Top Banner
168 Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo) Volume 16 Nomor 1, Juni 2020 Halaman 168-185 Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo) Syawaluddin S. IAIN Sultan Amai Gorontalo [email protected] Abstract This study aims to determine the level of economic loss of inpatients of productive age and to analyze the loss calculation and classification of the most dominant types of disease in this case. This research data is in the form of primary and secondary data obtained by interviews, interviews and documentation, then the overall data is carried out descriptive analysis on each research variable. The results of this study indicate that: The average length of treatment for the 5 main diseases which are the object of the study, ie ranging from 5 to 8 days of treatment depending on the type of disease and level of care. The total economic loss in direct financing is IDR 6,766,806,370 for 5 major diseases in the period January 2018 to November 2019. The total economic loss in indirect financing is IDR 2,115,597,239 for 5 major diseases from January 2018 to November 2019. Total losses (economic loss) against lost opportunities or lost income due to loss of productive time amounted to IDR 253,692,000 in 5 major diseases for the period January 2018 to November 2019. Total costs incurred by inpatients (economic loss) amounting to Rp. 9,136,095,609 during the period January 2018 to November 2019 for 5 major diseases in patients of productive age. Keywords: Economic Loss, Productive Age A. PENDAHULUAN Sesuai dengan mandat Undang-Undang Dasar 1945 yang diejawantahkan dalam UU No. 23/1992, disebutkan bahwa kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu. Artinya, segala kebijakan yang berkenaan dengan masalah kesehatan masyarakat seharusnya dimulai dari satu pijakan bahwa upaya yang diambil adalah untuk mensejahterakan semua masyarakat, khusunya rakyat kecil yang mendominasi negeri ini. Sudah saatnya, praktik-praktik komersialisasi jasa kesehatan diberantas. Sebaliknya, terobosan-terobosan kebijakan yang mengakomodasi kepentingan masyarakat luas seharusnya harus terus disuarakan. Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan, maka secara tidak langsung kita telah menjaga tensi produktivitas penduduk negeri ini. Volume 16 Nomor 1, Juni 2020
18

Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

Mar 14, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

168

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Syawaluddin S.

IAIN Sultan Amai Gorontalo

[email protected]

Abstract

This study aims to determine the level of economic loss of inpatients of productive age and to

analyze the loss calculation and classification of the most dominant types of disease in this

case. This research data is in the form of primary and secondary data obtained by interviews,

interviews and documentation, then the overall data is carried out descriptive analysis on

each research variable. The results of this study indicate that: The average length of

treatment for the 5 main diseases which are the object of the study, ie ranging from 5 to 8

days of treatment depending on the type of disease and level of care. The total economic loss

in direct financing is IDR 6,766,806,370 for 5 major diseases in the period January 2018 to

November 2019. The total economic loss in indirect financing is IDR 2,115,597,239 for 5

major diseases from January 2018 to November 2019. Total losses (economic loss) against

lost opportunities or lost income due to loss of productive time amounted to IDR 253,692,000

in 5 major diseases for the period January 2018 to November 2019. Total costs incurred by

inpatients (economic loss) amounting to Rp. 9,136,095,609 during the period January 2018

to November 2019 for 5 major diseases in patients of productive age.

Keywords: Economic Loss, Productive Age

A. PENDAHULUAN

Sesuai dengan mandat Undang-Undang Dasar 1945 yang diejawantahkan dalam

UU No. 23/1992, disebutkan bahwa kesehatan merupakan hak fundamental setiap

individu. Artinya, segala kebijakan yang berkenaan dengan masalah kesehatan masyarakat

seharusnya dimulai dari satu pijakan bahwa upaya yang diambil adalah untuk

mensejahterakan semua masyarakat, khusunya rakyat kecil yang mendominasi negeri ini.

Sudah saatnya, praktik-praktik komersialisasi jasa kesehatan diberantas. Sebaliknya,

terobosan-terobosan kebijakan yang mengakomodasi kepentingan masyarakat luas

seharusnya harus terus disuarakan. Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

berkeadilan, maka secara tidak langsung kita telah menjaga tensi produktivitas penduduk

negeri ini.

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Page 2: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

169

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Salah satu contoh implementasi kebijakan kesehatan yang berkeadilan ini adalah

dengan melibatkan masyarakat dalam pembiayaan. Di dalam penyelenggaraan

pembiayaan kesehatan, dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan

yang terorganisirdan berkeadilan guna melalui jaminan kesehatan berdasarkan prinsip

solidaritas. Jaminan kesehatan pada dasrnya merupakan proyek pengintegrasian antara sub

system upaya kesehatan dengan sub system pembiayaan kesehatan. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi proporsi penduduk yang terlindungi dengan jaminan

kesehatan, semakin adil pembiayaan kesehatan. Dengan contoh program seperti ini, kita

harapkan pembiayaan kesehatan akan lebih terkendali dan pasti sehinga akan lebih banyak

lagi penduduk yang tercover oleh alokasi anggaran pembiayaan kesehatan.

