Page 1
i
DISERTASI
PENGARUH PERSON ORGANIZATION FIT (P-O FIT), QUALITY OF WORK LIFE, KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BUMN
DI SULAWESI SELATAN
THE EFFECT OF PERSON-ORGANIZATION FIT (P-O FIT), QUALITY OF WORK LIFE, ORGANIZATIONAL JUSTICE ON THE
JOB SATISFACTION AND PERFORMANCE OF BUMN EMPLOYEES IN SOUTH SULAWESI
HARTINI NIM. P0500313411
PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
Page 2
ii
DISERTASI
PENGARUH PERSON ORGANIZATION FIT (P-O FIT), QUALITY OF WORK LIFE, KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BUMN
DI SULAWESI SELATAN
THE EFFECT OF PERSON-ORGANIZATION FIT (P-O FIT), QUALITY OF WORK LIFE, ORGANIZATIONAL JUSTICE ON THE
JOB SATISFACTION AND PERFORMANCE OF BUMN EMPLOYEES IN SOUTH SULAWESI
HARTINI NIM. P0500313411
PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
Page 3
iii
DISERTASI
PENGARUH PERSON ORGANIZATION FIT (P-O FIT), QUALITY OF WORK LIFE, KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BUMN
DI SULAWESI SELATAN
THE EFFECT OF PERSON-ORGANIZATION FIT (P-O FIT), QUALITY OF WORK LIFE, ORGANIZATIONAL JUSTICE ON THE
JOB SATISFACTION AND PERFORMANCE OF BUMN EMPLOYEES IN SOUTH SULAWESI
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor
disusun dan diajukan oleh
HARTINI NIM. P0500313411
Kepada
PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
Page 4
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Page 5
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : HARTINI
N I M : P0500313411
Jurusan/Program Studi : Ilmu Ekonomi
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa disertasi yang berjudul
“Pengaruh Person Organization Fit (P-O Fit), Quality of Work Life, Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan BUMN di Sulawesi Selatan”
Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah disertasi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/
diterbitkan sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah disertasi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 03 Januari 2018 Yang membuat pernyataan, HARTINI
Page 6
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat
hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini yang
merupakan salah satu syarat dalam rangka penyelesaian pendidikan Doktor pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penulisan disertasi ini telah
mendapatkan banyak motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih dan pengargaan yang setinggi-tinggnya kepada:
1. Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA.
Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Muhammad Ali, SE,
MS. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Abd.
Rahman Kadir, SE, M.Si. beserta para Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana dan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin atas segala bantuan yang
telah penulis terima selama menempuh program S3.
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Haris Maupa, SE, M.Si yang senantiasa
memberikan dukungan dalam proses penyelesaian studi.
3. Prof. Dr. Siti Haerani, SE, M.Si., selaku promotor serta Dr. Ria Mardiana Yusuf, SE,
M.Si dan Dr. Sumardi, SE, M.Si selaku co-promotor yang selalu meluangkan waktu
untuk berbagi ilmu dan memberikan arahan, bimbingan serta petunjuk dalam
penyelesaian disertasi ini.
4. Prof. Dr. Muh. Jufri, S.Psi, M.Si, selaku penguji eksternal dari Fakultas Psikologi
Universitas Negeri Makassar, serta penguji Internal, Prof. Dr. Muhammad Ali, SE,
MS., Prof. Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si, Dr. Nurdjanah Hamid, SE, M.Agr, Dr.
Muhammad Yunus Amar, SE, MT, Dr. Jusni, SE, M.Si.
5. Seluruh staf pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin yang
telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan.
6. Bapak Andy Chaeruddin Patompo, SE, MBA, Ccm selaku Ketua Yayasan Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pembangunan Indonesia (STKIP-PI)
Makassar yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam mengikuti proses
perkuliahan.
7. Bapak Dr. Muh. Yunus, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar yang telah memberikan
kesempatan untuk melanjutkan studi pada Universitas Hasanuddin Makassar.
Page 7
vii
8. Pengelola Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar yang banyak
memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh studi ini.
9. Seluruh staf akademik Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin
Makassar atas pelayanan yang sangat baik dan ramah dalam proses administrasi
yang dibutuhkan dan telah banyak membantu demi kelancaran studi penulis.
10. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar, PT.
Telkom Divre VII Sulawesi, PT. Pertamina (Persero) Region VII Sulawesi, PT.
Pelindo IV Sulawesi, PT. Bank Negara Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan.
11. Kedua orang tua, ayahanda almarhum Syarifuddin dan ibunda Hj. Murni, suami
tercinta Raihan serta anak tersayang Aira yang selalu memberikan perhatian,
dukungan dan do’a bagi penulis.
12. Teman-teman angkatan 2013 yang selalu mendukung dan memberikan bantuan
bagi penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semua yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga disertasi ini
dapat terselesaikan.
Akhirnya penulis yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan
keterbatasan dari isi disertasi ini. Penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang
membangung demi kesempurnaan disertasi ini.
Makassar, Januari 2018
Hartini
Page 8
viii
ABSTRAK
HARTINI. Pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of Work Life, Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan BUMN Di Sulawesi Selatan (dibimbing oleh Siti Haerani, Ria Mardiana, dan Sumardi). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh Person-Organization Fit terhadap kepuasan kerja; (2) pengaruh quality of work life terhadap kepuasan kerja; (3) pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja; (4) pengaruh Person-Organization Fit terhadap kinerja karyawan; (5) pengaruh quality of work life terhadap kinerja karyawan; (6) pengaruh keadilan orgnaisasi terhadap kinerja karyawan; (7) pengaruh Person-Organization Fit terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja; (8) pengaruh quality of work life terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja; (9) pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja; (10) pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis jalur (path analysis) dengan pemodelan Structural Equation Modeling (SEM) program AMOS versi 5.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Person-Organization Fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja; (2) quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja; (3) keadilan orgnaisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja; (4) Person-Organization Fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan; (5) quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan; (6) keadilan organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan; (7) Person-Organization Fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja; (8) quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja; (9) keadilan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja; (10) kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Kata Kunci: Person-Organization Fit, Quality of Work Life, Keadilan Organisasi,
Kepuasan Kerja, Kinerja Karyawan.
Page 9
ix
ABSTRACT
HARTINI. The Effect of Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of Work Life, Organizational Justice on the Job Satisfaction and Performance of BUMN Employees in South Sulawesi (supervised by Siti Haerani, Ria Mardiana, and Sumardi).
This research aimed to analyze: (1) the effect of Person-Organization Fit (P-O Fit) on the job satisfaction; (2) the effect of the quality of work life on the job satisfaction; (3) the effect of the organizational justice on the job satisfaction; (4) the effect of Person-Organization Fit (P-O Fit) on the performance of the employees; (5) the effect of the quality of work life on the performance of the employees; (6) the effect of the organizational justice on the performance of the employees; (7) the effect of the Person-Organization Fit (P-O Fit) on the performance of the employees through job satisfaction; (8) the effect of the quality of work life on the performance of the employees through job satisfaction; (9) the effect of the organizational justice on the performance of the employees through job satisfaction; (10) the effect of the job satisfaction on the performance of the employees.
The method used on the research was the path analysis with the Structural Equation Modeling (SEM) AMOS versi 5.00. The research result indicated that: (1) the Person-Organization Fit (P-O Fit) had a positive and significant effect on the job satisfaction; (2) the quality of work life had a positive and significant effect on the job satisfaction; (3) the organizational justice had a positive and significant effect on the job satisfaction; (4) the Person-Organization Fit (P-O Fit) had a positive and significant effect on the performance of the employees; (5) the quality of work life had a positive and significant effect on the performance of the employees; (6) the organizational justice had insignificant effect on the performance of the employees; (7) the Person-Organization Fit (P-O Fit) had a positive and significant effect on the performance of the employees through the job satisfaction; (8) the quality of work life had a positive and significant effect on the performance of the employees through the job satisfaction; (9) the organizational justice had a positive and significant effect on the performance of the employees through the job satisfaction; (10) the job satisfaction had a positive and significant effect on the performance of the employees. Keyword: Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of Work Life, Organizational
Justice, Job Satisfaction, Performance of the Employees
Page 10
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................................ v
PRAKATA ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 21
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 22
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 24
2.1. Tinjauan Teoritis .................................................................... 24
2.1.1. Teori Perilaku Organisasi ............................................. 24
2.1.2. Manajemen Sumber Daya Manusia ............................. 28
2.1.3. Person-Organization Fit (P-O Fit) ................................ 30
2.1.4. Quality of Work Life ..................................................... 35
2.1.5. Keadilan Organisasi ..................................................... 43
2.1.6. Kepuasan Kerja ........................................................... 53
2.1.7. Kinerja ......................................................................... 62
2.2. Tinjauan Empiris .................................................................... 70
2.2.1. Person-Organization Fit (P-O Fit), Kepuasan Kerja
dan Kinerja .................................................................. 71
2.2.2. Quality of Work Life Kepuasan Kerja dan Kinerja ........ 74
2.2.3. Keadilan Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja ....... 75
2.2.4. Kepuasan Kerja dan Kinerja ........................................ 78
Page 11
xi
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............................... 86
3.1. Kerangka Konseptual ............................................................ 86
3.2. Hipotesis Penelitian ............................................................... 93
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 94
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................ 94
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 94
4.3. Populasi dan Sampling .......................................................... 95
4.4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 98
4.5. Defenisi Operasional Variabel................................................ 100
4.6. Teknik Analisis Data .............................................................. 104
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 112
5.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian....................................... 112
5.1.1. PT. PLN (Persero) ...................................................... 112
5.1.2. PT. Pertamina (Persero) ............................................. 115
5.1.3. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) ....................... 120
5.1.4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) .............. 122
5.1.5. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk ................................ 129
5.2. Karakteristik Responden ........................................................ 132
5.2.1. Karakteristik Responden PT. PLN (Persero) .............. 134
5.2.2. Karakteristik Responden PT. Pertamina
(Persero) Region VII ................................................... 135
5.2.3. Karakteristik Responden PT. Pelindo IV ..................... 136
5.2.4. Karakteristik Responden PT. Telkom DIVRE VII ........ 138
5.2.5. Karakteristik Responden PT. Bank Negara
Indonesia, Tbk ............................................................ 141
5.3. Analisis Karakteristik Variabel ................................................ 143
5.3.1. Variabel Person Organization FIT (X1) ....................... 144
5.3.2. Variabel Quality of Work Life (X2)............................... 147
5.3.3. Variabel Keadilan Organisasi (X3) .............................. 150
5.3.4. Variabel Kepuasan Kerja (Y1) .................................... 152
5.3.5. Variabel Kinerja Karyawan (Y2) .................................. 155
5.4. Analisis Karakteristik Variabel Berdasarkan Obyek
Penelitian ............................................................................... 157
5.5. Analisis Hasil Penelitian ......................................................... 161
5.5.1. Uji Validitas dan Realibitas ......................................... 161
Page 12
xii
5.5.2. Hasil Analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA) ..... 163
5.5.3. Pengujian Full Model .................................................. 174
5.6. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ...................................... 178
5.6.1. Evaluasi Pengaruh Tidak Langsung (indirect effect) ... 181
5.6.2. Direct Effect, Indirect Effect dan Total Effect .............. 182
5.6.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ................................... 184
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .............................................. 187
6.1. Deskrips Data ........................................................................ 187
6.2. Person-Organization Fit (P-O Fit) Terhadap Kepuasan
Kerja ...................................................................................... 188
6.3. Quality of Work Llife Terhadap Kepuasan Kerja .................... 192
6.4. Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja .................... 194
6.5. Person-Organization Fit (P-O Fit) Terhadap Kinerja
Karyawan .............................................................................. 198
6.6. Quality of Work Llife Terhadap Kinerja Karyawan .................. 202
6.7. Keadilan Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan .................. 209
6.8. Person-Organization Fit (P-O Fit) Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja ............................ 214
6.9. Quality of Work Life Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja ............................ 217
6.10. Keadilan Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja ............................ 221
6.11. Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ........................ 224
BAB VII PENUTUP ...................................................................................... 232
7.1. Kesimpulan ............................................................................ 232
7.2. Saran ..................................................................................... 235
7.3. Implikasi Penelitian ................................................................ 238
7.4. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 240
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 241
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Evaluasi Kinerja Karyawan PT Pertamina (Persero) ................................ 16
2.1 Dimensi-dimensi Person-Organization Fit (P-O Fit) .................................. 33
2.2 Komponen Keadilan Organisasional ........................................................ 52
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 80
4.1 Sebaran Populasi dan Responden ........................................................... 96
4.2 Data Pengambilan Sampel Karayawan .................................................... 97
4.3 Skala Pengukuran Variabel ...................................................................... 99
4.4 Goodness of Fit Indices ........................................................................... 111
5.1 Karakteristik Responden PT. PLN (Persero) ............................................ 132
5.2 Karakteristik Responden PT. Pertamina (Persero) Region VII ................. 134
5.3 Karakteristik Responden PT. Pelindo IV .................................................. 136
5.4 Karakteristik Responden PT. Telkom Divre VII ........................................ 139
5.5 Karakteristik Responden PT. Bank Negara Indonesia, Tbk ...................... 141
5.6 Deskripsi Frekuensi Penelitian ................................................................. 143
5.7 Kategori Skala ......................................................................................... 144
5.8 Frekuensi Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) .............................. 145
5.9 Frekuensi Variabel Quality of Work Life (X2) ............................................ 147
5.10 Frekuensi Variabel Keadilan Organisasi (X3) ........................................... 150
5.11 Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja (Y1) ................................................. 153
5.12 Frekuensi Variabel Kinerja Karyawan (Y2) ............................................... 155
5.13 Analisis Karakteristik Variabel Obyek Penelitian ...................................... 157
5.14 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 161
5.15 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (X1) ......................................... 165
5.16 Loading Faktor ( ) Pengukuran (X1) ........................................................ 166
5.17 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices X2 dan X3 ............................... 167
5.18 Loading Faktor ( ) Pengukuran X2 dan X3 .............................................. 168
5.19 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (Y1) ......................................... 170
5.20 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (Y1) Modifikasi ......................... 171
5.21 Loading Faktor ( ) Pengukuran (Y1) ........................................................ 171
5.22 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (Y2) ......................................... 173
5.23 Loading Faktor ( ) Pengukuran (Y2) ........................................................ 173
5.24 Goodness of Fit - Full Model Tahap Pertama ........................................... 175
Page 14
xiv
5.25 Goodness of Fit - Full Model Tahap Kedua .............................................. 176
5.26 Hasil Estimasi Koefisien Regresi Persamaan Struktural........................... 177
5.27 Pengujian Hipotesis ................................................................................. 178
5.28 Nilai Standadized Indirect Effect Variabel ................................................ 181
5.29 Direct Effect, Indirect Effect dan Total Effect ............................................ 182
Page 15
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori Perilaku Organisasi ...................................................... 25
2.2 Teori Cascio Quality of Work Life ........................................................... 37
2.3 Proses Penilaian Kinerja ........................................................................ 68
3.1 Model Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 90
5.1 CFA Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) .................................... 165
5.2 CFA Variabel Quality of Work Life dan Keadilan Organisasi .................. 167
5.3 CFA Variabel Kepuasan Kerja ............................................................... 170
5.4 CFA Variabel Kepuasan Kerja (Modifikasi) ............................................ 170
5.5 CFA Variabel Kinerja Karyawan ............................................................ 172
5.6 Full Model Tahap Pertama ..................................................................... 174
5.7 Full Model Tahap Kedua (Modifikasi) ..................................................... 176
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi saat ini membawa perubahan ke seluruh penjuru dunia
tidak terkecuali dalam organisasi. Pasar bebas yang kompetitif, kecenderungan
baru dalam restrukturisasi perusahaan, ekonomi tumbuh lambat dan fokus yang
kuat pada keuntungan jangka pendek telah mengubah hubungan kerja
tradisional secara dramatis dimana setiap organisasi dituntut untuk melakukan
perubahan yang cepat. Organisasi saat ini tidak dapat berhasil tanpa adanya
peran dari sumber daya manusia untuk berkontribusi pada misi dan
kelangsungan hidup organisasi tersebut (Iyigun, et al, 2012).
Tantangan globalisasi yang dihadapi saat ini adalah bagaimana
mengembangkan strategi untuk peningkatan sumber daya manusia yang unggul
dalam memaksimalkan kinerja kerjanya (Imran, et al. 2014). Masalah utama di
era globalisasi saat ini tentang pengelolaan sumber daya manusia yang efektif
untuk meningkatkan kinerja organisasi (Kursheed, 2010). Setiap Organisasi di
seluruh dunia menggunakan potensi maksimum dari sumber daya manusia
mereka untuk tetap bertahan di tengah persaingan (Mohsan, 2004).
Dalam organisasi bisnis, manajemen sumber daya manusia memainkan
peranan penting dalam mengembangkan keterampilan karyawan, bakat,
pengetahuan dan kemampuan untuk meningkatkan pekerjaan mereka dan
kinerja organisasi. Fungsi efektif dari setiap organisasi tidak hanya tergantung
pada sumber daya yang tersedia teknis, tetapi juga pada keunggulan dan
kompetensi karyawan yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mengisi kebutuhan
sumber daya manusia di masa depan (Hassan, 2012). Sumber daya manusia
Page 17
2
dan kinerja dalam sebuah organisasi mengarah pada keberhasilan atau
kegagalan organisasi (Salleh, 2011).
Perilaku organisasi merupakan sebuah bidang interdisipliner yang
ditujukan untuk memahami dan mengelola karyawan dengan baik, karena
perilaku organisasi berorientasi pada penelitian dan terapan. Terdapat tiga
tingkat dasar analisis dalam perilaku organisasi yaitu, individu, kelompok, dan
organisasi (Kreitner dan Knicki, 2014). Keberhasilan keseluruhan dari sebuah
institusi dalam mencapai tujuan yang strategis sangat bergantung pada tingkat
kinerja dari karyawan. Kinerja karyawan adalah fungsi dari kemampuan dan
motivasi, di mana kemampuan terdiri dari keterampilan, pelatihan dan sumber
daya yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas dan motivasi digambarkan
sebagai sebuah kekuatan batin yang mendorong individu untuk bertindak menuju
sesuatu (Mukuru, 2013).
Dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja bervariasi, Kinerja
adalah catatan prestasi individu yang multidimensi. Kinerja merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan pekerjaan, diharapkan dari karyawan dan bagaimana
kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan (Dugguh, 2014). Dari berbagai
pemahaman dapat dikategorikan menjadi dua jalur utama: pertama, memahami
kinerja merujuk kepada pengertian sebagai hasilnya. Kedua, kinerja merujuk
kepada pengertian sebagai perilaku. Kinerja ini identik dengan perilaku. Kinerja
adalah sesuatu yang benar-benar orang-orang melakukan dan dapat diamati. Di
dalam membahas kinerja (performance) perlu diketahui pula potensial
performance yang merupakan kekuatan atau daya yang dimiliki karyawan,
sehingga dapat menyelesaikan pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang
maksimum, dan aktual performance yang merupakan tingkatan prestasi kerja
yang nyata yang merupakan keluaran (outcome). Hal tersebut juga menunjukkan
Page 18
3
keberhasilan atau kegagalan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya
dihubungkan dengan lingkungan kerjanya (Umar, 2012).
Dalam penelitian ini kinerja mencakup tindakan yang relefan dengan
tujuan organisasi. Salah satu tujuan yang penting dalam organisasi adalah
penciptaan kepuasan kerja anggota organisasi yang bersangkutan untuk lebih
meningkatkan kinerjanya. Dengan kepuasan kerja, diharapkan pencapaian
tujuan organisasi akan menjadi lebih baik dan lebih akurat Salah satu ukuran
keberhasilan kinerja seseorang adalah kepuasan kerja (Winarti, 2015). Locke
(1976) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan tingkat emosional
yang positif atau menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian atas pekerjaan
atau pengalaman seseorang atau dengan kata lain, kepuasan kerja sebagai hasil
dari persepsi seseorang bahwa pekerjaan seseorang memenuhi nilai - nilai
penting pekerjaan orang seseorang.
Kepuasan kerja merujuk kepada persepsi individu di lingkungan kerja,
hubungan antara rekan, penghasilan dan peluang promosi (Belias, 2014).
Kepuasan kerja memainkan peran penting dalam menentukan kinerja kerja.
Ketika para karyawan merasa puas, maka mereka memberikan kontribusinya
sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam organisasi tersebut (Carmeli, 2004;
Reisel, 2007; Imran et al., 2014). Kepuasan kerja seseorang akan berdampak
terhadap peningkatan kinerja organisasi (Reisel, 2007). Kepuasan kerja penting
dalam menilai sikap individu untuk memberikan kontribusi secara keseluruhan
pada organisasi (Peter, 2003). Kinerja kerja karyawan merupakan masalah
penting bagi setiap organisasi dan mengacu pada apakah seorang karyawan
melakukan pekerjaan dengan baik atau pun tidak. Kepuasan kerja digambarkan
Page 19
4
sebagai perasaan karyawan yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan mereka
(Perera, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Rose (2009) menunjukkan bahwa
kepuasan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja. Selain itu Doghonadze (2012), meneliti dasar hubungan antara
kepuasan kerja dengan kinerja dosen di Georgia, Turki dan Inggris . Hasil
penelitiannya menemukan bahwa dosen lebih peduli prestasi akademik dan
memelihara hubungan dengan mahasiswa jika dosen merasa puas maka
kinerjanya akan meningkat. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Talasaz
(2014), meneliti hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan di
beberapa pusat kesehatan di Mashhad Iran, menemukan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara kepuasan kerja dan kualitas kinerja bidan. Setiap
organisasi harus memperhatian kepuasan kerja dan kinerja para anggotanya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Kuswandi (2015) dan Sangadji
(2014), menguji tentang kepuasan kerja dan kinerja dosen. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan
kerja dengan kinerja dosen. Way (2010) yang meneliti pengaruh kepuasan kerja
dengan kinerja manajer Asian Hotel yang dikelola oleh grup hotel multinasional di
Malaysia, juga menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara kepuasan kerja
dengan kinerja. Selanjutnya Chen (2014), meneliti pengaruh budaya organisasi,
gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasional, kepuasan kerja dan
kinerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh
terhadap komitmen organisasional, kepuasan kerja dan kinerja.
Kinerja didasarkan atas hasil dari berbagai kombinasi interaksi dari
berbagai faktor, maka banyak organisasi yang tertarik untuk mengetahui factor-
faktor tersebut. Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan adalah menarik,
Page 20
5
menahan dan mengembangkan karyawannya. Salah satu cara untuk
menghadapi tantangan ini adalah dengan memastikan kesesuaian antara nilai-
nilai organisasi dengan nilai-nilai karyawan.
Pemahaman terhadap Person-Organization Fit (P-O Fit) dapat
membantu perusahaan untuk memilih para karyawan dengan nilai dan keyakinan
yang sesuai dengan organisasi dan membentuk pengalaman-pengalaman yang
dapat memperkuat kesesuaian tersebut. Kesesuaian antara individu dengan
organisasi telah menjadi topik yang menarik bagi para peneliti dan praktisi
manajemen sumberdaya manusia Hal ini penting bagi mereka untuk
menemukan pekerjaan yang sesuai, menghargai organisasi karena pada
dasarnya karyawan cenderung memilih untuk meninggalkan pekerjaannya
apabila lingkungan kerja tidak sesuai yang diharapkan. Gagasan Person-
Organization Fit (P-O Fit), yaitu kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dan nilai-
nilai individu karyawan, telah banyak dieksplorasi dalam kaitannya dengan aspek
internal organisasi seperti komitmen organisasional, identifikasi organisasi,
kepuasan kerja, niat untuk meninggalkan organisasi, kesediaan untuk melakukan
pekerjaan ekstra dalam organisasi (Nazir, 2014).
Konsep Person-Organization Fit (P-O Fit) menyangkut sejauh mana
orang merasa bahwa karakteristik (kepribadian dan nilai-nilai) sesuai dengan
lingkungan mereka. Person-Organization Fit (P-O Fit) telah banyak didefinisikan
termasuk nilai keselarasan, keselarasan tujuan dan pemenuhan kebutuhan
karyawan. Person-Organization Fit (P-O Fit) merupakan kesesuaian karyawan
dengan lingkungan kerja dan keselarasan antara kepribadian individu dengan
karakteristik organisasi (Chatman, 1991). Person-Organization Fit (P-O Fit) dapat
diartikan sebagai kecocokan atau kesesuaian antara karyawan dengan atribut-
atribut organisasi (Sekiguchi, 2007).
Page 21
6
Dalam sebuah organisasi, kebutuhan akan sumber daya manusia
sangatlah penting karena menyangkut masalah utama perusahaan. Seleksi
tenaga kerja diperlukan untuk melanjutkan tujuan organisasi seperti
kelangsungan, pertumbuhan atau keuntungan perusahaan. Beberapa penelitian
menemukan bahwa orang sering bekerja untuk perusahaan yang dapat
membuat mereka menggunakan keahlian dan kemampuan terbaik mereka dan
menyediakan lingkungan yang sesuai dengan atribut pribadi mereka (Kristof,
1996), jadi organisasi yang dapat membuat karyawan merasa dapat melakukan
keahlian dan kemampuan terbaik mereka serta lingkungan yang sesuai dengan
atribut personal mereka akan mendukung kinerja yang lebih baik.
Lebih lanjut Kristof (1996) menyatakan bahwa kesesuaian antara nilai-
nilai yang dimiliki individu dan organisasi dapat dilihat dari perspektif needs-
supplies dan demandsabilities. Dilihat dari sisi needs-supplies, kesesuaian antara
nilai-nilai yang dimiliki individu dan organisasi terjadi ketika organisasi dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan individu. Sedangkan jika dilihat dari sisi
demandsabilities, kesesuaian antara nilai-nilai yang dimiliki individu dan
organisasi terjadi ketika individu memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan organisasi.
Seseorang yang bekerja sesuai dengan pilihannya atau melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan minatnya maka ia akan merasa puas dengan
pekerjaannya sehingga produktivitas kerjanya semakin meningkat. Dengan
demikian, Person-Organization Fit (P-O Fit) dapat meningkatkan hubungan
antara karyawan dan organisasi, dan kesamaan nilai-nilai dan tujuan pribadi
dapat meningkatkan kepercayaan dan pemahaman karyawan terhadap
organisasi.
Page 22
7
Ketika nilai-nilai individu dan organisasi sesuai (congruance), maka hal ini
akan meningkatkan kepuasan kerja serta meningkatkan kinerja karyawan dalam
melakukan tugas-tugasnya (Silverthone, 2004). Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Chadwell, Chatman dan O’ Reilly (1991) yang meneliti
kesesuaian (congruency) antara individu dan organisasi dengan kinerja, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Aurthy & Daugherty (2003) yang meneliti
hubungan antara Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan kepuasan kerja pada
karyawan warehouse (gudang) di Inggris dan Spanyol dan hasilnya menunjukkan
bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) tidak berpengaruh terhadap kepuasan
kerja.
Berdasarkan research gap di atas, penelitian ini mencoba
mengkonfirmasi dan menguji ulang penelitian Aurty dan Daugherty (2003) dan
Tepeci (2001) dengan memasukkan kembali kepuasan kerja sebagai variabel
intervening seperti yang telah disarankan penelitian terdahulu tentang Person-
Organization Fit (P-O fit). Tingkat kesesuaian individu dengan organisasi sangat
bergantung pada bagaimana organisasi mampu memenuhi kebutuhan karyawan
(Cable & Judge, 1994. Untuk menciptakan kesesuaian individu dengan
perusahaan maka perlu menerapkan quality of work life.
Quality of work life merupakan cara pandang manajemen tentang
manusia, pekerja dan organisasi. Walton (1973) mengemukakan bahwa quality
of work life adalah seberapa efektif organisasi memberikan respon pada
kebutuhan–kebutuhan karyawan. Lebih lanjut Cascio (2003) menjelaskan quality
of work life karyawan merupakan salah satu tujuan penting dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan pegawai. Ada dua pandangan mengenai maksud dari
Page 23
8
quality of work life. Pertama, quality of work life adalah sejumlah keadaan dan
praktek dari organisasi (contoh: pengayaan penyelia yang demokratis,
keterlibatan pekerja, dan kondisi kerja yang aman). Sementara yang kedua,
quality of work life adalah persepsi karyawan bahwa mereka ingin rasa aman,
mereka merasa puas, dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang sebagai layaknya manusia.
Karyawan merupakan aset yang berharga yang dimiliki oleh perusahaan,
berhasilnya suatu produk di pasaran dapat dinilai dari kualitas perusahaan.
Kinerja karyawan menjadi sangat penting untuk kemajuan perusahaan di
samping strategi dan produk yang inovatif. Kinerja yang baik dipengaruhi oleh
kepuasan kerja yang didapatkan diperusahaan tersebut. Dengan kata lain,
perusahaan yang berkualitas adalah perusahaan yang memiliki kualitas hidup
kerja yang baik, bisa mensejahterakan karyawan sehingga menghasilkan
karyawan yang berkualitas dan berkompeten (Rose, 2007).
Bernadin Russel (1998) mengemukakan bahwa quality of work life
mengacu kepada level dari kepuasan, motivasi, keterlibatan, komitmen
pengalaman individu terhadap kehidupan kerja mereka. Pada umumnya quality
of work life mencoba memotivasi karyawan dalam hal perasaan aman,
keseimbangan, harga diri, demokrasi keluarga, kepemilikan, otonomi, tanggung
jawab dan fleksibilitas.
Keberhasilan penciptaan quality of work life dalam suatu perusahaan
memberi pengaruh terhadap beberapa hal yang spesifik dalam diri karyawan,
yaitu kepuasan kerja, motivasi, dan keterlibatan karyawan. Bila kualitas
kehidupan kerja pada karyawan menunjukkan prosentasi yang tinggi, maka akan
menimbulkan dampak positif bagi perusahaan, seperti meningkatnya
produktivitas, kualitas kerja, dan menurunkan tingkat (kemangkiran). Quality of
Page 24
9
work life karyawan yang baik merupakan harapan bagi semua perusahaan,
sebab kualitas kehidupan kerja karyawan ini pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan secara keseluruhan (Wether dan Davis, 1996). Dengan
demikian, kualitas kehidupan kerja adalah cara yang tepat untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam perusahaan. Melalui proses-proses
tersebut, sumber daya manusia akan lebih memaksimalkan tanggung jawab atas
pekerjaan mereka (Zin, 2004).
Quality of work life merupakan masalah utama yang patut mendapat
perhatian organisasi (Lewis, et, al, 2001). Terciptanya quality of work life yang
baik menimbulkan kepuasan karyawan karena keinginan, kebutuhan dan nilai-
nilai karyawan dapat terpenuhi dalam organisasi tersebut. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Selvaraj (2014) yang menguji tentang hubungan
antara quality of work life dengan kepuasan kerja karyawan dan menemukan
bahwa terdapat korelasi antara Quality of work life dengan kepuasan kerja
karyawan karena jika seorang pegawai yang memiliki kualitas kerja yang
terjamin, bahagia dan puas maka akan memberikan omset yang lebih baik,
membuat keputusan yang positif berkontribusi terhadap tujuan organisasi.
Sementara penelitian lain yang dilakukan oleh Rubel, et, al (2014) dan
Akecth, et, al (2012), menemukan bahwa Quality of work life berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Quality of work life dikaitkan dengan
kepuasan upah, jam dan kondisi kerja. Quality of work life sangat penting untuk
semua organisasi untuk terus menarik dan mempertahankan karyawan secara
positif dan memelihara tenaga kerja yang lebih fleksibel, loyal, dan termotivasi
mengarah untuk mengurangi retensi karyawan. Perusahaan harus lebih fleksibel
sehingga mereka mengembangkan tenaga kerja berbakat dan mendapatkan
komitmen untuk mendapatkan keunggulan kompetitif organisasi harus prihatin
Page 25
10
tentang sumber daya manusia yang merupakan aset penting. Hal tersebut juga
menunjukkan keberhasilan atau kegagalan karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya dihubungkan dengan lingkungan kerjanya. Dengan demikian,
kinerja berhubungan dengan keadilan organisasi.
Keadilan organisasi turut pula memberikan pengaruh terhadap kepuasan
kerja dan kinerja seseorang dalam bekerja. Keadilan organisasi menyangkut
bagaimana karyawan menentukan apakah mereka telah diperlakukan dengan
adil dalam pekerjaan mereka dan bagaimana penentuan mempengaruhi variabel
yang berhubungan dengan pekerjaan lainnya (Moorman, 1991).
Lebih lanjut Greenberg dan Colquitt (2005, p93) mengemukakan bahwa
keadilan organisasi berpusat pada dampak dari pengambilan keputusan
manajerial, persepsi kualitas, efek keadilan, hubungan antara faktor individu dan
situasional serta menjelaskan persepsi keadilan individu dalam organisasi
Mengingat bahwa sumber daya manusia adalah tulang punggung setiap
organisasi, tanpa karyawan pekerjaan tidak dapat dilakukan dengan baik. Jadi
kepuasan karyawan sangat penting dalam semua hal. Karyawan akan lebih puas
jika mereka mendapatkan apa yang mereka harapkan. Ketika karyawan
diperlakukan dengan adil secara keseluruhan dalam organisasi, maka mereka
merasa perlu respon timbal balik kepada organisasi dalam perilaku positif.
keadilan organisasi dan kontrak psikologis adalah faktor penting yang
mempengaruhi kepuasan dari pribadi dalam sebuah organisasi (Naeem et. al.,
2014).
Konsep keadilan organisasi perlu dipahami oleh para pengelola sumber
daya manusia. Hal tersebut sangat penting bagi organisasi yang ingin
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang lebih dilembagakan. Keadilan
organisasi secara keseluruhan terdiri atas tiga bagian utama yaitu pertama
Page 26
11
berpusat pada keadilan distributif, kedua didasarkan pada keadilan prosedural,
dan ketiga didasarkan pada keadilan interaktif. Berdasarkan beberapa bukti, tiga
jenis keadilan ini telah diterima oleh para ahli dan peneliti. Ketiga dimensi atau
aspek keadilan, berinteraksi satu sama lain, menciptakan keadilan keseluruhan
dirasakan oleh para karyawan di tempat kerja (Dodman et. al., 2014).
Penelitian empirik menunjukkan bahwa keadilan organisasi yang
dilakukan oleh beberapa peneliti di antaranya Iqbal (2013); Zu’bi (2010); Rai
(2013); Karakose, (2014); Naeem et. al. (2014) menemukan bahwa keadilan
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Shakoorzadeh et. al. (2015); Ghodzian et. al (2015)
yang masing-masing menemukan bahwa keadilan organisasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kinerja adalah kekuatan dan kemampuan karyawan untuk melakukan
tugas. Jadi, jika Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of work life, dan
keadilan organisasi dalam organisasi baik maka, karyawan akan memiliki
kepuasan dan kinerja yang baik pula. Dengan demikian ketiga variabel Person-
Organization Fit (P-O Fit), Quality of work life, keadilan organisasi mempengaruhi
kepuasan kerja (job satsifaction). Ketiga variabel merupakan komponen dari
pengelolaan organisasi yang berimplikasi pada kompetensi seseorang yang
mengarah kepada peningkatan kinerja.
Berangkat dari latar belakang di atas untuk mengetahui kecocokan
individu dengan organisasi Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of work life,
keadilan organisasi serta pengaruhnya terhadap kepuasan kerja dan kinerja
karyawan, maka penelitian ini mengambil objek penelitian pada karyawan BUMN,
dipilihnya BUMN sebagai objek penelitian dengan pertimbangan bahwa BUMN
merupakan salah satu Perusahaan Milik Negara yang memberikan pelayanan
Page 27
12
kepada masyarakat. Peran BUMN untuk mampu menjadi penggerak
perekonomian nasional memang tidak bisa dibantah. Berdasarkan peran
sebagaimana diuraikan tersebut, dapat disaksikan bahwa tantangan yang
dihadapi BUMN pada dasarnya tidak dapat begitu saja disamakan dengan
tantangan perusahaan swasta. Karena BUMN memiliki misi dan tujuan yang
berbeda dari perusahaan swasta, tantangan BUMN terutama harus dilihat dari
segi efektifitas perusahaan milik rakyat itu dalam mengemban misi dan tujuan
penyelenggaraannya.
Penelitian yang dilakukan Suyanto (2007) terhadap 33 BUMN di
Indonesia sebagai sampel dari populasi sebesar 164 BUMN, menyimpulkan
bahwa kinerja BUMN masih sangat rendah. Gambaran tersebut memperlihatkan
bahwa kinerja BUMN memang mengalami penurunan. Penurunan tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat eksternal maupun internal.
(Ariyanti, 2006).
Masalah-masalah lain yang dihadapi BUMN seperti sumber daya
manusia yang dimiliki tidak menunjukkan kinerja yang diharapkan dimana salah
satu alasan bahwa karyawan tidak mendapat umpan balik dari hasil kerja
mereka. Di samping itu, masih belum seimbangnya antara kualitas dan kuantitas
SDM yang disebabkan antara lain overstaffing dan pola rekrutmen yang masih
perlu diperbaiki, masih perlu ditingkatkannya efektivitas sistem career path
planning dan reward and punishment, masih perlu ditingkatkannya efektivitas
sistem pendidikan dan pengembangan SDM, serta mekanisme, masih perlu
ditingkatkannya kualitas & efektivitas manajemen, kualitas manajemen yang
relatif rendah, sehingga tidak secara cepat dan tepat menyelesaikan berbagai
permasalahan strategis yang dihadapi, sistem rekrutmen manajemen yang masih
perlu ditingkatkan, sistem reward and punishment yang masih perlu diperbaiki,
Page 28
13
serta praktik korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) di masa lalu yang ramifikasinya
masih terasa hingga saat ini (www.bumn.co.id).
Belum optimalnya kinerja yang ditunjukkan karyawan BUMN disebabkan
antara lain karena terdapat kecenderungan karyawan belum terintegrasi dengan
tempat kerjanya. Hal tersebut terlihat pada seringnya terjadi mutasi, rotasi, dan
demosi, karyawan merasa terawasi setiap aktivitasnya, tidak diberikan otonomi
dalam berkerja, sehingga karyawan merasa bekerja penuh tekanan, kesulitan
dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan nilai (Value Creation),
yang pada gilirannya menurunkan kinerja karyawan (Tahir, 2012). Permasalahan
tersebut berkaitan dengan Person-Organization Fit (P-O Fit. Tingkat kesesuaian
antara individu dengan organisasi sangat bergantung pada bagaimana
organisasi mampu memenuhi kebutuhan karyawan (Cable dan Judge, 1997).
Kurangnya fasilitas utama maupun fasilitas pendukung yang disediakan
perusahaan BUMN bagi karyawan menyebabkan para karyawan tidak
termotivasi untuk bekerja. Fasilitas dan lingkungan kerja yang baik dapat
berhubungan dengan keterikatan karyawan sebagai bentuk kepuasan atas
pekerjaan yang telah dilakukan. Karyawan merasa tidak mendapatkan
kompensasi finansial langsung yang adil dan mencukupi sesuai yang
diharapkan, sehingga karyawan memanfaatkan kompensasi yang tidak
langsung, seperti keselamatan dan keamanan kerja, menunda-nunda pekerjaan
dengan harapan diberikan waktu untuk lembur, yang pada gilirannya akan
menambah penghasilan yang menyangkut keadilan organisasi. Di samping itu,
terdapat kecenderungan karyawan jarang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan (Tahir, 2012). Permasalahan-permasalahan tersebut berkaitan
dengan quality of work life dimana tujuan dari quality of work life bukan hanya
Page 29
14
bagaimana orang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik melainkan
bagaimana pekerjaan dapat menyebabkan pekerja menjadi lebih baik.
Keberhasilan penciptaan kualitas kehidupan kerja dalam suatu perusahaan
memberi pengaruh terhadap beberapa hal yang spesifik dalam diri karyawan,
yaitu kepuasan kerja, motivasi, dan keterlibatan karyawan.
Kinerja perusahaan BUMN tidak terlepas dari kinerja karyawan dan
perusahaan BUMN tidak terlepas dari Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality
of work life dan keadilan organisasi. Ketiga faktor tersebut selama ini berperan
penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Person-Organization Fit (P-O Fit)
memberikan andil besar untuk memotivasi dan memberikan stimulus kepada
para karyawan untuk bekerja secara sungguh-sungguh, demikian pula Quality of
work life yang dapat menjadikan karyawan konsisten untuk meningkatkan hasil
kerja. Untuk menjadi BUMN yang kompetitif, dibutuhkan SDM yang baik karena
SDM adalah aset yang sangat penting bagi berjalannya suatu organisasi.
Pentingnya BUMN memperhatikan masalah Person-Organization Fit (P-O
Fit), Quality of work life dan keadilan organisasi karena BUMN lebih berfokus
pada pencapaian laba dan mengabaikan human resource. Hal ini terlihat dari
kinerja organisasi yaitu belum optimalnya sikap pelayanan, inovasi, produktivitas,
dan kualitas SDM yang unggul. (Suwarsih, et, al, 2015). Hasil survey Yayasan
Trisakti Institute of Service Management bekerja sama dengan infobank 2002;
Marketing Research Indonesia, 2004 menunjukkan kualitas pelayanan BUMN
yang mengandalkan karyawan, relatif rendah dibanding memperhatikan dan
meningkatkan kinerja karyawannya. Kinerja BUMN akan semakin menurun
apabila tidak dikelola dengan profesional, sehingga akan menjadi beban berat
bagi pemerintah pusat karena akan selalu mengalami kerugian. Implikasinya
secara luas adalah kerugian masyarakat Indonesia secara menyeluruh karena
Page 30
15
sebagian besar dana bantuannya akan terpusat untuk mensubsidi BUMN yang
mengalami kerugian guna menyelamatkan aset negara (Santosa, 2005).
Berdasarkan beberapa kajian tentang kinerja BUMN sektor energi yaitu
PT. PLN (Persero) wilayah Sulselrabar. Tahun 2014 Sulawesi Selatan dipasok
dari pembangkit yang terinterkoneksi dengan sistem ketenagalistrikan Sulselbar
dengan kompensasi daya terpasang sebesar 1.449, 46 MW. Daya mampu
sebesar 1.289,46 MW, dan beban puncak pada waktu siang sebesar 554 MW,
dan pada malam hari sebesar 921,9 MW. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Aliyah (2016) pada PT PLN Persero Wilayah Sulselrabar mengemukakan
bahwa rendahnya kepuasan kerja dari karyawan dalam bekerja pada organisasi
tersebut diakibatkan oleh faktor kejenuhan, karyawan rentan sekali untuk
mengalami kejenuhan akibat pekerjaan monoton yang dia jalani. Bekerja pada
bagian tugas yang sama untuk jangka waktu yang cukup lama akan mudah
membuat karyawan merasa bosan. Hal tersebut terlihat banyak karyawan yang
sering datang terlambat dan sebagian karyawan terkadang menunda
pekerjaannya.
Sedangkan untuk PT. Pertamina (Persero) yang merupakan salah satu
penyumbang terbesar terhadap total pendapatan BUMN di Indonesia. PT
Pertamina berprinsip pimpinan dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan (Pertamina, 2009).
PT. Pertamina (Persero) wilayah Sulawei Tenggata (13 kabupaten/kota),
Sulawesi Utara (15 kabupaten/kota), Gorontalo (6 kabupaten/kota), Sulawesi
Tengah (13 kabupaten/kota), Sulawesi Barat (6 kabupaten/kota), dan Sulawesi
Selatan (24 kabupaten/kota). Kegiatan operasional pada wilayah ini terdiri dari:
a) Fuel Retail Marketing (364 SPBU, 108 APMS (Agen Premium dan Minyak
Page 31
16
Solar), 60 SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan), 4 SPBN (Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Nelayan), dan 601 lembaga penyalur; b) Fuel Industri dan Marine;
c) Aviation; d) LPG dan Gas Product; e) Sales Lubricants; f) Asphalt.
Fenomena kompensasi terhadap kinerja karyawan belum optimal,
dimana kompensasi yang diberikan PT. Pertamina (persero) Tbk, Pemasaran
Region VII Makassar adalah kompensasi finansial maupun non finansial, namun
ada halnya pemberian kompensasi dianggap kurang adil dan tidak setingkat
dengan apa yang mereka kerjakan. Misalnya karyawan yang memiliki kelas
jabatan 11 yang dari peraturan perusahaan jelas memiliki kompensasi ataupun
tunjangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelas jabatannya 12.
Sedangkan tanggung jawab atau pemberian pekerjaan biasanya kelas jabatan
12 mendapat tanggung jawab pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan kelas
jabatan 11. Hal inilah yang sering mengakibatkan karyawan merasa bahwa
pemberian kompensasi tidak adil yang berakibat pada kinerja mereka yang
menurun (Wairooy, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh, kinerja dari
karyawan PT Pertamina Sulawesi Selatan pada tahun 2011 dibandingkan pada
tahun 2007 mengalami penurunan.
Tabel 1.1 Evaluasi kinerja karyawan PT Pertamina (Persero) UPMS VII Makassar
Sumber: PT. Pertamina (Persero) UPMS VII Makassar
Page 32
17
Selanjutnya PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) yang tidak terlepas
dengan sejarah mengenai kebijakan sistem pengelolaan pelabuhan laut di
Indonesia. PT. Pelindo IV (Persero), sebagai perusahaan yang bergerak dalam
bidang pelabuhan yang memberikan jasa dalam bentuk kegiatan bongkar muat,
receiving-delivery dan kegiatan angsur petikemas yang menguasai kegiatan
kepelabuhanan wilayah timur Indonesia.
Pembangunan kapastias dan produktivas PT. Pelindo IV (Persero) bagi
Indonesia timur bermanfaat bagi perusahaan. Stakeholder dan negara. Manfaat
bagi perusahaan adalah percepatan peningkatan kapasitas terpasang
pelabuhan, peningkatan prroduktivas pelayanan, dan leverage perusahaan.
Manfaat bagi stakeholer adalah untuk meningkatkan kecepatan pelayanan, kapal
besar, biaya operasional di pelabuhan menurun, dan traffic lebih besar.
Sedangkan manfaat bagi negara meliputi: a) penyebaran industri dan
perdagangan ke indonesia timur; b) Bitung, Makassar, dan Sorong menjadi hub-
port; c) mengurangi kepadatan Tanjung Priok dan Tanjung Perak; d) menunjang
program konektivias laut nasional; e) mengurangi logistic cost nasional; f)
membuka peluang lapangan kerja untuk wilayah indonesia timur; g)
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; h) meningkatkan pemasukan pajak
negara; i) menjaga disparitas harga tidak terlalu tinggi antar kawasan timur dan
barat; j) menjaga kesatuan Negara Republik Indonesia.
Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya PT. Pelabuhan Indonesia
IV (Persero) mengalami perkembangan dan pertumbuhan jasa pelayanan
Terminal Petikemas Makassar (TPM) yang mencerminkan secara spesifik bahwa
trend pertumbuhannya secara positif, namun ada penurunan jasa pelayanan.
Berdasarkan frekuensi tingkat pelayanan jasa Terminal Petikemas Makassar
(TPM) dari tahun 2009 – 2013, terdapat kondisi pada tahun-tahun tertentu seperti
Page 33
18
pada tahun 2012 memiliki jumlah permintaan/pelayanan TPM yang cukup besar
dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun dalam memenuhi kebutuhan /
permintaan pelayanan jasa bongkar muat, receiving-delivery dan kegiatan
angsur petikemas (Simarmata, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Sitepu (2014) pada PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan
kinerja operasional yang masih belum maksimal. Hal ini terbukti sejak tahun 2013
Waktu Efektif (ET/BT) mengalami penurunan. Untuk nilai produktivitas kerja
(B/C/H) terminal peti kemas masih dalam kategori kinerja kurang baik karena
masih jauh berada di bawah nilai standar yaitu 25 Box/Crane/Hour. Pada
terminal peti kemas nilai produktivitas kerja (B/C/H) menampilkan kecenderungan
yang fluktuatif, terjadi penurunan pada tahun 2010. Sementara untuk kinerja
kesiapan peralatan masih masuk kategori kurang baik (kurang dari 90%).
Selain ketiga perusahaan BUMN tersebut di atas, perusahaan BUMN
sektor komunikasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan BUMN yang
melayani jasa telekomunikasi. Persaingan dalam industri jasa telekomunikasi
yang sangat ketat menjadikan PT. Telkom selalu berkomitmen untuk tetap
berusaha memberikan pelayanan terbaiknya pada pelanggan. Sesuai dengan
visinya yaitu: To Become a Dominant InfoCom Player in the Region, PT. Telkom
berfokus pada layanan Telecommunication, Information, Media, Edutainment and
Services (TIMES) dan berkomitmen mempelopori masyarakat digital di
Indonesia. Pertumbuhan inorganik yang diraih dengan pengembangan bisnis
baru, pengelolaan portofolio strategis, serta membangun sinergi antara
perusahaan dan entitas anak perusahaan.
Beberapa kasus di divisi-divisi regional di antaranya KSO (Kerja Sama
Operasi) Divre VII menunjukkan bahwa grading atau penjenjangan karyawan
Page 34
19
memperparah kinerja karyawan. Angka produktivitas karyawan jauh lebih rendah
dibanding dengan jumlah karyawan. Jumlah karyawan yang sangat besar,
terutama dengan adanya TLH (Tenaga Lepas Harian) akan memberatkan
langkah PT Telkom dalam era persaingan. Kehadiran TLH bukan meningkatkan
kinerja karyawan tetapnya, melainkan membuat mereka lebih malas dan
manja. Karyawan tetap tanpa bekerja apa pun jenjangnya akan naik secara
periodik, gaji naik sesuai grade dan masa kerja. Jika penggajian berdasarkan
kompetensi, pasti karyawan berlomba menonjolkan prestasi mereka sehingga
pendapatan sesuai dengan prestasi kerjanya (Wiyono, 2015).
Selain itu, yang menjadi obyek penelitian adalah hasil kajian mengenai
kinerja PT. BNI (Persero), Tbk di Sulawesi Selatan. PT. BNI (Persero), Tbk
adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan dan
dalam melayani dan memenuhi kebutuhan nasabahnya dituntut lebih proaktif,
produktif dan inovatif, karena dengan perkembangan sektor perbankan yang
semakin pesat dan daya saing sesama kompetitor semakin kompetitif memaksa
perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan
manajemen sumber daya manusia yang baik (Mahfudz, 2017).
PT. Bank Negara Indonsia (Persero), Tbk dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginan nasabahnya, indikasinya dapat dilihat berdasarkan pencapaian
kinerja individu para karyawan yang dicerminkan melalui kemampuan karyawan
dalam memberikan pelayanan. Dari segi aspek pelayanan seringkali terjadi
antrian yang cukup lama saat penyetoran atau penarikan uang tunai pada teller.
Jumlah karyawan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, akan tetapi
kurang dilakukan pengembangan. akibatnya karyawan tidak merasa tertantang
sebagai akibat posisinya tidak sesuai kualifikasi dan minat karyawan. Selain itu,
kerlibatan dan penempatan karyawan PT. Bank Negara Indonsia (Persero), Tbk
Page 35
20
belum dilaksanakan secara optimal. Fakta tersebut dibuktikan dengan masih
terdapat karyawan penempatannya tidak sesuai dengan kemampuan, keahlian
dan kompetensi yang dimiliki dan ditetapkan dalam spesifikasi pekerjaan (Hijrah
et al. 2014).
Berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan BUMN tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor baik secara eksternal maupun internal (Atiyanti,
2006). Jika dilihat kondisi beberapa BUMN saat ini, maka perusahaan BUMN
membutuhkan variabel Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life,
keadilan organisasi sehingga kepuasan kerja karyawan dapat terpenuhi yang
pada akhirnya berdampak pada peningkatan kinerja karyawan dalam bekerja.
BUMN dipilih sebagai objek penelitian dengan beberapa alasan. Pertama,
organisasi tersebut sangat terbuka untuk objek penelitian. Kedua, peneliti
menetapkan BUMN sebagai objek penelitian dengan pertimbangan bahwa
produk yang ditawarkan oleh BUMN adalah jasa layanan. SDM berkaitan
langsung dengan layanan, sehingga untuk dapat mempertahankan keberadaan
dan mengembangkan pelayanannya, BUMN harus terus meningkatkan kinerja
karyawannya sehingga kualitas produk dan jasanya tetap terjamin. Ketiga,
terplihnya lima BUMN sebagai obyek penelitian karena telah mewakili beberapa
sektor dari perusahaan BUMN. Keempat, adanya keinginan dari peneliti untuk
memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan BUMN mengenai
kepuasan kerja, serta kinerja karyawan beserta dimensi-dimensinya. BUMN perlu
didukung oleh Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan
organisasi, bagi karyawan sebagai faktor pendorong dalam meningkatkan kinerja
perusahaan. Di samping itu, penelitian mengenai kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan pada perusahaan BUMN masih kurang khususnya di Sulawesi
Selatan. Dalam menentukan kinerja karyawan yang baik salah satunya ialah
Page 36
21
memberikan kesempatan kepada pimpinan untuk mengukur tingkat variabel yang
akan diteliti terhadap kinerja karyawan.
Mengingat pentingnya faktor-faktor yang terkait dengan kinerja karyawan
terutama pada BUMN yang orientasinya pada kepuasan masyarakat melalui
pemberian pelayanan prima, maka penelitian ini akan mengkaji dan menguji
model konseptual pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of work
life, Keadilan organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan BUMN
di Sulawesi Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1) Apakah Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan?
2) Apakah quality of work life berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan?
3) Apakah keadilan organisasi berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan?
4) Apakah Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan?
5) Apakah quality of work life berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan?
6) Apakah keadilan organisasi berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan?
7) Apakah Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh secara tidak
langsung terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui
kepuasan kerja?
Page 37
22
8) Apakah quality of work life berpengaruh secara tidak langsung terhadap
kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui kepuasan kerja?
9) Apakah keadilan organisasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap
kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui kepuasan kerja?
10) Apakah kepuasan kerja berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kinerja karyawan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang telah diuraikan,
maka tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung Person-
Organization Fit (P-O Fit) terhadap kepuasan kerja karyawan BUMN di
Sulawesi Selatan.
2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung quality of work life
terhadap kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung keadilan organisasi
terhadap kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung Person-
Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi
Selatan.
5) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung quality of work life
terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
6) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung keadilan organisasi
terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
7) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung Person-
Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi
Selatan melalui kepuasan kerja.
Page 38
23
8) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung quality of work
life terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui kepuasan
kerja.
9) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung keadilan
organisasi terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui
kepuasan kerja.
10) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1) Untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang perilaku organisasi terutama dalam hal pengaruh
Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan organisasi
terhadap kepuasan dan kinerja karyawan.
2) Untuk memberikan masukan bagi organisasi BUMN di Sulawesi Selatan
untuk menganalisis permasalahan yang dihadapinya, khususnya dalam
pengambilan kebijakan, keputusan dan program pengembangan bisnisnya
serta peningkatan kinerja karyawannya.
3) Untuk memberikan solusi bagi peningkatan kinerja organisasi BUMN yang
menyangkut manajemen sumber daya manusia.
4) Untuk menjadi bahan pertimbangan dan pemikiran bagi para peneliti lain
yang berminat dalam masalah yang penulis teliti.
Page 39
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
5.1.1. Teori Perilaku Organisasi
Perilaku organsasi mempelajari dampak dari individu, grup, dan kelompok
terhadap munculnya berbagai prilaku dalam organisasi, dengan tujuan
meningkatkan efektivitas organisasi. Perilaku seluruh individu pada dasarnya
memiliki konsitensi dasar. Perilaku tidak muncul secara acak, melainkan dapat
diprediksi, kemudian dimodifikasi sesuai perbedaan dan keunikan masing-
masing individu (Robbins dan Judge, 2003). Perilaku organisasi adalah suatu
studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau
suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap
manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Perilaku
organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu
pihak dan perilaku individu di lain pihak (Wexley, 2005).
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari dampak
perseorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan tentang perilaku organisasi demi perbaikan
efektifitas organisasi (Robbins, 2007). Sementara James L. Gibson, John. M.
Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986) mengemukakan bahwa yang dimaksud
perilaku organisasi adalah studi tentang perilaku manusia, sikapnya dan hasil
karyanya dalam lingkungan keorganisasian. Sedangkan menurut Luthans (2006:
20) perilaku organisasi didefinisikan sebagai pemahaman, prediksi, dan
manajemen perilaku manusia dalam organisasi.
Dari beberapa definisi tentang perilaku organisasi maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku organisasi merupakan studi mengenai apa yang
Page 40
25
dilakukan orang-orang dalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku yang
mempengaruhi kinerja dari organisasi tersebut. Berikut disajikan kerangka
perilaku organisasi ini terdapat dalam buku Organizational Behavior oleh Robbins
dan Judge (2003):
Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Organisasi Sumber: Organizational Behaviors, Robbins dan Judge (2013)
Berdasarkan gambar tersebut maka dapat terlihat bahwa kerangka
perilaku organisasi dapat menjadi dasar hubungan antara Person-Organization
Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan organisasi dan kepuasan kerja serta
kinerja karyawan termasuk merupakan bagian dari semua permasalahan sumber
daya manusia dalam organisasi dalam hal ini menjadi bagian dalam pendekatan
pada aspek individual yang memiliki tiga bagian penting dari teori perilaku
organisasi yaitu masukan, proses-proses akan terjadi dan keluaran.
Tingkat individu
Keragaman
Nilai-nilai
Tingkat individu
Sikap dan stres
Hasil tugas
Perilaku kewargenegaraan
Perilaku penarikan
Kinerja
Tingkat individu
Emosi dan suasana hati
Motivasi
Persepsi
Pengambilan keputusan
Masukan Proses Keluaran
Tingkat kelompok
Struktur kelompok
Peran kelompok
Tanggung jawab kelompok
Tingkat kelompok
Komunikasi
Kepemimpinan
Kekuatan dan politik
Konflik dan negosiasi
Tingkat kelompok
Kohesi grup
Berfungsi grup
Tingkat organisasi
Struktur
Budaya
Kompensasi
Tingkat organisasi
MSDM
Praktik perubahan
Tingkat organisasi
Produktivitas
Bertahan hidup
Page 41
26
Teori umum (Grand theory) dalam penelitian ini adalah perilaku
organisasi (Organizational Behavior) yang memiliki keterkaitan dengan teori
antara (middle theory) yang terdiri dari Manajemen Sumber Daya Manusia
(Human Resources Management). Middle Theory tersebut merupakan induk
keilmuan dari teori aplikasi (applied theory) yaitu Person-Organization Fit (P-O
Fit), quality of work life, keadilan organisasi, kepuasan kerja dan kinerja
karyawan. Keterkaitan langsung dengan aspek individual dalam grand theory
perilaku organisasi yaitu terhadap sikap pada diri individu sendiri. Sikap di dalam
perilaku individu berkaitan dengan komitmen, loyalitas, rela bertanggungjawab
dan berkorban terhadap organisasi.
Kinerja karyawan atau anggota organisasi di dalam hal ini menjadi bagian
dalam aspek hasil dalam grand theory perilaku organisasi (Organizational
Behavior). Membahas masalah kinerja tidak lepas dari sebuah tujuan yang ingin
dicapai dan berkaitan erat dengan hasil prestasi kerja para karyawan atau
anggota organisasi. Sehingga di dalam grand theory perilaku organisasi
(Organizational Behavior) termasuk ke dalam aspek hasil.
Person-Organization Fit (P-O Fit) yang berkaitan dengan analisis
pekerjaan, rekruitmen, seleksi dan penempatan termasuk ke dalam nilai-nilai
dalam aspek masukan pada level individu dan praktek MSDM dan struktur pada
level organisasi. Quality of work life berkaitan dengan sikap pada level individu,
komunikasi pada level kelompok dan kompensasi pada level organisasi. Keadilan
organisasi berkaitan dengan kompensasi pada level individu, praktek MSDM
pada level organisasi. Kepuasan kerja berkaitan dengan motivasi, sikap, emosi
dan suasana hati, persepsi pada level individu dan kompensasi pada level
organisasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kerangka perilaku
individu dapat menjadi dasar bagaimana korelasi antara Person-Organization Fit
Page 42
27
(P-O Fit), quality of work life, keadilan organisasi dan kepuasan kerja serta
kinerja karyawan.
Greenberg dan Baron (2000) menyatakan bahwa ada empat karakter
utama dari bidang ilmu perilaku organisasi, yaitu:
1. Perilaku organisasi menggunakan metode ilmiah untuk mengatasi masalah-
masalah manajerial. Pengetahuan dalam perilaku organisasi didasarkan
pada ilmu perilaku (behavioral sciences), seperti psikologi dan sosiologi yang
mencari tahu tentang perilaku manusia dan masyarakat melalui penggunaan
metode ilmiah.
2. Perilaku organisasi fokus pada tiga level analisis, yaitu individu, kelompok,
dan organisasi. Perilaku organisasi tidak hanya menyoroti orang-orang
secara individual, karena dalam organisasi orang bekerja sama dalam
kelompok dan tim.
3. Perilaku organisasi sebenarnya merupakan multi-disipliner. Perilaku
organisasi tidak hanya mempelajari sebuah topik dari satu perspektif
tertentu, melainkan juga mempertimbangkan berbagai macam pendekatan,
mulai dari pendekatan psikologi yang sangat berorientasi pada individu, ilmu
sosiologi yang lebih berorientasi pada kelompok, hingga isu-isu dalam
kualitas organisasi yang dipelajari oleh para ilmuwan manajemen.
4. Perilaku organisasi berusaha mengembangkan efektivitas organisasi dan
kualitas kehidupan dalam pekerjaan.
Menurut Robbins (2008) perilaku organisasi merupakan bidang ilmu
terapan yang dibentuk berdasarkan kontribusi dari sejumlah bidang yang
berkaitan dengan perilaku. Bidang-bidang utama adalah psikologi dan psikologi
sosial, sosiologi dan antropologi. Kontribusi psikologi sebagian besar ada pada
tingkat analisis individual atau mikro, sementara bidang-bidang lain menambah
Page 43
28
pemahaman kita mengenai konsep makro. Secara detail tentang disiplin-displin
ilmu yang mendukung perilaku organisasi, yaitu:
a. Psikologi
Ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang
mengubah perilaku manusia dan makhluk lain
b. Psikologi sosial
Bidang dalam psikologi yang memadukan konsep dari psikologi dan
sosiologi serta berfokus pada pengaruh seseorang terhadap orang lainnya.
c. Sosiologi
Studi tentang manusia dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan kultur
mereka.
d. Antropologi
Studi kemasyarakatan untuk mempelajari manusia dan aktivitas-aktivitas
mereka.
Secara jelas perilaku organisasi pasti mempunyai tujuan. Adapun tujuan
perilaku organisasi adalah untuk mendeterminasi bagaimana perilaku manusia
mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Semakin banyak
perilaku atau kejadian yang dapat diprediksikan dan semakin banyak yang dapat
dijelaskan, maka pada gilirannya akan dibutuhkan bentuk kontrol atau
pengendalian perilaku. Maksudnya tidak lain agar perilaku individu dalam
organisasi dapat selalu diarahkan kearah yang positif, yaitu perilaku yang
menunjang pencapaian sasaran organisasi secara efektif.
5.1.2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam suatu organisasi,
karena organisasi adalah kumpulan dari sekelompok individu yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan. Organisasi dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan
Page 44
29
manusia dan dalam pelaksanaan misinya harus dikelola dan diurus oleh manusia
juga, maka manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan baik di
organisasi, institusi maupun perusahaan.
Simamora (2006) menyatakan bahwa sumber daya manusia memicu
percikan kreatif disetiap organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia yang
efektif, kelihatannya mustahil suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Sumber daya manusia merupakan pendorong utama sumber daya
organisasi lainnya dapat beroperasi. Sumber daya manusia secara langsung
maupun tidak langsung akan menerima dampak dari aktivitas bisnis perusahaan
bagi kesejahteraannya. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu
bagian dari ilmu manajemen yang lebih memfokuskan kajiannya pada masalah
yang terkait dengan tenaga kerja manusia dan hanya mempelajari bagaimana
hubungan manusia dengan sumber daya lainnya dalam suatu organisasi.
Pengelolaan sumber daya manusia harus diformulasikan dalam suatu
kerangka manajerial organisasi, yang pada dasarnya merupakan bagian dari
fungsi manajemen, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dessler (2003)
bahwa fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penstafan,
pemimpinan dan pengendalian. Di antara fungsi manajemen yang dikemukakan
diatas yang secara spesifik mengelola sumber daya manusia adalah fungsi
penstafan (staffing). Fungsi staffing inilah yang mengatur tentang praktek
kebijakan dan strategi pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi.
Maka dengan demikian tujuan dari penstafan adalah untuk mendapatkan,
memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi baik
sehingga tenaga kerja tersebut dapat mewujudkan tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.
Page 45
30
Pengembangan sumber daya manusia (human resource development)
adalah fungsi manajemen sumber daya manusia utama yang terdiri atas
pelatihan dan pengembangan namun juga aktifitas-aktifitas perencanaan dan
pengembangan karier pegawai/karyawan, pengembangan organisasi serta
manajemen dan penilaian kinerja. Mathis dan Jackson (2006) mengemukakan
bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan bidang yang telah
mengalami banyak perkembangan sejak hal tersebut dimunculkan pada sekitar
tahun 1900. Perkembangan yang dimaksud diawali dengan sebuah sistem
operasional administrasi yang berkaitan dengan penggajian, riwayat karyawan
dan peraturan yang bersifat sosial.
Manajemen sumber daya manusia diperlukan dalam konteks lingkungan
yang kompleks dan senatiasa mengalami perubahan. Dessler (2003)
mengemukakan manajemen sumber daya manusia adalah proses bagaimana
untuk mendapatkan, melatih, menilai dan memberikan kompensasi berupa
tunjangan kesehatan dan keamanan kerja kepada karyawan serta bagaimana
memutuskan hubungan kerja mereka, dan memberikan rasa keadilan.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen sumber daya manusia adalah bagaimana mengelola sumber daya
manusia mulai dari rekrutmen karyawan sampai pemutusan hubungan kerjanya
dengan cara manusiawi yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.
5.1.3. Person-Organization Fit (P-O Fit)
2.1.2.1. Konsep Dasar Person-Organization Fit (P-O Fit)
Secara umum Person rganization Fit (P-O Fit) didefinisikan sebagai
kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dengan nilai-nilai individu (Kristof, 1996;
Netemeyer et al., 1999; Vancouver et al., 1994). Person organization Fit (P-O Fit)
Page 46
31
didasarkan pada asumsi keinginan individu untuk memelihara kesesuaian
mereka dengan nilai-nilai organisasi.
Tepeci (2001) menyatakan bahwa sebuah organisasi dapat berjalan
efektif bila didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM). Pernyataan tersebut
menerangkan bahwa sebuah perusahaan dapat mengalami pertumbuhan
berkelanjutan tergantung pada bagaimana kinerja sumber daya manusianya.
Karyawan akan bekerja pada sebuah organisasi dimana mereka merasa
bahwa nilai-nilai organisasi selaras dengan nilai-nilai mereka sendiri dan juga
organisasi akan mencoba untuk merekrut karyawan yang nilainya konsisten
dengan nilai-nilai organisasi sesuai kemampuannya, ia akan menunjukkan hasil
yang memuaskan dan menunjukkan hasil yang lebih besar atau kinerja yang
lebih tinggi. Singkatnya, tinjauan literatur saat ini menunjukkan bahwa Person-
Organization Fit (P-O Fit) tetap menjadi faktor yang kuat dalam menentukan
kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Secara keseluruhan, meskipun terjadi
perubahan dan penempatan kerja atau pergeseran, Person-Organization Fit (P-O
Fit) tetap berpengaruh yang signifikan dalam menentukan kepuasan kerja dan
kinerja karyawan.
Konsep Person-Organization Fit (P-O Fit) bukan hal baru dalam bidang
manajemen dan dapat ditelusuri kembali tahun 1950-an dalam karya ilmuwan
perilaku organisasi (Muthusamy, 2009). Dengan berlalunya waktu dan bergerak
dalam fokus manusia pengelolaan sumber daya ke arah memastikan kondisi
kerja yang menyenangkan bagi karyawan untuk mengurangi turnover dan
meningkatkan tingkat kinerja, banyak variabel termasuk orang-organisasi cocok
menerima teoritis dan empiris perhatian (Chernyshenko, et al., 2009).
Mengacu pada beberapa definisi mengenai Person-Organization Fit (P-O
Fit) tersebut, maka para peneliti menggunakan kesesuaian nilai-nilai sebagai
Page 47
32
operasional dari Person-Organization Fit (P-O Fit) karena (1) nilai-nilai adalah
fundamental dan mempertahankan karakteristik dari individual dan organisasi
(Chatman, 1991) dan (2) nilai-nilai meramalkan sejumlah outcomes individu yang
meliputi kepuasan dan perilaku yang bertujuan (Meglino et. al., 1992).
Lebih lanjut Kristof (1996) mengemukakan bahwa Person-Organization
Fit (P-O Fit) dapat diartikan dalam konsep yaitu :
a) Kesesuaian nilai (value congruence), adalah kesesuaian antara nilai
instrinsik individu dengan organisasi (Chatman, 1989; Judge & Bretz, 1992).
b) Kesesuaian tujuan (goal congruence), adalah kesesuaian antara tujuan
individu dengan organisasi dalam hal ini adalah pemimpin dan rekan sekerja.
c) Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment) adalah
kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang
terdapat dalam lingkungan kerja dengan sistem dan struktur organisasi
(Cable & Judge, 1994; Turban & Keon, 1994).
d) Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence)
adalah kesesuaian antara kepribadian (non nilai) dari setiap individu dan
iklim atau kultur organisasi (Bowen, Ledrof & Nathan, 1991).
2.1.2.2 Dimensi Person-Organization Fit (P-O Fit)
Kristof (2007) mengemukakan bahwa untuk mengukur Person-
Organization Fit (P-O Fit) maka dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :
a) Commonsurate Measurement. Pengukuran ini dapat diasumsikan bahwa isi
dimensi antara individu dan organisasi sama.
b) Direct Measure. Pada pengukuran ini responden langsung diberi pertanyaan
secara tegas mengenai apakah penawaran yang diberikan oleh organisasi
sudah sesuai dengan diri karyawan.
Page 48
33
c) Indirect Measure yang dibagi lagi menjadi Indirect cross-level measurement.
Pengukuran ini biasanya menggunakan perkiraan kesesuaian pelengkap
dan kesesuaian tambahan dengan menguji karakteristik organisasi dan
Indirect individuals level measurement.
Pengukuran ini menggunakan persepsi individu terhadap organisasi.
Pengukuran ini meliputi pertanyaan paralel untuk responden, pertanyaannya
seperti “nilai apa yang kamu”. Sedangkan menurut Autry & Daugherty (2003)
dimensionalitas dari Person-Organization Fit (P-O Fit) adalah adanya
kesesuaian dengan tujuan perusahaan, kesesuaian dengan rekan kerja, dan
kesesuaian dengan supervisor), berikut:
Tabel 2.1 Dimensi-Dimensi Person-Organization Fit (P-O Fit)
Elemen-Elemen Organisasi
Komponen Sikap Individu
Kebijakan dan Prosedur Perusahaan
Supervisor atau Manajer
Rekan Kerja
Cognition Kesesuaian Cognitive Perusahaan
Kesesuaian Cognitive Supervisor
Kesesuaian Cognitive Rekan Kerja
Affect Kesesuaian Afective Perusahaan
Kesesuaian Afective Supervisor
Kesesuaian Afective Rekan kerja
Sumber: Autry, C. W,. and Daughtery P. J. 2003
Person-Organization Fit (P-O Fit) telah menjadi bidang minat di antara
peneliti dan manajer selama beberapa tahun terakhir yang menjadi perhatian
sebagai konsekuensi dari kompatibilitas antara manusia dan organisasi. Tingkat
kesesuaian individu dengan organisasi sangat bergantung pada bagaimana
organisasi mampu memenuhi kebutuhan karyawan (Cable dan Judge, 1997).
Schneider (1987) menawarkan pendekatan kerangka kerja (framework)
ASA (Attraction-Selection-Attrition) dalam menilai P-O fit, ia berpendapat bahwa
individu dan organisasi saling tertarik manakala terdapat kesesuaian
(compatibility) antara satu dengan yang lain, hal ini sangat berpengaruh terhadap
Page 49
34
organisasi dalam merekrut karyawan dan juga sikap karyawan untuk memilih
pekerjaan tersebut. Beberapa bukti empiris mendukung pernyataan ini bahwa
ketika nilai-nilai individu dan organisasi sesuai (congruence) maka hal ini akan
meningkatkan kepuasan kerja (job statisfaction) dan selanjutnya akan
meningkatkan kinerja karyawan (Kristof, 1996; Silverthone, 2003; Tepeci, 2001).
Selanjutnya Chatman (1991) dalam penelitiannya pada akuntan publik
menyimpulkan adanya pengaruh positif antara Person-Organization Fit (P-O Fit)
dengan kepuasan kerja. Menurutnya individu yang sesuai dengan organisasi
maka puas terhadap pekerjaannya. Sementara O’ Reilly et al., 1991); Chadwell
dan O’ Reilly (1991) menemukan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
berhubungan positif terhadap kepuasan kerja dan kinerja. Kristof (1996)
membuktikan secara empiris bahwa P-O Fit adalah prediktor kuat kepuasan
kerja. (Boxx et al., 1991; Chatman, 1991; O’ Reilly, Chatman & Caldwell, 1991;
Netemeyer (1997); Vancouver & Smitt, 1991).
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Aurthy & Daugherty (2003)
mengenai hubungan Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan kepuasan kerja
pada karyawan warehouse (gudang) di Inggris dan Spanyol dengan
menggunakan sampel 667 karyawan dan menemukan hasil yang berbeda
dengan bukti emipiris sebelumnya bahwa antara Person-Organization Fit (P-O
Fit) dengan kepuasan kerja pada karyawan tidak berpengaruh secara signifikan
karena interaksi antara karyawan satu dengan lainnya sangat terbatas.
Mengacu pada research gap tersebut, maka peneliti mencoba menguji
ulang penelitian yang dilakukan Chadwell dan O’ Reilly (1991) dan penelitian
Aurty dan Daugherty (2003) dengan memasukkan variabel kepuasan kerja
seperti yang telah disarankan penelitian terdahulu tentang Person-Organization
Fit (P-O Fit), yaitu Silverthone (2003); Boxx, Odom,& Dunn, (1991); dan
Page 50
35
Chatman, (1991) bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) merupakan prediktor
kuat dari kepuasan kerja yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan.
5.1.4. Quality of Work Life
5.1.4.1. Defenisi Quality of Work Life
Walton (1973) mengemukakan bahwa quality of work life (kualitas
kehidupan bekerja) atau disingkat QWL adalah seberapa efektifnya organisasi
dalam memberikan respon pada kebutuhan–kebutuhan karyawan. Menurutnya
bahwa quality of work komponen seperti pembayaran yang adil dan cukup,
lingkungan kerja yang nyaman, memberikan peluang yang berkelanjutan,
mematuhi aturan dan peraturan di lingkungan kerja, loyalitas sosial bekerja
hidup, fasilitas, integrasi sosial dan homogenitas dalam lingkungan kerja dan
pengembangan kemampuan manusia.
Menurut Robbins (2002) quality of work life menggambarkan suatu
proses bagaimana suatu organisasi merespon kebutuhan karyawan dengan cara
mengembangkan mekanisme sedemikian rupa sehingga para karyawan tersebut
memiliki kesempatan membuat keputusan untuk merancang kehidupannya di
dalam lingkup pekerjaan.
Selanjutnya menurut Cascio (2003), mendefenisikan quality of work life
sebagai persepsi karyawan tentang kesejahteraan mental dan fisiknya ketika
bekerja. Ada dua pandangan mengenai maksud dari quality of work life. Pertama,
quality of work life adalah sejumlah keadaan dan praktek dari organisasi (contoh:
pengayaan penyelia yang demokratis, keterlibatan pekerja, dan kondisi kerja
yang aman). Sementara yang kedua, quality of work life adalah persepsi
karyawan bahwa mereka ingin rasa aman, mereka merasa puas, dan
Page 51
36
mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai layaknya
manusia.
Quality of work life merumuskan bahwa setiap proses kebijakan yang
diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi
keinginan dan harapan karyawan, hal itu diwujudkan dengan berbagi persoalan
dan menyatukan pandangan mereka (perusahaan dan karyawan) ke dalam
tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan (Luthans,
1995).
Sementara Beukema (1987) menyatakan bahwa Quality of work life
adalah sejauh mana karyawan dapat membentuk pekerjaan mereka secara aktif,
sesuai dengan pilihan mereka, kepentingan dan kebutuhan. Hal ini merupakan
ukuran dari usaha yang diberikan oleh manajemen kepada karyawan untuk
membentuk kembali pekerjaan mereka. Defenisi ini mencerminkan pendekatan
yang sedikit berbeda dari pakar lain yang menekankan pada upaya organisasi
untuk membentuk kembali pekerjaan untuk memenuhi karyawan. Sebuah
organisasi mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan memenuhi
harapan dari setiap karyawan. Namun jika organisasi yang fleksibel di mana
karyawan dapat menjalankan otoritas yang tepat untuk mendesain ulang aktivitas
kerja untuk kepuasan mereka, maka kebutuhan karyawan dapat terpenuhi
dengan baik maka karyawan dapat meningkatkan kinerja untuk kemajuan
organisasi.
Page 52
37
5.1.4.2. Karakteristik Quality of Work Life
Cascio (2003) menguraikan sembilan komponen Quality of work life yang
terdiri dari keterlibatan karyawan, pengembangan karir, penyelesaian masalah,
komunikasi, fasilitas yang tersedia, rasa aman terhadap pekerjaan, keselamatan
lingkungan kerja, kompensasi yang seimbang, dan rasa bangga terhadap
institusi. Adapun komponen tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.2 Teori Cascio Quality of work life (2003) Selanjutnya menurut Cascio (2003), usaha perusahaan untuk memperbaiki
quality of work life adalah usaha untuk memperbaiki komponen berikut ini :
a) Keterlibatan karyawan (Employee participation), seperti membentuk tim
peningkatan kualitas, membentuk tim keterlibatan karyawan, dan
mengadakan pertemuan partisipasi karyawan.
b) Pengembangan karir (Career development), contohnya dengan mengadakan
pendidikan dan pelatihan, evaluasi kinerja dan promosi.
Page 53
38
c) Rasa bangga terhadap institusi (Pride), seperti memperkuat identitas dan
citra perusahaan, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan lebih peduli
terhadap lingkungan.
d) Kompensasi yang seimbang (Equitable compensation), contohnya
perusahaan memberikan gaji dan keuntungan yang kompetitif.
e) Rasa aman terhadap pekerjaan (Job security), contohnya program pensiun
dan status karyawan tetap.
f) Fasilitas yang didapat (Wellness), seperti adanya jaminan kesehatan,
program rekreasi, program konseling.
g) Keselamatan lingkungan kerja (Save environment), contohnya perusahaan
membentuk komite keselamatan, tim gawat darurat, dan program
keselamatan.
h) Penyelesaian masalah (Conflict resolution), contohnya manajemen membuka
jalur formal untuk menyampaikan keluhan atau permasalahan.
i) Komunikasi (Communication), komunikasi secara terbuka baik melalui
manajemen langsung maupun melalui serikat pekerja, pertemuan grup.
Bentuk komunikasi organisasi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu
komunikasi formal dan non formal. Bentuk komunikasi formal adalah bentuk
hubungan komunikasi yang diciptakan secara terencana, melalui jalur-jalur
formal dalam organisasi, yang melekat pada saluran-saluran yang ditetapkan
sebagaimana telah ditunjukkan melalui struktur.
Bernardin dan Russel (1993:520) mengemukakan bahwa karakteristik Quality
of work life berfokus pada beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
a) Kodisi kerja (keselamatan, kesehatan, lingkungan fisik)
b) Pemberian upah dan reward
c) Keamanan kerja
Page 54
39
d) Interaksi sosial
e) Kemandirian
f) Demokrasi (ikut serta dalam mengambil keputusan)
g) Kepuasan kerja
h) Kecukupan pendapatan
i) Keikutsertaan karyawan
j) Pelatihan yang berikan pada karyawan, manajer dan staf untuk mendorong
lebih professional, tanggung jawab terhadap peran baru.
k) Meningkatkan keterampilan
l) Dorongan untuk pengembangan dan rotasi jabatan
m) Ikut serta pada perserikatan
n) Pembentukan regu
5.1.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Quality of Work Life
Walton (1975) menjelaskan bahwa terdapat tujuh faktor yang dapat
mempengaruhi Quality of work life yaitu:
a) Pertumbuhan dan pengembangan
b) Keikutsertaan
c) Lingkungan fisik
d) Pengawasan
e) Upah dan kesejahteraan
f) Keterkaitan sosial
g) Penyelarasan fungsi di tempat kerja
Menurut Michale dan Stan Kossen (1997:307-308) menyatakan beberapa
faktor yang memengaruhi quality of work life yaitu sebagai berikut:
a) Adequeta and fair compensation (mencukupi kecukupan dan kewajaran
kompensasi)
Page 55
40
b) Safe and healthy working conditions (keselamatan dan kehatan kondisi
kerja)
c) Opportunity for developing and using human capacity (peluang untuk
berkembang penggunaan kapasitas manusia)
d) Opportunity for continued growth and security (peluang untuk tumbuh dan
aman secara berkelanjutan)
e) A feeling of belonging ( perasaan memiliki )
f) Employee rights (hak-hak karyawan)
g) Work and total life space (pekerjaan dan ruang kehidupan total)
h) Social relevance of work life ( relevansi sosial kehidupan pekerjaan)
Terdapat delapan kelompok khusus dalam Quality of work life menurut
Robbins (2002), yaitu:
a) Kompensasi yang cukup memadai;
b) Lingkungan yang sehat dan aman
c) Pekerjaan yang mengembangkan kapasitas manusia
d) Kesempatan untuk tumbuh dan merasa aman bagi pekerja
e) Lingkungan sosial yang memberi identitas pribadi
f) Hak pribadi pekerja, hak berbeda pendapat dan proses akhir;
g) Peran kerja yang memperkecil pelanggaran-pelanggaran untuk bersenang-
senang dan melakukan kepentingan keluarga, dan
h) Tindakan-tindakan berorganisasi yang bertanggung jawab secara sosial.
5.1.4.4. Bentuk-Bentuk Quality of Work Life
Kossen (1987) menyatakan bahwa Quality of work life mempengaruhi
kualitas kehidupan karyawan. Quality of work life merupakan aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh managemen sumber daya manusia untuk memartabatkan
karyawannya dalam lingkungan kerja.
Page 56
41
Cascio (1992) menyebutkan bahwa untuk merealisasikan Quality of work life
diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
a) Manajer seharusnya dapat menjadi seorang pemimpin yang baik serta dapat
menjadi pembimbing karyawannya, bukan sebagai “Bos” dan diktator.
b) Keterbukaan dan kepercayaan, kedua faktor tersebut merupakan
persyaratan utama dalam penerapan konsep Quality of work life dalam
manajemen.
c) Informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan manajemen harus
diinformasikan kepada karyawan, dan saran-saran dari para karyawan harus
diperhatikan secara serius.
d) Quality of work life harus dilakukan secara berkelanjutan mulai dari proses
pemecahan masalah yang dihadapi oleh manajemen dan para karyawan
hingga sampai membentuk mitra kerja diantara mereka.
e) Quality of work life tidak dapat dilaksanakan secara sepihak oleh manajemen
saja, melainkan peran serta seluruh karyawan perlu ditingkatkan.
Lebih lanjut Bernardin dan Russel (1993:520) menyatakan bahwa Quality
of work life berkenaan dengan tingkat kepuasan, motivasi, keterlibatan, dan
komitmen pribadi yang dialami berkenaan dengan hidup mereka di tempat kerja.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Rubel, et, al, 2014; Abagi,
1999; Kanpur, et, al, 2014) bahwa Quality of work life berpengaruh terhadap
kepuasan kerja sehingga pada akhirnya meningkatkan kinerja kerja karyawan.
Selain itu, Selvaraj (2014) juga menemukan bahwa Quality of work life
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Sementara penelitian yang dilakukan
(Akecth, et, al, 2012; Sheel et, al, 2012) menemukan bahwa Quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Page 57
42
Beberapa bukti empiris membantah penemuan sebelumnya yang
menyatakan bahwa Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan
ZohurulIslam (2006) dengan menggunakan metode random sampling sederhana
menunjukkan bahwa Quality of work life tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan kinerja. Sementara Arifin (2012) meneliti tentang pengaruh Quality of
work life terhadap kepuasan kerja dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Quality of work life tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini
disebabkan kepuasan tidak semata-mata dipengaruhi oleh sistem imbalan yang
diberikan perusahaan akan tetapi dipengaruhi oleh kepemimpinan dan perhatian
atasan. Kepuasan karyawan diperoleh bukan hanya dari lingkungan kerja yang
ada namun lebih banyak ditentukan oleh budaya perusahaan yang kondusif.
Kepuasan karyawan diperoleh bukan berasal dari restrukturisasi kerja
perusahaan akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh motivasi dari pimpinan atau
atasan sehingga karyawan dalam bekerja akan meningkatkan kinerja dengan
baik.
Berdasarkan research gap di atas maka peneliti akan menguji ulang
pengaruh Quality of work life dengan kepuasan kerja dan kinerja dengan
menggunakan dimensi yang berbeda karena sebagian besar peneliti terus
seperti manajemen partisipatif, komitmen organisasi, pertumbuhan dan
perkembangan keselamatan dan lingkungan yang sehat dan manajemen, gaji,
integrasi sosial, partisipasi karyawan, peluang Kesejahteraan Partisipatif,
imbalan, Team work, sikap dan persepsi.
Page 58
43
5.1.5. Keadilan Organisasi
5.1.5.1. Konsep Keadilan organisasi
Keadilan organisasi (organizational justice) merupakan salah satu konsep
dalam perilaku organisasional yang masih terus mengalami perkembangan
hingga saat ini. Hasil berbagai kajian dan tinjauan terhadap konsep dan hasil
empiris keadilan organisasi menunjukkan bahwa konsep ini memainkan peran
yang penting dalam menentukan berbagai sikap dan perilaku individu. Keadilan
organisasi berasal dari teori keadilan organisasi berawal dari teori keadilan
(Adams, 1963). Teori ini menyatakan bahwa orang membandingkan rasio antara
hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan, misalnya imbalan dan promosi,
dengan input yang mereka berikan dibandingkan rasio yang sama dari orang
lain. Meskipun proposisi teori keadilan tidak seluruhnya dipertahankan, hipotesis
berperan sebagai pelopor penting pada studi keadilan organisasi, atau lebih
sederhana lagi keadilan ditempat kerja.
Keadilan organisasi adalah persepsi keseluruhan mengenai apa itu
keadilan di tempat kerja, terdiri atas keadilan distributive, procedural,
informasional, dan interpersonal. Keadilan organisasi memusatkan perhatian
lebih luas pada bagaimana para pekerja merasa para otoritas dan pengambil
keputusan di tempat kerja dalam memperlakukan mereka.
Hasil kajian dari Cohen-Charash dan Spector (2001), menunjukkan
bahwa keadilan organisasi memainkan peran penting dalam pembentukan
berbagai sikap seperti kepuasan dan komitmen, serta perilaku seperti kinerja,
perilaku peran ekstra, dan perilaku kontraproduktif.
Keadilan memainkan peran penting dalam organisasi dan bagaimana
menangani karyawan dalam organisasi sehingga dapat mempengaruhi
kepercayaan, perasaan, sikap dan perilaku karyawan. perlakuan yang adil
Page 59
44
menyebabkan efisiensi yang lebih tinggi dan komitmen dalam organisasi. Di sisi
lain, orang-orang yang merasa ada ketidakadilan dalam organisasi pada
umumnya lebih cenderung untuk meninggalkan organisasi atau karyawan
bekerja dengan tingkat efisiensi yang rendah, perilaku menyimpang seperti balas
dendam. Oleh karena itu, bagaimana memahami orang dengan membuat
penilaian keadilan dalam organisasi dan bagaimana mereka menanggapi
keadilan atau ketidakadilan yang dirasakan yang merupakan masalah yang
mendasar terutama untuk memahami perilaku organisasi (Shakoorzadeh, et. al.
2015).
Fungsi keadilan memiliki efek langsung pada kinerja karyawan, keadilan
khususnya organisasi adalah kesepakatan dengan situasi ketika karyawan
menyimpulkan tentang perilaku mereka dalam bekerja dan bagaimana efek
persepsi ini terhadap kinerja (Moorman, 2009). Keadilan organisasi berupa
konstruk yang secara konsepsual merupakan fenomena pada level individu.
Namun, beberapa tahun belakangan ini mulai terjadi perubahan yaitu munculnya
penelitian keadilan organisasi yang menggunakan analisis level kelompok atau
unit. Keadilan organisasi dapat meningkatkan kinerja individu, melahirkan
perilaku kewarganegaraan, kesehatan mental yang baik, tingkat stres yang
rendah dan berbagai sikap individu yang lebih baik (Li dan Cropanzano, 2009).
Keadilan organisasi (organizational justice) merupakan salah satu konsep
dalam perilaku organisasi yang masih terus mengalami perkembangan hingga
saat ini. Pada awalnya keadilan organisasi hanya menekankan pada dimensi
distributif yang didasarkan pada equity theory, kemudian muncul keadilan
prosedural dan keadilan interaksional. Dimensi yang diajukan memiliki kajian
yang berbeda. Umumnya penelitian menggunakan ketiga dimensi ini.
Perdebatan muncul pada saat dimensi interaksional dipecah menjadi dua
Page 60
45
dimensi yaitu keadilan interpersonal dan keadilan informasional (Greenberg,
1990a dan Colquitt et al., 2001). Deustch (1985) & Tornblom (1992);
Viswesvaran & Ones, 2002); Cohen-Charash dan Spector, (2001)
mengemukakan bahwa keadilan organisasi memiliki tiga dimensi yaitu keadilan
procedural, keadilan distributive dan keadilan interaksional.
Selanjutnya Greenberg (1990) mengemukakan bahwa keadilan
organisasi berpusat pada dampak dari pengambilan keputusan manajerial,
persepsi kualitas, efek keadilan, hubungan antara faktor individu dan situasional
serta menjelaskan persepsi keadilan individu dalam organisasi bahwa keadilan
organisasi sebagai syarat utama dalam memahami efektifnya fungsi organisasi
dan kepuasan pribadi dari individu-individu yang mereka pekerjakan. Konsep ini
umumnya dianalisis dalam tiga kategori: distributif, prosedural dan interaksional.
Hal ini berbeda dengan hasil tinjauan dengan menggunakan meta-
analisis yang dilakukan Colquitt et al. (2001) menunjukkan bahwa keadilan
organisasi terdiri dari dua dimensi tersebut. Sejalan dengan model yang diajukan
McFarlin dan Sweeney (1992) yang mengusulkan hanya dua model faktor
keadilan organisasi yaitu terdiri dari keadilan distributif dan keadilan procedural
dimana keadilan distributif berkaitan dengan hasil tingkat organisasi (kepuasan)
sedangkan keadilan prosedural berkaitan dengan hasil tingkat organisasi
(komitmen organisasional). Model ini relevan dengan penelitian Bakhshi et. al.
(2009) bahwa keadilan distributif secara signifikan berhubungan dengan
kepuasan kerja sedangkan keadilan prosedural tidak ditemukan berhubungan
secara signifikan dengan kepuasan kerja. Keadilan distributif adalah prediktor
yang lebih penting dari apa yang mereka sebut dua factor (membayar kepuasan
dan kepuasan kerja).
Page 61
46
Model yang diajukan oleh Mc. Farlin bertentangan dengan penelitian oleh
Zu’bi et. al (2010) bahwa semua dimensi keadilan organisasi berkorelasi positif
dengan kepuasan kerja. Ini tersirat bahwa kepuasan kerja dipelajari secara
langsung tergantung pada tingkat keadilan organisasi yang dirasakan oleh
karyawan. Keadilan interaksional berbeda dari keadilan prosedural karena
merupakan komponen pertukaran interaksi sosial dan kualitas pelakuan,
sedangkan keadilan prosedural merupakan proses yang digunakan untuk sampai
ke tahap hasil keputusan.
Pada umumnya peneliti selalu memperdebatkan mengenai perbedaan
antara keadilan prosedural dan distributif selalu mendapatkan kontroversi atas
perbedaan antara keadilan interaksional dan keadilan prosedural. Begitupun
hasil penelitian dari Fernandes dan Awamleh (2006) yang menemukan bahwa
keadilan distribusi tidak memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja.
Karyawan yang lebih berpengalaman memiliki akses penuh atas distribusi
sumber daya karena hubungan antara keadilan distributif dan kepuasan kerja
adalah negatif. Hubungan antara dua dimensi (Prosedural dan interaksional)
dan kepuasan kerja adalah positif.
Keadilan organisasi berkaitan dengan persepsi karyawan tentang
keadilan dalam organisasi. Dengan kata lain, teori ini menjelaskan tentang
perilaku karyawan terhadap diri mereka sendiri dan orang lain dengan
mempertimbangkan efektivitas kinerja organisasi dan keadilan sehingga
karyawan merasa puas, seperti kondisi psikologis yang menekankan pada
persepsi tentang kenyamanan di tempat kerja (Seyed Javadin et al., 2008).
Jadi berdasarkan pandangan dari beberapa ahli tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa keadilan organisasi merupakan dampak dari hasil
pengambilan keputusan manajerial, persepsi kualitas, efek keadilan.
Page 62
47
5.1.5.2. Dimensi Keadilan organisasi
a) Keadilan Prosedural
Menurut Thibaut dan Walker (1975) dalam studinya mengenai keadilan
prosedural yang memandang bahwa prosedur penyelesaian perselisihan oleh
pihak ketiga seperti mediasi dan arbitrasi mempunyai tahapan proses dan
tahapan keputusan. Hasil kajian mereka menyatakan bahwa pihak-pihak yang
bertikai rela menyerahkan kendali dalam tahap keputusan selama mereka
menahan kendali dalam tahap proses dimana pihak-pihak yang bertikai ini
menganggap bahwa prosedur tersebut adil jika terdapat kendali proses yang
disebut sebagai “fair process effect” atau pengaruh “voice” yang disamakan
dengan keadilan procedural.
Persepsi keadilan prosedural didasarkan pada pandangan karyawan
terhadap kewajaran proses penghargaan dan keputusan hukuman yang dibuat
organisasi sifatnya penting seperti keharusan membayar imbalan/insentif,
evaluasi, promosi dan tindakan disipliner. Persepsi yang baik mengenai keadilan
prosedural akan menghasilkan keluaran organisasi yang lebih baik seperti
peningkatan komitmen organisasional, keinginan tetap tinggal dalam organisasi
dan peningkatan kinerja, (Konovsky, 1991),.
Berdasarkan beberapa pandangan beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan keadilan prosedural adalah persepsi dan pandangan karyawan
terhadap keadilan semua proses, maupun prosedur keputusan dalam organisasi
seperti keharusan membayar imbalan, evaluasi, promosi dan tindakan disipliner.
Dalam dimensi keadilan procedural terdapat beberapa aturan pokok :
1) Konsistensi Prosedur yang adil harus konsisten baik dari orang satu keada
orang yang lain maupun dari waktu ke waktu. Setiap orang memiliki hak dan
diperlakukan sama dalam satu prosedur yang sama.
Page 63
48
2) Minimalisasi Bias. Ada dua sumber bias yang sering muncul, yaitu
kepentingan individu dan doktrin yang memihak. Oleh karenanya, dalam
upaya minimalisasi bias ini, baik kepentingan individu maupun pemihakan
harus dihindarkan.
3) Informasi yang akurat.Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan agar
penilaian keadilan harus akurat adalah harus mendasarkan pada fakta. Kalau
opini sebagai dasar, hal itu harus disampaikan oleh orang yang benar-benar
mengetahui permasalahan, dan informasi yang disampaikan harus lengkap.
4) Dapat diperbaiki. Upaya untuk memperbaiki kesalahan merupakan salah satu
tujuan penting perlu ditegakkan keadilan. Oleh karena itu, prosedur yang adil
juga mengandung aturan yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang
ada ataupun kesalahan yang mungkin akan muncul.
5) Representatif. Prosedur dikatakan adil jika sejak awal ada upaya untuk
melibatkan semua pihak yang bersangkutan.
6) Etis. Prosedur yang adil harus berdasarkan pada standar etika dan moral.
b) Keadilan Distributive
Premise equity theory mengemukakan bahwa seseorang cenderung
untuk menilai status sosial mereka dengan penghasilan seperti rewards dan
sumberdaya yang mereka terima (Greenberg, 1987). Sejak awal, keadilan
distributif bersumber dari teori keadilan Adams (1963). Teori ini menjelaskan
bahwa setiap orang menentukan apakah mereka diperlakukan secara adil atau
tidak dengan membandingkan rasio input yang mereka berikan (waktu dan
sumber daya) dihubungkan dengan apa yang mereka terima (gaji, promosi dan
kesempatan pengembangan diri), selanjutnya perbandingan rasio ini juga
dibandingkan dengan rasio yang sama pada orang lain. Karyawan mengevaluasi
hasil yang diterima dan menilai adanya perlakuan secara tidak adil pada mereka
Page 64
49
melalui perbandingan input dan output dengan sesama rekan kerja. Sebagai
contoh, bila beberapa karyawan mendapatkan pekerjaan yang sama dan input
serta output yang mereka hasilkan sama akan tetapi penerimaan hasil mereka
terdapat perbedaan signifikan maka mereka akan menilai adanya ketidakadilan
dalam perlakuan. Rasa ketidakadilan melalui perbandingan ini akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan akan berdampak pada kepuasan kerja
karyawan tersebut. Lebih lanjut Folger & Konovsky (1989) mengemukakan
bahwa keadilan distributif mengacu pada keadilan yang dirasakan dari hasil
karyawan menerima dan menjelaskan bagaimana karyawan bereaksi terhadap
alam, dan distribusi imbalan organisasi.
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan keadilan distributif sebagai
keadilan jumlah dan penghargaan yang dirasakan diantara individu-individu.
Keadilan distributif secara konseptual juga berkaitan dengan distribusi keadaan
dan barang yang akan berpengaruh terhadap kesejahteraan individu.
Kesejahteraan individu yang dimaksudkan meliputi aspek-aspek fisik, psikologis,
ekonomi, dan sosial. Keadilan distributif mengarah pada keadilan dari tingkat
bawah, yang mencakup masalah penggajian, pelatihan, promosi, maupun
pemecatan. Kebijakan-kebijakan ini terus menerus mengalami perubahan karena
faktor misi dan prosedur yang diperbaharui. Keadilan distributif organisasi dapat
menimbulkan kepuasan kerja pada karyawan. Dengan pekerjaan yang sama,
reward (gaji) yang sama antara dua orang pada organisasi yang sama maka
kepuasan kerja (job satisfication) tercapai. Selain reward yang sesuai dengan
pengorbanan juga kebijakan-kebijakan yang dapat mempengaruhi kerja dan karir
mereka, kompensasi yang adil, lingkungan kerja yang kooperatif, serta jaminan
kesejahteraan yang baik. Harapan-harapan tersebut kemudian berkembang
menjadi tuntutan yang diajukan karyawan terhadap organisasi sebagai sesuatu
Page 65
50
yang harus dipenuhi. Dengan semakin tingginya tuntutan terhadap organisasi,
maka semakin penting peran karyawan terhadap organisasi. Hal ini
mempengaruhi keputusannya untuk tetap bergabung dan memajukan organisasi,
atau memilih tempat kerja yang lebih menjanjikan (Robbins, 2006).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keadilan distributif merupakan keadilan atas hasil kerja baik individu maupun
kelompok, yang bukan hanya semua karyawan mendapatkan keadilan imbalan
saja, akan tetapi keadilan hukuman juga harus diberlakukan secara adil bagi
mereka.
c) Keadilan Interaksional
Keadilan Interaksional yaitu nilai keadilan yang dirasakan karyawan
karena adanya proses interaksi antara perusahaan dengan karyawan selama
mengikuti prosedur penanganan keluhan. Dimensi ini memusatkan perhatian
bagaimana memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan martabat.
Keadilan interaksional ini dapat diukur berdasarkan indikator kesopanan, empati,
usaha, penjelasan dan kejujuran. Greenberg (1987) menyatakan bahwa keadilan
interaksional mempunyai dua komponen yang berdiri sendiri, yaitu keadilan
interpersonal dan keadilan informasional. Adanya hubungan antara pembuat
keputusan (decision maker) dengan si penerima (receiver), dapat membentuk
kriteria interpersonal. Kriteria yang dapat membentuk, karena adanya empati,
social sensitivity dan consideration. Empati berarti apakah si pembuat keputusan
dapat mengenali atau memahami perasaan individu disekitarnya (melibatkan
kemampuan untuk masuk ke dalam perspektif orang disekitarnya), social
sensitivity adalah apakah si pembuat keputusan memperlakukan individu
berdasarkan martabat manusia diikuti dengan rasa hormat terhadap manusia,
Page 66
51
dan consideration adalah apakah si pembuat keputusan mendengarkan setiap
hal yang berkaitan dengan permasalahan bawahan.
Menurut Tyler (1989, 1994) menyebutkan ada tiga hal penting yang patut
diperhatikan dalam membahas keadilan interaksional, ketiga aspek tersebut
adalah:
1) Penghargaan
Penghargaan, khususnya penghargaan kepada status sesorang, tercermin
dalam perlakuan, khususnya dari orang yang berkuasa terhadap anggota
kelompoknya. Perlakuan yang menunjukkan penghargaan terhadap orang
lain bisa dalam bentuk kata-kata, sikap, ataupun tindakan.
2) Netralitas
Konsep tentang netralitas berkembang dari keterlibatan pihak ketiga ketika
ada masalah hubungan sosial antara satu pihak dengan pihak yang lain.
Netralitas dapat tercapai bila dasar-dasar dalam pengambilan keputusan,
misalnya, menggunakan fakta dan bukan opini, yang objektif dan
validitasnya tinggi. Namun, konsep ini juga bisa diterapkan pada hubungan
sosial yang tidak melibatkan pihak ketiga. Netralitas dapat tercapai bila
dasar-dasar dalam pengambilan keputusan, misalnya, menggunakan fakta,
bukan opini, yang objektif dan validitasnya tinggi. Aspek ini juga
mangandung makna bahwa dalam melakukan relasi sosial tidak ada
perlakuan dari satu pihak yang berbeda-beda terhadap pihak lain. Hal ini
akan tampak saat terjadi konflik di dalam kelompok, baik yang bersifat
personal, antarkelompok kecil, maupun anggota dengan kelompok
(pimpinan). Pemihakan masih dibenarkan bila menunjuk pada norma atau
aturan yang sudah disepakati.
Page 67
52
3) Kepercayaan
Aspek keadilan interaksional yang banyak dikaji adalah kepercayaan.
Kepercayaan sering didefinisikan sebagai harapan pihak lain dalam
melakukan hubungan sosial, yang didalamnya mencakup resiko yang
berkaitan dengan harapan tersebut. Kepercayaan dikonseptualisasikan
sebagai fenomena dalam organisasi. Sementara dalam teori kepribadian
akan menekankan pada perbedaan individu dalam membahas soal
kepercayaan yang merupakan keyakinan, harapan, atau perasaan yang
berakar kepada kepribadian yang berkembang dari awal masa pertumbuhan
individu yang bersangkutan.
Cropanzano et al. (2007) meringkas ketiga aspek keadilan organisasi di
atas pada tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.2 Komponen Keadilan organisasi
Keadilan distributive
a. Keadilan b. Persamaan c. Kebutuhan
Menghargai karyawan berdasarkan kontribusinya
Menyediakan kompensasi bagi setiap karyawan yang secara garis besar sama
Menyediakan benefit berdasarkan pada kebutuhan personal seseorang
Keadilan procedural
a. Konsistensi b. Lack of Bias c. Keakuratan d. Pertimbangan
wakil karyawan e. Koreksi f. Etika
Semua karyawan diperlakukan sama.
Tidak ada orang atau kelompok yang diistimewakan atau diperlakukan tidak sama.
Keputusan dibuat berdasarkan informasi yang akurat
Pihak-pihak terkait dapat memberikan masukan untuk pengambilan keputusan
Mempunyai proses banding atau mekanisme lain untuk memperbaiki kesalahan
Norma pedoman profesional tidak dilanggar
Keadilan interaksional
a. Keadilan interpersonal
b. Keadilan informasional
Memperlakukan seorang karyawan dengan martabat, perhatian, dan rasa hormat
Berbagi informasi yang relevan dengan karyawan
Sumber : Cropanzano et al. (2007)
Page 68
53
5.1.6. Kepuasan Kerja
5.1.6.1. Konsep Dasar Tentang Kepuasan Kerja
Beberapa ahli memberikan definisi mengenai kepuasan kerja seperti
Davis dan Newstrom, (2000) mengemukakan “Job Satisfaction is the
favorableness or unfavorableness with which employees view their work.”
(Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang dari seorang
pekerja terhadap pekerjaannya). Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap
umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2003). Kepuasan kerja
merupakan dambaan setiap individu yang sudah bekerja. Masing-masing
karyawan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan nilai yang
dianutnya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan karyawan tersebut maka semakin tinggi pula kepuasan
yang dirasakan, demikian pula sebaliknya (Srimulyani, 2009). Selanjutnya
Robbins dan Judge (2008) mengemukakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi
oleh tantangan pekerjaan, gaji, kondisi kerja, kecocokan kepribadian dan
pekerjaan serta rekan kerja. Ketika para karyawan merasa puas, maka mereka
akan bekerja secara efektif untuk memberikan kemampuannya dalam
meningkatkan kinerja pada organisasi tersebut, Perera (2014).
Menurut Greenberg dan Baron (2003:148) mendeskripsikan kepuasan
kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang
diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima
(Robbin, 2008:31).
Lebih lanjut Locke (1969) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan
emosional yang terkait dengan penilaian positif atau negatif dari pekerjaan
Page 69
54
pengalaman. Sementara Lortie (1975), dalam studi sosiologis
menegaskan bahwa ada tiga jenis imbalan yang memenuhi kebutuhan yang
berhubungan dengan karir yaitu: ekstrinsik, dukungan, dan psikis (atau intrinsik).
Imbalan ekstrinsik, dalam pandangannya, berurusan dengan pendapatan uang,
prestise, dan kekuasaan atas orang lain dan umumnya "obyektif" karena setiap
orang mengalami mereka. imbalan tambahan objektif dan subjektif karena
mereka mengacu pada kualitas tujuan pekerjaan yang dapat dilihat sebagai
imbalan. Imbalan psikis dianggap sebagai penilaian subjektif yang dilakukan
dalam rutinitas sehari-hari seorang karyawan.
Definisi tekstual kepuasan kerja dikembangkan oleh Luthans (2006:242)
yang menyatakan bahwa :
Job satisfaction of as a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience. Job satisfaction is a result of employee’s perception of how well their job provides those things which are viewed as important.
Definisi kepuasan kerja yang dikembangkan Luthans tersebut
menunjukkan bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu bentuk persepsi
karyawan tentang pekerjaan yang diberikan organisasi dengan memberi
pemaknaan penting tidaknya pekerjaan tersebut.
Untuk membahas kepuasan kerja, beberapa teori disajikan untuk
menjelaskan mengapa orang menyenangi pekerjaannya, walaupun antara satu
teori dengan teori yang lain saling menunjukkan prinsip yang berbeda. Teori
yang pertama dipelopori oleh Porter (1961), adalah Teori Perbandingan
Intrapersonal (Intrapersonal Comparison Proce) dikenal juga dengan
Discrepancy Theory. Teori yang kedua dikemukakan oleh Zalesnik (1958), dan
dikembangkan oleh Adams (1963), adalah Theory Interpersonal Comparison
Process yang dikenal juga sebagai Teori Keadilan atau Equity Theory. Teori
Page 70
55
yang ketiga yaitu teori dua faktor (Two factor theory) teori ini dikemukakan oleh
Herzberg.
