Top Banner
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Profesional Indonesia Sumatera Utara - Medan Abstraction One of benchmark for assessing whether a business succeeds or not is the magnitude of the benefits achieved. Capital is one of the factors of production are contained in the company and always in particular about when compared to factors other production out of recognition, that the source of the creation of profit is the dominant owner with a number of funds be invested and did not leave a part (share) the factors creator other profit , Islam put the economy middle position and a fair balance. This balance is applied in all areas of the economy. Fair in the patterns of production, distribution, and circulation of the economy is the ban on the sale and purchase is deemed detrimental to both parties or one of. Laba, the main purpose of buying and selling in Islam not only as the difference between total sales of the total cost. Profit can mean, the results of the patient, purify oneself, faith, preaching, berittiba’, berinfaq, and profit is the guidance of Allah. All accumulated in Jannah and eternal happiness in akhirat.No restrictions would be taken profit by someone during trading activity is not accompanied by forbidden things. Companies can only control expenses and use to maximize achievement gains importance and should not assume all expenses incurred as a result of an attempt to generate revenue is considered as operating expenses Keywords: Islamic Economics, Justice, Profit, Distribution ABSTRAKSI Salah satu tolak ukur untuk menilai apakah suatu bisnis berhasil atau tidak adalah besarnya keuntungan yang diraih. Modal merupakan salah satu faktor produksi yang terdapat di dalam perusahaan dan selalu di istimewakan jika dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya menunjukkan pengakuan bahwa sumber penciptaan laba dominan adalah pemilik dengan sejumlah dana yang diinvestasikannya dan tidak memberikan bagian (share) kepada faktor-faktor pencipta laba lainnya. Islam meletakan ekonomi posisi tengah dan keseimbangan yang adil. Keseimbangan ini diterapkan dalam segala bidang ekonomi. Adil dalam pola produksi, distribusi, dan sirkulasi ekonomi adalah adanya
22

DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Nov 09, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM

Oleh:

Bambang Sugiharto

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Profesional Indonesia Sumatera Utara -

Medan

Abstraction

One of benchmark for assessing whether a business succeeds or not is the

magnitude of the benefits achieved. Capital is one of the factors of production are

contained in the company and always in particular about when compared to

factors other production out of recognition, that the source of the creation of

profit is the dominant owner with a number of funds be invested and did not

leave a part (share) the factors creator other profit , Islam put the economy

middle position and a fair balance. This balance is applied in all areas of the

economy. Fair in the patterns of production, distribution, and circulation of the

economy is the ban on the sale and purchase is deemed detrimental to both

parties or one of. Laba, the main purpose of buying and selling in Islam not only

as the difference between total sales of the total cost. Profit can mean, the results

of the patient, purify oneself, faith, preaching, berittiba’, berinfaq, and profit is

the guidance of Allah. All accumulated in Jannah and eternal happiness in

akhirat.No restrictions would be taken profit by someone during trading activity

is not accompanied by forbidden things. Companies can only control expenses

and use to maximize achievement gains importance and should not assume all

expenses incurred as a result of an attempt to generate revenue is considered as

operating expenses

Keywords: Islamic Economics, Justice, Profit, Distribution

ABSTRAKSI

Salah satu tolak ukur untuk

menilai apakah suatu bisnis berhasil

atau tidak adalah besarnya

keuntungan yang diraih. Modal

merupakan salah satu faktor

produksi yang terdapat di dalam

perusahaan dan selalu di

istimewakan jika dibandingkan

dengan faktor-faktor produksi

lainnya menunjukkan pengakuan

bahwa sumber penciptaan laba

dominan adalah pemilik dengan

sejumlah dana yang

diinvestasikannya dan tidak

memberikan bagian (share) kepada

faktor-faktor pencipta laba lainnya.

Islam meletakan ekonomi posisi

tengah dan keseimbangan yang adil.

Keseimbangan ini diterapkan dalam

segala bidang ekonomi. Adil dalam

pola produksi, distribusi, dan

sirkulasi ekonomi adalah adanya

Page 2: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

pelarangan jual beli yang dipandang

merugikan kedua belah pihak atau

salah satunya. Laba yang menjadi

tujuan utama jual beli dalam Islam

tidak hanya sebagai selisih antara

total penjualan dengan total biaya.

Laba dapat berarti, hasil dari

bersabar, mensucikan diri, beriman,

berdakwah, berittiba’, berinfaq, dan

laba adalah hidayah dari Allah.

Semua terakumulasikan dalam

jannah dan kebahagian kekal di

akhirat.Tidak ada batasan

keuntungan yang boleh diambil

seseorang selama aktivitas

perdagangannya tidak disertai

dengan hal-hal yang haram.

Perusahaan hanya bisa

mengendalikan beban dan

menggunakan untuk kepentingannya

memaksimalkan pencapaian

keuntungan dan tidak boleh

menganggap segala sesuatu

pengeluaran yang terjadi sebagai

akibat usaha untuk menghasilkan

pendapatan dianggap sebagai beban

usaha

Kata Kunci: Ekonomi Islam,

Keadilan, Laba, Distribusi

A. Pendahuluan.

Tujuan utama dari setiap

bisnis baik dibidang industri,

manufacturing dagang serta jasa ada

3 (tiga), yaitu: (1) keuntungan dan

pertumbuhan; (2) menciptakan

generasi pekerja dan (3) kepuasan

pelanggan. Salah satu tolak ukur

untuk menilai apakah suatu bisnis

berhasil atau tidak adalah besarnya

keuntungan yang diraih. Dalam hal

inilah akuntansi memiliki peran

penting dalam menilai kinerja suatu

perusahaan mencari keuntungan.

Data-data akuntansi yang

disajikan di laporan keuangan akan

dijadikan tolak ukur penilaian

keberhasilan atau kinerja

perusahaan. Statement of Financial

Accounting Concepts (SFAC)

Nomor 1 menyatakan bahwa tujuan

laporan keuangan adalah menyajikan

informasi yang berguna bagi para

investor, kreditor, dan pemakai

lainnya. Dalam SFAC tersebut juga

dinyatakan bahwa salah satu fokus

utama pelaporan keuangan adalah

memberikan informasi tentang

kinerja suatu perusahaan yang

disediakan melalui pengukuran laba

Sumber dari keuntungan atau

laba itu sendiri datangnya dari

sebesar apa pendapatan (revenue)

yang bisa di peroleh organisasi

bisnis dan tentunya juga di kurangi

besar biaya atau beban dari

perusahaan yang dialaminya

Manusia eksis di dunia, sejak

lahir hakekatnya secara tidak

langsung berkaitan dengan aktivitas

ekonomi – konsumsi dan produksi.

Sejarah ilmu pengetahuan, termasuk

ilmu ekonomi pada awalnya telah

ditemukan dan dikembangkan pada

masa kejayaan Islam dengan tujuan

utama adalah Falah (kebahagian

dunia-akhirat secara material-

spiritual) dan dasar utamanya adalah

Tawhid yang bersumber hukum Al

Page 3: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

Qur’an dan As Sunnah yang

mengajarkan tentang Satu Tuhan

(Oneness of God) yaitu Allah,

demikian menurut Choudhury

Tujuan dalam perdagangan

dalam arti sederhana adalah

memperoleh laba atau keuntungan,

secara ilmu ekonomi murni asumsi

yang sederhana menyatakan bahwa

sebuah industri dalam menjalankan

produksinya adalah bertujuan untuk

memaksimalkan keuntungan

(laba/profit) dengan cara dan

sumber-sumber yang halal.

