Top Banner
e-Journal Journal Journal Journal Peternakan Tropika Peternakan Tropika Peternakan Tropika Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: [email protected] e-journal journal journal journal FAPET UNUD FAPET UNUD FAPET UNUD FAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas Udayana Udayana Udayana Udayana Elektronik Jurnal Peternakan Tropika dipublikasikan oleh: Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1 Telp. 0361-235231/222096 email: [email protected] Volume Nomor Tahun VII 2 2019
17

e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Nov 12, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

Elektronik Jurnal Peternakan Tropika

dipublikasikan oleh:

Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1

Telp. 0361-235231/222096

email: [email protected]

Volume Nomor Tahun

VII 2 2019

Page 2: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA

REDAKTUR / KETUA EDITOR

Dr. I Made Mudita, S.Pt., MP

EDITOR

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS

Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS

Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi

Eny Puspani, SPt., MSi

I Wayan Wirawan, SPt., MP

Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi

Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi

Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi

Ir. Ni Putu Sarini, MSc

Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM

I Wayan Sukanata, SPt., MSi

ALAMAT REDAKSI:

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1

Telp. 0361- 222096 / 235231 /087784792574

Email: [email protected]

Page 3: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD

Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

PANDUAN BAGI PENULIS

Ketentuan Umum

1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan

(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal

dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah

disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah

disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)

2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk

hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang

ditentukan

4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy

(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft

Word.

5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:

Redaksi eJournal Peternakan Tropika

d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar

Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali

Telp. 0361-222096 / HP. 087784792574

Email: [email protected]

Page 4: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Standar Penulisan

1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali

Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah

dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point

(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,

sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.

2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil

dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka

ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).

Font Time New Roman.

3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan

diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di

Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,

penulisan di Bold

4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor

(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).

5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,

alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode

(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar

pustaka.

Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama

penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),

abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan

pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.

Page 5: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

TATA CARA PENULISAN NASKAH

1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,

maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian

Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.

Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak

1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh

Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan

penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis

mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan

nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti

dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama

penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama

utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan

umum yang berlaku.

3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap

disertai alamat.

4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang

ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan

dipublikasikan

5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris

(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,

metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi

6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata

utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.

7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka

mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat

orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)

8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.

Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.

9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan

hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan

(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)

Page 6: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)

a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul

singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup

kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi

b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point

(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang

disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya

wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut

c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa

dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt

setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan

analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama

yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)

d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan

tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).

e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa

gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi

f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)

g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik

10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas

11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu

sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik

proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima

kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll

12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun

menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama

penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama

penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.

Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul

buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,

judul tulisan, alamat web, waktu akses.

Page 7: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

e-Journal

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected] e-journal

FAPET UNUD

911

Pengaruh Penggantian Ransum Komersial dengan Tepung Kulit

Kecambah Kacang Hijau terhadap Penampilan Itik Bali Jantan Umur 0-8

Minggu

Laksmana, K. Y. P., N. W. Siti, dan E. Puspani

P S Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali

e-mail: [email protected], Telp +62857 3855 3538

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian ransum komersial

dengan tepung kulit kecambah kacang hijau terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8

minggu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan,

tiap perlakuan menggunakan lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan tiga ekor itik bali

jantan. Perlakuan yang diberikan yaitu; P0 (ransum komersial 100%), P1 (penggantian 6%

ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau) dan P2 (penggantian 12%

ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau). Variabel yang diamati dalam

penelitian ini adalah berat badan awal, konsumsi ransum, konsumsi air minum, berat badan

akhir, pertambahan berat badan dan Feed Convertion Ratio. Hasil penelitian menunjukan

bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang

hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi air minum,

berat badan akhir, pertambahan berat badan dan FCR. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah

kacang memberikan pengaruh yang sama baiknya dengan itik yang diberikan ransum

komersial.