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya orang

perorang saja tetapi oleh keluarga, kelompok bahkan masyarakat secara keseluruhan.

Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah

satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum,1974).

Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi dan juga khidupan

masyarakat, tampak bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan

banyak macamnya. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut ternyata tidak sama

antara negara satu dengan yang lainnya, bahkan di era otonomi daerah sekarang antara

daerah (kabupaten/kota) terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Setiap negara,

tergantung dari kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan dan tuntutan kesehatan, tingkat

sosial ekonomi serta latar belakang politik. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan di negara-negara yang telah maju (developed countries) tidak sama

dengan yang diselenggarakan di negara-negara yang telah maju.

Dalam praktik sehari-hari sekalipun bentu dan jenis pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan berbeda namun pada waktu menyelenggarakannya ternyata selalu

ditemukan beberapa kesamaan, kesamaan yang dimaksud jika disederhanakan secara

umum dapat dibedakan atas :

a. Ilmu dan Teknologi Kedokteran

Kesamaan pertama yang ditemukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan adalah sama-sama menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran

(medical science and teknology). Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan kemajuan

Page 3: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

170

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

ilmu dan teknologi kedokteran ini adalah agar penyelesaian berbagai masalah

kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dapat lebih efektif. Perhatian utama dari

penerapan tersebut adalah pada aspek efektifitas artinya semata-mata ditujukan untuk

mengatasi masalah yang ditemukan tanpa selalu mempertimbangkan tersedia atau

tidaknya sumberdaya.

b. Ilmu dan Teknologi Administrasi

Kesamaan kedua yang temukan adalah sama-sama menerapkan kemajuan ilmu dan

teknologi administrasi (administrative science and teknology). Tujuan yang ingin

dicapai adalah agar penyelesaian masalah yang timbul dimasyarakat khususnya yang

menyangkut administrasi dapat terselenggara secara efektif.

Sekalipun penerapan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran mempunyai

peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan, namun

pada akhir-akhir ini telah diketahui jika menggantungkan harapan hanya pada kemajuan

ilmu dan teknologi kedokteran saja, tidaklah dapat sepenuhnya menjamin tercapainya

tujuan dari diselenggarakannya pelayanan kesehatan.

Perkembangan pembangunan kesehatan selama ini telah terjadi perubahan

orientasi baik itu tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan

masalah disektor kesehatan yang dipengaruhi oleh politik, sosial, budaya dan keamanan

(kamtibmas). Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua aspek kehidupan

baik itu fisik atau non fisik, perubahan orientasi pembangunan kesehatan tadi akan turut

pula mempengaruhi proses penyelenggaraan kesehatan itu sendiri (Depkes,2009).

Pemerintah sebagai penyelenggaran kesehatan utama telah mengeluarkan biaya

yang cukup besar sebagaimana yang tercermin pada APBN yang berkisar Rp 123.1 triliun

(12,5-8%) dari total anggaran pemerintah, sedangkan pengeluaran masyarakat sendiri

masih relatif tinggi yakni berkisar 4,5% jika demikian maka, dapat terlihat bahwa dana

untuk sektor kesehatan masih belum memadai. Sebagaima telah dikemukakan diatas

bahwa penyelenggaraan kesehatan akan melibatkan semua unsur (sektor) dan lapisan

masyarakat, terlebih pada negara berkembang seperti Indonesia. Sehat bukannlah milik

atau tanggungjawab departemen kesehatan saja melainkan tanggungjawab seluruh

departemen yang ada karena kesehatan telah menjadi hak yang azali bagi setiap penduduk

atau masyarakat.

Page 4: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

171

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Model pemerintahan yang menganut desentralisasi berarti pelaksanaan kesehatan

akan bertumpu pada pemerintah daerah (kabupaten/kota) sebagai penyelenggaran

pemerintahan, sejauhmana keberpihakan pemerintah setempat terhadap sektor kesehatan

akan mempengaruhi jumlah atau besaran alokasi yang akan dianggarkan, sehingga

penyelengaran kesehatan dapat berjalan dengan baik.

Masalah lain yang sangat terkait dengan sektor kesehatan adalah masalah

ketenagakerjaan, kondisi kesehatan yang baik akan mempengaruhi tingkat produktifitas

penduduk, produktifitas yang baik akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan daya beli

masyarakat dan seterusnya, Yunita, N., Rahim, T. A., & Saputra, I. (2018). Jika kita ingin

mengaitkan bagaimana kerugian ekonomi setiap penduduk yang mengalami kesakitan

akan dapat digambarkan nantinya, telah banyak penelitian yang mengungkapkan besaran

kerugian ekonomi oleh penduduk usia produktif yang mengalami kesakitan. Karena

masaha kesehatan tersebut telah menyangkut pada pada dimensi yang sangat kompleks

maka menjadi menarik untuk kemudian dilakukan penelitian tentang hal tersebut.

