Top Banner
REFLEKSI KASUS “EPILEPSI“ Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bagian Saraf Rumah Sakit Akademik UGM Pembimbing: dr. Fajar Maskuri, M.Sc, Sp.S Disusun oleh : Aldwin Edbert Demas 14/365531/KU/17185 KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN 2019 1
31

E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Aug 30, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

REFLEKSI KASUS

“EPILEPSI“

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen

Ilmu Bagian Saraf

Rumah Sakit Akademik UGM

Pembimbing:

dr. Fajar Maskuri, M.Sc, Sp.S

Disusun oleh :

Aldwin Edbert Demas 14/365531/KU/17185

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF

RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

KEPERAWATAN

2019

1

Page 2: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Bp. P

Tanggal Lahir : 4 September 1996 (22 tahun)

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Tukang Parkir

Alamat : Yogyakarta

No CM : 114xxx

Tanggal masuk RS : 8 April 2019 jam 11.00, pasien rawat jalan di poliklinik saraf

RSA UGM

B. Data Dasar

Dilakukan anamnesis pada tanggal 8 April 2019 pukul 11.30 WIB di poliklinik saraf

RSA UGM.

Keluhan Utama:

Pasien kontrol dengan epilepsi

Keluhan Tambahan:

Terkadang ada pandangan kabur atau mata kunang-kunang apabila sedang kecapekan

atau terlambat makan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pada tahun 2015, pasien muncul kejang secara tiba-tiba saat sedang duduk-

duduk nongkrong. Kejang terjadi di seluruh bagian tubuh hingga pasien membentur-

benturkan badan ke aspal, dan mencakar bagian tubuh lainnya sehingga pasien babak

belur. Kejang berlangsung selama 5 menit dan pasien tidak sadar apa yang terjadi

selama kejang. Sesudah kejang selesai, pasien masih tidak sadar selama 10 menit.

Ketika pasien sadar pasien kebingungan dan tidak mengingat apa yang terjadi karena

sudah dikerumuni oleh banyak orang.

2 hari sesudah kejadian tersebut Os dibawa ke puskesmas setempat. Di pkm di

Dx dengan (?), dan diberikan obat selama sebulan (tidak tahu nama obat, ada 2-3

jenis). Selama 1 bulan perawatan, pasien masih muncul kejang 2-3x dalam 1 bulan

2

Page 3: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

perawatan. Setelah 1 bulan pasien tidak ada perbaikan Os dirujuk ke RSUD

Wirosaban.

Pada tahun yang sama, Os dirujuk ke RSUD Wirosaban kemudian di scan dan

di EEG. Hasil (?), Dx (?). Pasien kemudian dirawat jalan dengan obat (?) selama

beberapa bulan. Kejang masih muncul 1-2x dalam satu bulan, kemudian pasien stop

kontrol. Selama tahun 2015-2017 pasien tidak pernah melakukan perawatan apapun

untuk kejangnya, tetapi kejang tetap muncul 1-2x per bulan dengan lama tidak pernah

lebih dari 30 menit.

Pada tahun 2017, mertua pasien mengajak Os ke praktik pribadi dr. Soni,

Sp.S, diberikan obat (?). Selama beberapa bulan kejang (-). Pada tahun 2019, Os stop

kontrol karena masalah pembiayaan (1juta/bulan) sehingga pergi mengurus BPJS

terlebih dahulu. Saat stop kontrol kejang kembali kambuh.

November 2018, Os mulai mengontrol kejangnya dengan BPJS di RSA UGM.

HMRS pasien tidak ada keluhan, riwayat kejang 1 bulan terakhir (-), hanya sesekali

merasa mata kunang-kunang dan pandangan kabur apabila terlalu capek atau

terlambat makan. Obat rutin??? diminum, keluhan yang disangkal: sakit kepala,

pusing berputar, demam, pingsan, gangguan BAB maupun gangguan BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu:

1. Riwayat mengalami keluhan serupa sebelumnya: kejang sejak tahun 2015

2. Riwayat trauma sebelumnya : disangkal

3. Riwayat vertigo : disangkal

4. Riwayat penyakit paru : disangkal

5. Riwayat penyakit jantung : disangkal

6. Riwayat hipertensi : disangkal

7. Riwayat kejang : disangkal

8. Riwayat DM : disangkal

9. Riwayat stroke : disangkal

10. Riwayat rawat inap : disangkal

11. Riwayat alergi : disangkal

12. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan : disangkal

13. Riwayat Keganasan : disangkal

3

Page 4: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Riwayat Penyakit Keluarga :

