Materi Pembelajaran Pertemuan 1 & 2 Pengertian dan Fungsi Ilmu Kalam A. Pengertian Ilmu Kalam 1. Secara Etimologis, kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. 2. Secara Terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang adanya Allah SWT dan alasan-alasan untuk mempertahankan keyakinan iman dengan menggunakan dalil- dalil pikiran untuk mempertahankan Islam dan tradisi keislaman dari ancaman maupun tantangan dari luar dan dari orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah. 3. Ilmu Kalam Menurut Para Tokoh a. Ibnu Khaldun: Ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan untuk mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahlus sunah. b. Muhammad Abduh: ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi- Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya. Selain itu juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 1
32
Embed
file · Web viewTeologi Islam (theos = Tuhan, logos = ilmu), membahas ilmu tentang ketuhanan dalam Islam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Materi Pembelajaran Pertemuan 1 & 2
Pengertian dan Fungsi Ilmu Kalam
A. Pengertian Ilmu Kalam
1. Secara Etimologis, kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang bernalar
dengan menggunakan logika.
2. Secara Terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang adanya Allah
SWT dan alasan-alasan untuk mempertahankan keyakinan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran untuk mempertahankan Islam dan tradisi keislaman
dari ancaman maupun tantangan dari luar dan dari orang-orang yang menyeleweng
dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah.
3. Ilmu Kalam Menurut Para Tokoh
a. Ibnu Khaldun: Ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan untuk
mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan
berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan salaf dan ahlus sunah.
b. Muhammad Abduh: ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-
Nya, dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya. Selain itu juga membahas tentang
rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada
pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan pada diri mereka, dan hal-hal
terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka.
c. Al-Farabi: ilmu kalam adalah ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah beserta
eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam.
4. Nama Lain Ilmu Kalam
a. Ilmu usuluddin, membahas tentang ajaran-ajaran dasar asal-usul agama.
b. Ilmu aqaid, membahas tentang keyakinan-keyakinan.
c. Ilmu tauhid, membahas tentang keesaan Tuhan.
d. Ilmu makrifah, membahas tentang pengenalan atau dalam hal mengenal Allah.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 1
e. Teologi Islam (theos = Tuhan, logos = ilmu), membahas ilmu tentang ketuhanan
dalam Islam.
B. Fungsi Ilmu Kalam
Dalam khasanah keilmuan Islam, sebagai ditulis Handono, dkk (2011: 5-6) ilmu
kalam berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persoalan-persoalan hakikat aqidah yang fundamental yang
dihadapi umat Islam.
2. Untuk menyelesaikan problematika umat dalam kontroversi pemikiran dalam aqidah
Islam berbagai golongan-golongan Islam.
3. Untuk menjelaskan aqidah atau keimanan dalam Islam secara tepat dan benar.
4. Membeberkan sekuat tenaga aqidah Islamiyah sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan
Al-Sunnah.
5. Untuk mengetahui tentang adanya Allah SWT dan kodrat-Nya untuk mengutus para
rasul, tentang ilmu-Nya.
6. Untuk mengatasi paham dan pengertian manusia yang berakal dalam golongan-
golongan Islam.
7. Untuk menumbuhkan tauhid dengan dihadirkan dalil akal sebagai argumentasi yang
mudah dicerna manusia.
Sedangkan menurut Harjan Syuhada, dkk (2011: 4) menyebutkan fungsi ilmu
kalam adalah:
1. Dengan ilmu kalam, manusia dapat menggunakan rasio dalam menemukan ide-idenya
sebagai makhluk yang sempurna dibandingkan makhluk lain.
2. Dengan ilmu kalam, manusia dapat mengetahui hukum tentang iman, kafir, dan dosa
besar.
3. Ilmu kalam sebagai tawaran pemikiran ketuhanan yang memberiakn dalil tentang
pokok agama, lebih menyerupai logika sebagaimana ahli pikir dalam menjelaskan
hujjah pemikirannya.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 2
Materi Pembelajaran Pertemuan 3 & 4
Sejarah Munculnya dan Ruang Lingkup Ilmu Kalam
A. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam
Persoalan aqidah pada masa Nabi Muhammad SAW bersifat monolitis, yaitu
ajaran Islam ditaati tanpa adanya perbedaan dan sanggahan dari para sahabat. Hal ini
diperkuat dengan doktrin QS. Al-Anfal (8): 46 untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Pada
masa khalifah Abu Bakar dan Umar persoalan aqidah juga belum muncul, pada masa
Usman terjadi perubahan sistem administrasi dan sikap Usman cenderung nepotisme.
