SERIAL KEPUSTAKAAN PENGARUH SMOKING CHEMICALS AGENTS TERHADAP PERKEMBANGAN JANIN DALAM KANDUNGAN oleh: dr. Gede Wirata, S.Ked (NIK. 1991280520170112001) DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA JANUARI 2019
SERIAL KEPUSTAKAAN
PENGARUH SMOKING CHEMICALS AGENTS TERHADAP
PERKEMBANGAN JANIN DALAM KANDUNGAN
oleh:
dr. Gede Wirata, S.Ked (NIK. 1991280520170112001)
DEPARTEMEN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
JANUARI 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya artikel kepustakaan yang berjudul “Pengaruh Smoking Chemicals
Agents terhadap Perkembangan Janin Dalam Kandungan” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Tulisan kepustakaan ini disusun dalam perencanaan dasar untuk
pengembangan karya tulis bagian antomi sebagai salah satu bacaan bagi maasiswa
baru yang berminat pengetahuan mikroanatomi. Dalam penyusunan tulisan ini,
berbagai bantuan, petunjuk serta saran dan masukan penulis dapatkan dari banyak
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Pihak Dekanat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas bantuan
yang telah diberikan, baik secara moral maupun material.
2. Tim Departemen Anatomi FK UNUD yang kami hormati, atas masukan
dan bimbingan atas kajian ilmu lama untuk dikembangkan kembali.
3. Seluruh civitas akademika Universitas Udayana, yang penulis banggakan,
dan pihak-pihak yang turut mendukung baik secara moral maupun
material, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan dalam rangka
penyempurnaan. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan, kesehatan dan pengetahuan secara luas.
Denpasar, 15 Januari 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, sekitar 65,6 juta wanita dan 43 juta anak-anak terpapar
asap rokok atau menjadi perokok pasif. Banyak warga Indonesia terpapar asap
rokok karena 91,8% perokok merokok di rumah. Ibu hamil yang merokok selama
kehamilan berhubungan dengan efek yang merugikan pada ibu dan janin seperti
gangguan pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah, persalinan preterm, dan
peningkatan kematian janin dan bayi. Efek serupa juga dilaporkan terjadi pada
ibu hamil yang terpapar asap rokok lingkungan. Terdapat hubungan signifikan
ditemukan antara paparan asap rokok lingkungan dengan berat lahir rata-rata
rendah.
Sudah terbukti bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Tak
hanya bagi si perokok aktif, tetapi juga orang-orang yang ada di sekitarnya.
Merokok dapat memberikan efek merugikan pada setiap individu yang tidak
merokok, termasuk janin yang masih ada dalam kandungan.
Paparan asap rokok terus-meneraus dan berkepanjangan oleh ibu hamil akan
mengakibatkan banyak masalah kesehatan terkait untuk janin. Karena itu,
perempuan berbadan dua sebaiknya menghindari rokok, termasuk asap rokok dari
orang lain. Oleh karena itu, penulis mengkaji efek asap rokok selama kehamilan
terhadap perkembangan janin dalam kandungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merokok
2.1.1 Definisi Merokok dan Rokok
Merokok sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
gulungan tembakau kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus dengan daun
nipah atau kertas (Ardiansyah,2013). Sementara itu menurut Triswanto (2007)
dalam Ardiansyah (2013), merokok merupakan sesuatu yang berbentuk silinder,
yang terdiri dari kertas panjang, berwarna putih atau coklat, yang berisi daun
tembakau sebagai bahan utama dan telah di cacah sebelumnya. Biasanya untuk
saat ini rokok mempunyai filter yang terbuat dari busa.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 rokok adalah
salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap atau
dihirup yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan. Nikotin adalah zat atau zenyawa pyrrolidine yang
terdapat dalam nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Tar
adalah kondensat asap yang merupakan total residu dihasilkan saat rokok dibakar
setelah dikurangi nikotin dan air yang bersifat karsinogenik (Pemprov, 2011).
2.1.2 Kandungan Rokok
Asap rokok utama (mainstream smoke) adalah asap rokok yang dihisap ke
dalam paru oleh perokoknya, sedangkan asap rokok yang berasal dari ujung
rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan (sidestream smoke).
Polusi udara yang ditimbulkan oleh asap rokok utama dan asap rokok
sampingan yang dihembuskan lagi oleh perokok disebut asap rokok lingkungan
(ARL) (environmental tobacco smoke, ETS) atau disebut juga second hand
smoker. Mereka tidak merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok dari
lingkungan dan bukan tidak mungkin akan menderita berbagai penyakit akibat
rokok kendati mereka sendiri tidak merokok (Aditama, 2006).
Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon monoksida
(CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein,
acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, etilkatehol-4,
dan ortokresol. Selain komponen gas ada komponen padat atau partikel yang
terdiri dari nikotin dan tar (Pemprov, 2011).