Modal merupakan salah satu

faktor produksi yang terdapat di

dalam perusahaan. Dan selalu di

istimewakan jika dibandingkan

denganfaktor-faktor produksi lainnya

seperti: bahan baku, tenaga kerja,

skill/enterpreneurship) dan unsur-

unsur eksternal (lingkungan sosial

dan alam). Hal ini menunjukkan

indikasi dan orientasi yang sangat

kuat bahwa pemegang hak atas hasil

usaha adalah pemilik modal

(stockholders). Pandangan ini pun

menunjukkan pengakuan bahwa

sumber penciptaan laba dominan

adalah pemilik dengan sejumlah

dana yang diinvestasikannya.

Akibatnya perusahaan tidak

memberikan bagian (share) kepada

faktor-faktor pencipta laba lainnya.

Konsep pendistribusian laba

yang hanya untuk kaum pemilik

modal banyak dikritik oleh para

ilmuan bidang akuntansi. Pengabaian

terhadap unsur manusia dalam

jangka panjang akan menimbulkan

“lack of motivation”, sedangkan

pengabaian terhadap unsur

lingkungan akan menyebabkan “lack

of resource”. Hal ini kemudian akan

menimbulkan berbagai permasalahan

tentang proses pendistribusian laba,

kemitraan internal yang adil,

kelestarian lingkungan, dan

sebagainya

Islam meletakkan ekonomi

posisi tengah dan keseimbangan

yang adil. Keseimbangan ini

diterapkan dalam segala bidang

ekonomi. Segi imbang antara modal

dan usaha, antara produksi dan

konsumsi, antara produsen,

perantara, dan konsumen dan antara

golongan-golongan dalam

masyarakat. Termasuk dari keadilan

dalam pola produksi, distribusi, dan

sirkulasi ekonomi adalah adanya

pelarangan jual beli yang dipandang

merugikan keduabelah pihak atau

salah satunya.

Hal ini mejadi menarik untuk

di kaji bagaimana sebenarnya teori

laba, batasan laba, distribusi laba itu

sendiri dalam pandangan Islam .

Untuk itu sebelum pembahasan

distribusi laba dalam pandangan

Islam maka terlebih dahulu perlu di

bahas tentang Konsep laba dalam

akutansi dan artikel ini mencoba

menjelaskannya.

B. Landasan Teori

1. Filosofi Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah

petunjuk, tuntunan dan aturan

maupun norma-norma hukum dari

al-quran dan Sunnah tentang urusan

perkonomian umat manusia. Seperti

Page 4: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

ekonomi konvensional, ekonomi

Islam juga mengenal adanya unsur

laba. Perbedaannya adalah sudut

pandang antara kedua sistem

tersebut, ekonomi Syariah terikat

dan membatasi diri dengan syarat-

syarat moral dan sosial guna

memenuhi laba tersebut sedangkan

ekonomi konvensional tidak

memperhatikan aspek- aspek

tersebut

Menurut AM Saefuddin,

filosofis ekonomi Islam terdiri dari :

a) Semua yang ada di alam semesta,

langit, bumi serta sumber-sumber

alam lainnya, bahkan harta

kekayaan yang dikuasai oleh

manusia adalah milik Allah,

karena Dialah yang

menciptakannya. Semua ciptaan

Allah itu tunduk pada kehendak

dan ketentuan-Nya. Sebagaimana

Allah SWT berfirman dalam

surat Thaha :6: Kepunyaan-Nya-

lah semua yang ada di langit,

semua yang di bumi, semua yang

di antara keduanya dan semua

yang di bawah tanah. QS. Al-

Maidah :120.Kepunyaan Allah-

lah kerajaan langit dan bumi dan

apa yang ada di dalamnya; dan

Dia Maha Kuasa atas segala

sesuatu.

Manusia sebagai khalifah berhak

mengurus dan memanfaatkan

alam semesta itu untuk

kelangsungan hidup dan

kehidupan manusia dan

lingkungannya.

b) Allah menciptakan manusia

sebagai khalifah dengan alat

perlengkapan yang sempurna,

agar ia mampu melaksanakan

tugas, hak dan kewajibannya di

bumi. Semua mahluk lain

terutama flora dan fauna

diciptakan Allah untuk

manusia,agar dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan hidup

manusia dan kehidupannya

sebagaimana firman Allah SWT

dalam QS. Luqman ayat:20.

Tidakkah kamu perhatikan

Sesungguhnya Allah telah

menundukkan untuk

(kepentingan)mu apa yang di

langit dan apa yang di bumi dan

menyempurnakan untukmu

nikmat-Nya lahir dan batin. dan

di antara manusia ada yang

membantah tentang (keesaan)

Allah tanpa ilmu pengetahuan

atau petunjuk dan tanpa kitab

yang memberi penerangan.

Hal semakna juga terdapat

pada QS. An-Nahl ayat 20-

26,QS. Fatir ayat 37- 38, QS.

Az-Zumar ayat 21.

c) Beriman kepada hari kiamat dan

hari pengadilan. Keyakinan pada

hari kiamat. merupakan asas

penting dalam sistem ekonomi

Islam, karena dengan keyakinan

itu, tingkah laku ekonomi

manusia akan dapat terkendali,

sebab ia sadar bahwa semua

perbuatannya termasuk tindakan

ekonominya akan dimintai

pertanggungjawabannya oleh

Allah. Pertanggungjawaban itu

tidak hanya mengenai tingkah

laku ekonominya saja, tetapi juga

Page 5: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

mengenai harta kekayaan yang

diamanahkan oleh Allah kepada

manusia

Dari ketiga landasan filosofis

tersebut melahirkan nilai –nilai dasar

dalam sistem ekonomi Islam yaitu1 :

1. Tauhid, merupakan fondasi

utama seluruh ajaran Islam.

Dengan demikian Tauhid

menjadi dasar seluruh konsep

dan aktivitas umat Islam, baik di

bidang ekonomi, politik, sosial

maupun budaya. Dalam Al-

Qur‟an disebutkan bahwa tauhid

merupakan filsafat fundamental

dari ekonomi Islam.

2. Kepemilikan, yaitu hakekatnya

Allah SWT pemilik segala yang

apa di langit dan bumi serta yang

ada diantara keduanya. Manusia

hanyalah mengelola , menjaga

dan memanfaatkannya sesuai

denganyang di inginkan Allah

SWT.

3. Kemaslahatan. Dalam Islam

kegiatan berekonomi bukan

hanya sekedar memenuhi

kebutuhan hidup semata, namun

harus memperhatikan

kemaslahatan bersama, yang

dapat diartikan sebagai perbuatan

manusia yang baik dan

membawa manfaat bagi dirinya

sendiri dan juga orang lain yang

ada di sekitarnya baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

Maslahah sama artinya dengan

manfaat, artinya maslahah

merupakan kebalikan dari

mafsadah (kerusakan). Lebih

lanjut, manfaaat sebagai sesuatu

yang dharuriy (pokok), di mana

setiap orang dapat merasakannya

dan tidak diperlukan adanya

rumusan definisi.

4. Keadilan Distribus. Salah satu

konsep ekonomi Syariah yang

juga merupakan solusi atas

permasalahan ekonomi yang

terjadi selama ini adalah konsep

keadilan distribusi. Hal ini sangat

penting bagi sendi-sendi

perekonomian dunia, khususnya

Indonesia. Dimana orang yang

menganut sistem ekonomi

kapitalis akan bersifat egois dan

lebih memilih untuk

memperkaya dirinya sendiri

dibanding memperhatikan

tetangga dan lingkungan

sekitarnya.

5. Khilafah.Dalam Islam, manusia

diciptakan Allah untuk menjadi

khalifah (wakil Allah) di muka

bumi. Manusia telah diberkahi

dengan semua kelengkapan akal,

spiritual, dan material yang

memungkinkannya untuk

mengemban misinya dengan

efektif. Fungsi kekhalifahan

manusia adalah uttuk mengelola

alam dan memakmurkan bumi

sesuai dengan ketentuan dan

Syariah Allah. Dalam

mengemban tugasnya sebagai

khalifah ia diberi kebebasan dan

juga dapat berfikir serta menalar

untuk memilih antara yang benar

dan yang salah, fair dan tidak fair

dan mengubah kondisi hidupnya

ke arah yang lebih baik.