Berdasarkan data dari medical record RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe pada tahun

2018 hingga awal tahun 2019, terdapat 15752 kasus ditahun 2018 dan 4501 kasus pada

tahun 2019 (januari-november) penderita sakit yang harus rawat inap pada usia produktif

yang tersebar pada berbagai macam penyakit. Jika dibandingkan jumlah kasus pada tahun

2006 terdapat 15197 kasus sakit, hal ini memberikan indikasi kenaikan jumlah kasus pada

tiap tahunnya dan lebih dari setengah jumlah kasus adalah pasien dengan usia produktif

yakni antara 15-50 tahun.

Setiap penduduk dengan usia produktif akan mengalami kerugian diakibatkan

oleh kehilangan waktu produktifnya, selain itu karena akan mengeluarkan biaya (cost) baik

itu biaya langsung (direct cost) maupun biaya tidak langsung (indirect cost) yang akan

dikeluarkan setiap penduduk yang mengalami sakit Senen, M., & Lanyumba, F. S. (2018).

Dengan demikian semakin lama seorang penduduk mengalami rawat inap maka tentu akan

semakin besar pula kerugian ekonomi (economic loss) yang akan diterima.

Mengetahui tingkat kerugian ekonomi menjadi sangat penting untuk memberikan

informasi dan Langkah penanganannya, sehubungan hal tersebut menjadi menarik untuk

dilakukan reseach tersebut.

Page 5: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

172

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka, permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Berapa besar pendapatan (income) yang hilang pada penduduk yang mengalami sakit

pada 5 penyakit utama di RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.

2. Berapa besar biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) yang

dikeluarkan dalam masa sakit penduduk usia produktif.

3. Berapa total economic loss penduduk yang menderita sakit pada 5 penyakit utama di

RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.

C. KAJIAN TEORI

a. Tinjauan Tentang Biaya dan Analisis Biaya

Secara umum definisi tentang biaya (cost) adalah pengorbanan sejumlah

sumberdaya ekonomi yang diukur dalam satuan nilai (uang) yang telah terjadi atau

mungkin akan terjadi. Dari segi ekonomi biaya diartikan sebagai nilai kesempatan yang

hilang karena mencapai sesuatu atau dapat juga diartikan sebagai nilai masukan atau

sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tertentu,

sedang secara spesifik (akuntan) cost atau biaya diartikan pengeluaran yang ada pada

suatu waktu dilakukan atau dilakukan sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan

suatu periode anggaran, jadi akuntansi melihat biaya (cost) sebagai sejumlah

pengeluaran uang untuk mencapai sesuatu dalam kaitannya dengan waktu (Millis dan

Gilson,1990).

Dalam pemaknaannya sehari-hari biaya (cost) sering diartikan sebagai nilai

suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu, pengorbanan itu dapat

berupa uang, barang, tenaga ataupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai

kesempatan untuk memperoleh sesuatu atau kesempatan yang hilang karena suatu

kegiatan juga akan dihitung sebagai biaya yang sering disebut biaya kesempatan

(opportunity cost).

Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah biaya yang terjadi dari suatu

kesempatan yang hilang akibat seseorang mengalami sakit dan harus dirawat untuk

memperoleh pengorbanan, berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya dapat

dibedakan menjadi :

a. Biaya langsung (direct cost)

Page 6: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

173

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Biaya langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya yang langsung

mempunyai fungsi (aktivitas) langsung terhadap output. Misalnya : tarif rawat

inap, biaya obat-obatan, biaya tindakan dan biaya administrasi.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya (pasien)

yang mempunyai fungsi penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output,

misalnya : biaya makanan ekstra, biaya transportasi serta biaya penunggu pasien.

Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan maka perlukan analisis biaya. Analisis

biaya adalah proses pengumpulan dan pengelompokan data keuangan untuk dapat

menghitung biaya output jasa pelayanan yang diberikan oleh suatu tempat pelayanan

kesehatan (puskesmas/rumahsakit).

Adapun kegunaan analisis biaya adalah :

a. Untuk mengetahui struktur biaya menurut jenis dan lokasi biaya itu ditempatkan,

imformasi tentang struktur biaya tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam mengendalikan biaya yang dikeluarkan, selanjutnya dari struktur biaya

dapat komponen yang paling banyak menggunakan biaya kemudian dapat

dilanjutkan dengan analisis besarnya biaya yang dikeluarkan pada satu unit

tertentu cukup efisien bila dibandingkan dengan output yang dikeluarkan dan unit

yang sedikit mengeluarkan biaya.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran belanja suatu unit usaha

(pelayanan kesehatan) biasanya selalu disusun untuk kurun waktu tertentu, untuk

menyusun anggaran tersebut diperlukan informasi mengenai besarnya biaya.