Sehingga pada masa Ali mencapai klimaksnya, yaitu terjadi perang saudara dan umat
Islam terpecah belah.
Ilmu kalam sebagai disiplin ilmu, baru muncul setelah Rasulullah SAW wafat,
ilmu ini muncul diperkirakan pada zaman khalifah Al-Makmun dari Dinasti Abbasiyah.
Banyak sumber menyebutkan ilmu kalam berawal dari persoalan politik, yaitu perang
saudara antara kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang dikenal
perang Siffin. Dalam peperangan tersebut terjadi tahkim/arbitrase yang curang, sehingga
muncul beberapa kelompok golongan.
Bila dianalisis beberapa faktor yang melatarbelakangi lahirnya ilmu kalam, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Al-Qur’an di samping mengajak mengesakan Allah dan mempercayai Nabi, juga
membahas golongan-golongan dan agama-agama yang ada pada masa Nabi
Muhammad yang tidak benar.
b. Ketika umat Muslim selesai menaklukan negeri baru, mereka tenteram dan tenang
pikirannya, rezekinya melimpah ruah. Sehingga mulai mengemuka persoalan
agama dan berusaha mengkaji nash-nash agama yang menurut mereka
bertentangan.
c. Persoalan-persoalan politik. Misalnya tidak adanya konsep pergantian khalifah
yang jelas dari Rasulullah, sehingga menimbulkan perang saudara, seperti pada
perang Siffin.
2. Faktor Eksternal
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 3
a. Penganut Islam mula-mula beragama Yahudi, Masehi, dll. Setelah mereka tenang
dan memegang teguh agama Islam, mereka mengingat-ingat ajarannya yang lama
dan memasukkannya ke dalam Islam.
b. Kelompok Islam tertentu (Mu’tazilah) yang rasional, megkonsentrasikan
perhatiannya untuk penyiaran Islam dan mengkonter alasan mereka yang benci dan
memusuhi Islam.
c. Para ahli ilmu kalam ingin mengimbangi lawan-lawannya yang menggunakan
filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat terutama dari segi
ketuhanan.
B. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
Ruang lingkup ilmu kalam dapat mengikuti pembahasan tentang arkanul iman
(rukun iman), yaitu:
1. Keimanan kepada Allah SWT
2. Keimanan kepada malaikat (termasuk makhluk rohani lainnya, misalnya jin, iblis,
setan, dsb.)
3. Keimanan kepada kitab-kitab samawi
4. Keimanan kepada para Nabi dan Rasul
5. Keimanan kepada kebenaran adanya hari akhir
6. Keimanan kepada qada dan qadar Allah SWT
Selain itu ruang lingkup ilmu kalam juga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Akal dan wahyu
2. Keesaan Allah SWT
3. Wujud Allah SWT
4. Zat Allah SWT
5. Sifat-sifat Allah SWT
6. Keadilan Allah SWT
7. Qada dan Qadar
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 4
Sedangkan menurut Hasan Al-Banna ruang lingkup pembahasan ilmu kalam
mencakup beberapa persoalan berikut:
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah
SWT (wujud Allah, nama dan sifat Allah, af’al Allah, dsb).
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul (kitab-kitab Allah, mukjizat, dsb).
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik (malaikat, jin, iblis, setan, dsb).
4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui
sam’i (dalil naqli Qur’an dan Hadits), seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, surga,
neraka, dsb.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 5
Materi Pembelajaran Pertemuan 5
Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
A. Masalah Pokok Ilmu Kalam
Sebagian dari ketentuan-ketentuan agama itu tidak mungkin diyakini tanpa
melalui akal. Hal itu telah menjadi ketetapan di kalangan kaum muslimin. Kaum
muslimin berpendapat bahwa agama itu datang untuk mengatasi paham dan pengertian
manusia yang berakal. Suatu hal yang mustahil jika manusia membawa sesuatu yang
bertentangan dengan akal. Al-Qur’an telah mempertemukan akal dengan agama dalam
sejarah kitab-kitab Allah melalui perantaraan lisan para Nabi dan Rasul Allah.
