Top Banner
ANALISA HASIL SURVEI HARGA DAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Studi di 6 ibukota propinsi (Jakarta, Denpasar, Lombok, Pontianak, Bandar Lampung dan Manado) (Desember 2014 - Januari 2015)
21

Download (PPT, 1.45MB)

Jan 15, 2017

Download

Documents

lythu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Download (PPT, 1.45MB)

ANALISA HASIL SURVEI HARGA DAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

Studi di 6 ibukota propinsi(Jakarta, Denpasar, Lombok, Pontianak, Bandar Lampung dan Manado)(Desember 2014 - Januari 2015)

Page 2: Download (PPT, 1.45MB)

Latar Belakang Penelitian• Kebijakan pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak

(BBM) yaitu bensin (premium) dan solar merupakan pilihan kebijakan yang tidak populer, kebijakan ini menimbulkan opini pro dan kontra di masyarakat.

• Pengurangan subsidi BBM dengan menaikkan harga jual diyakini sebagian masyarakat mempunyai dampak yang dapat menurunkan daya beli masyarakat.

• Dampak kenaikan harga kebutuhan pokok misalnya, disebabkan karena meningkatnya biaya distribusi.

• Naiknya tarif angkutan umum juga otomatis terjadi karena biaya operasional yang semakin bertambah

Page 3: Download (PPT, 1.45MB)

Survey Dilakukan saat Kenaikan harga

Premium yang sebelumnya sebesar Rp.6500/liter menjadi Rp. 8500/liter,

Solar yang sebelumnya sebesar Rp. 5500/liter menjadi 7500/liter

Page 4: Download (PPT, 1.45MB)

• Pasca kenaikan BBM ini diasumsikan juga memicu kelangkaan ketersediaan BBM subsidi utamanya di luar pulau Jawa.

• Media-media sudah mengangkat persoalan ini ke permukaan. Bukan hanya masalah harga BBM subsidi yang melampaui ketentuan tetapi juga masalah ketersediaan antara lain antrean panjang dan mengular, habisnya persediaan di Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU), dan meroketnya harga di penjual eceran.

Page 5: Download (PPT, 1.45MB)

METODOLOGI survei•Lokasi Lokasi Penelitian ini dilakukan di enam kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandar Lampung, Mataram, Denpasar, Manado dan Pontianak. Pemilihan keenam kota tersebut dilakukan dengan pertimbangan representasi tipe kota (besar, sedang dan kecil) sekaligus merepresentasikan perbedaan tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap layanan publik dalam hal ini adalah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum).

•PendekatanPenelitian ini menggunakan gabungan pendekatan kuantitatif dan dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan pendekatan kuesioner dan tahap kedua dilakukan dengan menggunakan metode polling.

Page 6: Download (PPT, 1.45MB)

• SampelSampel dalam penelitian ini terdiri dari berbagai kalangan yang merupakan beneficiaries langsung kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan BBM yakni pemilik kendaraan bermotor (baik roda dua maupun empat), pengecer BBM, petugas SPBU, dan sopir angkotan kota. Jumlah sampel yang diambil dalam metode survai sebanyak 589 orang, yang terdiri dari 298 pemilik kendaraan bermotor, 61 petugas SPBU, 122 sopir angkot dan 108 pengecer. Sementara jumlah sampel dalam polling sebanyak 100 orang untuk masing-masing kota atau total sebanyak 600 orang. Proses pemilihan sampel baik akan dilakukan melalui metode cluster random sampling

METODOLOGI survei

• Metode Pengumpula

n DataMetode pengumpulan data

survai dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Sementara itu metode polling digunakan metode

pengumpulan data melalui wawancara via telepon

Page 7: Download (PPT, 1.45MB)

METODOLOGI survei• Metode Pengolahan dan Analisis DataData yang telah dikumpulkan dari lapangan yang berasal dari survai maupun polling diolah baik secara manual maupun menggunakan bantuan program pengolahan data SPSS PC+. Untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian, dilakukan dengan analisis tabel distribusi (tunggal).