Page 6: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

6. Persaudaraan (ukhuwah), Al-

Quran mengajarkan persaudaraan

(ukhuwah) sesama manusia,

termasuk dan terutama ukhuwah

dalam perekonomian.Kedudukan

manusia adalah sama di hadapan

Allah, sebagaimana sabda Nabi

Muhammad , ”Semua manusia

adalah hamba Tuhan dan yang

paling dicintai disisinya adalah

mereka yang berbuat baik kepada

hamba-hambanya”. Kriteria

untuk menilai seseorang

bukanlah bangsa, ras, warna

kulit, tetapi tingkat pengabdian

dan ketaqwaanya kepada Allah

secara vertikal dan kemanusiaan

secara horizontal. Nabi Muhamd

Saw mengatakan ”Sebaik-baik

manusia adalah orang yang

bermanfaat bagi orang lain”.

7. Kerja dan Produktifitas, dalam

Islam bekerja dinilai sebagai

suatu kebaikan, dan sebaliknya

kemalasan dinilai sebagai

keburukan, bekerja dipandang

sebagai ibadah. Sebuah hadits

menyebutkan bahwa bekerja

adalah jihad fi sabilillah. Sabda

Nabi Saw, “Siapa yang bekerja

keras untuk mencari nafkah

keluarganya, maka ia adalah

mujahid fi Sabillah”

8. Kebebasan dan tanggung Jawab;

pengertian kebebasan dalam

perekonomian Islam difahami

dari dua perspektif, pertama

perspektif teologi dan kedua

perspektif ushul fiqh/falsafah

tasyri.Dalam perspektif pertama

berarti bahwa manusia bebas

menentukan pilihan antara yang

baik dan yang buruk dalam

mengelola sumberdaya alam.

Kebebasan untuk menentukan

pilihan itu melekat pada diri

manusia, karena manusia telah

dianugerahi akal untuk

memikirkan mana yang baik dan

yang buruk, mana yang maslahah

danmafsadah (mana yang

manfaat dan mudharat). termasuk

dalam mengamalkan ekonomi,

implikasinya manusia harus

bertanggung jawab atas segala

perilakunya. Makna kebebasan

dalam konteks ini bukanlah

manusia bebas tanpa batas

melakukan apa saja tapi

kebebasan dalam Islam adalah

kekebasan yang terkendali(al-

hurriyah al-muqayyadah).

Dalam perspektif ushul fiqh

berati bahwa dalam muamalah

Islam membuka pintu seluas-

luasnya di mana manusia bebas

melakukan apa saja sepanjang

tidak ada nash yang

melarangnya. Aksioma ini

didasarkan pada kaedah, pada

dasarnya dalam muamalah segala

sesuatu dibolehkan sepanjang

tidak ada dalil yang melarangnya

9. Jaminan Sosial, Islam menuntut

kepada setiap orang yang mampu

untuk bekerja dan bersungguh-

sungguh dalam kerjanya,

sehingga ia dapat mencukupi

dirinya dan keluarganya. Namun

demikian, beberapa anggota

masyarakat ada yang tidak

mampu bekerja, sehingga mereka

Page 7: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

tidak berpenghasilan. Ada juga

yang mampu bekerja, tetapi tidak

mendapatkan lapangan kerja

sebagai sumber penghasilan

mereka atau pemasukan mereka

belum mencukupi standar yang

layak, karena sedikitnya

pemasukan (income) atau

banyaknya keluarga yang

ditanggung atau mahalnya harga

barang atau karena sebab-sebab

yang lain. Untuk mengatasi

problem tersebut Islam

mengajarkan takaful al-ijtima’i

(jaminan sosial), melalui

isntrumen zakat, infak, sedeqah

dan wakaf.

10. Nubuwwah, prinsip nubuwwah

dalam ekonomi Islam merupakan

landasan etis dalam ekonomi

mikro. Prinsip nubuwwah

mengajarkan bahwa fungsi

kehadiran seorang Rasul/Nabi

adalah untuk menjelaskan

Syariah Allah SWT kepada umat

manusia, juga mengajarkan

bahwa Rasul merupakan

personifikasi kehidupan yang

yang baik dan benar. Untuk itu

Allah mengutus Nabi

Muhammad Saw sebagai Rasul

terakhir yang bertugas untuk

memberikan bimbingan dan

sekaligus sebagai teladan

kehidupan . Sifat-sifat utama

yang harus diteladani oleh semua

manusia (pelaku bisnis,

pemerintah dan segenap

manusia) dari Nabi Muhammad

Saw, setidaknya ada empat, yaitu

shiddiq, amanah, tabligh dan

fatanah.

2. Pengertian Laba Dalam Teori

Akuntansi

Salah satu tujuan utama dari

kegiatan operasi perusahaan adalah

mendapatkan laba yang maksimal.

Maka penting bagi manajemen

memperkirakan besarnya laba yang

diharapkan oleh perusahaan

Pengertian laba menurut

Sofyan S Harahap adalah naiknya

nilai equity dari transaksi yang

bersifat insidentil dan bukan

kegiatan utama entity dan dari

transaksi atau kegiatan lainnya yang

mempengaruhi entity selama satu

periode tertentu, kecuali yang berasal

dari hasil atau investasi dari pemilik.

Sedangkan pengertian laba

menurut Zaki Baridwan2

mengemukakan bahwa: Laba adalah

kenaikan modal (aktiva bersih) yang

berasal dari transaksi sampingan atau

transaksi yang jarang terjadi dari

suatu badan usaha, dan dari semua

transaksi atau kejadian lain yang

mempunyai badan usaha selama satu

periode, kecuali yang timbul dari

pendapatan (revenue) atau investasi

pemilik. .

Dari definisi diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa laba

merupakan keuntungan yang

diperoleh dari selisih antara hasil

penjualan produk dan jasa dengan

harga yang lebih tinggi daripada

biaya untuk menghasilkan barang

tersebut dalam aktivitas normal

perusahaan. Faktor utama dalam

Page 8: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

menentukan besar kecilnya laba

adalah pendapatan dan biaya. Dan

besar kecilnya laba merupakan

indikator di dalam berhasil atau

tidaknya manajer.

Dalam kehidupan yang nyata

konsep laba sangat diperlukan dalam

proses dunia usaha atau bisnis,

dimana konsep ini sebagai pedoman

dalam pembuatan laporan keuangan

bagi pihak-pihak tertentu dan

berguna dalam pengambilan

keputusan atau kebijakan yang akan

dikeluarkan.

Menurut Sofyan S Harahap

konsep laba terdiri dari berbagai

macam bentuk atau jenis diantaranya

adalah :

1. Konsep Laba Akuntansi.

2. Konsep Laba Ekonomi.

3. Konsep Capital Maintenance .

Adapun penjelasan dari

macam bentuk atau jenis laba adalah

sebagai berikut :

1. Konsep Laba Akuntansi, dimana

konsep ini menyatakan lima khas

laba akuntansi diantaranya

adalah :

a. Laba akuntansi didasarkan pada

transaksi aktual yang dilakukan

olehperusahaan (terutama

pendapatan yang timbul dari

penjualan barang atau jasa

dikurangi biaya yang diperlukan

untuk mencapai tujuan tertentu).

b. Didasarkan pada postulat

periodik dan berhubungan

dengan prestasi keuangan

perusahaan selama periode

tertentu.

c. Didasarkan pada prinsip

pendapatan dan membutuhkan

definisi pengukuran dan

pengakuan pendapatan.

d. Membutuhkan pengukuran biaya

dalam bentuk biaya historis yang

dikeluarkan perusahaan untuk

mendapatkan hasil tertentu.

e. Didasarkan pada prinsip

matching artinya hasil dikurangi

biaya yang diterima atau

dikeluarkan dalam periode yang

sama.