Kata kunci : Itik bali jantan, tepung kulit kecambah kacang hijau, penampilan, ransum

komersial

The Effect of Commercial Ration with Green Bean Sprout Peels Flour To

Performance of Male Bali Duck Aged 0-8 Weeks

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of commercial ration with green bean sprout

peels flour on performance of male bali duck. Research use completely randomized design

(CRD) with three treatments, each treatment using five replications and each replication using

three male bali duck. The treatments it gives is ; P0 (commercial ration of 100%), P1

(replacement of 6% commercial ration with bean sprout peels flour) and P2 (replacement of

12% of commercial ration with bean sprout peels flour). The variables were observed in this

study is the initial weight, consumption of rations, drinking water consumption, final body

weights, increase of body weight and Feed Conversion Ratio. The results showed that the

replacement of 6% and 12% commercial ration with green bean sprout peels flour effect is not

significant (P>0.05) to consumption of rations, drinking water consumption, final body

Submitted Date: August 26 , 2019 Accepted Date: August 28, 2019 Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & Dsk. P. M. A. Candrawati

Page 8: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 912

weights, increase of body weight and Feed Conversion Ratio. Based on the results of this

study concluded the replacement of 6% and 12% commercial ration with green bean sprout

peels flour giving effect same good with commercial rations to performance of male bali duck

aged 0-8 weeks.

Keywords : Male bali ducks, green bean sprout peels flour, performance, commercial

ration

PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia mengkonsumsi protein hewani yang berasal

dari daging maupun telur, menuntut ditingkatkannya produktivitas ternak unggas baik secara kualitas

maupun kuntitas. Standar nasional telah mensyaratkan, konsumsi protein asal ternak perkapita/hari

adalah 4,5 g, namun konsumsi protein asal ternak masyarakat Indonesia baru mencapai 4,19

g/kapita/hari (Dirjenak, 2007). Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu ternak unggas

yang perlu dikembangkan selain ayam adalah itik bali. Itik bali (Anas sp.) merupakan plasma nutfah

asli Indonesia harus dijaga kelestariannya dan mempunyai daya tahan hidup yang tinggi sehingga

dapat menyediakan protein yang berkualitas (Siti, 2016). Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan (2016) populasi itik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Populasi itik

pada tahun 2015 tercatat 45.322.000 ekor dan tahun 2016 meningkat menjadi 47.360.000 ekor.

Populasi itik di Bali tahun 2016 tercatat 674.094 ekor. Produksi daging itik di Bali tahun 2015 tercatat

364 ton, sedangkan tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu 378 ton.

Itik bali yang biasanya dimanfaatkan sebagai pedaging adalah itik jantan atau betina afkir.

Menurut Kuspartoyo (1990) bahwa itik jantan dapat menghasilkan daging yang lebih banyak

dibandingkan dengan itik betina afkir. Selain itu kelebihan yang dimiliki itik jantan adalah harga

bibitnya lebih murah, pertumbuhan dan peningkatan berat badannya lebih cepat. Laju pertumbuhan

itik yang optimal terjadi pada umur 6-8 minggu dan umumnya itik jantan sudah siap dipanen pada

umur 8 minggu. Pada saat ini, pemeliharaan itik sudah mengarah ke pemeliharaan secara intensif.

Sistem pemeliharaan seperti ini, kendala utama yang dihadapi adalah tingginya biaya ransum. Yadnya

et al. (2014) menyatakan bahwa biaya ransum dapat mencapai 60% dari total biaya produksi. Untuk

mengatasi masalah tersebut, perlu dicari bahan pakan alternatif yang lebih murah, memiliki kandungan

nutrisi yang baik, terjamin ketersediaanya dan tidak bersaing dengan manusia seperti kulit kecambah

kacang hijau (Rasyaf, 2000). Kulit kecambah kacang hijau adalah limbah dari pembuatan kecambah

kacang hijau, yang ketersediaannya cukup banyak. Belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh

manusia dan kandungan nutrien yang cukup tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Bali (2015) jumlah produksi kacang hijau di Provinsi Bali sebanyak 516 ton. Kacang hijau sebanyak 1

kg dapat menghasilkan 5 kg kecambah, sedangkan 20% - 40% merupakan kulit dari kacang hijau