Informasi tersebut tentu mengenai besarnya kebutuhan biaya yang hanya dapat

diperoleh melalui sebuah analisa anggaran, Isnaini, I., Abdullah, A., & Saputra, I.

(2018).

B. Tinjauan Tentang Usia Produktif

Menurut ilmu kependudukan atau demografi usia produktif adalah antara 15-65 tahun,

sedangkan penduduk usia kerja tersebut yaitu tenaga kerja penduduk yang secara

potensial dapat bekerja atau berproduksi jika ada permintaan dan mau berpartisipasi

dalam aktivitas tersebut dan lazim dipakai adalah penduduk yang berumur 15-65 tahun

(FE-UI,2017).

Penduduk dalam usia kerja (produktif) terbagi atas :

Page 7: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

174

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

a. Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan mereka yang tidak bekerja

tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Dengan demikian,

angkatan kerja adalahbagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau

berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, selanjutnya angkatan kerja

terbagi atas :

1) Bekerja (employed) yaitu pegawai tetap, petani, penjual jasa dll.

2) Mencari pekerjaan (under employed) yaitu mereka yang tidak bekerja dan

sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu atau mereka yang

pernah bekerja tetapi sedang menganggur atau menunggu pekerjaan.

Jenis pekerjaan (occupation) menurut ISCO (International Standard For

Classification Of Occupation), dibagi dalam 8 golongan, yaitu :

Profesional, ahli pada bidang tertentu

Kepemimpinan dan ketatalaksanaan

Administrasi, tata usaha dll

Penjualan

Jasa

Petani

Produksi,operator

Lain-lain

b. Bukan angkatan kerja (not in the labour force)

Bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja yang tidak bekerja atau mencari

pekerjaan, mereka bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat dalam

kegiatan produktif, adapun kelompok bukan angkatan kerja adalah :

Siswa/Mahasiswa aktif

Ibu rumah tangga

Penerima pensiunan, hasil sewaan dll

Lain-lain, yaitu mereka yang tergantung pada orang lain karena lanjut usia,

lumpuh dll (FE-UI,2014)

c. Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi

Keterkaitan Antara Kesehatan dan Pembangunan

Page 8: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

175

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan

dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme.

Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap tiga fokus area, yaitu pertama,

kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, dan ketiga,

pendekatan dari aspek demografi.

Pertama, Kesehatan dan Pembangunan.

Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar

bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang

sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan

mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara

sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja

secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita

anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja

laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai

kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik.

Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika

dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.

Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan

masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan

pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar

membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang

cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,

pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris

selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-

20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-

an dan tahun 1960-an.

Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh

Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori

untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap

pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui

Page 9: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

176

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel

memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap

pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.

Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan

pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai

pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan

kesehatan dan pendidikannya. Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari

bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan

antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti

halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih

baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis

mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia

harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di

bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan

meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan identifikasi terhadap sebaran jenis

penyakit utama yang dominan di rumah sakit Prof.Dr.H.Aloei Saboe, yakni dengan

dengan memanfaatkan data primer yang berasal dari wawacara dengan pihak pasien dan

unsur terkait, selain itu juga memanfaatkan data sekunder yang bersal dari bagian “

medical record “ kemudian melakukan kolaborasi data dari sumber terseut. Berdasarkan

hasil pengamatan maka dapat disajikan tentang sebaran penyakit yang paling dominan

sebagai berikut :

Page 10: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

177

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Tabel 1

Jenis-Jenis Penyakit dan Jumlah Penderita Berdasarkan Kelompok Usia

Produktif dan Non Produktif Pada Ruang Perwatan Kelas III

Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

Periode Januari 2018 s.d November 2019

0 < 28 28 < 1 1 - 4 5 - 14 15 -24 25 - 44 45 - 64

1 GEA 21 800 701 164 40 97 112

2 Thypoid 1 16 176 332 131 168 99

3 Anemia 2 2 4 26 62 192 310

4 TB Paru 0 6 16 36 39 230 263

5 Dyspepsia 0 0 0 5 104 181 224

6 BRP 22 108 83 57 38 73 116

7 HPT 0 0 0 0 8 114 303

8 DM 0 0 0 1 3 59 307

9 S.Iskemik 0 0 0 1 2 39 198

10 APP Akut 0 0 0 37 161 202 50

Jenis

Penyakit

Jumlah Kasus Menurut UsiaNo

Sumber : Data Medical Record RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe,2019

Data sudah termasuk Laki-laki dan wanita

Berdasarkan data tabel diatas terlihat bahwa lima jenis penyakit utama yang paling

menonjol yang diderita oleh penduduk usia produktif pada ruang perawatan kelas III

rumah sakit Prof.Dr.H.Aloei Saboe hingga periode maret 2008 adalah : 1) GEA dengan

1935 kasus, 2) Thypoid dengan 923 kasus, 3) Anemia dengan 598 kasus, 4) TB Paru

dengan 590 kasus dan 5) Dyspepsia dengan 514 kasus. Jumlah keseluruhan kasus

berdasarkan 5 penyakit utama adalah 4.560 kasus.