Berikut penjelasan dari masing-masing teori di atas :
1) Discrepancy theory
Menurut Porter, mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung
selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan
(difference between how much of something there should be and how much
there is now). Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari pada yang
diinginkan, maka akan menjadi lebih puas lagi, walaupun terhadap discrepancy
yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibuat standar
minimum sehingga menjadi negative discrepancy, maka makin besar pula
ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan. Kepuasan atau ketidakpuasan
yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari suatu perbandingan yang
dilakukan oleh dirinya sendiri terhadap berbagai macam hal yang mudah
diperolehnya dari pekerjaan dan menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan
oleh individu tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi
individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya
ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan
antara standar individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
2) Interpersonal comparison processes theory
Interpersonal comparison processes theory dikenal juga dengan teori
keadilan/Equity Theory. Teori ini dikemukakan oleh Zalesnik (1958) dan
dikembangkan oleh Adam (1963). Teori keadilan/Equity Theory menyatakan
bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasa
adanya keadilan (equity). Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi
Page 71
56
diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain
yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain.
3) Two factor theory
Two factor theory dikenal juga dengan nama teori dua faktor. Teori ini
dikemukakan oleh Herzberg (1959). Prinsip teori dua faktor ini adalah kepuasan
kerja dan ketidakpuasan itu merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori dua
faktor, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yang
pertama dinamakan dissatisfier atau ketidakpuasan dan yang lain dinamakan
satisfier atau kepuasan. Satisfier (motivator) ialah faktor-faktor atau situasi yang
dibentuknya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi,
pengakuan, wewenang, tanggung jawab dan promosi. Dikatakan bahwa hadirnya
faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan, tapi ketiadaan faktor ini tidak selalu
mengakibatkan ketidakpuasan. Dissastifier (hygine factors) ialah faktor-faktor
yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, terdiri antara lain : penghasilan,
pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status, jika hal tersebut tidak
terpenuhi seseorang akan tidak puas.
Teori lain yang membahas tentang Kepuasan Kerja, yaitu
1) Teori Hirarki Kebutuhan (A. Maslow)
Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow
mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis. Tata lima
tingkatan motivasi secara secara hierarkis ini adalah:
a) Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah)
Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan
papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang,
hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. Menjadi
Page 72
57
motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat
memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
b) Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs)
Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan
seseorang dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung
jawabnya sebagai karyawan. atas kedudukan dan wewenangnya.
c) Kebutuhan sosial (Social Needs)
Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok
kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan
relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa
kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi.
d) Kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs)
Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan
akan simbul-simbul dalam statusnya seseorang serta prestise yang
ditampilkannya.
e) Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self Actualization)
Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini
merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan
(kebolehannya) dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk
mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada tingkat ini
diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara
cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil produktivitas
organisasi yang lebih tinggi.
5.1.6.2. Upaya Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting untuk
diselidiki karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan pegawai,
Page 73
58
perusahaan atau organisasi dan masyarakat. Banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Menurut Herzberg (2000:107)
mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor yaitu faktor yang
tidak merasa puas (dissatisfier) dan faktor orang yang merasa puas (sasstisfier)
artinya ketidak puasan dan kepuasan bukan merupakan variabel yang kontinyu.
Penelitian awal Herzberg menghasilkan dua kesimpulan khusus mengenai teori
tersebut yaitu:
a) Kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job confext) yang menghasilakn
ketidakpuasan dikalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada, jika
kondisi tersebut ada maka tidak perlu memotivasi karyawan.
b) Kondisi Instrinsik, isi pekerjaan (job contact) yang apabila ada dalam
pekerjaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang
dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi tersebut tidak
ada maka tidak akan menimbulkan rasa ketidak puasan yang berlebihan.
Teori ini didasarkan pada hasil penelitian dimana ia membagi situasi yang
mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok
yaitu:
a) Kelompok bukan pemuas (dissatisfier) merupakan faktor-faktor yang tidak
adanya kepuasan yang terdiri dari upah, jaminan pekerjaan, kondisi kerja,
status, prosedur pekerjaan, mutu supervisi, mutu hubungan antar pribadi
diantara rekan kerja, dengan atasan dan dengan bawahan.
b) Kelompok pemuas (sastisfier) merupakan faktor-faktor yang meliputi
prestasi (achievement), pengakuan (recognition), tanggung jawab
(responsibility), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (the work it
self) dan kemungkinan berkembang (the possibility of growth).
Page 74
59
Lebih lanjut Luthans (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
a) Pekerjaan itu sendiri. Isi dari pekerjaan itu sendiri adalah sumber utama dari
kepuasan kerja sebagaimana dikemukakan oleh Luthans (2006) yang
menyatakan bahwa “some of the most important ingredients of a satisfying
job uncovered by surveys include interesting and challenging work, work that
is not boring, and a job that provides status”. Dengan demikian pekerjaan
yang dapat mempengaruhi kepuasan adalah suatu pekerjaan yang mampu
merepresentasikan peran penting bagi individu.
b) Pembayaran (upah atau gaji). Individu melihat pembayaran sebagai
cerminan organisasi dalam menghargai kontribusinya dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Upah atau gaji merupakan faktor yang
signifikan dalam meningkatkan kepuasan kerja (Long, 1998).
c) Promosi. Kesempatan untuk mendapat promosi bagi individu mempengaruhi
tingkat kepuasan tertentu. Dalam promosi pekerjaan atau jabatan, di
dalamnya terkandung pula sejumlah bentuk lain yaitu misalnya kenaikan
gaji/upah yang menyertai promosi setiap individu.
d) Teman Sekerja (co-workers). Kesetiakawanan, kerukunan dan kesediaan
untuk saling bekerjasama antar teman sekerja merupakan sumber bagi
peningkatan kepuasan kerja.
e) Kondisi Kerja. Faktor ini lebih banyak berkaitan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja. Jika kondisi kerjanya berkualitas baik misalnya tampak
bersih dan menarik, maka individu akan dapat lebih semangat
melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya jika kondisi lingkungan kerja tidak
berkualitas baik misalnya kotor, berisik dan panas, maka individu seringkali
tidak betah dan mengeluh dalam bekerja.
Page 75
60
f) Pengawasan atau penyeliaan (supervisory). Cara organisasi mengawasi
individu selama bekerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja.
5.1.6.3. Manfaat Kepuasan Kerja
Adapun manfaat yang berkaitan dengan kepuasan kerja menurut
Robinson dan Corners (2000), bahwa kepuasan kerja akan memberikan manfaat
antara lain sebagai berikut:
a) Menimbulakan peningkatan kebahagiaan hidup karyawan.
b) Peningkatan produktivitas dan pretasi kerja.
c) Penguranan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawan.
d) Meningkatkan gairah dan semanat kerja.
e) Mengurangi tingkat absensi
f) Mengurangi labor turn over (perputaran tenaga kerja)
g) Mengurangi tingkat kecelakaan kerja
h) Mengurangi keselamatan kerja
i) Meningkatkan motivasi kerja
j) Menimbulkan kematangan psikologis.
k) Menimbulkan sikap positif terhadap pekerjaannya.
Robbins (2001:84) mengemukakan empat respon karyawan terhadap
kepuasan kerja yaitu:
a) Penilaian untuk tetap bertahan dalam organisasi.
b) Tidak melakukan upaya menuggu baiknya kondisi organisasi secara pasif.
c) Tidak melakukan upaya aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi.
d) Tetap perduli dengan kondisi organisasi.
Karyawan adalah aset nyata organisasi. Membangun tenaga kerja yang
berkomitmen dan termotivasi dianggap sebagai tujuan utama dan kunci
Page 76
61
keberhasilan dalam lingkungan kompetitif hari ini. Tujuan ini dapat tercapai jika
keunggulan kompetitif organisasi memiliki potensi untuk meningkatkan
profitabilitas organisasi. Keterlibatan karyawan dalam pekerjaan ini juga
mempunyai implikasi yang produktif. Semua pekerjaan ini terkait perilaku
tampaknya menjadi saling terkait.
Kepuasan kerja memainkan peran penting dalam hal kinerja karyawan,
dan sampai batas tertentu kepada kesejahteraan dan organisasi dalam hal
produktivitas, efisiensi, hubungan karyawan, absensi dan nilai. Kepuasan kerja
dikonseptualisasi secara umum tentang bagaimana konten individu dengan
pekerjaannya. Apabila kepuasan kerja tinggi maka ketidakhadiran cenderung
rendah, sedangkan apabila kepuasan kerja rendah, maka ketidakhadiran kerja
cenderung tinggi. Dalam hal ini ada variabel-variabel penengah seperti
sejauhmana orang-orang merasakan bahwa mereka memandang pekerjaannya
penting, tidak suka absen masuk kerja (Luthans, 2002). Secara sederhana,
kepuasan kerja mengacu atribut dan perasaan yang miliki seseroang dalam
bekerja. Sikap positif dan menguntungkan terhadap pekerjaan dan menunjukkan
kepuasan kerja. Karena kepuasan kerja variabel kompleks, maka dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang situasional pada pekerjaan serta karakteristik
dispositional individu (Dugguh, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh (Arifin, 2015; Azeem, 2014; Rose, et, al,
2009; Carmeli, 2004; Dugguh, 2014) menunjukkan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh secara positif dan secara signifikan terhadap kinerja, berarti bahwa
jika kepuasan kerja karyawan tinggi maka, karyawan juga akan memaksimalkan
kinerjanya. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Kuswandi, 2015; Sangadji, 2015) yang masing-masing menguji pengaruh
Page 77
62
kepuasan kerja dan kinerja dosen dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kepuasan kerja tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja dosen.
5.1.7. Kinerja
5.1.7.1. Konsep Dasar tentang Kinerja
Kinerja sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Kinerja
adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja adalah
terjemahan dari performance dalam The Scribner-Bantam English Dictionary,
terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979). Kata to perform memiliki beberapa
makna, yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out,
execute), (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat (to discharge of
fullfill), (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understaking), dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh
seseorang (to do what is expected of aperson).
Mathis – Jackson (2004:378) mendefinisikan kinerja (performance) pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja
karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai
berikut. (1) Kuantitas dari hasil, (2) kualitas dari hasil, (3) ketepatan waktu dari
hasil, (4) kehadiran, dan (5) kemampuan bekerja sama.
Robbins (2009:629) mengemukakan “way of thinking about employee
performance is a function of the interaction of ability, motivation, and oportunity”.
Definisi tersebut mengandung arti bahwa kinerja karyawan merupakan sebuah
fungsi interaksi kemampuan, motivasi, dan peluang untuk berkinerja.
Page 78
63
Lebih lanjut Robins (2007) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil yang
dicapai oleh pekerja pada pekerjaan sesuai dengan kriteria tertentu yang berlaku
untuk pekerjaan tertentu. Kinerja karyawan yang berkualitas sangat dibutuhkan
oleh organisasi dalam rangka meningkatkan kualitas kerja, agar kinerja tersebut
tercapai maka karyawan sebaiknya mendapatkan kepuasan dalam bekerja lebih
dahulu. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang, sepatutnya memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. (Veithzal Rivai : 2005) Kesediaan
dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu
tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh seseorang sesuai dengan
perannya dalam lembaga untuk mencapai tujuannya. Tingkat efisiensi dan
kinerja karyawan dalam bekerja dapat menentukan keberhasilan organisasi,
(Jehanzeb, 2012).
Berdasarkan definisi tersebut kinerja dapat dipengaruhi oleh lima factor
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Harga diri. (self esteem), sering menjadi motivasi karyawan dalam mencapai
sukses di tempat kerja. Karyawan akan merasa harga dirinya jatuh manakala
tidak mempunyai prestasi yang spektakuler selama mengabdi pada
organisasi tertentu.
b) Pengalaman masa lampau (past experience), sering menjadi tolok ukur
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
c) Situasi aktual (actual situation). Karyawan harus menyesuaikan diri dengan
kondisi yang terjadi saat itu.
Page 79
64
d) Kepribadian individu (personality), seringkali kinerja seseorang di pengaruhi
oleh factor kepribadiannya. Jarang sekali mereka dapat me lepaskan diri dari
karakter dan pembawaan yang ada pada dirinya.
e) Hubungan dengan yang lain (communications from other). Komunikasi antar
rekan kerja sering berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Para pakar manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi
telah merumuskan beberapa teori yang terkait dengan kinerja pegawai. Teori-
teori kinerja yang telah dirumuskan para pakar tersebut, antara lain :
1. Teori Potensial Kinerja (A Person’s Potential Performance Theory)
Davis dan Newstrom (2002) mengemukakan bahwa kinerja potensial yang
dimiliki seseorang dipengaruhi oleh interaksi antara kemampuan dengan
motivasi. Kemampuan dibentuk oleh interaksi antara pengetahuan dan
ketrampilan sedangkan motivasi dibentuk oleh sikap dan situasi. Hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa interaksi antara kinerja
potensial manusia dengan sumber daya dan kesempatan akan
mempengaruhi dan menentukan hasil organisasi.
2. Model Kinerja (The Performance Model)
Model tersebut mempunyai formulasi, yaitu : P=Rc x C x E x V x Pf x Rw x F.
Formulasi tersebut menjelaskan bahwa kinerja (P =Performance) merupakan
fungsi dari Kejelasan Peran (Rc=Role clarity),Kompetensi(C= Competence),
Lingkungan (E=Environment), Nilai (V=Value), Kesesuaian Preferensi
(Pf=Preferensi fit), Imbalan (Rw=Reward) dan Umpan Balik (F=Feed Back).
3. Teori Kinerja dan Pengembangan (A Theory of Performance and
Development).
Teori kinerja ini dikemukakan oleh Jackson John H. dan Mathis Robert L. (
2000). Teori ini mengungkapkan bahwa :
Page 80
65
a. Prestasi kumulatif (cumulative achievement) seseorang dimasa yang
akan datang ditentukan oleh interaksi antara tingkat keseluruhan kinerja
saat bekerja dengan waktu yang dihabiskan pada saat bekerja.
b. Tingkat kinerja keseluruhan saat bekerja dipengaruhi oleh kekuatan
motivasi untuk melaksanakan tugas lain yang bersumber dari
pengetahuan, kepercayaan, konsepsi pribadi, insentif dan kesempatan
melalui mediasi lingkungan yang mendorong untuk melakukan tindakan.
c. Kemampuan, motif, keyakinan dan konsepsi pribadi seseorang
dipengaruhi oleh heriditas dan lingkungan formatif (perkembangan dan
pertumbuhan) di masa lalu.
4. Teori Dimensi Kinerja (Performance Dimension Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Robbins (2000), bahwa kinerja pegawai
merupakan fungsi dari interaksi antara kemampuan (ability), motivasi
(motivation), dan kesempatan (opportunity). Formulasi dari fungsi kinerja
tersebut adalah: P = f (A x M x O), dimana :
A (Ability), adalah kemampuan untuk menetapkan dan melaksanakan suatu
sistem dalam pemanfaatan sumber daya dan teknologi secara efektif dan
efisien untuk mencapai hasil yang optimal.
M (Motivation), adalah keinginan dan keunggulan seorang pekerja untuk
mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan disiplin untuk mencapai
prestasi kerja yang maksimal.
O (Opportunity), adalah kesempatan yang dimiliki oleh pegawai dalam
mengerjakan, memanfaatkan waktu dan peluang untuk mencapai hasil
tertentu.
Page 81
66
5. Teori Kinerja menurut Wexley dan Yukl
Wexley dan Yukl (2002) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pegawai antara lain adalah disiplin kerja dan motivasi kerja. Disiplin
kerja diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin,
pegawai akan berusaha untuk melakukan pekerjaan semaksimal mungkin
dan kinerja yang dihasilkan menjadi lebih bagus. Menurut pendapat Wether
Jr. yang dikutip oleh Fuad (2004), menyatakan bahwa disiplin adalah upaya
manajemen untuk mengusahakan agar karyawan mentaati
standar/peraturan dalam organisasi. Ia menganggap bahwa disiplin
sebagai suatu latihan untuk mengubah dan mengoreksi pengetahuan, sikap
dan perilaku sehingga karyawan akan berusaha untuk bekerja sama dan
meningkatkan kinerjanya bagi organisasi.
Dessler (1998: 26-28) menyebutkan enam cara yang dapat dilakukan
untuk melakukan penilaian terhadap kinerja seseorang, yaitu: (1) penilaian
dilakukan oleh ketua progaram studi (pimpinan) terdekat, (2) penilaian dengan
menggunakan penilaian teman kerja, (3) penilaian dilakukan oleh komisi penilai(
BPM), (4) penilaian diri yang dilakukan oleh yang dinilai, (5) penilaian dilakukan
oleh mahasiswa, dan (6) penilaian melalui umpan balik.
Lebih lanjut Robbins et, al (2007) mengemukakan kinerja dapat di nilai
dari empat dimensi yaitu: 1) kuantitas pekerjaan, 2) kualitas pekerjaan, 3)
pengetahuan akan pekerjaan dan 4) ketergantungan pegawai terhadap supervisi.
5.1.7.2. Penilaian Kinerja
Mondy (2008:257) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai suatu sistem
formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tugas karyawan, baik individu
maupun tim. Penilaian kinerja seringkali dianggap sebagai tindakan rutinitas
yang tidak disukai dan negatif serta dianggap tidak memerlukan keahlian.
Page 82
67
Padahal penilaian kinerja merupakan kegiatan penting dan memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan.
Sedangkan menurut Dessler (2008: 322), penilaian kinerja berarti
mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan atau di masa lalu relatif terhadap
standar prestasinya. Selanjutnya Dessler (2008: 325) menjelaskan beberapa
alasan untuk menilai kinerja, sebagai berikut:
a) Penilaian kinerja memainkan peranan penting yang terintegrasi dalam
proses manajemen kinerja perusahaan.
b) Penilaian kinerja memungkinkan pimpinan dan karyawan menyusun sebuah
rencana untuk mengoreksi berbagai kekurangan yang ditemukan dalam
penilaian dan untuk menegaskan hal-hal yang telah dilakukan dengan benar
oleh karyawan.
c) Penilaian kinerja penting untuk tujuan perencanaan karir dengan
memberikan kesempatan meninjau rencana karir karyawan dan
memperhatikan kekuatan dan kelemahannya secara spesifik.
d) Penilaian sangat penting dalam pengambilan keputusan kenaikan gaji dan
promosi.
Penilaian kinerja secara objektif merupakan keahlian yang harus dimiliki
oleh penilai kinerja. Penilaian yang dilebihkan atau dikurangi karena berbagai
faktor dapat merugikan perusahaan, karyawan, dan penilai itu sendiri. Penilai
kinerja harus membiasakan diri dengan teknik dasar penilaian, memahami dan
menghindari masalah-masalah yang dapat megacaukan penilaian, dan dapat
melakukan penilaian dengan adil (Dessler, 2008: 326).
Berikut merupakan bagan proses penilaian kinerja menurut Mondy (2008:
260) dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:
Page 83
68
Gambar 2.3 Proses Penilaian Kinerja Menurut Mondy
Penilaian kinerja pada umumnya dilakukan oleh departemen sumber
daya manusia yang mengkoordinasikan perancangan dan implementasi
program-program penilaian kinerja. Lebih lanjut Mondy (2008:262)
mengemukakan lima pihak yang dapat melakukan penilaian terhadap kinerja
karyawan, yaitu:
a) Atasan Langsung
Atasan langsung adalah pilihan paling umum dalam menilai kinerja karyawan.
b) Bawahan
Sebagaimana atasan dapat mengamati dan menilai bawahannya maka
bawahan juga dapat memberikan penilaian terhadap kinerja atasannya.
Mengidentifikasi Tujuan-tujuan Penilaian Spesifik
Menetepkan Kriteria-kriteria Kinerja dan Mengkomunikasikannya kepada Para
Karyawan
Memeriksa Pekerjaan yang Dijalankan
Mendiskusikan Penilaian Bersama Karyawan
Menilai Kinerja
Page 84
69
c) Rekan atau Anggota Tim
Kedekatan anggota tim dalam melakukan suatu pekerjaan dapat memberikan
perspektif mengenai kinerja tertentu yang tidak dapat diamati oleh atasan
langsungPenilaian Diri Sendiri
Penilaian kinerja terhadap diri sendiri merupakan cara yang baik untuk
dilakukan apabila karyawan memahami tujuan-tujuan mereka dan kriteria-
kriteria yang digunakan untuk evaluasi.
d) Penilaian Pelanggan
Perilaku pelanggan memiliki peranan penting terhadap tingkat kesuksesan
perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakan masukan pelanggan
sebagai penilaian kinerja terhadap karyawan.
Menurut Mondy (2008: 257) data yang dihasilkan dari penilaian kinerja
bisa memiliki nilai potensial untuk hampir semua bidang fungsional sumber daya
manusia, di antaranya untuk perencanaan sumber daya manusia, perekrutan
dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, perencanaan dan pengembangan
karir, program kompensasi, hubungan kekaryawanan internal, dan penilaian
potensi karyawan.
5.1.7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kinerja
Mondy (2008: 259) mengemukakan bahwa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi penilaian kinerja, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor eksternal misalnya legislasi hukum yang mewajibkan sistem-sistem
penilaian kinerja tidak bersifat diskriminatif, serikat pekerja yang menekankan
senioritas sebagai dasar kenaikan gaji dan promosi. Sedangkan faktor internal
misalnya budaya perusahaan yang dapat menjadi faktor penghambat atau faktor
pendukung dalam penilaian kinerja.
Page 85
70
Sedangkan menurut Dessler (1992: 514) ada 5 (lima) faktor dalam
penilaian kinerja, yaitu:
a) Kualitas pekerjaan, meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan
keluaran;
b) Kuantitas pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi;
c) Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan, atau
perbaikan;
d) Kehadiran, meliputi: regularitas, dapat dipercaya / diandalkan dan ketepatan
waktu;
e) Konservasi, meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan, dan
pemeliharaan.
5.2. Tinjuan Empiris
Hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang posisi dan kelayakan penelitian tentang
pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of work life, keadilan
organisasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan BUMN di Sulawesi
Selatan. Selain itu dimaksudkan pula untuk memberi gambaran tentang
perbedaan fokus masalah dan hasil dari penelitian. Dalam studi yang diakukan
oleh Farooqui & Nagendra, (2014), menyatakan bahwa hubungan antara kinerja
dan Person-Organization Fit (P-O Fit) dimediasi oleh kepuasan kerja. Kepuasan
kerja diharapkan dapat mempengaruhi kinerja kerja. Porter & Steers,(1973),
berpendapat bahwa kinerja, dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Hal ini diperkuat
oleh pandangan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tingkat motivasi, kejelasan
peran, dan kemampuan (Robbins, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh
Farooqui, (2014); Carmeli, (2004); Rose, (2009); Arifin, (2015); Aseem (2014);
Ahmad (2010) mengemukakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan
Page 86
71
terhadap kinerja. Hal ini berbeda yang dikemukakan oleh Sangadji (2014);
Handoko (2013); Kuswandi (2015) yang masing-masing mengemukakan bahwa
kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja.
Hubungan-hubungan determinasi tersebut dapat dlihat sebagai berikut:
2.2.1. Person-Organization Fit (P-O Fit), Kepuasan Kerja dan Kinerja
Person-Organization Fit (P-O Fit) adalah kesesuaian antara norma-norma
dan nilai-nilai organisasi dan nilai-nilai karyawan. Di antara faktor-faktor lain,
tingkat kesesuaian antara nilai-nilai dan norma-norma karyawan, dengan yang
ada pada organisasi yang bekerja untuk dapat mempengaruhi hasil pekerjaan
penting seperti komitmen organisasional, kepuasan kerja dan keinginan
berpindah (Alniacik, 2013). Person-Organization Fit (P-O Fit) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Dalam studi Smith et. al, (1969) yang
mengkaji berbagai penelitian dan menemukan bahwa, secara umum kepuasan
kerja cenderung dipengaruhi oleh penilaian karyawan atas tugas mereka. Para
peneliti menyimpulkan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) berhubungan
dengan kepuasan kerja. Hal ini diperkuat oleh temuan O'Reilly, (1977); Chatman
et al, (1994); Nazir (2014); Latif (2013); Tepeci (2001) yang menyatakan bahwa
variable Person-Organization Fit (P-O Fit) dalam organisasi memiliki dampak
yang kuat terhadap kepuasan kerja. Namun demikian, ketika remunerasi atau
imbalan dikendalikan oleh nilai pekerjaan maka akan berhubungan langsung
dengan kepuasan kerja. Penelitian tersebut konsisten dengan teori Person-
Organization Fit (P-O Fit) oleh Kristof (1996).
Karyawan yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi maka mereka
merasa lebih puas dengan pekerjaan. Mereka tidak akan berpikir
mengenai karakteristik yang lebih penting. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa bukan hanya karakteristik pekerjaan yang pasti tetapi juga persepsi
Page 87
72
karyawan, yang berkaitan dengan tingkat kepuasan. Farooqui, et al. (2014) juga
meneliti tentang pengaruh antara Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap
kepuasan kerja dan kinerja karyawan dan hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja dengan kepuasan kerja sebagai variable antara.
Kepuasan kerja sangat penting dimana tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Tugas yang tidak cocok dengan kemampuan karyawan akan mengarah pada
ketidakpuasan dalam bekerja. Imbalan akan menentukan tingkat kepuasan kerja.
Ketika seseorang mengalami tanggung jawab yang sesuai dengan
kemampuannya, maka ia akan melakukan suatu pekerjaan yang menunjukkan
produktivitas atau kinerja yang lebih tinggi. Para manajer dalam mengelola
sumber daya manusia harus menyadari fakta ini, bahwa kemampuan karyawan
harus mempertimbangkan dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
Konsep yang terkait dengan Person-Organization Fit (P-O Fit) atau
kesesuaian antara individu dan organisasi penting untuk keberhasilan organisasi.
Kontrak psikologis, persepsi individu yang baik, akan membentuk dasar dari
Person-Organization Fit (P-O Fit). Namun demikian, ada konsep yang harus
dipertimbangkan dalam interaksi antara karyawan dan organisasi seperti
kepuasan kerja dan komitmen organisasional dan penerapan konsep ini dalam
suatu budaya. Hasil penelitian yang dilakukan di Taiwan, menunjukkan bahwa
Person-Organization Fit (P-O Fit) elemen kunci dalam tingkat kepuasan kerja
dan pengalaman kerja karyawan apakah diukur dengan instrumen atau tarif.
Sebuah organisasi bukan lembaga pasif atau stabil dan berkembang dan tumbuh
dalam budaya organisasi.
Page 88
73
Person-Organization Fit (P-O Fit) mungkin terkait dengan budaya
organisasi, dampak dari tipe tertentu dari budaya organisasi juga dinilai.
Keterlibatan dalam sebuah organisasi yang memiliki budaya organisasi birokrasi
mengakibatkan tingkat terendah kepuasan kerja dan komitmen organisasional.
Budaya inovatif adalah tertinggi berikutnya dan budaya yang mendukung
memiliki tingkat tertinggi kepuasan kerja karyawan dan komitmen organisasional.
Temuan ini menunjukkan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) memainkan
peran penting pada tingkat kepuasan kerja dalam sebuah organisasi. Dampak
dari Person-Organization Fit (P-O Fit) pada kepuasan kerja dan komitmen
organisasional di Taiwan, hasil menunjukkan bahwa tingkat Person-Organization
Fit (P-O Fit) memiliki peranan yang sangat penting dalam semua jenis budaya
organisasi. Semakin baik Person-Organization Fit (P-O Fit) semakin tinggi tingkat
kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Person-Organization Fit (P-O Fit) merupakan variabel penting dalam organisasi
dalam budaya non-Barat (Boxx, W. R., Odom, R. Y., & Dunn, M. G. (1991).
Penelitian ini didukung oleh kajian meta-analisis dengan 25 penelitian oleh
Kristof (2005) yang berkaitan dengan Person-Organization Fit (P-O Fit),
kepuasan kerja dan kinerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Aurthy & Daugherty (2003) membantah
bukti empiris sebelumnya mengenai hubungan Person-Organization Fit (P-O Fit)
dengan kepuasan kerja pada karyawan warehouse (gudang) di Inggris dan
Spanyol dengan menggunakan sampel 667 karyawan dan menemukan hasil
yang berbeda dengan bukti emipiris sebelumnya bahwa antara Person-
Organization Fit (P-O Fit) dengan kepuasan kerja pada karyawan tidak
berpengaruh secara signifikan karena interaksi antara karyawan satu dengan
lainnya sangat terbatas.
Page 89
74
Mengacu pada research gap tersebut, maka peneliti mencoba menguji
ulang penelitian yang dilakukan Chadwell dan O’ Reilly (1991) dan penelitian
Aurty dan Daugherty (2003) dengan memasukkan variabel kepuasan kerja
seperti yang telah disarankan penelitian terdahulu tentang Person-Organization
Fit (P-O Fit) yaitu Silverthone (2003); Boxx, Odom,& Dunn, (1991); dan Chatman,
(1991) bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) merupakan prediktor kuat dari
kepuasan kerja yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
2.2.2. Quality of Work Life, Kepuasan Kerja dan Kinerja
Konsep Quality of work life menunjukkan reaksi emosional yang positif dan
sikap individu memiliki terhadap pekerjaan mereka. Telah dikonseptualisasikan
bahwa Quality of work life sebagai sikap umum terhadap pekerjaan. prestasi
kerja yang sering dipandang sejauh mana karyawan melaksanakan pekerjaan,
tanggung jawab dan tugas secara memadai. Quality of work life mempengaruhi
perasaan, keamanan, kebanggaan, keluarga, demokrasi, kepemilikan, tanggung
jawab dan fleksibilitas. Perilaku atasan, kompensasi dan manfaat dan Quality of
work life semua memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan
kerja dimana kompensasi dan imbalan memiliki dampak paling kuat. Sebaliknya,
karakter pekerjaan ditemukan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
Dengan kepuasan kerja yang tinggi maka kinerja karyawan juga meningkat.
Locke (1976) merangkum beberapa penelitian yang mengkaji faktor-faktor kausal
dalam kepuasan kerja dan menyebutkan antara nilai-nilai atau kondisi yang
paling penting untuk mencapai Quality of work life yang tinggi, yaitu, kemampuan
individu menyelesaikan suatu pekerjaan yang menantang; kepentingan pribadi
dengan pekerjaan itu sendiri; Pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan; imbalan
yang sesuai; informatif dan sesuai dengan masing-masing mereka pribadi
aspirasi; kondisi kerja yang nyaman dengan individu yang dapat memenuhi
Page 90
75
kebutuhan fisik dalam mencapai tujuan; hubungan antar rekan di tempat kerja
yang dapat membantu karyawan untuk mencapai nilai-nilai pekerjaan seperti
pekerjaan yang menarik, promosi, dan nilai-nilai dasar organisasi.
Beberapa penelitian yang menguji pengaruh Quality of work life terhadap
kepuasan kerja seperti yang diteliti oleh Rubel et. al (2014); Abagi (1999);
Selvaraj (2014); Sheel (2012); Kanpur, et, al (2014), dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja. Penelitian tersebut diperkuat oleh teori Mirvis dan
Lawler (1984) mengemukakan bahwa quality of work life dikaitkan dengan
kepuasan upah, jam dan kondisi kerja. Dia menggambarkan elemen dasar dari
kualitas hidup yang baik seperti lingkungan kerja yang aman, upah yang adil,
kesempatan kerja dan kesempatan yang sama untuk kemajuan. Sementara
hubungan antara quality of work life dan Kinerja masih kontroversial, meskipun
hasil ini beberapa studi memberikan klarifikasi Akecth et. al, (2012); Sheel
(2012); Rubel (2014); Brewer (2005), menyatakan bahwa Quality of work life juga
berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Namun bukti empiris sebelumnya terbantahkan oleh penemuan yang
dilakukan ZohurulIslam (2006) yang menguji pengaruh Quality of work life
terhadap kepuasan kerja dan kinerja dan hasil temuannya menunjukkan bahwa
Quality of work life tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja.
Sementara Arifin (2012) meneliti tentang pengaruh Quality of work life terhadap
kepuasan kerja dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Quality of work life
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
2.2.3. Keadilan Organisasi, Kepuasan Kerja dan kinerja.
Fungsi keadilan memiliki efek langsung pada kinerja karyawan, keadilan
khususnya organisasi adalah kesepakatan dengan situasi ketika karyawan
Page 91
76
menyimpulkan tentang perilaku mereka dalam bekerja dan bagaimana efek
persepsi ini terhadap kinerja (Moorman, 2009). Li dan Cropanzano (2009)
menyebutkan bahwa keadilan organisasi dapat meningkatkan kinerja individu,
melahirkan perilaku kewarganegaraan, kesehatan mental yang baik, tingkat stres
yang rendah dan berbagai sikap individu yang lebih baik.
Konsep keadilan organisasi umumnya dianalisis dalam tiga kategori:
keadilan distributif, prosedural dan interaksional (Greenberg, 1990). Hal ini
berbeda dengan McFarlin dan Sweeney (1992) yang mengusulkan hanya dua
model faktor keadilan organisasi yaitu terdiri dari keadilan distributif dan keadilan
procedural dimana keadilan distributif berkaitan dengan hasil tingkat organisasi
(kepuasan) sedangkan keadilan prosedural berkaitan dengan hasil tingkat
organisasi (komitmen organisasional). Model ini relevan dengan penelitian
Bakhshi et. al. (2009) yang meneliti di sebuah perguruan tinggi kesehatan di
India dengan sampel 128 karyawan, hasil studi ini menunjukkan bahwa keadilan
distributive berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja tetapi
keadilan procedural tidak memiliki pengaruh dengan kepuasan kerja. Meta
analisis yang dilakukan Colquitt et al. (2001) memperkuat dalil ini dan
menyatakan bahwa keadilan distributif berpengaruh kuat terhadap perilaku
spesifik, misalnya kepuasan imbalan dan kepuasan kerja, sedangkan keadilan
prosedural berpengaruh kuat terhadap perilaku global, misalnya komitmen
organisasionalonal, komitmen kelompok, dan intensi keluar.
Umumnya peneliti yang mengkaji mengenai perbedaan antara keadilan
prosedural dan distributif selalu mendapatkan kontroversi atas perbedaan antara
keadilan interaksional dan keadilan prosedural. Begitupun hasil penelitian
Fernandes dan Awamleh (2006); Iqbal (2013); Lambert et al. (2007)
bertentangan dengan penelitian sebelumnya, fakta penelitiannya menyatakan
Page 92
77
bahwa keadilan distribusi tidak memiliki hubungan dengan kepuasan kerja.
Karyawan yang lebih berpengalaman memiliki akses penuh atas distribusi
sumber daya karena hubungan antara keadilan distributif dan kepuasan kerja
adalah negatif. Sementara hubungan antara dua dimensi lainnya (Prosedural
dan interaksional) dan kepuasan kerja adalah positif dan signifikan.
Model yang diajukan oleh Mc. Farlin serta beberapa penelitian
sebelumnya dibantah oleh studi empiris Zu’bi et. al (2010); Diab (2015) bahwa
semua dimensi keadilan organisasi berkorelasi positif dengan kepuasan kerja. Ini
tersirat bahwa kepuasan kerja dipelajari secara langsung tergantung pada tingkat
keadilan organisasi yang dirasakan oleh karyawan. Keadilan interaksional
berbeda dari keadilan prosedural karena merupakan komponen pertukaran
interaksi sosial dan kualitas pelakuan, sedangkan keadilan prosedural
merupakan proses yang digunakan untuk sampai ke tahap hasil keputusan.
Temuan ini terbantahkan oleh Kaleem, et. al. (2011) menyatakan bahwa tidak
ada pengaruh langsung antara keadilan organisasi dengan kepuasan kerja tetapi
melalui penilaian kinerja sebagai mediator.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Shakoorzadeh (2015); Diab (2015)
yang menunjukkan bahwa antara unsur-unsur keadilan (Distributif dan
prosedural) dan kinerja ada hubungan yang signifikan. Dengan peningkatan
keadilan distributif dan prosedural, maka efisiensi meningkat. Tetapi tidak ada
hubungan yang signifikan antara keadilan interaksional dan efisiensi. Hubungan
antara dua dimensi (Prosedural dan interaksional) dan kepuasan kerja adalah
positif pada hasil yang signifikan dalam studi ini. Keadilan organisasi berkaitan
dengan persepsi karyawan tentang keadilan dalam organisasi. Dengan kata lain,
teori ini menjelaskan tentang perilaku karyawan terhadap diri mereka sendiri dan
orang lain dengan mempertimbangkan efektivitas kinerja organisasi dan keadilan
Page 93
78
sehingga karyawan merasa puas, seperti kondisi psikologis yang menekankan
pada persepsi tentang kenyamanan di tempat kerja (Seyed Javadin et al., 2008).
2.2.4. Kepuasan Kerja dan kinerja
Banyak perdebatan yang muncul mengenai hubungan antara kepuasan
kerja dengan kinerja. Temuan empiris mengenai hubungan antara kepuasan
kerja dengan kinerja dikaji lebih jauh dalam beberapa studi seperti Fisher (2003);
Renyowijoyo (2003); Carmeli (2004); Koesmono (2014); Farooqui (2014); Rose
(2009); Arifin (2015), Funmilola (2011) menunjukkan bahwa kepuasan kerja
positif secara signifikan mempengaruhi kinerja dan ada hubungan antara budaya
organisasi pada kinerja. Motivasi, kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja
dengan komitmen sebagai mediator dengan motivasi yang dimiliki oleh
seseorang berdampak pada kinerja jangka panjang organisasi. Dengan demikian
mereka menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi
seseorang dalam menjalankan tugasnya sehingga kinerja dapat ditingkatkan.
Temuan lain membantah penelitian sebelumnya, Sangadji (2014);
Handoko (2013); Kuswandi (2015) yang masing-masing meneliti tentang
kepuasan kerja dan kinerja dosen di beberapa perguruan tinggi dan menemukan
bahwa tidak ada hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja. Studi ini
bertolak belakang dengan temuan empiris sebelumya yang menyatakan bahwa
kepuasan kerja dengan kinerja merupakan dua variable yang saling berkaitan.
Akan tetapi sebagian peneliti lain berpendapat bahwa yang terjadi adalah
sebaliknya yaitu kinerja mengakibatkan kepuasan kerja (Astuti, 2010). Hal ini
terjadi berdasarkan pemikiran bahwa dengan kinerja yang baik karyawan akan
mendapatkan penghargaan seperti promosi, insentif dan sebagainya sehingga
hal tersebut menjadi pendorong terjadinya kepuasan kerja (Chruden, 1988).
Beberapa temuan tersebut diperkuat oleh meta-analysis dari Judge et. al (2001)
Page 94
79
yang menyatakan bahwa ada korelasi antara kepuasan kerja dengan kinerja, hal
tersebut hanya sebuah bentuk korelasi, tetapi tidak ditemukan bahwa kepuasan
kerja dapat meningkatkan kinerja.
Page 95
75
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
NO. PENELITI JUDUL VARIABEL/INDIKATOR HASIL/TEMUAN PERBEDAAN
PERSAMAAN
1. Farooqui, S. Nagendra,
A. (2014)
The Impact of Person organization Fit on Job Satisfaction and Performance of the Employees
Independen Person Organization Fit (P-O-
Fit) Moderating
Kepuasan Kerja Dependen
Kinerja karyawan
Person Organization Fit (P-O-Fit) berpengaruh terhadap kepuasan kerja
Person Organization Fit (P-O-Fit) berpengaruh positif & signifikan terhadap kinerja.
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Obyek penelitian; organisasi swasta
Hanya 1 variabel independen; Person Organization Fit (P-O-Fit)
Kepuasan kerja sebagai variabel moderating
Person Organization Fit (P-O-Fit) sebagai variabel independen
Variabel dependen; kinerja karyawan
2. Collin Silverthorne (2004)
The impact of organizational culture and person-organization fit on organizational commitment and job satisfaction in Taiwan
Independen: Person Organization Fit (P-O-
Fit) Budaya organisasi Dependen: Kepuasan kerja
Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan
Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
Menggunakan 2 variabel indpenden yaitu budaya organisasi, Person Organization Fit (P-O-Fit)
Hanya 1 variabel dependen yaitu kepuasan kerja
Mengggunakan variabel Person Organization Fit (P-O-Fit) sebagai varaiabel independen dan kepuasan kerja sebagai variabel dependen.
3. Boxx, W. R., Odom, R. Y., & Dunn, M. G. (1991).
Organizational Values and Value Congruency and Their Impact on Satisfaction, Commitment, and Cohesion: An Empirical Examination Within the Public Sector.
Independen: Person Organization Fit (P-O-
Fit) Dependen: Kepuasan Kerja Komitmen organisasional
Person Organization Fit (P-O-Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
Hanya 1 variabel Variabel indpenden Person Organization Fit (P-O-Fit)
Variabel dependen memasukkan komitmen organisasi
Obyek penelitian pada BUMN.
Person Organization Fit (P-O-Fit) sebagai variabel indpenden dan kepuasan kerja sebagai variabel dependen
4. Kristof (1996) Distinguishing between Employees’ Perceptions of Person–Job and Person–Organization Fit
Independen: Person Organization Fit (P-O-
Fit) Person job-fit Dependen:
Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Variabel independen ada 2; Person Organization Fit; Person job-fit
Hanya 1 Variabel dependen; kepuasan
Menguji pengaruh Person Organization Fit (P-O-Fit) terhadap kepuasan kerja
80
Page 96
76
Kepuasan kerja kerja. Tidak memasukkan
kinerja sebagai variabel dependen
5. Chad W. Autry and Patricia J. Daugherty (2003)
Warehouse Operations Employees: Lingking Person Organization Fit, Job Satisfaction and Coping Response
Independen: Person Organization Fit (P-O-
Fit) Dependen: Kepuasan kerja
Person-Organization Fit (P-O Fit) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja
Variabel indpenden ada 2; kepuasan kerja & tanggapan karyawan.
Tidak memasukkan kinerja sebagai variabel dependen
Menguji pengaruh Person Organization Fit (P-O-Fit) terhadap kepuasan kerja karyawan
6. Mustafa Tepeci (2001)
The Effect of Personal Values, Organizational Culture, and Person-Organization Fit on Individual Outcomes In the Restaurant Industry
Independen: Person Organization Fit (P-O-
Fit) Karakteristik individu Budaya organisasi
Dependen: Kepuasan kerja Kinerja karyawan
Person Organization Fit (P-O-Fit) berpengaruh terhadap kepuasan kerja
Person Organization Fit (P-O-Fit) berpengaruh positif & signifikan terhadap kinerja.
Variabel indpenden; budaya organisasi; karakteristik individu
Obyek penelitian pada perusahaan swasta
Person Organization Fit (P-O-Fit) sebagai variabel indpenden
Variabel dependen ada 2; Kepuasan kerja dan Kinerja karyawan
Obyek penelitian BUMN
7. Sheel, S., Sinddhawi K., Goel, S., Pathak, S., (2012).
Quality of work life, Employee Performance and Career Growth Opportunities: A Literature Review.
Independen: Quality of work life Dependen: Kinerja Komitmen organisasional
Quality of work life Berpengaruh positif terhadap kinerja
Variabel indpenden; peluang karir
Variabel dependen komitmen organisasi
Indikator; teori Walton
Variabel indpenden; Quality of work life
Menguji pengaruh Quality of work life terhadap kinerja karyawan
8. Selvaraj, N. (2014).
Research Publish Journals A Study on Review of Quality of work lifeon Employee Retention in Private Companies.
Independen: Quality of work life Dependen: Kepuasan kerja
Quality of work life Berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja
Obyek penelitian; perusahaan swasta
Indikator; 15 Variabel independen;
retensi karyawan Variabel dependen;
kepuasan kerja
Obyek penelitian BUMN Menguji pengaruh
Quality of work life terhadap kepuasan kerja
Variabel dependen; kepuasan kerja & kinerja
9. Rubel, M. R. B., Kee, D. H. K., (2014)
Quality of work lifeand Employee Performance: Antecedent and Outcome of Job Satisfaction in
Independen:
Quality of work life Intervening:
Kepuasan kerja
Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Variabel dependen; pengawasan, kompensasi, karakteristik pekerjaan.
Menguji pengaruh Quality of work life terhadap kinerja karyawan dengan
762
8
1
Page 97
77
Partial Least Square (PLS)
Dependen:
Kinerja Quality of work
lifeberpengaruh positif terhadap kinerja
Obyek penelitian; perusahaan swasta
kepuasan kerja sebagai variabel intervening
10. Kanpur, R., Srivastava, S. (2014)
A Study On Quality Of Work Life: Key Elements & It’s Implications.
Independen:
Quality of work life Dependen:
Kepuasan kerja
Kinerja
Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Quality of work life
berpengaruh positif terhadap kinerja
Variabel independen hanya 1; Quality of work life
Quality of work life; teori Walton (1975)
Quality of work lifesebagai variabel independen
Kepuasan kerja & kinerja karyawan sebagai variabel dependen
11. Md. ZohurulIslam et al (2006).
Quality of Work Life and Organizational Performance: Empirical evidence from Dhaka Export Processing Zone
Independen:
Quality of work life Dependen:
Kepuasan kerja
Kinerja
Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Quality of work life tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
Obyek penelitian; perusahaan manufaktur.
Variabel independen hanya 1; Quality of work life
Menguji pengaruh Quality of work life terhadap kinerja
Variabekl dependen; kepuasan kerja & kinerja karyawan
12. Karakose, T. (2014).
The Empirical Study of Organizational Justice and Job Satisfaction for High School Teachers in Turkey.
Independen: Keadilan organisasi Dependen: Kepuasan kerja
Keadilan organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Obyek penelitian; guru SMA di Turki
Variabel dependen; kepuasan kerja & motivasi
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja
13. Ghodsian, F., Mehdizadeh, A. H., (2015).
The Relationship Between Managers’ Organizational Justice and Performance of First-Grade High School Teachers in Tehran, Iran.
Independen: Keadilan organisasi Dependen: Kinerja
Keadilan organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
Obyek penelitian; guru SMA di Iran
Variabel independen hanya 1; keadilan organisasi
Variabel dependen hanya 1; kinerja karyawan
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja
Indikator; keadilan distributive, procedural, interaksional
14. Shakoorzadeh, R., Vaisi, R., Maheri, S., Ebadi, S.,
Survey of Relationship between Organizational Justice and Staff's Efficiency in Education
Independen: Keadilan organisasi; Keadilan
distributive, keadilan interaksional, keadilan
Dimensi keadilan distributive & keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja
Obyek penelitian; tenaga kependidikan
Variabel independen hanya 1; keadilan
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja
Indikator; keadilan
82
Page 98
78
Dolatshah, Z., (2015)
Factory in the City of Urmia
prosedural Dependen: Kinerja
Dimensi keadilan interaksional tidak berpengaruh terhadap kinerja
organisasi
Variabel dependen hanya 1; kinerja karyawan
distributive, procedural, interaksional
15. Bakhshi, A., Kumar, K., Rani, E. (2009).
Organizational Justice Perceptions as Predictor of Job Satisfaction and Organization Commitment.
Independen: Keadilan organisasi; Keadilan
distributive, keadilan procedural Kepuasan Kerja Intervening Kepuasan kerja Dependen: Komitmen organisasi
Dimensi keadilan distributive berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
Dimensi keadilan prosedural tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja
Obyek penelitian; tenaga tenaga medis 128 orang
Variabel dependen; komitmen organisasi & kepuasan kerja
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja
Kepuasan kerja sebagai variabel intervening
16. Zu’bi, H. A., (2010).
A Study of Relationship between Organizational Justice and Job Satisfaction.
Independen: Keadilan organisasi; Keadilan
distributive, keadilan procedural, keadilan interaksional
Dependen: Kepuasan Kerja
Ketiga dimensi keadilan organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja
Variabel Indpenden 2; persepsi karyawan & keadilan organisasi
Variabel dependen hanya 1; kepuasan kerja
Obyek penelitian; BUMN
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja
Indikator; keadilan distributive, procedural, interaksional
17. Kaleem, M. M., Jabeen, B., Twana, M, J. (2011).
Organizational Justice in Performance Appraisal System: Impact on Employees Satisfaction and Work Performance.
Independen: Keadilan organisasi; Keadilan
distributive, keadilan procedural, keadilan interaksional
Penilaian kinerja Intervening Kepuasan kerja Dependen: Kinerja
Keadilan organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja dan kinerja tetapi melalui penilaian kinerja sebagai mediator.
Obyek penelitian; perusahaan manufaktur
Variabel indpenden 2; penilaian kinerja; keadilan organisasi
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja & kinerja karyawan
Kepuasan kerja sebagai variabel intervening
Indikator; keadilan distributive, procedural, interaksional
18. Iqbal, K. (2013)
Determinants of Organizational Justice and its impact on Job Satisfaction. A Pakistan Base Survey.
Independen: Keadilan organisasi; Keadilan
distributive, keadilan procedural, keadilan interaksional
Dependen: Kepuasan Kerja
Dimensi keadilan prosedural dan keadilan interaksional berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Dimensi keadilan
Obyek penelitian; lembaga pendidikan
Variabel dependen; komitmen organisasi
Menguji pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja
Kepuasan kerja sebagai variabel intervening
Indikator; keadilan
83
Page 99
79
Komitmen organisasi
distributive tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
distributive, procedural, interaksional
19. Abraham Carmeli and Anat Freund (2004)
Work Commitment, Job Satisfaction, and Job Performance: an Empirical Investigation
Independen: Kepuasan Kerja: Sifat
pekerjaan, imbalan, kondisi kerja
Moderating: Komitmen organisasional Dependen: Kinerja: motivasi, kejelasan
tugas, dan kemampuan (Porter & Lawler, 1968)
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja dengan komitmen sebagai mediator.
Obyek penelitian; pengacara pada organisasi swasta di Israel
Variebel intervening; komtimen organisasi
Indikator kepuasan kerja
6 (O'Reilly III, 1992) Indikator kinerja 5
(Porter, 1991:
Menguji pengaruh kepuasan terhadap kinerja
20. Raduan Che Rose
Naresh Kumar
Ong Gua Pak (2009)
The Effect Of Organizational Learning On Organizational Commitment, Job Satisfaction And Work Performance
Independen: Organizational learning Komitmen organisasi Intervening Kepuasan kerja Dependen: Kinerja
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja
Variebel indpenden; organizational learning & komitmen organisasi
Obyek penelitian; BUMN
Menguji pengaruh kepuasan terhadap kinerja
Kepuasan kerja; variabel intervening
21. M.Azeem Hafiz Imran Iqra Arif Sadaf
Cheema (2014)
Relationship between Job Satisfaction, Job Performance, Attitude towards Work, and Organizational Commitment
Independen: Kepuasan kerja Sikap kera
Intervening: Komitmen organisasional
Dependen: Kepuasan kerja: Hubungan
dengan atasan; imbalan; penghargaan; kejelasan tugas. (Locke, 1969)
Kinerja: Kemampuan; persepsi; motivasi
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja
Komitmen organisasional memiliki hubungan positif yang kuat dengan kinerja
Obyek penelitian; staf pengajar swasta & negeri
Variabel independen; sikap kerja & kepuasan kepuasan kerja
Komitmen organisasi; variabel intervening
Indikator kepuasan kerja 4 (Locke 1969)
Menguji pengaruh kepuasan terhadap kinerja
22. Kuswandi Sundjoto Noor, A.
Effects of Transformational Leadership, Personal
Independen: Kepuasan kerja: Lingkungan
kerja; imbalan; kebijakan; relasi
Kepuasan kerja tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja
Obyek penelitian; Kinerja dosen
Variabel independen;
Menguji pengaruh kepuasan terhadap kinerja
84
Page 100
80
Purwanto (2015)
Value, Job Satisfaction on Lecturer Performance
kerja. Gibson et al. (1997) Nilai pribadi Kepemimpinan transformasional Dependen: Kinerja: Tridharma Perguruan
Tinggi (Griffin, 2005)
dosen. nilai pribadi, kepemimpinan transformasional
Indikator kepuasan kerja 5 (Gibson et, al, 1997)
23. Stephen I. Dugguh
Ayaga, Dennis (2014)
Job Satisfaction Theories: Traceability to Employee Performance in Organizations
Indpenden: Kepuasan kerja: ; rekan kerja;
pengawasan; pekerjaan itu sendiri. (Smith Kendall & Hulin, 1969).
Dependen: Kinerja: hubungan
interpersonal; status; keamanan (Campbell, McHenry & Wise, 1990)
Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Obyek penelitian; perusahaan swasta
Variabel independen hanya 1; kepuasan kerja
Variabel dependen hanya 1; kinerja
Menguji pengaruh kepuasan terhadap kinerja
24. Etta Mamang Sangadji (2014)
The Effect of Leader’s Organizational Commitment to Lecturers’ Job satisfaction and Performance (Research on Muhammadiyah Universities Throughout East Java, Indonesia)
Independen: Komitmen organisasional Dependen: Kepuasan kerja Kinerja dosen
Tidak ada pengaruh antara kepuasan kerja dengan kinerja dosen
Komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja dosen.
Obyek penelitian; Kinerja dosen
Variabel independen; Komitemen organisasi ,
Kepuasan kerja sebagai variabel intervening
Menguji pengaruh kepuasan terhadap kinerja
85
Page 101
86
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah teori umum dari
perilaku organisasi yang dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2013). Perilaku
organisasi didefinisikan sebagai pemahaman, prediksi, dan manajemen perilaku
manusia dalam organisasi (Luthans, 2006). Teori ini memiliki tiga bagian penting
dari teori perilaku organisasi yaitu masukan, proses-proses akan terjadi dan
keluaran. Komponen ini ditentukan di awal sebelum hubungan kerja terjadi.
Komponen proses merupakan tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh
individu, kelompok, dan organisasi yang terlibat di dalamnya sebagai hasil dari
masukan dan berujung pada hasil tertentu. Keluaran merupakan hasil akhir yang
diprediksi yang dipengaruhi oleh beberapa variabel lainnya.
Perilaku organisasi dalam penelitian ini menggunakan individu yaitu
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Dari tinjauan secara komprehensif dikaji
tentang kinerja (performance) yang merupakan hal penting untuk dibahas
dimana potensial performance yang merupakan kekuatan atau daya yang
dimiliki karyawan, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaannya guna
mendapatkan hasil yang maksimum, dan aktual performance yang merupakan
tingkatan prestasi kerja yang nyata yang merupakan keluaran (outcome).