(Aprilianti et al., 2016). Semakin banyak pembuatan tauge maka semakin banyak limbah yang

dihasilkan yaitu kulit kecambah kacang hijau (Yulianto, 2010). Limbah kulit kecambah kacang hijau

Page 9: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 913

mempunyai kadar protein kasar dan serat kasar tinggi, dari hasil analisis laboratorium makanan ternak

Universitas Sebelas Maret dalam penelitian Yulitanto (2010) kulit kecambah kacang hijau

mengandung Energi Metabolis (ME) 2841,67 (kkal/kg), protein kasar 13,56 %, serat kasar 33,07 %,

dan lemak kasar 0,22%, sehingga kulit kecambah ini potensial untuk dimanfaatkan.

Hasil penelitian Yulianto (2010) melaporkan penggantian konsentrat dengan kulit kecambah

kacng hijau 15% dalam ransum tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan organik

kelinci keturunan Vlams reus jantan. Menurut Aprilianti et al. (2016) melaporkan penggunaan tepung

limbah kecambah kacang hijau hingga taraf 15% belum meningkatkan kecernaan protein kasar,

kecernaan serat kasar dan pertambahan berat badan pada itik magelang jantan umur 4 – 12 minggu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini perlu dilaksanakan untuk mengetahui

pengaruh penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambang kacang hijau terhadap

penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi

informasi dan pengetahuan bagi para peternak bahwa penggunaan tepung kulit kecambah kacang hijau

sebagai pakan itik, serta sebagai data ilmiah untuk para peneliti selanjutnya.

MATERI DAN METODE

Ternak

Itik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah itik bali jantan umur 3 hari berjumlah

45 ekor dengan berat badan 42,9 g ± 1,98 g. Bibit itik bali ini diperoleh dari peternakan UD.

Erna beralamat di Kediri, Kabupaten Tabanan.

Kandang dan perlengkapan

Penelitian ini menggunakan kandang “Battery Colony” sebanyak 15 petak, kerangka

utama dari bambu dengan ukuran kandang panjang 80 cm, lebar 65 cm, tinggi 50 cm, alas

kandang terbuat dari kawat dengan jarak dari lantai 57 cm dan bagian atap kandang terbuat

dari bambu dan lantai dari beton. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan

berukuran 7,96 m x 4,98 m, membujur dari timur ke barat.

Setiap petak kandang di lengkapi dengan tempat pakan yang terbuat dari pipa paralon

dengan ukuran 40 cm dan tempat minum terbuat dari botol minuman mineral 1,5 L. Di bawah

tempat pakan di letakkan nampan untuk menampung ransum yang jatuh. Untuk mengurangi

bau dan kelembaban akibat kotoran itik, serta memudahkan pembersihan, maka lantai

kandang di beri sekam padi yang diganti setiap tiga hari sekali.

Ransum dan air minum

Ransum yang digunakan terdiri dari ransum komersial CP 511 dan tepung kulit

kecambah kacang hijau. Air minum yang digunakan adalah air yang berasal dari PDAM

dengan penambahan 15 ml probiotik ditambah 3 sedok makan gula untuk 20 liter air.

Page 10: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 914

Komposisi bahan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan kandungan nutrien

ransum terdapat pada Tabel 2.2.

Tabel 1 Komposisi bahan penyusun ransum penelitian

Bahan (%)

Perlakuan1)

P0 P1 P2

CP 511 100 94 88

Tepung Kulit Kecambah Kacang

Hijau 0 6 12

Total 100 100 100

Keterangan:

1) P0: Ransum komersial 100%.

P1: Penggantian 6% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.