Rokok mengandung ribuan bahan zat kimia, banyak yang terkandung di
dalamnya, juga mengandungalkaloid yang beracun bagi tubuh yaitu nikotin,
nikotinin, nikotein dan nikotelin. (Sukendro, 2007 dalam Wahyono & Maharani,
2010). Kandungan yang terdapat pada merokok yaitu:
a. Tar
Tar merupakan senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik (PP RI No. 19 Tahun 2003 dalam Wahyono & Maharani, 2010). Tar
terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang terdapat asap rokok
inilah yang menyebabkan adanya resiko kanker (Suryo Sukendro, 2007) dalam
Wahyono & Maharani, 2010).
b. Nikotin
Nikotin merupakan alkolid tokes yang terdapat didalam tembakau. Nikotin
merupakan racun bagi syaraf, sehingga efek dari nikotin ini dapat menjadikan
seseorang menjadi ketagihan atau kecanduan. Biasanya dalam satu batang rokok
berisi nikotin dengan takaran 1-3 mg (Sukendro, 2007) dalam Ardiansyah, 2013).
Formula kimia dari nikotin adalah C10H14N2 yaitu cairan berminyak yang
beracun dan tidak berwarna atau kadang berwarna kekuningan. Nikotin
merupakan obat perangsang yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan
rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan karena
dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia yang ada di dalam otak berhubungan
dengan perasaan senang (Yumaria, 2002 dalam Wahyono & Maharani, 2010).
c. Gas korban monoksida
Gas Karbon Monoksida merupakan gas yang beracun dan tidak berwarna.
Kandungan dalam asap mencapai 2%-6%. Gas karbon monoksida ini menyerang
sistem peredaran darah manusia. Secara ilmiahnya, gas karbon monoksida ini
akan menggantikan oksigen yang seharusnya berikatan dengan hemoglobin.
Sehingga ikatan yang terjadi adalah karbon monoksida dengan hemoglobin. Dari
ikatan ini mengakibatkan sel darah merah kekurangan oksigen, yang dalam jangka
panjang menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengeras. Efek yang lebih
berbahaya lagin yaitu dapat menyebabkan serangan jantung (Sukendro, 2007
dalam Ardiansyah, 2013).
2.1.3 Dampak Rokok bagi Kesehatan
Sementara itu bahaya lain dari rokok adalah dapat menyerang berbagai
organ yang ada pada diri manusia. Ardiansyah (2013), menyebutkan bahwa
setidaknya ada 4 organ yang terkena dampak dari kebiasaan merokok yaitu :
a. Organ jantung : Jantung merupakan organ yang pertama yang
merasakan dampak dari rokok. Hal ini disebabkan, jika seseorang
menghisap rokok secara terus menerus, maka akan terjadi pengerasaan
dan penyempitan pembuluh darahnya. Sehingga jantung akan bekerja
lebih keras dalam mengalirkan darah keseluruh tubuh. Dan dampaknya
adalah serangan jantung atau stroke akan menimpa bagi yang hobi
merokok.
b. Organ mata : Mata merupakan organ yang juga terkena dampak buruk
bagi yang merokok. Kebutaan secara permanen merupakan salah satu
dampak terburuk yang akan menimpa seseorang yang senang merokok.
c. Organ paru-paru : Paru-paru merupakan organ yang mengalami
kerusakan pada setiap perokok. Penyakit yang menimpa organ paru-
paru yaitu pneumonia serta bronkitis. Jika tidak berhenti merokok dari
sekarang, maka kedua penyakit tersebut akan semakin parah dari hari
ke hari.
d. Organ ginjal : Ginjal merupakan salah satu organ yang juga terkena
dampak dari merokok. Kanker ginjal merupakan dampak paling buruk
yang dapat menyerang organ ginjal pada perokok.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam rokok menyebabkan terjadinya
berbagai macam kelainan dan penyakit. Dampak langsung setelah terpapar asap
rokok adalah batuk, sesak nafas dan pusing (Kemenkes, 2010). Beberapa
penyakit yang diakibatkan oleh rokok menurut Aulia (2010) adalah:
a. Memperlambat Pertumbuhan Anak
Berdasarkan fakta sejak tahun 1986, Amerika Serikat menyimpulkan
bahwa asap rokok yang dihasilkan secara langsung maupun hembusan perokok
dapat memperlambat pertumbuhan dan fungsi paru pada masa anak-anak, serta
meningkatkan resiko penyakit saluran pernafasan.
b. Kanker Rahim Dan Keguguran
Merokok bisa merusak kesuburan rahim (servik) dan kanker rahim, serta
merusak kesuburan wanita dan menyebabkan komplikasi kehamilan. Merokok
selama kehamilan mempertinggi resiko berat bayi lahir rendah, yang
menyebabkan si kecil rentan mengalami berbagai gangguan kesehatan.