Fungsi efektif dari setiap organisasi tidak hanya tergantung pada sumber
daya yang tersedia teknis, tetapi juga pada keunggulan dan kompetensi
karyawan yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mengisi kebutuhan sumber
daya manusia di masa depan (Hassan, 2012). Untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan seseorang, sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat
Page 102
87
kemampuan tertentu. Keberhasilan keseluruhan dari sebuah institusi dalam
mencapai tujuan yang strategis sangat bergantung pada tingkat kinerja dari
karyawan. Kinerja karyawan adalah fungsi dari kemampuan dan motivasi, di
mana kemampuan terdiri dari keterampilan, pelatihan dan sumber daya yang
diperlukan untuk melakukan sebuah tugas dan motivasi digambarkan sebagai
sebuah kekuatan batin yang mendorong individu untuk bertindak menuju sesuatu
(Mukuru, 2013).
Salah satu tujuan yang penting dalam organisasi adalah penciptaan
kepuasan kerja anggota organisasi yang bersangkutan untuk lebih meningkatkan
kinerjanya. Dengan kepuasan kerja, diharapkan pencapaian tujuan organisasi
akan menjadi lebih baik dan lebih akurat Salah satu ukuran keberhasilan kinerja
seseorang adalah kepuasan kerja (Winarti, 2015). Kepuasan kerja memainkan
faktor penting dalam menentukan kinerja kerja. Ketika para karyawan merasa
puas, maka mereka memberikan kontribusinya sehingga dapat meningkatkan
kinerja dalam organisasi tersebut (Carmeli, 2004; Reisel, 2007; Azeem, 2014).
Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan adalah menarik, menahan dan
mengembangkan karyawannya. Salah satu cara untuk menghadapi tantangan ini
adalah dengan memastikan kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dengan nilai-
nilai karyawan.
Gagasan Person-Organization Fit (P-O Fit), yaitu kesesuaian antara nilai-
nilai organisasi dan nilai-nilai individu karyawan, telah banyak dieksplorasi dalam
kaitannya dengan aspek internal organisasi seperti komitmen organisasional,
identifikasi organisasi, kepuasan kerja, niat untuk meninggalkan organisasi,
kesediaan untuk melakukan pekerjaan ekstra dalam organisasi (Nazir, 2014).
Dengan demikian untuk menciptakan kesesuaian individu dengan perusahaan
perlu menerapkan quality of work life.
Page 103
88
Quality of work life merupakan hal yang sangat penting untuk membantu
mempertahankan keseimbangan kualitas kerja dengan yang akan meningkatkan
kinerja dan komitmen di tempat kerja. Salah satu faktor penentu yang paling
penting dari Quality of work life adalah peluang pertumbuhan karir yang didukung
oleh berbagai penelitian yang dilakukan di masa lalu (Sheel, et, al, 2012). Quality
of work life merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian
organisasi (Lewis, et, al, 2001). Penelitian lain yang dilakukan oleh Rubel, et, al
(2014) dan Akecth, et, al (2012), menemukan bahwa Quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dimana kinerja
karyawan berkaitan dengan keadilan organisasi. Keadilan organisasi turut pula
memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja seseorang dalam
bekerja. Keadilan organisasi menyangkut bagaimana karyawan menentukan
apakah mereka telah diperlakukan dengan adil dalam pekerjaan mereka dan
bagaimana penentuan mempengaruhi variabel yang berhubungan dengan
pekerjaan lainnya (Moorman, 1991).
Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya maka dibangunlah kerangka
konseptual yang menguraikan tentang kerangka model berpikir yang
dimaksudkan untuk memberi landasan proses berpikir deduktif maupun induktif
melalui kajian studi teoritik dan studi empirik. Studi Ini dimulai dengan kajian teori
yang dimulai dari teori mengenai Person-Organization Fit (P-O Fit) mengacu
pada teori yang dikembangkan oleh Kristof (1996) dan Chatman (1989). Teori
quality of work life mengacu pada teori yang dikembangkan oleh Cascio (1991)
dan Walton (1973). Teori keadilan organisasi mengacu pada teori yang dibangun
oleh Adams (1963), dan dikembangkan oleh beberapa peneliti lain, antara lain
Colquitt et al. (2001), Cropanzano et al. (2007). Teori kepuasan kerja mengacu
Page 104
89
pada teori yang dikembangkan oleh Herzberg (1959), dan Robbin’s (2006). Teori
mengenai kinerja mengacu pada teori yang dikembangkan oleh Robbins (2007).
Sementara studi empirik yang dikaji dalam penelitian ini pengaruh
Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kepuasan kerja karyawan merujuk
pada penelitian yang dilakukan oleh Autry & Dougherty (2003), pengaruh quality
of work life terhadap kepuasan kerja merujuk pada penelitian yang dilakukan
oleh Srivastava & Kanpur (2014), pengaruh keadilan organisasi terhadap
kepuasan kerja mengacu pada Bakhshi et. al. (2009), pengaruh person-
organization fit terhadap kinerja merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
Tepeci (2001), pengaruh quality of work life terhadap kinerja mengacu pada
Akecth et. al, (2012), pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja mengacu
pada Ghodsian et. al. (2010), pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
mengacu pada Carmeli (2004).
Kerangka konseptual dan orientasi studi ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan
organisasi dengan kepuasan kerja dan kinerja karyawan pada BUMN di Sulawesi
Selatan. Deskripsi referensi penelitian sebelumnya untuk mempersiapkan
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
Berdasarkan kajian teori dan tinjauan empiris, maka penulis membangun
sebuah kerangka konseptual dalam gambar berikut:
Page 105
90
Gambar 3.1. Model Kerangka Konseptual Penelitian
Model kerangka konseptual pada gambar 3.1 menjelaskan hubungan
kausalitas ke lima variabel yang diteliti yaitu variabel Person-Organization Fit
(X1), Quality of work life (X2), Keadilan organisasi (X3) Kepuasan Kerja (Y1) dan
Kinerja (Y2).
Variabel Person-Organization Fit (X1), Quality of work life (X2), Keadilan
organisasi (X3) merupakan independent variable, yang mempengaruhi dependent
variable yaitu Kepuasan Kerja (Y1) dan Kinerja (Y2) dimana Kepuasan Kerja (Y1)
merupakan intervening variable.
Berdasarkan model konseptual, maka dapat dibentuk persamaan
fungsional dalam model reduce form sebagai berikut:
Y1= f(X1,X2,X3)
Y2= f(X1,X2,X3,Y1)
Person Organization Fit
(P-O Fit) (X1)
Quality of work life (X2)
Keadilan organisasi
(X3)
Kepuasan Kerja (Y1)
Kinerja (Y2)
Page 106
91
Dimana:
X1 = Person-Organization Fit (P-O Fit)
X2 = Quality of Work Life
X3 = Keadilan Organisasi
Y1 = Kepuasan Kerja
Y2 = Kinerja Karyawan
Y1 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + µ1 (4.1.a)
Y2 = β0 + β1 X1 + β2 lnX2 + β4 X3 + β5 lnY1 +µ2 (4.2.b)
Persamaan 4.2.a :
Y2 = β0 + β1(α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + µ1) + β2X1 + β3X2 + β4X3 + µ2
Y2 = β0 + β1α0 + β1α1X1 + β1α2X2 + β1α3X3 + β2X1 + β3X2 + β4X3 + µ1 + µ2
Y2 = β0 + β1α0 + (β1 α1 + β2) X1 +(β1 α2 + β3 )X2 +(β1 α3 + β )X3 β1 µ1 + µ2
Berdasarkan sistem persamaan tersebut di atas, maka melalui proses
manipulasi matematik dapat diperoleh bentuk reduced form sebagai berikut:
Y1 = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + µ1 (4.1.b)
Y2 = A0 + A 1 X1 + A 2 lnX2 + A 3 X3 + µ12 (4.2.b)
Dimana :
α0 = konstanta/ intercept dari Y1
β 0 = Adalah konstanta/intercept Y2
A0 = konstanta/ intercept dari Y2
µ1 = error term dari Y1
µ2 = error term biaya Y2
Untuk mengetahui (parameter) hubungan antara variabel baik pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung maupun total pengaruh berdasarkan sistem
persamaan dan berdasarkan hasil reduced form, maka diperoleh model
Page 107
92
stochastic untuk masing-masing variabel secara rinci dapat disajikan sebagai
berikut:
a) Pengaruh langsung (Direct effect)
α1 = Pengaruh langsung X1 terhadap Y1
α2 = Pengaruh langsung X2 terhadap Y1
α3 = Pengaruh langsung X3 terhadap Y1
β 1 = Pengaruh langsung X1 terhadap Y2
β 2 = Pengaruh langsung X2 terhadap Y2
β 3 = Pengaruh langsung X3 terhadap Y2
b) Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)
β4α1 = Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y2 melalui Y1
β4α2 = Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y2 melalui Y1
β4α3 = Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y2 melalui Y1
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1) Person-organization Fit (P-O Fit) berpengaruh langsung dan signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
2) Quality of work life berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kepuasan
kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
3) Keadilan organisasi berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
4) Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh langsung dan signifikan
terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
5) Quality of work life berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
Page 108
93
6) Keadilan organisasi berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
7) Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh secara tidak langsung
terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui kepuasan
kerja.
8) Quality of work life berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui kepuasan kerja.
9) Keadilan organisasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan melalui kepuasan kerja.
10) Kepuasan kerja berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
Page 109
94
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pola eksplanasi (level of explanation) yang
merupakan penjelasan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Oleh karena itu, penelitian
ini menjelaskan pengaruh variabel Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of
work life, Keadilan organisasi dengan kepuasan kerja, dan kinerja.
Penelitian survei ini digunakan untuk maksud penjelasan (explanatory
atau confirmatory), yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu penelitian
yang berusaha untuk melihat antara dua variabel atau lebih memiliki hubungan
dan bagaimana arah hubungan tersebut, (Indriyantoro, 1999).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
dengan teknik simple random sampling (sampel acak sederhana). Data hasil
survei tersebut, merupakan data cross-section, yakni sekumpulan data yang
diperoleh dari penelitian pada satu titik waktu, dimana data bervariasi menurut
karakteristik responden dalam menjawab item-item yang berkaitan dengan
variabel-variabel Person-Organization Fit (P-O Fit), Quality of work life, keadilan
organisasi kepuasan kerja dan kinerja karyawan, bukan berdasarkan runtut
waktu (time series).
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi untuk melaksanakan penelitian pada perusahaan BUMN di
Sulawesi Selatan yang berlokasi di Sulawesi Selatan dengan objek yang diteliti
adalah karyawan. Penelitian ini dilakukan tahun 2017 di Sulawesi Selatan
Page 110
95
dengan alasan luasnya wilayah objek penelitian, maka pengambilan perusahaan
sebagai objek penelitian dilakukan pada:
1. BUMN sektor Energi yaitu PT. PLN (Persero),
2. BUMN sektor Energi yaitu PT. Pertamina (Persero),
3. BUMN sektor Pengelolaan Kepelabuhanan yaitu PT. Pelindo IV.
4. BUMN sektor Komunikasi yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom),
5. BUMN sektor Perbankan yaitu PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di Sulawesi
Selatan.
Pengambilan data dilakukan di Kantor Pusat, kantor Wilayah dan kantor-
kantor Cabang Utama (Makassar) se-Sulawesi Selatan.
4.3. Populasi dan Sampling
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2002:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai atau
karyawan tetap non manajerial pada PT. PLN (Persero), PT. Pertamina
(Persero), PT. Pelindo IV, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT. Bank
Negara Indonesia, Tbk di Sulawesi Selatan. Alasan memilih karyawan non
manajerial adalah karena karyawan di bagian inilah, yang secara langsung
melaksanakan segala kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan. Untuk itu
efektivitas suatu kebijakan sangat tergantung dari kemauan, usaha, dan
kemampuan mereka dalam melaksanakan kebijakan tersebut.
Penentuan sampel dari populasi secara proporsional dengan asumsi
populasi 739 orang karyawan/karyawati homogen, maka penarikan sampel dari
group populasi dilakukan secara proportional random sampling. Setiap sampel
Page 111
96
diambil sedemikian hingga satuan elementer atau unit populasi dalam hal ini
seluruh karyawan.
Populasi meliputi seluruh karyawan PT. PLN (Persero), PT. Pertamina
(Persero), PT. Pelindo IV, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT. Bank
Negara Indonesia, Tbk dengan perincian pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Sebaran Populasi dan Responden
No. Keterangan Jumlah
1. PT. PLN (Persero) 139
2. PT. Pertamina (Persero) 137
3. PT. Pelindo IV 162
4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) 157
5. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 144
TOTAL 739
Sumber : diolah kembali 2017
Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui jumlah sampel
dengan meneliti sebagian dari populasi. Penentuan jumlah sampel sedapat
mungkin sesuai dengan kriteria ideal besaran sampel untuk analisis pemodelan
SEM yaitu 100-200 (Fredinand, 2006).
Sampel adalah sejumlah individu yang merupakan perwakilan dari
populasi yang akan diteliti. Selanjutnya penentuan sampel menggunakan rumus
yaitu:
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, Slovin (Umar, 2001).
Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel adalah sebagai
berikut:
Page 112
97
Sampel sebanyak 260 orang dipilih dengan proporsional random
sampling. Dengan hasil perhitungan yang diperoleh di atas, maka jumlah sampel
dari populasi dari PT. PLN (Persero), PT. Pertamina (Persero), PT. Pelindo IV,
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2. Data Pengambilan Sampel Karyawan
No. Keterangan Distribusi Sampel
Populasi Sampel % Prop.
1. PT. PLN (Persero) 139 49 18,84
2. PT. Pertamina (Persero) 137 48 18,46
3. PT. Pelindo IV 162 57 21,92
4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
157 55
21,15
5. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 144 51 19,61
739 260 100
Sumber: diolah kembali tahun 2017
Menurut Ferdinand (2000), yang harus dipenuhi dalam pemodelan
Structural Equation Modelling (SEM) adalah menggunakan perbandingan lima
observasi untuk setiap estimated parameter. Pemilihan sampel berdasarkan
pertimbangan rasional sebagai berikut:
a. Kemudahan memperoleh data karena ada hubungan kekerabatan.
b. Lokasi tersebut tidak terlalu sulit untuk dijangkau sehingga memudahkan
dalam wawancara, mengedarkan dan memperoleh kembali kuisioner.
c. Pertimbangan biaya dan waktu.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian survey, sehingga teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan adalah melalui kuisioner yang diberikan kepada setiap
Page 113
98
karyawan tetap pada PT. PLN (Persero), PT. Pertamina (Persero), PT. Pelindo
IV, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT. Bank Negara Indonesia,
Tbk di Sulawesi Selatan yang menjadi responden.
Penggunaan teknik kuisioner bertujuan untuk memperoleh data dari
responden sebagai subjek penelitian yaitu mengenai variabel-variabel yang
akan diukur, meliputi: Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life,
keadilan organisasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan yang didasarkan pada
skala likert, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1. Kuisioner tersebut berisi
pertanyaan - pertanyaan dengan memberikan score (nilai) dari setiap jawaban
dan menggunakan skala Likert. Score (nilai) dari jawaban responden diberikan
dengan lima alternatif pilihan yaitu, sangat setuju (SS) dengan skor 5, setuju (S)
dengan skor 4, kurang setuju (KS) dengan skor 3, tidak setuju (TS) dengan
skor 2 dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Tingkat pengukuran yang
digunakan adalah ordinal, dimana angka-angka yang diberikan mengandung
pengertian tingkatan
Daftar pertanyaan diberikan kepada responden dalam bentuk pertanyaan
tertulis berupa kuisioner tertutup yang ditujukan kepada di Sulawesi Selatan.
Untuk melengkapi data maka peneliti mengadakan komunikasi atau wawancara
dengan mengajukan pertanyaan kepada karyawan PT. PLN (Persero), PT.
Pertamina (Persero), PT. Pelindo IV, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
(Telkom), PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. Selanjutnya pengukuran variabel
dapat diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Skala Pengukuran Variabel
Variabel Indikator Referensi
Teori Skala
pengukuran
Person-Organization
Fit (X1)
(X1.1) Kesesuaian nilai (value congruence)
(X1.2) Kesesuaian tujuan (goal congruence)
Kristof (1996);
Chatman (1989)
Interval
Page 114
99
(X1.3) Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment)
(X1.4) Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence)
Quality of Work Life
(X2)
(X2.1) Keterlibatan Karyawan (X2.2) Pengembangan Karir (X2.3) Penyelesaian Masalah (X2.4) Komunikasi (X2.5) Fasilitas yang Tersedia (X2.6) Rasa Aman Terhadap
Pekerjaan (X2.7) Keselamatan Lingkungan
Kerja (X2.8) Kompensasi yang Seimbang (X2.9) Rasa Bangga Terhadap
Institusi
Cascio (1991), Walton (1973)
Interval
Keadilan Organissi
(X3)
(X3.1) Keadilan Distributive (X3.2) Keadilan Procedural (X3.3) Keadilan Interaksional
Adams (1963)
Interval
Kepuasan Kerja (Y1)
(Y1.1) Pembayaran (Y1.2) Pekerjaan itu Sendiri (Y1.3) Rekan Kerja (Y1.4) Promosi Pekerjaan (Y1.5) Kepenyeliaan (supervise)
Herzberg (1959)
Interval
Kinerja Karyawan
(Y2)
(Y2.1) Kuantitas Pekerjaan (Y2.2) Kualitas Pekerjaan (Y2.3) Pengetahuan Akan
Pekerjaan (Y2.4) Tanggung Jawab Terhadap
Pekerjaan
Robbins (2007)
Interval
Sumber: diolah kembali tahun 2017
4.5. Definisi Operasional Variabel
Beberapa variabel penelitian yang digunakan sebagai tindak lanjut dari
perumusan hipotesis dan konstruksi model struktural penelitian. Adapun variabel-
variabel penelitian tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel observasi
Variabel observasi merupakan seluruh item dalam kuisioner yang diukur
dalam bentuk skala ordinal berdasarkan jawaban responden..
2. Konstruk Eksogen
Page 115
100
a. Person-Organization Fit (P-O Fit) merupakan kesesuaian antara nilai-nilai
yang berlaku pada perusahaan BUMN dengan nilai-nilai karyawan yang
dapat membantu perusahaan tersebut untuk memilih para karyawan
dengan nilai dan keyakinan, membentuk pengalaman-pengalaman sesuai
dengan organisasi tersebut. Adapun indikator dari Person-Organization
Fit (P-O Fit) dapat disimpulkan dalam empat konsep yaitu :
1) Kesesuaian nilai (value congruence).
2) Kesesuaian tujuan (goal congruence)
3) Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment)
4) Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality
congruence)
b. Quality of work life merupakan persepsi karyawan perusahaan BUMN
tentang sejauh mana mereka merasa aman, puas terhadap pekerjaan,
dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang
sebagaimana layaknya manusia. Variabel Quality of work life terdiri atas
sembilan (9) indicator yaitu:
1) Keterlibatan karyawan (Employee participation), seperti
membentuk tim peningkatan kualitas, membentuk tim keterlibatan
karyawan, dan mengadakan pertemuan partisipasi karyawan.
2) Pengembangan karir (Career development), contohnya dengan
mengadakan pendidikan dan pelatihan, evaluasi kinerja dan
promosi.
3) Penyelesaian masalah (Conflict resolution), contohnya manajemen
membuka jalur formal untuk menyampaikan keluhan atau
permasalahan.
Page 116
101
4) Komunikasi, (Communication) komunikasi secara terbuka baik
melalui manajemen langsung maupun melalui serikat pekerja,
pertemuan grup. Bentuk komunikasi organisasi secara umum
dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi formal dan non formal.
5) Fasilitas yang tersedia (Wellness), seperti adanya jaminan
kesehatan, program rekreasi, program konseling.
6) Rasa aman terhadap pekerjaan (Job security), contohnya program
pensiun dan status karyawan tetap.
7) Keselamatan lingkungan kerja (Save environment), contohnya
perusahaan membentuk komite keselamatan, tim gawat darurat,
dan program keselamatan.
8) Kompensasi yang seimbang (Equitable compensation), contohnya
perusahaan memberikan gaji dan keuntungan yang kompetitif.
9) Rasa bangga terhadap institusi (Pride), seperti memperkuat
identitas dan citra perusahaan, meningkatkan partisipasi
masyarakat, dan lebih peduli terhadap lingkungan.
c. Keadilan organisasi adalah persepsi karyawan BUMN mengenai
kewajaran perilaku yang mereka terima dari organisasi dan reaksi
perilaku mereka terhadap persepsi tersebut. Variabel keadilan organisasi
terdiri atas tiga (3) indikator yaitu:
1) Keadilan distributive. Keadilan distributif mengacu pada keadilan
yang dirasakan dari alokasi sumber daya oleh organisasi.
2) Keadilan procedural, keadilan prosedural yang dirasakan dari proses
yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi.
Page 117
102
3) Keadilan interaksional. Keadilan Interaksional yaitu nilai keadilan
yang dirasakan karyawan karena adanya proses interaksi antara
perusahaan dengan karyawan.
3. Konstruk Endogen
a. Kepuasan Kerja: Perasaan karyawan yang berhubungan dengan
pekerjaannya, harapannya pada organisasi BUMN tempat ia bekerja
dan merupakan reaksi emosional senang atau tidak senang.
Variabel ini tersusun atas 5 (lima) inidikator, yaitu :
1) Pembayaran. Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan
promosi yang dipersepsikan sebagai adil tidak meragukan dan
segaris dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan standar pengupahan komunitas kemungkinan besar akan
menghasilkan kepuasan.
2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan
kemampuan dan keterampilannya, kebebasan, dan umpan ballik
mengenai betapa baik mereka bekerja.
3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi
kebutuhan akan interaksi sosial.
4) Promosi pekerjaan. Promosi terjadi pada saat seorang karyawan
berpindah dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi,
dengan tanggung jawab dan jenjang organisasionalnya.
5) Kepenyeliaan (supervise). Supervisi berhubungan dengan karyawan
secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan
pekerjaannya.
Page 118
103
b. Kinerja karyawan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan
dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku dalam
organisasi BUMN. Variabel kinerja dapat di nilai dari empat (4) dimensi,
yaitu:
1) Kuantitas pekerjaan. Kuantitas pekerjaan menunjukkan volume kerja
yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dimana pekerjaan yang
dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi
standar pekerjaan.
2) Kualitas pekerjaan. Setiap karyawan dalam perusahaan dituntut
untuk memenuhi syarat-syarat yang diberikan perusahaan sehingga
dapat menghasilkan kinerja sesuai tuntutan perusahaan dimana
karyawan dapat melaksanakan tugas dengan baik dan menghindari
kesalahan di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
3) Pengetahuan akan pekerjaan. Pengetahuan akan pekerjaan
menyangkut tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas
pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan sesuai dengan
kemampuan, pendidikan atau keahliannya.
4) Tanggung jawab terhadap pekerjaan. Tanggung jawab terhadap
pekerjaan berkaitan sejauh mana karyawan dapat menyesuaikan diri
terhadap keputusan yang diambil perusahaan.
4.6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh variabel eksogen terhadap
variabel endogen. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel laten (latent
variable) yang dibentuk oleh beberapa indikator (observed variable). Oleh karena
itu untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknis analisis
Structural Equation Modeling (SEM). Alasan utama penelitian ini menggunakan
Page 119
104
teknik analisis SEM karena peneliti ingin mengkonversi fakta-fakta kualitatif
(atribut) menjadi suatu urutan kuantiatif (variabel), karena eksistensi matematika
sebagai alat yang lebih cenderung digunakan dalam ilmu manajemen sehingga
bisa mengundang kuantitatif variabel. Alasan berikutnya adalah ilmu
pengetahuan, disamping akurasi data penelitian juga membutuhkan presisi yang
lebih baik. Pada penelitian ini menggunakan program AMOS versi 5,00.
Analisis data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, adalah
analisis data kuantitatif deskriptif yang bersumber dari sensus yang dilakukan
terhadap orang-orang yang dijadikan respoden. Pada penelitian kuantitatif ini,
pengolahan data dilaksanakan dengan melalui tahap pemeriksaan (editing),
proses kategorisasi atau klasifikasi data (coding), dan proses pembeberan
(tabulating).
Ada dua model pengolahan dan analisis data statistik yaitu pengolahan
data dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensial (Bungin, 2005:171).
Dalam penelitian ini pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner
menggunakan statistik deskriptif dengan dibantu program SEM, lalu dianalisis
dengan menggunakan tabulasi silang. Beberapa kategori data yang didapatkan
dengan kuesioner diidentifikasi sesuai tujuan penelitian dan akan digali lebih jauh
menggunakan wawancara mendalam.
Tahap kedua, adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif
dilakukan sejak awal pengumpulan data di lapangan hingga diperoleh
kesimpulan atas sejumlah fenomena yang telah diamati. Pengolahan dan
interpretasi data ditujukan dengan maksud analisis deskriptif yang mengandung
pengertian sebagai usaha menyederhanakan sekaligus menjelaskan bagian-
bagian dari keseluruhan. Miles and Huberman (1992) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
Page 120
105
secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas,
datanya sampel jenuh.
Tahap operasionalisasi Struactural Equation Modeling (SEM) yang
dikemukakan oleh (Hair et al., 1998; Solimun, 2000; Ferdinand, 2002, sebagai
berikut:
1. Mengembangkan model hipotetik, yaitu model yang memiliki justifikasi teori
atau konsep.
2. Mengkonstruksi diagram path yang menggambarkan sebuah diagram alur
yang dapat mempermudah dalam melihat hubungan kausalitas yang diuji
dengan maksud untuk menunjukkan alur hubungan kausal antar variabel
eksogen dan endogen.
3. Mengkonversi diagram path model struktural maupun model pengukuran ke
dalam model matematis.
4. Memilih matrik input. Data input untuk matrik dapat berupa matrik korelasi
atau matrik kovarians. Data input berupa matrik korelasi, jika data variabel
yang akan dianalisis memiliki skala yang sama. Data input matrik kovarians,
jika data dari variabel penelitian memiliki skala yang sama.
5. Menilai masalah identifikasi. Masalah identifikasi pada prinsipnya adalah
masalah mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk
menghasilkan estimasi yang unik. Langkah ini ditujukan untuk menjaga agar
model yang dispesifikasi bukan bukan merupakan model yang under
identified. Untuk mengatasi hal ini, dengan memberikan kendala pada
model, salah satunya dengan membuat koefisien model fix.
6. Evaluasi Goodness of Fit (GOF). Tahapan ini berkaitan dengan pengujian
antara model dan data.
Page 121
106
Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing. Data kualitatif yang diperoleh dari wawancara
mendalamakan diinterpretasikan. Data yang berupa catatan lapangan dan data
sekunder dikumpulkan untuk kemudian digolong-golongkan berdasarkan tema
dan masalah penelitian dengan mengacu kepada rencana (outline) laporan
penelitian. Data yang sudah diklasifikasi tersebut baru kemudian diinterpretasi
dan dikaitkan dalam hubungannya dengan asumsi teoritis dan pernyataan
proposisi berdasarkan tujuan penelitian dan permasalahan.
Penelitian ini akan menggunakan 2 macam teknik analisis kuantitatif :
1. Confirmatory Factor Analysis pada SEM yang digunakan untuk
mengkonfirmasikan faktor-faktor yang paling dominan dalam satu kelompok
variabel.
2. Regression Weight pada SEM yang digunakan untuk meneliti seberapa besar
hubungan kausalitas antar variabel.
Analisis data dan interpretasi untuk penelitian yang ditujukan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka mengungkap
fenomena sosial tertentu. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Metode yang
dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel
yang akan diteliti. Untuk menganalisis data digunakan The Structural Equation
Modeling (SEM) dari paket software statistik AMOS 5.00 dalam model dan
pengkajian hipotesis. Model persamaan structural, Structural Equation Model
(SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian hubungan relatif “rumit” secara simultan (Ferdinand,
2000, hal:181).
Page 122
107
Tampilnya model yang rumit membawa dampak bahwa dalam
kenyataannya proses pengambilan keputusan manajemen adalah sebuah proses
yang rumit atau merupakan sebuah proses yang multidimensional dengan
berbagai pola hubungan kausalitas yang berjenjang. Oleh karenanya dibutuhkan
sebuah model sekaligus alat analisis yang mampu mengakomodasi penelitian
multidimensional itu. Berbagai alat analisis untuk penelitian multidimensionalt
elah banyak dikenal diantaranya 1) Analisis faktor eksplaratori, 2) Analisis regresi
berganda, 3) Analisis diskriminan. Alat-alat analisis ini dapat digunakan untuk
penelitian multidimensi, akan tetapi kelemahan utama dari teknik-teknik itu
adalah pada keterbatasannya hanya dapat menganalisis satu hubungan pada
waktu tertentu.
Dalam bahasa penelitian dapat dinyatakan bahwa teknik-teknik itu hanya
dapat menguji satu variable dependen melalui beberapa variable independen.
Padahal dalam kenyataannya manajemen dihadapkan pada situasi bahwa ada
lebih dari satu variable dependen yang harus dihubungkan untuk diketahui
derajat interelasinya. Keunggulan aplikasi SEM dalam penelitian manajemen
adalah karena kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari
sebuah konsep atau factor yang sangat lazim digunakan dalam manajemen serta
kemempuannya untuk mengukur pengaruh hubungan-hubungan yang secara
teoritis ada (Ferdinand, 2000, hal:5). Untuk membuat pemodelan yang lengkap,
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengembangan model berbasis teori Langkah pertama dalam
pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan model
yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Seorang peneliti harus
melakukan serangkaian telaah pustaka yang intens guna mendapatkan
justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan.
Page 123
108
2. Pengembangan diagram alur (Path diagram) untuk menunjukkan hubungan
Kausalitas Path diagram akan mempermudah peneliti melihat hubungan-
hubungan kausalitas yang ingin diuji. Peneliti biasanya bekerja dengan
“construk” atau “factor” yaitu konsep-konsep yang memiliki pijakan teoritis
yang cukup untuk menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Konstruk-
konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen. Konstruk eksogen
dikenal sebagai “source variables” atau “independent variables” yang tidak
diprediksi oleh variable yang lain dalam model. Konstruk endogen adalah
faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen
lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan
konstruk endogen.
3. Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan structural dan
spesifikasi model pengukuran. Setelah teori model teoritis dikembangkan dan
digambarkan dalam sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi
spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian persamaan.
Persamaan spesifikasi model pengukuran yaitu menentukan serangkaian
matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau
variabel.
1. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation), yang menunjukkan
goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi Variabel
Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + error. Dalam populasi
(Hair et al, 1995,p:175). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan
0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan
sebuah close fit dari model yang berdasarkan degreesof freedom (Browne
dan Cudeck, 1993 dalam Ferdinand, 2003, p:53).
Page 124
109
2. GFI (Goodness of Fit Index), adalah ukuran non statistical yang mempunyai
rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfectfit). Nilai yang
tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit.”
3. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), dimana tingkat penerimaan yang
direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih
besar dari 0,90 (Hair et al, 1995, Hulland et al, 1996 dalam Ferdinand, 2000,
p:56)
4. CMIN/DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi
dengan degree of freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi square x2
relatif. Bila nilai x2 relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari
acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam Ferdinand,
2000, p:56).
5. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang
membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model,
dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya
sebuah model adalah > 0,95 (Hair et al, 1995, p.175) dan nilai yang
mendekati 1 menunjukkan a very good fit (Arbuckle, 1997 dalam
Ferdinand,2000,p.57).
6. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, mengindikasikan fit
yang paling tinggi (Arbuckle,1997 dalamFerdinand,2000,p.58).Nilai yang
direkomendasikan adalah CFI lebih besar atau sama dengan 0,95. Sebuah
model dinyatakan layak jika masing-masing indeks tersebut mempunyai cut
of value seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4 Goodness of Fit Indices
Goodness of Fit Index Cut-off Value
c2 – Chi-square <chi square Tabel
Page 125
110
Probability ≥ 0.05
RMSEA ≤ 0.08
GFI ≥ 0.90
AGFI ≥ 0.90
CMIN/DF ≤ 2.00
TLI ≥ 0.95
CFI ≥ 0.95
Sumber: Hair (2006), Arbuckle (1999)
4. Mengintepretasikan dan memodifikasi model
Langkah terakhir dalam SEM adalah menginteprestasikan dan
memodifikasi model. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau
mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat
simetrik (Ferdinand 2002). Modifikasi model pertama kali diuji dengan menguji
standardized residual yang dilakukan oleh model. Cut-off value sebesar 2,58
(Hair et al, 1995, Joreskog, 1993 dalam Ferdinand, A, 2002) dapat digunakan
untuk menilaisignifikan tidaknya residual yang dihasilkan oleh model. Nilai
residual value yang lebih besar atau sama dengan 2,58 diinterprestasikan
sebagai signifikan secara statis pada tingkat 5%, dan residual yang signifikan ini
menunjukan adanya prediction error yang substansial untuk sepasang indikator.
Page 126
111
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
5.1.1 PT. PLN (Persero)
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang
mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur Utamanya
adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan Dirut sebelumnya yang di lantik
menjadi menteri BUMN Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad
ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga
listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan
umum dimulai sejak perusahaan swasta Belanda NV. NIGM memperluas
usahanya di bidang tenaga listrik, yang semula hanya bergerak di bidang gas.
Kemudian meluas dengan berdirinya perusahaan swasta lainnya.
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di
Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk
keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan
perusahaan- perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda
menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada
Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat
berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-
perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober
1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Page 127
112
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga
listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tahun 1914 dibangun pembangkit listrik yang pertama di kota
Makassar menggunakan mesin uap yang dikelola oleh suatu lembaga yang
disebut Electriciteit Weizen dan berlokasi di Pelabuhan Makassar. Dengan
adanya perkembangan kota yang diikuti pula dengan semakin meningkatnya
kebutuhan akan tenaga listrik, maka pada tahun 1925 dibangun Pusat Listrik
Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2 MW di tepi sungai Jeneberang daerah
Pandang-Pandang, Sungguminasa dan hanya mampu beroperasi hingga tahun
1957.
Pada tahun 1946 juga dibangun Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang
berlokasi di bekas lapangan sepakbola Bontoala yang dikelola oleh N. V.
Nederlands Gas Electricitiet Maatschappy (N.V.NEGEM). Pada tahun 1949,
seluruh pengelolaan kelistrikan dialihkan ke N.V. Ovesseese Gas dan Electricitiet
Maatschappy (N.V.OGEM).
Pada tahun 1957 pengusahaan ketenagalistrikan di kota Makassar
dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Makassar, namun wilayah operasi terbatas
hanya di kota Makassar dan daerah luar kota Makassar antara lain Majene,
Bantaeng, Bulukumba, Watampone, dan Palopo. Untuk pusat pembangkitnya
ditangani oleh PLN cabang luar kota dan pendistribusiannya oleh PT. MPS
(Maskapai untuk Perusahaan-perusahaan Setempat). PLN Makassar ini kelak
merupakan cikal bakal PT. PLN (Persero) Wilayah VIII sebagaimana yang kita
kenal dewasa ini. Kemudian pada tahun 1961, PLN Pusat membentuk unit PLN
Eksploitasi VI dengan wilayah kerja meliputi Propinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara yang berkedudukan di Makassar. Dengan dikeluarkannya
Page 128
113
Surat Edaran PLN Pusat No. 078/PTS/1967 tentang klasifikasi dalam organisasi
sebagai cabang. Oleh karena itu, berdasarkan Surat Keputusan Pemimpin PLN
Eksploitasi No. 001/L.VI/1968 tanggal 08 Januari 1968 PLN Cabang Luar Kota
dibubarkan dan peraturan serta segala sesuatunya diserahkan untuk ditangani
oleh PLN Eksploitasi VI. PLN Eksploitasi VI terus berkembang dan selain
membawahi beberapa PLTD juga membawahi beberapa PLN cabang Makassar
serta PLTU Tello yang diresmikan pada tahun 1971. PLN cabang Makassar
membawahi unit-unit kerja antara lain Ranting Sengkang, Watampone, Kendari
serta satu unit sentral pembangkit Bontoala.
Pada tahun 1972 pemerintah RI telah mengeluarkan PP No. 18 Tahun
1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara yang mempunyai arti penting
bagi PLN karena merupakan dasar hukum perusahaan, statusnya dari
Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Umum. Pada tanggal 21 Maret 1973
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.
01/PRT/1973 tentang struktur organisasi dan pembagian tugas Perusahaan
Umum Listrik Negara, maka PLN Eksploitasi VI berubah menjadi PLN Eksploitasi
VIII. Sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri tersebut, Direksi Perum Listrik
Negara mengeluarkan keputusan No. 05/DIR/1973 tanggal 20 Oktober 1973
tentang struktur organisasi dan tugas-tugas pokok Perum Listrik Negara
eksploitasi VIII yang didalamnya terdapat unit-unit pelaksana yaitu Sektor Tello
dan Cabang Makassar.
Pada tahun 1975, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
mengeluarkan Peraturan Menteri No. 013/PRT/1975 sebagai pengganti
Peraturan Menteri No. 01/PRT/1973 yang didalamnya disebutkan bahwa
perusahaan mempunyai unsur pelaksana yaitu Proyek PLN Wilayah. Oleh
karena itu, Direksi Perum Listrik Negara menetapkan SK No. 010/DIR/1976 yang
Page 129
114
mengubah sebutan PLN Eksploitasi VIII menjadi PLN Wilayah VIII. Direksi Perum
Listrik Negara juga menetapkan reorganisasi dan sekarang membawahi delapan
cabang, dua sektor dan satu Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B)
Sistem Sulawesi Selatan dan Area Pengaturan Distribusi (APD). Seiring dengan
perkembangan dan kebutuhan akan tenaga listrik, PLN Wilayah VIII semakin
menetapkan diri sebagai perusahaan yang handal dalam mutu dan pelayanan
penyediaan tenaga listrik.
Pada tahun 1994 PLN Wilayah VIII diubah statusnya menjadi Persero
maka juga berubah namanya menjadi PT. PLN (Persero) Wilayah VIII
berdasarkan PP No. 23 Tahun 1994. Perubahan ini mengandung arti bahwa PLN
semakin dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Sejalan dengan
kebijakan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan, PT. PLN (Persero) Wilayah VIII
diarahkan menjadi Strategic Business Unit/Investment Center dan sebagai tindak
lanjut, sesuai dengan keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No. 01.
K/010/DIR/2001 tanggal 08 Januari 2001, PT. PLN (Persero) Wilayah VIII
berubah menjadi PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Dan pada tahun 2006 berubah menjadi PT. PLN (Persero) Wilayah Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.
5.1.2 PT. Pertamina (Persero)
PT. Pertamina (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang energi, petrokimia dan usaha lain, baik di dalam maupun di
luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar. PT. Pertamina (Persero)
adalah perusahaan minyak dan gas dalam negeri (Perusahaan Minyak
Nasional), yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.
PERMINA. Nama perusahaan diubah setelah melakukan merger pada tahun
1968 menjadi PN PERTAMINA. Dibawah undang-undang No. 8 dari 1971
Page 130
115
perusahaan menjadi PT. Pertamina (Persero) (Perusahaan Tambang Minyak
Nasional). Nama ini berlaku sampai PT. Pertamina (Persero) mengubah status
hukumnya menjadi perusahaan persero yang sekarang dikenal dengan nama
PT. Pertamina (Persero) pada tanggal 9 Oktober 2003.
Sebagai lokomotif perekonomian bangsa Pertamina merupakan
perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas
serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat
berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi.
Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan
salah satu komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran
strategis dalam perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan
saat ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan
alternatif baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisatif dalam
memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan
sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini
dijalankannya, Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk mewujudkan visi
perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.
PT. Pertamina (Persero) menggunakan landasan yang kokoh dalam
melaksanakan kiprahnya untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan
menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang sesuai dengan standar global best
practice, serta dengan mengusung tata nilai korporat yang telah dimiliki dan
dipahami oleh seluruh unsur perusahaan, yaitu Clean, Competitive, Confident,
Customer-focused, Commercial dan Capable. Seiring dengan itu Pertamina juga
senantiasa menjalankan program sosial dan lingkungannya secara terprogram
Page 131
116
dan terstruktur, sebagai perwujudan dari kepedulian serta tanggung jawab
perusahaan terhadap seluruh stakeholder-nya.
PT. Pertamina (Persero) menetapkan enam tata nilai perusahaan yang
dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan.
Keenam tata nilai perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut:
1. Clean (Bersih). Dikelola secara profesional, menghindari benturan
kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan
integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif). Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun
internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun
budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya diri). Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional,
menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan
bangsa.
4. Customer Focus (Fokus pada Pelanggan). Berorientasi pada kepentingan
pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial). Menciptakan nilai tambah dengan orientasi
komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang
sehat.
6. Capable (Berkemampuan). Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang
profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
Di Indonesia, PT. Pertamina (Persero) memiliki delapan wilayah
pemasaran atau disebut dengan Marketing Operation Region (MOR), yaitu:
a. Region Pemasaran I: Pertamina MOR I – Medan Sumatra Utara
Page 132
117
b. Sales Area Sumatra Bagian Selatan: Pertamina MOR II - Plaju – Palembang
c. Region Pemasaran III: Pertamina MOR III – Jakarta Pusat
d. Sales Area Jawa Bagian Tengah: Pertamina MOR IV – Semarang
e. Region Pemasaran V: Pertamina MOR V – Surabaya
f. Region Pemasaran VI: Pertamina MOR VI – Balikpapan
g. Region Pemasaran VII: Pertamina MOR VII – Makassar
h. Sales Area Maluku Papua: Pertamina MOR VIII – Ambon – Maluku
5. 1.2.1 Produk PT. Pertamina
Sebagai perusahaan tambang dan minyak terbesar di Indonesia PT.
Pertamina memiliki produk yang banyak digunakan masyarakat Indonesia, yaitu:
a. Pertamax. Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan (unleaded)
beroktan tinggi hasil penyempurnaan produk pertamina sebelumnya.
Formula barunya yang terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi
memastikan mesin berkendaraan bermotor berkerja dengan baik, dan lebih
bertenaga “knock free”, rendah emisi dan memungkinkan menghemat
pemakaian bahan bakar. Pertamax bertujuan untuk kendaraan yang
mempersyaratkan penggunaan bahan baku beroktan tinggi dan tanpa timbal
(unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang
diproduksi diatas tahin 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi
setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters.
b. Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan
yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang
paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh
Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari
APBN. Premium merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane
Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya,
Page 133
118
yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor
tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline
atau petrol.
c. Bio Solar adalah bahan bakar campuran untuk mesin diesel yang terdiri dari
minyak hayati non fosil ( bio fuel ) – sebesar 5 (lima) persen minyak kelapa
sawit atau CPO ( Crude Palm Oil ) yang telah dibentuk menjadi Fatty Acid
Methyl Ester (FAME) dan 95 persen solar murni bersubsidi. Bahan bakar ini
secara bertahap akan mengurangi peran solar.
d. Bahan Bakar Gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan dan aman,
bersih andal, murah, dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
4/23/2015 Pembentukan Minyak Bumi Apakah Minyak Bumi itu ? Dalam
kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan sumber energi sebagai
bahan bakar di antaranya: batu bara, bensin, minyak tanah, minyak diesel,
solar LPG, lilin dsb. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari minyak bumi.
Berdasarkan teori, minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik
(mikroorganisme) yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun
yang lalu.
5. 1.2.2 Profil PT. Pertamina (Persero) Region VII
PT. Pertamina (Persero) Region VII Makassar atau yang biasa disebut
PT. Pertamina (Persero) MOR VII Makassar, merupakan satu dari delapan unit
operasi pemasaran di lingkungan Direktorat Pemasaran dan Niaga (Dit. PDN)
PT. Pertamina (Persero) (Persero) yang dibentuk oleh Kantor Pusat
PERTAMINA tanggal 30 Oktober 1978 dengan Direktur Utama PT PERTAMINA
Joede Sumbono dan dimiliki 100% sahamnya oleh pemerintah. PT. Pertamina
(Persero) MOR VII Makassar merupakan salah satu wilayah pemasaran yang
Page 134
119
berada di Area Sulawesi Bagian Selatan yang terletak di JL. Garuda No 1,
Makassar.
Pada awalnya unit ini disebut Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam
Negeri UPPDN), memiliki wilayah yang cukup luas mencakup wilayah Sulawesi,
Nusa Tenggara, Timor-Timur, Maluku dan Irian Jaya. Namun demikian sejalan
dengan semakin tingginya permintaan BBM dan pertumbuhan pembangunan di
Kawasan Indonesia Timur, maka pemekaran dari Unit Pembekalan tersebut perlu
dilakukan agar lebih terlokalisir pada suatu wilayah. Saat ini MOR VII hanya
meliputi wilayah Sulawesi yaitu 7 provinsi yaitu provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Sejak 1987 – 2005, MOR VII menyalurkan produk BBM bersubsidi yang
merupakan penugasan pemerintah nirlaba berdasarkan UU No. 8 tahun 1971
dengan sistem cost dan fee. Penentuan BBM bersubsidi yang disalurkan yaitu
berdasarkan pembahasan Pemerintah dan DPR, sehingga MOR VII menyalurkan
BBM bersubsidi sesuai kuota yang diterima dari Direksi PERTAMINA. Selain itu,
MOR VII juga memasarkan produk-produk Non Subsidi yang berorientasikan
laba. MOR VII mendapatkan suplai / pasokan dari kilang – kilang utama di dalam
negeri seperti Kilang Balikpapan, Kilang Balongan, Kilang Plaju dan Kilang
Cilacap.
5.1.3 PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
Secara efektif keberadaan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mulai
sejak penandatanganan Anggaran Dasar Perusahaan oleh Sekjen Dephub
berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH No 7 tanggal 1 Desember 1992.
Menilik perkembangan kebelakang di masa awal pengelolaannya, PT Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan
Page 135
120
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang semakin
maju.
Tahun 1957-1960
Pada masa awal kemerdekaan, pengelolaan pelabuhan berada dibawah
koordinasi Djawatan Pelabuhan. seiring dengan adanya nasionalisasi terhadap
perusahaan-perusahaan milik Belanda dan dengan dikeluarkannya PP No.
19/1960, maka status pengelolaan pelabuhan dialihkan dari Djawatan Pelabuhan
berbentuk badan hukum yang disebut Perusahaan Negara. (PN)
Tahun 1960-1963
Berdasarkan PP No. 19 tahun 1960 tersebut pengelolaan pelabuhan umum
diselenggarakan oleh PN pelabuhan I-VIII. Di kawasan Timur Indonesia sendiri
terdapat 4 (empat)PN Pelabuhan yaitu : PN Pelabuhan Banjarmasin, PN
Pelabuhan Makassar, PN Pelabuhan Bitung dan PN Pelabuhan Ambon.
Tahun 1964-1969
Pada masa order baru, pemerintah mengeluarkan PP 1/1969 dan PP 19/1969
yang melikuidasi PN Pelabuhan menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP)
yang di pimpin oleh Administrator Pelabuhan sebagai penanggung jawab tunggal
dan umum di pelabuhan.
Tahun 1969 - 1983
Pengelolaan Pelabuhan dalam likuiditas dilakukan oleh Badan Pengusahaan
Pelabuhan (BPP) berdasarkan PP 1/1969 dan PP 18/1969. Dengan adanya
penetapan itu, pelabuhan dibubarkan dan Port Authority digantikan oleh BPP.
Tahun 1983 - 1992
Status pelabuhan dalam likuidasi yang di kenal dengan BPP berakhir dengan
keluarnya PP 11/1983 dan PP 17/1983 yang menetapka bahwa pengelolaan
Page 136
121
pelabuhan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk
Perusahaan Umum (Perum).
Tahun 1992 – sekarang
Dilandasi oleh pertimbangan peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan
serta dengan melihat perkembangan yang dicapai oleh perum pelabuhan IV,
pemerintah menetapkan melalui PP 59/1991 bahwa pengelolaan pelabuhan di
wilayah Perum Pelabuhan IV dialihkan bentuknya dari Perum menjadi (Persero).
selanjutnya Perum Pelabuhan Indonesia Iv beralih menjadi PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia IV. Sebagai Persero, pemilikan saham PT Pelabuhan
Indonesia IV yang berkantor pusat di jalan Soekarno No. 1 Makassar
sepenuhnya dikuasai oleh Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Republik
Indonesia dan pada saat ini telah di alihkan ke Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).
5.1.4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
PT. TELKOM, Tbk adalah Suatu Badan Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang jasa Telekomunikasi. PT. TELKOM menyediakan sarana
dan jasa layanan Telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai
kepelosok daerah di seluruh Indonesia. Sejarah PT. TELKOM di Indonesia
pertama kali berawal dari sebuah badan usaha swasta penyediaan layanan pos
dan telegrap yang didirikan kolonial Belanda pada tahun 1882. Pada tahun 1905
pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan Telekomunikasi sebanyak
tiga puluh delapan perusahaan. Kemudian Pada tahun 1906 pemerintah Hindia
Belanda membentuk suatu jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph
en Telephone Dienst/ PTT).
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, (Telkom) Saat ini sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (53,6%), dan 46,4% dimiliki oleh Publik, Bank of New
Page 137
122
York, dan Investor dalam Negeri. Telkom mempunyai 13 anak perusahaan.
Telkom telah melayani lebih dari 151,9 juta pelanggan yang terdiri dari seluler
(Telkomsel) lebih dari 125 juta dan pelanggan tetap 25,8 juta.
Perusahaan ini menyediakan berbagai layanan komunikasi lainnya
termasuk interkoneksi jaringan telepon, multimedia, data dan layanan terkait
komunikasi internet, sewa transponder satelit, sirkit langganan, televisi berbayar
dan layanan VoIP. Perusahaan yang memiliki visi menjadi perusahaan yang
unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media,
Edutainment dan Services (“TIMES”) di kawasan regional ini telah mendominasi
lebih dari 60 persen pangsa pasar broadband Indonesia. Artinya Telkom sudah
memiliki lebih dari 19 juta pelanggan broadband. Telkom memiliki kapasitas
gateway internet lebih dari 106,4 Gbps. Perusahaan ini selalu berusaha
memastikan kecukupan gateway internet guna memenuhi kebutuhan konsumen
baik dari fixed broadband maupun mobile Broadband.
Dalam jangka panjang Telkom akan terus berinovasi guna meningkatkan
pendapatan perusahaan di tengah-tengah persaingan bisnis yang semakin
sengit. Perusahaan berencana untuk mengembangkan usaha kecil dan
menengah menjadi perusahaan dengan skala besar serta meluncurkan produk-
produk baru melalui kerjasama dengan mitra perusahaan. Kerja keras yang
dilakukan Telkom terbukti dengan meningkatnya jumlah pelanggan broadband
hingga mencapai 10,5 juta pelanggan tercatat pada 31 Desember 2011. Angka
ini meningkat sebesar 64,3%. Peningkatan juga terjadi pada layanan seluler
yang naik hingga mencapai 107 juta pelanggan atau naik sekitar 13,8%.
Unit-unit bisnis PT. TELKOM Indonesia, Tbk terdiri dari Divisi, Centre,
Yayasan dan Anak Perusahaan. Adapun divisi yang tersedia di PT. TELKOM
yaitu:
Page 138
123
1. Divisi Long Distance
2. Carrier dan Interconnection Service
3. Divisi Multimedia(DMM):
4. Divisi Fixed Wireless Network
5. Divisi Enterprise Service
6. Divisi Regional I – Sumatera
7. Divisi Regional II – Jakarta
8. Divisi Regional III – Jawa Barat
9. Divisi Regional IV – Jawa Tengah dan Yogyakarta
10. Divisi Regional V- Jawa Timur
11. Divisi Regional VI - Kalimantan
12. Divisi Regional VII – Kawasan Timur Indonesia
13. Carrier Development Support Centre
14. Management Consulting Centre
15. Construction Centre
16. Community Development Centre (CDC)
17. Divisi Telkom Barat (DTB) & Divisi Telkom Timur (DTT)
18. Divisi Infratel (Infrastruktur Telekomunikasi)
5. 1.4.1 Kegiatan dan Perkembangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Telkom Indonesia berfokus pada layanan Telecommunication,
Information, Media, Edutainment and Services (TIMES) dan berkomitmen
mempelopori masyarakat digital di Indonesia. Telkom mempunyai grand strategy
menuju sustainable competitive growth dengan sasaran pertumbuhan organik
meliputi layanan konsumer, layanan enterprise, dan layanan wholesale dan
internasional, yang didukung oleh 10 juta sambungan POTS dan 5 juta
sambungan Indihome. Serta pertumbuhan inorganik yang diraih dengan
Page 139
124
pengembangan bisnis baru, pengelolaan portofolio strategis, serta membangun
sinergi antara perusahaan dan entitas anak perusahaan. PT. Telkom Indonesia
dalam jangka panjang akan terus berinovasi guna meningkatkan pendapatan
perusahaan di tengah-tengah persaingan bisnis yang semakin sengit.
Perusahaan berencana untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah
menjadi perusahaan dengan skala besar serta meluncurkan produk-produk baru
melalui kerjasama dengan mitra perusahaan.