1. Riwayat keluhan serupa pada keluarga : disangkal

2. Riwayat hipertensi : disangkal

3. Riwayat diabetes mellitus : disangkal

4. Riwayat jantung : disangkal

5. Riwayat stroke : disangkal

Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi :

Pasien laki-laki berusia 22 tahun, bekerja sebagai tukang parkir. Pekerjaan pasien

sehari-hari dihabiskan dengan bekerja sebagai tukang parkir dan mengurus rumah.

Kebiasaan makan pasien sehari-hari teratur. Pasien memiliki tattoo di tangan dan di wajah

(badan tidak diperiksa). Pasien menggunakan BPJS, kesan ekonomi menengah kebawah.

Anamnesis Sistem

Sistem serebrospinal : Riwayat kejang berulang (+), Pandangan kabur (-/-), mata

kunang-kunang (-/-), nyeri kepala (-), kelemahan anggota gerak

kanan (-), pingsan (-) riwayat vertigo (-).

Sistem kardiovaskular : riwayat hipertensi (-), riwayat penyakit jantung (-)

Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-)

Sistem gastroinstestinal : mual (-), muntah (-), BAB (+) normal tidak ada keluhan

Sistem musculoskeletal : kelemahan anggota gerak (-)

Sistem neurologi : kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-), baal (-), tidak

dapat bicara (-), perot (-), penglihatan ganda (-), telinga

berdenging (-)

Sistem integument : ruam (-)

Sistem urogenital : BAK (+) normal, tidak ada keluhan

C. Resume Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke

poliklinik saraf RSA UGM untuk kontrol kejang berulang. Kini pasien tidak memiliki

keluhan (-), riwayat kejang 1 bulan terakhir (-), hanya merasa pandangan kabur dan mata

kunang-kunang apabila terlalu capek atau terlambat makan. Pasien dikontrol rutin dengan

clonazepam 1x2mg dan topamax 1x25mg kini datang karena ingin melanjutkan obat.

4

Page 5: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

DISKUSI IDari data anamnesis pada pasien didapatkan adanya adanya suatu riwayat kejang yang

terjadi berulang selama 4 tahun terakhir. Kejang seringkali dicampur-adukkan definisinya

dengan bangkitan dan epilepsi terutama pada masyarakat awam. Kejang (seizure) dibagi

menjadi 2 jenis yaitu epileptic seizure dan non-epileptic seizure. Pada anak-anak terdapat

juga kejang oleh karena demam, dan dikenal sebagai febrile seizure. Pembagian dan

pemahaman mengenai perbedaan dari kedua jenis kejang ini penting karena akan mengarah

ke identifikasi etiologi, diagnosis dan tatalaksana yang berbeda.

“Epileptic seizure is defined conceptually as a transient occurrence of signs and/or

symptoms due to abnormal excessive or synchronous neuronal activity in the brain.”

– ILAE 2005

Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang epileptic

merupakan munculnya tanda dan/atau gejala yang berhubungan dengan aktivitas neuronal di

otak yang berlebihan atau synchronous. Kejang non-epileptik merupakan kejang yang tidak

berhubungan dengan aktivitas neuronal di otak. Epilepsi sendiri merupakan suatu diagnosis

ketika pada seorang pasien ditemukan (1) gejala kejang epileptik (ada peningkatan aktivitas

neuronal di otak), disertai dengan (2) kecenderungan untuk terjadi kejang epileptik yang

berulang. Epilepsi ditegakkan sebagai diagnosis apabila memenuhi syarat:

1. Terjadi minimal 2 kejang yang tidak dipicu / reflex seizures dengan rentang waktu

antara 1 kejang dengan kejang berikutnya >24 jam

2. Terjadi 1 kejang yang tidak dipicu / reflex seizure dengan kemungkinan terjadi

kejang lagi >60% dalam 10 tahun kedepan (dapat diukur dengan EEG (epileptiform

activity), atau potential epileptogenic abnormality pada brain imaging), atau

3. Terdapat sindrom epilepsi

PERUBAHAN TERMINOLOGI DAN KLASIFIKASI KEJANG

Sejak tahun 1981, ILAE telah melakukan berbagai revisi mengenai klasifikasi,

terminologi dan definisi mengenai kejang epileptik dan epilepsi itu sendiri. Pada tahun 2017,

ILAE mengeluarkan klasifikasi dan terminologi diagnostik baru mengenai kejang. Pada

gambar dibawah ini dapat diamati perbedaan terminologi pada tahun 1981 (old) dengan

terminologi yang baru 2017 (new).