P2: Penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.

Tabel 2 Kandungan nutrien ransum

Nutrien Perlakuan

1)

Standar2)

P0 P1 P2

Energi Metabolis (kkal/kg) 3.000 2.990,5 2.981 Min. 2.700

Protein Kasar (%) 23 22,43 21,86 Min. 18

Lemak kasar (%) 5 4,71 4,42 7,0

Serat kasar (%) 5 6,68 8,36 7,0

Kalsium (Ca) (%) 0,9 0,84 0,79 0,9-1,2

Fospor (P) (%) 0,6 0,56 0,52 0,6 – 1,0

Keterangan:

1) P0: Ransum komersial 100%.

P1: Penggantian 6% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.

P2: Penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.

2) Standar SNI 2008.

Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat tulis untuk mencatat setiap

kegiatan yang di laksanakan dari awal pemeliharaan sampai akhir pemotongan ternak;

timbangan elektrik 5 kg dengan kepekaan 1 g yang digunakan untuk menimbang berat badan

itik, bahan-bahan penyusun ransum, dan sisa ransum; baskom yang berukuran sedang untuk

mencampur ransum, kantong plastik untuk tempat perlakuan ransum; gelas ukur 1 liter untuk

mengukur volume air dan sisa air; ember yang berukuran besar untuk menampung air dan sisa

air; lembaran plastik dan nampan diletakan di bawah tempat makan dan minum untuk

menampung pakan dan air yang berjatuhan.

Tempat dan lama penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Udayana

yang berlokasi di jalan Raya Sesetan, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

Denpasar dan dilaksanakan selama 8 minggu.

Page 11: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 915

Rancangan penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) terdiri dari tiga perlakuan yaitu; P0 (Ransum komersial 100%), P1 (Penggantian 6%

ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau), P2 (Penggantian 12% ransum

komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5

kali. Setiap ulangan menggunakan 3 ekor itik, sehingga total itik yang digunakan adalah 45

ekor.

Pengacakan itik

Sebelum penelitian dimulai, untuk mendapatkan berat badan itik yang homogen, maka

semua itik sebanyak (65 ekor), ditimbang untuk mencari bobot badan rata-rata (X) dan standar

deviasinya. Itik yang digunakan adalah yang memiliki kisaran berat badan 40,92 g - 44,88 g

sebanyak 45 ekor. Itik tersebut kemudian dimasukan ke dalam 15 unit kandang secara acak

dan masing-masing unit diisi 3 ekor. Selanjutnya dilakukan pengacakan kandang yang

nantinya menjadi identitas unit kandang.

Pembuatan tepung kulit kecambah kacang hijau

Kulit kecambah kacang hijau di jemur di bawah sinar matahari selama 6 jam atau

hingga kering setelah itu di giling sampai halus lalu simpan tepung kulit kecambah kacang

hijau di dalam wadah tertutup dan siap untuk digunakan sebagai pakan ternak.

Pencampuran ransum

Sebelum mencampur ransum terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat seperti

timbangan, wadah plastik dan baskom yang sudah di beri label perlakuan. Pencampuran

ransum dilakukan dengan cara menimbang terlebih dahulu bahan-bahan penyusun ransum.

Penimbangan di mulai dari bahan-bahan yang jumlahnya paling banyak dan dilanjutkan

dengan penimbangan bahan yang jumlahnya lebih sedikit. Bahan ransum yang sudah

ditimbang diratakan di atas karung agar tidak berserakan, untuk bahan yang paling banyak

ditempatkan paling awal kemudian bahan yang paling sedikit, dibagi empat bagian aduk satu

persatu setelah itu diaduk secara silang sampai homogen dan di aduk secara menyeluruh,

begitu pula dengan perlakuan berikutnya. Setelah bahan-bahan tercampur rata masukan

ransum pada baskom yang telah beri label.

