EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008/2009 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Disusun Oleh: Sri Tatik Suprihatin S.850907121 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
96
Embed
Disusun Oleh: Sri Tatik Suprihatin S.850907121 PROGRAM ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
KELAS XII IPS SMA NEGERI KOTA
SURAKARTA TAHUN 2008/2009
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister
Disusun Oleh:
Sri Tatik Suprihatin
S.850907121
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
xix
ABSTRACT
Sri Tatik Suprihatin. S. 850907121. The Effectiveness of Realistic MathematicsLearning viewed from the Students’ learning Motivation of Grade XII IPS SMA Negeri of Surakarta City. Thesis. Surakarta. Mathematics EducationProgram Study of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. 2009.
The objective of research is to find out (1) whether the realistic learning approach will provide the better students’ learning achievement than the conventional one in the subject matter of linear program?, (2) whether or not themathematic learning achievement of students having high motivation is better than that of the students having medium or low motivation, and whether or not the mathematic learning achievement of students having medium motivation is better than that of the students low motivation?, (3) whether or not there is an interaction between the use of learning approach and the students’ learning motivation on the learning achievement?
This study was categorized into a quasi experimental research with 2 x 3 factorial design. The population of research was the grade XII IPS students of SMA Negeri in Surakarta City. The sampling technique employed was cluster random sampling. The sample consisted of 190 students: 92 students for the experiment class were taken from (1 class of SMA Negeri 2, 1 class of SMANegeri 5, and SMA Negeri 8) and 98 students for the control class were taken from (1 class of SMA N 3, 1 class of SMA Negeri 5 and 1 class of SMA Negeri8). Technique of collecting data employed in the study included questionnaire, test, and documentation methods. The instrument used to find out the students’ learning achievement was multiple-choice items. For testing the data validity, the instrument was used by the practitioner or validator, meanwhile in order to find out the test reliability, the Kruder-Richardson 20 formula was used. From 25objective items, only 20 items were used because other five items were not valid.The result of reliability (r11 = 0.9551243).
The analysis prerequisites employed were Liliefor test for the normality test and Bartlet test for homogeneity test. At the significance level = 5%, it can be concluded that the sample deriving from the population is distributed normally.From the homogeneity calculation, it can be concluded that the research derives from the homogenous-distributed population.
Technique of analyzing data of this study was two-way variance analysis with different cells. The result of two-way analysis at significance level = 5% shows that (1) there is an effect of the learning approach usage on the students’ learning achievement of grade XII IPS of SMA Negeri in Surakarta in the subject matter of linear program (Fa = 4.61391> 3.84 F(0.05;1;184), (2) there is an effect ofmotivation on the students’ learning achievement of grade XII IPS of SMA Negeri in Surakarta in the subject matter of linear program (Fb = 9.49974> 3.00 = F(0.05;2;184), and (3) there is no interaction between the learning approach and the students learning motivation in the students’ learning achievement of grade XII
xx
IPS of SMA Negeri in Surakarta in the subject matter of linear program (Fab = 0.27532<3.00 = F(0.05;2;184).
The conclusion of research are: (1) the realistic mathematic learning approach results in the students’ learning achievement better than the conventional, (2) the students’ learning motivation affects the students’ mathematic learning achievement in the subject matter of linear program in the grade XII IPS in school years of 2008/2009. The mathematic learning achievement of students having high motivation is as high as that of students having medium motivation; the mathematic learning achievement of students having high motivation is higher than that of students having low motivation; and the mathematic learning achievement of students having medium motivation equals to that of students having low motivation, (3) In the realistic approach, the students’ learning achievement is better than that in the conventional learning approach in general or viewed from the students’ learning motivation level.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha untuk menciptakan kondisi kehidupan,
diharapkan agar setiap siswa dapat memperoleh kesempatan yang sama guna
mengembangkan watak, kemampuan, sikap tanggungjawab yang pada
akhirnya kelak dapat mengembangkan peranannya sebagai bagian dari
masyarakat. Di samping itu pendidikan memegang peranan yang sangat
penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas.
Menurut Silabus Kurikulum 2006 yang dikembangkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendidikan matematika di Sekolah
Menengah Atas (SMA) memiliki karakteristik bahwa obyek pembicaraan
matematika adalah obyek abstrak dan metodologinya deduktif.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai siswa
karena matematika tidak bisa terlepas dari mata pelajaran lain. Terlepas dari itu
matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam
perkembangan sains dan teknologi matematika mempunyai peranan penting.
Hal ini tidak disadari oleh para siswa karena kurangnya informasi tentang
fungsi dan peranan matematika itu sendiri. Sebagian mereka hanya tahu belajar
matematika dengan menghafal rumus lalu menyelesaikan soal dengan
menggunakan rumus yang sudah dihafal melalui operasi hitungan dengan
bilangan atau angka, huruf dan simbol tetapi tidak bermakna sehingga tidak
2
melekat dibenak para siswa. Dalam kaitannya dengan masalah pendidikan,
Toeti Soekamto (1996 : 1) menyatakan : dewasa ini pendapat umum di
Indonesia menyatakan bahwa pendidikan tidak memberikan hasil seperti apa
yang diharapkan, selain itu program-program intruksional yang ada dianggap
masih belum memadai dalam kualitas, sehingga siswa tidak dapat belajar
dengan baik karena tidak dapat menangkap yang diajarkan guru di sekolah.
