (A)
Jumlah
Pasien
( B )
Sumber : Data Primer,diolah,2008
Dari data tabel di atas dapat menggambarkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk transportasi
(indirect cost) berkisar antara Rp. 35.714 s.d Rp.43.7500, hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran yang sifatnya tidak langsung mempunyai sumbangsih yang cukup siginifikan
terhadap jumlah kerugian ekonomi oleh setiap penderita. Untuk melihat seberapa besar
jumlah biaya tidak langsung dapat dilihat pada estimasi beban biaya pada tabel berikut :
Tabel 8
Estimasi Beban Biaya Tidak Langsung
Pasien Rawat Inap Kelas IIIRSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Periode Januari 2018 s.d November 2019
Biaya Tidak LangsungBeban Biaya
Tdk Langsung (Y)
( E ) ( F ) ( G ) (F+G).H.I+(E.H)
1 GEA 250,000 100,000 50,000 240 5 180,250,240Rp
2 Thyfoid 350,000 100,000 50,000 398 8 477,950,398Rp
3 APP 265,000 100,000 50,000 564 7 592,465,564Rp
4 KP 280,000 100,000 50,000 538 7 565,180,538Rp
5 Dyspepsia 350,000 100,000 50,000 499 4 299,750,499Rp
2,115,597,239Rp Total Beban Biaya Tidak Langsung
NoNama
Penyakit
Jml.Kasus
Usia Pro-
duktif ( H )
Jml.Hari
Rawat Inap
( I )
Sumber : Data diolah,2019
Page 16
183
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Keterangan :
E = Biaya transportasi
F = Biaya makanan tambahan (ekstra)
G= Biaya tak terduga (lain-lain)
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa beban biaya tak langsung (indirect cost)
ternyata memberikan sumbangsih yang sangat signifikan terhadap jumlah biaya yang harus
dikeluarkan oleh seorang pasien, sampel tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa
betapa kerugian yang sangat tinggi pada setiap individu muslim yang mengalami kesakitan
selain kehilangan waktu untuk berproduksi. Selanjutnya dapat dilakukan analisis kerugian
ekonomi (biaya yang hilang) yang diakibatkan oleh kehilangan waktu produktif bagi seorang
usia produktif, analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9
Estimasi Biaya Yang Hilang Akibat Waktu Prouktif Yang Hilang Berdasarkan UMP
Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Periode Januari 2018 s.d November 2019
No Nama Penyakit
Jml.Kasus
Usia Produktif
( H )
Jml.Hari
Rawat Inap
( I )
Upah
Minimum
Provinsi
(UMP)
( J )
Jml.Biaya
Yang Hilang (Z)
( H x I x J )
1 GEA 240 5 11,920 14,304,000Rp
2 Thypfoid 398 8 11,920 37,953,280Rp
3 APP 564 7 11,920 47,060,160Rp
4 KP 538 7 11,920 44,890,720Rp
5 Dyspepsia 499 4 11,920 23,792,320Rp
168,000,480Rp Total Biaya Hilang
Sumber : Data Primer, diolah,2019, UMP = Upah Minimum Provinsi Gorontalothn 2019,(Rp. 2.384.020)
Dari tabel di atas terlihat bahwa biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang
berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang dialami oleh seorang usia produktif
sangatlah tinggi terutama jika dilihat dari 5 penyakit utama, kerugia tersebut tentu karena
diakibatkan oleh waktu atau kesempatan yang hilang selama seseorang mengalami kesakitan.