Pemberian ransum dan air minum

Ransum dan air minum diberikan ad libitum (tersedia setiap saat). Tempat pakan dan

diisi 3/4 untuk menghindari ransum tercecer pada saat itik makan, untuk air minum diberikan

1,6 L setiap harinya.

Page 12: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 916

Variabel yang diamati

Selama penelitian berlangsung, variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Berat Badan Awal (g) diukur dengan cara menimbang itik pada awal penelitian untuk mencari

berat badan yang homogen.

2. Konsumsi ransum (g/ekor), diukur dengan cara menghitung jumlah pakan yang diberikan

dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa.

3. Konsumsi air minum (ml/ekor), diukur setiap hari dengan cara mengukur jumlah air minum

yang diberikan dikurangi dengan jumlah air minum yang tersisa.

4. Berat Badan Akhir (g/ekor) diukur dengan cara menimbang itik pada akhir penelitian,

sebelum penimbangan itik terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam.

5. Pertambahan Berat Badan (PBB) (g/ekor), dengan mengurangi antara berat badan akhir dengan

berat badan awal.

6. “Feed Convertion Ratio” (FCR) dengan membagi konsumsi ransum dengan pertambahan

berat badan.

Analisis statistik

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila diantara perlakuan

terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari

Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau

terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu antara lain: berat awal, konsumsi ransum,

konsumsi air minum, berat badan akhir, pertambahan berat badan dan Feed Conversion Ratio (FCR)

disajikan pada Tabel 3.

Tabel. 3.. Pengaruh penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau

terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu.

Variabel Perlakuan

1) SEM

3) P0 P1 P2

Berat Badan Awal (g) 42,53a2)

43,27a 42,87

a 0,3

Konsumsi Ransum (g/ekor) 4.277,67a 4.390,60

a 4.319,33

a 32,08

Konsumsi Air Minum (ml/ekor) 7.131,11a

7.484,11a 7.396,67

a 76,52

Berat Badan Akhir (g/ekor) 1.454,27a 1.441,47

a 1.396,53

a 10,4

Pertambahan Berat Badan (g/ekor) 1.411,73a 1.398,20

a 1353,67

a 10,36

FCR 3,03a 3,14

a 3,20

a 0,03

Keterangan :

1) P0: Ransum komersial 100%.

P1: Penggantian 6% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.

P2: Penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau.

2) Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05).

3) SEM (Standart Error of the Treatment Means).

Page 13: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 917

Berat badan awal Rataan hasil penelitian menunjukan bahwa berat badan awal pada perlakuan P0 (Ransum

komersial 100%) memiliki berat badan awal 42,53 g (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan

penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau

masing–masing sebesar 1,73% dan 0,79% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 dan

perlakuan P2 menghasilkan berat badan awal sebesar 42,87 g lebih rendah 0,93% dibandingkan

dengan perlakuan P1 , secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).

Konsumsi ransum Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama delapan minggu pada perlakuan P0 yaitu

4.277,67 g/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 meningkat masing – masing 2,64%

dan 0,97% jika dibandingkan dengan perlakuan P0, dan pada perlakuan P2 mengkonsumsi ransum

sebesar 4.319,33 g/ekor lebih rendah 1,65% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik

berbeda tidak nyata (P>0,05).

Konsumsi air minum Rataan jumlah air minum yang dikonsumsi selama delapan minggu penelitian pada perlakuan

P0 adalah 7.131,11 ml/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 meningkat masing –

masing 4,95% dan 3,73% lebih tinggi dari perlakuan P0 dan perlakuan P2 mengkonsumsi air minum

sebanyak 7.396,67 ml/ekor lebih rendah 1,18% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik

berbeda tidak nyata (P>0,05).

Berat badan akhir Rataan hasil penelitian menunjukan bahwa itik yang diberikan perlakuan P0 mencapai berat

badan akhir 1.454,27 g/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 masing – masing 0,89%

dan 3,97% lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan P0 dan perlakuan P2 memiliki berat

badan akhir sebesar 1.396,53 g/ekor lebih rendah 3,22% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara

statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).