Keguguran didapati dua sampai tiga kali lebih sering pada perokok.
c. Mengancam Kehamilan
Hal ini terutama ditunjukkan kepada wanita perokok. Banyak hasil
penelitian yang mengungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok memiliki
resiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah, kecacatan, keguguran,
bahkan bayi meninggal saat dilahirkan
2.1.4 Proses Berhenti Merokok
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berhenti
merokok adalah motivasi. Keinginan seseorang berhenti merokok timbul
disebabkan oleh pengetahuan seseorang terhadap bahaya rokok yang disertai
dengan keinginan dan motivasi yang kuat untuk melaksanakannya (Nainggolan,
2004 dalam Kumboyono, 2011).
Kesehatan harus pikirkan, karena masa depan remaja masih panjang.
Remaja harus bisa terlepas dari pengaruh rokok, remaja dapat memulainya dari
hal yang kecil dahulu. Secara perlahan, berkala, namun faktor yang paling
dominan adalah motivasi dari dalam diri sendiri. Berikut beberapa tips yang dapat
digunakan (Ardiansyah, 2013), yaitu:
a. Niat dengan mantap untuk berhenti merokok
Segala sesuatu dimulai dari niatnya. Jika kita berniat untuk bebas dari
jeratan rokok, yakinlah diri sendiri bisa terbebas dari rokok. Jika niat
memang sudah kuat, pasti seseorang tidak akan mudah tergoda dengan
berbagai halangan dan rintangan yang mungkin muncul ketika melalui
masa-masa sulit berjuang melepaskan diri dari rokok.
b. Mengganti rokok dengan permen
Permen merupakan alternatif yang paling tepat dalam usaha untuk
berhenti merokok, dengan permen juga menghemat pengeluaran,
dibanding harus membeli rokok.
c. Olahraga
Jika rajin berolahraga, maka tubuh akan sehat. Olahraga menyehatkan
tubuh seseorang. Yang terpenting adalah olahraga secara teratur agar
dapat menjaga kondisi tubuh, dan juga sebagai kegiatan agar seseorang
dapat melupakan rokok.
2.1.5 Metode Berhenti Merokok
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan oleh para ahli di dalam
dunia rokok yang menghentikan kecanduan terhadap rokok (Jacken, 2002 dalam
Syafiie, Frieda dan Kahija, 2009). Yakni, metode yang mengandalkan perubahan
perilaku dan metode yang mengandalkan terapi obat-obatan, berikut
penjelasannya:
a. Metode yang mengandalkan perubahan perilaku
Yang dimaksud metode perilaku dalam menghentikan kebiasaan merokok
adalah bahwa perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan.
1) Metode ‘Cold turkey’
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan paling mudah
dimengerti tetapi juga paling banyak terjadi kegagalan. Caranya
adalah tinggal berhenti saja. Metode ini tidak menggunakan
perencanaan yang panjang. Perokok cukup menentukan kapan
seseorang akan melakukannya.
2) Terapi perilaku kognitif atau ‘Cognitive behavioral therapy’
Inti dari pendekatan ini adalah pengetahuan atau kesadaran akan
perilaku menjadi dasar untuk merubah perilaku kearah yang
diinginkan. Perokok hanya akan merubah perilaku buruk merokok
kalau seseorang tahu bahwa merokok itu buruk.
3) Pengkondisian berbalik atau ‘Aversive conditioning’
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan (pairing) sebuah
stimulus atau masukan yang negatif dengan perilaku yang ingin
dirubah. Sulit dipahami, tetapi contoh ini bisa membantu:
a) Merokok terus menerus tanpa berhenti sampai muntah.
b) Saat sedang merokok membayakan hal buruk akibat merokok.
c) Membuat kontrak pengeluaran uang.
b. Metode yang mengandalkan terapi obat-obatan:
1) Nicotine Replacement Therapy atau Terapi penggantian nikotin
2) Pemberian obat-obatan bukan nikotin
3) Metode akupuntur
4) Metode hipnotis
2.2 Perkembangan Embrio-Janin Manusia
2.2.1 Definisi Embrio
Embrio merupakan sel atau organisme yang hidup pada masa di awal
pertumbuhan yang tidak bisa bertahan hidup sendiri. Sebenarnya definisi
tentang embrio itu bervariasi, tergantung pada organisme masing-masing.
Misal pada manusia, yaitu organisme yang berkembang biak secara seksual,
ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut
zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan,
hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai membelah untuk menghasilkan
organisme multisel. Hasil dari proses ini disebut embrio. Pada manusia,
terbentuk embrio (mudhghah) antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan
sudah tampak rancangan bentuk alat-alat tubuh (Syahruli, 2008).
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio Manusia
Manusia terbentuk diawali oleh pertemuan sebuah sel telur (ovum)
dengan sebuah sel sperma (spermatozoa). Pertemuan ini menghasilkan noktah
yang disebut zigot. Di dalam perut ibu, zigot lama-kelamaan akan tumbuh
berkembang menjadi janin. Pada manusia, proses pertumbuhan janin di dalam
perut ibu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pertumbuhan janin trimester
pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Satu trimester itu adalah selama
13 minggu atau kurang lebih tiga bulan (Campbell dkk, 2005).
