Page 1
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
No. Rekam Medik : xxxx
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Sukapura
Tanggal MRS : 21-05-2013
2. Anamnesis (Autoanamnesis ; 21/05/2013)
KU : luka pada perut
KT : nyeri, panas, dan bernanah. Pasien juga sering buang air kecil, kehausan, cepat
lapar dan banyak makan
RPS :
o Pasien datang dengan keluhan terdapat luka pada perut sebelah kiri bawah
sejak 4 hari yang lalu. Luka ditutup dengan sapu tangan pasien. Luka terasa nyeri, panas dan terdapat nanah. Sebelumnya hanya terdapat bisul yang semakin hari semakin banyak ± 1 minggu yang lalu, kemudian bisulnya pecah dan menjadi luka yang lebih parah. Pasien juga mengeluh sering buang air kecil terutama pada malam hari hingga mengganggu tidur, pasien juga sering haus dan lapar.
RPD :
o Pasien menderita hipertensi sudah 2 tahun belakangan ini
o Pasien menderita diabetes mellitus sudah 3 tahun
RPK : Ibu mengeluhkan sering buang air kecil hingga mengganggu tidur
R. Pengobatan :
o Pasien rutin periksa ke puskesmas. Terapi rutin Metformin dan captopril.
1
Page 2
R. Sosial Ekonomi:
o Pasien tinggal bersama suami. Kebutuhan rumah tangga dicukupi dari profesi
tukang ojek dengan penghasilan Rp. 300.000 – Rp. 700.000 / bulan. Pasien
berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
R. Kebiasaan :
o Sebelum terdiagnosis diabetes mellitus, pasien mengaku lebih gemuk dari
sekarang. Riwayat makan pasien sehari bisa 4-5 kali sehari. Pasien juga
senang makan makanan yang cenderung manis dan minum teh manis 3-4 kali
sehari. Pasien tidak pernah berolah raga.
3. Genogram
*Ket. :
: Perempuan : DM
: Laki-laki
2
Page 3
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
o Nafas : 16 x/menit
o Suhu : 37,0°C
o Nadi : 84 x/menit
o Tekanan Darah : 160/80
Status Gizi
o BB : 68 kg
o TB : 158 cm
o IMT : 27.2 (Obesitas I)
Status Generalis
Kepala : Bentuk Normocephal. Warna rambut hitam distribusi rata
Mata : Reflek Pupil (+/+) à isokhor. Sklera Ikterik (-/-)
Konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-). Sekret (-). Warna Konka (N/N)
Mulut : Mukosa Bibir kering. Tonsil T1/T1. Faring Tidak Hiperemis
Telinga : Normotia. Sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-). Thyroid (N)
Jantung :
o Inspeksi
ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi
ictus cordis teraba
o Perkusi
Pekak
o Auskultasi
BJ I/II murni, regular. Murmur (-). Gallop (-)
3
Page 4
Paru-paru :
o Inspeksi
Bentuk dada simetris
o Palpasi
Vocal fremitus simetris
o Perkusi
Sonor (+/+)
o Auskultasi
Bunyi dasar napas vesikuler. Ronkhi (-/-). Wheezing (-/-)
Abdomen :
o Inspeksi :
Kontur abdomen datar. Terdapat ulkus pada regio iliaca sinistra. Pus
(+), debridement (+)
o Auskultasi :
Bunyi peristaltik Normal (8x)
o Perkusi :
Tymphani
o Palpasi :
Nyeri Tekan (+) sekeliling ulkus. Hepar (tidak teraba). Lien (tidak
teraba)
Ekstremitas :
o Atas :
Akral hangat. RCT < 2 dtk. Sianosis (-/-). Edema (-/-)
Neuorologis :
• Kekuatan 4/5. Tonus (+/+). Atrofi (-/-)
Refleks fisiologi :
• Biceps (+/+). Triceps (+/+)
Sensibilitas :
• Taktil (+/+). Nyeri (+/+). Suhu (tidakdilakukan)
o Bawah :
Sianosis (-/-). Edema (-/-)
Neuorologis :
Kekuatan 4/5. Tonus (+/+). Atrofi (-/-)
4
Page 5
Refleks fisiologi :
Patella (+/+)
Achilles (+/+)
Sensibilitas :
Taktil (menurun). Nyeri (+/+). Suhu (tidakdilakukan).