Pertambahan berat badan (PBB) Rataan pertambahan berat badan itik selama delapan minggu pada perlakuan P0 adalah

1.411,73 g/ekor (Tabel 3.), sedangkan pada itik yang mendapat perlakuan P1 dan P2 masing – masing

sebesar 0,97% dan 4,29% lebih rendah dibandingkan itik pada perlakuan P0 dan pada perlakuan P2

memiliki pertambahan berat badan sebesar 1353,67 g/ekor lebih rendah 3,29% dibandingkan dengan

perlakuan P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).

FCR Rataan hasil penelitian pada perlakuan P0 menghasilkan FCR 3,03 (Tabel 3.) sedangkan

pada perlakuan P1 dan P2 masing – masing sebesar 3,62% dan 5,44% lebih tinggi dibandingkan

Page 14: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 918

dengan perlakuan P0 dan pada perlakuan P2 memiliki FCR sebesar 3,20 lebih tinggi 1,75%

dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).

PEMBAHASAN Ternak harus mendapatkan nutrien dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk mendukung

pertumbuhannya (McNamara, 2006). Ratan konsumsi ransum itik selama delapan minggu penelitian

tersaji dalam Tabel 3. Pengaruh penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan

tepung kulit kecambah kacang hijau secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hal ini disebabkan kandungan nutrien dalam ransum masih

dalam standar terutama pada energi metabolis pada setiap perlakuan. Konsumsi ransum pada ternak

sangat dipengaruhi oleh kandungan energinya. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka

konsumsi ransum akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah maka konsumsi

ransum akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Hal ini disebabkan karena unggas

mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi energinya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Wicaksana et al, (2015) ternak akan berhenti mengkonsumsi ransum apabila kebutuhan akan energi

sudah terpenuhi walaupun tembolok belum penuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Zumiarti et al.

(2017) yang menyatakan konsumsi dipengaruhi oleh kandungan nutrisinya, semakin rendah energi dan

protein yang diberikan semakin tinggi konsumsi ransum karena ternak akan terus makan sampai

energinya terpenuhi dan sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah kandungan

nutrien ransum terutama energi metabolis, temperatur lingkungan, jenis ternak, berat badan (Suprijatna

et al., 2005), tipe produksi, besar ternak, aktivitas ternak, pemeliharanaan (Wahyu, 1992), fisiologis

ternak, dan gerak laju dari ransum tersebut didalam alat pencernaan ternak (Amrullah, 2004).

Ratan konsumsi air minum itik selama delapan minggu penelitian tersaji dalam Tabel 3.

Pengaruh penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit kecambah

kacang hijau secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi

air minum. Hal ini disebabkan konsumsi air minum berbanding lurus dengan konsumsi ransum. Makin

banyak itik mengkonsumsi ransum maka akan semakin banyak memerlukan air. Hal ini disebabkan air

minum sangat diperlukan untuk melarutkan ransum dalam saluran pencernaan ternak (Anggrodi,

1985) dan sebagai alat transportasi zat-zat makanan untuk disebarkan ke seluruh tubuh sehingga

dibutuhkan lebih banyak air dari pada makanannya (Dewi, 2014). Faktor meningkatnya konsumsi air

minum pada unggas dipengaruhi oleh jenis dan jumlah ransum yang dikonsumsi, suhu lingkungan,

serta besar kecilnya tubuh ternak (Wahyu, 2004).

