Usulan e-MONEV UNTUK PEMULIHAN PELAYANAN KESEHATAN IBU-ANAK, KB DAN GIZI DARI DAMPAK PANDEMI COVID-19 Kementerian Negara/ Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/II : Ditjen Kesehatan Masyarakat/Direktorat Kesehatan Keluarga Program : Program Kesehatan Masyarakat Hasil (Outcome) : Terselenggaranya Pemulihan Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan KB dari Dampak Pandemi Covid-19 Kegiatan : Pembinaan Kesehatan Keluarga Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jenis Keluaran (Output) Jumlah Kabupaten Kota yang dipulihkan Pelayanan KIA Volume Keluaran : 120 Kab/Kota Satuan Ukur : Kabupaten/Kota Konsultan - Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM - Ahli IT - Ahli Training Jarak-jauh
20
Embed
e-MONEV UNTUK PEMULIHAN PELAYANAN KESEHATAN IBU … · Pemulihan Pelayanan KIA, KB dan gizi dari pengaruh Pandemik Covid-19 dalam kerangka kegiatan monitoring dan evaluasi program
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Usulan
e-MONEV UNTUK PEMULIHAN PELAYANAN
KESEHATAN IBU-ANAK, KB DAN GIZI DARI
DAMPAK PANDEMI COVID-19
Kementerian Negara/
Lembaga : Kementerian Kesehatan RI
Unit Eselon I/II : Ditjen Kesehatan Masyarakat/Direktorat Kesehatan Keluarga
Program : Program Kesehatan Masyarakat
Hasil (Outcome) : Terselenggaranya Pemulihan Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak
dan KB dari Dampak Pandemi Covid-19
Kegiatan : Pembinaan Kesehatan Keluarga
Indikator Kinerja
Kegiatan : Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jenis Keluaran (Output) Jumlah Kabupaten Kota yang dipulihkan Pelayanan KIA
Volume Keluaran : 120 Kab/Kota
Satuan Ukur : Kabupaten/Kota
Konsultan
- Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM
- Ahli IT
- Ahli Training Jarak-jauh
Daftar Isi
I. Latar Belakang
II. Deskripsi Proyek:
1. Nama
2. Tujuan Kegiatan
3. Luaran Kegiatan
4. Sasaran-Penerima Manfaat
5. Indikator Keluaran
III. Tahapan Kegiatan
1. Penyusunan Disain Proyek
2. Persiapan dan Pelatihan
3. Kegiatan Aksi
IV. Keluaran yang diharapkan
1. Tampilan Data
2. Analisis Dampak Covid19
3. Analisis Kebijakan
4. Rencana Pemulihan
5. Kegiatan Pemulihan
6. Monitoring dan Evaluasi
V. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
VI. Sumber anggaran
I. Latar Belakang
Bencana nasional non alam yang disebabkan oleh Corona Virus Disease
(COVID-19) berdampak terhadap ekonomi, sosial dan kesehatan masyarakat
secara luas. Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai bencana
nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sebagai Bencana Nasional.
Dalam situasi normal, kesehatan ibu-anak (KIA), KB, dan gizi di Indonesia
masih menjadi tantangan besar dan diperberat dengan adanya COVID-19
mengingat adanya batasan dalam hal akses dan kualitas layanan. Sehingga
dikhawatirkan, adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas Ibu dan anak dan
penurunan cakupan pelayanan KIA, KB, dan gizi.
Pemerintah berkomitmen dalam upaya menurunkan kematian ibu dan bayi.
Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah adanya dengan menetapkan 120
Kabupaten/Kota lokus penurunan AKI dan AKB pada tahun 2020 melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/94/2020 tentang
Lokus Kegiatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun
2020.
Berdasarkan data rutin Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2019 dengan
sebaran kasus COVID-19, terdapat kesamaan pola dimana kasus COVID-19 sangat
banyak di daerah dengan jumlah kematian ibu tinggi dan kematian bayi tinggi,
contohnya seluruh Provinsi di Pulau Jawa. Artinya intervensi pelayanan kesehatan
ibu dan anak sesuai dengan kondisi pandemi COVID harus dilakukan dengan
maksimal. Intervensi tetap harus dilakukan dengan penyesuaian saat Pandemi
COVID-19 agar zona merah kematian ibu, bayi dan balita tidak semakin parah dan
zona kuning/hijau tidak menjadi merah.