5

Page 6: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Beberapa perubahan yang dilakukan antara lain:

1. Kejang parsial kini diubah menjadi fokal.

2. Kejang yang dulunya disebut generalized

dapat diartikan sebagai (1) generalized

seizure, maupun (2) kejang parsial yang

meluas menjadi generalized seizure. Kini

kejang dengan definisi (2) diubah

terminologinya menjadi focal to bilateral

tonic-clonic.

3. Penambahan unknown onset location

4. Perubahan terminologi terkait kesadaran

pasien selama kejang dari simple menjadi

aware, dan complex menjadi impaired

awareness.

Apabila

dalam setting

klinis, seorang

klinisi

menghadapi

pasien dengan

kejang epileptik,

maka yang

terlebih dahulu

harus

diklasifikasikan

adalah jenis

kejangnya.

Apakah lokasi

kejang tersebut

bersifat fokal atau

generalized. Apabila pasien menunjukkan gejala yang mengarah ke kejang fokal, maka

6

Page 7: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

klasifikasi pertama harus melibatkan kondisi pasien apakah pasien sadar selama kejang atau

terdapat gangguan kesadaran (mis. Focal impaired awareness seizure). Dalam situasi dimana

kesadaran pasien tidak bisa atau sulit dinilai (tidak ada informasi yang jelas) maka penulisan

status kesadaran dapat diabaikan.

Klasifikasi selanjutnya berkaitan dengan gejala yang paling pertama muncul (sekalipun

bukan gejala yang paling khas). Gejala dapat berupa gejala motorik (atonic, clonic,

hiperkinetik, tonik, dsb) maupun gejala non-motorik (otonom, perilaku, kognisi, dsb). Setelah

itu, pada penulisan karakteristik kejang dapat ditambahkan gejala-gejala penyerta lainnya.

Contoh penulisan antara lain focal impaired awareness autonomic seizure with left face

numbness and anxiety.

Dalam mengklasifikasikan generalized seizure, “aware” dan “impaired awareness”

tidak perlu dituliskan karena pada kejang umum, pasien cenderung akan mengalami

gangguan kesadaran, sehingga pembagian klasifikasi pada generalized seizure lebih

mengarah ke motor atau non-motor.

KLASIFIKASI EPILEPSI

Setelah melakukan klasifikasi jenis kejang, klinisi harus berusaha untuk menidentifikasi

tipe epilepsi pasien dan apabila memungkinkan, sindrom epilepsinya juga. Pasien yang tidak

memenuhi kriteria untuk epilepsi hanya perlu diklasifikan sampai ke tahap jenis kejang dan

tidak perlu diklasifikasikan lebih lanjut.

Tipe epilepsi dibagi menjadi 4 yakni fokal, generalized, combined generalized & focal,

dan unknown. Penggolongan pasien ke salah satu tipe epilepsi ini harus memperhatikan

setiap jenis bangkitan yang terjadi selama pasien dalam proses perawatan. Sindrom epilepsi

merupakan kumpulan fitur yang muncul bersamaan. Fitur-fitur ini antara lain jenis kejang,

7

Page 8: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

temuan pada EEG, temuan pada imaging, usia, pemicu, dan terkadang prognosis. Beberapa

sindroma epilepsi ini memiliki nama yang cukup dikenal, sekalipun ILAE belum pernah

secara formal mengeluarkan daftar sindrom epilepsi.