Di sekolah, guru merasa kesulitan menerapkan metode pembelajaran
yang menjadi siswa aktif dan kreaktif di dalam mengikuti proses pembelajaran
di kelas. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran matematika di kelas
seringkali guru dihadapkan pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam mengubah soal cerita menjadi model matematika,
siswa tidak berani menanyakan kesulitan dalam mengubah soal cerita menjadi
model matematika, pada pelajaran matematika terutama memahami kalimat
matematika yang berkaitan dengan soal cerita dengan sistem pertidaksamaan
sebagian besar siswa ketakutan dalam hal ini, jarang ditemukan ide-ide baru
siswa dalam mengubah soal cerita menjadi model matematika, serta bagi
beberapa guru merancang dan memilih masalah matematika yang kontekstual
masih merupakan hal yang sulit.
Masalah yang terkait dengan soal cerita telah dialami sejak mereka
duduk di sekolah dasar. Ini berarti siswa kelas XII IPS, ketidakmampuan
mengubah soal cerita menjadi model matematika adalah menemukan bentuk
sistem pertidaksamaan yang harus digunakan dan beberapa siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan sistem pertidaksamaan tersebut.
3
Proses pembelajaran matematika yang sering dilakukan guru adalah
model klasikal dengan metode ekspositori, yaitu algoritma aritmetika dan
rumus matematika diinformasikan dan dilatih melalui tugas kepada siswa, dan
diakhiri dengan melatihkan aplikasinya dengan baik dalam soal cerita dan soal-
soal sistem pertidaksamaan. Secara garis besar, pembelajaran menggambarkan
suatu kejadian guru aktif memberikan informasi, sedangkan kegiatan siswa
hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan
matematika telah banyak dilakukan, namun sampai saat ini masih jauh dari
yang diharapkan.
Menurut Marpaung (2002) upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan matematika telah ditempuh
dengan cara:
1. Melakukan perubahan kurikulum secara teratur supaya isi kurikulum tidak
ketinggalan dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang
berubah dengan cepat.
2. Melaksanakan penataran-penataran guru-guru.
3. Melengkapi perlengkapan sekolah termasuk di dalamnya alat peraga MIPA.
4. Mengirim tenaga pendidikan ke luar negeri untuk mengikuti kegiatan
workshop, studi lanjut, studi banding, konferensi dan sebagainya.
Namun usaha itu belum berhasil yang sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan. Kenyataan menunjukkan kualitas pendidikan kita masih rendah,
termasuk kualitas pendidikan matematika. Dibandingkan dengan mata
4
pelajaran lain prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika selalu lebih
rendah. Skor rata-rata secara nasional untuk mata pelajaran matematika sering
di bawah 5 (Marpaung, 2002). Kenyataan dilapangan materi matematika
sampai sekarang masih sulit dipahami oleh banyak siswa. Terlebih program
linear yang merupakan salah satu materi pokok dalam matematika pada siswa
kelas XII SMA IPS. Kesulitan memahami program linear terutama dalam
memahami kalimat matematika, seperti mengubah soal cerita menjadi model
matematika. Problematika pembelajaran program linear di SMA terutama kelas
XII IPS yang meliputi apakah bahan ajarnya? Atau metodenya? Lebih
disempitkan lagi bahwa sebagian besar siswa merasakan kesulitan memahami
program linear terutama dalam memahami kalimat matematikanya. Hal ini
sangat dimungkinkan karena program linear berkaitan dengan sistem
pertidaksamaan.
Berkaitan dengan masih rendahnya prestasi belajar matematika sangat
dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang kurang tepat. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang berorentasi pada penerapan matematika dalam
kehidupan sehari-hari adalah pendekatan realistik. Pendekatan ”realistic” yang
dikembangkan di Netherlands sejak sekitar tahun 1970 dikenal sebagai
Realistic Mathematic Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik
(PMR) yang telah berhasil mengangkat mutu pendidikan matematika di negeri
Belanda secara signifikan (dalam Marpaung, 2003 : 9). Maka dari itu
pendekatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat memberikan
5
inspirasi siswa dalam mengembangkan kreaktivitas dan lebih termotivasi untuk
meningkatkan prestasi belajar.
Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya materi
pokok program linear, di samping menggunakan metode pembelajaran yang
tepat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : faktor sekolah, faktor
guru, faktor siswa, faktor pembelajaran, materi matematika sendiri dan
sebagainya. Menurut Suyono (dalam Hasratuddin, 2002 : 1) mengatakan
bahwa bila dilihat dari faktor pembelajaran, kelemahan pembelajaran
matematika yang dilakukan oleh guru di sekolah adalah (1) rendahnya
kemampuan guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, (2)
kemampuan mengajar guru hanya sebatas menjawab soal-soal, (3) guru enggan
merubah metode mengajar yang terlanjur dianggap benar dan efektif, dan (4)
guru hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional tanpa
memperhatikan aspek berpikir siswa.