Telkom juga berkembang melalui anak perusahaan antara lain PT
Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Multimedia Nusantara (Metra), PT
Telekomunikasi Indonesia International (TII/Telin), PT PINS Indonesia
(PINS/Pramindo), PT Infomedia Nusantara (Infomedia), PT Dayamitra 6
Telekomunikasi (Mitratel/Dayamitra), PT Indonusa Telemedia (TelkomVision), PT
Graha Sarana Duta (TelkomProperty/GSD), dan PT Napsindo Primatel
Internasional (Napsindo). Pada pertengahan tahun 2013, Telkom Grup akan
membangun Device-Network-Application (DNA) guna melahirkan teknologi
broadband dengan kualitas baik di Indonesia. Dengan ini nantinya Telkom akan
membawa negara Indonesia menjadi negara maju dalam teknologi informasi di
dunia melalui teknologi broadband-nya.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan layanan telekomunikasi,
informatika serta optimalisasi sumber daya perusahaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang meliputi :
1. Usaha Utama
a. Mengoperasikan, memasarkan atau menjual atau menyewakan, dan
memelihara jaringan telekomunikasi, dan informatika dalam arti yang
Page 140
125
seluas-luasnya dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan.
b. Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau
menjual, dan meningkatkan layanan jasa telekomunikasi, dan informatika
dalam arti yang seluas-luasnya dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Usaha Penunjang
a. Menyediakan layanan transaksi pembayaran, dan pengiriman uang
melalui jaringan telekomunikasi dan informatika.
b. Menjalankan kegiatan, dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber
daya yang dimiliki Perusahaan, antara lain pemanfaatan aset tetap, dan
aset bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan
pelatihan, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
Asal mula berdirinya Perusahaan Perseroan Telekomunikasi dimulai pada
tahun 1884 No. 52 tentang “Post en Telegraafdients” . Pada tahun 1906 melalui
Staatsblad No. 395, badan ini diubah menjadi “ Post Telegraaf en Telefondients”
atau disingkat PTT dan semenjak itu disebut PTT Dients. Perkembangan telkom
memasuki situasi kompetisi ketika pemerintah menghapus monopoli
penyelenggaraan telekomunikasi pada tahun 1999 dengan diberlakukannya
Undang – Undang No.36 tahun 1999. Pada tahun 2001, PT. Telkom membeli
35% saham Telkomsel dari PT. Indosat sebagai bagian dari implementasi
restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan
penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara PT. Telkom
dengan PT. Indosat. Dengan transaksi ini, PT. Telkom menguasai 72,72%
saham Telkomsel. PT. Telkom juga membeli 90,32% saham Dayamitra dan
Page 141
126
mengkonsolidasikan laporan keuangan Daya mitra ke dalam laporan keuangan
PT. Telkom.
PT. Telkom juga mempunyai anak perusahaan seperti, Telkomsel,
Telkomvision/Indonusa, Infomedia, Graha Sarana Duta (GSD), Patrakom,
Bangtelindo, PT FINNET Indonesia. Berikut layanan Telekomunikasi PT. Telkom:
a) Telepon
a. Telepon tetap (PSTN), layanan telepon tetap yang hingga kini masih
menjadi monopoli TELKOM Indonesia.
b. Telkom Flexi, layanan telepon fixed wireless CDMA.\
b) Data/Internet
a. TELKOMNet Instan, layanan akses internet dial up.
b. TELKOMNet Astinet, layanan akses internet berlangganan dengan
fokus perusahaan
c. Speedy, layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band)
menggunakan teknologi ADSL.
d. e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, TELKOMWeb
Kiostron, TELKOMWeb Plazatron)
e. Solusi Enterprise-INFONET
f. TELKOMLink DINAccess
5. 1.4.2 Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia Divre VII
Salah satu implementasi dan restrukturisasi internal TELKOM pada tahun
1995 adalah dibentuknya unit usaha utama Divre VII atau yang dikenal dengan
sebutan TELKOM Divre VII Nangurakamuri. Nangurakamuri adalah singkatan
dari beNANG Untaian mutiaRA KAwasan tiMUR Indonesia.TEL KOM Divre VII ini
merupakan divisi Regional terluas daerah operasinya yang meliputi Sulawesi,
Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara Makassar dipilih sebagai lokasi kantor
Page 142
127
Divre VII , karena posisinya yang cukup strategis sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Wilayah pelayanan Divre VII dibagi
menjadi 1 kantor Divisi Regional yang berkedudukan di Makassar, Sulawesi
Selatan, dan 7 Kantor Daerah Telekomunikasi (KANDATEL), serta 20 Kantor
Operasional Telekomunikasi (KANOPTEL).
Area Geografis Telkom Divre VII Area geografis Telkom Divre VII meliputi
Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur.
Untuk mempercepat pembangunan dan untuk mengatasi pendanaannya,
maka TELKOM “merangkul” swasta dalam pembangunan prasarana jaringan,
penyediaan jasa-jasa khusus dan pelaksanaan operasinya. Partisipasi swasta
sampai saat ini dikenal dengan bentuk Pola Bagi Hasil (PBH), Perusahaan
Patungan dan Kerjasama Operasi (KSO). KSO merupakan organisasi kemitraan
yang tidak membentuk suatu badan hukum, namun tetap sebagai suatu divisi
dan TELKOM PT. Telkom Divre VII mengadakan kerjasama operasi dengan PT.
Bukaka Singtel Indonesia (BSI) Makassar, dengan perjanjian KSO Nomor 225
810/ UTA-00/1995.
Peran Divre VII diperlakukan sebagai profit center yang bertanggung
jawab atas pencapaian laba sebesar-besarnya di seluruh area bisnisnya melalui
peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan pasar. Adapun Visi PT.
TELKOM DIVRE VII, adalah menjadi perusahaan penyedia jasa layanan dan
jaringan telekomunikasi dan informasi terbaik di Indonesia Kawasan Timur
(IKAT), dan misinya adalah memberikan jasa layanan dan jaringan
telekomunikasi dan informasi yang berkualitas demi kepuasan pelanggan,
Page 143
128
karyawan dan pemilik perusahaan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia Kawasan Timur (IKAT).
5.1.5. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
5.1.5.1. Profil PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Cabang Makassar yang dikenal
dengan call name “Bank BNI” didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Bank BNI
semula berfungsi sebagai Bank Sentral.Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
tahun 1949, Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat mengubah fungsi Bank
BNI menjadi Bank Umum.Mulai saat itu Bank BNI mengarahkan usahanya untuk
mendukung pembangunan sektor ekonomi. Setelah resmi berubah menjadi bank
umum tanggal 15 September 1950, guna mendukung pengembangan ekspor
nasional, pemerintah menunjuk Bank BNI sebagai Bank Devisa.
Sebagai langkah antisipasi terhadap deregulasi sektor perbankan
(Pakjun1983-Pakto 1988), Bank BNI telah melakukan restrukturisasi usaha
secaramenyeluruh guna lebih adaptif dan fleksibel terhadap tingkat persaingan
danperkembangan pasar saat itu. Pada tangga) 25 Nopember 1996 Bank BNI
menjadibank pemerintah pertama yang menjadi perusahaan publik dengan
mencatatkansahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Memasuki pertengahan tahun 1997 Bank BNI tidak luput dari dampak
negatif akibat krisis ekonomi yang tengah melanda kawasan Asia. Beratnya
dampak tersebut ditunjukkan oleh kerugian yang cukup besar ditahun 1998 dan
tahun 1999 (Rp.43,6triliun dan Rp.13,2 triliun). Tingginya angka kredit
bermasalah dan negative spread menjadi faktor yang dominan dalam
menurunkan tingkat keuntungan (profitabilitas) dan kesehatan (solvabilitas) bank
secara signifikan.
Page 144
129
Pada posisi per 31 Desember 1999 Bank BNI tercatat menjadi salah satu
bank terbesar di Indonesia dengan asset sebesar Rp.97,72 triliun didukung oleh
14.738 karyawan, 12 kantor wilayah dan 628 kantor cabang. Bank BNI juga
memiliki 6 kantor cabang luar negeri dengan dukungan sekitar 800 bank
koresponden menjadikan Bank BNI sebagai bank domestik dengan jaringan
Internasional yang luas.
5.1.5.2. Produk PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
Bank BNI adalah salah satu bank milik pemerintah (BUMN) yang mampu
menjawab setiap kebutuhan nasabahnya. Kebutuhan itu berupa layanan
menabung, pinjaman, jaminan keamanan bertransaksi, fitur-fitur terkini
perbankan lewat pemanfaatan teknologi informasi, layanan investasi jangka
panjang dan sebagainya. Semua layanan tersebut sudah sesuai dengan motto
yang diusungnya yaitu "Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa. Beberapa produk
yang cukup banyak digunakan para nasabah antara lain:
1. Produk Simpanan diantaranya yang cukup populer :
BNI Taplus. BNI Taplus adalah produk simpanan yang menawarkan
kepada para nasabahnya layanan PLUS berupa fitur dan manfaat yang
beragam. Fitur dan manfaat itu antara lain : suku bunga progresif yang
terus bertambah, bisa menyetor ataupun menarik tunai secara online di
semua kantor cabang bank BNI, tersedia program undian berhadiah,
mendapatkan fasilitas kartu ATM, SMS banking, internet banking, mobile
banking dan sebagainya.
BNI Haji. BNI Haji merupakan produk tabungan yang khusus
dipersiapkan untuk biaya berangkat haji. Dengan tabungan ini maka
akan mendapatkan gratis premi asuransi jiwa dengan nilai sebesar
Page 145
130
jumlah BPIH plus memperoleh beasiswa bagi ahli waris hingga Rp.30
juta.
BNI Giro. BNI Giro. Sebagai produk keuangan yang dapat diandalkan
untuk keperluan bisnis ataupun keluarga dengan berbagai fitur
menguntungkan. Semua rekening BNI Giro dijamin oleh LPS (Lembaga
Penjamin Simpanan) dan bisa dibuka dengan mata uang Rupiah atau
valuta asing.
BNI Deposito. BNI Deposito adalah produk tabungan berjangka yang
aman serta bunga yang cukup kompetitif. Menariknya produk bank BNI
ini salah satunya adalah bisa digunakan sebagai jaminan kredit.
2. Produk Pinjaman, diantaranya yang cukup populer:
BNI Griya. BNI Griya merupakan produk pinjaman untuk pembelian
rumah, rusun, ruko, rukan, apartemen, villa dan bahkan kavling tanah.
Dengan minimal pinjaman Rp.15 juta dengan maksimal mencapai 5
milyar Rupiah tentunya produk BNI yang satu ini bisa diandalkan untuk
mewujudkan impian nasabah dalam urusan properti.
BNI Oto. BNI Oto merupakan fasilitas pinjaman pembelian motor atau
mobil yang cukup praktis dengan plafon mulai Rp.5 juta hingga Rp.5
milyar.
3. Produk kartu debit. Bermacam pilihan kartu Debit BNI sebagai sarana
bertransaksi secara nyaman dan aman.
4. Produk kartu kredit. Produk kartu kredit Berupa kartu kredit BNI Silver dan
Gold baik Visa maupun Mastercard.
5. Layanan e-banking BNI. Terdiri dari BNI ATM, SMS banking BNI, Internet
banking BNI, phone banking dan layanan gerak.
Page 146
131
6. Layanan Priority banking BNI Meliputi layanan Emerald, produk investasi
dan produk asuransi.
5.2. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini akan dijelaskan karakteristik karyawan yang
merupakan responden dari beberapa perusahaan BUMN. Karakteristik yang
dimaksud adalah mengungkapkan identitas responden yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, pendidikan, dan masa kerja dan diperoleh melalui penyebaran
kuisioner yang dibagi dengan jumlah 315 kuisioner. Dimana kuisioner yang
berhasil dikumpulkan sebanyak 255. Berikut akan diuraikan secara rinci dari 255
kuisioner.
5.2.1. Karakteristik Responden PT. PLN (Persero)
Karyawan yang merupakan responden pada PT. PLN (Persero) berjumlah
48 orang dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir dan masa kerja yang diuraikan pada tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Responden PT. PLN (Persero)
Kategori Keterangan Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 36 75,0
Perempuan 12 25,0
Total 48 100
Usia
< 29 tahun 2 4,2
30-39 tahun 16 33,3
40-49 tahun 27 56,3
> 50 tahun 3 6,3
Total 48 100
Pendidikan Terakhir
SMU 3 6,3
D3 2 4,2
S1 34 70,8
S2 9 18,8
Total 48 100
Masa Kerja
< 9 tahun 6 12,5
10 - 19 tahun 25 52,1
20 – 29 tahun 16 33,3
> 30 tahun 1 2,1
Total 48 100
Sumber: Data Primer diolah (2017)
Page 147
132
Dari hasil penelitian seperti yang digambarkan pada tabel 5.1 dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah
karyawan laki-laki terdiri 36 orang atau 75,0% dan perempuan 12 atau
25,0%. Hal ini menunjukkan karyawan dengan jenis kelamin laki-laki masih
mendominasi dunia kerja pada perusahaan BUMN khususnya pada PT. PLN
(Persero).
b. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan jumlah karyawan
pada cakupan usia di bawah 29 tahun sebanyak 2 orang atau 4,2%, usia 30
- 39 tahun sebanyak 16 orang atau 33,3%, usia 40 – 49 sebanyak 27 orang
atau 56,3% dan usia di atas 50 tahun sebanyak 3 orang atau 6,3%. Hal ini
menggambarkan bahwa responden terbesar didominasi oleh kelompok usia
yang berada pada kisaran usia antara 40 sampai 49 tahun. Faktor usia
mengindikasikan bahwa usia mempengaruhi tingkat kepuasan kerja serta
kematangan seseorang dalam bekerja.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi profesionalisme seorang karyawan dalam
bekerja serta upaya seseorang karyawan dalam meningkatkan kinerjanya
(Judge and Bretz, 1994). Karakteristik responden pada PT. PLN (Persero)
berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan jumlah karyawan dengan
tingkat pendidikan SMU sebanyak 3 orang atau 6,3%, karyawan dengan
tingkat pendidikan Diploma 3 sebanyak 2 orang atau 4,2%, karyawan
dengan tingkat pendidikan S1 masih mendominasi lingkungan kerja PT. PLN
Page 148
133
(Persero) yaitu sebanyak 34 orang atau 70,8% dan karyawan yang telah
memiliki gelar magister atau S2 sebanyak 9 orang atau 18,8%.
d. Masa Kerja
Karyawan yang memiliki masa kerja yang lama akan menimbulkan kesetiaan
loyalitas terhadap organisasi dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
meningkatkan kinerja. Karyawan yang mengabdi PT. PLN (Persero) dengan
masa kerja di bawah 9 tahun sebanyak 6 orang atau 12,5%, karyawan
dengan masa kerja antara 10 – 19 tahun didominasi oleh karyawan
sebanyak 25 orang atau 52,1%, karyawan yang bekerja antara 20 – 29
tahun sebanyak 16 orang atau 33,3% dan paling sedikit yaitu hanya 1 orang
atau 2,1% dengan masa kerja 30 tahun.
5.2.2. Karakteristik Responden PT. Pertamina (Persero) Region VII
Karyawan yang merupakan responden pada PT. Pertamina (Persero)
Region VII berjumlah 47 orang dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir dan masa kerja yang diuraikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden PT. Pertamina (Persero) Region VII
Kategori Keterangan Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 33 70,2
Perempuan 14 29,8
Total 47 100
Usia
< 29 tahun 1 2,1
30-39 tahun 29 61,7
40-49 tahun 11 23,4
> 50 tahun 6 12,8
Total 47 100
Pendidikan
SMU 3 6,4
D3 6 12,8
S1 32 68,1
S2 6 12,8
Total 47 100
Masa Kerja
< 9 tahun 19 40,4
10 - 19 tahun 19 40,4
20 – 29 tahun 8 17,0
> 30 tahun 1 2,1
Total 47 100
Sumber: Data Primer diolah (2017)
Page 149
134
Dari hasil penelitian seperti yang digambarkan pada tabel 5.2 dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah
karyawan laki-laki terdiri 33 orang atau 70,2% dan perempuan 14 atau
29,8%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi karyawan dengan jenis
kelamin perempuan masih rendah dan karyawan dengan jenis kelamin laki-
laki masih mendominasi dunia kerja pada perusahaan BUMN khususnya
pada PT. Pertamina (Persero) Region VII.
b. Usia
Tingkat usia dan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja serta kematangan
seseorang dalam bekerja. Karakteristik karyawan yang bekerja pada PT.
Pertamina (Persero) Region VII berdasarkan usia menunjukkan bahwa
karyawan yang berusia di bawah 29 tahun sebanyak 1 orang atau 2,1%, usia
30 - 39 tahun sebanyak 29 orang atau 61,7%, usia 40 – 49 sebanyak 11
orang atau 23,4% dan usia di atas 50 tahun sebanyak 6 orang atau 12,8%.
Hal ini menggambarkan bahwa responden terbesar didominasi oleh
kelompok usia yang berada pada kisaran usia antara 30 sampai 39 tahun
atau usia di bawah 40 tahun yang merupakan kategori usia produktif masih
mendominasi lingkungan kerja PT. Pertamina (Persero) Region VII.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi profesionalisme seorang karyawan dalam
bekerja serta upaya seseorang karyawan dalam meningkatkan kinerjanya
(Judge and Bretz, 1994). Karakteristik responden pada PT. Pertamina
(Persero) Region VII berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan jumlah
karyawan dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 3 orang atau 6,4%,
Page 150
135
karyawan dengan tingkat pendidikan Diploma 3 sebanyak 6 orang atau
12,8%, karyawan dengan tingkat pendidikan S1 masih mendominasi
lingkungan kerja PT. Pertamina (Persero) yaitu sebanyak 32 orang atau
68,1% dan karyawan yang telah memiliki gelar magister atau S2 masih
sedikit jumlahnya yaitu sebanyak 6 orang atau 12,8%.
d. Masa Kerja
Karyawan yang memiliki masa kerja yang lama akan menimbulkan kesetiaan
loyalitas terhadap organisasi dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
tidak meninggalkan perusahaan. Karyawan yang mengabdi PT. Pertamina
(Persero) Region VII dengan masa kerja di bawah 9 tahun didominasi oleh
karyawan sebanyak 19 orang atau 40,4%, karyawan dengan masa kerja
antara 10 - 19 tahun sebanyak 19 orang atau 40,4%, karyawan yang bekerja
antara 20 – 29 tahun sebanyak 8 orang atau 17,0% dan paling sedikit yaitu
hanya 1 orang atau 2,1% dengan masa kerja 30 tahun.
5.2.3. Karakteristik Responden PT. Pelindo IV
Karyawan yang merupakan responden pada PT. Pelindo IV berjumlah 56
orang dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir
dan masa kerja yang diuraikan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Karakteristik Responden PT. Pelindo IV
Kategori Keterangan Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 40 71,4
Perempuan 16 28,6
Total 56 100
Usia
< 29 tahun 8 14,3
30-39 tahun 9 16,1
40-49 tahun 24 42,9
> 50 tahun 15 26,8
Total 56 100
Pendidikan
SMU 0 0,0
D3 10 17,9
S1 29 51,8
S2 17 30,4
Total 56 100
Page 151
136
Masa Kerja
< 9 tahun 14 25,0
10 - 19 tahun 11 19,6
20 -29 tahun 26 46,4
> 30 tahun 5 8,9
Total 56 100
Sumber: Data Primer diolah (2017)
Dari hasil penelitian seperti yang digambarkan pada tabel 5.3 dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah
karyawan laki-laki terdiri 40 orang atau 71,4% dan perempuan 16 atau
28,6%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi karyawan dengan jenis
kelamin perempuan masih rendah dan karyawan dengan jenis kelamin laki-
laki masih mendominasi dunia kerja pada perusahaan BUMN khususnya
pada PT. Pelindo IV.
b. Usia
Tingkat usia dan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja serta kematangan
seseorang dalam bekerja. Karakteristik karyawan yang bekerja pada PT.
Pelindo IV berdasarkan usia menunjukkan bahwa karyawan yang berusia di
bawah 29 tahun sebanyak 8 orang atau 14,3%, usia 30 - 39 tahun sebanyak
9 orang atau 16,1%, usia 40 – 49 sebanyak 24 orang atau 42,9% dan usia di
atas 50 tahun sebanyak 15 orang atau 26,8%. Hal ini menggambarkan
bahwa responden terbesar didominasi oleh kelompok usia yang berada pada
kisaran usia antara 40 sampai 49 tahun pada lingkungan kerja PT. Pelindo
IV.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi profesionalisme seorang karyawan dalam
bekerja serta upaya seseorang karyawan dalam meningkatkan kinerjanya
Page 152
137
(Judge and Bretz, 1994). Karakteristik responden pada PT. Pelindo IV
berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan bahwa tidak terdapat
karyawan dengan tingkat pendidikan SMU orang atau 0%, sedangkan
karyawan dengan tingkat pendidikan Diploma 3 sebanyak 10 orang atau
17,9%, karyawan dengan tingkat pendidikan S1 masih mendominasi
lingkungan kerja PT. Pelindo IV yaitu sebanyak 29 orang atau 51,8% dan
karyawan yang telah memiliki gelar magister atau S2 masih berjumlah 17
orang atau 30,4%.
d. Masa Kerja
Karyawan yang memiliki masa kerja yang lama akan menimbulkan kesetiaan
loyalitas terhadap organisasi dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
tidak meninggalkan perusahaan. Karyawan yang mengabdi pada PT.
Pelindo IV dengan masa kerja di bawah 9 tahun sebanyak 14 orang atau
25,0%, masa kerja antara 10 - 19 tahun sebanyak 11 orang atau 19,6%,
karyawan yang bekerja antara 20 – 29 tahun didominasi oleh karyawan
sebanyak 26 orang atau 46,4% dan paling sedikit yaitu hanya 5 orang atau
8,9% dengan masa kerja 30 tahun.
5.2.4. Karakteristik Responden PT. Telekomunikasi Indonesia Divre VII
Karyawan yang merupakan responden pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Divre VII berjumlah 54 orang dengan karakteristik berdasarkan jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir dan masa kerja yang diuraikan pada tabel 5.4.
Page 153
138
Tabel 5.4 Karakteristik Responden PT. Telkom Divre VII
Kategori Keterangan Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 31 57,4
Perempuan 23 42,6
Total 54 100
Usia
< 29 tahun 9 16,7
30 - 39 tahun 20 37,0
40 - 49 tahun 6 11,1
> 50 tahun 19 35,2
Total 54 100
Pendidikan
SMU 16 29,6
D3 9 16,7
S1 25 46,3
S2 4 7,4
Total 54 100
Masa Kerja
< 9 tahun 19 35,2
10 - 19 tahun 15 27,8
20 - 29 tahun 1 1,9
> 30 tahun 19 35,2
Total 54 100
Sumber: Data Primer diolah (2017)
Dari hasil penelitian seperti yang digambarkan pada tabel 5.4 dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah
karyawan laki-laki terdiri 31 orang atau 57,4% dan perempuan 23 atau
42,6%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi karyawan dengan jenis
kelamin perempuan masih rendah dan karyawan dengan jenis kelamin laki-
laki masih mendominasi dunia kerja pada perusahaan BUMN khususnya
pada PT. Telekomunikasi Indonesia Divre VII.
b. Usia
Tingkat usia dan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja serta kematangan
seseorang dalam bekerja. Karakteristik karyawan yang bekerja pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Divre VII berdasarkan usia menunjukkan bahwa
karyawan yang berusia di bawah 29 tahun sebanyak 9 orang atau 16,7%,
usia 30 - 39 tahun sebanyak 20 orang atau 37,0%, sedangkan usia 40 – 49
Page 154
139
sebanyak 6 orang atau 11,1% dan usia di atas 50 tahun sebanyak 19 orang
atau 35,2%. Hal ini menggambarkan bahwa responden terbesar didominasi
oleh kelompok usia yang berada pada kisaran usia antara 30 sampai 39
tahun yang merupakan kategori usia produktif pada lingkungan kerja PT.
Telekomunikasi Indonesia Divre VII.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi profesionalisme seorang karyawan dalam
bekerja serta upaya seseorang karyawan dalam meningkatkan kinerjanya
(Judge and Bretz, 1994). Karakteristik responden pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Divre VII berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan jumlah
karyawan dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 16 orang atau 29,6%,
karyawan dengan tingkat pendidikan Diploma 3 sebanyak 9 orang atau
16,7%, karyawan dengan tingkat pendidikan S1 masih mendominasi
lingkungan kerja PT. Telekomunikasi Indonesia Divre VII yaitu sebanyak 25
orang atau 46,3% dan karyawan yang telah memiliki gelar magister atau S2
masih relatif sedikit yaitu hanya berjumlah 4 orang atau 7,4%.
d. Masa Kerja
Karyawan yang memiliki masa kerja yang lama akan menimbulkan kesetiaan
loyalitas terhadap organisasi dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
tidak meninggalkan perusahaan. Karyawan yang mengabdi PT.
Telekomunikasi Indonesia Divre VII dengan masa kerja di bawah 9 tahun
didominasi oleh karyawan sebanyak 19 orang atau 35,2%, karyawan dengan
masa kerja antara 10 - 19 tahun sebanyak 15 orang atau 27,8%, karyawan
yang bekerja antara 20 – 29 tahun paling sedikit hanya sebanyak 1 orang
atau 1,9% dan 19 orang karyawan atau 35,2% dengan masa kerja 30 tahun.
Page 155
140
5.2.5. Karakteristik Responden PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
Karyawan yang merupakan responden pada PT. Bank Negara Indonesia,
Tbk berjumlah 50 orang dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir dan masa kerja yang diuraikan pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Karakteristik Responden PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
Kategori Keterangan Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 33 66,0
Perempuan 17 34,0
Total 50 100
Usia
< 29 tahun 4 8,0
30-39 tahun 45 90,0
40-49 tahun 1 2,0
> 50 tahun 0 0,0
Total 50 100
Pendidikan
SMU 0 0,0
D3 6 12,0
S1 36 72,0
S2 8 16,0
Total 50 100
Masa Kerja
< 9 tahun 37 74,0
10 - 19 tahun 13 26,0
20 - 29 tahun 0 0,0
> 30 tahun 0 0,0
Total 50 100
Sumber: Data Primer diolah (2017)
Dari hasil penelitian seperti yang digambarkan pada tabel 5.5
dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah
karyawan laki-laki terdiri 33 orang atau 66,0% dan perempuan 17 atau
34,0%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi karyawan dengan jenis
kelamin perempuan masih rendah dan karyawan dengan jenis kelamin laki-
laki masih mendominasi dunia kerja pada perusahaan BUMN khususnya
pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk.
Page 156
141
b. Usia
Tingkat usia dan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja serta kematangan
seseorang dalam bekerja. Karakteristik karyawan yang bekerja pada PT.
Bank Negara Indonesia, Tbk berdasarkan usia menunjukkan bahwa
karyawan yang berusia di bawah 29 tahun sebanyak 4 orang atau 8,0%, usia
30 - 39 tahun sebanyak 45 orang atau 90,0%, sedangkan usia 40 – 49
sebanyak 1 orang atau 2,0%. Hal ini menggambarkan bahwa responden
terbesar didominasi oleh kelompok usia yang berada pada kisaran usia
antara 30 sampai 39 tahun yang merupakan kelompok usia produktif yang
bekerja pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi profesionalisme seorang karyawan dalam
bekerja serta upaya seseorang karyawan dalam meningkatkan kinerjanya
(Judge and Bretz, 1994). Karakteristik responden pada PT. Bank Negara
Indonesia, Tbk berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan jumlah
karyawan dengan tingkat pendidikan Diploma 3 sebanyak 6 orang atau
12,0%, karyawan dengan tingkat pendidikan S1 masih mendominasi
lingkungan kerja PT. Bank Negara Indonesia, Tbk yaitu sebanyak 36 orang
atau 72,0% dan karyawan yang telah memiliki gelar magister atau S2
berjumlah 8 orang atau 16,0%.
d. Masa Kerja
Karyawan yang memiliki masa kerja yang lama akan menimbulkan kesetiaan
loyalitas terhadap organisasi dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
tidak meninggalkan perusahaan. Karyawan yang mengabdi pada PT. Bank
Negara Indonesia, Tbk dengan masa kerja di bawah 9 tahun didominasi oleh
karyawan sebanyak 37 orang atau 74,0%, karyawan dengan masa kerja
Page 157
142
antara 10 - 19 tahun sebanyak 13 orang atau 26,0%. Hal ini menunjukkan
bahwa karyawan yang bekerja pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
sebagian besar relatif masih baru.
5.3. Analisis Karakteristik Variabel
Analisis deskriptif variabel pada penelitian ini dapat diuraikan pada tabel
frekuensi yang memberikan gambaran mengenai konstruk yang diteliti terdiri dari
Person-Organization Fit (X1), Quality of Work Life (X2), Keadilan Organisasi
(X3), Kepuasan Kerja (Y1) dan Kinerja karyawan (Y2) yang bekerja pada
beberapa perusahaan BUMN di di antaranya PT. PLN (Persero), PT. Pertamina
(Persero), PT. Pelindo IV, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT. Bank
Negara Indonesia, Tbk di Sulawesi Selatan.
Tabel 5.6 Deskripsi Frekuensi Penelitian
No. Variabel N Indikator Mean Persepsi
1. Person-Organization Fit 255 4 4,192 Baik
2. Quality of Work Life 255 9 4,121 Baik
3. Keadilan Organisasi 255 3 4,123 Baik
4. Kepuasan Kerja 255 5 4,219 Sangat Baik
5. Kinerja 255 4 4,255 Sangat Baik
Sumber: Data Primer diolah (2017)
Setelah nilai rata-rata maka jawaban telah diketahui, hasil tersebut
kemudian diinterpretasikan dengan alat bantu tabel kontinum, yaitu sebagai
berikut:
a. Indeks Minimum : 1
b. Indeks Maksimum : 5
c. Interval : 5-1 = 4
d. Jarak Interval : (5-1) :5 = 0,8
Deskripsi variabel penelitian atas persepsi jawaban responden
dikategorikan sebagai berikut:
Page 158
143
Tabel 5.7 Kategori Skala
Skala Kategori
1,00 1,80 Sangat Tidak Baik
1,81 2,60 Tidak Baik
2,61 3,40 Cukup Baik
3,41 4,20 Baik
4,21 5,00 Sangat Baik
Sumber: Sugiono (2013)
Berdasarkan deskripsi variabel penelitian pada tabel 5.6 diketahui bahwa
dari 255 responden yang memberikan jawaban terhadap variabel Person-
Organization Fit (X1) dengan mean sebesar 4,192 dan persepsi kategori baik,
Quality of Work Life (X2) dengan mean sebesar 4,121 dan persepsi kategori
baik, Keadilan Organisasi (X3) dengan mean sebesar 4,123 dan persepsi
kategori baik, Kepuasan Kerja (Y1) dengan mean sebesar 4,219 dan persepsi
kategori sangat baik, Kinerja karyawan (Y2) dengan mean sebesar 4,255 dan
persepsi kategori sangat baik.
5.3.1. Variabel Person-Organization Fit (X1)
Person-Organization Fit (P-O Fit) merupakan kesesuaian antara nilai-nilai
yang berlaku pada perusahaan BUMN dengan nilai-nilai karyawan yang dapat
membantu perusahaan tersebut untuk memilih para karyawan dengan nilai dan
keyakinan, membentuk pengalaman-pengalaman sesuai dengan organisasi
tersebut. Berikut diuraikan secara terperinci frekuensi variabel Person-
Organization Fit (P-O Fit):
Page 159
144
Tabel 5.8 Frekuensi Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit)
Indikator
Jawaban Responden
Mean Persepsi STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Kesesuaian nilai (value congruence)
X1.1.1 0 0 3 1,2 32 12.5 125 49.0 95 37,3 4,225 Sangat Baik
X1.1.2 0 0 3 1,2 27 10,6 145 56,9 80 31,4 4,184 Baik
Kesesuaian tujuan (goal congruence)
X1.2.1 0 0 1 0,4 29 11,4 134 52,5 91 35,7 4,235 Sangat Baik X1.2.2 0 0 2 0,8 41 16,1 114 44,7 98 38,4 4,207 Sangat Baik
Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment)
X1.3.1 0 0 5 2,0 37 14,5 125 49,0 88 34,5 4,160 Baik X1.3.2 0 0 4 1,6 38 14,6 123 48,2 91 35,7 4,180 Baik Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence)
X1.4.1 0 0 6 2,4 32 12,5 131 51,4 86 33,7 4,164 Baik X1.4.2 0 0 2 0,8 29 11,4 144 56,5 80 31,4 4,184 Baik
Rata-rata Nilai 4,192
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Persepsi responden tentang Person-Organization Fit (P-O Fit)
berdasarkan hasil data primer dapat dilihat pada tabel di atas yang menunjukkan
bahwa tanggapan responden terhadap Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan
mean sebesar 4,19. Hal ini menggambarkan bahwa Person-Organization Fit (P-
O Fit) memiliki peranan penting bagi karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
Indikator kesesuaian tujuan (goal congruence) pada X1.2.1 merupakan indikator
yang paling dominan berdasarkan tanggapan responden dengan mean sebesar
4,23 pada kategori sangat baik, responden menilai penting indikator tersebut
untuk berkomitmen dengan tujuan dari perusahaan. Kondisi ini disebabkan
tingginya jawaban setuju yaitu 52,5%. Responden menjawab sangat setuju
sebanyak 35,7%, terdapat 11,4% responden memilih kurang setuju, kemudian
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0,4%. Sebaliknya indikator
yang paling rendah adalah Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture
personality congruence) dengan mean 4,16 dengan jawaban responden tidak
setuju sebanyak 2,4%, responden yang menjawab kurang setuju sebanyak
Page 160
145
12,5%, responden yang memilih setuju sebanyak 51,4% dan sisanya adalah
jawaban responden sangat setuju sebanyak 33,7%.
Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) dapat diuraikan pada masing-
masing indikator berdasarkan persepsi responden sebagai berikut:
a. Kesesuaian nilai (value congruence). Kesesuaian nilai dapat dipersepsikan
oleh karyawan dengan menyesuaikan antara nilai instrinsik individu dan
organisasi yang berada pada kategori baik dengan nilai mean sebanyak
4,20, karyawan menilai penting indikator tersebut. Hal ini dapat dipahami
bahwa jika nilai-nilai organisasi selaras dengan nilai-nilai karyawan dan
sesuai kemampuannya, maka karyawan tersebut akan berusaha untuk
mencapai kinerja yang lebih baik.
b. Kesesuaian tujuan (goal congruence). Kesesuaian antara tujuan individu
dengan organisasi dalam hal ini adalah hubungan dengan atasan dan rekan
sekerja. Dalam hal ini karyawan memberikan tanggapan yang berada pada
kategori sangat baik dengan nilai mean sebesar 4,22. Hal ini dapat dipahami
bahwa jika nilai-nilai dan tujuan organisasi selaras dengan nilai-nilai
karyawan, maka karyawan tersebut akan berusaha untuk mencapai kinerja
yang lebih baik sehingga karyawan akan cenderung berkomitmen dengan
untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need fulfillment). Pemenuhan
kebutuhan karyawan dipersepsikan karyawan dengan kategori baik dengan
mean sebesar 4,17. Pemenuhan kebutuhan karyawan didasarkan antara
kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang terdapat dalam
lingkungan kerja dengan persepsi bahwa organisasi mampu memenuhi hal-
hal yang menjadi harapan karyawan.
Page 161
146
d. Kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence).
Kesesuaian karakteristik dipersepsikan oleh karyawan dengan kategori baik
dengan nilai mean sebesar 4,17. Karyawan menganggap budaya
perusahaan dalam menilai kinerja serta budaya kerjasama dalam sebuah tim
selaras dengan nilai yang dimiliki karyawan.
5.3.2. Variabel Quality of Work Life (X2)
Analisis statistik deskriptif dengan menginterpretasikan nilai rata-rata dari
masing-masing indikator pada variabel penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai indikator apa saja yang membangun konsep
model penelitian secara keseluruhan.
Quality of work life merupakan persepsi karyawan perusahaan BUMN
tentang sejauh mana mereka merasa aman, puas terhadap pekerjaan, dan
mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana
layaknya manusia. Berikut diuraikan secara terperinci frekuensi variabel quality of
work life:
Tabel 5.9 Frekuensi Variabel Quality of Work Life (X2)
Indikator
Jawaban Responden
Mean Persepsi STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Keterlibatan karyawan
X2.1.1 0 0 1 0,4 22 8,6 151 59,2 81 31,8 4,223 Sangat Baik
X2.1.2 0 0 1 0,4 20 7,8 159 62,4 75 29,4 4,207 Sangat Baik
Pengembangan karir
X2.2.1 0 0 8 3,1 24 9,4 151 59,2 72 28,2 4,125 Baik X2.2.2 0 0 9 3,5 30 11,8 153 60,0 63 24,7 4,058 Baik Penyelesaian masalah
X2.3.1 0 0 3 1,2 33 12,9 147 57,6 72 28,2 4,129 Baik X2.3.2 1 0,4 7 2,7 36 14,1 129 50,6 82 32,2 4,113 Baik Komunikasi
X2.4.1 0 0 4 1,6 36 14,1 140 54,9 75 29,4 4,121 Baik X2.4.2 0 0 5 2,0 39 15,3 144 56,5 67 26,3 4,070 Baik Fasilitas yang tersedia
X2.5.1 4 1,6 13 5,1 43 16,9 123 48,2 72 28,2 3,964 Baik
X2.5.2 0 0 12 4,7 40 15,7 138 54,1 65 25,5 4,003 Baik
Rasa aman terhadap pekerjaan
X2.6.1 0 0 5 2,0 32 12,5 153 60,0 65 25,5 4,090 Baik
X2.6.2 1 0,4 9 3,5 28 11,0 139 54,5 78 30,6 4,113 Baik
Keselamatan lingkungan kerja
Page 162
147
X2.7.1 0 0 12 4,7 34 13,3 143 56,1 66 25,9 4,031 Baik
X2.7.2 2 0,8 5 2,0 22 8,6 158 62,0 68 26,7 4,117 Baik
Kompensasi yang seimbang
X2.8.1 0 0 8 3,1 21 8,2 127 49,8 99 38,8 4,243 Sangat Baik
X2.8.2 0 0 10 3,9 38 14,9 132 51,8 75 29,4 4,066 Baik
Rasa bangga terhadap institusi
X2.9.1 0 0 4 1,6 20 7,8 132 51,8 99 38,8 4,278 Sangat Baik
X2.9.2 0 0 6 2,4 11 4,3 160 62,7 78 30,6 4,215 Sangat Baik
Rata-rata Nilai 4,120
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Persepsi responden tentang quality of work life berdasarkan hasil data
primer dapat dilihat pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa tanggapan
responden terhadap quality of work life dengan mean sebesar 4,12. Hal ini
menggambarkan bahwa quality of work life memiliki peranan penting bagi
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Indikator Rasa bangga terhadap institusi
pada X2.9.1 merupakan indikator yang paling dominan berdasarkan tanggapan
responden dengan mean sebesar 4,27 berada pada kategori sangat baik,
responden menilai penting indikator tersebut karena mereka merasa memiliki
kewajiban untuk menjaga nama baik perusahaan. Kondisi ini disebabkan
tingginya jawaban setuju yaitu 51,8%. Responden menjawab sangat setuju
sebanyak 38,8%, terdapat 7,8% responden memilih kurang setuju, kemudian
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1,6%. Sebaliknya indikator
yang paling rendah adalah fasilitas yang tersedia dengan mean 3,96. Hal ini
ditunjukkan melalui jawaban responden yang menjawab sangat tidak setuju
1,6%, sementara yang memilih tidak setuju sebanyak 5,1%, responden yang
menjawab kurang setuju sebanyak 16,9%, responden yang memilih setuju
sebanyak 48,2% dan sisanya adalah jawaban responden sangat setuju
sebanyak 28.2%.
Variabel quality of work life dapat diuraikan pada masing-masing indikator
berdasarkan persepsi responden sebagai berikut:
Page 163
148
a. Keterlibatan karyawan. Indikator ini dinilai penting bagi karyawan BUMN di
Sulawesi Selatan dengan nilai mean sebesar 4,21 pada posisi kategori
sangat baik. Dalam hal ini karyawan merasa selalu dilibatkan dan
berpartisipasi dalam setiap kegiatan perusahaan serta membentuk tim
keterlibatan karyawan, dan mengadakan pertemuan partisipasi karyawan.
b. Pengembangan karir. Karyawan yang diberi kesempatan untuk memperoleh
kesempatan mengikuti program pelatihan dan pengembangan akan selalu
berusaha meningkatkan kinerjanya dengan keterampilan dan keahlian yang
mereka miliki. Indikator ini dipersepsikan oleh karyawan dengan nilai mean
sebesar 4,09. Di samping itu, sistem jenjang karir dan kepangkatan di
perusahaan tempat mereka bekerja sesuai yang diharapkan.
c. Penyelesaian masalah. Permasalahan yang berhubungan dengan program
kerja dipersepsikan karyawan dalam kategori baik dengan nilai mean
sebesar 4,12. Dimana manajemen membuka jalur formal untuk
menyampaikan keluhan atau permasalahan yang dihadapi karyawan dan
dilaporkan pada rapat atau laporan harian.
d. Komunikasi. Konsep komunikasi yang terbuka untuk memperoleh informasi-
informasi yang penting oleh setiap karyawan dipersepsikan dalam kategori
baik dengan nilai mean sebesar 4,09. Hal ini dapat dipahami bahwa
informasi yang perlu diketahui seluruh karyawan baik melalui manajemen
langsung maupun melalui serikat pekerja selalu dikomunikasikan dengan
baik melalui jalur-jalur formal pada saluran-saluran yang ditetapkan
sebagaimana telah ditunjukkan melalui struktur dalam organisasi tersebut.
e. Fasilitas yang tersedia. Indikator ini dipersepsikan oleh karyawan dengan
kategori baik dengan nilai mean sebesar 3,98. Karyawan menilai bahwa
sarana dan prasarana yang tersedia di perusahaan sebagai penunjang
Page 164
149
pekerjaan sangat penting agar mereka puas dengan kondisi kerja yang
dihadapi.
f. Rasa aman terhadap pekerjaan. Jaminan lingkungan kerja yang aman dinilai
penting bagi karyawan dengan mempersepsikan indikator ini dengan nilai
mean sebesar 4,10. Hal ini dapat dipahami bahwa program pensiun, status
karyawan tetap harus sesuai dengan standar.
g. Keselamatan lingkungan kerja. Indikator ini dinilai penting bagi karyawan hal
ini ditunjukkan dengan nilai mean sebesar 4,07. Setiap karyawan telah
mendapatkan jaminan lingkungan kerja yang aman. Di samping itu, sarana
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ada sudah sesuai dengan
standar.
h. Kompensasi yang seimbang. Karyawan memperoleh gaji yang adil sesuai
dengan pekerjaan mereka dipersepsikan karyawan dalam kategori baik
dengan nilai mean sebesar 4,15. Indikator ini dinilai penting karena
karyawan akan memiliki motivasi untuk bekerja jika mereka mendapat
imbalan yang sesuai.
i. Rasa bangga terhadap institusi. Indikator ini dinilai sangat penting bagi
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan dengan memberikan jawaban dengan
kategori sangat baik dengan nilai mean sebesar 2,42. Karyawan merasa
memiliki kewajiban untuk menjaga nama baik perusahaan dan memperkuat
identitas dan citra perusahaan, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan
lebih peduli terhadap lingkungan.
5.3.3. Variabel Keadilan Organisasi (X3)
Keadilan organisasi adalah penilaian personal karyawan BUMN
mengenai standar etika dan moral dari perilaku manajerial yang menyangkut
keadilan jumlah imbalan, keadilan dari proses yang digunakan untuk
Page 165
150
menentukan distribusi imbalan, persepsi individu dimana seorang karyawan
diperlakukan dengan penuh rasa hormat, martabat, perhatian, yang dirasakan di
antara individu-individu. Berikut diuraikan secara terperinci frekuensi variabel
keadilan organisasi:
Tabel 5.10 Frekuensi Variabel Keadilan Organisasi (X3)
Indikator
Jawaban Responden
Mean Persepsi STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Keadilan distributive
X3.1.1 0 0 0 0 15 5,9 147 57,6 93 36,5 4,305 Sangat Baik
X3.1.2 0 0 1 0,4 21 8,2 145 56,9 88 34,5 4,254 Sangat Baik
Keadilan procedural
X3.2.1 0 0 12 4,7 42 16,5 127 49,8 74 29,0 4,031 Baik X3.2.2 0 0 5 2,0 46 18,0 147 57,6 57 22,4 4,003 Baik Keadilan interaksional
X3.3.1 0 0 3 1,2 50 19,6 126 49,4 76 29,8 4,078 Baik X3.3.2 0 0 8 3,1 47 18,4 121 47,5 79 31,0 4,062 Baik
Rata-rata Nilai 4,122
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Persepsi responden tentang keadilan organisasi berdasarkan hasil data
primer dapat dilihat pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa tanggapan
responden terhadap keadilan organisasi dengan mean sebesar 4,12. Hal ini
menggambarkan bahwa keadilan organisasi memiliki peranan penting bagi
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Indikator keadilan distributive pada X3.1.1
merupakan indikator yang paling dominan berdasarkan tanggapan responden
dengan mean sebesar 4,30 berada pada kategori sangat baik, responden menilai
penting indikator tersebut karena karyawan dapat mempertanggungjawabkan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Kondisi ini disebabkan tingginya
jawaban setuju yaitu 57,6%. Responden menjawab sangat setuju sebanyak
36,5%, terdapat 5,9% responden memilih kurang setuju. Sebaliknya indikator
yang paling rendah adalah keadilan procedural dengan mean 4,00. Hal ini
ditunjukkan melalui jawaban responden yang menjawab tidak setuju 2,0%,
sementara yang memilih kurang setuju sebanyak 18,0%, responden yang
Page 166
151
memilih setuju sebanyak 57,6% dan sisanya adalah jawaban responden sangat
setuju sebanyak 22,4%.
Variabel keadilan organisasi dapat diuraikan pada masing-masing
indikator berdasarkan persepsi responden sebagai berikut:
a. Keadilan distributive. Persepsi karyawan BUMN di Sulawesi Selatan
terhadap indikator keadilan distributive dinilai sebesar 4,27 dengan kategori
sangat baik. Hal ini dipahami bahwa perusahaan dapat memenuhi
kebutuhan karyawan terutama dari segi kompensasi berdasarkan
kontribusinya.
b. Keadilan procedural. Indikator ini dipersepsikan karyawan dengan nilai mean
sebesar 4,01. Hal ini dapat dipahami karena perusahaan mempunyai proses
penetapan kompensasi sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.
c. Keadilan interaksional. Indikator keadilan interaksional dipersepsikan
karyawan dengan nilai mean sebesar 4,07 dan berada pada kategori baik.
Dalam hal ini pimpinan menjalin komunikasi yang baik kepada seluruh
karyawan tanpa membedakan karyawan yang satu dan yang lain.
5.3.4. Variabel Kepuasan Kerja (Y1)
Kepuasan kerja merupakan variabel endogen dalam penelitian ini dimana
kepuasan kerja didefinisikan sebagai perasaan karyawan yang berhubungan
dengan pekerjaannya, harapannya pada organisasi BUMN tempat ia bekerja dan
merupakan reaksi emosional senang atau tidak senang. Berikut diuraikan secara
terperinci frekuensi variabel kepuasan kerja:
Page 167
152
Tabel 5.11 Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja (Y1)
Indikator
Jawaban Responden
Mean Persepsi STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Pembayaran
Y1.1.1 0 0 0 0 12 4,7 141 55,3 102 40,0 4,352 Sangat Baik
Y1.1.2 0 0 3 1,2 17 6,7 147 57,6 88 34,5 4,254 Sangat Baik
Pekerjaan itu sendiri
Y1.2.1 0 0 0 0 17 6,7 149 58,4 89 34,9 4,282 Sangat Baik Y1.2.2 1 0,4 1 0,4 23 9,0 139 54,5 91 35,7 4,247 Sangat Baik Rekan kerja
Y1.3.1 0 0 4 1,6 16 6,3 148 58,0 87 34,1 4,247 Sangat Baik Y1.3.2 0 0 4 1,6 38 14,9 141 55,3 72 28,2 4,102 Baik Promosi pekerjaan
Y1.4.1 0 0 3 1,2 34 13,3 130 51,0 88 34,5 4,188 Baik Y1.4.2 1 0,4 13 5,1 28 11,0 145 56,9 68 26,7 4,043 Baik Kepenyeliaan (supervise)
Y1.5.1 1 0,4 6 2,4 33 12,9 134 52,5 81 31,8 4,129 Baik
Y1.5.2 0 0 0 0 18 7,1 131 51,4 106 41,6 4,345 Sangat Baik
Rata-rata Nilai 4,218
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Persepsi responden mengenai variabel kepuasan kerja berdasarkan hasil
data primer dapat dilihat pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa tanggapan
responden terhadap kepuasan kerja dengan mean sebesar 4,21 dan berada
pada kategori sangat baik. Hal ini menggambarkan bahwa kepuasan kerja
memiliki peranan penting bagi karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Indikator
kepuasan kepada pembayaran pada Y1.1.1 merupakan indikator yang paling
dominan berdasarkan tanggapan responden dengan mean sebesar 4,35 berada
pada kategori sangat baik, responden menilai penting indikator tersebut karena
pembayaran merupakan cerminan organisasi dalam menghargai kontribusi para
karyawan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kondisi ini disebabkan
tingginya jawaban setuju yaitu 55,3%. Responden menjawab sangat setuju
sebanyak 40,0%, terdapat 4,7% responden memilih kurang setuju. Sebaliknya
indikator yang paling rendah adalah promosi pekerjaan dengan mean 4,04. Hal
ini ditunjukkan melalui jawaban responden yang menjawab sangat tidak setuju
0,4%, sementara yang memilih tidak setuju sebanyak 5,1%, responden yang
Page 168
153
memilih kurang setuju sebanyak 11,0%, sementara yang memilih setuju
sebanyak 56,9% dan sisanya adalah jawaban responden sangat setuju
sebanyak 26,7%.
Variabel kepuasan kerja dapat diuraikan pada masing-masing indikator
berdasarkan persepsi responden sebagai berikut:
a. Pembayaran. Persepsi karyawan terhadap indikator pembayaran dinilai
dengan mean sebesar 4,30 dan berada pada kategori sangat baik. Bila upah
dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas kemungkinan
besar akan menghasilkan kepuasan.
b. Pekerjaan itu sendiri. Indikator ini dinilai oleh karyawan sangat penting
dengan nilai mean sebesar 4,26 dan berada pada kategori sangat baik. Hal
ini dapat dipahami karena karyawan selalu memperoleh kesempatan untuk
mencoba metode sendiri dalam melakukan pekerjaan.
c. Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
interaksi sosial. Hal ini dipersepsikan karyawan dengan nilai mean sebesar
4,17. Karyawan merasa sangat puas bekerja jika mereka mampu
membangun kerja sama dalam sebuah tim.
d. Promosi pekerjaan. Karyawan mempersepsikan promosi pekerjaan dengan
nilai mean sebesar 4,11 hal ini terjadi pada saat seorang karyawan dinilai
berdasarkan prestasi dan hasil kerjanya sehingga terdapat tingkat kepastian
pekerjaan dan prospeknya di masa yang akan datang.
e. Kepenyeliaan (supervise). Indikator kepenyeliaan dinilai penting bagi
karyawan BUMN dengan persepsi karyawan terhadap sepervisi dengan nilai
mean sebesar 4,23 dan berada pada kategori sangat baik. Peraturan dan
kebijakan di tempat kerja sangat memudahkan karyawan dalam bekerja
Page 169
154
karena supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan
mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
5.3.5. Variabel Kinerja Karyawan (Y2)
Kinerja karyawan dalam penelitian merupakan variabel endogen kedua
dimana kinerja karyawan didefinisikan sebagai suatu hasil yang dicapai oleh
karyawan dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku dalam
organisasi BUMN.
Berikut diuraikan secara terperinci mengenai frekuensi variabel kepuasan
kerja:
Tabel 5.12 Frekuensi Variabel Kinerja Karyawan (Y2)
Indikator
Jawaban Responden
Mean Persepsi STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Kuantitas pekerjaan
Y2.1.1 0 0 1 0,4 7 2,7 139 54,5 108 42,4 4,380 Sangat Baik
Y2.1.2 0 0 0 0 19 7,5 161 63,1 75 29,4 4,219 Baik
Kualitas pekerjaan
Y2.2.2 1 0,4 8 3,1 29 11,4 124 48,6 93 36,5 4,176 Baik Y2.2.3 1 0,4 3 1,2 20 7,8 127 49,8 104 40,8 4,294 Sangat Baik Pengetahuan akan pekerjaan
Y2.3.1 1 0,4 3 1,2 32 12,5 147 57,6 72 28,2 4,121 Baik Y2.3.2 0 0 4 1,6 23 9,0 136 53,3 92 36,1 4,239 Sangat Baik Tanggung jawab terhadap pekerjaan
Y2.4.1 0 0 1 0,4 13 5,1 154 60,4 87 34,1 4,278 Sangat Baik Y2.4.2 0 0 2 0,8 11 4,3 142 55,7 100 39,2 4,333 Sangat Baik
Rata-rata Nilai 4,255
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Persepsi responden mengenai variabel kinerja karyawan berdasarkan
hasil data primer dapat dilihat pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa
tanggapan responden terhadap kinerja karyawan dengan mean sebesar 4,25
dan berada pada kategori sangat baik. Indikator kuantitas pekerjaa pada Y2.1.1
merupakan indikator yang paling dominan berdasarkan tanggapan responden
dengan mean sebesar 4,29 berada pada kategori sangat baik, responden menilai
penting indikator tersebut karena tingkat pencapaian kerja yang dihasilkan
karyawan telah sesuai dengan target. Kondisi ini disebabkan tingginya jawaban
Page 170
155
setuju yaitu 54,5%. Responden menjawab sangat setuju sebanyak 42,4%,
terdapat 2,7% responden memilih kurang setuju dan responden yang menjawab
tidak setuju sebanyak 0,4%. Sebaliknya indikator yang paling rendah adalah
pengetahuan akan pekerjaan dengan mean 4,18. Hal ini ditunjukkan melalui
jawaban responden yang menjawab sangat tidak setuju 0,4%, sementara yang
memilih tidak setuju sebanyak 1,2%, responden yang memilih kurang setuju
sebanyak 12,5%, sementara yang memilih setuju sebanyak 57,6% dan sisanya
adalah jawaban responden sangat setuju sebanyak 28,2%.
Variabel kinerja karyawan dapat diuraikan pada masing-masing indikator
berdasarkan persepsi responden sebagai berikut:
a. Kuantitas pekerjaan. Indikator kuantitas pekerjaan dinilai karyawan sangat
penting dengan nilai mean sebesar 4,29. Hal ini menyangkut pekerjaan yang
dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar
pekerjaan dalam upaya menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
memuaskan sesuai dengan target perusahaan.
b. Kualitas pekerjaan. Setiap karyawan bekerja sesuai dengan persyaratan
yang diberikan oleh perusahaan dimana karyawan dapat melaksanakan
tugas dengan baik dan menghindari kesalahan di dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. Hal ini dipersepsikan karyawan dengan nilai mean sebesar
4,23 dan berada pada kategori sangat baik. Seorang karyawan mengerjakan
apa yang seharusnya dikerjakan sesuai dengan keahliannya.
c. Pengetahuan akan pekerjaan. Kemampuan karyawan dalam memahami hal-
hal yang berkaitan dengan tugas yang mereka lakukan dipersepsikan oleh
karyawan dengan nilai mean sebesar 4,18 dan berada pada kategori baik.