Al-Qur’an datang dengan menunjukkan sifat-sifat Allah karena merupakan
sumber utama dari ilmu kalam, selain hadis Rasulullah SAW. Keduanya menerangkan
tentang wujud Allah, sifat-safat-Nya, dan masalah-masalah keyakinan lainnya. Ulama-
ulama Islam dengan tekun dan teliti memahami, menafsirkan, dan menakwilkan nas-nas
yang bertalian dengan masalah-masalah akidah. Agama Islam melarang dan mengancam
umatnya dari hal-hal yang dapat dianggap menghilangkan iman dan melakukan kekafiran
meskipun batinnya mempercayai dan mengikuti apa yang dibawa Rasulullah SAW.
B. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
Terdapat keterkaitan/hubungan ilmu kalam dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya,
antara lain yaitu:
1. Filsafat Islam
Filsafat Yunani telah menarik perhatian kaum muslimin, terutama sesudah ada
terjemahan buku-buku filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab. Penerjemahan itu
dilakukan sejak zaman khalifah Al-Mansur (754-775 M) dan mencapai puncaknya
pada masa Al-Makmun (813-833 M) dari Bani Abbasiyah. Filsafat Yunani tidak hanya
diambil manfaatnya oleh kalangan mutakallimin sebagai alasan untuk memperkuat
dalil-dalil kepercayaan Islam, akan tetapi juga diambil manfaatnya dari kalangan ahli
filsafat Islam, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Perbedaan ilmu kalam dan
filsafat Islam terletak pada pembinaannya. Ilmu kalam timbul secara berangsur-angsur
dan awalnya merupakan hal yang terpisah-pisah, misalnya dari masalah akidah ke
masalah politik. Sedangkan filsafat Islam muncul dari hasil penerjemahan filsafat
Yunani.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 6
2. Ilmu Fiqih
Objek pembahasan ilmu kalam dengan fiqih sangat berbeda. Ilmu kalam
membicarakan tentang akidah, prinsip keyakinan Islam, dan keesaan Allah. Adapun ilmu
fiqih membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, perkawinan,
pidana, dan waris. Selain itu, ilmu fiqih juga mengatur tentang amaliah pengabdian
seorang muslim kepada Allah dan hubungan dengan manusia.
3. Ilmu Tasawuf
Dalam membahas masalah-masalah agama, ilmu kalam menggunakan dalil-dalil
pikiran yang dimasukkan ke dalam hati nurani untuk membentuk ibadah manusia.
Adapun tasawuf dalam membahas masalah ibadah lebih banyak menggunakan perasaan
dan latihan kejiwaan karena dengan cara ini dapat memperbanyak amal ibadah. Unsur
utama tasawuf adalah penyucian diri dan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan
keselamatan abadi.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 7
Materi Pembelajaran Pertemuan 6
Menerapkan Ilmu Kalam dalam Mempertahankan Aqidah
A. Menerapkan Ilmu Kalam dalam Mempertahankan Aqidah
Orang-orang Islam pada periode awal sudah percaya dengan adanya Allah SWT
dan mereka beriman kepada takdir baik, buruk, nasib untung rugi dan percaya bahwa
sesungguhnya manusia diperintah untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jelek dari
ketentuan Allah SWT. Keimanan mereka terhadap hal-hal tersebut adalah iman secara
kuat, tanpa membahas secara mendalam dan tanpa memfilsafatkan pikirannya.
Sedangkan para ulama kalam (mutakallimin) juga menggunakan akal untuk
mencari Tuhan, akan tetapi mereka tidak puas karena ada hal-hal (dogma) yang berada
jangkauan akal manusia. Menurut orang-orang Barat, dogma itu berada di bawah akal
agar dogma itu tidak dihukumi oleh akal. Apabila dogma itu sudah dihukumi oleh akal,
maka rahasia dogma itu terjadi tidak rahasia lagi. Dogma akan menjadi lumpuh karena
bertentang dengan akal, kemudian ditolak.
Aqidah merupakan aspek fundamental dalam Islam yang berhubungan dengan
keimanan dan kepercayaan hal-hal yang ghoib, mengitiqadkan tentang adanya Allah, baik
dari segi zat, sifat maupun perbuatan-Nya, sehingga aqidah dan keyakinan tersebut benar-
benar terhujam dalam hati sanubari secara kokoh dan kemudian mendasari setiap amal
perbuatan atau tingkah laku sehari-hari.
B. Sikap Tokoh Ilmu Kalam dalam Mempertahankan Aqidah
Beberapa aliran kalam dan tokohnya dalam bersikap dan mempertahankan aqidah
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Syi’ah
Golongan ini sangat fanatik kepada khalifah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
Mereka berkeyakinan tidak seorangpun yang berhak memegang menduduki jabatan
kekhalifahan kecuali dari keturunan Ali.