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Resume
Pasien datang dengan keluhan terdapat ulkus pada perut regio iliaka sinistra. Ulkus
sudah sejak 4 hari yang lalu. ulkus terasa nyeri, panas dan terdapat pus. Sebelumnya
hanya terdapat karbunkel yang semakin hari semakin banyak ± 1 minggu yang lalu,
kemudian karbunkel pecah dan menjadi ulkus. Polidipsi (+), polifagi (+), poliuri (+).
Pada pemeriksaan fisik terlihat ulkus dengan pus (+) dan debridement (+) pada
abdomen regio iliaca sinistra. Pada pemeriksaan lab ditemukan GDP 254 mg/dl dan
GD2PP 327.
5
Page 6
7. Assesment
S : Pasien dengan keluhan ulkus pada abdomen, nyeri dan bernanah. pasien juga
mengeluh polifagi, polidipsi, dan poliuri
O : Tanda Vital
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 37,0°C
Nadi : 84 x/menit
Tekanan Darah : 160/80
- Inspeksi abdomen : terlihat ulkus pada region iliaka sinistra dengan pus (+),
debridement (+)
- LAB : GDS 254 mg/dl dan GD2PP 327
*HbA1c, TTGO.
*Retinopati : Snellen Chart dan Funduskopi
*Gangren : Ulkus Mikroba (Kultur)
*Fungsi ginjal : Ureum dan kreatinin
* Pem.Hati : SGOT dan SGPT
*LDL, HDL, TG
*EKG
A: Diabetes mellitus tipe II dengan ulkus diabetikum dan hipertensi grade II
P: NON farmako :
o Edukasi
Gaya hidup dan perilaku
Partisipasi aktif pasien dan keluarga
Peningkatan motivasi
o Gizi
BB = 68 kg
TB = 158 cm
IMT = 68/(1,58)2 = 27,24 à obesitas I
BBI = 90% x (158 – 100) x 1 kg = 52,2 kg
6
Page 7
Kebutuhan kalori
Jenis kelamin : 25 x 68 = 1700 kalori
Aktivitas ringan : 20% x 1700 = 340 kalori
Umur : 5% x 1700 = 85 kalori
Kegemukan : 20% x 1700 = 340 kalori
Total kebutuhan kalori per hari : 1700 + 340 - 85 - 340 = 1615 kalori
Anjuran menu makanan sehari
Pagi : 20 % x 1615 = 323 kalori
nasi beras giling 100 gr ¾ gelas 175 kalori
daging ayam tnpa kulit 40 gr 1 ptg sdg 50 kalori
brokoli 100 gr 25 kalori
minyak kelapa 7,5 gr 1 sdt 75 kalori
Selingan I : 12,5 % x 1615 = 202 kalori
kacang hijau 40 gr 4 sdm 150 kalori
gula 13 gr 1 sdm 50 kalori
Siang : 30 % x 1615 = 484 kalori
nasi beras giling 100 gr ¾ gelas 175 kalori
Tahu 110 gr 1 bj besar 75 kalori
ikan lele 80 gr 1 ekor sdg 100 kalori
kangkung 100 gr 25 kalori
anggur 115,5 gr 14 bh sdg 35 kalori
minyak kelapa 7,5 gr 1,5 sdt 75 kalori
Selingan II : 12,5% x 1615 = 202 kalori
Ubi jalar kuning 135 gr 1 bj sdg 175 kalori
Melon 95 gr ½ ptg bsr 25 kalori
7
Page 8
Sore : 25% x 1615 = 403 kalori
Mie basah 200 gr 2 gls 175 kalori
Bayam merah 100 gr 1 gls 50 kalori
Telur ayam 55 gr 1 btr 75 kalori
Minyak kelapa 10 gr 2 sdt 100 kalori
o Olahraga
3-4 kali seminggu (Selasa, Jumat, Minggu) Pagi atau sore hari.
Rata-rata 1 jam à Senam, dinamis aerobic
(15 menit pemanasan, 30 menit olahraga intensif, 15 menit cooling down)
Farmako :
Hipertensi 160/80 : 2 kombinasi. Diuretik dan ACE I / ARB, atau BB dan CCB.