Pada masa pandemic COVID 19 berdasarkan hasil survey terjadi penurunan
akses pelayanan kesehatan termasuk pelayanan KIA dan KB dalam 3 bulan
terakhir. Risiko yang akan dihadapi adalah meningkatnya morbiditas, kehamilan
yang tidak diinginkan yang besar kemungkinan berdampak terhadap meningkatnya
kematian ibu dan anak. Tantangan saat ini adalah belum ada data dampak negatif
dari pandemi COVID-19 untuk pelayanan KIA, KB, dan gizi di berbagai daerah.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kegiatan untuk melakukan analisis dampak
pandemic COVID-19 terhadap layanan KIA, KB, dan gizi untuk menyusun
rekomendasi yang sesuai di era pandemic. Kementerian Kesehatan bersama dengan
UGM dan Konsorsium perguruan tinggi di beberapa provinsi dibantu oleh
konsultan dan JALIN akan melakukan kajian monitoring dan evaluasi (monev)
pemulihan pelayanan KIA, KB, dan gizi dari dampak pandemi Covid-19.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana monitoring dan evaluasi secara
elektronik (e-monev) oleh pemerintah pusat melalui Ditjen Kesmas Kemenkes
untuk menjamin tetap berjalannya program prioritas nasional KIA, KB dan gizi.
Untuk kemudian dipelajari sebagai bentuk pemulihan kegiatan secara nasional di
tahun 2020 dan 2021.
Bagi pemerintah daerah, kegiatan ini dapat mendorong lembaga dan
organisasi kesehatan di kabupaten/ kota untuk mengelola pengetahuan dan data
tentang COVID-19 agar mampu mengurangi dampak negatifnya dan memulihkan
sesuai situasi yang ada. Selain itu, kegiatan ini juga mengacu ke langkah-langkah
operasional di learning organization. Diharapkan pimpinan Dinas Kesehatan dapat
menggunakan data untuk mengambil keputusan.
II. Disain Kegiatan
Nama Proyek :
Pemulihan Pelayanan KIA, KB dan gizi dari pengaruh Pandemik Covid-19 dalam
kerangka kegiatan monitoring dan evaluasi program KIA-Gizi di kabupaten/kota.
Tujuan Kegiatan
Secara keseluruhan kegiatan ini bertujuan untuk memulihkan program KIA,
KB dan gizi di 120 Kabupaten/Kota lokus akibat dampak dari pandemi COVID-19.
Tujuan kegiatan ini dibagi menjadi dua, yaitu menurut sudut pandang/ perspektif
pemerintah pusat dan dinas kesehatan.
Tujuan kegiatan menurut perspektif pemerintah pusat yaitu:
1. Melakukan dengan cara inovatif, e-Monev yang mengandalkan pengumpulan
data secara elektronik dan penyajian data digital berbasis peta untuk
memberikan feedback, serta mendorong Dinas Kesehatan melakukan analisis
kebijakan dan rekomendasi kebijakan pemulihan ke pimpinan daerah dan
pihak-pihak terkait. Ada sifat inovatif karena monev biasa menjadi sulit
dilakukan di saat Pandemik Covid-19
2. Melakukan proses pembelajaran mengenai dampak Covid-19 terhadap
pencapaian berbagai indikator program KIA-KB dan Gizi. Proses
pembelajaran secara nasional ini merupakan bagian penting dalam
penyusunan kebijakan dan pengalokasian sumber daya untuk pemulihan
kegiatan.
Tujuan dari perspektif dinas kesehatan adalah sebagai proses pengambilan
keputusan berbasis data bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengatasi
dampak negatif pandemi COVID-19. Kegiatan ini memberikan fasilitas
pembelajaran organisasi di Dinas Kesehatan untuk mendukung program
pemulihan. Kegiatan ini akan mendorong Dinas Kesehatan untuk memahami
situasi berbasis data sebagai suatu learning process yang nantinya berkembang
menjadi suatu development process dengan menyusun rencana pemulihan untuk
pengembangan program KIA-KB dan gizi.