Neonatal Period Adolescence – Adult

Benign Familial neonatal epilepsy (BFNE) Juvenile absence epilepsy (JAE)

Early myoclonic encephalopathy (EME) Juvenile myoclonic epilepsy (JME)

Ohtahara Syndrome Epilepsy with generalized tonic-clonic

seizures alone

Infancy Progressive myoclonus epilepsies (PME)

Epilepsy of infancy with migrating focal seizures Autosomal dominant epilepsy with auditory

features (ADEAF)

West syndrome Other familial temporal lobe epilepsies

Myoclonic epilepsy in infancy (MEI) Less specific age relationship

Benign infantile epilepsy Familial focal epilepsy with variable foci

(childhood to adult)

Benign familial infantile epilepsy Reflex epilepsies

Dravet syndrome Distinctive constellations

Myoclonic encephalopathy in nonprogressive

disorders

Medial temporal lobe epilepsy with

hippocampal sclerosis (MTLE with HS)

Childhood Rasmussen syndrome

Febrile Seizures plus (FS+) Gelastic seizured with hypothalamid hamartoma

Panayiotopoulos syndrome Hemiconvultion-hemiplegia-epilepsy

Epilepsy with myoclonic atonic (previously astatic)

seizures

Benign epilepsy with centrotemporal spikes (BECTS)

Autosomal-dominant nocturnal frontal lobe epilepsy

(ADNFLE)

Late onset childhood occipital epilepsy (Gastaut type)

Epilepsy with myoclonic absences

Lennox-Gastaut syndrome

Epileptic encephalopaty with continous spike-and-

wave during sleep (CSWS)

Landau-Kleffner syndrome

Childhood absence epilepsy

ETIOLOGI EPILEPSI

8

Page 9: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Sejak kontak pertama dengan pasien, klinisi disarankan untuk mulai menggali

mengenai etiologi dari kejang epilepsi tersebut. ILAE mengkategorikan etiologi epilepsi

menjadi 6 kelompok yakni: (1) struktural, (2) genetik, (3) infeksi, (4) Metabolik, (5) Immune,

(6) unknown

1. Etiologi Struktural: dapat ditemukan dengan brain imaging dan dapat disesuaikan

lokasi gangguan struktural tersebut dengan hasil bacaan dari EEG dan tampakan

klinis

2. Etiologi Genetik: dapat dilakukan dengan gene mapping (jarang). Menurut ILAE,

riwayat keluarga (+) dengan tampakan EEG khas cukup untuk mengklasifikasikan

etiologi epilepsi sebagai faktor genetik sekalipun tanpa analisis molekular.

3. Etiologi Infeksi: infeksi akut tidak bisa diklasifikasikan sebagai penyebab dari

epilepsi (epilepsi: reccurent unprovoked seizure) karena infeksi justru sebagai

provokator terjadinya kejang. Contoh epilepsi dengan infeksi sebagai etiologi

adalah kejang post-terapi meningitis, atau perubahan struktural otak oleh karena

neurocysticercosis, dsb.

4. Etiologi metabolik: gangguan metabolik akut tidak bisa dianggap sebagai penyebab

dari epilepsi (dengan alasan yang sama pada etiologi infeksi). Gangguan metabolik

yang menyebabkan epilepsi cenderung bersifat genetik misalkan pyridoxine-

dependent seizures dan cerebral folate deficiency.

5. Etiologi Immunitas: cenderung mengarah ke auto-immune

6. Unknown: cenderung digunakan pada pasien dengan etiologi yang belum jelas.

STATUS EPILEPTIKUS

Status epileptikus (SE) merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan medis yang

didefinisikan sebagai kejang kontinuu ≥5 menit atau 2 atau lebih kejang serupa tanpa

perbaikan kesadaran diantara keduanya. ILAE mengajukan definisi SE sebagai berikut:

” SE is a condition resulting either from the failure of the mechanisms responsible for

seizure termination or from the initiation of mechanisms which lead to abnormally prolonged

seizures (after time point t1). It is a condition that can have long‐term consequences (after

time point t2), including neuronal death, neuronal injury, and alteration of neuronal

networks, depending on the type and duration of seizures.”

9

Page 10: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Pada pasien ini, ditemukan adanya riwayat kejang berulang sejak tahun 2015 dan

terjadi 2-3x setiap bulannya. Jenis kejang yang dialami pasien ini merupakan kejang seluruh

tubuh tanpa disadari oleh pasien. Kejang dimulai dengan pasien jatuh terlebih dahulu

kemudian seluruh bagian tubuh mengalami konvulsi sehingga berkontraksi dan relaksasi

dengan cepat dan terus menerus sehingga berdasarkan ILAE, kejang pasien ini dikategorikan

sebagai generalized tonic-clonic seizure. Oleh karena kejang tersebut tidak dipicu oleh

rangsangan apapun dan kejadiannya terjadi >2x dalam 1 tahun, maka pasien ini sudah dapat

ditegakkan diagnosisnya sebagai epilepsi.