Berdasarkan rataan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa pengaruh penggantian 6% (P1)

sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau secara statistik

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat badan dan berat

badan akhir itik selama delapan minggu penelitian yang tersaji dalam Tabel 3. Hal ini disebabkan

karena konsumsi ransum pada setiap perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hasil

Page 15: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 919

penelitian Aprilianti et al. (2016) menyatakan bahwa pemberian limbah kecambah kacang hijau

sampai taraf 15% dalam ransum tidak mempengaruhi pertambahan berat badan dikarenakan perlakuan

yang diberikan juga tidak mempengaruhi konsumsi ransum. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rasyid

(2009) melaporkan bahwa konsumsi ransum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertambahan berat badan, yang berkaitan dengan nutrien yang terkandung dalam ransum dan tingkat

kecernaan ransum tersebut. Menurut Arinati dan Arsyandi (2009) bahwa faktor lain yang

mempengaruhi pertumbuhan antara lain jenis kelamin, sistem pemeliharaan, jumlah konsumsi ransum

dan kandungan nutrien dalam ransum. Penggantian 6% sampai 12% ransum komersial dengan tepung

kulit kecambah kacang hijau memberikan perbadaan dalam kandungan serat kasar pada setiap

perlakuan akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi pertambahan berat badan dan berat badan akhir

itik bali jantan umur 0-8 minggu karena itik masih toleran pada kandungan serat kasar 6% sampai

12%.

FCR (Feed Convertion Ratio) merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

mengetahui efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi efisiensi

penggunaan ransum (Anggrodi, 1985). Ratan FCR itik selama delapan minggu penelitian tersaji dalam

Tabel 3. Pengaruh penggantian 6% (P1) sampai 12% (P2) ransum komersial dengan tepung kulit

kecambah kacang hijau secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap

FCR. Hal ini disebabkan karena berbeda tidak nyata konsumsi ransum dan pertambahan berat badan

merupakan faktor yang mempengaruhi berbeda tidak nyata nilai FCR pada setiap perlakuan. Nilai

FCR pada penelitian ini lebih rendah dibandingan dengan hasil penelitian Puger et al. (2019) di mana

nilai FCR itik bali jantan yang diberian penggantian tepung ikan dengan keong mas dalam ransum

terhadap penampilan itik bali jantan berkisar antara 3,48-3,66.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Penggantian 6% sampai 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau

memberikan penggaruh yang sama baiknya dengan ransum komersial terhadap penampilan itik bali

jantan umur 0-8 minggu.

Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada peternak, bahwa penggantian 6%

sampai 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau tidak mempengaruhi

penampilan itik jantan umur 0-8 minggu dan dapat menyamai penampilan dengan yang diberikan

ransum komersial.

UCAPAKAN TERIMAKASIH

Perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor

Universitas Udayana Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S, Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir.

Page 16: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 920

Ida Bagus Gaga Pratama, MS, Koordinator Program Studi Sarjana Peternakan Dr. Dewi Ayu

Warmadewi, S.Pt, M.Si, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas

Peternakan, Universitas UdayanaPenulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Ni Wayan

Siti, M.Si; Ibu Eny Puspani, S.Pt., M.Si.; Bapak I Wayan Wirawan, S.Pt., MP., atas berbagai saran dan

masukan untuk penyelesaian artikel ini dan Ibu Ir. Cok Istri Putri dan Komang Sri Urdiarni telah

memberikan ijin dan meneliti di Laboratorium Sesetan.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan III. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.

Aprilianti E., Mangisah I., dan Ismadi V. D. Y. B. 2016. Pengaruh penggunaan limbah

kecambah kacang hijau terhadap kecernaan protein kasar, kecernaan serat kasar dan

pertambahan bobot badan itik magelang. J Agromedia 35(2): 33-40.

Arianti dan A. Arsyadi. 2009. Performans itik pedaging (lokal x Peking) pada fase starter

yang diberi pakan dengan presentase penambahan air yang berbeda. J. Peternakan. 2

(12) : 71 – 77.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Pangan Kacang Hijau. Bali : Badan Pusat

Statistik Provinsi Bali.

Dewi, K. T., I. G. N. G, Bidura, dan D. P. M. A. Candrawati. 2014. Pengaruh Pemberian

Ekstrak Daun Kelor (Moriga oleifera) Dan Bawang Putih (Allium sativum) Melalui

Air Minum Terhadap Penampilan Broiler Umur 2-6 Minggu. Peternakan Tropika.