Sardiman (2007 : 85) menyatakan bahwa motivasi berfungsi sebagai
pendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi
perbuatan, salah satu unsur yang menumbuhkan motivasi adalah sejauh mana
merespon suatu kegiatan. Masalah utama dalam pendidikan matematika adalah
rendahnya prestasi belajar matematika dan kurangnya motivasi belajar serta
keinginan untuk mengikuti pembelajaran matematika di sekolah.
Mengingat pentingnya prestasi belajar matematika bagi siswa dalam
proses belajar selanjutnya maka masalah rendahnya prestasi belajar matematika
6
siswa, dan motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran matematika
yang cenderung negatif perlu diupayakan pemecahannya.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa yang cenderung negatif
dikarenakan pembelajaran matematika yang didesain guru belum mengarah
ke pola efektif, kreaktif dan tidak membosankan siswa. Terkait dengan ini,
dapat diteliti apakah jika pemahaman guru tentang efektif, kreaktif dan
tidak membosankan ditingkatkan maka prestasi belajar matematika
menjadi lebih baik.
2. Pembelajaran matematika cenderung terpola berpusat pada guru dengan
pembelajaran konvensional. Ada kemungkinan metode pembelajaran
tersebut merupakan penyebab rendahnya prestasi belajar matematika dan
motivasi belajar siswa yang cenderung negatif. Terkait dengan ini, dapat
diteliti: apakah jika metode pembelajaran guru diubah maka prestasi belajar
matematika dan motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Rendahnya prestasi belajar matematika dan motivasi belajar siswa yang
cenderung negatif di SMA Kota Surakarta kemungkinan tidak hanya
diakibatkan pendekatan pembelajaran para guru, hal ini dapat diduga dari
adanya masalah tersebut pada siswa kelas XII SMA. Mengingat motivasi
belajar siswa merupakan prasarat memiliki peranan yang sangat penting
dalam belajar matematika, maka kemungkinan rendahnya prestasi belajar
7
matematika dan motivasi belajar siswa yang cenderung negatif diakibatkan
guru kurang memperhatikan siswa dan siswa tidak menyadari pentingnya
motivasi belajar matematika dalam proses belajar mengajar. Penelitian yang
muncul dari hal ini bagaimana merancang pendekatan pembelajaran
realistik, sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika siswa?
4. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa ada kemungkinan disebabkan
dalam pembelajaran matematika tidak ada keinginan siswa untuk terlibat
secara aktif. Apakah dengan pemilihan pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan pelajaran dengan dunia nyata siswa dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika?
C. Pemilihan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan
penelitian dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama.
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan mencoba menyelesaikan
masalah penelitian yang terkait dengan permasalahan yang ketiga yaitu
pendekatan realistik terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari
motivasi belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, masalah
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh pembelajaran realistik
terhadap prestasi belajar matematika materi pokok program linear ditinjau dari
8
motivasi belajar siswa. Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan
terarah maka dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut :
1. Ada dua pembelajaran yang dicoba diteliti pengaruhnya terhadap prestasi
belajar matematika yaitu pembelajaran realistik yang diterapkan pada
kelas eksperimen yang akan dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol, bertolak dari motivasi
belajar siswa yang berimbang.
2. Motivasi belajar siswa yang dimaksud adalah keseluruhan gerak psikis
dalam diri siswa yang menimbulkan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar demi mencapai
tujuan.
3. Prestasi belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar pada materi pokok program linear siswa SMA kelas XII IPS
semester satu. Pada materi pokok program linear banyak sekali
permasalahan kehidupan sehari-hari yang merupakan aplikasi dari mata
pelajaran matematika.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi , pemilihan dan pembatasan masalah maka
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pendekatan pembelajaran realistik akan memberikan prestasi
belajar siswa lebih baik pada materi pokok program linear daripada
pendekatan pembelajaran konvensional?
9
2. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi
tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi sedang, dan
apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi
sedang lebih baik daripada siswa yang bermotivasi rendah pada materi
pokok program linear?
3. Apakah pada pendekatan pembelajaran konvensional, siswa dengan
motivasi belajar yang berbeda akan memberikan prestasi yang sama, dan
apakah pada pendekatan realistik, siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki motivasi sedang, siswa yang mempunyai motivasi sedang
akan lebih baik daripada siswa yang mempunyai rendah?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran realistik
dalam pembelajaran matematika pada materi pokok program linear
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui bahwa prestasi balajar matematika siswa yang
mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah dalam mempelajari materi
pokok program linear.
10
3. Untuk mengetahui bahwa terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan
pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika pada materi pokok program linear.