2. Qadariyah
Pokok pemikirannya adalah bahwa usaha dan gerak perbuatan manusia
ditimbulkan sendiri, bukan dari Allah. Paham ini dipelopori Ma’bad Al-Juhainy,
Ghailan Al-Dimasyqi dan Al-Ja’du bin Dirham.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 8
3. Jabariyah
Golongan ini muncul di Khurasan dipelopori Al-Jaham bin Shafwan. Ia
berpendapat bahwa hidup manusia ini sudah ditentukan oleh Allah. Juga menyatakan
bahwa kita tidak boleh menyifati Allah dengan sifat yang bersamaan dengan
makhluknya.
4. Murjiah
Golongan ini berpendapat bahwa kemaksiatan tidaklah menghilangkan keimanan
atau tidak memberi bekas terhadap keimanan seseorang, seperti ketaatan tidak
memberi pengaruh kepada orang yang kafir.
5. Karamiyah
Golongan ini berpendapat bahwa yang diwajibkan kepada setiap muslim hanyalah
pengakuan lisan saja atas kebenaran Rasul, sekalipun tanpa amal dan tashdiq di hati.
6. Khawarij
Golongan ini menyatakan bahwa orang yang berdosa besar atau meninggalkan
kewajiban-kewajiban yang sampai mati belum sempat taubat, maka orang itu
dihukumkan keluar dari Islam dan menjadi kafir serta abadi dalam neraka.
7. Mu’tazilah
Salah satu pokok pemikiran golongan ini bahwa orang Islam yang mengerjakan
dosa besar atau meninggalkan kewajiban-kewajiban yang sampai mati belum sempat
taubat, maka orang itu dihukumkan keluar dari Islam, tetapi tidak menjadi kafir, hanya
fasiq saja, namun orang fasiq akan abadi dalam neraka.
8. Ahlussunnah wa Al-Jama’ah
Pemahaman golongan ini bahwa yang dihukumkan orang Islam ialah yang
memenuhi tiga syarat, yaitu menuturkan dua kalimat syahadat dengan lisan, diikuti
kepercayaan dalam hati, dan dibuktikan dengan amal. Berkenaan orang yang
melakukan dosa besar dan belum sempat taubat, dihukumkan sebagai mukmin yang
melakukan maksiat.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 9
Materi Pembelajaran Pertemuan 7 sampai Pertemuan 15
Aliran-aliran Ilmu Kalam, Tokoh-tokoh, dan Ajaran-ajarannya
A. Khawarij
1. Sejarah Berdiri
Khawarij merupakan aliran yang pertama muncul dalam khasanah sejarah
keislaman, aliran ini muncul ketika terjadi peperangan Siffin (abad ke-1 H/ke-8 M),
yaitu peperangan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi
Sufyan. Khawarij dapat diartikan orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib. Golongan ini mengganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari
rumah dan semata-mata untuk berjuang di jalan Allah SWT. Meskipun awalnya
Khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi dalam perkembangannya golongan
ini banyak berbicara masalah teologis. Alasan mendasar yang membuat golongan ini
keluar dari barisan Ali adalah ketidaksetujuan mereka terhadap arbitrase atau tahkim
yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh Khawarij yang terkenal, di antaranya Nafi bin Al-Azraq, Zyad Al-
Asfar, Abi Baihas Al-Haisham bin Sabir, Najdah bin Atiyah, dan Abdullah bin
Ibadah Al-Murri.
3. Ajaran-ajaran
Menurut keyakinan golongan Khawarij semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah
harus diselesaikan dengan merujuk pada hukum-hukum Allah yang tertuang dalam
QS. Al-Maidah: 44 yang artinya, “Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” Berdasarkan ayat ini, Ali,
Mu’awiyah, dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena
mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk pada Al-Qur’an.
Dasar pemikiran Khawarij yang paling menonjol adalah bahwa pelaku dosa besar
tergolong orang kafir, sedangkan yang termasuk golongan dosa besar adalah orang
bersikap menentang terhadap pemikiran Khawarij. Sehingga orang-orang yang tidak
sepaham dengan mereka dianggap kafir. Di samping itu mereka memiliki pemikiran
khas tentang iman, yaitu iman ialah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 10
lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisi tersebut,
maka orang beriman yang tidak mengamalkan ajaran agamanya termasuk dosa besar
dan mereka termasuk golongan kafir.