1. Tahapan Perkembangan janin Trimester Pertama
Trimester pertama merupakan waktu pembentukan dan perkembangan pesat
dari semua sistem dan organ tubuh bayi. Semua cikal bakal organ penting janin
terbentuk di trimester ini. Yang harus diperhatikan benar, kurun waktu ini amat
rawan terhadap kemungkinan terjadi kecacatan fatal.3
a. Bulan Pertama
Minggu ke-1 merupakan tahap perkembangan awal janin. Kurang
lebih satu jam setelah proses peleburan sel telur dan sel sperma, semua
aspek pendukung kehidupan, berupa materi genetic yang disebut gen,
saling dipertukarkan. Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi,
bahkan pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan kelahiran si
kecil dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir. Proses
pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada
tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Selama masa ini, yang
dibutuhkan hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen. Sel-sel telur yang
berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yg mengelilingi
matahari. Sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan memulai proses
pembuahan 5 juta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir
mereka, yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada saluran sel telur.
Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada akhirnya
hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala
sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan
belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha secara tekun
menerobos dinding indung telur.
Minggu ke-2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. 30
jam setelah dibuahi, sel telur akan membelah menjadi dua. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai
berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari
yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut
pada endometrium.
Minggu ke-3 sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin
belum sadar jika sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah
menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit.
Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
Pada minggu ke-4, Darah mulai mengalir dari plasenta ke janin.
Plasenta adalah organ sistem sirkulasi antara ibu dan embrio. Melalui
plasenta ini, ibu memberi nutriens dan oksigen ke embrio. Tumbuh jari-jari
pada tangan, memiliki kaki, paha, dan organ dalam mulai tumbuh, seperti:
lidah, esofagus, dan lambung. Selain itu, ginjal, hati, kantung empedu,
dan pankreas berkembang untuk beberapa hari. Paru-paru mulai
berkembang, kelenjar tiroid, dan lainnya terbentuk. Muka, organ indera, dan
organ reproduksi mulai terbentuk, dengan ukuran embrio sekitar 2
hingga 3,5mm, jantung mulai berdenyut dan sistem peredaran darah
sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang sangat
sederhana. Fungsi plasenta bagi janin sangat banyak. Dari menyediakan
hormon-hormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses
pembedaan sesuai jenis kelamin janin, sampai mensuplai nutrisi dan
oksigen. Di samping itu, ia juga berfungsi sebagai alat pernapasan dan
pembuangan sisa-sisa metabolism janin.
Tahap ini merupakan fase gastrula yaitu tahap pertumbuhan
embrio berbentuk mangkuk yang terdiri atas dua sel atau masa embrio
dini setelah masa blastula yaitu struktur bulat, hasil pembelahan zigot.
Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, berlangsung lima setengah
minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot telah tertanam dengan baik
pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan organ dasar bayi mulai
terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar masih jauh berbeda
dibandingkan manusia dewasa, beberapa bentuk seperti mata dan tangan,
bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali.
b. Bulan Kedua
Pada minggu ke-5, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7
mm. Pembentukan organ-organ tubuh seperti telinga dan alat pencernaan
makin sempurna. Pada minggu ke-6, persentase perkembangan embrio
sudah lebih besar dibanding dari minggu2 sebelumnya, yaitu 5 mm.
Bentuknya melengkung seperti udang. Pada minggu ini kepala dan leher
sudah mulai muncul, dan mata yang letaknya masih berjauhan juga sudah
ada. Selain itu hidung yang masih berbentuk tonjolan sudah mulai terlihat
walaupun masih kecil. Pada minggu ini juga peredaran darah dan organ
penting tubuh seperti ginjal, hati sistem pencernaan sudah mulai terbentuk.
Pada minggu ke-7, di minggu ini besarnya embrio seukuran kuku
jari kelingking atau 1 cm, tangan sudah mulai ada dan berkembang dengan
cepat. Tonjolan-tonjolan yang di minggu sebelumnya masih tampak pada
rangka, pada minggu ini sudah jelas.
Pada akhir minggu ke-8, ukuran embrio mencapai kisaran 2731
mm. Secara keseluruhan embrio makin menyerupai bayi dengan taksiran
berat sekitar 13-15 gram. Semua organ tubuh juga mulai bekerja, meski
belum sempurna (Rahmatia, 2008). Tubuh yang ringkih ini pun mulai bisa
bergerak secara tak teratur, yang jika dijumlahkan rata-rata sebanyak 60
kali gerakan dalam satu jam. Janin di usia dua bulan. Tubuh embrio
semakin menyerupai bayi. Cikal bakal mata janin tampak berupa dua bintik
hitam.
c. Bulan ke tiga
Minggu ke-9, perkembangan janin di minggu ini, si embrio ganti
nama, jadi janin. Panjang si janin ini sekarang adalah 3 cm dengan
berat sekitar 2 gr, dia sudah punya tangan yang besarnya sekacang kapri
dan jari sudah mulai terbentuk. Kaki sudah membentuk lutut dan jari. Di
minggu ini organ genital sudah mulai terlihat jelas.