Tingkat pengetahuan setiap karyawan terkait dengan pelaksanaan pekerjaan
yang menjadi tugasnya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, pendidikan
Page 171
156
atau keahlian karyawan yang selanjutnya mempengaruhi peningkatan kinerja
mereka.
d. Tanggungjawab terhadap pekerjaan. Karyawan dapat menyesuaikan diri
pada setiap keputusan baru yang diambil perusahaan dipersepsikan
karyawan dengan nilai mean yang sangat tinggi yiatu sebesar 4,30 dan
berada pada kategori baik. Hal ini dapat dipahami bahwa karyawan dapat
menyesuaikan diri terhadap setiap keputusan yang diambil perusahaan dan
melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya yang merupakan
tanggung jawab dari karyawan.
5.4. Analisis Karakteristik Variabel Berdasarkan Obyek Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran mengenai variabel penelitian dari masing-
masing obyek yang diteliti dapat dilihat pada tabel 5.13 yang menyajikan hasil
analisis karakteristik variabel dari kelima perusahaan BUMN.
Page 172
157
Tabel 5.13 Analisis Karakteristik Variabel Berdasarkan Obyek Penelitian
VARIABEL OBYEK PENELITIAN
MEAN TOTAL
INDI- KATOR
PT. PLN
PT. PERTAMINA
PT. PELINDO
PT. TELKOM
PT. BNI
P-O Fit
X1 4,18 4,23 4,17 4,29 4,15 4,20
X2 4,17 4,14 4,21 4,32 4,23 4,21
X3 4,07 4,07 4,14 4,44 4,10 4,16
X4 4,21 3,97 4,24 4,32 4,10 4,17
Mean 4,16 4,10 4,19 4,34 4,14 4,19
Quality of Work Life
X1 4,32 4,12 4,06 4,33 4,25 4,22
X2 4,08 4,09 3,85 4,37 4,08 4,09
X3 4,05 4,05 3,96 4,45 4,08 4,12
X4 3,92 4,05 3,95 4,44 4,11 4,09
X5 3,83 3,76 3,79 4,36 4,16 3,98
X6 4,08 4,02 3,94 4,38 4,08 4,10
X7 3,92 3,82 3,95 4,48 4,17 4,07
X8 3,92 4,21 3,88 4,45 4,31 4,16
X9 4,26 4,21 3,89 4,51 4,38 4,25
Mean 4,04 4,04 3,92 4,42 4,18 4,12
Keadilan Organisasi
X1 4,13 4,27 4,27 4,44 4,29 4,28
X2 3,85 3,90 3,92 4,32 4,06 4,01
X3 3,88 3,97 4,03 4,39 4,06 4,06
Mean 3,95 4,05 4,07 4,38 4,14 4,12
Kepuasan Kerja
X1 4,27 4,15 4,51 4,32 4,23 4,30
X2 4,32 4,18 4,33 4,39 4,08 4,26
X3 4,35 4,09 4,09 4,24 4,11 4,18
X4 4,20 4,03 3,99 4,33 4,02 4,11
X5 4,16 4,05 4,23 4,48 4,23 4,23
Mean 4,26 4,10 4,23 4,35 4,13 4,22
Kinerja Karyawan
X1 4,13 4,39 4,35 4,44 4,17 4,30
X2 4,08 4,32 4,10 4,52 4,15 4,23
X3 4,08 4,16 4,15 4,44 4,05 4,18
X4 4,23 4,24 4,39 4,44 4,19 4,30
Mean 4,13 4,28 4,25 4,46 4,14 4,25
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Berdasarkan hasil analisis karakteristik variabel dari kelima perusahaan
BUMN yang diteliti yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa
variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) memiliki nilai mean sebesar 4,19,
quality of work life memiliki nilai mean sebesar 4,12, keadilan organisasi memiliki
nilai mean sebesar 4,12, kepuasan kerja memiliki nilai mean sebesar 4,22,
kinerja karyawan memiliki nilai mean sebesar 4,25. Dengan demikian, kelima
variabel yang digunakan dari masing-masing obyek penelitian menunjukkan nilai
Page 173
158
rata-rata di atas angka empat. Variabel Kinerja memiliki nilai mean tertinggi dari
variabel lainnya dengan nilai sebesar 4,25. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
karyawan BUMN termasuk ke dalam kategori baik dan tingkat pencapaian
karyawan telah sesuai dengan target.
Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan nilai mean sebesar 4,19 dimana
nilai tertinggi pada perusahaan PT. Telkom sebesar 4,34. Sedangkan nilai
terendah pada PT. Pertamina yaitu 4,10 dan berada pada kategori baik. Dari
keempat indikator dari variabel Person-Organization Fit (P-O Fit), nilai mean
tertinggi adalah indikator ketiga (pemenuhan kebutuhan karyawan) dengan nilai
4,44 pada PT. Telkom dan indikator keempat (kesesuaian karakteristik kultur-
kepribadian) memiliki nilai mean terendah 3,97 pada PT. Pertamina tetapi masih
dalam kategori baik. Keempat indikator dipersepsikan tinggi oleh karyawan
karena nilai-nilai organisasi selaras dengan nilai-nilai karyawan dan sesuai
kemampuannya, maka karyawan tersebut akan berusaha untuk mencapai kinerja
yang lebih baik.
Variabel quality of work life dari kelima perusahaan yang diteliti memiliki
nilai mean sebesar 4,12 dengan nilai mean tertinggi pada PT. Telkom dengan
nilai 4,42. Sedangkan nilai mean terendah pada PT. Pelindo IV yaitu 3,92. Dari
kesembilan indikator dari variabel quality of work life, indikator ketujuh
(keselamatan lingkungan kerja) merupakan indikator dengan nilai mean tertinggi
4,48 pada PT. Telkom dan indikator kelima (Fasilitas yang tersedia) memiliki
terendah dengan mean 3,76 pada PT. Pertamina tetapi masih dalam kategori
baik. Seluruh indikator pada variabel quality of work life dinilai baik oleh karyawan
karena mereka menilai bahwa kualitas kehidupan kerja (quality of work life) erat
hubungannya dengan pencapaian tujuan organisasi.
Page 174
159
Sementara variabel keadilan organisasi, berdasarkan hasil analisis
menunjukkan bahwa kelima perusahaan BUMN yang diteliti memiliki nilai mean
sebesar 4,12. Nilai mean tertinggi pada PT. Telkom sebesar 4,38. Sedangkan
nilai mean terendah pada PT. PLN (Persero) dengan nilai sebesar 3,95. Indikator
tertinggi dengan mean sebesar 4,44 adalah indikator pertama (keadilan
distributif) pada PT. Telkom dan indikator yang memiliki nilai terendah adalah
indikator kedua (keadilan prosedural) dengan mean sebesar 3,85 pada PT. PLN
(Persero) tetapi masih dalam baik. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator
dari variabel keadilan organisasi dinilai baik oleh karyawan dimana keadilan
organisasi merupakan dampak dari hasil pengambilan keputusan manajerial,
persepsi kualitas, efek keadilan.
Untuk variabel kepuasan kerja, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh
dari kelima obyek yang diteliti memiliki nilai mean sebesar 4,22. PT. Telkom
menilai variabel kepuasan kerja dengan nilai mean tertinggi sebesar 4,35.
Sedangkan nilai terendah pada PT. Pertamina yaitu sebesar 4,10 dan berada
pada kategori baik. Indikator yang memiliki nilai mean tertinggi adalah indikator
pertama (pembayaran) dengan nilai 4,51 pada PT. Pelindo IV dan nilai terendah
adalah indikator keempat (promosi pekerjaan) dengan mean sebesar 3,99 pada
PT. Pelindo IV tetapi masih dalam kategori baik. Hal menunjukkan bahwa
karyawan BUMN mempersepsikan sangat baik mengenai gaji dan imbalan,
beban kerja yang diberikan, hubungan baik dengan sesama karyawan sehingga
tercipta kerja sama yang harmonis di antara mereka, promosi dan kepenyeliaan.
Selanjutnya variabel kinerja karyawan dari kelima perusahaan BUMN
yang diteliti memiliki nilai mean sebesar 4,25 berdasarkan hasil analisis
karakteristik variabel. Nilai tertinggi pada PT. Telkom dengan mean sebesar 4,46.
Sementara nilai terendah dengan mean 4,13 pada PT. PLN (Persero). Indikator
Page 175
160
dengan nilai mean tertinggi adalah indikator ke kedua (kualitas pekerjaan)
dengan nilai sebesar 4,52 pada PT. Telkom dan nilai terendah adalah indikator
ketiga (pengetahuan akan pekerjaan) dengan mean sebesar 4,05 pada PT. BNI
tetapi masih dalam kategori baik. Hal ini dapat dipahami bahwa kinerja yang
tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor dimana karyawan memiliki tingkat
kepuasan yang tinggi terhadap kinerja yang mereka hasilkan.
5.5. Analisis Hasil Penelitian
5.5.1. Uji Validitas dan Realibitas
Ketepatan indikator dalam mengukur konstruk dapat ditelusuri melalui
analisis validitas konstruk yang digunakan dalam penelitian. Validitas konstruk
adalah bentuk validitas yang dapat mengetahui konstruk apa yang diukur oleh
skala tertentu (Solimun, 2002). Melalui validitas konstruk dapat diketahui sesuai
tidaknya indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk yang dimaksudkan
oleh peneliti.
Uji reliabilitas dilakukan pada indikator (item atau observable variable
atau criterion) yang mengukur (faktor atau variabel atau predictor). Hal ini
dilakukan karena variabel tidak diukur secara langsung, tetapi diukur melalui
indikator dari setiap konstruk. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa
secara statistik instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sudah reliabel. Selengkapnya hasil rekapitulasi uji validitas dan reliabilitas dapat
dilihat pada Tabel 5.14 sebagai berikut.
Tabel 5.14 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Konstruk Variabel observe Ket Hub Item dg
variabel Correcte
d Item Alpha Cronb.
Ket
Person-Organization
Fit (X1)
Kesesuaian Nilai (X1.1)
Reliab.
X1.1.1 0,559
0,848 Vali
d
X1.1.2 0,514
Kesesuaian Tujuan (X1.2)
X1.2.1 0,620
X1.2.2 0,646
Pemenuhan Kebutuhan (X1.3)
X1.3.1 0,586
X1.3.2 0,643
Kesesuaian X1.4.1 0,603
Page 176
161
Karakteristik (X1.4) X1.4.2 0,500
Quality of Work Life
(X2)
Keterlibatan Karyawan (X2.1)
Reliab.
X2.1.1 0,510
0,907 Vali
d
X2.1.2 0,440
Pengembangan karir (X2.2)
X2.2.1 0,592
X2.2.2 0,616
Penyelesaian masalah (X2.3)
X2.3.1 0,605
X2.3.2 0,572
Komunikasi (X2.4) X2.4.1 0,638
X2.4.2 0,625
Fasilitas yang Tersedia (X2.5)
X2.5.1 0,601
X2.5.2 0,624
Rasa Aman Terhadap Pekerjaan
(X2.6)
X2.6.1 0,481
X2.6.2 0,585
Keselamatan lingkungan kerja
(X2.7)
X2.7.1 0,664
X2.7.2 0,565
Kompensasi yang seimbang (X2.8)
X2.8.1 0,465
X2.8.2 0,560
Rasa bangga terhadap institusi
(X2.9)
X2.9.1 0,499
X2.9.2 0,521
Keadilan Organisasi
(X3)
Keadilan distributive (X3.1)
Reliab.
X3.1.1 0,427
0,806 Vali
d
X3.1.2 0,500
Keadilan procedural (X3.2)
X3.2.1 0,693
X3.2.2 0,610
Keadilan interaksional (X3.3)
X3.3.1 0,643
X3.3.2 0,522
Kepuasan Kerja (Y1)
Pembayaran (Y1.1)
Reliab.
Y1.1.1 0,436
0,761 Vali
d
Y1.1.2 0,433
Pekerjaan itu sendiri (Y1.2)
Y1.2.1 0,361
Y1.2.2 0,452
Rekan kerja (Y1.3) Y1.3.1 0,337
Y1.3.2 0,486
Promosi pekerjaan (Y1.4)
Y1.4.1 0,548
Y1.4.2 0,425
Kepenyeliaan (Y1.5) Y1.5.1 0,433
Y1.5.2 0,328
Kinerja Karyawan
(Y2)
Kualitas Pekerjaan (Y2.1)
Reliab.
Y2.1.1 0,323
0,699 Vali
d
Y2.1.2 0,376
Kuantitas Pekerjaan (Y2.2)
Y2.2.1 0,404
Y2.2.2 0,471
Pengetahun Pekerjaan (Y2.3)
Y2.3.1 0,332
Y2.3.2 0,439
Tanggung Jawab terhadap Pekerjaan
(Y2.4)
Y2.4.1 0,419
Y2.4.2 0,357
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji realibilitas dan uji validitas pada di atas, maka dapat
dilihat hasil Corrected Item-Total Correlation dengan nilai lebih dari 0,30 hal ini
dinyatakan bahwa seluruh butir pernyataan telah valid. Demikian pula uji
Page 177
162
realibitasnya yang ditunjukkan melalui Alpha Cronbach dengan nilai lebih dari
0,60 secara keseluruhan variabel yang diteliti.
5.5.2. Hasil Analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA)
Analisis hasil penelitian dengan menggunakan model persamaan
struktural (Structural Equation Model) dengan confirmatory factor analysis (CFA)
Program AMOS 50.0 (Arbukle, 1997). Kekuatan prediksi variabel observasi baik
pada tingkat individual maupun pada tingkat konstruk dilihat melalui critical ratio
(C.R). Apabila critical ratio tersebut signifikan maka dimensi-dimensi tersebut
akan dikatakan bermanfaat untuk memprediksi konstruk atau variabel laten.
Variabel laten dalam penelitian ini terdiri dari Person-Organization Fit (P-O Fit),
quality of work life, keadilan organisasi, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan.
Dengan menggunakan model persamaan struktural dari AMOS akan diperoleh
indikator-indikator model yang fit. Tolak ukur yang dugunakan dalam menguji
masing-masing hipotesis adalah nilai critical ratio (CR) pada regression weight
dengan nilai minimum 1,96 secara absolut.
Kriteria yang digunakan adalah untuk menguji apakah model yang
diusulkan memiliki kesesuaian dengan data atau tidak. Adapun kriteria model fit
terdiri dari: 1) derajat bebas (degree of freedom) harus positif dan 2) non
signifikan Chi-Square yang disyaratkan (p ≥ 0,05) dan di atas konservatif yang
diterima (p= 0,10) (Hair et al., 2006), 3) incremental fit di atas 0,90 yaitu GFI
(goodness of fit index), Adjusted GFI (AGFI), Tucker Lewis Index (TLI), The
MinimumSample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of
freedom(DF) dan comparative fit index (CFI), dan 4) RMSEA (Root Mean Square
Error of Aproximation) yang rendah.
Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk meneliti variabel-variabel
yang mendefinisikan sebuah konstruk yang tidak dapat diukur secara langsung.
Page 178
163
Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas label
yang diberikan pada variabel-variabel laten atau konstruk-konstruk lain yanG
dikonfirmasikan.
a) Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Evaluasi terhadap ketepatan model pada dasarnya telah dilakukan pada
saat model diestimasi oleh AMOS. Untuk menentukan apakah sebuah kasus
(berbagai jawaban seorang responden) memunculkan outlier multivariat, adalah
dengan menghitung nilai batas berdasarkan pada nilai chi-square pada derajat
bebas sebesar jumlah variabel pada tingkat signifikansi 0,001 atau (25:0,001).
Kasus multivariate outliers terjadi jika nilai mahalanobis distance lebih besar
daripada nilai Chi-Square hitung (Augusty, 2005).
Berdasarkan nilai Chi-Square pada derajat bebas 25 (jumlah dimensi) pada
tingkat signifikansi 0,001 atau (25:0,001) = 52,61966. Tampak dari hasil
perhitungan dengan menggunakan AMOS diperoleh nilai mahalanobis distance-
squared minimal 25.377 dan nilai maksimal yaitu 56.547, 54,437, dan 54.386.
Meskipun terdapat 3 (tiga) observasi yang terindikasi outlier, maka dapat
disimpulkan bahwa secara totalitas tidak terjadinya multivariate outliers pada
keluruhan observasi.
b) Hasil Pengukuran Setiap Konstruk atau Variabel Laten
Setelah dilakukan uji asumsi dan tindakan seperlunya terhadap
pelanggaran yang terjadi berikutnya akan dilakukan analisis model fit dengan
kriteria model fit seperti GFI (Goodness of fit index), adjusted GFI (AGFI), Tucker
Lewis Index (TLI), CFI (Comparative of fit index), dan RMSEA (Root Mean
Square Error of Approximation) baik untuk model individual maupun model
lengkap. Hasil pengukuran terhadap dimensi-dimensi atau indikator variabel yang
Page 179
164
dapat membentuk suatu konstruk atau variabel laten dengan confirmatory factor
analysis secara berturut-turut dijelaskan sebagai berikut:
5.4.3.1 Person-Organization Fit (X1)
Hasil uji CFA variabel X1 terhadap model secara keseluruhan (overall)
yang terlampir pada lampiran. Hasil uji konstruk variabel X1 dievaluasi
berdasarkan goodness of fit indices pada tabel berikut dengan disajikan kriteria
model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model yang diajukan menunjukkan
bahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan menghasilkan nilai di atas
kritis yang menunjukkan bahwa model telah sesuai dengan data, sehingga dapat
dilakukan uji kesesuaian model selanjutnya.
Gambar 5.1 CFA Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit)
Tabel 5.15 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (X1)
Goodness of Fit Indices
Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 0,668 Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0,716 Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 0,334 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik
GFI ≥ 0,90 0,999 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,994 Baik
TLI ≥ 0,95 1,015 Baik
CFI ≥ 0,95 1,000 Baik
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa model pengukuran (X1) maka kriteria
model telah menunjukkan adanya model fit atau kesesuaian antara data dengan
model, meskipun ada beberapa kriteria yang kurang baik. Secara umum hal ini
Page 180
165
dapat menjelaskan bahwa model diatas menunjukkan tingkat penerimaan yang
baik oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima. Selanjutnya
untuk mengetahui variabel yang dapat digunakan sebagai indikator dari X1 dapat
diamati dari nilai loading faktor atau koefisien lambda ( ) dan tingkat
signifikansinya, yang mencerminkan masing-masing sebagai indikator X1 tampak
pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16 Loading Faktor ( ) Pengukuran (X1)
Indikator Variabel
Loading Factor
( )
Critical Ratio (C.R)
Prob. (p)
Sig.
X1.1 0,720 Fix 0,000 Signifikan
X1.2 0,807 9.993 0,000 Signifikan
X1.3 0,714 9.584 0,000 Signifikan
X1.4 0,479 6.717 0,000 Signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Loading faktor ( ) pengukuran variabel Person-Organization Fit (P-O Fit)
(X1) pada tabel di atas menunjukkan hasil uji terhadap model pengukuran
variabel Person-Organization Fit (X1) dari setiap indikator yang menjelaskan
konstruk, khususnya variabel laten, maka semua indikator dapat diikutkan dalam
analisis selanjutnya. Berdasarkan pengukuran variabel Person-Organization Fit
(X1) menunjukkan hasil indikator yang paling tinggi yaitu X1.2 sebesar 0,807
yang mencerminkan bahwa kesesuaian nilai (value congruence) antara
karyawan dengan perusahaan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kinerja para karyawan. Sedangkan indikator X1.4 memberikan kontribusi paling
rendah hanya sebesar 0,479. Hal ini menggambarkan kesesuaian karakteristik
kultur-kepribadian (culture personality congruence) karyawan masih terbilang
kurang.
5.4.3.2 Quality of Worl Life (X2) dan Keadilan Organisasi (X3)
Hasil uji CFA variabel quality of work life (X2) dan keadilan organisasi
(X3) terhadap model secara keseluruhan (overall) yang terlampir pada lampiran.
Page 181
166
Hasil uji konstruk variabel quality of work life (X2) dan keadilan organisasi (X3)
dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices pada tabel berikut
yangmenyajikan kriteria model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model yang
diajukan menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan
menghasilkan nilai di atas kritis yang menunjukkan bahwa model telah sesuai
dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian model selanjutnya.
Gambar 5.2 CFA Variabel Quality of Work Life dan Keadilan Organisasi
Tabel 5.17 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices X2 dan X3
Goodness of Fit Indices
Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 116,620 Kurang Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0,000 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 2,,200 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,069 Baik
GFI ≥ 0,90 0,923 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,886 Kurang Baik
TLI ≥ 0,95 0,957 Baik
CFI ≥ 0,95 0,966 Baik
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Page 182
167
Tabel di atas menunjukkan bahwa model pengukuran variabel quality of
work life (X2) dan keadilan organisasi (X3) maka kriteria model telah
menunjukkan adanya model fit atau kesesuaian antara data dengan model,
meskipun ada beberapa kriteria yang kurang baik. Secara umum hal ini dapat
menjelaskan bahwa model diatas menunjukkan tingkat penerimaan yang baik
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui variabel yang dapat digunakan sebagai
indikator dari variabel quality of work life (X2) dan keadilan organisasi (X3) dapat
diamati dari nilai loading faktor atau koefisien lambda ( ) dan tingkat
signifikansinya, yang mencerminkan masing-masing sebagai indikator dari
variabel quality of work life (X2) dan keadilan organisasi (X3) tampak pada tabel
5.18 berikut:.
Tabel 5.18 Loading Faktor ( ) Pengukuran X2 dan X3
Indikator Variabel
Loading Factor
( )
Critical Ratio (C.R)
Prob. (p) Sig.
Quality of Work Life
X2.1 0,742 11.873 0,000 Signifikan
X2.2 0,793 12.769 0,000 Signifikan
X2.3 0,780 12.544 0,000 Signifikan
X2.4 0,708 11.308 0,000 Signifikan
X2.5 0,685 10.910 0,000 Signifikan
X2.6 0,743 11.904 0,000 Signifikan
X2.7 0,753 12.067 0,000 Signifikan
X2.8 0,782 12.570 0,000 Signifikan
X2.9 0,735 Fix 0,000 Signifikan
Keadilan Organisasi
X3.1 0,731 12.178 0,000 Signifikan
X3.2 0,786 13.281 0,000 Signifikan
X3.3 0,774 Fix 0,000 Signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Loading faktor ( ) pengukuran variabel quality of work life (X2) dan
keadilan organisasi (X3) pada tabel di atas menunjukkan hasil uji terhadap model
pengukuran variabel quality of work life (X2) dan keadilan organisasi (X3) dari
Page 183
168
setiap indikator yang menjelaskan konstruk, khususnya variabel laten, maka
semua indikator dapat diikutkan dalam analisis selanjutnya.
Berdasarkan pengukuran variabel quality of work life (X2) menunjukkan
hasil indikator yang paling tinggi yaitu X2.2 sebesar 0,793 yang mencerminkan
bahwa sistem pengembangan karir melalui jenjang karir dan kepangkatan sudah
sesuai yang diharapkan oleh karyawan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Sedangkan indikator X2.5 memberikan kontribusi paling rendah hanya sebesar
0,685. Hal ini menggambarkan karyawan menilai bahwa sarana dan prasarana
serta .fasilitas yang tersedia lainnya masih belum memadai.
Lebih lanjut untuk variabel keadilan organisasi (X3) menunjukkan hasil
indikator keadilan procedural yang paling tinggi yaitu X3.2 sebesar 0,786 yang
mencerminkan bahwa pimpinan senantiasa memberikan inforamasi serta
melakukan komunikasi terhadap kebutuhan khusus karyawan. Sebaliknya
indikator X3.1 memberikan kontribusi paling rendah hanya sebesar 0,731.
Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya tanggungjawab dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan.
5.4.3.3 Kepuasan Kerja (Y1)
Hasil uji CFA variabel kepuasan kerja (Y1) terhadap model secara
keseluruhan (overall) yang terlampir pada lampiran. Hasil uji konstruk variabel
kepuasan kerja (Y1) dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices disajikan
kriteria model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model yang diajukan
menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan
menghasilkan nilai di atas kritis yang menunjukkan bahwa model telah sesuai
dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian model selanjutnya.
Page 184
169
Gambar 5.3 CFA Variabel Kepuasan Kerja
Tabel 5.19 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (Y1)
Goodness of Fit Indices
Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 37,716 Kurang Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0,000 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 7,543 Kurang Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,161 Kurang Baik
GFI ≥ 0,90 0,939 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,817 Kurang Baik
TLI ≥ 0,95 0,892 Kurang Baik
CFI ≥ 0,95 0,946 Baik
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel Evaluasi kriteria Goodness of fit indices Y1 di atas menunjukkan
bahwa terdapat beberapa kriteria model fit yang belum memenuhi standar cut-off
yaitu Chi Square, Probability CMIN/DF, RMSEA, AGFI, dan TLI. Dengan
demikian masih dibutuhkan modifikasi model CFA agar tercapai model fit pada
variabel kepuasan kerja (Y1) yang disajikan pada gambar dan tabel berikut:
Gambar 5.4. CFA Variabel Kepuasan Kerja (Modifikasi)
Page 185
170
Tabel 5.20 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (Y1) Modifikasi
Goodness of Fit Indices Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 2,769 Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0,429 Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 0,923 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik
GFI ≥ 0,90 0,996 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,978 Baik
TLI ≥ 0,95 1,001 Baik
CFI ≥ 0,95 1,000 Baik
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa model pengukuran kepuasan kerja
(Y1) yang telah menunjukkan adanya kriteria model fit atau kesesuaian antara
data dengan model. Secara umum hal ini dapat menjelaskan bahwa model di
atas menunjukkan tingkat penerimaan yang baik oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa model dapat diterima. Selanjutnya untuk mengetahui variabel
yang dapat digunakan sebagai indikator dari kepuasan kerja (Y1) dapat diamati
dari nilai loading faktor atau koefisien lambda ( ) dan tingkat signifikansinya,
yang mencerminkan masing-masing sebagai indikator kepuasan kerja (Y1)
tampak pada tabel 5.20 berikut:
Tabel 5.21 Loading Faktor ( ) Pengukuran (Y1)
Indikator Variabel
Loading Factor ( )
Critical Ratio (C.R)
Prob. (p) Sig.
Y1.1 0,692 10.396 0,000 Signifikan
Y1.2 0,711 10.715 0,000 Signifikan
Y1.3 0,754 10.473 0,000 Signifikan
Y1.4 0,793 11.034 0,000 Signifikan
Y1.5 0,774 Fix 0,000 Signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Loading faktor ( ) pengukuran variabel kepuasan kerja (Y1) pada Tabel di
atas menunjukkan hasil uji terhadap model pengukuran variabel kepuasan kerja
(Y1) dari setiap indikator yang menjelaskan konstruk, khususnya variabel laten,
maka semua indikator dapat diikutkan dalam analisis selanjutnya.
Page 186
171
Lebih lanjut untuk variabel kepuasan kerja (Y1) menunjukkan hasil
indikator promosi pekerjaan yang paling tinggi yaitu Y1.4 sebesar 0,793 yang
mencerminkan bahwa karyawan memperoleh tingkat kepastian pekerjaan dan
prospeknya masa depan yang lebih tinggi, dengan tanggung jawab dan jenjang
organisasionalnya. Sebaliknya indikator Y1.1 memberikan kontribusi paling
rendah hanya sebesar 0,692. Kondisi ini menunjukkan bahwa indikator kepuasan
pada pembayaran masih rendah, karyawan mempersepsikan pembayaran
sebagai hal yang adil dan tidak diragukan sesuai dengan pengharapannya.
5.4.3.4 Kinerja Karyawan (Y2)
Hasil uji CFA variabel kinerja karyawan (Y2) terhadap model secara
keseluruhan (overall) yang terlampir pada lampiran. Hasil uji konstruk variabel
kinerja karyawan (Y2) dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices pada tabel
berikut dengan disajikan kriteria model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model
yang diajukan menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konstruk secara
keseluruhan menghasilkan nilai di atas kritis yang menunjukkan bahwa model
telah sesuai dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian model
selanjutnya.
Gambar 5.5 CFA Variabel Kinerja Karyawan
Page 187
172
Tabel 5.22 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices (Y2)
Goodness of Fit Indices
Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 1,074 Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0,585 Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 0,537 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik
GFI ≥ 0,90 0,998 Baik
AGFI ≥ 0,90 0,989 Baik
TLI ≥ 0,95 1,006 Baik
CFI ≥ 0,95 1,000 Baik
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa model pengukuran kinerja karyawan
(Y2) menunjukkan adanya kriteria model fit atau kesesuaian antara data dengan
model. Secara umum hal ini dapat menjelaskan bahwa model di atas
menunjukkan tingkat penerimaan yang baik oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa model dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui variabel yang dapat digunakan sebagai
indikator dari kinerja karyawan (Y2) dapat diamati dari nilai loading faktor atau
koefisien lambda ( ) dan tingkat signifikansinya, yang mencerminkan masing-
masing sebagai indikator kinerja karyawan (Y2) tampak pada tabel 5.22 berikut:
Tabel 5.23 Loading Faktor ( ) Pengukuran (Y2)
Indikator Variabel
Loading Factor ( )
Critical Ratio (C.R)
Prob. (p) Sig.
Y2.1 0,732 Fix 0,000 Signifikan
Y2.2 0,825 12.142 0,000 Signifikan
Y2.3 0,834 12.235 0,000 Signifikan
Y2.4 0,722 10.766 0,000 Signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Loading faktor ( ) pengukuran variabel kinerja karyawan (Y2) pada Tabel
di atas menunjukkan hasil uji terhadap model pengukuran variabel kinerja
karyawan (Y2) dari setiap indikator yang menjelaskan konstruk, khususnya
variabel laten, maka semua indikator dapat diikutkan dalam analisis selanjutnya.
Page 188
173
Lebih lanjut untuk variabel kinerja karyawan (Y2) menunjukkan hasil
indikator pengetahuan akan pekerjaan yang paling tinggi yaitu Y2.3 sebesar
0,834 yang mencerminkan bahwa tingkat pengetahuan karyawan terkait dengan
tugas yang dibebankan kepadanya sudah sesuai dengan kemampuan dan
keahlian karyawan dalam meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya indikator Y2.4
memberikan kontribusi paling rendah hanya sebesar 0,722. Kondisi ini
menunjukkan bahwa karyawan belum mampu menyesuaikan diri terhadap
kebijakan perusahaan dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan
perusahaan kepadanya.
5.5.3. Pengujian Full Model
5.5.3.1 Structural Equation Modelling (SEM) Full Model Tahap Pertama
Pengujian model tahap pertama diklasifikasikan menjadi variabel eksogen
(Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan organisasi) dan
variabel endogen (kepuasan kerja dan kinerja karyawan). Penentuan nilai dan
model tahap pertama disajikan dalam gambar secara full dari Structural Equation
Modelling (SEM):
Gambar 5.6 Full Model Tahap Pertama
Page 189
174
Gambar full model tahap pertama di atas menunjukkan kesesuaian model
(goodness of fit) yang diuraikan melalui tabel di bawah. Selanjutnya nilai indeks
akan dibandingkan dengan cut-off value dari masing-masing indeks. Indeks
tersebut antara lain indeks Chi Square, indeks probabilitas, indeks CMIN/DF,
indeks RMSEA, indeks FFI, indeks AGFI, indeks TLI, dan indeks CFI. Sebuah
model dinyatakan baik apabila memiliki indeks-indeks goodness of fit yang
sesuai dengan yang disyaratkan oleh nilai kritis cut-off value.
Tabel 5.24 Goodness of Fit - Full Model Tahap Pertama
Goodness of Fit Indices
Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 736,773 Kurang Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0,000 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 2,780 Kurang Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,084 Baik
GFI ≥ 0,90 0,810 Kurang Baik
AGFI ≥ 0,90 0,767 Kurang Baik
TLI ≥ 0,95 0,738 Kurang Baik
CFI ≥ 0,95 0,768 Kurang Baik
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel goodness of fit - full model tahap pertama di atas menunjukkan
bahwa model Structural Equation Modelling (SEM) belum layak digunakan
karena goodness of fit belum memenuhi kriteria berdasarkan petunjuk
modification indices pada program AMOS, selanjutnya dilakukan modifikasi untuk
memperbaiki model tersebut sehingga dapat dinyatakan valid untuk pengujian
hipotesis.
Page 190
175
5.5.3.2 Structural Equation Modelling (SEM) Full Model Tahap Kedua
Gambar 5.7 Full Model Tahap Kedua (Modifikasi)
Berdasarkan gambar full model tahap kedua di atas menunjukkan hasil
evaluasi yang dilakukan sesuai kriteria goodness of fit dan diuraikan melalui tabel
berikut dengan kriteria model serta nilai kritisnya cut-off value yang mempunyai
kesesuaian antara model dan data.
Tabel 5.25 Goodness of Fit - Full Model Tahap Kedua
Goodness of Fit Indices
Cut-off Value Hasil Model Ket
X2 Chi Square α = 5% 269,461 Marginal
Probabilitas ≥ 0,05 0,018 Kurang Baik
CMIN/DF ≤ 2,00 1,208 Baik RMSEA ≤ 0,08 0,029 Baik GFI ≥ 0,90 0,924 Baik AGFI ≥ 0,90 0,889 Marginal TLI ≥ 0,95 0,969 Baik CFI ≥ 0,95 0,977 Baik
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Page 191
176
Tabel goodness of fit - full model tahap kedua menggambarkan tingginya
pengaruh yang berkaitan antarvariabel laten eksogen dan endogen dengan nilai
GFI (R2) sebesar 0,924 atau 92,4%. Artinya keragaman data yang dapat
dijelaskan oleh model struktural tersebut atau dengan kata lain bahwa informasi
yang ada di dalam data 92,4% dapat dijelaskan oleh model tersebut, sedangkan
sisanya 7,6% dijelaskan oleh variabel laten di luar model.
Berdasarkan hasil evaluasi model yang dilakukan menggambarkan
bahwa evaluasi model terhadap konstruk secara keseluruhan telah
menghasilkan nilai kritis sehingga dapat dinyatakan bahwa model tersebut dapat
diterima. Dari delapan kriteria goodness of fit indices, terdapat tiga kriteria yaitu
X2 Chi Square, Probabilitas, dan AGFI, kemudian 5 (lima) kriteria telah memenuhi
kriteria sehingga dapat disimpulkan bahwa model secara keseluruhan dapat
dikatakan telah sesuai dengan data.
Hasil estimasi parameter (regression weight dan standar regression weight)
disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 5.26. Hasil Estimasi Koefisien Regresi Persamaan Struktural untuk Model Tahap Akhir
Standardized Regression
Weights
Estimate
S.E. C.R. P
KK <--- PO_Fit .185 .086 .041 2.113 .035
KK <--- QWL .239 .308 .156 1.970 .049
KK <--- KO .171 .065 .031 2.076 .038
Kin <--- PO_Fit .209 .222 .086 2.586 .010
Kin <--- QWL .212 .620 .314 1.975 .048
Kin <--- KO .099 .086 .065 1.317 .188
Kin <--- KK .181 .413 .198 2.090 .037
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Persamaan struktural yang sesuai berdasarkan model Tahap Final dan
korelasi multipel kuadratnya sebagaimana dalam tabel dan lampiran 5 adalah:
Page 192
177
Y1 = 0,185 X1 + 0,239 X2 + 0,171 X3
Y2 = 0,209 X1 + 0,212 X2 + 0,099 X3 + 0,181 Y1
Keterangan:
, dan berturut-turut adalah variabel Person Organization Fit (P-O
Fit), Quality of work life, dan keadilan organisasi.
1Y dan 2Y berturut-turut adalah variabel kepuasan kerja dan kinerja
karayawan.
5.6. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model empirik yang diajukan dalam penelitian ini dapat
dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan melalui pengujian
koefisien jalur pada model persamaan struktural. Tabel 5.25 merupakan
pengujian hipotesis dengan melihat p value, jika p value lebih kecil dari 0,05
maka hubungan antara variabel signifikan. Hasil pengujian disajikan pada Tabel
berikut:
Tabel 5.27 Pengujian Hipotesis
Variabel Independen
Variabel Dependen
Direct Effect
Standaridize C.R p-value Ket.
Person-Organization Fit (P-O Fit)
Kepuasan kerja
0,185 2.113 0,035 Signifikan
Quality of work life
Kepuasan kerja
0,239 1.970 0,049 Signifikan
Keadilan organisasi
Kepuasan kerja
0,171 2.076 0,038 Signifikan
Person-Organization Fit (P-O Fit)
Kinerja karyawan
0,209 2.586 0,010 Signifikan
Quality of work life
Kinerja karyawan
0,212 1.975 0,048 Signifikan
Keadilan organisasi
Kinerja karyawan
0,099 1.317 0,188 Tidak
Signifikan
Kepuasan kerja
Kinerja karyawan
0,181 2.090 0,037 Signifikan
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Page 193
178
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel di atas menunjukkan
nilai koefisien regresi (regression wight estimate) dan critical ratio (t-hitung).
Hipotesa diterima jika critical ratio (t-hitung) lebih besar dari nilai t-tabel atau p-
value < 0,05. Adapun hubungan fungsional variabel eksogen dan endogen dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,185 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kepuasan kerja
bertanda positif. Nilai critical ratio (t-hitung) 2,113 lebih besar dari 1,960
untuk tingkat kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,035 < 0,05 yang
menunjukkan taraf signifikan 5%. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa
kesesuaian nilai-nilai antara individu dan perusahaan akan menciptakan
kepuasan kerja yang tinggi bagi para karyawan.
b) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,239 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara quality of work life terhadap kepuasan kerja bertanda positif.
Nilai critical ratio (t-hitung) 1,970 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat
kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,049 < 0,05 yang menunjukkan taraf
signifikan 5%. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa peningkatan
quality of work life akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
c) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,171 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja bertanda positif.
Nilai critical ratio (t-hitung) 2,076 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat
kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,038 < 0,05 yang menunjukkan taraf
signifikan 5%. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa keadilan
organisasi yang diterapkan dalam perusahaan akan menciptakan kepuasan
kerja karyawan.
Page 194
179
d) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,209 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja karyawan
bertanda positif. Nilai critical ratio (t-hitung) 2,586 lebih besar dari 1,960
untuk tingkat kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,010 < 0,05 yang
menunjukkan taraf signifikan 5%. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa
kesesuaian nilai-nilai antara nilai individu dan perusahaan akan
meningkatkan kinerja karyawan.
e) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,212 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara quality of work life terhadap kinerja karyawan bertanda positif.
Nilai critical ratio (t-hitung) 1,975 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat
kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,048 < 0,05 yang menunjukkan taraf
signifikan 5%. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa dengan
peningkatan quality of work life akan meningkatkan kinerja karyawan.
f) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,099 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan bertanda
positif. Nilai critical ratio (t-hitung) 1,317 lebih kecil dari 1,960 untuk tingkat
kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,188 > 0,05 yang menunjukkan taraf tidak
signifikan. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa dengan keadilan
orgnisasi tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja
karyawan.
g) Nilai estimasi koefisien sebesar 0,181 > 0 hal ini menunjukkan hubungan
kausal antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan bertanda positif.
Nilai critical ratio (t-hitung) 2,090 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat
kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,037 < 0,05 yang menunjukkan taraf
signifikan 5%. Koefisien tersebut manggambarkan bahwa dengan
peningkatan kepuasan kerja maka akan meningkatkan kinerja karyawan.
Page 195
180
5.6.1. Evaluasi Pengaruh Tidak Langsung (indirect effect)
Tabel standadized indirect effect variabel di bawah menunjukkan hubungan
efek tidak langsung terhadap pengaruh antar variabel. Nilai standadized indirect
effect merepresentasikan kuat tidaknya hubungan antara konstruk penelitian
yang diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5.28 Nilai Standadized Indirect Effect Variabel
Variabel Independen
Variabel Intervening
Variabel Dependen
Standardize Ket.
Person-Organization Fit (P-O Fit)
Kepuasan kerja
Kinerja karyawan
0,036 Sig.
Quality of work life
Kepuasan kerja
Kinerja karyawan
0,127 Sig.
Keadilan organisasi
Kepuasan kerja
Kinerja karyawan
0,027 Sig.
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Hasil interpretasi hubungan tidak langsung (indirect effect) antar variabel
konstruk yang diasumsikan pada model penelitian diuraikan sebagai berikut:
a) Pengaruh tidak langsung Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja
karyawan dengan mempertimbangkan kepuasan kerja menunjukkan adanya
pengaruh yang positif dan signifikan sebesar 0,036. Hal ini digambarkan
bahwa dengan Person-Organization Fit (P-O Fit) yang baik akan
meningkatkan kinerja karyawan dan penciptaan kepuasan kerja sebesar
3,6%.
b) Pengaruh tidak langsung quality of work life terhadap kinerja karyawan
dengan mempertimbangkan kepuasan kerja menunjukkan adanya pengaruh
yang positif dan signifikan sebesar 0,127. Hal ini digambarkan bahwa
dengan quality of work life yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan
dan penciptaan kepuasan kerja sebesar 12,7%.
c) Pengaruh tidak langsung keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan
dengan mempertimbangkan kepuasan kerja menunjukkan adanya pengaruh
Page 196
181
yang positif dan signifikan sebesar 0,027. Hal ini digambarkan bahwa
dengan keadilan organisai yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan
dan penciptaan kepuasan kerja sebesar 2,7%.
5.6.2. Direct Effect, Indirect Effect dan Total Effect
Berdasarkan hasil analisis pengaruh langsung (direct effect) dari semua
garis koefisien dengan anak panah satu ujung, pengaruh tidak langsung (indirect
effect) dengan efek yang muncul melalui variabel intervening, pengaruh total
(total effect) dengan pengaruh dari berbagai hubungan, maka besarnya
pengaruh setiap konstruk dapat dibandingkan. Besarnya pengaruh langsung
(direct effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total
effect) disajikan pada tabel 5.27 berikut:
Tabel 5.29 Besarnya Direct Effect, Indirect Effect dan Total Effect Variabel Direct
Effect Indirect Effect
Total Effect
P-Value
Ket. Independen Dependen
Person-Organization Fit
Kepuasan kerja
0,086 0,000 0,086 0,035 Diterima
Quality of work life Kepuasan kerja
0,308 0,000 0,308 0,049 Diterima
Keadilan organisasi Kepuasan kerja
0,065 0,000 0,065 0,038 Diterima
Person-Organization Fit
Kinerja karyawan
0,222 0,036 0,258 0,010 Diterima
Quality of work life Kinerja karyawan
0,620 0,127 0,747 0,048 Diterima
Keadilan organisasi Kinerja karyawan
0,086 0,027 0,113 0,188 Tidak
Diterima
Kepuasan kerja Kinerja karyawan
0,413 0,000 0,413 0,037 Diterima
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Dari hasil analisis pada tabel besarnya direct effect, indirect effect dan total
effect, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Pengaruh langsung (direct effect) variabel Person-Organization Fit (P-O Fit)
terhadap kepuasan kerja memiliki nilai sebesar 0,086, nilai pengaruh tidak
langsung (indirect effect) sebesar 0,000 sehingga menghasilkan nilai dari
pengaruh total (total effect) sebesar 0,086.
Page 197
182
b) Pengaruh langsung (direct effect) variabel quality of work life terhadap
kepuasan kerja memiliki nilai sebesar 0,308, nilai pengaruh tidak langsung
(indirect effect) sebesar 0,000 sehingga menghasilkan nilai dari pengaruh
total (total effect) sebesar 0,308.
c) Pengaruh langsung (direct effect) variabel keadilan organisasi terhadap
kepuasan kerja memiliki nilai sebesar 0,065, nilai pengaruh tidak langsung
(indirect effect) sebesar 0,000 sehingga menghasilkan nilai dari pengaruh
total (total effect) sebesar 0,065.
d) Pengaruh langsung (direct effect) variabel Person-Organization Fit (P-O Fit)
terhadap kinerja karyawan memiliki nilai sebesar 0,222, nilai pengaruh tidak
langsung (indirect effect) sebesar 0,036 sehingga menghasilkan nilai dari
pengaruh total (total effect) sebesar 0,258.
e) Pengaruh langsung (direct effect) variabel quality of work life terhadap
kinerja karyawan memiliki nilai sebesar 0,620, nilai pengaruh tidak langsung
(indirect effect) sebesar 0,127 sehingga menghasilkan nilai dari pengaruh
total (total effect) sebesar 0,747.
f) Pengaruh langsung (direct effect) variabel keadilan organisasi terhadap
kinerja karyawan memiliki nilai sebesar 0,086, nilai pengaruh tidak langsung
(indirect effect) sebesar 0,027 sehingga menghasilkan nilai dari pengaruh
total (total effect) sebesar 0,113.
g) Pengaruh langsung (direct effect) variabel kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan memiliki nilai sebesar 0,413, nilai pengaruh tidak langsung
(indirect effect) sebesar 0,000 sehingga menghasilkan nilai dari pengaruh
total (total effect) sebesar 0,413.
Besarnya pengaruh langsung (direct effect), pengaruh tidak langsung
(indirect effect) dan pengaruh total (total effect) menunjukkan bahwa ada tiga
Page 198
183
jalur yang memiliki kesamaan antara pengaruh langsung (direct effect) dan
pengaruh total (total effect) yaitu pengaruh quality of work life terhadap kepuasan
kerja, pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja. Hal ini
menggambarkan bahwa ketiga jalur tersebut tidak memiliki pengaruh yang tidak
langsung. Di antara ketujuh jalur terdapat satu jalur yang ditolak yaitu pengaruh
keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan.
5.6.3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dapat diterima atau ditolak berdasarkan pengujian
statistik. Hasil analisis dalam penelitian ini menggambarkan adanya hubungan
langsung (direct effect) dan hubungan tidak langsung (indirect effect) antara
variabel eksogen (Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan
organisasi) dan variabel endogen (kepuasan kerja dan kinerja karyawan).
Berdasarkan tabel 5.25 dan tabel 5.26 maka hipotesis penelitian dideskripsikan
sebagai berikut:
1) Hipotesis pertama: Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh terhadap
kepuasan kerja. Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling
(SEM), memperoleh nilai koefisien jalur 2,113 dan nilai p-value < 0,035 dari
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian
hipotesis pertama dinyatakan diterima.
2) Hipotesis kedua: quality of work life berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM),
memperoleh nilai koefisien jalur 1,970 dan nilai p-value < 0,049 dari 0,05
maka dapat dinyatakan bahwa quality of work life berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian hipotesis kedua dinyatakan
diterima.
Page 199
184
3) Hipotesis ketiga: keadilan organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM),
memperoleh nilai koefisien jalur 2,076 dan nilai p-value < 0,038 dari 0,05
maka dapat dinyatakan bahwa keadilan organisasi berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian hipotesis ketiga dinyatakan
diterima.
4) Hipotesis keempat: Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling
(SEM), memperoleh nilai koefisien jalur 2,586 dan nilai p-value < 0,010 dari
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian
hipotesis keempat dinyatakan diterima.
5) Hipotesis kelima: quality of work life berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM),
memperoleh nilai koefisien jalur 1,975 dan nilai p-value < 0,048 dari 0,05
maka dapat dinyatakan bahwa quality of work life berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis kelima dinyatakan
diterima.
6) Hipotesis keenam: keadilan organisasi berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM),
memperoleh nilai koefisien jalur 1,317 dan nilai p-value > 0,188 dari 0,05
maka dapat dinyatakan bahwa keadilan organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis keenam
dinyatakan ditolak.
7) Hipotesis ketujuh: Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh terhadap
kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Berdasarkan hasil analisis
Page 200
185
Structural Equation Modelling (SEM), dapat dilihat pengaruh tidak langsung
(indirect effect) antara Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja
dengan arah positif dan nilai standaridized sebesar 0,036 maka dapat
dinyatakan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh terhadap
kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Dengan demikian hipotesis
ketujuh dinyatakan diterima.
8) Hipotesis kedelepan: Quality of work life berpengaruh terhadap kinerja
karyawan melalui kepuasan kerja. Berdasarkan hasil analisis Structural
Equation Modelling (SEM), dapat dilihat pengaruh tidak langsung (indirect
effect) antara quality of work life terhadap kinerja dengan arah positif dan
nilai standaridized sebesar 0,127 maka dapat dinyatakan bahwa quality of
work life berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
Dengan demikian hipotesis kedelapan dinyatakan diterima.
9) Hipotesis kesembilan: Keadilan organisasi berpengaruh terhadap kinerja
karyawan melalui kepuasan kerja. Berdasarkan hasil analisis Structural
Equation Modelling (SEM), dapat dilihat pengaruh tidak langsung (indirect
effect) antara keadilan organisasi terhadap kinerja dengan arah positif dan
nilai standaridized sebesar 0,027 maka dapat dinyatakan bahwa keadilan
organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
Dengan demikian hipotesis kesembilan dinyatakan diterima.
10) Hipotesis kesepuluh: kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM),
memperoleh nilai koefisien jalur 2,090 dan nilai p-value < 0,037 dari 0,05
maka dapat dinyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis kesepuluh
dinyatakan diterima.
Page 202
187
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.7. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian, kelima variabel yang diteliti di dalam
penelitian ini ternyata memiliki hubungan antar masing-masing variabel yang
dijelaskan dalam penerapan indikatornya. Pada penelitian ini menggunakan
responden dari beberapa perusahaan BUMN. Responden diperoleh sebanyak
255 orang, sampel berjumlah 260 namun yang layak dipergunakan sebanyak
255 responden, dan kuisioner yang disebar adalah 315 sedangkan 60 responden
yang tidak memenuhi kriteria tidak digunakan karena kesalahan dalam pengisian
kuesioner.
Karakteristik responden hasil penelitian melalui kuesioner berdasarkan
jenis kelamin sebagian besar responden laki-laki, karyawan dengan jenis kelamin
laki-laki masih mendominasi dunia kerja pada perusahaan BUMN. Dari segi usia
didominasi oleh responden dengan tingkat usia antara usia 30 - 40 tahun. Hal ini
menggambarkan bahwa responden terbesar didominasi oleh kelompok usia yang
berada pada kisaran usia antara 30 sampai 40 tahun atau usia di bawah 40
tahun yang merupakan kategori usia produktif masih mendominasi lingkungan
kerja perusahaan BUMN. Faktor usia mengindikasikan bahwa usia
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja serta kematangan seseorang dalam
bekerja. Berdasarkan tingkat pendidikan, didominasi oleh jenjang pendidikan
Strata Satu (S1) dimana tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku
seorang karyawan dalam bekerja dalam rangka meningkatkan kinerjanya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Kemudian karyawan yang mengabdi dengan masa
kerja di atas 11 tahun masih mendominasi lingkungan kerja perusahaan BUMN.
Karyawan yang memiliki masa kerja yang lama akan menimbulkan kesetiaan
Page 203
188
loyalitas terhadap organisasi dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk tidak
meninggalkan perusahaan.
Pembahasan yang akan diuraikan pada bab ini hasil analisis serta
hubungan dari kelima variabel. Literatur-literatur yang menjelaskan tentang teori
Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life, keadilan organisasi,
kepuasan kerja, dan kinerja karyawan telah diperkuat keberadaannya dengan
konsep-konsep teoritis dan dukungan empiris mengenai hubungan kausalitas
antara variabel tersebut. Berikut ini diuraikan mengenai hubungan antar variabel
dari penelitian ini:
5.8. Person-Organization Fit (P-O Fit) Terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Person-Organization Fit
(P-O Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
BUMN dengan nilai critical ratio (t-hitung) 2,113 lebih besar dari 1,960 untuk
tingkat kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,035 < 0,05 yang menunjukkan taraf
signifikan 5%. Hal ini berarti bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan BUMN.
Semakin tinggi komitmen perusahaan untuk menerapkan Person-Organization
Fit (P-O Fit) maka akan semakin memberikan dampak yang lebih baik kepuasan
kerja karyawan.
Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) berada pada kategori baik dan
dibentuk oleh empat indikator yaitu kesesuaian nilai (value congruence),
kesesuaian tujuan (goal congruence), pemenuhan kebutuhan karyawan
(employee need fulfillment), kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture
personality congruence). Sementara kepuasan dibentuk oleh lima indikator yaitu
pembayaran, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, promosi pekerjaan dan
kepenyeliaan.
Page 204
189
Indikator kesesuaian tujuan (goal congruence) merupakan indikator yang
paling dominan berdasarkan tanggapan responden dengan kategori sangat baik,
responden menilai penting indikator tersebut untuk berkomitmen dengan tujuan
dari perusahaan. Kondisi ini ditunjukkan dengan tingginya jawaban responden
bahwa secara umum karyawan memiliki tujuan yang sama dengan tujuan yang
ditetapkan oleh organisasi. Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan
dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki tujuan yang sama dengan
perusahaan BUMN yaitu ingin memajukan organisasi dan mensejahterakan
karyawan.
Karyawan menganggap bahwa jika perusahaan BUMN sukses dan maju,
maka taraf hidup mereka sebagai karyawan BUMN akan terjamin
kesejahteraannya. Hal tersebut menyebabkan karyawan berupaya menunjukkan
semangat dan komitmen yang tinggi pada perusahaan BUMN untuk mencapai
tujuan. Berdasarkan kesesuaian tersebut maka karyawan percaya bahwa
mereka memiliki masa depan yang jelas pada perusahaan BUMN karena ada
kesesuaian antara nilai individu dengan pekerjaan. Kesesuaian yang dapat
menciptakan kepuasan kerja terutama adalah kesesuaian tujuan dan
pemenuhan kebutuhan karyawan, baru kemudian kesesuaian budaya dengan
kepribadian karyawan.
Kepuasan kerja sangat penting dimana tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Tugas yang tidak cocok dengan kemampuan karyawan akan mengarah pada
ketidakpuasan dalam bekerja. Imbalan akan menentukan tingkat kepuasan kerja.