4. Memberikan informasi kepada guru maupun calon guru matematika
tentang penggunaan pendekatan pembelajaran matematika dengan
pendekatan pembelajaran realistik dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada proses
pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan pembelajaran
realistik terhadap prestasi belajar matematika materi pokok program linear
ditinjau dari respon siswa terhadap proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada guru maupun calon guru matematika
tentang penggunaan pendekatan pembelajaran matematika dengan
pendekatan pembelajaran realistik dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
2. Memberikan informasi tentang pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis.
11
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka
berpikir serta pengujian hipotesis. Tinjauan pustaka adalah hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan masalah penelitian. Kajian teori yang akan dibahas adalah
teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kerangka berpikir adalah
konsep dasar untuk menjawab permasalahan yang diangkat dari tinjauan pustaka
dan kajian teori.
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Istilah prestasi biasanya muncul setelah diberilakukan suatu
pengukuran atau penilaian atau sering dikatakan sebagai evaluasi.
Dengan kata lain hasil pengukuran atau penilaian yang dilakukan dengan
memperhatikan beberapa aspek yang melingkupinya disebut prestasi.
Menurut Oemar Hamalik (2003:159), prestasi adalah hasil yang
merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (2005:895) kata
prestasi mempunyai arti ” hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.
12
b. Pengertian Belajar
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli tentang
belajar sebagai berikut: Winkel (2004 : 58) belajar adalah suatu aktifitas
mental yang dilakukan seseorang, yang tidak dapat dilihat dari luar.
Seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui apa yang terjadi
dalam diri seseorang tersebut hanya dengan mengamatinya. Menurut
Nana Sudjana (1989 : 5) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai pada diri seseorang. Slameto (2002:2) mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Paul Suparno (1997 : 61) belajar
merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti, baik dari teks,
dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses
mengasilmilasi dan mengakomodasi dalam rangka menghubungkan
pengalaman atau bahan yang sedang dipelajari dengan pengertian yang
telah dipunyai, sehingga pengetahuan itu dikembangkan. Menurut
Sardiman (2007 : 98) belajar adalah berbuat dan sekaligus proses yang
membuat anak didik aktif.
c. Belajar Matematika
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri seseorang atau siswa
yang ditandai dengan adanya perubahan. Perubahan perilaku yang terjadi
13
pada diri seseprang, sebagai hasil dari proses belajar yang diperolehnya
dari berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti : perubahan pengetahuan,
pemehaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan atau perubahan
aspek lain yang ada pada individu orang yang belajar.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang
diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari
kemampuan seseorang memfungsionalkan materi matematika yang
dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara
konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut,
sedangkan sacara praktis dimaksudkan menerapkan pada bidang-bidang
lain. Soedjadi (2000) mengemukakan menguasai matematika diperlukan
cara belajar yang berurutan setapak demi setapak dan berkesinambungan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam mempelajari matematika
haruslah bertahap, berurutan, dan berkesinambungan berdasarkan pada
pengalaman belajar sebelumnya.
Herman Hudoyo (19979 : 6) menyatakan bahwa seseorang
dikatakan belajar matematika apabila pada diri orang tersebut terjadi
suatu proses kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku
yang berkaitan dengan matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak
tahu konsep menjadi tahu konsep, dan mampu menggunakannya dalam
mempelajari materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
14
proses belajar materi matematika bukan hanya pengenalan yang dicapai,
tetapi juga perlu pemahaman terhadap materi tersebut.
d. Prestasi Belajar Matematika
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan
instruksional khusus dapat dicapai. Tujuan instruksional tersebut
merupakan hasil belajar yang telah ditetapkan baik menurut aspek isi
maupun aspek perilaku.
Tujuan pembelajaran matematika adalah siswa memahami konsep
matematika, memiliki ketrampilan, menerapkan konsep dalam
kehidupannya, menyadari dan menghargai pentingnya matematika.
Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran matematika sudah
dicapai secara menyeluruh oleh siswa perlu diadakan penilaian melalui
tes. Menurut Nasution (1995 : 4) prestasi belajar berasal dari dua kata
yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil suatu kerja yang baik
secara maksimal sesuai dengan situasi dan kondisi tanpa pemborosan.
Prestasi belajar seseorang biasanya dapat diukur keberhasilan
seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Dalam
prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang dimiliki
seseorang dalam mencapai tujuan belajar matematika dalam selang
waktu tertentu orang tersebut melakukan kegiatan belajar matematika.
Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai materi
pelajaran diperlukan alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan di
sekolah biasanya berupa tes. Tes yang digunakan berupa tes obyektif
15
ataupun tes essay. Kedua tes ini biasanya mencakup kemampuan ingatan,
pemahaman, aplikasi ataupun analisis. Pada penelitian ini yang dimaksud
prestasi belajar matematika adalah nilai yang dicapai dari hasil tes
prestasi belajar setelah mengikuti proses pembelajaran, baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol pada materi pokok program linear.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar sangat
penting dalam rangka membantu siswa untuk dapat mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya. Supaya belajar dapat berhasil, yaitu
mencapai perubahan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan, maka
proses belajar mengajar harus terjadi dengan baik. Oleh sebab itu faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar hendaknya
diperhatikan.