Secara detil program ini bertujuan untuk:
1. Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan) mempunyai gambaran dampak
pandemi COVID-19 terhadap akses dan kualitas pelayanan KIA, KB dan
gizi di 120 kab/kota lokus;
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota mengembangkan kegiatan pemulihan
apabila memang dibutuhkan;
3. Kementerian Kesehatan bersama dengan perguruan tinggi melakukan
kajian dan rekomendasi strategi penyesuaian kegiatan serta advokasi
kepada pemerintah daerah dalam rangka pemulihan/peningkatan
pelayanan KIA, KB dan gizi di 120 kab/kota lokus
4. Universitas dan Dinas Kesehatan memberikan berbagai policy brief
untuk tindakan-tindakan pemulihan.
5. Pemerintah Daerah (c.q Dinas Kesehatan) dengan dana BOK dan dana
APBD melakukan usaha-usaha pemulihan apabila ada pengaruh negative
Pandemik Covid19 terhadap pelayanan KIA, KB dan gizi.
6. Adanya monitoring dan evaluasi tindak lanjut rekomendasi oleh Dinas
Kesehatan Propinsi dengan menggunakan Dana Dekonsentrasi terhadap
kegiatan pemulihan.
Sasaran:
Di dalam sistem kesehatan di daerah, diduga ada pengaruh negative COVID-19
terhadap program pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. Keadaan ini perlu diketahui
oleh Pimpinan Dinas Kesehatan dan tentunya akan dilaporkan ke pemimpin
daerah. Dengan memahami apa yang terjadi maka upaya pemulihan dapat
dilakukan dengan sistematis. Dengan demikan kegiatan ini mempunyai sasaran ke
pimpinan Dinas Kesehatan setempat. Tangggung-jawab kegiatan ada pada Kepala
Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab kegiatan dari dana APBN (BOK dan
DAK).
Program pemulihan ini merupakan sebuah respon sistematis terhadap
adanya pandemik Covid-19. Dalam sebuah pandemic, terlebih yang maha besar
seperti Covid-19 ini, terjadi disrupsi dan distorsi dalam sistem pelayanan
kesehatan. Kegiatan yang sudah direncanakan dapat tersisihkan atau menjadi tidak
dikerjakan karena adanya COVID-19. Hal ini merupakan situasi yang tidak
diharapkan, namun dengan mudah terjadi.
Untuk mengembangkan program ini, diperlukan dukungan dari
Kementerian Kesehatan untuk pimpinan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten
dalam melakukan usaha mengetahui dampak Pandemik COVID-19 terhadap
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta usaha pemulihannya. Dengan dukungan
ini maka pimpinan Dinas Kesehatan propinsi dan Kabupaten dapat melakukan
usaha pemulihan dengan cara yang sistematis. Di masa pandemi COVID-19 yang
penuh tekanan, para pemimpin Dinas Kesehatan diharapkan mampu untuk
mengatasi dampak negative COVID-19 di pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.
Dipandang dari aspek penelitian, kegiatan ini termasuk apa yang disebut
sebagai: embedded research (penelitian tertanam). Penelitian tertanam adalah
pendekatan untuk penelitian sistem kesehatan di mana penelitian dilakukan sebagai
bagian yang terintegrasi dan sistematis dari pengambilan keputusan, implementasi,
dan monitoring-evaluasi sebuah program. Penelitian seperti ini dimulai dengan
kolaborasi erat antara pembuat kebijakan dan peneliti untuk menentukan prioritas
penelitian, dan penggunaannya.1
Disamping penelitian, program ini juga mempunyai komponen
pelatihan untuk memperkuat sistem kesehatan yang terkena COVID-19.
Dalam kegiatan ini, para pemimpin di dinas kesehatan dan stafnya akan
dilatih untuk:
1 Ghaffar A, Langlois E, Rasanathan K et al. Memperkuat sistem kesehatan melalui riset tertanam.
Buletin WHO 2017; 95:87.