Ketika seseorang mengalami tanggung jawab yang akan menghasilkan
produktivitas atau kinerja yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh teori dari
Scheineder (1988) mengemukakan bahwa individu tertarik dan merasa nyaman
Page 205
190
berada pada sebuah organisasi dikarenakan adanya kesamaan karakteristik
diantara keduanya. Dengan demikian, perusahaan BUMN perlu memperhatikan
temuan ini bahwa kesesuaian antara karyawan dan organisasi merupakan alat
yang kuat untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan mengurangi stress
dalam bekerja.
Melalui pengukuran indikator, ditemukan indikator yang paling rendah
berdasarkan jawaban kuisioner dari responden yaitu indikator kesesuaian
karakteristik kultur-kepribadian (culture personality congruence), tetapi nilai mean
dari indikator ini masih dalam kategori baik walaupun lebih rendah dari nilai
indikator yang lain. Kondisi ini ditunjukkan oleh persepsi karyawan yang menilai
baik indikator ini karena karyawan merasa bahwa budaya yang dimiliki oleh
perusahaan selaras dengan kepribadian karyawan, seperti budaya kerjasama
yang dijunjung tinggi dalam perusahaan BUMN serta penilaian kinerja yang
sesuai dengan nilai budaya dari karyawan. Hal ini sesuai dengan teori dari
Beukema (1987) yang menyatakan bahwa sebuah organisasi mungkin tidak
dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan memenuhi harapan dari setiap
karyawan. Namun jika organisasi yang fleksibel di mana karyawan dapat
menjalankan otoritas yang tepat untuk mendesain ulang aktivitas kerja untuk
kepuasan mereka, maka kebutuhan karyawan dapat terpenuhi dengan baik
maka karyawan dapat meningkatkan kinerja untuk kemajuan organisasi.
Sementara dari hasil analisis deskriptif variabel berdasarkan kelima
perusahaan BUMN yang diteliti dimana Person-Organization Fit (P-O Fit) berada
pada kategori baik dengan nilai mean sebesar 4,19. Perusahaan BUMN yang
menilai paling tinggi Person-Organization Fit (P-O Fit) yaitu PT. Telkom dengan
mean 4,34 sedangkan PT. Pertamina (Persero) memiliki mean terendah yaitu
4,10 tetapi masih dalam kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan
Page 206
191
Person-Organization Fit (P-O Fit) berjalan dengan baik sehingga dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan.
Premis mendasar dalam kecocokan (fit) adalah komponen-komponen
individu akan bekerja lebih sukses ketika sesuai dengan komponen lainnya yang
memperkuat dan mendukung tujuan, kebutuhan dan permintaannya. Penelitian-
penelitian mengenai Person-Organization Fit (P-O Fit) telah memberikan
pengertian yang mendalam tentang meningkatkan kesesuaian (fit),
mempertahankan karyawan dalam jangka panjang dengan meningkatkan
komitmen terhadap perusahaan dan meningkatkan outcomes individu sehingga
akan berimplikasi pada keunggulan strategis yang berkelanjutan bagi
perusahaan (Kristof, 1996; Chatman, 1991; O’Reilly, 1991).
Studi ini didukung oleh temuan Farooqui, et al. (2014) yang meneliti
tentang pengaruh antara Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kepuasan
kerja dan kinerja karyawan dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Person-
Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kinerja dengan kepuasan kerja sebagai variable antara. Namun hasil penelitian
ini berbeda dengan kajian dari penelitan yang dilakukan oleh Aurthy & Daugherty
(2003) dengan hasil temuannya mengenai pengaruh Person-Organization Fit (P-
O Fit) terhadap kepuasan kerja di Inggris dan Spanyol. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan kerja pada karyawan karena interaksi antara
karyawan satu dengan lainnya sangat terbatas. Dengan demikian, perusahaan
BUMN perlu mempertimbangkan mengenai nilai-nilai yang dimiliki karyawan
yang dapat meningkatkan kepuasan kerja demi kemajuan organisasi.
Page 207
192
5.9. Quality of Work Llife Terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dengan nilai critical
ratio (t-hitung) 1,970 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat kerpercayaan 0,05 serta
p-value 0,049 < 0,05 yang menunjukkan taraf signifikan 5%. Quality of work life
dibangun oleh sembilan indikator yaitu, keterlibatan karyawan (employee
participation, pengembangan karir (career development), penyelesaian masalah
(conflict resolution), komunikasi (communication), fasilitas yang tersedia
(wellness), rasa aman terhadap pekerjaan (job security), keselamatan lingkungan
kerja (save environment), kompensasi yang seimbang (equitable compensation)
dan rasa bangga terhadap institusi (pride).
Dari hasil pengukuran variabel quality of work life (X2) melalui loading
faktor ( ) menunjukkan hasil uji terhadap model pengukuran variabel quality of
work life (X2) dari setiap indikator yang menjelaskan konstruk, khususnya
variabel laten, maka semua indikator dapat diikutkan dalam analisis selanjutnya.
Hal ini berarti bahwa dengan quality of work life memberikan kontribusi terhadap
terciptanya kepuasan kerja yang dirasakan karyawan BUMN.
Indikator Rasa bangga terhadap institusi merupakan indikator yang paling
dominan berdasarkan tanggapan responden dengan kategori sangat baik,
responden menilai baik indikator tersebut karena mereka merasa memiliki
kewajiban untuk menjaga nama baik perusahaan. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa karyawan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dan
terlibat dalam proses pembuatan berbagai keputusan organisasional,
pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, mengadakan pertemuan dengan
karyawan secara rutin untuk membahas masalah-masalah strategis sehingga be-
berapa permasalahan dan keluhan yang dihadapi karyawan dapat dipecahkan
Page 208
193
bersama dalam pertemuan tersebut. Kondisi ini membuat karyawan merasa
dihargai dan diperlakukan dengan layak.
Hasil temuan ini sejalan dengan Cascio (2003) yang mengemukakan
bahwa persepsi karyawan ingin rasa aman, mereka merasa puas, dan
mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai layaknya
manusia. Di samping itu, perusahaan BUMN menerapkan kebijakan pada sistem
promosi jabatan yang baik, karyawan yang memiliki masa kerja yang lama dan
kinerjanya meningkat maka akan diangkat golongan jabatannya (grade) setelah
sebelumnya diberikan pelatihan dan pengembangan sehingga karyawan diberi
kesempatan untuk berkembang.
Adanya pengaruh quality of work life terhadap kepuasan kerja
mengindikasikan bahwa quality of work life yang dihasilkan oleh pihak
perusahaan BUMN mampu memenuhi harapan karyawan dalam rangka upaya
peningkatan quality of work life, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Hal ini dibuktikan dari hasil analisis deskriptif variabel berdasarkan kelima
perusahaan yang diteliti dimana variabel quality of work life berada pada kategori
baik dengan mean sebesar 4,12. Nilai mean tertinggi pada PT. Telkom dengan
nilai 4,42 sedangkan nilai terendah pada PT. Pelindo sebesar 3,92 tetapi masih
berada ada kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas
kehidupan kerja (quality of work life) dan kepuasan kerja sangat penting karena
hal tersebut erat hubungannya dengan pencapaian tujuan organisasi.
Persepsi responden terhadap indikator fasilitas yang tersedia masih
dalam kategori baik. Kondisi lingkungan pekerjaan yang nyaman, sarana dan
prasaran serta fasilitas kerja yang tersedia dinilai cukup memadai sehingga
perusahaan harus berupaya untuk meningkatkan dimensi-dimensi quality of work
life agar mampu meningkatkan kepuasan kerja para karyawan. Hal ini
Page 209
194
disebabkan kepuasan tidak semata-mata dipengaruhi oleh sistem imbalan yang
diberikan perusahaan akan tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang
nyaman. Hal ini didukung oleh teori dari Walton (1973) mengemukakan bahwa
quality of work life adalah seberapa efektifnya organisasi dalam memberikan
respon pada kebutuhan–kebutuhan karyawan. Bernardin dan Russel (1993:520)
yang menyatakan bahwa Quality of work life berkenaan dengan tingkat
kepuasan, motivasi, keterlibatan, dan komitmen pribadi yang dialami berkenaan
dengan hidup mereka di tempat kerja.
Hasil penelitian ini berbeda dengan kajian empirik dari penelitan yang
dilakukan oleh Arifin (2012) meneliti tentang pengaruh Quality of work life
terhadap kepuasan kerja dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Quality of
work life tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Sementara studi
ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Selvaraj (2014)
yang menemukan bahwa Quality of work life berpengaruh terhadap kepuasan
kerja. Kanpur, et, al, (2014) juga menemukan bahwa Quality of work life
berpengaruh terhadap kepuasan kerja sehingga pada akhirnya meningkatkan
kinerja kerja karyawan. Dengan demikian, perusahaan BUMN harus
memperhatikan kesembilan indikator dari quality of work life yang akan
mengakibatkan kepuasan kerja para karyawannya.
5.10. Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Hasil analisis menunjukkan bahwa keadilan organisasi memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan kepuasan kerja dengan nilai critical ratio (t-hitung)
2,076 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,038
< 0,05 yang menunjukkan taraf signifikan 5%. Dari hasil pengukuran variabel
keadilan organisasi (X3) dengan kriteria model telah menunjukkan adanya model
fit atau kesesuaian antara data dengan model, melalui loading faktor ( )
Page 210
195
menunjukkan hasil uji terhadap model pengukuran variabel keadilan organisasi
(X3) dari setiap indikator yang menjelaskan konstruk, khususnya variabel laten,
maka semua indikator dapat diikutkan dalam analisis selanjutnya dimana
hubungan kausal antara keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja bertanda
positif. Keadilan organisasi dibentuk dari tiga indikator yaitu keadilan distributive,
keadilan procedural, dan keadilan interaksional. Hal ini berarti bahwa ketiga
indikator yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
Hasil analisis deskriptif variabel yang digunakan pada kelima perusahaan
BUMN yang diteliti membuktikan bahwa ketiga indikator variabel keadilan
organisasi menunjukkan nilai mean 4,12 dan berada pada kategori baik. PT.
Telkom menilai paling tinggi variabel keadilan organisasi dengan mean sebesar
4,38. Walaupun pada PT. PLN (Persero) memiliki nilai mean terendah yaitu
sebesar 3,95 tetapi masih dalam kategori baik. Dengan demikian keadilan
organisasi yang diterapkan perusahaan BUMN telah berjalan dengan baik.
Adanya pengaruh antara keadilan organisasi dan kepuasan kerja dapat
ditunjukkan dari masing-masing indikator yang berpengaruh yaitu, keadilan
distributif dimana karyawan mempersepsikan tentang keadilan pendistribusian
sumberdaya-sumberdaya dalam perusahaan BUMN. Meta analisis yang
dilakukan Colquitt et al. (2001) memperkuat dalil ini dan menyatakan bahwa
keadilan distributif berpengaruh kuat terhadap perilaku spesifik, misalnya
kepuasan imbalan dan kepuasan kerja.
Perusahaan BUMN memberikan imbalan (gaji) secara transparan dan adil
kepada seluruh karyawan sesuai dengan standar yang ditetapkan serta
disesuaikan dengan beban kerja dan kontribusi yang diberikan karyawan kepada
perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Greenberg (1987) yang
Page 211
196
mengemukakan bahwa seseorang cenderung untuk menilai status sosial mereka
dengan penghasilan seperti rewards dan sumberdaya yang mereka terima.
Keadilan distributif memberikan kontribusi dalam menentukan tingkat kepuasan
para karyawan. Sesuai dengan pernyataan Luthan (2006) yang menyatakan
bahwa individu-individu dalam organisasi akan mengevaluasi distribusi hasil-hasil
organisasi, dengan memperhatikan beberapa aturan distributif yang paling sering
digunakan yaitu hak menurut keadilan atau kewajaran.
Selanjutnya keadilan prosedural, indikator keadilan prosedural
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Menurut Lind and Tyler (1988)
kepuasan merupakan salah satu akibat utama dari keadilan prosedural.
Karyawan mempersepsikan bahwa mereka dapat merasakan keadilan yang
sesuai dengan hukum yang berlaku, tidak ada individu atau kelompok yang
diistimewakan. Dalam hal penetapan pemberian kompensasi, perusahaan BUMN
telah menerapkan imbalan sesuai dengan persyaratan dan telah
memperhitungkan seluruh komponen yang telah dipertimbangkan dengan baik.
Colquitt, Greenberg & Zapata-Phelan (2005) menyatakan bahwa
karyawan menunjukkan sikap yang lebih positif dan perilaku terhadap kerja yaitu
kepuasan kerja mereka, jika mereka merasa bahwa mereka diperlakukan secara
adil oleh organisasi mereka dalam setiap aspek. Pengambil keputusan harus
memberikan perhatian khusus terhadap isu-isu seperti mengalokasikan sumber
daya moneter, mempekerjakan karyawan dalam organisasi, pembuatan
kebijakan dan implikasinya dalam menghormati keadilan karena mereka
mempengaruhi orang lain dalam organisasi.
Indikator yang ketiga adalah keadilan interaksional yang merupakan
aspek interaksi melalui penyampaian informasi antar personal yang dapat
dijadikan pertimbangan strategis dalam menentukan rasa puas dalam bekerja. Di
Page 212
197
dalam lingkungan perusahaan BUMN, karyawan memberikan persepsi positif
bagi perusahaan tersebut yang dibuktikan dengan tingginya jawaban responden.
Kondisi ini dapat dilihat berdasarkan penilaian karyawan bahwa mereka
diperlakukan secara adil dalam hal informasi penting yang berkaitan dengan
pekerjaan. Pimpinan menjalin komunikasi kepada seluruh karyawan tanpa
membedakan kedudukan dan jabatannya sehingga interaksi antara atasan dan
bawahan di dalam perusahaan dapat terjalin dengan baik.
Greenberg (1987) menyatakan bahwa keadilan interaksional mempunyai
dua komponen yang berdiri sendiri, yaitu keadilan interpersonal dan keadilan
informasional. Adanya hubungan antara pembuat keputusan (decision maker)
dengan si penerima (receiver), dapat membentuk kriteria interpersonal. Kriteria
yang dapat membentuk, karena adanya empati, social sensitivity dan
consideration. Empati berarti apakah si pembuat keputusan dapat mengenali
atau memahami perasaan individu disekitarnya (melibatkan kemampuan untuk
masuk ke dalam perspektif orang disekitarnya), social sensitivity adalah apakah
si pembuat keputusan memperlakukan individu berdasarkan martabat manusia
diikuti dengan rasa hormat terhadap manusia, dan consideration adalah apakah
si pembuat keputusan mendengarkan setiap hal yang berkaitan dengan
permasalahan bawahan.
Cohen-Charash dan Spector (2001), menunjukkan bahwa keadilan
organisasi memainkan peran penting dalam pembentukan berbagai sikap seperti
kepuasan dan komitmen, serta perilaku seperti kinerja, perilaku peran ekstra, dan
perilaku kontraproduktif.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Zu’bi,
2014; Iqbal, 2013; Rai, 2013; Naeem, et al. 2014) menemukan bahwa ketiga
dimensi keadilan organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini
Page 213
198
sejalan dengan temuan Karakose (2014) yang meneliti mengenai pengaruh
keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja guru-guru SLTA di Turki dan
menemukan bahwa keadilan organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan
kerja. Sementara Bakhshi et al. (2009) menemukan bahwa dimensi keadilan
distributif berpengaruh terhadap kepuasan kerja sedangkan dimensi keadilan
prosedural tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Namun
bertentangan dengan kajian yang dilakukan oleh hasil penelitian dari Fernandes
dan Awamleh (2006) yang menemukan bahwa keadilan distribusi tidak memiliki
hubungan positif dengan kepuasan kerja.
Kajian Thibaut dan Walker (1975) menyatakan bahwa pihak-pihak yang
bertikai rela menyerahkan kendali dalam tahap keputusan selama mereka
menahan kendali dalam tahap proses dimana pihak-pihak yang bertikai ini
menganggap bahwa prosedur tersebut adil jika terdapat kendali proses yang
disebut sebagai “fair process effect” atau pengaruh “voice” yang disamakan
dengan keadilan procedural. Hal ini diperkuat dengan temuan Iqbal (2013) yang
menemukan bahwa dimensi keadilan prosedural dan keadilan interaksional
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Sementara Dimensi keadilan distributive
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Dari hasil temuan ini maka
perusahaan harus tetap memelihara nilai-nilai keadilan yang dapat menciptakan
kepuasan kerja bagi karyawan.
5.11. Person-Organization Fit (P-O Fit) Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Person-Organization Fit
(P-O Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
BUMN dengan nilai critical ratio (t-hitung) 2,586 lebih besar dari 1,960 untuk
tingkat kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,010 < 0,05 yang menunjukkan taraf
signifikan 5%. Hal ini berarti bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
Page 214
199
memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan BUMN.
Semakin tinggi komitmen perusahaan untuk menerapkan Person-Organization
Fit (P-O Fit) maka akan semakin tinggi pula tingkat kinerja karyawan perusahaan
BUMN.
Variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) berada pada kategori baik dan
dibentuk oleh empat indikator yaitu kesesuaian nilai (value congruence),
kesesuaian tujuan (goal congruence), pemenuhan kebutuhan karyawan
(employee need fulfillment), kesesuaian karakteristik kultur-kepribadian (culture
personality congruence). Hasil analisis menunjukkan bahwa semua indikator
Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Sementara kinerja karyawan dibentuk oleh empat indikator yaitu kualitas
pekerjaan, kuantitas pekerjaan, pengetahuan akan pekerjaan, dan tanggung
jawab terhadap pekerjaan.
Melalui kuisioner yang telah disebarkan dapat diketahui bahwa Person
organization fit pada perusahaan BUMN berjalan dengan baik, sesuai dengan
jawaban responden yang memberikan jawaban tertinggi untuk indikator pertama
yang menyatakan bahwa nilai dalam diri mereka sesuai dengan nilai dari
perusahaan. Indikator kesesuaian tujuan (goal congruence) merupakan indikator
yang paling dominan berdasarkan tanggapan responden dengan kategori sangat
baik, responden menilai penting indikator tersebut untuk berkomitmen dengan
tujuan dari perusahaan. Kondisi ini ditunjukkan dengan tingginya jawaban
responden bahwa secara umum karyawan memiliki tujuan yang sama dengan
tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Berdasarkan jawaban responden atas
pertanyaan dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki tujuan yang sama
dengan perusahaan BUMN yaitu ingin memajukan organisasi dan
mensejahterakan karyawan. Sedangkan hasil analisis deskriptif variabel
Page 215
200
berdasarkan kelima perusahaan BUMN yang diteliti dimana Person-Organization
Fit (P-O Fit) berada pada kategori baik dengan nilai mean sebesar 4,19.
Perusahaan BUMN yang menilai paling tinggi Person-Organization Fit (P-O Fit)
yaitu PT. Telkom dengan mean 4,34 sedangkan PT. Pertamina (Persero)
memiliki mean terendah yaitu 4,10 tetapi masih dalam kategori baik. Hal ini
mengindikasikan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) diterapkan dengan
baik sehingga dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja.
Dalam proses rekruitmen dan seleksi karyawan, perusahaan BUMN
memperhatikan kecocokan antara karyawan dengan organisasi dari segi nilai-
nilai dan tujuan sehingga dapat mendorong terbentuknya keterikatan karyawan
dimana terbentuknya keterikatan karyawan sangat menguntungkan bagi
perusahaan karena kinerja karyawan dapat lebih maksimal. Selain itu,
perusahaan BUMN telah menyampaikan nilai-nilai dan budaya perusahaan
kepada karyawan pada saat rekruitmen dan seleksi. Kriteria seleksi karyawan
tidak hanya dilakukan berdasarkan pada person-job fit, tetapi dilengkapi dengan
person-organization fit. Kristof (1996) menyatakan bahwa pendekatan person-
job fit ini kurang baik dalam proses seleksi karyawan, efektivitas organisasi tidak
hanya didukung oleh kesuksesan tugas pekerjaan karyawan saja tetapi perlu
memperhatikan perilaku karyawan secara luas.
Sedangkan tingkat kinerja dari karyawan perusahaan BUMN ditunjukkan
jawaban responden yang menyatakan bahwa penilaian terhadap kinerja para
karyawan sesuai yang diinginkan oleh karyawan. Keahlian dan kemampuan yang
dimiliki karyawan sangat sesuai dengan persyaratan yang diminta perusahaan
BUMN. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Mondy dan Noe (2005) yang
mengemukakan bahwa kesesuaian karyawan dengan organisasi merupakan
faktor yang tidak kalah pentingnya dengan persyaratan yang lainnya dalam
Page 216
201
penerimaan karyawan di suatu organisasi, “person organizational fit refers to
management’s perception of the degree to which the prospective employee will fit
in with the firm’s culture or value system”. Sehingga akan diperoleh karyawan
yang benar-benar memiliki kompetensi yang diinginkan organisasi, yaitu yang
mampu untuk berubah mengikuti perkembangan.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa orang sering bekerja untuk
perusahaan yang dapat membuat mereka menggunakan keahlian dan
kemampuan terbaik mereka dan menyediakan lingkungan yang sesuai dengan
atribut pribadi mereka (Kristof, 1996), jadi organisasi yang dapat membuat
karyawan merasa dapat melakukan keahlian dan kemampuan terbaik mereka
serta lingkungan yang sesuai dengan atribut personal mereka akan mendukung
kinerja yang lebih baik.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai pentingnya aspek
fit antara nilai individu dengan nilai organisasi dalam upaya peningkatan kinerja
karyawan. Person-Organization Fit (P-O Fit) memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan perusahaan BUMN karena hal ini menyangkut kesesuaian antara
nilai-nilai yang berlaku pada perusahaan BUMN dengan nilai-nilai karyawan,
dimana nilai dan keyakinan akan membentuk pengalaman-pengalaman sesuai
dengan tujuan organisasi tersebut. Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi, maka
perusahaan memperhatikan kecocokan organisasi secara keseluruhan terutama
terkait dengan konteks pekerjaan. Semakin baik Person-Organization Fit (P-O
Fit) maka akan memberikan pengaruh yang signifikan juga positif terhadap
kinerja karyawan. Kristof (1996) memperkuat temuan ini yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dari Person-Organization Fit (P-O Fit)
terhadap kinerja karyawan. Interaksi antara variabel Person-Organization Fit (P-
O Fit) dengan kinerja karyawan yang positif, menunjukkan bahwa penerapan
Page 217
202
Person-Organization Fit (P-O Fit) akan meningkatkan kinerja karyawan.
Kesesuaian nilai-nilai individu dengan nilai-nilai perusahaan memastikan individu
lebih nyaman dan tenang dalam bekerja sehingga hal ini akan berdampak positif
pada kinerja karyawan. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai
pentingnya aspek fit antara nilai individu dengan nilai organisasi dalam upaya
peningkatan kinerja karyawan. Hal ini sejalan dengan bukti empiris dalam studi
Tepeci (2001) yang menemukan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) dalam
organisasi memiliki dampak yang kuat terhadap peningkatan kinerja karyawan.
Temuan dari hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Winfred et al. (2006), yang menyatakan bahwa variabel Person-
Organization Fit (P-O Fit) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja karyawan dan disarankan untuk menambahkan outcomes variabel yang
memediasi hubungan Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan kinerja
karyawan. Dengan demikian, perusahaan BUMN diharapkan memperhatikan
temuan ini bahwa kesesuaian nilai yang dimiliki karyawan dengan perusahaan
dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam bekerja.
5.12. Quality of Work Llife Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai critical
ratio (t-hitung) 1,975 lebih besar dari 1,960 untuk tingkat kerpercayaan 0,05 serta
p-value 0,048 < 0,05 yang menunjukkan taraf signifikan 5%. Quality of work life
dibangun oleh sembilan indikator yaitu, keterlibatan karyawan (employee
participation, pengembangan karir (career development), penyelesaian masalah
(conflict resolution), komunikasi (communication), fasilitas yang tersedia
(wellness), rasa aman terhadap pekerjaan (job security), keselamatan lingkungan
kerja (save environment), kompensasi yang seimbang (equitable compensation)
Page 218
203
dan rasa bangga terhadap institusi (pride). Dari hasil pengukuran variabel quality
of work life (X2) melalui loading faktor ( ) menunjukkan hasil uji terhadap model
pengukuran variabel quality of work life (X2) dari setiap indikator yang
menjelaskan konstruk, khususnya variabel laten, maka semua indikator dapat
diikutkan dalam analisis selanjutnya. Hal ini berarti bahwa dengan quality of work
life memberikan kontribusi terhadap terciptanya kepuasan kerja yang dirasakan
karyawan BUMN.
Indikator Rasa bangga terhadap institusi merupakan indikator yang paling
dominan berdasarkan tanggapan responden dengan kategori sangat baik,
responden menilai penting indikator tersebut karena mereka merasa memiliki
kewajiban untuk menjaga nama baik perusahaan. Kondisi ini ditunjukkan
berdasarkan hasil analisis dari masing-masing indikator yaitu:
a) Keterlibatan karyawan. Indikator ini dinilai baik oleh karyawan BUMN di
Sulawesi Selatan dengan kategori sangat baik. Dalam hal ini karyawan
merasa selalu dilibatkan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan
perusahaan seperti membentuk tim peningkatan kualitas, membentuk tim
keterlibatan karyawan, dan mengadakan pertemuan partisipasi karyawan.
Pimpinan selalu tanggap dalam menerima masukan, gagasan dan ide-ide
yang berkaitan dengan pekerjaan.
Cascio (1995) memperkuat temuan ini dan menyatakan bahwa
pengikutsertaan karyawan dalam operasi perusahaan dan pengambilan
keputusan akan membuktikan bahwa karyawan diterima dan dihargai yang
berdampak pada munculnya perasaan memiliki dan perasaan ikut
bertanggung jawab pada keberhasilan tujuan perusahaan.
b) Pengembangan karir. Karyawan yang diberi kesempatan untuk memperoleh
kesempatan mengikuti program pelatihan dan pengembangan akan selalu
Page 219
204
berusaha meningkatkan kinerjanya dengan keterampilan dan keahlian yang
mereka miliki. Indikator ini dipersepsikan dengan baik oleh karyawan
ditunjukkan berdasarkan tingginya jawaban responden. Di samping itu,
sistem jenjang karir dan kepangkatan di perusahaan BUMN sudah sesuai
yang diharapkan dimana perusahaan membuat pola pengembangan karir
yang jelas untuk meningkatkan jenjang karir karyawan sehingga mereka
termotivasi untuk lebih giat bekerja sehingga kinerja mereka dapat
meningkat.
Hal tersebut sesuai dengan teori dari Cascio (1992) yang menyatakan
bahwa perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
mendapatkan pekerjaan yang tertantang (job enrichment) dan kesempatan
yang lebih luas untuk pengembangan diri. Sehingga dapat mendorong
karyawan untuk lebih mengembangkan dirinya.
c) Penyelesaian masalah. Permasalahan yang berhubungan dengan program
kerja dipersepsikan karyawan dalam kategori baik. Pihak manajemen
membuka jalur formal untuk menyampaikan keluhan atau permasalahan
yang dihadapi karyawan dan dilaporkan pada rapat atau laporan harian.
Pimpinan selalu ikut serta dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi karyawan yang berkaitan dengan pekerjaan. Selain itu, pimpinan
membuka suatu wadah yang formal untuk menyelesaikan permasalahan
antara sesama karyawan atau antara karyawan dan atasan, sehingga
karyawan dapat lebih nyaman dalam bekerja. Cascio (1995) menyatakan
bahwa pencegahan terjadinya konflik ditetapkan prosedur penyelesaian
konflik dengan menunjuk pihak serta mekanisme penyampaian masalah
sebelum terjadinya konflik.
Page 220
205
d) Komunikasi. Konsep komunikasi yang terbuka untuk memperoleh informasi-
informasi yang penting oleh setiap karyawan dipersepsikan dalam kategori
baik. Hal ini dapat dipahami bahwa informasi yang perlu diketahui seluruh
karyawan baik melalui manajemen langsung maupun melalui serikat pekerja
selalu dikomunikasikan dengan baik melalui jalur-jalur formal pada saluran-
saluran yang ditetapkan sebagaimana telah ditunjukkan melalui struktur
dalam organisasi tersebut.
Perusahaan BUMN mengembangkan sistem komunikasi yang terbuka untuk
meminimalisasi konflik di antara karyawan, atau antara karyawan dengan
atasan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Karyawan dapat
dengan mudah memperoleh informasi-informasi penting yang dibutuhkan
seperti informasi mengenai pelatihan dan pengembangan sehingga
karyawan dapat mengerti mengenai penugasan yang diberikan, informasi
tentang jenjang karir, informasi yang menyangkut teknologi informasi yang
berkembang pesat karena informasi merupakan hal penting dalam quality of
work life. Karyawan dengan leluasa dapat bertukar informasi, mencari pokok
permasalahan yang dibahas bersama pada setiap pertemuan. Sesuai
dengan teori Cascio (1995) yang menyatakan bahwa penciptaan dan
pengembangan komunikasi yang efektif berfungsi dalam proses pertukaran
informasi. Proses ini akan menjamin aliran informasi ke tiap pekerja.
e) Fasilitas yang tersedia. Karyawan menilai bahwa sarana dan prasarana yang
tersedia di perusahaan sebagai penunjang pekerjaan sangat penting agar
mereka puas dengan kondisi kerja yang dihadapi. Indikator ini dinilai baik
berdasarkan jawaban responden karena pihak manajemen perusahaan
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
karyawan dalam bekerja. Lingkungan dan kondisi kerja yang nyaman
Page 221
206
membuat karyawan merasa puas dalam bekerja sehingga kinerja mereka
meningkat.
Menurut Cascio (2003) fasilitas yang biasanya disediakan oleh institusi terdiri
dari sarana dan prasana yang mendukung baik fisik maupun nonfisik,
contohnya tempat pelayanan kesehatan yang memadai aman, nyaman dan
memenuhi standar pelayanan minimal, program rekreasi karyawan, jaminan
kesehatan, alat transportasi, dan komunikasi. Dengan demikian, karyawan
lebih maksimal jika fasilitas yang disediakan orgnaisasi bersifat aman dan
sesuai dengan standar.
f) Rasa aman terhadap pekerjaan. Jaminan lingkungan kerja yang aman dinilai
penting bagi karyawan dengan mempersepsikan indikator ini dengan sangat
tinggi. Hal ini dapat dipahami bahwa program pensiun, status karyawan tetap
harus sesuai dengan standar. Rasa aman dapat diperoleh karyawan melalui
posisi sebagai karyawan tetap yang berpenghasilan tetap tanpa adanya
sistem kerja kontrak atau karyawan outsourcing. Dengan adanya program
pensiun, program jaminan kesehatan, lingkungan kerja yang aman,
karyawan merasa aman bekerja di perusahaan BUMN. Hal tersebut
merupakan kekuatan yang memiliki nilai tambah bagi perusahaan BUMN.
Seperti yang dikemukakan oleh Cascio (1995) bahwa program keamanan
kerja dapat dilakukan dengan menghindarkan rasa takut akan mengalami
pemutusan hubungan kerja secara sepihak dan penyelenggaraan program
dana pensiun.
g) Keselamatan lingkungan kerja. Indikator ini dinilai penting bagi karyawan hal
ini ditunjukkan dengan tingginya jawaban responden. Setiap karyawan telah
mendapatkan jaminan lingkungan kerja yang aman. Di samping itu, sarana
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ada sudah sesuai dengan
Page 222
207
standar. Lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman menciptakan
semangat kerja yang tinggi bagi para karyawan sehingga mereka termotivasi
untuk meningkatkan kinerja.
Perusahaan BUMN memberikan pelayanan dan perlindungan kerja bagi
karyawan untuk menghindari kemungkinan faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan dan mencegah adanya gangguan kesehatan
pada karyawan yang disebabkan lingkungan kerja yang tidak aman sehingga
kepercayaan karyawan untuk bekerja dengan rasa tenang dapat
direalisasikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cascio (1992) bahwa
tersedianya lingkungan kerja yang kondusif, termasuk di dalamnya
penetapan jam kerja, peraturan yang berlaku kepemimpinan serta lingkungan
fisik. Lingkungan ini sangat penting terutama bagi keselamatan dan
kenyamanan karyawan dalam menjalankan tugasnya.
h) Kompensasi yang seimbang. Karyawan memperoleh gaji yang adil sesuai
dengan pekerjaan mereka dipersepsikan karyawan dalam kategori baik.
Indikator ini dinilai penting karena karyawan akan memiliki motivasi untuk
bekerja jika mereka mendapat imbalan yang sesuai. Perusahaan BUMN
memberikan kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial. Kompensasi
finansial diwujudkan melalui pemberian gaji, tunjangan atau imbalan yang
sesuai berdasarkan tanggungjawab karyawan. Sedangkan kompensasi non
finansial diberikan seperti adanya jaminan sosial.
Cascio (2003) menyatakan tujuan adanya sistem kommpensasi adalah
menarik, menahan dan memotivasi karyawan demi mencapai keadilan antara
karyawan dan organisasi. Dengan demikian, kompensasi merupakan salah
satu motivator bagi karyawan untuk merasa puas terhadap apa yang
diberikan perusahaan atas pekerjaannya.
Page 223
208
i) Rasa bangga terhadap institusi. Indikator ini dinilai sangat penting bagi
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan dengan memberikan jawaban dengan
kategori sangat baik. Karyawan merasa memiliki kewajiban untuk menjaga
nama baik perusahaan dan memperkuat identitas dan citra perusahaan,
meningkatkan partisipasi masyarakat, dan lebih peduli terhadap lingkungan.
Rasa kebanggaan karyawan terhadap perusahaan BUMN diwujudkan
melalui penghargaan atas tugas dan kewajiban yang diberikan dan
melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Karyawan merasa bangga terhadap pekerjaan dan selalu menjaga nama
baik dan reputasi perusahaan sebagai salah bagian dari perusahaan BUMN
sehingga secara keseluruhan rasa bangga terhadap institusi sangat
menguntungkan perusahaan dan diwujudkan melalui partisipasi karyawan
dengan adanya hubungan timbal balik antara sesama karyawan atau antara
karyawan dan atasan. Karyawan merasa menjadi bagian dari perusahaan
BUMN sehingga mereka merasa berat untuk meninggalkan perusahaan
tersebut. Hal ini diperkuat oleh teori Cascio (2003) bahwa rasa bangga
terhadap institusi dapat diimplementasikan dengan cara memperkuat
identitas dan citra organisasi, meningkatkan partisipasi masyarakat serta
meningkatkan rasa peduli terhadap lingkungan hidup.
Dari hasil analisis deskriptif variabel berdasarkan kelima perusahaan
yang diteliti dimana variabel quality of work life berada pada kategori baik dengan
mean sebesar 4,12. Nilai mean tertinggi pada PT. Telkom dengan nilai 4,42
sedangkan nilai terendah pada PT. Pelindo sebesar 3,92 tetapi masih berada
ada kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa quality of work life telah
diterapkan dengan baik sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja
karyawan yang diperkuat dengan pernyataan dari Kossen (1987) bahwa quality
Page 224
209
of work life mempengaruhi kualitas kehidupan karyawan. Quality of work life
merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh managemen sumber daya
manusia untuk memartabatkan karyawannya dalam lingkungan kerja. Dengan
demikian organisasi yang baik akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan karyawan sebagai bentuk kepedulian terhadap pentingnya tugas yang
dilakukan karyawan, jenjang karier, imbalan dan prospek pekerjaan mereka di
masa yang akan datang.
Studi Akecth et. al. (2012); Acheampong et. al. (2016) dan Chib (2012)
mendukung hasil penelitian dengan menemukan bahwa Quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Kajian empirik
Sheel et al. (2012) juga mengemukakan bahwa jika karyawan diberi kebebasan
untuk melakukan aktivitas sesuai dengan fungsi pekerjaannya maka mereka
dapat meningkatkan kinerja untuk kemajuan organisasi. Namun, hasil penelitian
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ZohurulIslam (2006) yang
menguji pengaruh quality of work life terhadap kinerja dan hasil temuannya
menunjukkan bahwa quality of work life tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan kinerja.
Dari hasil temuan ini, maka diharapkan perusahaan BUMN
memperhatikan quality of work life sebagai variabel penting yang dapat
meningkatkan kinerja karyawan dalam bekerja.
5.13. Keadilan Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Hasil analisis menunjukkan bahwa keadilan organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan dengan nilai
critical ratio (t-hitung) 1,317 lebih kecil dari 1,960 untuk tingkat kerpercayaan 0,05
serta p-value 0,188 > 0,05 yang menunjukkan taraf tidak signifikan. Keadilan
organisasi dibentuk dari tiga indikator yaitu keadilan distributive, keadilan
Page 225
210
procedural, dan keadilan interaksional dan ketiga indikator tersebut tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa penerapan
keadilan organisasi tidak memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya
kinerja karyawan BUMN. Dengan kata lain kinerja karyawan tidak ditentukan oleh
keadilan organisasi.
Keadilan organisasi merupakan suatu bentuk perlakuan organisasi
terhadap para pegawainya dalam menerapkan perilaku yang adil untuk
mendapatkan kinerja dan sumber daya manusia yang kompetitif. Tidak
signifikannya pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan BUMN
disebabkan oleh fakta bahwa BUMN merupakan perusahaan miliki negara yang
menjadi sumber pendapatan negara dimana aktivitas utamanya adalah
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada umumnya karyawan percaya
bahwa BUMN telah bersikap adil bagi para pegawainya seperti sistem
kompensasi yang adil, proses penetapan imbalan yang sesuai standar,
komunikasi yang baik dengan atasan, penyampaian informasi yang adil berkaitan
dengan pekerjaan sehingga hal tersebut tidak menimbulkan kecemburuan di
antara para karyawan karena bentuk keadilan yang dirasakan karyawan telah
sesuai yang diharapkan.
Karyawan yakin BUMN telah menerapkan keadilan organisasi dengan
baik mengingat bahwa seluruh kebijakan yang berlaku pada perusahaan BUMN
telah ditentukan berdasarkan regulasi dan aturan yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan formal melalui sebuah sistem yang dilakukan secara transparan
sehingga menjadi budaya dan kebiasaan bagi para karyawan. Hal ini dibuktikan
dengan jawaban responden dari seluruh pertanyaaan dari masing-masing
indikator keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional rata-
Page 226
211
rata responden menjawab setuju di atas 50% dengan mean sebesar 4,30 berada
pada kategori sangat baik.
Pendistribusian sumber daya yang merupakan bagian dari indikator
keadilan distributif seperti, kompensasi yang adil, sistem imbalan yang sesuai
dengan beban pekerjaan yang diberikan kepada karyawan telah dilakukan
secara transparan dan adil sehingga karyawan merasa bahwa BUMN telah
memperlakukan mereka secara adil. Hal tersebut sesuai dengan meta analisis
dari Colquitt et, al (2001) yang mengemukakan bahwa keadilan distributif
berpengaruh kuat terhadap spesifik, misalnya kepuasan imbalan dan kepuasan
kerja.
Pimpinan perusahaan BUMN telah menerapkan keputusan yang
berkaitan dengan pekerjaan secara konsisten kepada seluruh karyawan seperti
tidak ada perlakuan diskriminasi dalam hal penerapan aturan, proses penetapan
standar penggajian yang memperhitungkan seluruh komponen sesuai dengan
persyaratan tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cropanzano (1998)
bahwa keadilan prosedural melibatkan karakteristik formal sebuah sistem, dan
salah satu indikator yang jelas dari keadilan prosedural adalah adanya beberapa
mekanisme yang mengatur secara jelas bagi karyawan untuk mengatakan
tentang sesuatu yang terjadi dalam pekerjaannya.
Indikator keadilan interaksional yang mengacu pada keadilan
informasional serta proses komunikasi mengenai prosedur perusahaan. Dalam
aktivitas perusahaan BUMN, pimpinan menjalin komunikasi kepada seluruh
karyawan tanpa membedakan kedudukan dan jabatannya, adanya saluran
informasi dan saluran partisipasi yang dibutuhkan karyawan terkait dengan
pekerjaan. Greenberg (1987) juga menjelaskan bahwa keadilan organisasi
adalah keadilan dimana manfaat dan beban organisasi dialokasikan berdasarkan
Page 227
212
kewajaran atau keadilan proses dimana keputusan dibuat, kewajaran
pengelolaan interpersonal, dan informasi.
Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa seluruh deskripsi
jawaban yang diberikan responden, rata-rata jawaban setuju sebesar 57,6%. Hal
ini mengindikasikan bahwa perusahaan BUMN dianggap sudah menerapkan
keadilan organisasi dengan baik. Ketiga indikator yaitu keadilan distributif,
keadilan prosedural dan keadilan interaksional yang digunakan telah diterapkan
secara adil dan dilakukan secara kontinue sehingga karyawan telah terbiasa
mengenai hal tersebut sehingga karyawan dapat mengukur keseimbangan
antara hasil yang mereka terima dengan input yang diberikan kepada
perusahaan.
Sedangkan dari hasil analisis deskriptif variabel yang digunakan pada
kelima perusahaan BUMN yang diteliti membuktikan bahwa ketiga indikator
variabel keadilan organisasi menunjukkan nilai mean 4,12 dan berada pada
kategori baik. PT. Telkom menilai paling tinggi variabel keadilan organisasi
dengan mean sebesar 4,38. Walaupun pada PT. PLN (Persero) memiliki nilai
mean terendah yaitu sebesar 3,95 tetapi masih dalam kategori baik. Dengan
demikian keadilan organisasi yang diterapkan perusahaan BUMN telah berjalan
dengan baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung keadilan
organisasi terhadap kinerja karyawan tidak signifikan tetapi setelah dimediasi
oleh kepuasan kerja maka berpengaruh signifikan. Secara khusus, keadilan
organisasi dalam perusahaan BUMN tidak signifikan mempengaruhi kinerja
karyawan dalam bekerja. Semakin baik penerapan keadilan organisasi, tidak
membuat kinerja karyawan semakin baik, begitu pun sebaliknya. Untuk
menerapkan keadilan organisasi dengan baik dalam meningkatkan kinerja
Page 228
213
karyawan maka perusahaan BUMN harus berupaya untuk meningkatkan aspek
kepuasan kerja para karyawan.
Kajian ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Armstrong &
Baron (1998) menyatakan bahwa faktor keadilan organisasi merupakan salah
satu elemen sistem organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja seorang
karyawan. Teori tersebut diperkuat oleh hasil penelitian dari Moorman (2009)
yang menyatakan bahwa fungsi keadilan memiliki efek langsung pada kinerja
karyawan, keadilan khususnya organisasi adalah kesepakatan dengan situasi
ketika karyawan menyimpulkan tentang perilaku mereka dalam bekerja dan
bagaimana efek persepsi ini terhadap kinerja.
Lebih lanjut hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Bakhshi et. al.
(20019) dan Wang et. al. (2010) yang menemukan bahwa keadilan orgnasisasi
tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil kajian ini membantah
temuan Ghodsian et, al. (2015) yang meneliti mengenai hubungan antara
keadilan organisasi dan kinerja karyawan di sebuah sekolah di Iran dan
temuannya menyatakan bahwa ketiga dimensi keadilan organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sementara Shakoorzadeh et al.
(2015) dan Diab (2015) menemukan bahwa dimensi keadilan distributif dan
keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja karyawan sedangkan keadilan
interaksional tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja.
Temuan ini merupakan faktor penting bagi perkembangan perusahaan
BUMN untuk memperhatikan ketiga indikator keadilan organisasi, bahwa ketiga
indikator tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kondisi ini mencerminkan bahwa karyawan di perusahaan BUMN tidak
menjadikan aspek keadilan sebagai penentu bagi kinerja mereka.
Page 229
214
5.14. Person-Organization Fit (P-O Fit) Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Person-Organization Fit
(P-O Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN
melalui kepuasan kerja menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan
signifikan sebesar 0,036. Hal ini digambarkan bahwa dengan Person-
Organization Fit (P-O Fit) yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan dan
penciptaan kepuasan kerja sebesar 3,6%. Hasil analisis Structural Equation
Modelling (SEM), dapat dilihat pengaruh tidak langsung (indirect effect) antara
Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja dengan arah positif maka
dapat dinyatakan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh terhadap
kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
Beberapa tinjauan literatur yang telah dikaji sebelumnya dalam menguji
pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja karyawan yang
menyarankan untuk menambahkan variabel intervening maka dalam studi ini
peneliti menambahkan satu variabel yaitu kepuasan kerja sebagai variabel
intervening yang memediasi hubungan Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan
kinerja karyawan. Hasil analisis membuktikan bahwa kepuasan kerja secara
signifikan dapat memediasi pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit) dengan
kinerja karyawan dilihat dari nilai pengaruh langsung (direct effect) dan pengaruh
tidak langsung (indirect effect) variabel Person-Organization Fit (P-O Fit)
terhadap kepuasan kerja sehingga menghasilkan nilai dari pengaruh total (total
effect) yang memiliki taraf signifikan.
Adanya pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap kinerja
karyawan lebih kuat dimediasi oleh kepuasan kerja. Kondisi ini diakibatkan oleh
Page 230
215
adanya kesamaan tujuan antara karyawan dengan organisasi yang berdampak
pada peningkatan kepuasan kerja yang ditunjukkan dengan keberpihakan
karyawan pada organisasi, sehingga karyawan termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya. Hal ini mengindikasikan dengan adanya dukungan mediasi kepuasan
kerja yang tinggi dari karyawan, pengaruh kesesuaian antara karyawan dengan
perusahaan dapat mengurangi keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan
sehingga memiliki komitmen untuk memajukan perusahaan.
Pada penelitian ini, variabel kepuasan kerja berfungsi sebagai variabel
intervening yang kuat untuk variabel Person-Organization Fit (P-O Fit) terhadap
variabel kinerja karyawan (indirrect effect). Variabel intervening adalah variabel
yang berfungsi sebagai mediasi antara variabel Independen dengan variabel
dependen. Hal ini sesuai dengan Kristof-Brown AL, et.al. (2005) menyatakan
Person-Organization Fit (P-O Fit) membentuk faktor yang signifikan serta
berdampak pada kualitas pekerjaan terhadap perusahan. Keduanya merupakan
sebagai pelengkap (Terkait dengan kesesuaian sikap, nilai, Norma, tujuan dan
budaya organisasi) dan terjadi saat seorang pegawai mampu mencapai tuntutan
perusahaan dan secara individu kebutuhannya juga dipenuhi oleh organisasi,
berhubungan positif untuk kepuasan kerja dan kinerja secara kontekstual.
Person-Organization Fit (P-O Fit) yang dimiliki karyawan perusahaan
BUMN, yaitu berupa adanya kesesuaian antara nilai-nilai dalam visi, misi
organisasi dengan nilai-nilai pada diri karyawan. Chatman (1991) menyatakan
bahwa nilai-nilai adalah fundamental dan mempertahankan karakteristik dari
individual dan organisasi. Selain itu, adanya komitmen untuk mencapai tujuan
perusahaan, adanya kerjasama yang baik dalam tim, perasaan nyaman dengan
rekan kerja, kesesuaian karakteristik organisasi dengan karyawan yang sesuai
dengan standar kerja perusahaan BUMN.
Page 231
216
Selanjutnya Meglino (1989) mengemukakan bahwa individu yang
mempunyai nilai-nilai yang sama dengan organisasi, maka mereka akan mudah
berinteraksi secara efisien dengan sistem nilai organisasi, mengurangi
ketidakpastian, dan konflik serta meningkatkan kepuasan dan komitmen serta
meningkatkan kinerja. Kepuasan kerja sangat penting dimana tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Tugas yang tidak cocok dengan kemampuan karyawan
akan mengarah pada ketidakpuasan dalam bekerja. Imbalan akan menentukan
tingkat kepuasan kerja. Ketika seseorang mengalami tanggung jawab yang
sesuai dengan kemampuannya, maka ia akan melakukan suatu pekerjaan yang
menunjukkan produktivitas atau kinerja yang lebih tinggi.
Dalam proses perekrutan karyawan, perusahaan BUMN menggunakan
pendekatan Person-Organization Fit (P-O Fit) bukan berdasarkan pekerjaan
yang ditawarkan (Person-Job Fit). Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Kristof (1996) dan Sekiguci (2004) bahwa pendekatan person-job fit ini kurang
baik dalam proses seleksi karyawan, mereka berpendapat bahwa efektivitas
organisasi tidak hanya didukung oleh kesuksesan tugas pekerjaan karyawan
saja tetapi perlu memperhatikan perilaku karyawan secara luas. Pendekatan
Person organization Fit (P-O Fit) dapat mendukung hal ini.
Hasil dari penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
Farooqui & Nagendra (2014) meneliti tentang pengaruh antara Person-
Organization Fit (P-O Fit) terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan dan
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja dengan kepuasan
kerja sebagai variable antara.
Page 232
217
Temuan empiris ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Boxx,
Odom,& Dunn, (1991) bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) memiliki
pengaruh terhadap kepuasan kerja yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Silverthone (2003); Boxx, Odom,& Dunn, (1991); dan
Chatman, (1991) menyatakan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
berpengaruh secara signifikan dari kepuasan kerja yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Namun hasil penelitian ini berbeda
dengan kajian dari penelitan yang dilakukan oleh Aurthy & Daugherty (2003)
dengan hasil temuannya mengenai pengaruh Person-Organization Fit (P-O Fit)
terhadap kepuasan kerja yang menunjukkan bahwa Person-Organization Fit (P-
O Fit) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pada
karyawan.
Perusahaan BUMN perlu memperhatikan hubungan ketiga variabel
bahwa kesesuaian nilai karyawan dengan perusahaan memberikan kontribusi
bagi peningkatan kinerja karyawan baik secara langsung maupun melalui
variabel intervening yaitu kepuasan kerja.
5.15. Quality of Work Llife Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN melalui
kepuasan kerja. Hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM), dapat dilihat
pengaruh tidak langsung (indirect effect) antara quality of work life terhadap
kinerja menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan sebesar 0,127.
Hal ini digambarkan bahwa dengan quality of work life yang baik akan
meningkatkan kinerja karyawan dan penciptaan kepuasan kerja sebesar 12,7%.
Quality of work life dibangun oleh sembilan indikator yaitu, keterlibatan karyawan
Page 233
218
(employee participation, pengembangan karir (career development),
penyelesaian masalah (conflict resolution), komunikasi (communication), fasilitas
yang tersedia (wellness), rasa aman terhadap pekerjaan (job security),
keselamatan lingkungan kerja (save environment), kompensasi yang seimbang
(equitable compensation) dan rasa bangga terhadap institusi (pride).
Beberapa tinjauan literatur yang telah dikaji sebelumnya dalam menguji
pengaruh quality of work life terhadap kinerja karyawan yang menyarankan untuk
menambahkan variabel intervening maka dalam studi ini peneliti menambahkan
satu variabel yaitu kepuasan kerja sebagai variabel intervening yang memediasi
hubungan quality of work life dengan kinerja karyawan. Hasil analisis
membuktikan bahwa kepuasan kerja secara signifikan dapat memediasi
pengaruh quality of work life dengan kinerja karyawan dilihat dari nilai pengaruh
langsung (direct effect) dan pengaruh tidak langsung (indirect effect) variabel
quality of work life terhadap kepuasan kerja sehingga menghasilkan nilai dari
pengaruh total (total effect) yang memiliki taraf signifikan.
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
quality of work life mampu memberikan implikasi yang signifikan terhadap kinerja
baik secara langsung, maupun secara tidak langsung dengan dimediasi melalui
kepuasan kerja. Variabel kepuasan kerja merupakan variabel intervening atau
mediasi bagi pengaruh quality of work life terhadap kinerja secara tidak langsung.
Sembilan indikator dalam variabel quality of work life terbukti secara signifikan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Adanya
peningkatan dimensi-dimensi quality of work life akan memberikan pengaruh
secara tidak langsung terhadap peningkatan kinerja karyawan perusahaan
BUMN dan diikuti dengan peningkatan kepuasan kerja.
Page 234
219
Karyawan mempersepsikan positif quality of work life dalam perusahaan
BUMN, karyawan merasa bahwa perusahaan selalu memberi kesempatan
kepada mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pekerjaan, keramahan dan sikap sopan serta rasa saling
menghormati sangat ditekankan pada perusahaan BUMN. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Madlock (2008) yang mengemukakan bahwa menghormati
orang lain, kerjasama dalam tim, mempercayai orang lain dan berbagi informasi
memiliki hal positif sehingga berdampak pada kepuasan dan kinerja karyawan.
Pihak perusahaan juga tanggap dalam menerima masukan, melibatkan
karyawan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka,
sistem jenjang karir dan kepangkatan di perusahaan BUMN sudah sesuai yang
diharapkan, pimpinan membuka suatu wadah yang formal untuk menyelesaikan
permasalahan antara sesama karyawan atau antara karyawan dan atasan.
Selain itu karyawan dapat dengan mudah memperoleh informasi-informasi
penting yang dibutuhkan seperti informasi mengenai pelatihan dan
pengembangan, informasi tentang jenjang karir, perusahaan juga menyediakan
program pensiun, program jaminan kesehatan, lingkungan kerja yang aman,
program jaminan sosial tenaga kerja sehingga karyawan merasa aman dan
terbebas dari rasa takut akan kemungkinan mengalami kecelakaan kerja karena
adanya jaminan dari perusahaan, sarana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang ada sudah sesuai dengan standar, pencegahan Penyakit Akibat Kerja
(PAK), dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
Walton (1973) menyatakan bahwa quality of work life merupakan
komponen seperti pembayaran yang adil dan cukup, lingkungan kerja yang
nyaman, memberikan peluang yang berkelanjutan, mematuhi aturan dan
peraturan di lingkungan kerja, loyalitas sosial bekerja hidup, fasilitas, integrasi
Page 235
220
sosial dan homogenitas dalam lingkungan kerja dan pengembangan kemampuan
manusia. Di samping itu, perusahaan memberikan kompensasi finansial
diwujudkan melalui pemberian gaji, tunjangan atau imbalan yang sesuai
berdasarkan tanggungjawab karyawan dan kompensasi non finansial diberikan
seperti adanya jaminan sosial, cuti, dan tersedianya fasilitas kesehatan.