Selanjunya jika dilihat dari jumlah penederita berdasarkan kelompok usia produktif dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

Tabel 2 Jenis-Jenis Penyakit dan jumlah Penderita

Berdasarkan Kelompok Usia Produktif

Pada Ruang Perawatan Kelas III Rumah Sakit Aloei Saboe

Periode Januari 2018 s.d November 2019

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 GEA 213 27 240

2 Thypoid 317 81 398

3 Anemia 477 87 564

4 TB Paru 411 127 538

5 Dyspepsia 420 79 499

No Jenis PenyakitJumlah Kasus (Usia Produktif)

Sumber : Data Medical Record,2019,diolah

Page 11: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

178

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa dalam periode waktu setahun telah

mencapai 2.239 kasus untuk lima penyakit utama, yang paling dominan adalah anemia

dengan (564 kasus). Keseluruhan pengamatan diatas dilakukan pada ruang perawatan

kelas III.

Seperti diketahui bahwa biaya pengobatan sebenarnya merupakan keseluruhan biaya

(cost) yang dikeluarkan oleh seorang penderita untuk memperoleh pelayanan kesehatan

di rumah sakit, jika ditinjau dari dimensi ekonomi bahwa biaya tersebut merupakan

opportunity cost terhadap pembiayan yang lain yang mungkin bisa diperoleh, Definisi

biaya menurut Munawir (2002), yang dimaksud dengan biaya adalah nilai kas atau setara

kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperkirakan akan

memberi manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau pengorbanan yang

terjadi dalam rangka untuk memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat. Definisi biaya

yang lain dikemukakan oleh Mulyadi (2005:8-9), dimana biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan

akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Olehnya itu menjadi kerugian tersendiri

terhadap seorang penderita jika seseorang mengalami kesakitan, kerugian tersebut dapat

berupa uang, barang, tenaga maupun kesempatan. Pembiayaan kesehatan dapat dibagi

atas 2 (dua) yakni, :

1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh setiap pasien yang

diperuntukkan untuk aktivitas proses pengobatan dan perawatan selama berada di

rumah sakit, biaya tersebut meliputi : biaya rawat inap, pemeriksaan laboratorium,

radiologi, bahan, obat-obatan dll.

2. Biaya tidak langsung (indirect cost) yakni biaya yang dikeluarkan selama masa

pengobatan yang mempunyai fungsi secara tidak langsung terhadap pengobatan

tersebut di rumah sakit. Biaya tidak langsung mempunyai fungsi sebagai penunjang

aktivitas pengobatan, yang termasuk biaya tidak langsung misalnya : transport,

makanan ekstra, perlengkapan pendukung serta pendamping pasien selama masa

perawatan.

Sehingga untuk menghitung besaran biaya pengobatan seseorang jika pasien tersebut

rawat inap adalah dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Page 12: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

179

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

TC = DC + IC

Keterangan :

TC = Total cost

DC = Direct cost

IC = Indirect cost

Sedangkan untuk menghitung biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang

berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP), maka digunakan persamaan sebagai

berikut :

TC/Yh = Jml.Kasus Usia produktif x Jml.Hari Yang Hilang x UMP

Keterangan :

TC = Total cost

Yh = Pendapatan yang hilang

Sehingga Total Economic Loss (ELtot) adalah merupakan keseluruhan biaya yang

dikeluarkan selama masa rawat inap ditambah biaya atau pendapatan yang hilang, jadi untuk

menghitung total kerugian ekonomi digunakan persamaan berikut :

ELtot = TC + Yh

Keterangan :

EL = Economic loss

TC = Total biaya (rawat inap)

Yh = Pendapatan yang hilang

Berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan bahwa mayoritas penderita utamanya

yang masih berusia produktif disebabkan oleh 5 (lima) penyakit utama seperti yang

ditampilkan pada tabel di atas. Dalam 5 penyakit utama tersebut juga mengakibatkan pasien

harus di rawat inap guna mendapatkan perawatan yang intensif, hal ini sejalan dengan apa

yang diungkapkan oleh ATB bahwa :

“ kebanyakan pasien khususnya GEA , Thypoid dan TB Paru harus menjalani perawatan

intensif (rawat inap) hal kebanyakan melanda anak-anak dan orang dewasa (usia produktif),

mereka harus dirawat berdasarkan tingkat keparahan penyakit dari pasien yang

bersangkutan”(wawancara, Oktober 2018).