D. DIAGNOSIS SEMENTARA

a. Diagnosis klinis

Riwayat epilepsi dengan generalized tonic-clonic seizure terkontrol

b. Diagnosis Topik

Susp. Cortex cerebrii

c. Diagnosis Etiologi

Idiopathic

E. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 April 2019 pukul 11.00 WIB

E.1 Pemeriksaan Umum

a. Kesan umum : Compos mentis, E4M6V5

10

Page 11: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

b. Tanda-Tanda Vital :

Tekanan darah : 120/60 mmHg

Frekuensi nadi :71x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

Frekuensi nafas :18 x/menit, regular

Suhu tubuh : 36,4 °C

Saturasi : 98 %

E.2 Pemeriksaan Umum

a. Kepala

Bentuk kepala normocephal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak

mudah dicabut, tampak tattoo meluas di daerah dahi (+)

b. Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher. Kaku kuduk (-),

burdzinsky I (-)

c. Wajah

Raut muka pasien baik dan tidak terdapat kelainan facies.

d. Mata

Edema palpebra (-/-), alis mata hitam dan tersebar merata, konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-)

e. Telinga

AD: Bentuk telinga normal, membran timpani tidak dinilai, nyeri tekan (-).

AS: Bentuk telinga normal, membrane timpani tidak dinilai, nyeri tekan (-)

f. Hidung

Bentuk hidung normal. Tidak tampak deviasi. Tidak tampak adanya sekret. Tidak

tampak nafas cuping hidung.

g. Mulut

Mukosa gusi dan pipi tidak hiperemis, ulkus (-) , perdarahan gusi (-), sianosis (-),

Perot (-), hipersalivasi (-).

h. Thoraks

i. Pulmo :

1. Inspeksi : Normochest, gerak dada simetris, retraksi suprasternal dan

supraclavicula (-)

2. Palpasi : Taktil fremitus sama pada paru kanan dan kiri

3. Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

4. Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

11

Page 12: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Kesan: Paru dalam batas normal

ii. Cor :

1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

2) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

3) Perkusi : Batas kanan bawah:ICS 5 mid axilaris anterior sinistra

Batas kanan atas: ICS 3 mid clavicularis sinistra

Batas kanan bawah: ICS 4 parasternal dekstra

Batas kanan atas: ICS 2 parasternal dekstra

4) Auskultasi: S1-S2 reguler, intensitas normal, murmur (-), gallop (-).

Kesan : Jantung dalam batas normal

i. Abdomen

1) Inspeksi : Datar, supel.

2) Auskultasi: Bising usus (+), normal (2-6 x menit)

3) Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen

4) Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan

(-), turgor baik

j. Ekstremitas

Simetris, sianosis (-/-), akral hangat (+/+), CRT<2detik, tampak tattoo pada seluruh

bagian tangan (+)