Minggu ke-10, Panjang janin 4,5 cm dengan berat 5 gr. Rahang
atas dan bawah sudah terbentuk dan janin sudah mulai memproduksi air
seni. Bentuk janin sudah hampir menyerupai manusia. Darah dan sel-sel
tulang mulai terbentuk. Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan
lengkap dan mulai berfungsi. Panjang sekitar 6 cm, dengan berat 10 gr.
Rambut, kuku pada jari tangan dan kaki sudah tumbuh. Janin sudah
mulai bergerak dan bisa meluruskan tubuhnya, bahkan mengubah posisinya.
Di minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus
bertumbuh dan berkembang kian sempurna. Di usia 3 bulan, sistem saraf
dan otot janin mencapai tingkat kematangan. Selain bernapas, kini janin
juga mulai mampu mencerna makanan.
2. Pertumbuhan Janin Trimester Kedua
Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan percepatan
pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
a. Bulan Keempat
Pada minggu ke-13 panjang janin (dari puncak kepala sampai
bokong) ditaksir sekitar 65-78 mm dengan berat kira-kira 20 gram. Pada
minggu ini, seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut
lanugo.
Pada minggu ke-16, panjang janin mencapai taksiran 12 cm
dengan berat kira-kira 100 gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski
masih amat sederhana, biasanya terasa sebagai kedutan. Di usia ini, janin
juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari luar
kantong ketuban.
Termasuk detak jantung ibu bahkan suarasuara di luar diri si ibu,
seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut. Pada bulan
keempat, janin sudah peka terhadap suara-suara dari luar perut ibunya
(Irianto, 2004).
b. Bulan Kelima
Pada bulan kelima, berat dan panjang janin semakin semakin
meningkat. Pada minggu ke-18 taksiran panjang janin adalah 14 cm
dengan berat sekitar 150 gram. Pada minggu ke-21,beratnya sekitar 350
gram dengan panjang kira-kira 18cm. Pada minggu ke-21 ini, berbagai
sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan.
Pada bulan kelima, janin mulai aktif mencari tahu sekelilingnya. Di
usia ini janin mulai aktif mencari tahu apa saja yang terdapat di sekelilingnya,
bahkan bagian dari kehidupannya. Dia sering meraba-raba kantonq
amnion (ketuban) dengan kedua tanganmungilnya. Kalau bosan bermain
dengan kantong amnion, janin akan mencoba menyentuh tubuhnya sendiri
(Mader, 2004).
3. Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga
Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ tubuh semakin matang.
Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut
jantungnya pun kian mudah didengar.
a. Bulan Ketujuh
Pada minggu ke-29, berat janin sekitar 1250 gram dengan panjang
rata- rata 37 cm. Kelahiran bayi prematur mesti diwaspadai karena
umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik maupun
mentalnya. Pada minggu ke-32, berat bayi berkisar 1800-2000 gram
dengan panjang tubuh 42 cm.
b. Bulan Kedelapan
Pada minggu ke-33 berat janin lebih dari 2000 gram dan
panjangnya sekitar 43 cm. Pada minggu ke-35, secara fisik bayi berukuran
sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram, Namun yang terpenting, mulai
minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya. Ini
sangat penting karena kematangan paru-paru sangat menentukan
kemampuan si bayi untuk bertahan hidup.
c. Bulan Kesembilan
Pada minggu ke-36,berat bayi harusnya mencapai 2500 gram
dengan panjang 46 cm. Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan
berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan siap lahir karena seluruh fungsi
organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi
biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir, kendati sebagian
kecil di antaranya dengan posisi sungsang. Pada minggu ke38, berat bayi
sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm. Meski biasanya akan
ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di
usia kehamilan 38 minggu.
Di usia kehamilan 38 minggu, bayi mencapai berat sekitar 3250
gram dengan panjang sekitar 49 cm. Pada minggu ke-40, panjang bayi
mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3300 gram dan siap dilahirkan.
2.3 Efek Merokok bagi Kehamilan
Gangguan kehamilan dan janin yang disebabkan oleh kebiasaan
merokok atau terpapar asap rokok selama hamil diantaranya adalah abortus,
gangguan perkembangan tumbuh janin dan berat bayi lahir rendah (Aditama,
2006). Paparan asap rokok terhadap ibu hamil menurut Surgeon General
Report menyebabkan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), sindrom
kematian mendadak pada bayi (CDC, 2006).