Diabetes Mellitus : GHS + kombinasi 2 OHO ( Metformin + Gibenclamide).
8
Page 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
Diabetes Melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia
dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).
Diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua yaitu diabetes melitus tipe 1 dan 2, atau yang
disebut dengan Diabetes Melitus type 1, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang
dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), pada tipe ini penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Dan Diabetes Melitus type II atau yang disebut Non Insulin
Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset
Diabetes (MOD). Pada tipe ini disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pancreas, tetapi biasanya lebih sering pada keadaan resistensi aksi insulin pada jaringan
perifer.
9
Page 10
2. Etiologi dan Patomekanisme
2.1. DM Tipe 1
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang merupakan
kombinasi dari beberapa faktor :
Faktor Imunolog
Faktor genetik
Pulau langerhans diinfiltrasi oleh limfosit atau disebut dengan insulitis.Setelah sel beta
hancur, proses inflamasi terhenti, pulau langerhans mengalami atrofi, dan sebagain besar
marker imunologi menghilang. DM tipe 1 umumnya disertai abnormalitas sistem imun
humoral dan selular, meliputi :
1. Autoantibodi sel pankreas
2. Aktivasi limfosit di langerhans, limfonodus peripankreatik, dan sirkulasi sistemik
3. Proliferasi limfosit T
4. Pelepasan sitokin saat insulitis
Sel beta sangat rawan terhadap efek toksik berbagai sitokin seperti TNF alfa, interferon
gamma, dan interleukin 1.Mekanisme pasti kematian sel beta belum diketahui, diperkirakan
melibatkan pembentukan metabolit NO, apoptosis, dan sel T CD 8 sitotoksik.Destruksi sel
pankreas terutama dimediasi limfosit T dibandingkan autoantibodi.
2.2. DM Tipe 2
DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama, meliputi :
Gangguan sekresi insulin
Resistensi insulin perifer
Dan produksi glukosa hepatik berlebih.
Obesitas sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah
hormon seperti leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang
memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, berat badan, dan berkontribusi terhadap resistensi
insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien DM tetap normal meskipun terjadi resistensi
insulin karena sel beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan produksi
insulin.Seiring dengan meningkatnya resistensi insulin, sel beta pankreas tidak dapat
mempertahankan kondisi hiperinsulinemia. IGT (Impaired Glucose Tolerance) ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa postprandial. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan
10
Page 11
produksi glukosa hepatik menyebabkan pasien mengalami diabetes disertai peningkatan
kadar glukosa darah puasa.
- Resistensi Insulin
Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target terutama otot
dan liver merupakan gambaran utama DM tipe 2 dan merupakan kombinasi antara faktor
genetik dan obesitas.Resistensi insulin bersifat relatif. Tingginya jumlah insulin yang
dibutuhkan untuk menormalkan kadar glukosa plasma menandakan penurunan sensitivitas
dan respon reseptor insulin. Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada DM tipe 2
belum diketahui dengan pasti.Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot
rangka merupakan efek sekunder hiperinsulinemia.
- Gangguan Sekresi Insulin
Etiologi penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas.Defek genetik
sekunder diduga meningkatkan resistensi insulin yang memicu kegagalan sel beta pankreas.
Pulau polipeptida amiloid atau amylin yang disekresikan oleh sel beta akan membentuk
deposit amiloid fibrilar. Deposit ini dapat ditemukan pada pasien yang telah lama menderita
DM tipe 2.
- Peningkatan Produksi Glukosa Hepatik
Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada liver merefleksikan kegagalan hiperinsulinemia untuk
menghambat glukoneogenesis sehingga terjadi hiperglikemia pada keadaan puasa dan
penurunan penyimpanan glikogen oleh liver pada fase postprandial.Peningkatan produksi
glukosa hepatik terjadi pada awal sindrom diabetes.
2.3. DM tipe lain
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pancreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
11
Page 12
2.4. Diabetes Melitus Gestasional
Disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh
menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus
berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan
memperberat resistensi insulin yang telah terjadi.
Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih
banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi.
Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah
akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang
menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah
melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari.