2. Konsep Laba Ekonomi, yang

menyatakan bahwa laba adalah

kenaikan dalam kekayaan dan

dikaitkan dengan praktis bisnis.

Laba ekonomi sebagai

a. Physical Income yaitu konsumsi

barang atau jasa pribadi yang

sebenarnya memberikan

kesenangan fisik dan pemenuhan

kebutuhan. Laba seperti ini tidak

dapat diukur.

b. Real Income adalah ungkapan

kejadian yang memberikan

peningkatan tahap kesenangan

fisik. Ukuran ini yang digunakan

adalah biaya hidup (cost of

living).

c. Money Income merupakan hasil

uang yang diterima dan

dimasukkan untuk konsumsi

dalam memenuhi kebutuhan

hidup.

3. Konsep Capital Maintenance Ada

dua konsep utama pemeliharaan

modal atau pemulihan biaya

yaitu :

Page 9: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

1. Financial Capital (dalam satuan

unit uang) :

a. Money Maintenance yaitu modal

keuangan yang diukur dengan

jumlah unit uang. Modal uang

diinvestasikan, dipelihara dan

laba yang dihasilkan sama

dengan perubahan aktiva bersih

yang disesuaikan dengan

transaksi modal yang dinyatakan

dalam satuan uang.

b. General Purchasing Power

Money Maintenance yaitu modal

keuangan diukur dengan jumlah

unit daya beli yang sama. Daya

beli modal keuangan yang

diinvestasikan, dipelihara, dan

laba yang dihasilkan sama

dengan perubahan dalam aktiva

bersih yang disesuaikan dengan

transaksi modal yang dinyatakan

dalam jumlah unit daya beli.

2. Physical Capacity (dalam satuan

unit daya beli umum) terdiri

dari :

a. Productive Capacity

Maintenance yaitu modal fisik

diukur dalam jumlah unit uang

kapasitas produksi yang

digunakan, dipelihara, kapasitas

untuk produksi dapat diartikan

sebagai kapasitas fisik, kapasitas

untuk beroperasi, volume barang

dan jasa yang sama dengan

kapasitas atau memproduksi

nilai barang dan jasa yang sama.

b. General Purchasing Power

Productive Capacity

Maintenance yaitu modal fisik

diukur dalam jumlah unit daya

beli yang sama. Konsep ini

disesuaikan dengan tingkat

harga umum.

Dari uraian diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa konsep

laba akuntansi didasarkan pada

transaksi aktual, postulat periodik,

prinsip pendapatan, pengukuran

biaya dan prinsip matching yang

dilakukan oleh perusahaan. Konsep

laba ekonomi adalah kenaikan dalam

kekayaan bisnis yang dihubungkan

dengan tiga tahapan yaitu Physical

Income, Real Income, Money

Income. Kemudian konsep capital

maintenance yang dihubungkan

dengan pemeliharaan modal atau

pemulihan biaya yang terdiri dari

Financial Capital dan Physical

Capacity. Orientasi laba yang

menjadi tujuan produsen hanya

berputar sekitar nilai materil dan

memuaskan kebutuhan nafsu untuk

menimbun kekayaan produktif, juga

merupakan bagian dari ekspresi diri.

3. Pengukuran dan Pelaporan

Laba

Pada dasarnya ada empat

aliran pemikiran berkenaan dengan

pengukuran yang lebih baik atas laba

usaha yaitu:

1) Aliran klasik yang dicirikan

terutama kepatuhan pada postulat

unit pengukur dan prinsip biaya

historis. Aliran ini dikenal secara

umum dengan akuntansi biaya

historis atau akuntansi historis.

Aliran klasik menganggap ‘laba

akuntansi’ sebagai laba usaha.

Page 10: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

2) Aliran neo-klasik yang dicirikan

terutama oleh pembangkangnya

terhadap postulat unit-pengukur,

pengakuannya atas perubahan

tingkat harga umum, dan

kepatuhan kepada prinsip biaya

historis. Dikenal secara umum

sebagai akuntansi biaya historis

yang disesuaikan terhadap

tingkat harga umum, konsep laba

aliran neo-klasik adalah ‘laba

akuntansi yang disesuaikan

dengan tingkat harga umum’.

3) Aliran radikal yang dicirikan

oleh pilihannya atas nilai

berjalan sebagai dasar penilaian.

Aliran ini memilih harga

sekarang (current value) sebagai

dasar penilaian bukan historical

cost lagi. Konsep ini dikenal

dengan current value accounting,

sedang perhitungan labanya

disebut current income.

4) Aliran neo radikal yang

menggunkan current value tetapi

disesuaikan dengan perubahan

tingkat harga umum. Konsep ini

dikenal dengan general price

level adjusted current value

accounting, sedangkan

perhitungan labanya disebut

adjusted current income

4. Jenis Laba dan Kegunaanya.

Laba terbagi kedalam empat

jenis dalam kaitannya dengan laba

rugi, yaitu:

a. Laba kotor, merupakan selisih

dari hasil penjualan dengan harga

pokok penjualan

b. Laba Operasional, merupakan

hasil dari aktivitas - aktivitas

yang termasuk rencana

perusahaan kecuali ada

perubahan- perubahan besar

dalam perekonomiannya, dapat

diharapkan akan dicapai setiap

tahun. Oleh karenanya, angka ini

menyatakan kemampuan

perusahaan untuk hidup dan

mencapai laba yang pantas

sebagai jasa pada pemilik modal.

c. Laba sebelum dikurangi pajak

atau EBT (Earning Before Tax),

merupakan laba operasi

ditambah hasil dan biaya diluar

operasi biasa. Bagi pihak-pihak

tertentu terutama dalam hal

pajak, angka ini adalah yang

terpenting karena jumlah ini

menyatakan laba yang pada

akhirnya dicapai perusahaan.

d. Laba Setelah Pajak Atau Laba

Bersih, merupakan laba setelah

dikurangi berbagai pajak. Laba

dipindahkan kedalam perkiraan

laba ditahan. Dari perkiraan laba

ditahan ini akan diambil

sejumlah tertentu untuk

dibagikan sebagai dividen

kepada para pemegang saham

Kegunaan laba akuntansi

dengan berbagai interpretasinya

dapat digunakan, antara lain3:

a. Indikator efisiensi penggunaan

dana yang tertanam dalam

perusahaan yang diwujudkan

dalam tingkat kembalian atas

investasi.

Page 11: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

b. Pengukuran prestasi atau kinerja

badan usaha dan manajemen

c. Dasar penentuan besarnya

pengenaan pajak

d. Alat pengendalian alokasi

sumber daya ekonomik suatu

negara

e. Dasar penentuan dan penilaian

kelayakan tarif dalam perusahaan

publik

f. Alat pengendalian terhadap

debitor dalam kontrak utang.

g. Dasar kompensasi dan

pembagian bonush. Alat motivasi

manjemen dalam pengendalian

perusahaan.

h. Dasar pembagian dividen

5. Distribusi Laba Dalam Teori

Akuntansi

Menurut Sitepu

pendistribusian laba bersih (net

income ) dalam perusahaan dapat di

lihat dari konsep konsep sebagai

berikut4:

a. Net Income to stock holder

Pandangan yang paling

tradisional dan telah diakui

mengenai laba bersih adalah bahwa

laba bersih merupakan hasil

pengembalian (return) kepada

pemilik laba.Pendekatan-pendekatan

yang diperoleh perusahaan akan

meningkatkan pemilikan dan biaya

yang dikeluarkan akan

menurunkannya. Jadi laba bersih

yang merupakan kelebihan

pendapatan atas biaya, secara

langsung akan menambah kekayaan

pemilik. Dividen kas merupakan

penarikan modal, dan laba yang

ditahan merupakan bagian dari total

pemilikan, sebaliknya, kerugian

yang dialami perusahaan secara

langsung akan mengurangi kekayaan

pemilik.

b. Net Income To Investor

Sesuai dengan entity theory,

pemegang saham dan kreditor jangka

panjang dianggap sama sebagai

investor, modal permanent dengan

adanya pemisahan antara pemilikan

(ownership) dan pengendalian

(control) dalam perusahaan-

perusahaan besar, maka perbedaan

antara pemegang saham dan kreditur

tidak lagi sepenting

sebelumnya.Perbedaan utama hanya

terletak pada prioritas hak dalam

pembagian laba dan terhadap assets

dalam likuidasi.