E3. Neurobehaviour

Status Psikiatri

a. Tingkah Laku : Normoaktif

b. Perasaan Hati : Normotimik

c. Orientasi : Baik

d. Kecerdasan : Dalam batas normal

e. Daya Ingat : Dalam batas normal

Status Neurobehaviour

a. Sikap tubuh : Simetris

b. Gerakan Abnormal : Tidak ada

c. Cara berjalan : normal gait

d. Ekstremitas : dalam batas normal

12

Page 13: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

E4. Status Neurologis

Nervus Pemeriksaan Kanan Kanan

N. I. Olfaktorius

Daya penghidu TDN TDN

N. II. Optikus

N. II. Optikus

Daya penglihatan N N

Pengenalan warna N N

Lapang pandang N N

N. III. Okulomotor

N. III. Okulomotor

Ptosis - -

Gerakan mata ke medial + +

Gerakan mata ke atas + +

Gerakan mata ke bawah + +

Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil Bulat Bulat

Refleks cahaya langsung + +

N. IV. Troklearis

N. IV. Troklearis

Strabismus divergen - -

Gerakan mata ke lat-bwh - -

Strabismus konvergen - -

N. V. Trigeminus

N. V. Trigeminus

Menggigit N N

Membuka mulut N N

Sensibilitas muka N N

Refleks kornea + +

Trismus - -

N. VI. Abdusen

Gerakan mata ke lateral N N

Strabismus konvergen - -

N. VII. Fasialis

N. VII. Fasialis Kedipan mata + +

Lipatan nasolabial - -

13

Page 14: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Sudut mulut Dbn Dbn

Mengerutkan dahi Dbn Dbn

Menutup mata - +

Meringis Normal Normal

Menggembungkan pipi Normal Normal

Daya kecap lidah 2/3 ant TDN TDN

N. VIII.

Vestibulokoklearis

N. VIII.

Vestibulokoklearis

Mendengar suara bisik Dbn Dbn

Tes Rinne Tdk dilakukanTdk

dilakukan

Tes Schwabach Tdk dilakukanTdk

dilakukan

N.IX (GLOSSOFARINGEUS) Keterangan

Arkus Faring Simetris

Daya Kecap 1/3 Belakang TDN

Reflek Muntah TDN

Sengau TDN

Tersedak TDN

N. X (VAGUS) Keterangan

Arkus faring Dalam batas normal

Reflek muntah TDN

Bersuara Dalam batas normal

Menelan Dalam batas normal

N. XI (AKSESORIUS) Keterangan

Memalingkan Kepala Dalam batas normal

Sikap Bahu Dalam batas normal

Mengangkat Bahu Dalam batas normal

Trofi Otot Bahu Tidak

14

Page 15: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

N. XII (HIPOGLOSUS) Keterangan

Sikap lidah Tidak ada deviasi

Artikulasi Normal

Tremor lidah Tidak ada tremor

Menjulurkan lidah Tidak ada deviasi

Kekuatan lidah Dalam batas normal

Trofi otot lidah Dalam batas normal

Fasikulasi lidah Dalam batas normal

E.5 Fungsi Motorik

Gerakan

Kekuatan

E.6 Refleks Fisiologis

Refleks Biceps Normal Normal

Refleks Triceps Normal Normal

Refleks ulna dan radialis Normal Normal

Refleks Patella Normal Normal

Refleks Achilles Normal Normal

E.7 Refleks Patologis

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

15

bebas

bebas

bebas

bebas

5/5/5

5/5/5 5/5/5

5/5/5

normalTonus

normal

normal

normal

Trofi eutrofi

eutrofi

eutrofi

eutrofi

Page 16: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Mendel Bachterew - -

Rosollimo - -

Gonda - -

Hofman Trommer - -

E.8 Fungsi Sensorik

Kanan Kanan

Rasa nyeri Terasa Terasa

Rasa raba Terasa Terasa

Rasa suhu Terasa Terasa

Propioseptif Terasa Terasa

E.9 Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : negatif

Kernig sign : negatif

Pemeriksaan Brudzinski : : negatif

Brudzinski I : negatif

Brudzinski II : negatif

Brudzinski III : TDN

Brudzinski IV : TDN

E.10 Fungsi Luhur

a. Fungsi Luhur: normal

b. Fungsi Vegetatif: BAK lancar dengan pispot, BAB belum selama perawatan

F. Diagnosis Akhir

Diagnosis klinis : Riwayat epilepsi dengan generalized tonic-clonic seizure terkontrol

Diagnosis topis : susp. Cortex cerebrii

Diagnosis etiologi : Idiopathic

G. Tatalaksana

G.1 Non Medikamentosa

16

Page 17: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

Edukasi keluarga mengenai penyakitnya:

Diagnosis pasien

Tatalaksana yang akan dilakukan

Prognosis dari penyakit yang diderita pasien

G.2 Medikamentosa

Tab. Asam Folat 1x1mg

Tab. Clonazepam 1x2mg

Tab. Topamax 1x25mg

H. Plan

Lacak hasil pemeriksaan EEG, kontrol apabila hasil sudah keluar

I. Prognosis

1. Death : Dubia ad bonam

2. Disease : Dubia ad bonam

3. Dissability : Dubia ad bonam

4. Discomfort : Dubia ad bonam

5. Dissatisfaction: Dubia ad bonam

6. Distutition : Dubia ad bonam

17

Page 18: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

DISKUSI IIPILIHAN TERAPI UNTUK EPILEPSI

Kemunculan satu episode kejang tidak selalu berarti pasien tersebut membutuhkan

inisiasi terapi dengan obat antiepilepsi, dan keputusan untuk menginisiasi terapi antiepilepsi

jangka panjang memerlukan konsultasi dengan klinisi yang terspesialisasi terkait tatalaksana

kejang.