3. Mekanisme terjadinya ulkus
12
Staphylococc
us aureus
ImunMikrol
esiFolikul
itisKarbunkel
Pus
Pecah
Ulkus
DMAliran darah berkurangProtein berkurang
Page 13
4. Gejala dan Tanda Diabetes Melitus
Tanda dan gejala pada DM tipe 1 muncul secara mendadak, sedangkan pada DM tipe 2
muncul secara perlahan-lahan. Gejala dan tanda yang utama adalah :
3 P : poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Penurunan berat badan pada kondisi nafsu makan normal atau meningkat. Fenomena
ini terutama pada DM tipe 1 yang tidak terkontrol, sedangkan DM tipe 2 umumnya
berasosiasi dengan obesitas.
Hiperglikemia disertai gangguan penglihatan, kelelahan, parestesia, dan infeksi kulit.
5. Kriteria Diagnosis
Gejala Klasik + GDS >200 mg/dl
Gejala Klasik + GDP > 126 mg/dl
TTGO ≥ 200 mg/dl
*Pemeriksaan HbA1c (≥6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukan menjadi salah satu kriteria
diagnosis DM, jika dilakukan pada lab yang terstandar risasi dengan baik
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar GD Sewaktu:
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar GD Puasa:
Plasma vena
Darah kapiler
<110
< 90
<110
< 90
110 –199
90 – 199
110 –125
90 – 109
> 200
> 200
> 226
> 110
6. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi pada diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi akut dan kronik:
Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda :
Rasa lapar
Gemetar
Keringat dingin
Pusing
Hipoglikemia dapat saja menyebabkan terjadinya koma. Oleh karena koma ini disebabkan oleh
kekurangan glukosa dalam darah (koma Hipoglikemia). Penderita koma Hipoglikemik harus segera
13
Page 14
dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infus glukosa.Penderita
Diabetes Mellitus yang mengalami reaksi Hipoglikemik (masih sadar) biasanya disebabkan oleh obat
anti Diabetes yang diminum dalam dosis tinggi.
Krisis Hiperglikemia
Krisis hiperglikemia merupakan komplikasi akut serius pada penderita diabetes mellitus. Krisis
hiperglikemia dapat terjadi dalam bentuk ketoasidosis diabetik (KAD), status hiperosmolar
hiperglikemik (SHH) atau kondisi yang mempunyai elemen kedua keadaan diatas. KAD adalah
keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton yang berlebihan,
sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya
lebih tinggi dari KAD murni.Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah
defisiensi insulin, relatif ataupun absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat. Pada KAD
dan SHH, disamping kurangnya insulin yang efektif dalam darah, terjadi juga peningkatan hormon
kontra insulin, seperti glukagon, katekholamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan. Hormon-hormon
ini menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa
dijaringan, yang mengakibatkan hyperglikemia dan perubahan osmolaritas extracellular. Kombinasi
kekurangan hormon insulin dan meningkatnya hormon kontrainsulin pada KAD juga mengakibatkan
penglepasan/release asam lemak bebas dari jaringan adipose (lipolysis) ke dalam aliran darah dan
oksidasi asam lemak hepar menjadi benda keton (ß- hydroxybutyrate [ß-OHB] dan acetoacetate) tak
terkendali, sehingga mengakibatkan ketonemia dan asidosis metabolik.
Komplikasi Ginjal pada Diabetes Mellitus
Nefropati diabetic merupakan penyebab kematian terbanyak penderita DM. Proteinuria penderita DM
biasanya menunjukkan tingkat kerusakan pada ginjal dan prognosis.Patogenesis nefropati diabetic
berhubungan dengan hiperglikemia, kemungkinan karena kerja ginjal yang terus menerus melebihi
batas untuk menyaring glukosa, peningkatan tekanan darah pada ginjal dan perubahan struktur
glomerular.
Diabetic Neuropathy
Diabetic neuropathy muncul pada 50% penderita DM jangka panjang baik pada tipe 1 maupun tipe 2.