Bahaya rokok dikuatkan dengan hasil penelitian Rasyid, dkk (2012)
menemukan keterpaparan asap rokok selama hamil memberi risiko 4,2 kali
secara signifikan (p=0,002) terhadap kejadian BBLR. Selain itu penelitian
Rufaridah (2012) mengatakan ibu hamil dengan perokok pasif memiliki resiko
81,2% dengan nilai p= 0,02 sehingga ada pengaruh perokok pasif terhadap berat
badan lahir.
2.4 Efek Merokok Bagi Perkembangan Janin
Rokok mengandung timbal (Pb), di mana timbal dapat terbawa ke asap
rokok dan dapat terhirup oleh perokok aktif maupun pasif. Timbal yang
diabsorbsi oleh tubuh akan mengikat sel darah merah dan selanjutnya Pb
didistribusikan ke darah, cairan ekstraseluler, dan beberapa tempat deposit.
Tempat deposit Pb berada di jaringan lunak (hati, ginjal, dan syaraf) dan
jaringan mineral (tulang dan gigi). Timbal yang terakumulasi dalam skeleton
diperkirakan sekitar 90% dari jumlah keseluruhan. Tulang berfungsi sebagai
tempat pengumpulan Pb karena sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan Ca2+.
Ion timbal (Pb2+) yang terkumpul dalam skeleton kemungkinan dapat
diremobilisasi ke bagian-bagian tubuh lainnya lama setelah absorbsi awal,
termasuk pada janin yang dikandung saat kehamilan (Yoshihiro dkk, 2013).
Timbal mempunyai berbagai efek pada sel. Timbal terikat pada enzim, dapat
mengubah dan menghilangkan efek enzim. Timbal menghambat enzim asamδ-
aminolevulinat dehidrase dan ferrokelatase, sehingga enzim asam δ-
aminolevulinat dehidrase (ALAS) tidak dapat mengubah porfobilinogen akibatnya
besi tidak dapat memasuki siklus protoporfirin. Perkursor heme, eritrosit
protoporfirin yang digantikan menjadi zink protoporfirin, menjadi meningkat
dan pembentukan heme menurun, sehingga dapat menyebabkan anemia. Anemia
akan mengurangi metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam Rahim (Magdalena dkk, 2013).
Asap rokok sendiri juga mengandung komponen lain yang berbahaya
bagi ibu hamil yaitu karbon monoksida (CO) dan nikotin. Jika ibu terpapar
nikotin, nikotin akan menyebabkan perangsangan terhadap hormon katekolamin
(adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak
diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin tinggi, yang
mengakibatkan timbulnya hipertensi. Hal ini dapat mengubah denyut jantung
dan aliran darah umbilikal, dan menginduksi hipoksia pada janin (Ahadina,
2014).
Karbon monoksida dari rokok yang terisap oleh ibu hamil akan terbawa
ke aliran darah ibu. Karbon monoksida yang berada di dalam darah akan
berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin. Karbon
monoksida berikatan 200 kali lebih kuat pada hemoglobin dibandingkan dengan
O2, sehingga O2 yang terikat pada hemoglobin berkurang dan menyebabkan
berkurangnya kadar O2 dalam darah ibu. Unsur CO berikatan dengan Hb
sehingga menghasilkan (COHb), dimana karboksihemoglobin tidak dapat
membawa O2 sehingga membatasi pelepasan O2 ke jaringan, dan dapat
menyebabkan hipoksia pada janin (Jouni dkk, 2001). Hipoksia pada janin dan
menurunnya aliran darah umbilikal sehingga menurunkan penerimaan nutrisi
bayi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga
menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Hanifah dan Wibowo, 2006).
a. Efek Kardiovaskular
Risiko cacat jantung kongenital janin telah ditunjukkan oleh dua
penelitian yang sebagian terkait untuk paparan merokok pada awal kehamilan atau
secara langsung terkait dengan ibu merokok selama kehamilan untuk beberapa
subtipe tertentu. Korelasi positif antara ibu merokok selama kehamilan dan risiko
cacat jantung kongenital diamati dari sebuah penelitian dari Atlanta, GA, USA
dan didukung oleh meta-analisis di Inggris, yang juga mendeteksi korelasi positif
yang signifikan antara ibu merokok dan cacat jantung janin (OR 1,09; 95% CI
1,02-1,17). Dua belas dari 17 subtipe cacat jantung kongenital janin telah terbukti
terkait erat dengan ibu konsumsi rokok dari lima subtipe lainnya (Hackshaw,
2001). Dalam penelitian ini, kedua belas subtipe ini menyumbang 71% cacat
jantung kongenital janin. Defek septum jantung janin adalah risiko tertinggi untuk
semua subtipe (Tabel 1). Insiden cacat defek septum, defek septum atrium dan
septum atrioventrikular berkorelasi langsung dengan jumlah ibu terpapar asap
rokok (Lee, dkk, 2012).