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempunyai potensi
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar meliputi :
a. Faktor Internal.
b. Faktor Eksternal.
Secara terperinci kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa
sendiri, yang meliputi:
1. Faktor Jasmaniah
a) Kesehatan.
16
Kesehatan adalah faktor penting di dalam belajar, sebab
dengan kesehatan yang prima akan menjaga konsentrasi
belajar.
b) Cacat tubuh.
Cacat tubuh dapat juga menjadi salah satu hal yang
mempengaruhi belajar.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan
rohaniah.
Termasuk dalam faktor ini adalah:
a) Intelgensi atau kecerdasan yang sangat besar pengaruhnya
terhadapkeberhasilan belajar siswa. Intelgensi yang tinggi
memungkinkan siswa mendapat perstasi belajar yang tinggi dan
intelgensi yang sedang atau rendah juga memungkinkan siswa
mendapat prestasi belajar yang sedang atau rendah.
b) Perhatian yang datang dari diri sendiri terhadap pelajaran
maupun perhatian dari orang lain kepada dalam belajar juga
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
c) Minat atau keinginan atau ketertarikan pada bahan pelajaran
bisa menjadi penyebab keberhasilan belajar.
d) Bakat .
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah”the capacity to
learn”.Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk
17
belajar. Dapat juga diartikan bakat sebagai bentuk-bentuk
kecakapan khusus yang dimiliki seseorang. Kecakapan khusus
ini umumnya berasal dari pembawaan atau hereditas.
e) Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai
karena dapat menjadi daya dorong/daya gerak untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal.
f) Kematangan adalah suatu tingkatan atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah
Preparedness respond or react. Kesiapan adalah kesediaan
untuk memberi response atau bereaksi.
3. Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi
dapat dibedakan mejadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah
dan kelelahan rohani.
b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor
ini meliputi:
1. Faktor lingkungan keluarga yang terdiri dari:
a) Cara Orangtua Mendidik.
Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar anak. Orangtua dapat mendidik anaknya
dengan cara memberikan pendidikan dan perhatian yangcukup
18
agar siswa mendapat prestasi yang baik. Sebaiknya orangtua
yangtidak mengindahkan pendidikan anaknya, acuh tak acuh
atau bahkan tidak memperhatikan sama sekali, tentu berakibat
anak tidak akan berhasil dalam belajarnya. Di lain pihak,
orangtua yang memanjakan anak-anaknya juga bisa menjadi
penyebab rendahnya prestasi belajar anaknya. Anak yang
terlalu dimanjakan menjadi sukar untuk diarahkan, hanya
semuanya sendiri.
b) Faktor suasana rumah yang tidak kondusif, yaitu terlalu gaduh
atau terlalu ramai bisa menghemat konsentrasi belajar yang
berakibat pada rendahnya prestasi belajar.
c) Faktor ekonomi keluarga juga banyak menentukan dalam
belajar anak. Misalnya anak yang berasal dari tidak mampu
tidak dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap, dan
sebagai akibatnya anak tidak dapat meraih prestasinya secara
optimal.
2. Faktor Lingkungan Sekolah.
Lingkungan sekolah kadang-kadang juga menjadi penyebab
rendahnya prestasi hasil belajar anak. Termasuk dalam faktor ini
adalah:
a) Metode mengajar atau cara penyajian pelajaran yang kurang
baik dari guru, misalnya guru kurang persiapan atau kurang
menguasai materi pelajaran.
19
b) Hubungan guru dengan murid yang kurang baik, berakibat guru
kurang disenangi murid sehingga murid tidak secara optimal
dalam mengikuti pembelajaran.
c) Hubungan antar siswa yang tidak menyenangkan, misalnya
seorang siswa yang dikucilkan/diasingkan temannya.
d) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran normal
kemampuan anak.
e) Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak lengkap.
f) Jam-jam pelajaran yang kurang baik, misalnya sekolah yang
masuk siang dengan udara yang panas mempunyai pengaruh
yang melelahkan.
3. Faktor Lingkungan Masyarakat.
Beberapa hal yang termasuk dalm faktor lingkungan masyarakat
yang juga dapat meningkatkan kemajuan belajar antara lain:
a) Teman bergaul yang tepat akan memberikan pengaruh pada
prestasi belajar yang baik.
b) Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang mendidik
dapat menambah wawsan atau pengetahuan anak sehingga
menyebabkan prestasi belajar yang meningkat
f. Tinjauan Materi Program Linear
Mengacu pada GBPP kurikulum matematika SMA 2006, materi
yang akan dijadikan bahan penelitian adalah materi pokok program linear,
sub pokok bahasan sistem pertidaksamaan linear dengan materi :
20
1. Memahami sistem pertidaksamaan linear dengan dua perubah.
2. Model matematika program linear.
Yang dimaksud pertidaksamaan adalah suatu kalimat matematika
yang memuat satu atau lebih variabel dan sebuah tanda ketidaksamaan.
Bila pertidaksamaan tersebut berbentuk linear ( tidak mengandung fungsi:
polinomial, trigonometri, logaritma atau eksponensial ), maka
pertidaksamaan tersebut dinamakan pertidaksamaan linear.