Page 8: Download (PPT, 1.45MB)

KARAKTERISTIK SOSIO DEMOGRAFI RESPONDEN

. Jumlah keseluruhan responden dalam survai ini adalah 589 orang, yang terdiri dari 298 pengguna BBM, 61 petugas SPBU, 122 sopir angkot dan 108 pengecer. Pengguna BBM sebanyak 298 orang terdiri dari 218 laki-laki dan 80 orang perempuan

Komposisi Pengguna BBM berdasarkan

Kelompok Umur

Page 9: Download (PPT, 1.45MB)

KARAKTERISTIK SOSIO DEMOGRAFI RESPONDEN

Dari aspek pendidikan, pengguna BBM separoh diantaranya berpendidikan SMA (51%), kemudian berturut-turut diikuti S1 (21%), SMP (11%), SD (10%), tidak lulus SD (6%) dan S2 (1%). Dari aspek pekerjaan, pengguna BBM sebagian besar merupakan wirausaha. Selanjutnya gambaran mengenai pekerjaan responden pengguna BBM terlihat dalam gambar berikut ini

Page 10: Download (PPT, 1.45MB)

KARAKTERISTIK SOSIO DEMOGRAFI RESPONDEN

Berdasarkan moda transportasi yang digunakan, sebagian besar responden menggunakan roda dua (sepeda motor) sebagai moda transportasi andalan yang

digunakan setiap hari. Berikut data mengenai moda transportasi responden

KotaModa Transportasi Jumlah

Roda 2 (sepeda motor)

Roda 4 (mobil)

Keduanya

Bandar Lampung 25,9 % 10,8% 45,0% 21,1%Jakarta 13,3 % 23,3% 5,0% 16,8%Manado 17,1 % 17,5% 10,0% 16,8%Mataram 13,9 % 14,2% 0,0% 13,1%Pontianak 20,3 % 11,7% 20,0% 16,8%Denpasar 9,5 % 22,5% 20,0% 15,4%Jumlah 100 % 100% 100% 100,0%

Page 11: Download (PPT, 1.45MB)

KARAKTERISTIK SOSIO DEMOGRAFI RESPONDEN

Berkaitan dengan jenis BBM yang dikonsumsi, pengguna BBM kendaraan pribadi umumnya menggunakan jenis premium sebagai bahan bakar bagi kendarannya, sementara solar lebih banyak digunakan kendaraan angkutan transportasi sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

KotaJenis & Jumlah BBM yang Dikonsumsi

Premium

Rerata Jml Konsumsi Premium (liter/minggu)

Solar

Keduanya (premium dan solar)

Rerata Jml Konsumsi Solar(liter/minggu)

Bandar Lampung 23,7%

7,710,6% 37,5%

34,3

Jakarta 14,3% 13,1 27,3% 0,0% 46,2

Manado 17,9% 14,4 15,2% 0,0% 20,3

Mataram 12,9% 11,9 13,6% 12,5% 17,2

Pontianak 14,3% 21,1 24,2% 25,0% 40,2

Denpasar 17,0% 12,2 9,1% 25,0% 47,7

Page 12: Download (PPT, 1.45MB)

Tentang HARGA BBM • Kebijakan Pemerintah, Harga BBM Sama di seluruh SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Resmi

Perbedaan harga terjadi ketika konsumen membeli BBM di pengecer

Page 13: Download (PPT, 1.45MB)

Kota Jenis BBMPremium (rp) Solar (rp)

Denpasar 500 500Pontianak 1.000 -6.500 500-3.500Mataram 500-1.500 1.500Lampung 500-1.500 1.500Jakarta 500-1500 1.000-2500Manado 1.500 1.000-2.500

Margin Harga BBM Antara harga di SPBU dan di Tingkat Pengecer Berdasarkan Kota

Para pengecer ini umumnya beroperasi pada daerah-daerah yang jauh dari SPBU. Semakin jauh dari SPBU,

umumnya harga eceran BBM semakin mahal. Untuk daerah-daerah di luar Jawa, dimana aksesibilitas

masyarakat terhadap SPBU rendah maka akibatnya harga BBM menjadi sangat mahal.