1. Mencari data dan menganalisis dampak pandemic COVID-19.
2. Melakukan keputusan untuk memulihkan keadaan apabila
memang terbukti ada situasi yang buruk akibat pandemic
COVID-19.
Dengan demikian ada pengembangan kepemimpinan yang akan
dilakukan sebagai bagian integral dari kegiatan ini. Untuk memecahkan
permasalahan perlu pengembangan opsi, pelibatan pihak - pihak kunci dan
negosiasi pengatasan masalah yang dapat diterima bersama dan layak.
Oleh karena itu pimpinan Dinas Kesehatan akan dilatih sebuah cara
berpikir yang disebut Mobius Loop yang sering dipergunakan dalam masa
krisis, termasuk menghadapi Pandemik COVID-19. Cara berfikir ini
mencerminkan proses Learning and Developement dimana dilakukan
analisis mengenai keadaan saat ini, dan kemudian akan melakukan Action
untuk pengembangan organisasi.
Program pemulihan ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin
harus mempunyai kemampuan analitik dari proses pembelajaran
perorangan dan lembaga serta merupakan orang yang bertindak, bukan
seseorang yang hanya pandai berkata - kata. Dalam masa pandemi COVID-
19 yang saat kompleks ini, kemampuan analitik dan action perlu sekali
dilatih untuk Kepala Dinas Kesehatan. Dengan proses tersebut ada masa
pembelajaran terhadap situasi dan Action untuk pemulihan.
Dalam mencari solusi ini para pimpinan Dinas Kesehatan diharapkan
dapat melakukan kerjasama dengan para ahli kesehatan seperti dokter
spesialis anak, dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan, para pimpinan
bidan dan pihak-pihak terkait lainnya.
Secara ringkas sasaran kegiatan ini adalah:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan pimpinan Kepala Dinas
Kesehatan dan bersama Staf.
Dinas Kesehatan Propinsi dan staf.
Pemerintah daerah.
Kementerian Kesehatan
Indikator / Keluaran
Indikator keberhasilan kegiatan ini terbagi menjadi dua yaitu learning
process dan development process.
1. Adanya gambaran dampak pandemi COVID-19 terhadap akses dan kualitas
pelayanan KIA, KB dan gizi di 120 kab/kota lokus. Gambaran ini didapatkan
berdasarkan analisis data yang dikumpulkan.
2. Adanya kajian dan rekomendasi strategi penyesuaian kegiatan serta advokasi
kepada pemerintah daerah dalam rangka pemulihan/peningkatan pelayanan
KIA, KB dan gizi di 120 kab/kota lokus
Poin 1, dan 2 di atas merupakan indikator/ keluaran dari learning process.
3. Adanya policy brief tentang Pemulihan Pelayanan KIA, KB dan gizi dari
Dampak Pandemi COVID-19.
4. Adanya tindak lanjut rekomendasi policy brief berupa Rencana Kegiatan
Pemulihan (andaikata perlu) serta identifikasi kemungkinan hambatan dalam
pelaksanaan.
5. Pelaksanaan Kegiatan Pemulihan
6. Adanya monitoring evaluasi dan kajian kegiatan Pemulihan untuk
mendapatkan kesesuaian intervensi.
Poin 4, 5, 6, dan 7 merupakan indikator/ keluaran dari development process.
Penerima Manfaat
Penerima manfaat kegiatan ini adalah masyarakat, Direktorat Kesehatan
Keluarga, pengelola program KIA Dinas Kesehatan provinsi dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota, perguruan tinggi, organisasi profesi IDI, POGI, IDAI, IBI dan PPNI dan
pemerintah daerah.