Dalam entity theory, income

bagi investor meliputi bunga atas

hutang, dividen bagi pemegang

preferred dan common stock, dan

laba yang ditahan. Dalam

perhitungan laba bersih bagi

investor, pajak penghasilan

diperlakukan sebagai beban, karena

pemerintah bukanlah penerima

manfaat dari perusahaan dalam

pengertian seperti investor.

c. Net Income To Residual

Shareholders

Dalam perusahaan yang

menguntungkan dengan umur yang

tidak terbatas, para pemilik modal

residu terdiri dari pemegang saham

biasa atau investor yang dapat

Page 12: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

menjadi pemegang saham biasa

melalui konvensi atau penggunaan

hak lainnya. Tetapi selalu terdapat

kemungkinan bahwa melalui ke

organisasi, atau karena tidak

mampuan membayar klain preferen.

Salah satu dari kelompok investor

lainnya yaitu pemegang saham

preferen atau pemegang saham

obligasi dapat menjadi pemilik

ekuitas residu. Oleh karena itu,

prioritas dalam hak atas laba

merupakan hal yang penting bagi

semua kelompok. Laba bersih residu

menunjukan jumlah yang tersedia

untuk didistribusikan kepada

pemegang saham residu.

d. Value Added Income

Secara umum, perusahaan

dipandang memiliki pihak-pihak

yang berkepentingan juga karyawan,

kreditur, pelanggan, pemerintah, dan

masyarakat umum. Dalam istilah

ekonomi, value added merupakan

harga pasar keluaran (output)

perusahaan dikurangi dengan harga

barang dan jasa yang diperoleh

melalu transfer dari perusahaan lain

(input). Semua pihak dianggap

memililai kontribusi terhadap

penciptaan laba perusahaan,

sehingga mereka juga dianggap

berhak untuk menerima laba yang

diperoleh perusahaan.Value added

income meliputi upah dan gaji, sewa,

bunga, pajak, dividen bagi pemegang

saham, dan laba yang diraih

perusahaan.

C. Metodologi

Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif

beranjak dari paradigma ilmu bahwa

satu-satunya kenyataan yang

dikonstruksi oleh individu adalah

apa yang terlihat dalam penelitian.

Penelitian ini termasuk jenis

penelitian kepustakaan (library

research), artinya data dan bahan

kajian yang dipergunakan berasal

dari sumber-sumber kepustakaan,

baik itu berupa buku, jurnal, surat

kabar, dan lainnya.

Penelitian ini menggunakan

dua jenis sumber data, yaitu sumber

data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer

diperoleh dari buku dan karya tulis

yaitu: Al-Quran dam tafsirnya dan

Sunnah , seperti tafsir Al-Munir

wahbah Az-Zuhali, Sembilan kitab

hadis dalam bentuk software. Data

sekunder di ambil dari literatur , web

site, maupun jurnal tentang laba

D. Pembahasan.

1. Konsep Laba Dalam Perspektif

Islam

Dalam Islam pembicaraan

tentang laba tidak bisa di pisahkan

dari jual beli yang merupakan

sumber datangnya laba atau

keuntungan. Secara sederhananya

bisa dikatakan selisih antara jual dan

beli itulah disebut dengan laba.

Dalam Islam jual beli secara

etimologis berasal dari kata al bay‟u

yang berarti ( شري ) dan syirā البيع ) )

Page 13: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

mengambil sesuatu dan memberi

sesuatu, sedang secara terminologis

para fuqaha memberikan definisi jual

beli dalam banyak pengertian yang

mengacu pada satu kesimpulan

bahwa jual beli adalah, “Menukar

suatu benda seimbang dengan harta

benda yang lain yang keduanya

boleh (ditasharrufkan) dikendalikan

dengan ijab qabul menurut cara

yang dihalalkan oleh syara‟”. Term

ini memberikan pengertian jual beli

dalam arti ekonomi, yaitu adanya

pertukaran komoditas dengan nilai

kompensasi tertentu.

Akan tetapi bila melihat

kepada Al Qur‟an, jual beli atau

perdagangan mencakup pengertian

yang eskatologis. Kata Jual beli

bukan hanya digunakan untuk

menunjukkan aktivitas bisnis

pertukarang barang atau produk

tertentu. Jual beli dapat berarti

“keyakinan, ketaatan, berinfaq dan

jihad fi sabilillah,.”5. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam Surat As-

Shaft (61):10-12.. Hai orang-orang

yang beriman, sukakah kamu aku

tunjukkan suatu perniagaan yang

dapat menyelamatkanmu dari azab

yang pedih?.. (yaitu) Kamu beriman

kepada Allah dan RasulNya dan

berjihad di jalan Allah dengan harta

dan jiwamu. Itulah yang lebih baik

bagimu, jika kamu mengetahui..

Niscaya Allah akan mengampuni

dosa-dosamu dan memasukkanmu ke

dalam jannah yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai; dan

(memasukkan kamu) ke tempat

tinggal yang baik di dalam jannah

'Adn. Itulah keberuntungan yang

besar.Surat Al-Baqarah (2):254.254.

Hai orang-orang yang beriman,

belanjakanlah (di jalan Allah)

sebagian dari rezki yang telah Kami

berikan kepadamu sebelum datang

hari yang pada hari itu tidak ada

lagi jual beli dan tidak ada lagi

syafa'at. dan orang-orang kafir

Itulah orang-orang yang zalim

Jual beli yang memiliki

makna eskatologis ini tentunya

memberikan gambaran nyata akan

hakikat dan tujuan jual beli dalam

Islam sekaligus memberikan

jawaban akan arti atau makna dari

laba yang menjadi tujuan jual beli itu

sendiri. Sehingga dapat difahami

laba yang menjadi tujuan utama jual

beli tidak hanya memiliki

terminologi ekonomi sebagai selisih

antara total penjualan dengan total

biaya. Akan tetapi lebih

komprehensif dari itu, laba dapat

berarti, hasil dari

bersabar,mensucikan diri, beriman,

berdakwah, berittiba’, berinfaq, dan

laba adalah hidayah dari Allah .

Semua terakumulasikan dalam

jannah dan kebahagian kekal di

akhirat. Inilah makna jual beli serta

laba yang menjadi orientasi dasar

dalam konsep teori laba ekonomi

Islam. Sebagaimana Firman Allah

SWT dalam Surat Al-Lail (92):5-75.