Perihal serupa juga dikatakan oleh AP bahwa :

Page 13: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

180

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

“ pada kasus apendicitis (APP) kebanyakan melanda anak-anak dan orang dewasa (usia

produktif), sebagaian besar memerlukan tindakan bedah olehnya itu tindakan rawat inap

juga harus dijalani oleh pasien yang bersangkutan”.(wawancara, Januari 2019).

Untuk menganalisis pembiayaan kesehatan baik biaya langsung maupun tidak langsung,

maka perlu untuk melihat tarif perawatan inap untuk kelas III pada rumah sakit

Prof.Dr.H.Aloei Saboe sebagai berikut :

Tabel 3

Tarif Rawat Inap Kelas III

RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo

Pada 5 Penyakit Utama Periode Januari 2018 s.d November 2019

Sumber : Perwali Kota Gorontalo,2014

Sedangkan untuk biaya lainnya seperti pemeriksaan laboratorium klinik (penunjang

diagnostik) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Distribusi Biaya pemeriksaan Laboratorium Klinik

Pasien rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

5 Penyakit Utama Periode Januari 2018 s.d November 2019

No Nama Penyakit

Total Biaya

Pemeriksaan

(A)

Rata-Rata

Hari Rawat

(B)

Rata-Rata

Biaya Pemeriksaan

(C)

A:B=C

1 GEA 40,900 5 8,180

2 Thyfoid 40,900 8 5,113

3 APP 40,900 7 5,843

4 KP 40,900 7 5,843

5 Dispepsia 40,900 4 10,225 Sumber : Data Primer 2019

Sedangkan untuk biaya obat dan bahan dapat terlihat pada tabel berikut :

No Nama Penyakit AkomodasiJasa

Pelayanan

Total Tarif

Rawat Inap (A)

Biaya

Administrasi (B)

1 GEA 6500 23 15000 1500

2 Thyfoid 6500 8500 15000 1500

3 APP 6500 8500 15000 1500

4 KP 6500 8500 15000 1500

5 Dispepsia 6500 8500 15000 1500

Page 14: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

181

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Tabel 5

Distribusi Biaya Obat dan Bahan

Untuk Pasien Rawat Inap Kelas III

RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

Periode Januari 2018 s.d November 2019

No Nama PenyakitTotal Biaya

Obat & Bahan (A)

Rata-Rata

Hari Rawat (B)

Rata-Rata

Biaya Obat dan

Bahan (C)

1 GEA 1,144,500 5 228,900

2 Thyfoid 2,885,400 8 360,675

3 APP 786,800 7 112,400

4 KP 3,566,800 7 509,543

5 Dispepsia 1,783,600 4 445,900 Sumber : Data Primer 2019

Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa pembiayaan kesehatan untuk obat dan bahan

dengan rata-rata waktu perawatan 5 hari ke atas, dengan demikian bahwa pembiayaan juga

akan semakin membesar. Selanjutnya dengan melihat variabel cost yang ada maka dapat

dilihat estimasi beban biaya langsung (direct cost) sebagai berikut :

Tabel 6

Estimasi Beban Biaya Langsung

Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

Periode Januari 2018 s.d November 2019

A B C D (A+C+D)xHxI+(BxH)

1 GEA 240 5 105,000 15,500 40,900 228,900 453,480,000Rp

2 Thyfoid 398 8 105,000 15,500 40,900 360,675 1,619,103,800Rp

3 APP 564 7 105,000 15,500 40,900 112,400 1,028,510,400Rp

4 KP 538 7 105,000 15,500 40,900 509,545 2,476,744,870Rp

5 Dyspepsi 499 4 105,000 15,500 40,900 445,900 1,188,967,300Rp

6,766,806,370Rp JUMLAH

NoNama

Penyakit

Jml.Pasien

Rawat

Inap (H)

Lama Hari

Rawat

Inap (I)

Sumber : Medical Record,diolah.2019

Keterangan :

A = Tarif rawat inap

B = Biaya administrasi

C = Biaya laboratorium klinik

D = Biaya obat dan bahan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya langsung (direct cost) yang timbul akibat

kesakitan yang menimbulkan perawatan intensif (rawat inap) cukup tinggi, dengan rata-rata

waktu perwatan 5-8 hari pada semua jenis penyakit utama, biaya ini baru pada ruang

perawatan kelas III hal ini tentunya akan lebih tinggi manakala perwatan dilakukan pada

kelas II atau kelas yang lebih tinggi.