Selanjutnya bahwa untuk menentukan total kerugian ekonomi (ELtot) dapat dilihat pada tabel
berikut di bawah ini :
Page 17
184
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
Tabel 10
Estimasi Total Kerugian Ekonomi (Economic Loss) Usia Produktif
Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Periode Januari 2007 s.d Maret 2008
By. Langsung (X) By.Tdk Langsung (Y)
1 GEA 453,480,000Rp 180,250,240Rp 21,600,000Rp 655,330,240Rp
2 Thyfoid 1,619,103,800Rp 477,950,398Rp 57,312,000Rp 2,154,366,198Rp
3 APP 1,028,510,400Rp 592,465,564Rp 71,064,000Rp 1,692,039,964Rp
4 KP 2,476,744,870Rp 565,180,538Rp 67,788,000Rp 3,109,713,408Rp
5 Dyspepsia 1,188,967,300Rp 299,750,499Rp 35,928,000Rp 1,524,645,799Rp
Rp 6,766,806,370 2,115,597,239Rp 253,692,000Rp 9,136,095,609Rp
Total Kerugian
Ekonomi
(X+Y+Z)
Jumlah
Total Cost Pasien Rawat Inap
( X + Y )NoNama
Penyakit
Biaya Yang
Hilang (Z)
Sumber : Data Primer,diolah,2019
E. KESIMPULAN
Rata-rata lama perawatan pada 5 penyakit utama yang menjadi objek penelitian, yakni
berkisar antara 5 sampai 8 hari perawatan bergantung dari jenis penyakit dan tingkat
perawatan. Jumlah kerugian (economic loss) pada pembiayaan langsung adalah sebesar
Rp.6,766,806,370 untuk 5 penyakit utama dalam periode waktu Januari 2018 hingga
November 2019.
Jumlah kerugian (economic loss) pada pembiayaan tidak langsung yakni
Rp.2,115,597,239 pada 5 penyakit utama periode waktu Januari 2018 sampai November
2019. Jumlah kerugian (economic loss) terhadap kesempatan yang hilang atau
pendapatan yang hilang akibat kehilangan waktu produktif adalah sebesar
Rp.253,692,000 pada 5 penyakit utama periode waktu Januari 2018 hingga November
2019.
Total biaya yang dikeluarkan oleh pasien rawat inap (kerugian ekonomi) adalah sebesar
Rp.9,136,095,609 selama periode waktu Januari 2018 sampai November 2019 untuk 5
penyakit utama pada pasien usia produktif.
Page 18
185
Economic Loss Analisys Pasien
Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)
Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
Halaman 168-185
DAFTAR PUSTAKA
Abraham J.H, 2008. “ Metode Survey Dalam Kedokteran Komunitas ”, Gajah Mada
University Press.
Anne Mills & Lucy Gilson, 2009. “ Ekonomi Kesehatan untuk Negara-Negara Sedang
Berkembang ”. Dian Rakyat.
Ahmad Aswad, 2004. ” Kerugian Ekonomi Pasien Rawat Inap Usia Produktif Pada Lima
Penyakit Utama ”.
Senen, M., & Lanyumba, F. S.,2018. Kerugian Ekonomi (Economic Loss) Pasien Rawat Inap
Up Dalam Penderita Dispepsia Di Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai
Bulan Agustus Tahun 2017. Jurnal Kesmas Untika Luwuk: Public Health Journal,
9(1), 1303-1314.
Yunita, N., Rahim, T. A., & Saputra, I, 2018. Analisis Kerugian Ekonomi dan Karakteristik
Penderita Kusta di Kabupaten Pidie. Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh),
4(2), 331-338.
Isnaini, I., Abdullah, A., & Saputra, I. (2018). Kerugian Ekonomi Akibat Schizophrenia pada
Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Aceh Tahun 2016 dan Estimasi Nilai
Kerugian pada Tahun Berikutnya. Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh),
4(2).
S. Munawir,2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
BPFE, Yogyakarta.
Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Pecetakan
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
Effendi Nasrul,2015. “ Perawatan Kesehatan Masyarakat ”,EGC.
Mantra Ida Bagus, 2012. “ Pengantar Studi Demografi ”, Nur Cahaya.
Notoadmodjo Soekidjo,2002. ” Metodologi Penelitian Kesehatan ”.Rineka Cipta.
Prijono Tjiptoherjanto & Budhi Soesetyo,2011. ” Ekonomi Kesehatan ”.Rineka Cipta.
RI Depkes “ Undang-Undang Kesehatan No.36 ”.2009
------------- “ Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 ”.2007
RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe,2015. ” Profil Rumah Sakit ”.Gtlo.
Sulastomo”Manajemen Kesehatan,2017. ” Gramedia Jakarta”.
SK Gubernur Gorontalo ” Penetapan Upah Minimum provinsi ”.2003