Tabel 1. Efek merokok pada defek jantung kongenital (Lee, dkk, 2012).
b. Defek Perkembangan Ginjal Janin
Ibu yang terpapar asap rokok selama kehamilan juga dapat
mempengaruhi perkembangan ginjal janin. Hubungan tergantung dosis antara
jumlah rokok yang dikonsumsi selama kehamilan dan volume ginjal janin yang
diamati oleh studi kohort prospektif di Belanda pada 1.072 anak. Peneliti
menemukan bahwa ibu yang merokok sepuluh batang per hari berkorelasi dengan
volume ginjal janin yang menurun dibandingkan dengan wanita yang merokok
kurang dari lima batang per hari (p = 0,002). Ini bisa mempengaruhi keturunan
dengan perkembangan penyakit ginjal dan hipertensi di kemudian hari dalam
kehidupan dewasa (Taal, dkk, 2011).
c. Gangguan Pulmoner
Sebuah studi dari Detroit, MI, AS, telah menunjukkan bahwa merokok
dan kehamilan terkait secara signifikan dengan penurunan fungsi paru pada
keturunan di kemudian hari. Studi dari Sekolah Kedokteran Universitas New
York, AS, dan dari Institut Karolinska,
Swedia, menemukan bahwa wanita hamil yang merokok meningkatkan risiko
mengi dan asma pada anak-anak mereka nanti. Jika janin telah terpapar
kandungan rokok di dalam rahim, OR mengi dan asma meningkat. Pada usia
empat hingga enam tahun, OR meningkat 1,39 untuk mengi (95% CI 1,08-1,77)
dan 1,65 untuk asma (95% CI 1,18-2,31). Menderita kedua penyakit ini di
kemudian hari meningkat secara signifikan dalam kaitannya dengan jumlah
paparan asap rokok uterin selama trimester pertama kehamilan (Sahinli, dkk,
2012).
d. Gangguan Gastrointestinal
Sebuah studi lanjutan Denmark tentang janin menyimpulkan bahwa ibu
merokok selama kehamilan meningkatkan risiko kolik infantil bahkan setelah
penyesuaian untuk faktor-faktor seperti usia ibu, berat lahir, usia kehamilan,
menyusui dan ayah yang merokok. Peningkatan risiko dua kali lipat menjadi kolik
infantil teramati pada keturunan wanita yang merokok setidaknya 15 batang per
hari selama kehamilan mereka (Søndergaard, dkk, 2001). Temuan ini konsisten
dengan studi dari Inggris pada kelahiran cacat non-kromosomal, yang menemukan
bahwa bayi dari ibu yang telah merokok selama kehamilan juga berisiko lebih
tinggi untuk menderita cacat gastrointestinal, gastroschisis dan atresia anal (Tabel
2).
Tabel 2. Maternal smoking dan efek pada GIT pada keturunan mereka.
e. Perubahan Neurologis
Merokok selama kehamilan telah dikaitkan dengan pembatasan
pertumbuhan dan penurunan ukuran otak janin dari sekian banyak penelitian.
Telah terbukti bahwa kepadatan bagian penting dari otak janin, yaitu serebelum
dan corpus callosum berkurang. Penurunan koordinasi dalam bagian yang berbeda
dari otak janin selama pemrosesan informasi dan perlambatan kemampuan
memadai untuk menanggapi rangsangan eksternal dan kompetensi motorik halus
berkurang terutama pada sisi non-dominan yang telah ditunjukkan oleh beberapa
penelitian (Bublitz, dkk, 2012 ; Cents, dkk, 2012 ; dan Larsson, dkk, 2011).
Dalam penelitian kohort akhir 2011 yang menyelidiki berbagai fungsi kognitif
seperti penalaran umum, integrasi visual-motor, kompetensi verbal dan
pemahaman bahasa pada 1.019 bayi, peneliti menemukan pola antara konsumsi
rokok berat sebelum kehamilan dengan eksekutif kognitif yang lebih buruk dalam
fungsi kemahiran anak. Menariknya, hasil menunjukkan kinerja yang lebih buruk
pada anak bahkan jika wanita itu berhenti merokok sebelum konsepsi. Anak-anak
dari ibu yang merokok lebih dari sepuluh batang rokok per hari sebelum
kehamilan tetapi tidak ada selama kehamilan mencetak OR 12,07 (95% CI 4.07–
20.08) poin yang distandarisasi usia dan OR 11.23 (95% CI 2.81–19.66) poin
standar usia kurang dalam tes pemahaman bahasa dibandingkan dengan anak-anak
dari ibu yang tidak pernah merokok (Heinohen, dkk, 2012).