Adapun orang yang memberikan

(hartanya di jalan Allah) dan

bertakwa, 6. dan membenarkan

adanya pahala yang terbaik

(syurga),7. Maka Kami kelak akan

menyiapkan baginya jalan yang

Page 14: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

mudah.Surat Asy-Syams (91):9

Sesungguhnya beruntunglah orang

yang mensucikan jiwa itu, Surat Ali

Imron (3):200. Hai orang-orang

yang beriman, bersabarlah kamu

dan kuatkanlah kesabaranmu dan

tetaplah bersiap siaga (di

perbatasan negerimu) dan

bertakwalah kepada Allah, supaya

kamu beruntung. Surat Al-Baqarah

(2):5. Mereka Itulah yang tetap

mendapat petunjuk dari Tuhan

mereka, dan merekalah orang-orang

yang beruntung (Ialah orang-orang

yang mendapat apa-apa yang

dimohonkannya kepada Allah

sesudah mengusahakannya)

Dalam hal perniagaan/bisnis

Islam harus dilandasi dengan

ketauhidan, sesuai kentuan Syariah ,

akhlak /etika serta keseimbangan,

kebebasan, dan tanggung jawab,

yang diarahkan pada prinsip-prinsip

kemanslahatan pelakunya dan

ummat sekaligus bernilai ibadah.

Tujuan utama ekonomi Islam adalah

merealisasikan tujuan manusia untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat (falāh), serta kehidupan yang

baik dan terhormat (al-hāyah al-

tayyibah).

Dari uraian di atas dapat

disimpulkan konsep laba dalam

Islam tidak saja berorientasi kepada

materi saja tetapi juga meliputi hal-

hal non materi sebagai sebuah

tuntutan dari Islam itu sendiri.

Ada perbedaan mendasar

tentang cara pandang antara

masyarakat muslim dan masyarakat

kapitalis terhadap perolehan laba.

Menurut Muhammad6,dalam

masyarakat kapitalis tujuan utama

sebuah organisasi atau perusahaan

didirikan adalah untuk

memaksimalkan laba dari investasi

yang dilakukan untuk perusahaan

atau organisasi tersebut. Jika tujuan

utamanya hanya ingin mendapatkan

laba yang besar, ada beberapa efek

dari paradigma tersebut

diantaranya:1.Masyarakat kapitalis

akan sangat mementingkan

kepentingan individu daripada

kepentingan orang banyak. 2. Sistem

ekonomi yang berbasis kapitalis

menyebabkan terpusatnya ekonomi

di tangan sekelompok kecil individu

yang menikmati pendapatan tinggi,

memegang kendali segala urusan dan

memungkinkan segalanya terjadi

untuk kepentingannya. Akibatnya

terjadi ketimpangan yang mencolok

antara si kaya dan miskin.

Sedangkan dalam masyarakat

muslim, laba bukanlah tujuan yang

paling utama dalam pendirian suatu

perusahaan atau organisasi. Tetapi

bukan berarti perusahaan tersebut

tidak boleh mendapatkan laba, hanya

saja laba yang diperoleh harus halal

dan sesuai dengan prinsip syari’at

Islam. Terdapat dua konsep Islam

yang sangat berkaitan dengan

pembahasan masalah laba, yaitu

adanya mekanisme pembayaran

zakat dan sistem tanpa bunga.

Zakat pada prinsipnya

merupakan kesejahteraan dan

pembayarannya maupun

distribusinya merupakan kewajiban

agama dan dalam pelaksanaan

Page 15: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

pemungutannya akan lebih baik jika

berada dalam tanggung jawab

pemerintah. Zakat dipungut

terhadap pendapatan (laba),

kepemilikan barang-barang tertentu

seperti emas dan perak (atau

disetarakan dengan uang), hewan

ternak, dan hasil pertaniaan. Hal ini

memerlukan penilaian dan konsep

yang jelas untuk menetapkan dasar

dan besarnya zakat yang harus

dibayarkan.

Islam melarang sistem

penentuan tingkat pengembalian

tetap atas modal, misalnya

pengembalian uang tanpa adanya

pembagian resiko yang timbul dari

pembayaran angsuran atas pinjaman.

Larangan atas sistem bunga

dimaksudkan karena sistem bunga

merupakan cara-cara kapitalis dalam

melaksanakan usaha.

Dalam akuntansi

konvensional investor seolah-olah

dianggap sebagai peminjam modal

bukan sebagai peserta (pemilik)

usaha7 . Dalam Islam perusahaan

mempunyai tanggung jawab sosial

dan moral yang berasal dari konsep

Islam bahwa manusia diciptakan

oleh Allah sebagai utusan (khalifah)

di bumi untuk mengolah sumber

daya yang diberikan untuk

kesejahteraan manusia dan alam.

Kepemilikan atas kekayaan dalam

Islam tidak mutlak melainkan

kondisional.

2. Batasan Keuntungan Dalam

Islam

Mencari keuntungan dalam

bisnis pada prinsipnya merupakan

suatu perkara yang jaiz (boleh) dan

dibenar. Adapun seberapa besar

batasan dalam mengambil

keuntungan , sepanjang pengetahuan

penulis tidak ada dalil yang qath’i

tentang ukuran besarnya . Dalil tidak

adanya batasan laba maksimal yang

tertentu, adalah dalil-dalil tentang

perdagangan yang bermakna mutlak,

yaitu tanpa ada ketentuan batas

maksimal laba yang tak boleh

dilampaui. Misalnya firman Allah

SWT dalam surat An-Nisa :29. Hai

orang-orang yang beriman,

janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan

janganlah kamu membunuh dirimu

Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.

Ayat ini menunjukkan

bolehnya perdagangan (tijarah),

yang sekaligus menunjukkan juga

bolehnya mencari laba (ar ribhu).

Sebab pengertian perdagangan

(tijarah) adalah aktivitas jual beli

dengan tujuan memperoleh laba.

Mencari laba berdasarkan ayat di

atas, dari segi berapa besarnya laba,

bersifat mutlak. Artinya, tidak ada

batas maksimal laba yang ditetapkan

Syariah. Sebab tidak ada dalil syar’i

yang membatasi kemutlakan ayat

tersebut

Sebagian ulama mazhab

Maliki, seperti Ibnu Wahab,

mengatakan bahwa maksimal laba

dalam perdagangan adalah sepertiga

(tsuluts), dengan dalil sabda

Page 16: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

Rasulullah SAW bahwa batas

maksimal harta yang dapat

diwasiatkan adalah sepertiga

(tsuluts)8. Pendapat ini tidak dapat

diterima, dengan dua

alasan. Pertama, sabda Rasulullah

SAW yang menyebut batas

maksimal sepertiga (tsuluts) tersebut

tidak dapat menjadi pembatasan

terhadap kemutlakan ayat di atas

(QS An Nisaa` : 29). Sebab sabda

Rasulullah SAW itu topiknya terkait

dengan wasiat, sementara ayat di

atas topiknya terkait dengan

perdagangan. Jadi konteksnya

berbeda. Kedua, penetapan batas

maksimal laba sepertiga (tsuluts)

bertentangan dengan nash-nash

Syariah yang membolehkan laba

lebih dari sepertiga diantaranya hadis

dari Urwah 9yang di riwayatkan

Bukhari dan Abu Daud

Telah bercerita kepada kami

'Ali bin Abdullah telah mengabarkan

kepada kami Sufyan telah bercerita

kepada kami Syabib bin Gharfadah

berkata, aku mendengar orang-

orang dari qabilahku yang bercerita

dari 'Urwah bahwa Nabi shallallahu

'alaihi wasallam memberinya satu

dinar untuk dibelikan seekor

kambing, dengan uang itu ia beli

dua ekor kambing, kemudian salah

satunya dijual seharga satu dinar,

lalu dia menemui beliau dengan

membawa seekor kambing dan uang

satu dinar. Maka beliau

mendoa'akan dia keberkahan dalam

jual belinya itu".

Hadits ini membolehkan laba

100 persen, karena Urwah awalnya

membeli 1 kambing dengan harga ½

(setengah) dinar, lalu menjualnya

kembali dengan harga 1 dinar.