Pada penderita DM kemungkinan disebabkan gangguan sirkulasi pada sel saraf karena kerusakan
14
Page 15
pembuluh darah, Ada pun jenis-jenisnya adalah:
Polyneuropathy (mononeuropathy)
Bentuk yang paling sering adalah distal symmetric polyneuropathy berupa kehilangan kemampuan
sensorik bagian distal. Gejala yang muncul berupa perasaan gatal geli atau terbakar dimulai dari
ujung kaki menyebar ke proksimal. Lama kelamaan penderita akan kehilangan kemampuan sensori
atau kehilangan kemampuan reflek. Sedangkan mononeuropathy biasanya menyerang bagian cranial
atau saraf perifer lainnya.
Autonomic neuropathy
Penderita DM dapat mengalami disfungsi saraf otonom (sistem kolinergik, noradrenergic dan
peptidergik). Saraf-saraf tersebut mengatur jantung, gastrointestinal dan sistem kemih. Hal ini bisa
mengakibatkan takikardi, gejala gangguan pengosongan lambung, gangguan frekuensi berkemih, dll.
Gastrointestinal dan genitourinary
Kelainan yang paling sering muncul adalah gangguan pengosongan lambung dan gangguan motilitas
usus. Gejala yang mungkin muncul adalah anorexia, muntah, mual, dan kembung. Penyebabnya
mungkin adalah disfungsi saraf simpatis. Selain itu hiperglikemia juga mengganggu proses
pengosongan lambung.
Komplikasi kardiovaskular
Faktor resiko untuk penyakit makrovaskular pada penderita DM misalnya dislipidemia, hipertensi,
obesitas, aktivitas fisik berkurang, dan bila merokok akan semakin parah.Pada penderita DM tipe 2
biasanya terjadi peningkatan plasminogen activator inhibitor dan fibrinogen yang meningkatkan
koagulasi darah. Selain itu diabetes juga berhubungan dengan disfungsi endotel, otot polos pada
pembuluh dan platelet. Selain penyakit jantung koroner, kemungkinan untuk terjadi penyakit
cerebrovaskular juga meningkat pada penderita DM. penderita DM juga beresiko terkena diabetic
cardiomyopathy.
Komplikasi pada ekstremitas bawah
DM merupakan penyebab amputasi non-traumatik tertinggi terutama akibat ulkus pada kaki, dan
15
Page 16
infeksi. Peningkatan insidensi disebabkan neuropathy, penyakit arteri perifer dan penyembuhan luka
yang lambat. Sekitar 15% penderita DM menderita ulkus pada kaki dan 14-24% diantaranya harus
diamputasi. Ulkus diabetikum dapat terjadi menurt dua teori, teori sorbitol dan terori glikoksilasi.
Terori sorbitol
Hyperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan
dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi
habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktasi
akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan menumpuk dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
Teori Glikosilasi
Akibat hyperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang
mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membrane basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskule.Terjadinya ulkus diabetikum
sendiri disebabkan oleh faktor – faktor yang disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angipati, neuropati dan infeksi. adanya neuropati perifer
akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan
ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika
sehingga menmyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh.
Infeksi
Penderita DM juga bisa mengalami gangguan sistem imun dan fungsi fagosit. Hal ini berhubungan
dengan hiperglikemia dan gangguan vaskularisasi. Hiperglikemia membantu kolonisasi candida dan
jenis fungal lainnya karena menyediakan makanan yang baik untuk pertumbuhan koloni. Infeksi
tersering yang muncul adalah pneumonia, UTI, dan infeksi pada kulit. Selain itu penderita DM juga
lebih rentan terhadap postoperative infection.
Mata
16
Page 17
Pada DM dapat saja terjadi retinopati dimana pembuluh retina mengalami penyempitan, karena
merupakan end artery (tak punya kolateral) sumbatan pada pembuluh retina berakibat kebutaan.
Komplikasi kronik lainnya ialah katarak diabetik sebagai akibat tingginya kadar glukosa dalam cairan
lensa mata, sehingga cairan lensa tersebut menjadi keruh.