BAB III
KESIMPULAN
Menghisap asap rokok memiliki dampak negatif pada tingkat gen dan
seluler ibu dan janin. Peningkatan cacat jantung septum janin berkorelasi langsung
dengan jumlah rokok ibu yang dihisap selama masa kehamilan. Ibu yang merokok
selama kehamilan kemungkinan akan mempengaruhi perkembangan ginjal janin
yang mengarah ke penyakit ginjal dan hipertensi di kemudian hari dalam
kehidupan dewasa. Merokok dan kehamilan secara signifikan terkait dengan
penurunan fungsi paru selain mengi, asma dan infeksi pernafasan pada keturunan
di kemudian hari. Selain itu, risiko tinggi untuk berbagai cacat gastrointestinal
diamati pada keturunan perokok. Merokok selama kehamilan merusak
pertumbuhan linear, meningkatkan BMI pada anak-anak dan menambah risiko
obesitas pada masa kanak-kanak dan kehidupan dewasa. Merokok selama
kehamilan telah dikaitkan dengan penurunan ukuran otak janin serta mengurangi
penalaran umum, integrasi visual-motor, kompetensi verbal dan pemahaman
bahasa pada keturunannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahadina RZ. Hubungan lingkungan perokok dengan ibu hamil terpapar asap
rokok terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di surakarta [Skripsi].
Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2014.
Bublitz, M.H.; Stroud, L.R. Maternal smoking during pregnancy and offspring
brain structure and function: Review and agenda for future research. Nicotine
Tob. Res. 2012, 14, 388–397.
Cents, R.A.; Bublitz, M.H.; Stroud, L.R. Maternal smoking during pregnancy
and child emotional problems: The relevance of maternal and child 5-
HTTLPR genotype. Am. J. Med. Genet. B Neuropsychiatr Genet. 2012, 159,
289–297.
Campbell JB Reece dan LG Mitchell, Biologi, terj. Manalu, (Jakarta: Erlangga,
2005), 220.
Diah Rahmatia. 2008. Bagaimana Pertumbuhan & Perkembangan Manusia,
Jakarta: Shakti Adiluhung; hlm. 2
Hanifah Hanum dan Adityo Wibowo. Pengaruh Paparan Asap Rokok
Lingkungan pada Ibu Hamil terhadap Kejadian BBLR. Majority. 2006; 5 (5).
Hackshaw, A.; Rodeck, C.; Boniface, S. Maternal smoking in pregnancy and
birth defects: A systematic review based on 173 687 malformed cases and
11.7 million controls. Hum. Reprod. Update 2011, 17, 589–604
Heinonen, K.; Räikkönen, K.; Pesonen, A.K.; Andersson, S.; Kajantie, E.;
Eriksson, J.G.; Wolke, D.; Lano, A. Longitudinal study of smoking cessation
before pregnancy and children’s cognitiveabilities at 56 months of age. Early
Hum. Dev. 2011, 87, 353–339.
Irianto, Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, (Jakarta: Yrama Widya, 2004), hlm.
123
Jouni JKK, Niina J, Kolbjorn Z. Fetal growth and length of gestation in
relation to prenatal exposure to environmental tobacco smoke assessed by
hair nicotine concentration. Environ Health Perspect. 2001; 6(109):557-61.
Larsson, M.; Montgomery, S.M. Maternal smoking during pregnancy and
physical control and coordination among offspring. J. Epidemiol. Community
Health 2011, 65, 1151–1158
Lee, L.J.; Lupo, P.J. Maternal Smoking During Pregnancy and the Risk of
Congenital Heart Defects in Offspring: A Systematic Review and
Metaanalysis. Pediatr. Cardiol. 2012, 34, 398–407. Mader, Biology, (Boston:
McGraw-Hill, 2004), 320.
Magdalena C, Jadwiga A, Katarzyna JS, Joanna G, Tomasz MM, Ewa B, et
al. Tobacco smoke exposure during pregnancy increases maternal blood
lead levels affecting neonate birth weight. Biol Trace Elem Res. 2013;
2(155):169-75.
Sahinli, A.S.; Marakoğlu, K.; Kiyici, A. Evaluation of the levels of oxidative
stress factors and ischemia modified albumin in the cord blood of smoker and
non-smoker pregnant women. J. Matern. Fetal Neonatal Med. 2012, 25,
1064–1068
Søndergaard, C.; Henriksen, T.B.; Obel, C.; Wisborg, K. Smoking during
pregnancy and infantile colic. Pediatrics 2001, 108, 342–346
Syahruli. 2008. Biologi. Surabaya: Lentera Ilmu.
Taal, H.R.; Geelhoed, J.J.; Steegers, E.A.; Hofman, A.; Moll, H.A.; Lequin, M.;
van der Heijden, A.J.; Jaddoe, V.W. Maternal smoking during pregnancy and
kidney volume in the offspring: The Generation R Study. Pediatr. Nephrol.
2011, 26, 1275–1283
Yoshihiro M, Keiko T, Masashi A. Active and passive maternal smoking
during pregnancy and birth outcomes: the kyushu okinawa maternal and
child health study. BMC Pregnancy Childbirth. 2013; 13(157):1471-2393.