III. Fase-fase Kegiatan
Jadwal: Agustus 2020- November 2020
Kegiatan ini dimulai dari penyusunan desain projek, pembuatan aplikasi,
pengumpulan data, analisis data, penyusunan rekomendasi, advokasi dan
implementasi rekomendasi, monitoring dan evaluasi, dan diseminasi. Secara
tahapanan berbagai kegiatan yang dilakukan:
1. Penyusunan Disain Proyek;
2. Program persiapan termasuk untuk pelatihan-pelatihannya.
3. Kegiatan Aksi
Mencari data dan menganalisnya
1. Fase Penyusunan Disain Project
Project ini merupakan bentuk e-monitoring dan evaluasi (e-monev) Ditjen
Kesmas ke program prioritas KIA, KB dan gizi yang menggunakan pendekatan
manajemen, namun di dalamnya ada komponen penelitian (embedded
research). Pelaksanaan program ini menggunakan infrasruktur manajemen
dana BOK dan KIA. Pada fase ini, konsultan mengusulkan disain proyek yang
berbasis pada IT dan menggunakan sistem yang sudah ada. Disain Proyek
menggunakan platform digital untuk komunikasi, rapat, pengiriman data,
verifikasi data, sampai ke penyajian hasil. Penyusunan Disain ini
mempertimbangkan kecepatan waktu pelaksanaan, adanya kebijakan physical
distance, dan kesulitan perjalanan ke daerah. Dengan demikian basis kegiatan
adalah kolaborasi dengan perguruan tinggi di berbagai provinsi dan
menggunakan teknologi informatika untuk menjangkau 120 kabupaten/kota.
2. Program persiapan dan pelatihan.
a. Mengembangkan sistem pemulihan
Sistem pemulihan terdiri atas: (1) Peta sistem data yang menjadi
dashboard; (2) Display untuk rekomendasi dan diskusi yang
disediakan untuk setiap Kabupaten; (3) Dashboard untuk
monitoring dan evaluasi program pemulihan yang dapat
dipergunakan untuk melihat dalam jangka waktu 2 tahun ke depan;
(4) laman dalam website untuk pembelajaran semua pihak.
Pelatihan-pelatihan.
Setelah disain disepakati, akan dilakukan kegiatan berupa pelatihan yang terbagi
menjadi dua jenis pelatihan:
1. Penggunaan pelatihan jarak-jauh
2. Pengembangan isi tentang pemulihan pelayanan KIA, KB dan gizi dari
dampak COVID-19 yang terdiri aras berbagai topic, antara lain:
a. Memahami penyakit COVID-19 dan dampak COVID-19 terhadap
pelayanan KIA, KB dan gizi
b. Kepemimpinan dinas kesehatan dalam mengeola COVID-19 berbasis
data
c. Penganggaran dan belanja kesehatan di masa COVID-19
d. Menggunakan data untuk menyusun kebijakan
e. Menyusun program pemulihan melalui e-monev
f. Merencanakan perubahan anggaran untuk tujuan pemulihan
g. Menyusun policy brief ke pengambil kebijakan
Materi-materi pelatihan disusun dengan prinsip Blended Learning dan
dimasukan dalam website. Dengan demikian semua modul dapat diikuti secara
live sesuai jadual dan off-line. Fase pelathan akan dilakukan
berkesinambungan dengan fase pelaksanaan.
Pelatihan dilakukan ke:
1. Kelompok pengumpul data di Kabupaten/Kota (Terbagi menjadi 4
kelompok, masing-masing 30 Kab/kota).
Fungsi:
Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
Memasukkan dalam form untuk dikirim
Mengirimkan ke UGM
Memperbaik data setelah verifikasi
Jenis Pelatihan:
a. Ketrampilan melakukan teleconference
b. Ketrampilan mengumpulkan data
c. Ketrampilan memasukkan data
d. Ketrampilan mengamati secara kualitatif
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Terbagi
menjadi 4 kelompok a 30 Kab/Kota).