B. Murji’ah
1. Sejarah Berdiri
Aliran Murji’ah muncul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijriyah. Aliran
ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik
antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum khawarij pada hari
perhitungan kelak. Oleh karena itu, mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat
tentang siapa yang benar dan siapa yang kafir. Mereka memilih bersikap irja’ yakni
menunda putusan tentang siapa yang bersalah. Menurut mereka, biarlah Allah sendiri
yang memutuskan siapa yang bersalah dalam perselisihan tersebut.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh sentral golongan murji’ah di antaranya Jaham bin Abi Sofwan, Abu
Hasan Al-Salih, Mudatil bin Sulaiman, dan Yunus Al-Samiri.
3. Ajaran-ajaran
a) Orang mukmin yang melakukan dosa besar tetap masih mukmin dan tidak
berubah menjadi kafir. Karena mereka masih berkeyakinan bahwa Tuhan mereka
adalah Allah, dan Rasul-Nya Muhammad SAW, Al-Qur’an sebagai pedomannya,
dan rukun iman lainnya. Adapun masalah tempat ketika di akhirat, apakah akan
masuk surga atau neraka, atau masuk neraka dulu baru masuk surga, ditunda
sampai ada keputusan akhirnya dari Allah.
b) Para pelaku dosa besar juga berharap agar mau bertaubat dan berharap pula
taubatnya diterima Allah SWT.
c) Siapa saja yang meyakini keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW adalah
orang beriman walaupun selalu melakukan perbuatan buruk. Mereka memandang
keimanan itu sesuatu yang ada di hati dan hanya diketahui dirinya dan Allah
SWT.
C. Syi’ah
1. Sejarah Berdiri
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 11
Kata Syi’ah memiliki arti sahabat atau pengikut. Aliran ini muncul berawal dari
peperangan Siffin, yaitu orang-orang yang masih setia terhadap khalifah Ali.
Sedangkan yang dimaksud aliran Syi’ah adalah golongan atau aliran yang sangat
mengagungkan keturunan Nabi SAW. Menurut aliran ini orang yang paling berhak
menduduki jabatan khalifah setelah Rasulullah wafat adalah anak keturunan keluarga
Nabi SAW.
Dalam sejarah Islam telah diketahui bahwa orang yang masuk Islam dari keluarga
Nabi adalah pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib. Begitu juga dengan Ali bin Abi
Thalib, kemudian dia menjadi menantu Nabi. Orang-orang inilah yang paling dekat
keturunannya dengan Nabi. Dengan demikian, orang-orang inilah yang paling berhak
menjadi khalifah setelah Nabi wafat. Paham Syi’ah dianut oleh sekitar dua puluh
persen dari umat Islam dewasa ini, tersebar di negara-negara Iran, Irak, Afghanistan,
Pakistan, India, Libanon, Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, bekas negara Uni Soviet,
serta beberapa negara Amerika dan Eropa.
2. Tokoh-tokoh
Di dalam aliran Syi’ah terdapat golongan besar yang disebut Syi’ah Isna
‘Asyariyah. Mereka meyakini bahwa Nabi SAW menetapkan 12 imam sebagai
penerus risalahnya. Ke-12 imam tersebut adalah Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali,
Husein bin Ali, Ali bin Husein Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far As-
Shaddiq, Musa Al-Kazim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawad, Ali Al-Hadi, Hasan
Al-Askari, dan Muhammad Al-Muntazar (Al-Mahdi).
3. Ajaran-ajaran
Syi’ah berkeyakinan bahwa Ali yang paling tepat menjadi imam sesudah Nabi
SAW. Ali adalah guru yang ulung. Ali yang mewarisi segala pengetahuam yang ada
pada Nabi, bahkan Syi’ah menganggap Ali itu seorang imam yang maksum. Orang
Syi’ah menganggap bahwa imamah (kepemimpinan) merupakan bagian dari aqidah.
Iman kepada imamah merupakan salah satu rukun iman yang harus mereka penuhi.
Di dalam aliran Syi’ah muncul beberapa sekte, yaitu Sekte Kaisaniyah, Sekte
Zaidiyah, dan Sekte Imamiyah.