Contoh pertidaksamaan linear adalah 5x < 2, 2x + 3y + 8z > 10, 4x
+ 2y ≥ 5, dan seterusnya. Berdasarkan definisi di atas, maka
pertidaksamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk :
ax + by > c, ax + by < c, ax + by ≥ c atau ax + by ≤ c
dengan x, y variabel dan a,b,c konstanta.
Menentukan Penyelesaian Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
Himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear merupakan
irisan dari himpunan penyelesaian masing-masing pertidaksamaan
linearnya. Untuk menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan
linear dua variabel, dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Gambarlah garis ax + by = c.
2. Ambil sembarang titik P(x 1 ,y1 ) yang terletak di luar garis ax + by = c.
3. Substitusikan titik tersebut ke dalam pertidaksamaan .
4. Apabila pertidaksamaan benar, maka daerah yang memuat titik
P(x 1 ,y 1 ) adalah himpunan penyelesaiannya. Jika pertidaksamaan
21
salah, maka daerah lain yang tidak memuat titik P(x1 ,y 1 ) adalah
himpunan penyelesaiannya.
Program linear merupakan bagian dari matematika terapan yang sering
dijumpai dalam bidang rizet operasional (Operational Research).Program
linear adalah suatu metode atau cara untuk mencari nilai maksimum dan
minimum bentuk linear (yang disebut bentuk obyektif) pada daerah yang
dibatasi oleh suatu sistem pertidaksamaan linear. Dari daerah yang
membatasi sistem pertidaksamaan linear itu terdapat sebuah penyelesaian
yang memberikasn hasil terbaik (yang disebut penyelesaian optimum).
Untuk memecahkan suatu masalah program linear kita harus
menterjemahkan terlebih dahulu masalah tersebut dalam bentuk bahasa
matematika. Rumusan matematis secara garis besar dibagi dua bagian,
yaitu :
1. Persyaratan atau kendala-kendala (sistem pertidaksamaan).
2. Bentuk obyektif (fungsi sasaran).
2. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat
beradaptasi dengan siswa (Suherman, 2001 : 7). Sedangkan Syaiful
Sagala (2003: 68) mendifinisikan bahwa pendekatan pembelajaran
adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
22
pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses
pembelajaran atau materi pembelajaran itu dikelola.
Menurut Soedjadi (2000: 102) membedakan pendekatan menjadi dua,
yaitu :
a. pendekatan materi (material approach), yaitu proses menjelaskan
topik matematika tertentu menggunakan materi matematika lain, dan
b. pendekatan pembelajaran yaitu proses penyampaian atau penyajian
topik matematika tertentu agar mempermudah siswa memahaminya.
Menurut Treffers dalam Suwarsono (2001 : 3) mengklasifikasi empat
pendekatan pembelajaran dalam pendekatan matematika berdasarkan
komponen matematisasi horisontal dan vertikal yaitu, mekanistik,
empiristik, strukturalistik, dan realistik.
Mekanistik adalah pendekatan yang tidak memberi perhatian terhadap
matematisasi horisontal dan vertikal. Sedangkan pendekatan empiristik
hanya terfokus pada matematisasi horisontal dan mengabaikan
matematisasi vertikal. Sebaliknya pendekatan strukturalistik hanya
menekankan pada matematisasi vertikal tetapi lemah didalam
matematisasi horisontal. Terakhir, pendekatan realistik adalah
pendekatan yang menggunakan kedua proses matematisasi untuk
membentuk proses belajar jangka panjang.
Pendekatan realistik menggunakan situasi dunia nyata atau suatu
masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam belajar matematika.Dalam
hal ini siswa aktivitas matematisasi horizontal, yakni siswa
23
mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasikan aspek
matematika yang ada pada masalah kontekstual tersebut. Siswa bebas
mendeskripsikan, menginterprestasikan, dan menyelesaikan masalah
kontekstual dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki. Kemudian dengan menggunakan matematisasi vertikal melalui
proses abstraksi, generalisasi maupun idealisasi, siswa tiba pada tahap
pembentukan konsep.
Dalam matematisasi horizontal siswa dengan pengetahuan yang
dimilikinya dapat mengorganisasikan dan memecahkan masalah nyata
dalam kehidupan sehari-hari atau dengan kata lain matematisasi
horizontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol. Contoh
matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan dan
penvisualisasian masalah dalam cara-cara yang berbeda,
pentransformasian masalah dunia nyata ke masalah matematika.
Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses pengorganisasian
kembali dengan menggunakan matematika itu sendiri, atau ”dunia
nyata” merupakan sumber dari matematisasi dan sebagai tempat untuk
mengaplikasikan kembali konsep-konsep matematika, jadi dalam
matematisasi vertikal bergerak dari dunia simbol. Contoh matematisasi
vertikal adalah perepresentasian hubungan-hubungan dalam rumus,
menghaluskan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-
model yang berbeda, perumusan model matematik dan
penggenesalisasian.