Fungsi:
Memimpin program pemulihan di Kab.kota
Memimpin analisis permasalahan akibat Covid19
Memimpin perencanaan aksi untuk pemulihan
Melakukan advokasi ke Pemda dan berbagai organisasi
termasuk Ormas untuk mendapat dukungan
Jenis Pelatihan
a. Ketrampilan melakukan teleconference
b. Kemampuan Kepemimpinan
c. Memahami Covid19, dampak dan cara
penanggulangannya
d. Ketrampilan merencanakan kegiatan
e. Ketrampilan Komunikasi dan mengembangkan
Konektifitas
f. Ketrampilan menyusun rekomendasi kebijakan untuk
pemerintah daerah
3. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. (Terbagi menjadi 2
kelompok, a 17 propinsi)
a. Ketrampilan melakukan teleconference
b. Kemampuan Kepemimpinan
c. Memahami Covid19, dampak dan cara
penanggulangannya untuk level Propinsi
d. Ketrampilan merencanakan kegiatan khususnya
pembinaan teknis dan monitoring serta evaluasi
e. Ketrampilan Komunikasi dan mengembangkan
Konektifitas
f. Ketrampilan menyusun rekomendasi kebijakan untuk
pemerintah daerah
4. Tim Pendamping Universitas
a. Ketrampilan melakukan teleconference
b. Kemampuan Pengawasan data dan verifikasi
c. Memahami Covid19, dampak dan cara
penanggulangannya untuk level Propinsi
d. Ketrampilan Analisis Kebijakan dan Menyusun
Program
e. Ketrampilan menyusun rekomendasi kebijakan untuk
pemerintah daerah
f. Ketrampilan menyusun policy-brief
5. Organisasi Profesi dan Asosiasi RS/Organisasi pelayanan
terkait KIA(4 kelompok)
a. Ketrampilan melakukan teleconference
b. Memahami Covid19, dampak dan cara
penanggulangannya
c. Ketrampilan Analisis Kebijakan dan Menyusun
Program
d. Ketrampilan menyusun rekomendasi kebijakan untuk
pemerintah daerah
e. Ketrampilan menyusun policy-brief dari perspektif
Organisasi Profesi dan Asosiasi RS.
6. Staf Kementerian Kesehatan untuk hand-over program.
Materi-materi pelatihan disusun dengan prinsip Blended Learning
dan dimasukan dalam website www.kesehatan-ibuanak.net.
Dengan demikian semua modul dapat diikuti secara live sesuai
jadual dan off-line.
3. Fase Pelaksanaan
Dalam tahap ini ada fungsi Pembelajaran yang perlu dilakukan oleh
Kepada Dinas Kesehatan dan stafnya untuk memahami situasi akibat
COVID-19. Pemahaman baru mengenai COVID-19 harus segera
diterapkan di Dinas Kesehatan untuk memecahkan masalah yang timbul
akibat adanya Covid-19. Oleh karena itu, langkah pertama dalam
memecahkan masalah adalah memahaminya. Apa yang terjadi dalam
pandemi COVID-19 ini terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak?
Dalam hal ini Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu untuk
didorong mempelajari situasi yang ada secara sistematis. Analisis data juga
melibatkan para pakar atau professional ahli kesehatan Ibu dan Anak.
Setelah melakukan analisis terhadap situasi dan melakukan prediksi
apabila ada pembiaran, maka Dinas Kesehatan perlu menetapkan
kebijakan-kebijakan untuk memulihkan Pelayanan KIA, KB, dan gizi dari
pengaruh negatif Pandemik COVID-19. Kebijakan-kebijakan tersebut perlu
menggunakan apa yang disebut sebagai pedoman dari pusat yang
dipergunakan untuk mengarahkan penggunaan Dana DAK dan BOK.
Dalam hal ini akan terjadi perubahan-perubahan dalam penggunaan
anggaran KIA yang berasal dari pusat sesuai dengan keadaan di daerah.
Perubahan-perubahan tersebut perlu dikomunikasikan ke semua
stakeholder KIA. Action oleh Dinas Kesehatan Kabupatan/Kota ini akan
dipantau oleh sistem monitoring yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Propinsi.
Kegiatan yang dilakukan:
Mengumpulkan data dan menganalisisnya.
Data yang akan dikirim berdasarkan data program yang tedapat di
Simatneo, mencakup antara lain:
a. Data pencapaian indikator-indikator pelayanan KIA, KB, dan gizi
b. Data meningkatnya morbiditas
c. Data kehamilan yang tidak diinginkan
d. Data kematian ibu
e. Data kematian anak.
f. Data mengenai SDM kesehatan
g. Data BPJS mengenai pelayanan non-covid
h. Data ibu hamil dan anak yang menjadi PDP, ODP
i. Data mengenai jumlah faskes yang siap menghadapi COVID-19