Orang Dewasa dengan Risiko Tinggi Kejang Berulang

Orang dewasa dengan resiko tinggi terjadinya kejang berulang (pasien-pasien yang

memenuhi kriteria untuk diagnosis epilepsi) harus diberikan terapi dengan obat antiepilepsi.

Menginisiasi terapi antiepilepsi setelah kejang pertama menurunkan absolute risk untuk

terjadi kejang berulang sebesar 35% dalam 2 tahun kedepan.

Orang Dewasa dengan Risiko Rendah Kejang Berulang

Penundaan terapi pada orang dewasa yang hanya mengalami satu episode kejang tanpa

risiko kejang berulang yang tinggi merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan.

Penundaan terapi antiepilepsi tidak mempengaruhi kejadian kejang berulang pada pasien

tersebut. Pertimbangan ini dilakukan karena kejadian efek samping penggunaan obat

antiepilepsi bisa mencapai 30-50% pada pasien pengguna obat antiepilepsi. Gangguan/efek

samping yang sering ditemui antara lain gangguan kognitif ringan maupun dampak ke

tingkah laku.

Anak-anak

Pada anak-anak yang mengalami kejang (kecuali kejang demam), risiko terjadinya

kejang berulang setelah kejang pertama >20% pada tahun pertama dan >50% dalam 10 tahun

kedepan. Apabila anak tersebut tidak memiliki faktor risiko tersebut, maka penggunaan obat

antiepilepsi dapat ditunda dan diberikan apabila terjadi kejang kedua.

Terdapat beberapa jenis terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan epilepsi, yakni

penggunaan obat-obatan medikamentosa, dan intervensi bedah.

OBAT ANTI-EPILEPSI

Tatalaksana awal pada pasien epilepsi adalah dengan pemberian monoterapi sesuai

indikasi, dan terapi kombinasi baru diberikan apabila kejang tidak terkontrol dengan

pemberian monoterapi.

18

Page 19: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

19

Page 20: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

INTERVENSI BEDAH

Intervensi bedah dapat dipertimbangkan apabila bangkitan tetap terus terjadi sekalipun

sudah dilakukan manajemen optimal dengan obat antiepilepsi. Terdapat hingga 30% pasien

yang tetap mengalami kejang sekalipun rutin mengkonsumsi obat-obatan anti epilepsy.

Reseksi fokus bangkitan di otak pada pasien yang sesuai dapat mengurangi frekuensi atau

mengeliminasi kemungkinan terjadi bangkitan kedepannya dan meningkatkan kualitas hidup

pasien. Bebas dari bangkitan dicapai oleh 76% pasien setelah reseksi.

Salah satu efek samping dari dilakukannya reseksi fokus bangkitan di otak adalah

defisit kognisi. Resekti pada temporal kiri sering diasosiasikan dengan defisit memori verbal

(44%) dan defisit penamaan (34%). Defisit memori verbal juga sering ditemukan pada pasien

yang dilakukan operasi reseksi lobus temporal kanan (20%). Efek samping lain berupa defisit

neurologis (5%), komplikasi medis (mis. Infeksi intraserebral, hydrocephalus; 1.5%),

kebocoran CSF (8.5%), meningitis aseptik (3.6%), dan infeksi bakteri noncerebral (3%).

Problema lain seperti perdarahan, pneumonia dan DVT tidak umum ditemukan (2.5%).

20

Page 21: E.1 Pemeriksaan Umum - neurorsaugm.files.wordpress.com  · Web viewAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Bp. P, laki-laki berusia 22 tahun datang ke poliklinik saraf RSA UGM

DAFTAR PUSTAKA

Falco-Walter, J.J., Scheffer, I.E. and Fisher, R.S., 2018. The new definition and classification of seizures and epilepsy. Epilepsy Research, 139, pp.73-79.

Goldenberg, M.M., 2010. Overview of drugs used for epilepsy and seizures: etiology, diagnosis, and treatment. Pharmacy and Therapeutics, 35(7), p.392.

Trinka, E., Cock, H., Hesdorffer, D., Rossetti, A.O., Scheffer, I.E., Shinnar, S., Shorvon, S. and Lowenstein, D.H., 2015. A definition and classification of status epilepticus–Report of the ILAE Task Force on Classification of Status Epilepticus. Epilepsia, 56(10), pp.1515-1523.

21