24
Sehingga dalam pendekatan pembelajaran matematika adalah suatu cara
yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
agar konsep yang disampaikan dapat beradaptasi dengan siswa, dengan
menggunakan pendekatan realistik
b. Pembelajaran Realistik
1) Hakekat Pembelajaran Realistik
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan
pemikiran Hans Frundenthal yang berpendapat bahwa matematika
merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan
dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMR mempunyai
ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali(to reinvent)
matematika melalui bimbingan guru (Gravemeijer,1994), dan bahwa
penemuan kembali (reivention) ide dan konsep matematika tersebut
harus dimulai dari penjelejahan berbagai situasi dan persoalan”dunia
Dari hasil uji variansi dua jalan dengan dua sel tak sama, diperoleh FA =
4,7388 dan Ftabel = 3,84, sehingga FA DK, jadi HOA ditolak. Ini berarti
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa belajar
yang menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan
pendekatan pembelajaran konvensional pada meteri pokok program linier.
Dari Tabel 4.8 menunjukkan rataan marginal baris A1 = 66,534 > 59,907 = A2
bahwa rataan prestasi belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran
matematika realistik lebih tinggi dibandingkan dengan rataan perstasi belajar
siswa yang menggunakan pendekatan belajar konvensional. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian ini, dan mungkin disebabkan oleh faktor antara
lain siswa tertarik dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik
sehingga mudah menyesuaikan dalam mengikuti pembelajaran matematika
dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik.
Dengan demikian, siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran
realistik memberikan prestasi belajar siswa lebih baik pada meteri pokok
program linier daripada siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional.
85
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan dua sel tak sama,
diperoleh FB = 9,54693 dan Ftabel = 3,00 sehingga FB DK, terlihat bahwa
HOB ditolak. Ini berarti tidak semua motivasi belajar siswa memberikan efek
yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok program
linier. Karena HOB ditolak maka diperlukan uji lanjut anava yaitu uji
komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 26.
Berdasarkan uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 2 pada Tabel 4.6
diperoleh F1-2 = 12,324, sehingga Fobs > Ftabel maka Ho ditolak, berarti siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi
sedang secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Perbedaan
rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar tinggi (rataan
prestasi belajarnya 71,41) lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi belajar
sedang (rataan marginalnya 60,96) secara signifikan memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok program linier.
Hal ini mungkin disebabkan siswa dengan motibasi belajar tinggi memang
tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau karena sering latihan soal-soal
sehingga lebih cepat untuk berpikir meskipun tingka kecerdasannya lebih
rendah. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar sedang mungkin karena
memang tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga kurang latihan soal-
soal sehingga lebih lambat untuk berpikir meskipun tingkat kecerdasannya
lebih tinggi. Jadi dapat isimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar
86
tinggi memberikan prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi
belajar sedang pada materi pokok program linier.
Untuk uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 3 pada Tabel 4.6
diperoleh F1-3 = 18,206, sehingga Fobs > Ftabel maka Ho ditolak, berarti siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi
rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Perbedaan
rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar tinggi (rataan
prestasi belajarnya 71,41) lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi belajar
rendah (rataan marginalnya 57,333) secara signifikan memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok program linier. Hal ini
mungkin disebabkan siswa dengan motivasi belajar tinggi memang tingkat
kecerdasannya lebih tinggi atau karena sering latihan soal-soal sehingga lebih
cepat berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih rendah. Sedangkan siswa
dengan motivasi belajar rendah mungkin karena tingkat kecerdasannya lebih
rendah atau juga kurang latihan soal-soal sehingga lebih lambat untuk berpikir
meskipun tingkat kecerdasannya lebih tinggi. Dengan demikian yang
menyebabkan prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik
daripada siswa dengan motivasi rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan motivasi belajar tinggi memberikan prestasi yang lebih baik daripada
siswa dengan motivasi belajar rendah pada materi pokok program linier.
Untuk uji komparasi ganda antar kolom 2 dan 3 pada Tabel 4.6
diperoleh F2-3 = 0,8417 sehingga Fobs<Ftabel maka Ho tidak ditolak, berarti
siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan siswa yang mempunyai
87
motivasi belajar rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang sama.
Meskipun dilihat dari rataan marginalnya berbeda, tetapi perbedaan tersebut
secara signifikan tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Jadi dapat disimpulkan siswa dengan motivasi sedang
memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan
motivasi belajar rendah pada materi pokok program linier.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan dua sel tak sama
diperoleh FAB = 0,27944, sehingga Fobs < Ftabel, maka HOAB tidak ditolak. Ini
berarti tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dan
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Artinya siswa yang
diberi pendekatan pembelajaran matematika realistik mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi dengan pendekatan
pembelajaran konvensional baik secara umum maupun kalau ditinjau dari
masing-masing kategori motivasi belajar matematika.
88
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran apa yang
diselidiki dan dapat pula menggambarkan hasil kajian maupun analisanya.