Vol. 2. No. 3. Hal 461-475.

Situs internet : https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/18497

Dirjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan. 2016. Produksi Daging Itik Menurut Provinsi.

Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. (2007). Statistik Peternakan 2007. Jakarta: Direktorat

Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Republik Indonesia Jakarta.

Ketaren PP, Prasetyo LH. 2007. Pengaruh pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas

itik silang Mojosari × Alabio (MA): Masa pertumbuhan sampai bertelur pertama.

JITV. 12:10-15.

Kupspartoyo. 1990. Segi kehidupan itik. Majalah Swadaya Peternakan Indonesia. 59:336- 37.

McNamara JP. 2006. Principles of Companion Animal Nutrition. New Jersey (US): Pearson

Prentice Hall.

Puger, A. W., E. Puspani, I. M. Nuriyasa dan I. W. Yupardhi. 2019. Effect of Replacement of

Fish Mill with Golden Snail Mill in Ratio to Performance of Male Bali Duck.

International Journal of Life Sciences. Vol. 3. No. 1. Page 25-30.

Available at :

https://sciencescholar.us/journal/index.php/ijls/article/view/243

Page 17: e---Journal ee Peternakan Tropika...bahwa penggantian 6% dan 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,

Laksamana, K. Y.P ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 911 – 921. Page 921

Rasyaf, M. 2000. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya, Jakarta

Rasyid H. 2009. Performa produksi kelinci lokal jantan pada pemberian rumput lapang dan

berbagai level ampas tahu [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Siregar AP, Sabrani, MH, Sutomoprawiro P. 1986. Teknik beternak ayam pedaging di

Indonesia. Cetakan ke-2. Jakarta (Indonesia): Margie Group.

Siti, N. W., 2016. Meningkatkan Kualitas Daging Itik Dengan Daun Pepaya. Swasta Nulus.

Denpasar.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2008. Kumpulan SNI Bidang Pakan Direktorat Budidaya

Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian,

Jakarta.

Steel, R. G. D. and J. H. Torrie., 1989. Principles and Procedure of Statistic 2nd Ed. Mc.

Groow – Hill Book Co, London.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga. Gajah Mada University Press,

Yogjakarta.

Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kelima. Gajah Mada University Press,

Yogjakarta.

Wicaksana, I. K. A, I. G. N. G. Bidura dan I. A. P. Utami. 2015. Pengaruh Pemberian Kultur

Bakteri Selulotik Rumen Kerbau Dalam Ransum Mengandung 10% Ampas Tahu

Terhdap Penampilan Itik Bali Jantan Umur 0-8 Minggu. Peternakan Tropika. Vol 4.

No 1. Hal 220-233.

Situs internet: https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/22736

Yadnya, T. G. B, Pratma I. B. G, Trisnadewi A. A. A. S, dan Wirawan I. W. 2014. Kajian

Pemanfaatan Kulit Ubi Jalar Unggu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi Dalam

Ransum Terhadap Konsumsi dan Nutrisi Ransum dan Efisiensi Penggunaan Ransum

Pada Itik Bali Umur 22 Minggu. Majalah Ilmiah Peternakan, [S.1.], v 18, n 1. ISSN

2656-8373.

Situs internet: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/17946

Yulianto, Joko. 2010. Pengaruh Penggunaan Kulit Kecambah Kacang Hijau Dalam Ransum

Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Organik Pada Kelinci Keturunan Vlaams reus

Jantan. Skripsi. Diterbitkan. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Zurmiati, W. M. H. Abbas, dan M. E. Mahata. 2017. Pengaruh imbangan energi dan protein

ransum terhadap pertumbuhan itik pitalah yang diberi probiotik Bacillus

amyloliquefaciens. J. Peternakan Indonesia. 19 (2) : 78–8.