Page 15: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

182

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Selain biaya langsung (direct cost) seorang pasien juga masih harus dihadapkan pada biaya

tidak langsung (indirect cost), berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa pasien

menyatakan bahwa pengeluaran terbesar selain biaya pengobatan adalah biaya transportasi

pendamping pasien, seperti yang dikatakan Fadlan, bahwa : “ Rata-rata pengeluaran bagi

pendamping pasien perhari berkisar antara Rp. 50.000-100.000 dengan jarak rumah

berkisar 5-10 km”.wawancara, Desember 2018. Adapun distribusi biaya rata-rata trasnportasi

sebagai biaya tidak langsung dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 7

Distribusi Biaya Transportasi Pasien Rawat Inap

Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Periode Januari 2018 s.d November 2019

Rata-Rata

Biaya transport ( E )

A : B = E

1 GEA 250,000 7 35,714Rp

2 Thypoid 350,000 9 38,889Rp

3 APP 265,000 8 33,125Rp

4 KP 280,000 9 31,111Rp

5 Dyspepsia 350,000 8 43,750Rp

No Nama PenyakitTotal Biaya

( Rp ) (A)

Jumlah

Pasien

( B )

Sumber : Data Primer,diolah,2008

Dari data tabel di atas dapat menggambarkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk transportasi

(indirect cost) berkisar antara Rp. 35.714 s.d Rp.43.7500, hal ini menunjukkan bahwa

pengeluaran yang sifatnya tidak langsung mempunyai sumbangsih yang cukup siginifikan

terhadap jumlah kerugian ekonomi oleh setiap penderita. Untuk melihat seberapa besar

jumlah biaya tidak langsung dapat dilihat pada estimasi beban biaya pada tabel berikut :

Tabel 8

Estimasi Beban Biaya Tidak Langsung

Pasien Rawat Inap Kelas IIIRSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

Periode Januari 2018 s.d November 2019

Biaya Tidak LangsungBeban Biaya

Tdk Langsung (Y)

( E ) ( F ) ( G ) (F+G).H.I+(E.H)

1 GEA 250,000 100,000 50,000 240 5 180,250,240Rp

2 Thyfoid 350,000 100,000 50,000 398 8 477,950,398Rp

3 APP 265,000 100,000 50,000 564 7 592,465,564Rp

4 KP 280,000 100,000 50,000 538 7 565,180,538Rp

5 Dyspepsia 350,000 100,000 50,000 499 4 299,750,499Rp

2,115,597,239Rp Total Beban Biaya Tidak Langsung

NoNama

Penyakit

Jml.Kasus

Usia Pro-

duktif ( H )

Jml.Hari

Rawat Inap

( I )

Sumber : Data diolah,2019

Page 16: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

183

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Keterangan :

E = Biaya transportasi

F = Biaya makanan tambahan (ekstra)

G= Biaya tak terduga (lain-lain)

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa beban biaya tak langsung (indirect cost)

ternyata memberikan sumbangsih yang sangat signifikan terhadap jumlah biaya yang harus

dikeluarkan oleh seorang pasien, sampel tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa

betapa kerugian yang sangat tinggi pada setiap individu muslim yang mengalami kesakitan

selain kehilangan waktu untuk berproduksi. Selanjutnya dapat dilakukan analisis kerugian

ekonomi (biaya yang hilang) yang diakibatkan oleh kehilangan waktu produktif bagi seorang

usia produktif, analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9

Estimasi Biaya Yang Hilang Akibat Waktu Prouktif Yang Hilang Berdasarkan UMP

Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

Periode Januari 2018 s.d November 2019

No Nama Penyakit

Jml.Kasus

Usia Produktif

( H )

Jml.Hari

Rawat Inap

( I )

Upah

Minimum

Provinsi

(UMP)

( J )

Jml.Biaya

Yang Hilang (Z)

( H x I x J )

1 GEA 240 5 11,920 14,304,000Rp

2 Thypfoid 398 8 11,920 37,953,280Rp

3 APP 564 7 11,920 47,060,160Rp

4 KP 538 7 11,920 44,890,720Rp

5 Dyspepsia 499 4 11,920 23,792,320Rp

168,000,480Rp Total Biaya Hilang

Sumber : Data Primer, diolah,2019, UMP = Upah Minimum Provinsi Gorontalothn 2019,(Rp. 2.384.020)

Dari tabel di atas terlihat bahwa biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang

berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang dialami oleh seorang usia produktif

sangatlah tinggi terutama jika dilihat dari 5 penyakit utama, kerugia tersebut tentu karena

diakibatkan oleh waktu atau kesempatan yang hilang selama seseorang mengalami kesakitan.