D. Jabariyah
1. Sejarah Berdiri
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 12
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang artinya memaksa. Aliran Jabariyah
muncul bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah. Kemunculan dua aliran ini,
merupakan akibat tindakan kekejaman dan kesewenang-wenangan Mu’awiyah bin
Abi Sufyan. Hanya kedua aliran tersebut memberikan reaksi yang berbeda. Aliran
Qadariyah memberikan reaksi menentang dan menyerang. Sedangkan aliran
Jabariyah justru sebaliknya, yaitu pasrah, menyerah, dan mengembalikan segala
sesuatunya kepada Allah SWT. Kondisi semacam ini yang dimanfaatkan oleh
Mu’awiyah sebagai pembenar segala tindakan politiknya. Isu seperti ini juga yang
diambil dan digunakan Mu’awiyah untuk membenarkan semua tindakannya bahwa
semua yang telah mereka lakukan itu juga karena kehendak Allah.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh sentral aliran Jabariyah adalah Wad bin Dirham, kemudian
dikembangkan oleh Jaham bin Shafwan pada tahun 131 H.
3. Ajaran-ajaran
a) Menurut Jabariyah manusia itu tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan
perbuatannya, dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Semua gerak dan
perbuatan manusia itu hakikatnya sudah ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun
demikian, manusia tetap mendapatkan pahala dan siksa, akibat perbuatan baik dan
jahat yang mereka lakukan.
b) Manusia tidak hanya bagaikan wayang yang digerakkan oleh dalang, tetapi
manusia tidak mempunyai kewenangan sama sekali untuk mewujudkan perbuatan
dan angan-angannya. Sementara nasib mereka di akhirat kelak, mutlak ditentukan
oleh Allah SWT.
E. Qadariyah
1. Sejarah Berdiri
Hampir sama dengan Khawarij dan Murji’ah, aliran Qadariyah muncul
dilatarbelakangi masalah politik, yakni pada masa Mu’awiyah dan Daulah Umayyah.
Setelah Ali meninggal tahun 40 H, Mu’awiyah menjadi penguasa Daulah Islamiyah.
Untuk mempertahankan kekuasaannya, dia menggunakan berbagai cara, khususnya
dalam menumpas para oposisinya, bahkan almarhum Ali sering dicacinya tatkala
mereka melakukan pidato-pidato termasuk dalam khotbah Jum‘at.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 13
Manusia tidak boleh diam berpangku tangan melihat keburukan dan kezaliman.
Manusia harus berjuang menghancurkan kezaliman dan menegakkan kebenaran.
Manusia bukanlah makhluk yang majbur (dipaksa oleh Allah), manusia memiliki
qudrah untuk mewujudkan suatu perbuatan, maka pahamnya tersebut dinamakan
Qadariyah.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran Qadariyah adalah Ma’had Al-Jauhari dan
Gailan Al-Damasqi.
3. Ajaran-ajaran
Pemikiran Qadariyah yang paling menonjol adalah masalah perbuatan manusia
dan kekuatan Tuhan. Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan
untuk menentukan, memilih, dan mewujudkan perbuatannya, dan di akhirat mereka
harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Selain itu mereka juga
berpendapat bahwa Tuhan telah memberikan aturan-aturan hidup yang sangat jelas
dengan berbagai akibat dan konsekuensinya. Semua diserahkan kepada manusia
untuk memilihnya. Mau berbuat baik dan berpahala ataukah berbuat buruk dan
disiksa. Semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak bisa keluar dari tanggung
jawabnya. Itulah yang disebut keadilan Tuhan.
Dasar pemikiran mereka adalah:
a) QS. Al-Kahf (18): 29, “... Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir... .”
b) QS. Ar-Ra’d (13): 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri... .”
F. Asy’ariyah
1. Sejarah Berdiri
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Mu’tazilah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakam aliran Asy’ariyah karena
dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari, keturunan Abu Musa
Al-Asy’ari.
Al-Asy’ari lahir pada tahun 324 H/935 M. Pada waktu kecil ia berguru pada
seorang pengikut Mu’tazilah yang terkenal, yaitu Al-Jubai. Aliran ini ia ikuti hingga
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 14
usia 40 tahun dan tidak sedikitpun dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-
buku tentang Mu’tazilah.
2. Tokoh-tokoh
Selain Abdul Hasan Al-Asy’ari, terdapat tokoh Al-Asy’ariyah lainnya, yaitu Al-
Baqilany, Al-Juwainy, Al-Ghazali, dan As-Sanusy.
3. Ajaran-ajaran
Pokok-pokok ajaran Asy’ariyah ada tujuh, yaitu:
a) Sifat Allah, menurutnya Allah SWT mempunyai sifat (sifat duapuluh) sifat-
sifat tersebut berada di luar zat Tuhan dan zat Tuhan itu sendiri. Seperti