Page 14: Download (PPT, 1.45MB)

Dampak Kenaikan Harga BBM

Kenaikan harga BBM selalu mempunyai dampak luas oleh karena secara langsung akan menaikkan harga barang-barang yang disebabkan naiknya ongkos transportasi. Bagi sopir angkot kenaikan harga BBM mempunyai dampak penurunan pendapatan. Dari sebanak 112 responden yang merupakan sopir angkot 79 responden diantaranya ( 70%) mengaku mengalami penurunan pendapatan dan sisanya sebanyak 33 responden mengaku tidak mengalami penurunan pendapatan. Besarnya penurunan pendapatan tersebut bervariasi antara 10% hingga 80%.

Page 15: Download (PPT, 1.45MB)

Kota Persentase Penurunan Frekuensi % dari sampelPontianak < 15% 8 47

15 – 30% 5 29>30% 4 24Jumlah 17 100

Denpasar < 15% 8 33,515 – 30% 3 12,5>30% 13 54Jumlah 24 100

Manado < 15% 2 1015 – 30% 16 80>30% 2 10Jumlah 20 100

Jakarta < 15% 2 1215 – 30% 5 29>30% 10 59Jumlah 17 100

Lampung < 15% 4 2015 – 30% 4 20>30% 12 60Jumlah 20 100

Mataram < 15% 7 3515 – 30% 5 25>30% 8 40Jumlah 20 100

Persentase Penurunan Pendapatan di Kalangan Sopir Angkot Berdasarkan Kota

Page 16: Download (PPT, 1.45MB)

KETERSEDIAAN BBM

Maysarakat yang mendapat kesulitan dalam hal memperoleh BBM

Kota Segmen Masyarakat

Pengguna BBM

Petugas SPBU Sopir Angkot

% % %

Bandar Lampung

14 27 5

Jakarta 10 90 21Manado 34 100 26Mataram 41 40 16Pontianak 18 80 5Denpasar 15 100 20JumlahRerata 22 73 16

Page 17: Download (PPT, 1.45MB)

Jenis Kesulitan Yang Dihadapi Masyarakat Kaitannya dalam Pembelian BBM

Segmen Masyarakat

Jenis Kesulitan n

Pengguna BBM

Harus antri untuk waktu yang lama 44

Harus membayar diatas harga yang ditetapkan

8

Tidak tersedia BBM Bersubsidi 4Lain-lain 7Jumlah 63

Sopir Angkot Harus antri untuk waktu yang lama 13Stock kosong 6Jumlah 19

Petugas SPBU Pembelian dibatasi oleh Pertamnina 7Keterlambatan pasokan 15Kendala finansial dalam membeli DO 5Lain-lain 17Jumlah 44

Bagi pengguna BBM, antri yang lama merupakan bentuk kesulitan yang paling sering dihadapi. Rentang waktu yang diperlukan untuk mendapatkan BBM menurut pengguna BBM ini adalah antara 5-60 menit dengan rata-rata selama 22,23 menit lama antriannya. Kesulitan tersebut juga dialami umumnya oleh sopir angkot dan kesulitan ini berkaitan dengan jenis kesulitan berikutnya yakni stock yang kosong. Seringkali setelah sekian lama antri, ternyata stock BBM yang tersedia telah habis. Kendala tersebut nampaknya konsisten dengan kesulitan yang dirasakan oleh petugas SPBU yang sering mengalami keterlambatan pasokan dari Pertamina.