Kesimpulannya bahwa

Keuntungan, tidak

ada batasan tertentu. Karena itu

termasuk rizki Allah. Terkadang

Allah menggelontorkan banyak rizki

kepada manusia.Sehingga kadang

ada orang yang mendapatkan untung

yang berlipat-lipat Dia membeli

barang ketika harganya sangat

murah, kemudian harga naik,

sehingga dia bisa mendapat untung

besar. Dan kadang terjadi

sebaliknya, dia membeli barang

ketika harga mahal, kemudian tiba-

tiba harganya turun drastis. Karena

itu, tidak ada batasan keuntungan

yang boleh diambil seseorang selama

aktivitas perdagangannya tidak

disertai dengan hal-hal yang haram.

Seperti ghaban fahisy(menjual

dengan harga jauh lebih tinggi atau

jauh lebih rendah dari harga

pasar), ihtikar (menimbun), ghisy (m

enipu), dharar (menimbulkan

bahaya), tadlis (menyembunyikan

cacat barang dagangan), dan

sebagainya10. Dengan demikian

berapapun keuntungan yang diambil

oleh seorang pengusaha, maka itu

sah-sah saja, asalkan didasari oleh

tidak adanya hal-hal yang

diharamkan maupun kebathilan

dalam transaksi tersebut dan asas

suka sama suka

Meskipun demikian, syari'at

Islam telah mengajarkan kepada

umatnya agar senantiasa memiliki

pandangan yang luas tentang

Page 17: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

keuntungan usaha. Islam telah

mengenalkan kepada umatnya bahwa

keuntungan usaha dapat terwujud

dalam dua hal: Keuntungan materi

dan keuntungan non materi, yang

berupa keberkahan, pahala dan

keridhaan Allah (mencakup

keuntungan di dunia dan akhirat).

Dari sinilah, maka dianjurkan

kepada setiap pengusaha muslim

untuk memudahkan dan

meringankan saudaranya dalam

setiap urusannya, tanpa terkecuali

dalam hal perniagaan. Memberikan

kemudahan dalam perniagaan ini

tidak akan menjadikan seseorang

merasa rugi menghutangkan kepada

saudaranya tanpa adanya tambahan

keuntungan sedikitpun. Ia telah

mendapatkan keuntungan akhirat

yang besar karena ia telah berhasil

mencatatkan amal shaleh disisi

Allah.

3. Distribusi Laba Dalam

Pandangan Islam

Dalam Islam hak atas laba

halal dapat dilihat dari konsep

pendistribusian laba halal sesuai

dengan akad usaha tersebut. Islam

tidak mengenal konsep-konsep

entitas seperti proprietary theory11,

entity theory12, fund theory13,

enterprise theory14 ataupun shari‟ah

enterprise theory15. Konsep

kepemilikan usaha dan pembagian

hak atas hasil usaha semuanya

didasari oleh akad yang digunakan

dalam transaksi yang mereka

lakukan, sebagai contoh apakah atas

dasar akad mudharabah ataukah

musyarakah. Oleh karena itulah,

dalam membangun suatu konsep

entitas dengan bahasa atau istilah

yang mutakhir, konsep-konsep akad

transaksi tersebut hendaklah

menjiwai konsep-konsep entitas

edisi mutakhir karena konsep akad

transaksi itulah yang mendasari

muamalah umat Islam dahulu hingga

sekarang ini16.

Secara umum Islam

mengatur pendistribusian laba

dengan cara yang adil, yaitu

ditentukan atas dasar kepemilikan

harta dan penanggungan risiko

seperti sabda Rasululloh SAW. yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud

bahwasanya Ummul Mu‟minin

Aisyah r.a. mengatakan bahwa

Rasulullah saw. berkata

“Keuntungan itu mengikuti

pertanggungjawaban”. Dengan

demikian hak atas laba berada pada

pemilik modal yang mendirikan

usahanya atas dasar akad

musyarakah serta pemilik modal dan

pengelola bagi mereka yang

mendirikan usahanya atas dasar akad

mudharabah. Para stakeholders yang

lain tanpa melihat kondisi

perusahaan apakah mendapatkan

laba ataukah menderita kerugian,

mereka berhak menerima hak-hak

mereka berupa gaji bagi karyawan,

pengembalian hutang bagi kreditor,

pajak bagi pemerintah, barang dan

jasa bagi konsumen, serta apa yang

mereka dapatkan selebihnya dari

hak-hak mereka adalah suatu bentuk

shadaqah yang mutlak tidak

terbatas, yakni sesuai keikhlasan hati

pemilik usaha. Ini semua merupakan

Page 18: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

kewajiban perusahaan untuk

memberikan imbalan atas kontribusi

mereka kepada perusahaan.

Beberapa kewajiban yang ada di

antara semua stakeholders adalah

saling menjaga hak masing-masing

dan mengerjakan kewajiban masing-

masing, tidak boleh berbuat dzalim

dengan memakan hak orang lain

dengan cara yang batil, tolong-

menolong dalam kebajikan dan

ketakwaan, serta menjalankan

seluruh proses muamalahnya dengan

dasar aturan syariat

B. Penutup

Laba yang menjadi tujuan

utama jual beli dalam Islam tidak

hanya memiliki terminologi ekonomi

sebagai selisih antara total penjualan

dengan total biaya. Akan tetapi lebih

komprehensif dari itu, laba dapat

berarti, hasil dari bersabar,

mensucikan diri, beriman,

berdakwah, berittibā‟, berinfaq, dan

laba adalah hidāyah dari Allah.

Semua terakumulasikan dalam

jannah dan kebahagian kekal di

akhirat.

Tidak ada batasan

keuntungan yang boleh diambil

seseorang selama aktivitas

perdagangannya tidak disertai

dengan hal-hal yang haram. Seperti

ghaban fahisy(menjual dengan harga

jauh lebih tinggi atau jauh lebih

rendah dari harga pasar), ihtikar

(menimbun), ghisy (menipu),

dharar (menimbulkan bahaya), tadlis

(menyembunyikan cacat barang

dagangan), dan sebagainya yang

merupakan ke bathilan dan dengan

asas suka sama suka

Keuntungan dalam perspektif

Islam sebagai sebuah bentuk sikap

menerima dan syukur atas sisa

pendapatan yang diterima dari

perniagaan yang sesuai syariat

setelah dikurangi beban usaha dan

pendistribusian hak stakeholders

lainnya. Perusahaan hanya bisa

mengendalikan beban dan

memainkannya untuk

kepentingannya memaksimalkan

pencapaian keuntungan dan tidak

boleh menganggap segala sesuatu

pengeluaran yang terjadi sebagai

akibat usaha untuk menghasilkan

pendapatan dianggap sebagai beban

usaha.

DAFTAR PUSTAKA.

Agustianto, Filsafat Ekonomi Islam ,

makalah,

An Nabhani, Taqiyuddin An Nizham

Al Iqtishadi fi Al Islam Jakarta:

HTI Press,2005

Arifin Badri. Muhammad Prinsip

Jual Beli dalam Ajaran Islam.

www.

www.pengusahamuslim.com/f

atwa-perdagangan/hukum-

hukum-perdagangan/552-

prinsip-jual-beli-dalam-ajaran-

islam.html

Az-Zuhali, Wahbah Tafsir Al-Munir

,terjemahan jilid V Jakarta:

Gema Insani Press 2012

Baridwan, Zaki ,Intermediate

Accounting Yogjakarta:BPFE,

2008

Belkaouli, Ahmed Teori Akuntansi.

terj. Dukat, Erwan, et. al.

Jakarta: Penerbit Erlangga,

1997

Page 19: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

Choudhury, M.A. Islamic

Ekonomics and Finance:

Where Do They Stand? 6 th

International Conference on

Islamic Economics, Banking,

and Finance, 21-24 November,

Jakarta, Indonesia

Daud Ali, Moh. dan Daud, Habibah

Lembaga-lembaga Islam di

Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1995

Dwi Saputro, Andik S The Bottom

Line, SNA XIII, Purwokerto

2010.