Dari kesimpulan ini dapat ditarik kesimpulan ini dari permasalahan didalam
penelitian ini, yaitu :
a) Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
realistik pada materi pokok program linier menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional.
b) Motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika
pada materi pokok program linier kelas XII IPS tahun pelajaran
2008/2009. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi
tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai motivasi sedang,
prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih
baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dan prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang sama
dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
c) Pada pendekatan realistik prestasi belajar siswa lebih baik daripada
pendekatan pembelajaran konvensional baik secara umum maupun ditinjau
dari tingkat motivasi belajar siswa.
89
B. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Teoritis
Dari kesimpulan di atas dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan
pendekatan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas
XII IPS SMA pada materi pokok program linier. Dengan kata lain terdapat
perbedaan hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA dengan pendekatan
pembelajaran matematika realisitik dengan hasil belajar siswa kelas XII
IPS SMA dengn pendekatan pembelajaran konvensional. Dilihar dari nilai
rata-rata hasil belajar siswa pada masing-masing tingkatan motivasi
belajar, pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih baik dengan
pendekatan pembelajaran konvensional. Ini berarti hasil belajar siswa kelas
XII IPS SMA dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih
baik dibanding hasil belajar siswa kelas XII IPS SMA dengan pendekatan
pembelajaran konvensional. Pengaruh keberhasilan pengajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik
tersebut ditinjau dari beberapa hal sebagai berikut :
a) Pembelajaran matematika realistik membuat siswa menjadi aktif dalam
kegiatan belajar, sebab siswa berpikir dan menggunakan kemampuan
dirinya untuk belajar dalam pemahaman suatu konsep matematika.
b) Pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa terlebih siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan
sedang.
90
c) Pembelajaran matematika realistik membuat siswa lebih mudah
memahami dan mengingat bahan pelajaran, sebab dalam pembelajaran
matematika realistik siswa dituntut untuk mengalami sendiri proses
menemukan suatu konsep dan bukan hanya menghafal saja.
2. Implikasi Praktis
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan
pembelajaran matematika realistik lebih efektif dibandingkan dengan
penggunaan pembelajaran konvensional pada materi pokok program linier.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa pada tes prestasi
belajar matematika. Sehingga hal ini dapat digunakan sebagai masukan
bagi guru dan calon guru juga perlu memperhatikan dan selalu
meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka terdapat beberapa hal
yang perlu disarankan yaitu :
1. Kepala Sekolah
Untuk dapat membuka wawasan terhadap inovasi pembelajaran hendaknya
kepala sekolah memberi kesempatan dan memfasilitasi guru dalam
mengikuti kegiatan ilmiah berupa seminar, workshop, diklat dan penelitian
tindakan kelas. Sehingga membawa dampak meningkatkan mutu guru
91
dalam melaksanakan pembelajaran dan dipastikan dapat berimbas pada
peningkatan mutu pendidikan.
2. Guru
Hendaknya guru lebih aktif dan kreatif mengembangkan diri dengan cara
mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop, diklat yang
terkait dengan pengembangan pembelajaran seperti pembelajaran
matematika realistik, PAKEM dan lain-lain. Kemudian hasilnya ditindak
lanjuti dengan mengujicobakan dalam pembelajaran di kelas serta
mengagendakan secara tertulis perkembangan pembelajaran yang guru
lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqip. Zaenal. 2002. Profesional Guru dalam Pembelajaran. Insan Cendikia, Surabaya.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.________ 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hasratudin. 2002. Pembelajaran Matematika Unit Geometri di SLTP 6 Medan. Tesis Pascasarjana UNESA Surabaya.
Herman Hudoyo. 1979. Pengembengan Kurikulum Matematika dan Peleksanaannya di depan kelas. Surabaya:Usaha Nasional.
Jaka Purnama. 2004. Pengaruh Pembelajaran Ralistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Geometri Ditinjau Dari Motivasi Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri. Tesis. Surakarta.
Joko Bekti Haryono. 2005. Pembelajaran Matematika Realistik Pokok Bahasan Relasi dan Pemetaan Pada Siswa Kelas II SMP Negeri Di Sukoharjo. Tesis. Surakarta.
Marpaung. Y. 2002. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Perubahan Paradigma dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah . Prosiding konferensi Nasional Matematika XI. Malang Juli 2002.
__________ 2003. Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah. Pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Yogyakarta: USD.
Nana Sudjana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Penerbit CV Sinar Baru.
Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktifisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Pentatito Gunowibowo. (2008). Efektivitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Dan Sikap
Terhadap Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas IV SD Di Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo.
Ruseffendi. E.T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito.
Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suherman,Eeman.2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika Kontemporer.UNS Press.
Sulistyo Partomo Putro .(2006) .Pengaruh Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Sikap
Percaya Diri. Tesis .Surakarta
Suwarsono. St. 2001. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendidikan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan dalam seminar Nasional tentang PMR yang diselenggarakan di USD Yogyakarta, 14-15 Nopember 2001.
Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra.1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta:PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Winkel. W.S. 2004. Psikologi Pengajaran Jogyakarta: Media Abadi.Jurotunguru, Januari 22, 2008 Pendidikan Matematika Realistik (