7. Penatalaksanaan
Pilar Utama Pengelolaan DM
- Edukasi
- Terapi gizi
- Latihan jasmani
- Intervensi farmakologi
7.1. Non Farmakologi
Perencanaan makan
• Karbohidrat: 45-65%
• Protein:10-20%
• Lemak:20-25%
• Natrium: <3000 mg, HTàsd 2400 mg
• Serat: +25 gr/hari
• Pemanis alternatif
25-30 kal/Kg BBI + beberapa faktor
Cara kasar:
Kurus: 2300-2500 kal
Normal: 1700-2100 kal
Gemuk: 1300-1500 kal
Latihan Jasmani
- Secara teratur 3-4x/minggu selama + 30 menit, bersifat aerobik e.g: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging dan berenang. Kegiatan sehari-hari seperti jalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
- Manfaat: menurunkan BB dan memperbaiki sensitivitas insulinàmeperbaiki kendali glukosa
17
Page 18
darah.
7.2. Farmakologi
Kosensus ADA 2011
- GHS + 1 OHO
- GHS + kombinasi 2 OHO
- GHS + kombinasi 3 OHO atau 2 OHO + long acting insulin
- Insulin
Cara pemberian OHO
- Selalu mulai dengan dosis kecil, tingkatkan bertahap sesuai respon kadar glukosa darah
- SU generasi 1 dan 2: 15-30 menit sebelum makan
- Glimepirid: sebelum/sesaat sebelum makan
- Repaglinid, nateglinid: sesaat/sebelum makan
- Metformin: sebelum/pada saat/sesuah makan
- Alfa-glukosida inhibitor: bersama makan suapan pertama
- Tiazolidindion : tidak bergantung jdwal makan
a. Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
- Efek samping utama : BB naik, hipoglikemi
- Penurunan HbA1c 1,5-2%
b. Glinid
Meningkatkan sekresi insulin
- Efek samping utama : BB naik, hipoglikemi
18
Page 19
c. Metformin
Menekan prod glukosa hati & menambah sensitivitas insulin
- Efek samping utama : Diare, dispepsia, asidosis laktat
- Penurunan HbA1c 1,5-2%
d. Penghambat glukosida alfa
Menghambat absorbsi glukosa
Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna
sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial
- Efek samping utama : Flatulens, tinja lembek
- Penurunan HbA1c 0,5-1%
e. Tiazolidindion
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin
dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
- Efek samping utama : Edema
- Penurunan HbA1c 1,3%
f. Insulin
20-25% DM tpe 2 akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya
Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal : insulin kerja menengah atau kerja panjang
Untuk memebuhi kebutuhan insulin prandial: insulin kerja cepat atau insulin kerja sangat
cepat
- Efek samping utama : Hipoglikemi, BB naik.
- Penurunan HbA1c : Potensial sampai dengan normal.
Indikasi Terapi Insulin
- Semua DM tipe 1
- DM tipe 2 bila kadar glukosa darah tidak terkendali dengan terapi jenis lain, atau bila stres
fisiologis
19
Page 20
- DM gestasional
- DM Ketoasidosis Hiperglikemi HONK
- Hiperglikemi dgn asidosis laktat
Jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1c>6,5%) dalam jangka waktu 3
bulan dengan 2 obat oralà sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi OHO dan insulin.
Dosis initial (mg/hr) Dosis maksimal (mg/hr) Frekuensi (x/hari)
SULFONILUREA
Glibenclamide
Gliclazide
Glipizide
Gliquidone
Klorpropamide
Glimepiride
MEGLITINIDE
Repaglinide
Nateglinide
METFORMIN
Alfa-glukosida
inhibitor
Acarbose
2,5
80
5
30
50
0,5
1,5
120
500
50
15-20
240
20
120
500
6
8
360
3000
300
1-2
1-2
2-3
1
1
1
3
3
1-3
3
20
Page 21
8. Kesimpulan
Terapkan 4 pilar utama pada pasien
Terapi Farmakologi
Daftar Pustaka
• Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu
• Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
• Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. 2007. Jakarta: FKUI
• Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
PERKENI 2011
21
Terdiagnosis DM tipe-2
Perubahan gaya hidup
Kadar A1c (%)
<6,5 - 7
7 - 89 - 10
Teruskan
Monoterapi oral : SU Metformin AGI TZD meglitinides
Terapi kombinasi 2 oral + insulin :MetforminSU TZDGlinidBasal insulin
Terapi insulin :
Insulin Intensif
>10
Cek kadar glukosa darah
PERKENI, 2011
8 - 9
Kombinasi 2 obat oral : SU Metformin AGI TZD meglitinides
Page 22
• Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. PERKENI 2011
22