Page 18: Download (PPT, 1.45MB)

Tentang Pengecer BBMAda margin harga cukup besar antara harga BBM di SPBU dengan harga BBM di pengecer, sementara seringkali stok BBM di SPBU habis, sementara BBm di tingkat pengecer selalu tersedia, diduga ada kerjasama (negatif) antara petugas SPBU dengan penjual BBM eceran, atau petugas SPBU melayani pedagang eceran BBM dibawah tekanan, atau pedagang BBM eceran melakukan modifikasi kendaraan untuk membeli BBM di SPBU.

Ketika stok BBM di SPBU kosong atau panjangnya antrian, masyarakat pengguna BBM biasanya beralih ke pedagang BBM eceran walaupun selisih harga BBM dipengecer lebih tinggi dari SPBU resmi

Para pengecer selain itu juga menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang terpencil. Pada umumnya, para pengecer memperoleh BBM dengan membeli di SPBU dengan menggunakan jirigen, meskipun ada juga yang menggunakan mobil modifikasi.

Dari sebanyak 108 responden yang merupakan pengecer, sebanyak 52 orang menggunakan jirigen ketika membeli pasokan BBM dari SPBU. Sebanyak 26 menggunakan mobil modifikasi dan 30 menggunakan cara lain

Page 19: Download (PPT, 1.45MB)

Para pengecer ini menjual BBM bervariasi mulai dari 5 liter/minggu hingga ada yang dapat menjual 600 liter /minggu. Rata-rata BBM yang dijual oleh keseluruhan responden pengecer adalah 131,5 liter/minggu. Umumnya margin keuntungan pengecer sebesar Rp. 1000/liter, maka rata-rata keuntungan yang diperoleh para pengecer ini adalah sebesar Rp. 131.500/minggu atau sekitar Rp. 520.000 per bulan

Dari aspek legilitas usaha dagangnya, sebagian besar para pengecer menjual BBM tanpa izin. Dari sebanyak 108 pengecer, hanya terdapat 38 responden yang mengantongi ijin penjualan,

sisanya sebanyak 100 pengecer mengaku tidak memiliki izin. Asal izin penjualan tersebut, umumnya berasal dari kantor

kecamatan (15 responden), kantor kepolisian (2 responden), kantor kelurahan (6 responden) dan sisanya sebanyak 14

responden mengantongi izin dari instansi lain.

Page 20: Download (PPT, 1.45MB)

KEBIJAKAN SUBSIDI BBMKebijakan pemerintah termasuk dalam hal subsidi BBM, bagaimanapun sempurnyanya struktur rasionalisasi yang mendasarinya, tidak sepenuhnya dapat dipahami masyarakat. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui, bahwa tidak semua responden mengetahui bahwa harga BBM di Indonesia disubdisi oleh pemerintah. Sebanyak 12,4% (37 responden) dalam hal ini tidak mengetahui bahwa harga BBM disubsidi pemerintah.

Kota Mengetahui Jumlah

Ya TidakBandar Lampung 50 13 63Jakarta 39 11 50Manado 50 0 50Mataram 39 0 39Pontianak 47 3 50Denpasar 36 10 46Jumlah 261 37 298

Page 21: Download (PPT, 1.45MB)

Aspirasi masyarakat, menyatakan bahwa sebaiknya kompensasi BBM tidak langsung

diberikan kepada masyarakat melainkan diwujudkan dalam bentuk lain seperti

penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi umum yang lebih besar

No Alternatif Penggunaan Dana Kompensasi BBM Jumlah

1 Pengeluaran pemerintah yang lebih besar untuk pendidikan 36,2%

2 Pengeluaran pemerintah yang lebih besar pada kesehatan 18,1%

3 Pengeluaran pemerintah yang lebih besar pada infrastruktur 9,7%

4 Pengeluaran pemerintah yang lebih besar pada trasportasi umum 5,0%

5 Dana tunai 18,5%

6 Hibah untuk masyarakat atau desa 2,0%

7 Lain-lain 10,4%

Jumlah 100%