Ekasari, Kurnia hermeneutka laba

dalamperspektif Islam, Jurnal

Akuntansi Multiparadigma

Jamal Volume 5 ,2014

Hadis Shahih riwayat Bukhari dan

Abu Daud ,di copi dari

software Sembilan kitab Hadis

oleh lidwa pustaka

Isgiyarta, Jaka Teori Akuntansi dan

Laporan Keuangan Islami.

Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. 2009

Muhammad. . Manajemen Bank

Syari’ah. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN, 2002

Muslimin, JM. Filsafat Ekonomi

Syariah, makalah,

Sitepu, Waktu . Analisis

Perbandingan Pendistribusi

Laba Bersih Akuntansi

Konvensional dan Akuntansi

Syariah. Bandung :2005

Suwardjono.. Teori Akuntansi

Perekayasaan Pelaporan

Keuangan Edisi Ketiga.

Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta. 2011

Syafri, Sofyan Harahap , Teori

Akuntansi, Jakarta: Penerbit

Raja Grafindo Persada, 2001.

Triyuwono,Iwan dan. As’udi. Moh

Akuntansi Syari’ah;

MemformulasikanKonsep Laba

dalam Konteks Metafora

Zakat. Jakarta: Salemba

Empat. 2001

------------------------------------------.

Akuntansi Syari’ah;

Memformulasikan Konsep

Laba dalam Konteks Metafora

Zakat. Jakarta: Salemba

Empat.2001

--------------------------- Perspektif,

Metodologi, dan Teori

Akuntansi Syariah. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2006

Page 20: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

1 JM. Muslimin, Filsafat Ekonomi Syariah, makalah,h.2-6 ; Agustianto,

Filsafat Ekonomi Islam , makalah, h.3-19 , lebih detil lihat Moh. Daud Ali dan

Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1995), h. 214-228 2 Zaki Baridwan, Intermediate Accounting (Yogjakarta:BPFE,

2008)h.55 3 Suwardjono.. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan

Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2011)h.456 4 Waktu Sitepu. . Analisis Perbandingan Pendistribusi,..h.38 5 Fachri Fachrudin, Kajian Teori Laba Pada Transaksi Jual Beli Dalam

Fiqh Mu’āmalah” (Studi Komparasi Teori Laba Ekonomi Konvensional),Ad-

Deenar,Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam h.69-70 6 Muhammad. . Manajemen Bank Syari’ah. (Yogyakarta: UPP AMP

YKPN, 2002) h.273 7 Ibid, h.3 8 Wahbah Az-Zuhali, Tafsir Al-Munir ,terjemahan jilid V (Jakarta:

Gema Insani Press 2012) h.33 9 Hadis Shahih riwayat Bukhari dan Abu Daud ,di copi dari software

Sembilan kitab Hadis oleh lidwa pustaka 10 Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fi Al Islam (Jakarta:

HTI Press 2005)h.191 11proprietary theory adalah usaha atau perusahaan merupakan

perpanjangan tangan dari pemilik. Dalam konsep ini, aktiva merepresentasikan

sesuatu yang dimiliki oleh pemilik dan kewajiban merupakan utang yang harus

ditanggung oleh pemilik. Dalam proprietary theory, perusahaan merupakan milik

pemegang saham sehingga posisi utang akan mengurangi kekayaan perusahaan

dan bunga diperlakukan sebagai beban usaha , dengan persamann: Ekuitas

pemilik = Aktiva- Kewajiban .lihat, Jaka Isgiyarta. Teori Akuntansi dan Laporan

Keuangan Islami. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2009)

h.89 12 entity theory ini adalah memahami perusahaan sebagai entitas yang

terpisah dari pemiliknya. Teori ini muncul dengan maksud mengurangi

kelemahan- kelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana pemilik

menjadi pusat perhatian. Namun demikian, entity theory pada dasarnya tidak

berbeda jauh dengan teori pendahulunya, proprietary theory, dengan persamaan Aktiva = Ekuitas. Aktiva= Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham , lebih jauh lihat : Kam sebagaimana dikutip iwan Triyuwono dalam Perspektif, Metodologi,

dan Teori Akuntansi Syariah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h,20. Dalam entity theory, seharusnya utang mempunyai posisi yang sama sebagai

sumber dana untuk memperoleh aktiva lebih lanjut lihat : Jaka Isgiyarta. Teori

Akuntansi..h.68 13 Menurut konsep teori ini, menjadi pusat perhatian dari pencatatan

akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah bukan pada pemilik maupun

entitas, melainkan pada sekelompok aktiva yang penggunaannya telah dibatasi

untuk membayar atau memenuhi sejumlah kewajiban tertentu.Aktiva yang

penggunaannya dibatasi ini dinamakan sebagai “fund”, di mana masing-masing

Page 21: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020

pos dana memiliki ketentuan dan tujuan penggunaan yang berbeda. Dengan

demikian, konsep teori ini menganggap bahwa entitas merupakan sebuah unit

dana, di mana kewajiban tertentu ditetapkan sebagai batasan-batasan terhadap

pengguna aktiva. Menurut konsep teori ini, persamaan akuntansi akuntansi sebagi

berikut:Aktiva = Pembatasan Aktiva. Pada umumnya, konsep teori ini diterapkan

pada organisasi pemerintah atau organisasi yang bukan pencari laba, di mana

pengguna atas dana-dana tertentu terkendali sedemikian rupa berdasarkan pada

pos-pos pembiayaan yang telah ditentukan atau ditetapkan lihat : http://keuanganlsm.com/persamaan-dasar-akuntansi/.

14 Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian

informasi akuntansi adalah pihak-pihak yang terkait dengan perumusan, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Konsep teori ini lahir seiring dengan

kemajuan sosial dan perkembangan zaman, serta meningkatnya

pertanggungjawaban perusahaan terhadap masyarakat. Yang dimaksud dengan

masyarakat di sini adalah tidak hanya pemilik, manajemen, dan pegawai

perusahaan, tetapi juga termasuk kreditor, pemerintah, supplier, pembuat

kebijakan (regulator), pelanggan, dan masyarakat luas. Menurut konsep teori ini,

pelaporan akuntansi jangan hanya menyediakan informasi untuk pemilik saja,

tetapi juga ditujukan untuk pihak-pihak lainnya yang telah turut memberikan

kontribusi (baik langsung maupun tidak langsung) bagi perkembangan, kemajuan,

dan kesinambungan perusahaan. Beberapa contoh dari penerapan konsep teori ini

adalah dikembangkannya pelaporan akuntansi untuk sumber daya manusia,

akuntansi lingkungan, dan akuntansi sosial ekonomi., ibid… 15Menurut konsep ini stakeholders pihak yang berhak menerima

pendistribusian nilai tambah diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu direct

participants dan indirect participants. Menurut Triyuwono (2001) direct

stakeholders adalah pihak yang terkait langsung dengan bisnis perusahaan, yang

terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan, kreditur, pemasok,

pemerintah, dan lain-lainnya. Indirect stakeholders adalah pihak yang tidak terkait

langsung dengan bisnis perusahaan, terdiri dari: masyarakat mustahiq (penerima

zakat, infaq dan shadaqah), dan lingkungan alam (misalnya untuk pelestarian

alam). Lihat : Iwan Triyuwono,. dan Moh. As’udi. 2001. Akuntansi Syari’ah;

Memformulasikan Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat. (Jakarta:

Salemba Empat.2001) h.25 16 Andik S. Dwi Saputro, The Bottom Line, SNA XIII, Purwokerto 2010,

h.18

Page 22: DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh...Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020 DISTRIBUSI LABA DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh: Bambang Sugiharto Dosen Sekolah Tinggi

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6. No. 1 Juli 2020