Selanjutnya bahwa untuk menentukan total kerugian ekonomi (ELtot) dapat dilihat pada tabel

berikut di bawah ini :

Page 17: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

184

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

Tabel 10

Estimasi Total Kerugian Ekonomi (Economic Loss) Usia Produktif

Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe

Periode Januari 2007 s.d Maret 2008

By. Langsung (X) By.Tdk Langsung (Y)

1 GEA 453,480,000Rp 180,250,240Rp 21,600,000Rp 655,330,240Rp

2 Thyfoid 1,619,103,800Rp 477,950,398Rp 57,312,000Rp 2,154,366,198Rp

3 APP 1,028,510,400Rp 592,465,564Rp 71,064,000Rp 1,692,039,964Rp

4 KP 2,476,744,870Rp 565,180,538Rp 67,788,000Rp 3,109,713,408Rp

5 Dyspepsia 1,188,967,300Rp 299,750,499Rp 35,928,000Rp 1,524,645,799Rp

Rp 6,766,806,370 2,115,597,239Rp 253,692,000Rp 9,136,095,609Rp

Total Kerugian

Ekonomi

(X+Y+Z)

Jumlah

Total Cost Pasien Rawat Inap

( X + Y )NoNama

Penyakit

Biaya Yang

Hilang (Z)

Sumber : Data Primer,diolah,2019

E. KESIMPULAN

Rata-rata lama perawatan pada 5 penyakit utama yang menjadi objek penelitian, yakni

berkisar antara 5 sampai 8 hari perawatan bergantung dari jenis penyakit dan tingkat

perawatan. Jumlah kerugian (economic loss) pada pembiayaan langsung adalah sebesar

Rp.6,766,806,370 untuk 5 penyakit utama dalam periode waktu Januari 2018 hingga

November 2019.

Jumlah kerugian (economic loss) pada pembiayaan tidak langsung yakni

Rp.2,115,597,239 pada 5 penyakit utama periode waktu Januari 2018 sampai November

2019. Jumlah kerugian (economic loss) terhadap kesempatan yang hilang atau

pendapatan yang hilang akibat kehilangan waktu produktif adalah sebesar

Rp.253,692,000 pada 5 penyakit utama periode waktu Januari 2018 hingga November

2019.

Total biaya yang dikeluarkan oleh pasien rawat inap (kerugian ekonomi) adalah sebesar

Rp.9,136,095,609 selama periode waktu Januari 2018 sampai November 2019 untuk 5

penyakit utama pada pasien usia produktif.

Page 18: Economic Loss Analisys Pasien Rawat Inap Usia Produktif

185

Economic Loss Analisys Pasien

Rawat Inap Usia Produktif (Studi Pada RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo)

Volume 16 Nomor 1, Juni 2020

Halaman 168-185

DAFTAR PUSTAKA

Abraham J.H, 2008. “ Metode Survey Dalam Kedokteran Komunitas ”, Gajah Mada

University Press.

Anne Mills & Lucy Gilson, 2009. “ Ekonomi Kesehatan untuk Negara-Negara Sedang

Berkembang ”. Dian Rakyat.

Ahmad Aswad, 2004. ” Kerugian Ekonomi Pasien Rawat Inap Usia Produktif Pada Lima

Penyakit Utama ”.

Senen, M., & Lanyumba, F. S.,2018. Kerugian Ekonomi (Economic Loss) Pasien Rawat Inap

Up Dalam Penderita Dispepsia Di Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai

Bulan Agustus Tahun 2017. Jurnal Kesmas Untika Luwuk: Public Health Journal,

9(1), 1303-1314.

Yunita, N., Rahim, T. A., & Saputra, I, 2018. Analisis Kerugian Ekonomi dan Karakteristik

Penderita Kusta di Kabupaten Pidie. Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh),

4(2), 331-338.

Isnaini, I., Abdullah, A., & Saputra, I. (2018). Kerugian Ekonomi Akibat Schizophrenia pada

Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Aceh Tahun 2016 dan Estimasi Nilai

Kerugian pada Tahun Berikutnya. Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh),

4(2).

S. Munawir,2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,

BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Pecetakan

Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

Effendi Nasrul,2015. “ Perawatan Kesehatan Masyarakat ”,EGC.

Mantra Ida Bagus, 2012. “ Pengantar Studi Demografi ”, Nur Cahaya.

Notoadmodjo Soekidjo,2002. ” Metodologi Penelitian Kesehatan ”.Rineka Cipta.

Prijono Tjiptoherjanto & Budhi Soesetyo,2011. ” Ekonomi Kesehatan ”.Rineka Cipta.

RI Depkes “ Undang-Undang Kesehatan No.36 ”.2009

------------- “ Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 ”.2007

RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe,2015. ” Profil Rumah Sakit ”.Gtlo.

Sulastomo”Manajemen Kesehatan,2017. ” Gramedia Jakarta”.

SK Gubernur Gorontalo ” Penetapan Upah Minimum provinsi ”.2003