Karyawan merasa bangga terhadap pekerjaan dan selalu menjaga nama baik
dan reputasi perusahaan sebagai salah bagian dari perusahaan BUMN. Lau et.
al, (1999) menggambarkan quality of work life sebagai lingkungan kerja yang
menguntungkan yang mendukung dan meningkatkan kepuasan dengan memberi
karyawan imbalan, jaminan kerja, dan peluang pertumbuhan karir.
Temuan ini diperkuat oleh dukungan teori dari Cascio (1995) yang
mengemukakan bahwa quality of work life adalah persepsi-persepsi karyawan
bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif merasa puas dan mendapat
kesempatan mampu untuk tumbuh dan berkembang sebagai layaknya manusia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Rubel dan
Kee (2014) yang meneliti tentang pengaruh quality of work life terhadap
kepuasan kerja dan kinerja karyawan dan menyatakan bahwa quality of work life
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dalam mencapai
tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan. Kajian
empiris tersebut berbeda dengan Arifin (2012) yang menemukan bahwa Quality
of work life tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan ZohurulIslam et. al.
(2006) yang menemukan bahwa Quality of work life tidak berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Perusahaan BUMN perlu memperhatikan hubungan variabel ini bahwa
indikator dari quality of work life memberikan kontribusi penting bagi peningkatan
Page 236
221
kinerja karyawan baik secara langsung maupun melalui variabel intervening yaitu
kepuasan kerja.
5.16. Keadilan Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja
Hasil analisis menunjukkan bahwa keadilan organisasi memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN melalui kepuasan
kerja. Hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM), dapat dilihat pengaruh
tidak langsung (indirect effect) antara keadilan organisasi terhadap kinerja
dengan arah positif maka dapat dinyatakan bahwa keadilan organisasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja dengan nilai
signifikan sebesar 0,027. Hal ini digambarkan bahwa dengan keadilan organisai
yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan dan penciptaan kepuasan kerja
sebesar 2,7%.
Li dan Cropanzano (2009) menyebutkan bahwa keadilan organisasi dapat
meningkatkan kinerja individu, melahirkan perilaku kewarganegaraan, kesehatan
mental yang baik, tingkat stres yang rendah dan berbagai sikap individu yang
lebih baik. Keadilan organisasi dibentuk dari tiga indikator yaitu keadilan
distributive, keadilan procedural, dan keadilan interaksional dan ketiga indikator
tersebut berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Beberapa tinjauan literatur yang telah dikaji sebelumnya dalam menguji
pengaruh keadilan organisasi terhadap kinerja karyawan yang menyarankan
untuk menambahkan variabel intervening maka dalam studi ini peneliti
menambahkan satu variabel yaitu kepuasan kerja sebagai variabel intervening
yang memediasi hubungan keadilan organisasi dengan kinerja karyawan. Seperti
yang dikemukakan oleh Libby (1999) bahwa studi sebelumnya tidak mampu
untuk menghubungkan antara persepsi keadilan yang meningkat dengan kinerja
Page 237
222
yang juga makin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya ketidakjelasan apakah
memang suatu bentuk keadilan akan mengarahkan kinerja organisasi secara
langsung atau harus melalui beberapa variabel moderator atau variabel
intervening. Ia menyimpulkan bahwa dengan hasil studi lebih lanjut
memungkinkan adanya hubungan kausalitas antara keadilan organisasi dengan
kinerja pegawai, sehingga diharapkan dengan menganalisis data yang
dikumpulkan, persepsi tentang suatu keadilan akan dapat menjelaskan sebuah
peningkatan kinerja.
Hasil analisis membuktikan bahwa kepuasan kerja secara signifikan
dapat memediasi pengaruh keadilan organisasi dengan kinerja karyawan dilihat
dari nilai pengaruh langsung (direct effect) dan pengaruh tidak langsung (indirect
effect) variabel keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja sehingga
menghasilkan nilai dari pengaruh total (total effect) yang memiliki taraf signifikan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keadilan organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan secara
langsung. Tetapi jika dimediasi dengan variabel kepuasan kerja maka ada
pengaruh yang signifikan. Hal ini berarti bahwa jika keadilan organisasi yang
dirasakan oleh karyawan rendah serta efektivitas kinerja organisasi dan keadilan
yang diterima karyawan masih rendah, seperti kondisi psikologis yang
menekankan pada persepsi tentang kenyamanan di tempat kerja tetapi setelah
diimbangi dengan kepuasan kerja yang dirasakan karyawan tinggi, maka kinerja
yang dimiliki oleh karyawan akan ikut meningkat.
Keadilan organisasi tidak memberikan kontribusi secara langsung
terhadap kinerja karyawan BUMN dibutuhkan variabel yang dapat memediasi
hubungan antara kedua variabel tersebut dan pada penelitian ini kepuasan kerja
merupakan prediktor kuat sebagai variabel intervening.
Page 238
223
Temuan ini sejalan dengan kajian empiris dari Wang et al. (2010); Kaleem
et. al. (2011) dan Khuong et. al (2016) yang menunjukkan bahwa keadilan
organisasi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja karyawan, hal
tersebut terjadi dikarenakan terdapat variabel lain yang memediasi variabel
keadilan organisasi terhadap variabel kinerja sehingga dapat membantu
meningkatkan kinerja karyawanya.
Ketiga indikator dari keadilan organisasi yaitu keadilan distributif, keadilan
prosedural dan keadilan interaksional masing-masing menunjukkan arah postif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai
variabel intervening. Dengan demikian, jika karyawan memiliki persepsi bahwa
mereka merasa puas dalam bekerja dengan kondisi psikologis yang menekankan
pada tentang kenyamanan di tempat kerja maka akan menimbulkan efisiensi dan
peningkatan kinerja karyawan.
Dukungan teori yang memperkuat temuan ini adalah Greenberg (1990)
yang mengemukakan bahwa konsep keadilan organisasi umumnya dianalisis
dalam tiga kategori: keadilan distributif, prosedural dan interaksional. Hal ini
berbeda dengan McFarlin dan Sweeney (1992) yang mengusulkan hanya dua
model faktor keadilan organisasi yaitu terdiri dari keadilan distributif dan keadilan
procedural dimana keadilan distributif berkaitan dengan hasil tingkat organisasi
(kepuasan) sedangkan keadilan prosedural berkaitan dengan hasil tingkat
organisasi (komitmen organisasional).
Konsep dari McFarlin sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diab
(2015) yang menemukan bahwa antara unsur-unsur keadilan (Distributif dan
prosedural) dan kinerja ada hubungan yang signifikan. Tetapi tidak ada
hubungan yang signifikan antara keadilan interaksional dan efisiensi.
Page 239
224
Hubungan ketiga variabel ini merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh Perusahaan BUMN bahwa jika nilai-nilai keadilan organisasi
diterapkan maka akan meningkatkan kinerja karyawan tetapi melalui variabel
intervening yaitu variabel kepuasan kerja. Namun hubungan secara langsung
antara keadilan organisasi dengan kinerja karyawan tidak memberikan dampak
bagi peningkatan kinerja karyawan dalam bekerja.
5.17. Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan BUMN. Persepsi
responden mengenai variabel kepuasan kerja berdasarkan hasil data primer
menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap kepuasan kerja berada
pada kategori sangat baik dengan nilai critical ratio (t-hitung) 2,090 lebih besar
dari 1,960 untuk tingkat kerpercayaan 0,05 serta p-value 0,037 < 0,05 yang
menunjukkan taraf signifikan 5%. Hal ini menggambarkan bahwa kepuasan kerja
memiliki peranan penting bagi karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Indikator
kepuasan kepada pembayaran merupakan indikator yang paling dominan
berdasarkan tingginya jawaban responden dan berada pada kategori sangat
baik, responden menilai penting indikator tersebut karena pembayaran
merupakan cerminan organisasi dalam menghargai kontribusi para karyawan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepuasan kerja merupakan variabel endogen dalam penelitian ini.
Variabel Kepuasan Kerja dengan indikator pembayaran, pekerjaan itu sendiri,
rekan kerja, promosi pekerjaan dan kepenyeliaan. Menurut Luthans (2006)
terdapat lima aspek kepuasan kerja yang diukur dengan pekerjaan itu sendiri
(berhubungan dengan tanggung jawab, minat dan pertumbuhan); kualitas
supervisi (terkait dengan bantuan teknis dan dukungan sosial); hubungan
Page 240
225
dengan rekan kerja (berkaitan dengan harmoni sosial dan respek); kesempatan
promosi (terkait dengan kesempatan untuk pengembangan lebih jauh); dan
pembayaran (yang terkait dengan pembayaran yang memadai dan persepsi
keadilan). Sementara kinerja karyawan dibangun atas empat indikator yaitu,
kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, pengetahuan akan pekerjaan dan
tanggung jawab terhadap pekerjaan. Variabel kepuasan kerja dapat diuraikan
pada masing-masing indikator berdasarkan persepsi responden sebagai berikut:
a) Pembayaran. Karyawan memperoleh gaji dan tunjangan sesuai dengan
kontribusi yang diberikan karyawan kepada perusahaan. Persepsi karyawan
terhadap indikator pembayaran berada pada kategori sangat baik. Bila upah
dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas kemungkinan
besar akan menghasilkan kepuasan. Perusahaan BUMN selalu memberikan
imbalan kepada karyawan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dihadapi
karyawan, sesuai dengan kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh
karyawan. Karyawan juga diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi dalam rangka peningkatan sumber daya manusia yang
dimiliki BUMN. Dengan demikian, karyawan merasa puas dan akhirnya
berupaya meningkatkan kinerjanya.
Robbins dan Judge (2008) memperkuat temuan ini dan mengemukakan
bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh tantangan pekerjaan, gaji, kondisi
kerja, kecocokan kepribadian dan pekerjaan serta rekan kerja. Kepuasan
kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah
yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Page 241
226
b) Pekerjaan itu sendiri. Indikator ini dinilai oleh karyawan sangat penting
berada pada kategori sangat baik. Hal ini dapat dipahami karena karyawan
selalu memperoleh kesempatan untuk mencoba metode sendiri dalam
melakukan pekerjaan. Di samping itu, karyawan cenderung menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan
kemampuan dan keterampilannya yang mereka miliki. Kepuasan kerja
dirasakan karyawan berdasarkan keberhasilan dalam menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu sesuai instruksi dari pimpinan dan mendapat
penghargaan dari pimpinan atas usahanya yang memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kinerjanya.
Pekerjaan yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan serta wawasan yang memudahkan karyawan dalam bekerja.
Luthans (2006) mengemukakan bahwa sebuah pekerjaan menyediakan
tugas yang menyenangkan, kesempatan belajar dan kesempatan untuk
mendapatkan tanggung jawab.
c) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
interaksi sosial. Karyawan merasa sangat puas bekerja jika mereka mampu
membangun kerja sama dalam sebuah tim, mempunyai rekan kerja yang
ramah, kebersamaan, saling bertukar pikiran, jalinan komunikasi yang baik,
kepercayaan yang tinggi menciptakan keharmonisan dan mendukung serta
mempengaruhi tingkat kepuasan seorang karyawan.
Perilaku atasan seorang pekerja adalah merupakan determinan utama dari
kepuasan. Kepuasan kerja yang karyawan dirasakan melalui perilaku atasan
mempunyai sifat yang ramah dan memahami karyawan, memberikan pujian
untuk suatu kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan dan
menunjukkan suatu minat pribadi terhadap mereka serta terciptanya
Page 242
227
hubungan yang harmonis antara atasa dengan karyawan. Hal tersebut
diperkuat oleh dukungan teori dari Robbins (2006) yang menyatakan bahwa
kepuasan atau ketidakpuasan pegawai adalah respon pegawai terhadap
evaluasi tingkat kesesuaian antara harapan sebelumnya dan kinerja desain
pekerjaan aktual yang dirasakan oleh pegawai. Dimana hubungan antar
rekan kerja merupakan interaksi sosial yang mempengaruhi perilaku individu
dalam bekerja. Kebutuhan dasar manusia untuk melakukan hubungan sosial
akan terpenuhi dengan adanya rekan kerja yang mendukung karyawan. Jika
terjadi konflik dengan rekan kerja, maka akan berpengaruh pada tingkat
kepuasan karyawan terhadap pekerjaan..
d) Promosi pekerjaan. Penilaian karyawan terhadap indikator promosi masih
dalam kategori baik. Karyawan menilai bahwa kebijakan promosi yang
dilakukan perusahaan berdasarkan prestasi dan hasil kerja karyawan
dimana promosi memberikan peningkatan pribadi, tanggungjawab dan status
sehingga karyawan merasa bahwa kebijakan promosi (kenaikan
pangkat/atau jabatan) belum sesuai dengan harapan mereka. Individu yang
merasa bahwa keputusan promosi yang telah ada berlaku dengan baik akan
berpengaruh terhadap kepuasan kerjanya. Selain itu, karyawan dapat
mengakses informasi dengan mudah mengenai jenjang karir dan
kepangkatan dalam perusahaan tersebut.
Apabila perusahaan melaksanakan sistem karir dan pemberian imbalan
yang adil, maka akan memotivasi karyawan dalam bekerja dengan baik
sehingga menunjukkan bahwa kinerja karyawan tersebut tinggi. Menurut
Robbins (2006) karyawan memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri
dan memperluas pengalaman kerja, dengan terbukanya kesempatan untuk
kenaikan jabatan.
Page 243
228
e) Kepenyeliaan (supervise). Indikator kepenyeliaan dinilai penting bagi
karyawan BUMN dengan persepsi karyawan terhadap sepervisi dengan
kategori sangat baik. Peraturan dan kebijakan di tempat kerja sangat
memudahkan karyawan dalam bekerja karena supervisi berhubungan
dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam
melakukan pekerjaannya. Pimpinan perusahaan juga selalu terbuka dalam
memberikan solusi kepada para karyawan yang sedang mengalami
permasalahan terkait dengan pekerjaan yang dihadapinya.
Kepuasan karyawan tinggi menyebabkan kinerja karyawan meningkat yang
diakibatkan oleh perhatian pihak perusahaan dalam pengembangan karir
para karyawannya yang berimplikasi pada persepsi karyawan bahwa bekerja
di perusahaan BUMN sangat berarti bagi hidup mereka dengan adanya
jenjang karir bagi setiap posisi karyawan yang ada di perusahaan sehingga
para karyawan merasa memiliki masa depan di perusahaan.
Adanya hubungan antara kinerja karyawan dengan supervisi yang baik
kepada karyawan, serta transparansi pemberian tugas sehingga karyawan
merasa memiliki pekerjaan sebagai upaya peningkatan kinerja. Locke &
Luthans (2006) mengemukakan bahwa kemampuan supervisor untuk
menyediakan bantuan teknis dan perilaku dukungan, hubungan fungsional
dan hubungan keseluruhan yang positif memberikan tingkat kepuasan kerja
yang paling besar dengan atasan.
Seluruh indikator kepuasan kerja memiliki mean 4,22 dari kelima
perusahaan BUMN yang diteliti. Nilai mean tertinggi pada PT. Telkom dengan
nilai sebesar 4,35 sedangkan nilai terendah pada PT. Pertamina dengan mean
4,10 tetapi masih dalam kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan
Page 244
229
merasa puas dalam bekerja pada perusahaan tersebut sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja mereka.
Variabel kinerja karyawan memiliki nilai mean paling tinggi dari lima
variabel yang digunakan dengan nilai mean sebesar 4,25. Keempat indikator
dinilai paling tinggi oleh PT. Telkom dengan nilai sebesar 4,46, dan nilai terendah
pada PT. PLN (Persero) sebesar 4,13 tetapi masih dalam kategori baik. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pencapaian kinerja telah tercapai sesuai
dengan target dimana dalam perusahaan BUMN para karyawan bekerja dengan
sistem berbasis kinerja, karyawan dinilai berdasarkan kinerja yang dihasilkan.
Pengaruh kepuasan kerja yang signifikan terhadap kinerja karyawan
perusahaan BUMN melalui penelitian ini sesuai dengan dukungan teori dari
Robbins (2006) juga menyatakan mengenai dampak kepuasan kerja pada kinerja
karyawan. Karyawan yang merasa puas akan pekerjaannya memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk membicarakan hal-hal positif tentang
organisasinya, membantu yang lain, dan berbuat kinerja pekerjaan mereka
melampaui perkiraan normal.
Kepuasan karyawan diperoleh bukan hanya dari lingkungan kerja yang
ada namun lebih banyak ditentukan oleh budaya perusahaan yang kondusif.
Robbins (2007) menyatakan bahwa kinerja karyawan yang berkualitas sangat
dibutuhkan oleh organisasi dalam rangka meningkatkan kualitas kerja, agar
kinerja tersebut tercapai maka karyawan sebaiknya mendapatkan kepuasan
dalam bekerja lebih dahulu.
Sementara Luthans (2005) menyatakan dalam salah satu dimensinya
bahwa kepuasan kerja merupakan jawaban emosional terhadap suatu situasi
pekerjaan. Penelitian ini relevan dengan temuan empirik yang dilakukan oleh
(Ostrof, 1992; Carmeli et, al., 2004; Reisel, 2007; Rose, et al., 2009; Al-ahmadi,
Page 245
230
2009; Doghonadze, 2013; Azeem et al., 2014; Dugguh et al., 2014; Talasaz,
2014) yang menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan
secara signifikan terhadap kinerja. Namun temuan ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Crossman & Zaki (2003: 77); Way (2010);
Kuswandi et, al. (2015) dan Sangadji (2014) mengadakan penelitian dan
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan
kinerja karyawan. Temuan tersebut diperkuat oleh meta-analysis dari Judge et. al
(2001) yang menyatakan bahwa ada korelasi antara kepuasan kerja dengan
kinerja, hal tersebut hanya sebuah bentuk korelasi, tetapi tidak ditemukan bahwa
kepuasan kerja dapat meningkatkan kinerja.
Banyak perdebatan yang muncul mengenai hubungan antara kepuasan
kerja dengan kinerja, sebagian peneliti mengemukakan bahwa hampir tidak ada
hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja (Iaffaldano dan Muchinsky, 1985).
Akan tetapi sebagian peneliti lain juga berpendapat bahwa yang terjadi adalah
sebaliknya yaitu kinerja mengakibatkan kepuasan kerja. Hal ini diperkuat oleh
dukungan teori dari Chruden (1988) yang mengemukakan bahwa dengan kinerja
yang baik karyawan akan mendapatkan penghargaan seperti promosi, insentif
dan sebagainya sehingga hal tersebut menjadi pendorong terjadinya kepuasan
kerja.
Mackenzie, Podzakoff dan Ahearne (1997) mematahkan perdebatan
mengenai hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja, menurut analisisnya
bahwa yang membedakan kinerja menjadi in-role performance dan extra role
performance. Kinerja yang mempengaruhi (antecendent) adalah in-role
performance sedangkan kinerja yang dipengaruhi (consequence) adalah extra
role performance, peneliti yang menyatakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi
Page 246
231
oleh kinerja atau sebaliknya kinerja yang mempengaruhi kepuasan kerja,
keduanya dianggap benar berdasarkan pada variabel yang digunakan.
Berdasarkan temuan tersebut maka diharapkan perusahaan BUMN tetap
mempertahankan nilai-nilai yang dapat menyebabkan kepuasan kerja bagi para
karyawan yang selanjutnya berdampak pada peningkatan kinerja karyawan demi
memajukan dan mencapai tujuan organisasi.
Page 247
232
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja. Dengan demikian, jika kesesuaian nilai-nilai antara individu
dan perusahaan, kesesuaian tujuan, pemenuhan kebutuhan dan kesesuaian
karakteristik terpenuhi dengan baik maka hal ini dapat menciptakan
kepuasan kerja yang tinggi bagi para karyawan BUMN di Sulawesi Selatan.
Sebaliknya jika kesesuaian nilai-nilai antara individu dan perusahaan,
kesesuaian tujuan, pemenuhan kebutuhan dan kesesuaian karakteristik tidak
terpenuhi maka semakin rendah pula kepuasan kerja yang dirasakan
karyawan.
2) Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja. Hal ini manggambarkan bahwa keterlibatan karyawan, pengembangan
karir, penyelesaian masalah, komunikasi, fasilitas yang tersedia, rasa aman
terhadap pekerjaan, keselamatan lingkungan, kompensasi, rasa bangga
terhadap institusi sangat mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan BUMN
dalam bekerja. Semakin baik penerapan quality of work life dalam
perusahaan maka semakin kepuasan kerja semakin tinggi, begitupun
sebaliknya, jika quality of work life rendah maka semakin rendah pula
kepuasan kerja yang dirasakan karyawan.
3) Keadilan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja. Jika keadilan distributive, keadilan procedural dan keadilan
interaksional diterapkan dengan baik dalam perusahaan maka hal ini akan
Page 248
233
meningkatkan kepuasan kerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Tetapi
sebaliknya, jika keadilan organisasi tidak diterapkan dalam perusahaan
maka kepuasan kerja karyawan tidak dapat tercapai.
4) Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Perusahaan BUMN telah menerapkan kesesuaian nilai-
nilai antara individu dan perusahaan, kesesuaian tujuan, pemenuhan
kebutuhan dan kesesuaian karakteristik, hal ini terbukti dengan adanya
kesesuaian tujuan antara karyawan dan perusahaan yaitu sama-sama ingin
memajukan organisasi dan mensejahterakan karyawan. Selain itu,
kesesuaian gaji yang diterima karyawan dan fasilitas yang memadai dalam
bekerja membuat mereka termotivasi untuk terus bekerja dengan baik yang
dapat meningkatkan kinerja karyawan BUMN.
5) Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Ketika keterlibatan karyawan, pengembangan karir, penyelesaian
masalah, komunikasi, fasilitas yang tersedia, rasa aman terhadap pekerjaan,
keselamatan lingkungan, kompensasi, rasa bangga terhadap institusi dapat
dicapai dengan baik maka hal tersebut dapat meningkatkan kinerja
karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Sebaliknya jika quality of work life
tidak tercapai maka semakin rendah pula kinerja karyawan.
6) Keadilan organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hal ini manggambarkan bahwa keadilan orgnisasi tidak memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kinerja karyawan BUMN di Sulawesi
Selatan tetapi setelah dimediasi oleh kepuasan kerja maka keadilan
organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penerapan keadilan
organisasi dalam lingkungan perusahaan BUMN dirasakan karyawan telah
Page 249
234
berjalan dengan sesuai harapan mereka baik yang menyangkut keadilan
distributif, keadilan prosedural maupun keadilan interaksional.
7) Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Perusahaan BUMN selalu
berupaya untuk meningkatkan kesesuaian karyawan dengan lingkungannya
terbukti dengan adanya keselarasan tujuan antara karyawan dan
perusahaan, kompensasi yang seimbang, keberpihakan karyawan pada
organisasi, sehingga karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Hal ini menggambarkan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit)
memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan BUMN di
Sulawesi Selatan melalui mediasi kepuasan kerja.
8) Quality of work life berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan melalui kepuasan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa quality of
work life memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan
BUMN di Sulawesi Selatan melalui mediasi kepuasan kerja. Organisasi yang
baik akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan karyawan
sebagai bentuk kepedulian terhadap pentingnya tugas yang dilakukan
karyawan. Adanya peningkatan dimensi-dimensi quality of work life akan
memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan kinerja
karyawan perusahaan BUMN dan diikuti dengan peningkatan kepuasan
kerja.
9) Keadilan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan melalui kepuasan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa keadilan
organisasi tidak memberikan kontribusi secara langsung terhadap tinggi
rendahnya kinerja karyawan BUMN di Sulawesi Selatan. Pentingnya posisi
kepuasan kerja dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan dalam
Page 250
235
perusahaan dapat ditunjukkan antara lain dengan kepuasan kepada
pembayaran yang dapat memotivasi karyawan dalam meningkatkan
kinerjanya.
10) Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Perusahaan BUMN selalu memberikan penghargaan (rewards)
kepada karyawan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dihadapi karyawan,
sesuai dengan kompetensi, pekerjaan yang diberikan kepada karyawan
sesuai dengan pengetahuan, jalinan komunikasi yang baik, kepercayaan
yang tinggi menciptakan keharmonisan, pengembangan karir yang
berimplikasi pada peningkatan kepuasan kerja bagi para karyawan yang
selanjutnya berdampak pada peningkatan kinerja karyawan demi
memajukan dan mencapai tujuan organisasi.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diajukan saran-
saran yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan BUMN sebagai berikut:
1) Pentingnya perusahaan memahami kesesuaian nilai-nilai antara individu
dan perusahaan karena karyawan akan bekerja lebih sukses ketika merasa
ada kesesuaian karakteristik dan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan BUMN.
Karyawan yang memiliki kesesuaian nilai-nilai dengan perusahaan tersebut
akan mudah untuk mendapatkan kepuasan kerja yang lebih tinggi sehingga
tercipta rasa aman dan kondusif dalam bekerja.
2) Dalam menjalankan operasional perusahaan, maka pihak BUMN harus
memperhatikan peranan quality of work life dalam meningkatkan kepuasan
kerja karyawan. Quality of work life dapat memberikan dampak positif bagi
Page 251
236
kemajuan perusahaan BUMN yang menciptakan efektivitas perusahaan
secara lebih baik karena jika perusahaan mampu merespon kebutuhan-
kebutuhan para karyawan maka mereka akan puas dalam bekerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
3) Pimpinan perusahaan BUMN sebaiknya memahami dan menerapkan prinsip
keadilan dalam pengambilan keputusan. Keadilan merupakan kebutuhan
semua elemen organisasi. Adanya sistem umpan balik dalam
mengendalikan organisasi diperlukan dalam rangka penyehatan internal
organisasi. Karyawan yang diperlakukan secara adil dalam baik hal
pemberian penghargaan, pengakuan prestasi, peluang karir kebijakan
kompensasi akan meningkatkan kepuasan kerja bagi karyawan dalam
bekerja.
4) Penerapan Person-Organization Fit (P-O Fit) dalam perusahaan BUMN akan
menciptakan kondisi yang menarik bagi karyawan sehingga meraka merasa
sebagai bagian dalam perusahaan tersebut dan membuat mereka mampu
bertahan apabila mereka merasa memiliki nilai-nilai yang cocok dengan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan BUMN harus dapat
menyelaraskan kesesuian antara nilai-nilai karyawan dengan nilai
perusahaan.
5) Quality of work life merupakan variabel yang sangat penting dalam
peningkatan kinerja karyawan BUMN. Pentingnya penerapan prinsif-prinsif
quality of work life bagi perusahaan untuk menarik dan mempertahankan
karyawan. Konsep quality of work life yang harus diperhatikan BUMN seperti
keterlibatan karyawan, jaminan kerja, sistem kompensasi yang seimbang,
peluang karir, sistem penghargaan, keamanan dan keselamatan di tempat
kerja. Penerapan quality of work life sangat penting dalam rangka
Page 252
237
peningkatan kepuasan kerja yang pada akhirnya kinerja karyawan dapat
meningkat.
6) Dari hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa keadilan organisasi
secara langsung tidak mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja.
Kepercayaan dan keyakinan para karyawan bahwa mereka telah
diperlakukan secara adil dalam hal imbalan, prosedur penetapan imbalan
dan keterbukaan pimpinan dalam hal menyampaikan informasi sehingga hal
ini tidak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. Perusahaan
harus tetap mempertahankan nilai-nilai keadilan yang dirasakan oleh
karyawan.
7) Dalam meningkatkan kinerja karyawan, maka perusahaan memperhatikan
hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan seperti kesesuaian nilai-
nilai antara individu dan perusahaan, rasa aman, puas terhadap pekerjaan,
dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Perusahaan
BUMN perlu menerapkan sistem reward and punishment yang seimbang
serta mengadakan penegakan disiplin untuk pelanggaran terhadap hal-hal
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perusahaan (nilai islami, profesionalisme
dan sosial).
8) Quality of work life merupakan masalah utama yang patut mendapat
perhatian dalam perusahaan BUMN karena ketika quality of work life
diterapkan dengan baik maka akan membawa dampak positif bagi kemajuan
organisasi. BUMN harus lebih peduli terhadap berbagai aspek sosio-
psikologis pekerjaan dan tidak terbatas pada bentuk imbalan semata.
Pentingnya Quality of work life diterapkan dalam sebuah organisasi sebab
akan menciptakan, mengembangkan dan memelihara hubungan baik antara
manajemen dan para karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya
Page 253
238
dengan baik sehingga tercipta harmonisasi untuk menciptakan perlakuan
yang manusiawi dalam lingkungan kerja.
9) Dari hasil temuan yang menunjukkan bahwa variabel keadilan organisasi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan, Oleh sebab
itu, perusahaan BUMN perlu memperhatikan masalah-masalah yang
menyangkut kepuasan kerja karyawan dengan meningkatkan nilai-nilai
kepuasan kerja di antaranya kepuasan kepada pembayaran sehingga
karyawan dalam bekerja dapat meningkatkan kinerjanya sesuai yang
diharapkan.
10) Perushaan BUMN hendaknya mampu menciptakan dan mempertahankan
kepuasan kerja yang dimiliki karyawan sehingga akan meningkatkan kinerja
dalam bekerja dalam rangka pencapaian tujuan dalam orgnasasi.
7.3. Implikasi Penelitian
Be Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
maka dapat dikemukakan implikasi yang diuraikan sebagai berikut:
1) Hasil temuan penelitian bahwa secara simultan Person-Organization Fit (P-O
Fit), quality of work life dan keadilan organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja, kondisi yang terjadi dalam penelitian ini
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang
kepuasan kerja. Hal ini memberikan implikasi bahwa ketiga variabel Person-
Organization Fit (P-O Fit), quality of work life dan keadilan organisasi sangat
menentukan terciptanya kepuasan kerja yang dirasakan karyawan. Hasil
tersebut diperkuat oleh bukti empiris yang dilakukan Sekiguci (2004) yang
menemukan bahwa Person-Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif
terhadap kepuasan kerja karyawan. Abagi (1999) menyatakan bahwa quality
of work life berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Bakhshi
Page 254
239
et. al. (2009) menemukan bahwa keadilan organisasi berpengaruh positif
terhadap kepuasan kerja karyawan.
2) Hasil temuan penelitian bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan secara langsung, terdapat satu faktor yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yaitu keadilan organisasi
sedangkan yang lainnya berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hal ini memberikan gambaran bahwa faktor Person-Organization Fit (P-O
Fit) dan quality of work life, sangat menentukan peningkatan kinerja
karyawan dalam organisasi. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa keadilan
organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan diperkuat oleh
kajian empiris yang dilakukan oleh Kaleem, et. al. (2011) menyatakan bahwa
tidk ada pengaruh langsung antara keadilan organisasi dengan kepuasan
kerja tetapi melalui penilaian kinerja sebagai mediator.
3) Berdasarkan hasil temuan bahwa keadilan organisasi tidak berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Maka penulis menyatakan bahwa keadilan
organisasi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan jika diberikan
variabel intervening, yaitu kepuasan kerja.
4) Hasil temuan penelitian bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah faktor-faktor seperti Person-Organization Fit (P-O Fit),
quality of work life, keadilan organisasi dan kepuasan kerja memberikan
kontribusi bagi peningkatan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan
organisasi. Hasil temuan ini diperkuat oleh kajian empiris yang dilakukan
oleh Kristof (1996) dan Tepeci (2001) yang menyatakan bahwa Person-
Organization Fit (P-O Fit) berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Akecth et al. (2012) menemukan bahwa Quality of work life berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Ghodsian (2015) keadilan
Page 255
240
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Rose, et, al, (2009) bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan
secara signifikan terhadap kinerja.
5) Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa melaui model yang diuji
variabel kepuasan kerja merupakan prediktor penting untuk menerapkan
Person-Organization Fit (P-O Fit), quality of work life dan keadilan organisasi
dalam meningkatkan kinerja karyawan.
7.4. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam pelaksanaan penelitian ini
yang menyebabkan terjadinya bias:
1) Responden dalam penelitian ini hanya terbatas pada karyawan non
manajerial dan tanpa memasukkan unsur manajer sehingga dapat
mengurangi kemampuan generalisasi temuan penelitian yang dihasilkan.
2) Perusahaan BUMN yang diteliti merupakan perusahaan yang memiliki
tingkat kesibukan yang tinggi, karyawan yang terpilih sebagai responden
sangat sibuk dan merasa terganggu pada saat mengisi kuisioner sebagai
akibat tuntutan rutinitas pekerjaan mereka sehingga peneliti terkendala pada
pengumpulan data. Hal ini berimplikasi pada pengisian kuisioner yang
dilakukan secara obyektif serta lamanya waktu yang digunakan untuk
pengumpulan kuisioner.
3) Penelitian ini hanya dilakukan dengan menggunakan data survei yang
menganalisis hubungan pada satu titik waktu (cross sectional) dan tidak
dapat mengungkapkan faktor-faktor yang memiliki dampak jangka panjang.
4) Akurasi dan ketepatan model hanya terbatas pada keempat variabel ini.
Sementara masih banyak faktor yang menentukan kinerja karyawan. Peneliti
selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel dalam penelitiannya.
Page 256
241
DAFTAR PUSTAKA Abagi, O. 1999. Revitalizing Financing of Higher Education in Kenya: Resource
Utilization in Public Universities Nairobi. Institute of Policy Analysis & Research (IPAR) Policy Briefs, Education Sector No. 1.
Acheampong A., Ahmed M., Kingsley A.. 2016. Perceived Quality of Work Life
and Work Performance among University Academic Staff. International Journal of Current Research and Academic Review 4, 4, pp. 1-13.
Ahmad, H., Ahmad, K., Shah, I., A. 2010. Relationship Between Job Satisfaction,
Job Performance Attitude towards Work and Organizational Commitment. European Journal of Social Sciences – Volume 18, No. 2.
Ahmed, Nadeem., Rasheed, Anwar., & Jehanzeb, Khawaja. (2012). An
Exploration of Predictors of Organizational Citizenship Behaviours and Its Significant Link to Employee Engagement. International Journal of Bussiness, Humanities, and Technology, 2(4), 100-106.
Aketch, J., R., Odera, O., Chepkuto, P., Okaka, O. 2012. Effects of Quality of Work Life on Job Performance: Theoretical Perspectives and Literature Review. Journal of Social Sciences. Vol. 4(5): 383-388.
Al-Ahmadi, H. 2009. “Factors Affecting Performance of Hospital Nurses in Riyadh
Region, Saudi Arabia”, International Journal of Health Care Quality Assurance, Vol. 22, No. 1, pp. 40-54.
Alniacik, E., Umik., Erat, S., Ackin K. 2013. Does Person-Organization Fit (P-O
Fit) Moderate The Effects of Affective Commitment and Job Satisfaction on Turnover Intentions?. Social and Behavioral Sciences 99 274 – 281
Arbuckle, James L, 1997, Amos 7.0 User's Guide. Chicago, IL: SPSS Inc. Arifin, N. 2012. Analisis Kualitas Kehidupan Kerja, Kinerja, dan Kepuasan Kerja
pada CV. Duta Senenan Jepara. Jurnal Economia, Volume 8, No. 1. Astuti, S, D. 2011. Model Person-Organization Fit (P-O Fit) (P-O Fit Model)
Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional dan Kinerja Karyawan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 17, No. 1, pp 43-60.
Autry, C. W., Daugherty, P.J. 2003. Warehouse Operation Employees: Linking
Person-Organization Fit (P-O Fit), Job Satisfaction and Coping Response. Journal of Business Logistic, Vol. 24, 1, 171-197
Amstrong, Michael. 1994. “Handbook of Personal Management Practise”, 4th
Edition, Kopan Page Ltd., London. Bakhshi, A., Kumar, K., Rani, E. 2009. Organizational Justice Perceptions as
Predictor of Job Satisfaction and Organization Commitment. International Journal of Business and Management. Vol 4-9.
Page 257
242
Baron, Robert A. and Jerald Greenberg. 1990. Behavior in Organization: Understanding and Managing The Human Side of Work. Third Edition.Toronto: Allyn and Bacon.
Bedeian, Arthur G. 1982; A Comparison of LISREL and Two-Stage Least
Squares Analysis of a Hypothesized Life-Job Satisfacion Reciprocal Relationship. Journal of Applied Psychology, Vol. 67, No. 6. 80-81.
Bernardin, H. John dan Russel, J.E.A. 1993. Humans Resource Management: an
Experimental Approach. International Edition, Singapore: McGraw Hill. Inc. Beukema, L. 1987. Quality of Working Life and Workload in Home Help Service: a Review of The Literature and a Proposal for a Research Model. Scandinavian Journal of Caring Society. Vol 15. 12-24.
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 54. Bowen D. E., Ledford, G. E., & Nathan, B. R. 1991. Hiring for The Organization,
Not The Job. Academy of Management Executive, 5 (4), 35-49. Boxx, W. R., Odom, R. Y., & Dunn, M. G. 1991. Organizational Values and Value
Congruency and Their Impact on Satisfaction, Commitment, and Cohesion: An Empirical Examination Within the Public Sector. Public Personnel Management, 20 (1), 195-205.
Brewer, D., 2005. Why Elephants Gallop: Assessing and Predicting
Organizational Performance in Federal Agencies. J. Pub. Admin. Res. Theory, 10(4): 685-711.
Bungin, Burhan, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta.
Burr, Renu and Girardi, A. 2002. Intelectual Capital : More than the interaction of
competence x commitment. Australian journal of management. Sydney. P. 77-88.
Cable, D., & Judge, T. A. 1997. Interviewers Perceptions of Person-Organization
Fit (P-O Fit) and Organizational Selection Decisions. Journal of Applied Psychology, 82 (4), 546-561.
Carmeli, A., Freund, A. 2004. Work Commitment, Job Satisfaction, and
JobPerformance: an Empirical Investigation. International Journal of Organization Theory and Behavior. 6(4), 289-309.
Cascio, W.F. 2003. Managing Human Resources: Productivity, Quality of Work
Life, Profits. (6th ed). New York: McGraw-Hill. Cohen-Charash, Y. & Spector, P. E. 2001. “The Role of Justice in Organizations:
A Meta-Analysis,” Organizational Behavior and Human Decision Processes, 86 (2), 278- 321. Colquitt, J. A., Conlon, D. E., Wesson, M. J.
Page 258
243
Colquitt, J. A., Conlon, D.E., Wesson, M.J., Porter, C., Ng, K.Y. 2001. Justice at the Millennium: A meta-analytic review of 25 years of organizational justice research. Journal of Applied Psychology, 86(3), 425-445.
Chatman, J. A. 1989. Improving Interactional Organizational Research: a Model
of Person-Organization Fit (P-O Fit). Academy of Management Review, 14 (3), 333-349.
Chib, S. 2012. Quality of Work Life and Organisational Performance Parameters
at Workplace. SEGi Review ISSN 1985-5672 Vol. 5, No. 2, 36-47. Chen, L. Y. 2002. An examination of the Relationship Between Leadership
Behavior and Organizational Commitment at Steel Companies. Journal of Applied Management and Entrepreneurship, 7, 122-142.
Chernyshenko, O.S., & Stark, S., Prewett, M. S., Gray, A. A., Stilson, F. R., & Tuttle, M.D. (2009). Normative scoring of multidimensional pairwise preference personality scales using IRT: Empirical comparisons with other formats. Human Performance, 22, 105 – 127
Cherrington, D. J. & England, J. L. 1980. The Desire for an Enriched Job as a Moderator of The Enrichment–Satisfaction Relationship. Organizational Behavior and Human Performance, 25, 139–159.
Cropanzano, R., & Ambrose, M. L. 2001. Procedural and distributive justice are
more similar than you think: A monistic perspective and a research agenda. In J. Greenberg & R. Cropanzano (Eds.), Advances in organizational justice (pp. 119-151). Stanford, CA: Stanford University Press.
Crossman A., Abou-Zaki B,. 2003. "Job Satisfaction and Employee Performance
of Lebanese Banking Staff", Journal of Managerial Psychology, Vol. 18 Iss: 4 pp. 368 – 376
Davis, Keith, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi, Edisi
Ketujuh, Alih Bahasa Agus Darma, Jakarta: Erlangga. Diab M., 2015. The Impact of Organizational Justice on the Workers Performance
and Job Satisfaction in the Ministry of Health Hospitals in Amman. International Business Research; Vol. 8, No. 2.
Dodman, K., Zadeh, M. R. N. 2014. Relationship Between Perceived
Organizational Justice and Dimensions of Organizational Commitment Among Physical Education Teachers. International Journal of Advanced Studies in Humanities and Social Science. Vol. 2, Issue 3, 283-290.
Dugguh, S., I., Dennis, A. 2014. Job Satisfaction Theories: Traceability to
Employee Performance in Organizations. Volume 16, Issue 5. Ver. I. Journal of Business and Management (IOSR-JBM).
Page 259
244
Dessler, G. 2003. Human Resource Management, Ninth Edition, Prentice Hall, New Jersey.
Deutsch, M. 1975. Equity, Equality and Need : What Determines Which Values
Will be Used as the Basis of Distributive Justice ? Journal of Applied Psychology Issues, 31, 134-150.
Doghonadze, Natela. 2012. A Survey on University Lecturer Job Satisfaction.
Journal of Education, 1(1):17-22. Donald, P.M. and Sanjay, K.P. 2007. The Ties that Blind: Social Networks
Person-Organization Fit (P-O Fit) and Turnover Intention. SSRN, New York, USA.
Edwin A. Locke. 1968. Organizational Behavior and Human Performance.
Volume 3, Issue 2, pp 157–189. Ehtesham,U., M., Muhammad,T., M., Muhammad, S., A. 2011. Relationship
between Organizational Culture and Performance Management Practices: A Case of University in Pakistan. Journal of Competitiveness.
Elmuti, Dean., Yunus Kathawala. 1997, “An Investigation into Effects of ISO 9000
on Participants’ Attitudes and Job Performance”, Production and Inventory Management Journal, Second Quarter.
Elnaga, A., A. 2012. The Impact of perception on Work behavior. Kuwait Chapter
of Arabian Journal of Business and Management Review Vol. 2, No.2. Farooquia, S., Nagendrab, A., 2014. The Impact of Person organization Fit on
Job Satisfaction and Performance of the Employees. Procedia Economics and Finance. 122 – 129.
Fisher, C. D. 2003. Why Do Lay People Believe That Satisfaction and
performance are correlated? Possible sources of A Commonsense Theory. Journal of Organizational Behavior, Volume 24, Issue 6, pp. 753–777.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Fernandes, & Awamleh. 2010. A Study of Relationship between Organizational
Justice and Job Satisfaction. International Journal of Business and Management , 103-117.
Funmilola, O., F, Sola, K. T., Olusola, A., G. 2013. Impact of Job Satisfaction
Dimensions on Job Performance in A Small And Medium Enterprise in Ibadan, South Western, Nigeria. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business VoL 4, NO 11.
Page 260
245
Frone, M. R., Russel, M dan Cooper, M. L., 1992, “Antecendents and Outcome of Work Family Conflict: Testing a Model of The Work Family Interface”, Journal of Applied Psychology. 77: 65-78.
Frone, M. R., Russel, M & Cooper, M. L., 1994, Relationship Between Job Family
and Family Satisfaction: Causal or Noncaousal Covariation, Journal of Management, Vol. 20 No. 3. 565-579.
Folger, R. & Konovsky, M.A. 1989. “Effects of procedural and distributive justice
on reactions to pay raise decisions”. Academy of Management Journal, Vol.32(1), pp. 115-130.
Gibson, Ivancevic dan Donnelly, 1997, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses.
Alih bahasa Nunuk Adiarni, Edisi kedelapan, Jilid II, Binarupa Aksara, Jakarta.
Guven, 2013. Challenges in Achieving High Motivation and Performance in
Educational Management: Case Study of a North Cyprus Public High School). International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 3 No. 6.
Greenberg, J., & Baron, R. A. 2000. Behavior in Organizations. UpperSaddle
River, NJ: Prentice-Hall. Greenberg, J. 1987. “A Taxonomy of Organizational Justice Theories”, Academy
of Management Review, Vol. 12, pp. 9-22. Greenberg, J. 1986. “Determinants of Perceived Fairness of Performance
Evaluations”. Journal of Applied Psychology, Vol.71, pp. 340-342. Greenberg, J. 1990. “Managing impressions of organizational justice” in
Research in Organizational Behavior”. Vol.13, (ed. B.M. Straw and L. Cummings, Greenwhich, CT: JAI Press.
Ghodsian, F., Mehdizadeh, A. H. 2015. The Relationship Between Managers’
Organizational Justice and Performance of First-Grade High School Teachers in Tehran, Iran. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences. Vol. 5 (S3), pp. 463-470.
Hair, Joseph E, Rolph E. Andersen, Ronald L Tatham, William C. Black., 1998.
Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice Hall, USA. Handoko, Y., Setiawan, M., Surachman., Djumahir. 2013. Organizational
Culture, Job Satisfaction, Organizational Commitment, the Effect on Lecturer Performance. Volume 2 Issue 12. PP.21-30. International Journal of Business and Management Invention.
Hijrah, Sjahrudin H., Herlina. 2014. Pengaruh Penempatan dan Ketrlibatan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank BNI (Persero), Tbk Cabang Makassar. E-Library STIE-YPBUP Bongaya.
Page 261
246
Hendrowijono, M., S. 2000. Era Kompetisi di Bisnis Telekomunikasi. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0009/08/ekonomi/era34.htm
Herzberg, F., Mausner, B., Peterson, R. D., & Capwell, D. F. 1959. The
Motivation to Work. New York: Wiley. Hodkinson Phil. 2008. Understanding Career Decision-Making and Progression:
Careership Revisited. Emeritus Professor of Lifelong Learning University of Leeds, London.
Iaffaldano, M.T., & Muchinsky, P. M. (1985). Job Satisfacton and Job
Performance. Dalam Schermerhorn, J. R. (2005). Management. (8th Ed). New York : Wiley. (Pp. 385).
Igalens, Jaques and Patricia Russell. 1999, A Study of The Relatonship between Compensation Packege, Work Motivation and Job Satisfaction. Journal of Organizational Behavior Kansil.
Iqbal, K. 2013. Determinants of Organizational Justice and its impact on Job
Satisfaction. A Pakistan Base Survey. International Review of Management and Business Research. Vol. 2 Issue.1.
Ilya Avianti, 2006, Privatisasi BUMN dan Penegakan Good Corporate
Governance dan Kinerja BUMN. Jurnal Kinerja, Volume 10, No.1, Thn 2006 : Hal 57-56.
Imran, H., Arif, I., Cheema, S., Azeem, M. 2014. Relationship between Job
Satisfaction, Job Performance, Attitude towards Work, and Organizational Commitment. Entrepreneurship and Innovation Management Journal, Vol. 2, No. 2, pp. 135-144.
Indriantoro, Supomo, B. (1999). Metode Penelitian Bisnis untuk Humaniora dan
Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta. Gajah Mada Univercity Press. Iyigun, O. & Tamer, I. 2013. The Impact of Perceived Organizational Justice on
Turnover Intention: Evidence From an International Electronic Chain Store Operating in Turkey. Journal of Global Strategic Management. Vol. 11, No. 6.
Javadin S. R., Farahi M. M., Attar, T. 2008. Understanding the impact of
organizational justice on job satisfaction and organizational aspects. Magazine business, first period.
Judge, T. A., & Bretz, R. D., Jr. 1992. Effects of Work Values on Job
Choicedecisions. Journal of Applied Psychology, 77, 261-271. Kaleem, M. M., Jabeen, B., Twana, M, J. 2011. Organizational Justice in
Performance Appraisal System: Impact on Employees Satisfaction and Work Performance. International Journal of Management & Organizational Studies. Vol. 2-2.
Page 262
247
Katsanevas, Theodore. 2014. The Golden Rule For Career Choices: a Contemporary Approach to Applied Career Counselling European. Scientific Journal /SPECIAL/ edition vol.1 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431.Kreitner, R., & Kinicki, A. Organization Behavior. Boston Richard D. Irwin, Inc.
Karakose, T. 2014. The Empirical Study of Organizational Justice and Job
Satisfaction for High School Teachers in Turkey. Pak. J. Statist. Vol. 30(6), 1243-1250.
Katsaros, K., K. 2014. Exploring Employees’ Perceptions, Job-Related Attitudes
and Characteristics During a Planned Organizational Change. International Journal of Business Science and Applied Management, Volume 9, Issue 1.
Kiruja, E. K., Mukuru, E. 2013. Effect of Motivation on Employee Performance In
Public Middle Level Technical Training Institutions In Kenya. International Journal of Advances in Management and Economics, Vol.2, Issue 4, pp.73-82.
Kuswandi, Sundjoto, Noor, A., Purwanto. 2015. Effects of Transformational
Leadership, Personal Value, Job Satisfaction on Lecturer Performance. International Refereed Research Journal. Vol.–VI, Issue – 2.
Koesmono, H. 2014. The Influence of Organizational Culture, Servant
Leadership, and Job Satisfaction Toward Organizational Commitment and Job Performance Through Work Motivation as Moderating Variables for Lecturers in Economics and Management of Private Universities in East Surabaya. Educational Research International. Vol. 3, issue 4.
Khuong, M. N., Quoc, T. H. 2016. The Effects of Organizational Justice and
Ethical Leadership on Employee Performance in Binh Duong’s Industrial Parks, Vietnam. Journal of Economics, Business and Management, Vol. 4, No. 4.
Konovsky, M.A. & Cropanzano, R. 1991. Perceived Fairness Of Employee Drug
Testing As A Predictor Of Employee Attitudes & Job Performance. Journal Of Applied Psychology, Vol. 76, No. 5, pp. 698 – 707.
Koopman Jr., Richard, 2003. The Relationship Between Perceived
Organizational Justice and Organizational Citizenship Behaviors:A Review of the Literature. Working Paper.
Kreitner, R. & Knicki, A. 2014. Perilaku Organisasi – Orgnizational Behaviour.
Edisi 9, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Kristof, A. L. 1996. Person-Organization Fit (P-O Fit): an Integrative Review of Its
Conceptualizations, Measurement, and Implications. Personnel Psychology 49, 1-49.
Page 263
248
Kristof-Brown, A. L., & Zimmerman, .R .D., & Johnson, E. C. 2005. Consequences of individual’ fit at work: A Meta-Analysis of person-job, person-organization, person-group, and person-supervisor fit. Personal psycholog, 58, 281–342.
Krumboltz, J. D. 1993. Integrating career counseling and personal counseling.
The Career Development Quarterly, 42, 143-148. Lau, R. S. M., & May, B. E. 1999. “A win-win paradigm for quality of work life and
business performance”. Human Resource Development Quarterly. 9 (3), 211-226.
Lawler, E. E. 1982. Strategies for improving the quality of work life. American
Psychologist, 37, 2005, 486-493. Li, J., & Yeo, R. K. 2011. Quality of work life and career development:
Perceptions of part-time MBA students. Employee Relations, 33(3), 201-220.
Libby, T. 1999. The Influence of Voice and Explanation on Performance in a
Participative Budgeting Setting. Accounting, Organizations and Society, 24, 125-137.
Lind, E.A. and Tyler, T.A. (1998). The Social Psychology of Procedural Justice.
New York: Plenum Press.
Liu, B., Liu, J., Hu, J. 2010. Person-Organization Fit, Job Satisfaction, and Turnover Intention: An Empirical Study in the Chinese Public Sector. Social Behavior and Personality, 2010, 38(5), 615-626.
Luthans, Fred. 1995. Organizational Behavior, Sevent Edition, McGraw-Hill, Inc,
New York.. Martin, T. N, dan M. S. O’Laughlin; Predictors of Orgazational Commitment : The Study of Parttime Army Reservists. Journal of Vocational Behavior 25 (3): 270-283.
Luthans, F. 1997. Organizational Behavior (4th ed.). McGraw-Hill Book,
International Student Edition,Singapore. Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Company
Lytle, Richard S. 2004. 10 Elements of Service Excellence. Texas Banking. June 1 2004.
Lee, U. H., Kim H. K., & Kim Y. H. 2013. Determinants of Organizational
Citizenship Behavior and its Outcomes. global business and management research: An International Journal. Vol. 5. No. 1. pp. 54-65.
Lewis, S. and C.L. Cooper. 1999. The Work-Family Research Agenda In
Changing Contexts. J. Occupat. Health Psychol., 4: 382-393. Locke, E.A. 1969. “What Is Job Satisfaction?”Organizational Behavior and
Human Performance. 4: 309-336.
Page 264
249
Locke, E.A. & Lathan, G.P. 1990. Theory of Goal Setting and Task Performance.
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall. Pp 248-250. Madlock, P.E. 2008. The Link Between Leadership Style, Communicator
Competence and Employee Satisfaction. Business Communication Journal, 45: 61–78.
Mahfudz, M. 2017. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Beban Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan dan Stres Kerja Sebagai Variabel Mediasi Pada Karyawan Divisi Sales Consumer PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Jurnal Eksekutif Volume 14 No. 1.
Mathis, Robert L dan Jackson, John H, 2001. “ Manajemen Sumberdaya
Manusia,” Buku 1, Salemba Empat Jakarta. McFarlin, D. B., & Sweene, P. D. 1992. Distributive and Procedural Justice as
Predictors of Satisfaction with Personal and Organizational Outcomes. The Academy of Management Journal , 35 (3), 626-637.
Md. ZohurulIslam et al. 2006. Quality of Work Life and Organizational
Performance: Empirical evidence from Dhaka Export Processing Zone. International Labour Office, Geneva .
Michael, Kossen, Stan. 1997. The Human Side OF Organizations. New York.
ADDISON-WESLEY Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press. Meglino, B. M., Ravlin, E. C., & Adkins, C. L. 1989. A work values approach to
corporate culture: a field test of the value congruence process and its relationship to individual outcomes. Journal of Applied Psychology. 74 (3), 424-432.
Mohsan, Faizan. 2004. Are Employee Motivation, Commitment and Job
Involvement Inter-related: Evidence from Banking Sector of Pakistan. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 17.
Mondy, R. Wayne, Noe, Robert M. 2005. Human Resources Management.
International Edition. South Western Publishing: Ohio. Moorman, R. H. 1991. Relationship Between Organizational Justice and
Organizational Citizenship Behaviors: Do Fairness Perceptions Influence Employee Citizenship?. Journal of Applied Psychology, 76, 845–855.
Moorman. 2009. Organizational Justice Perceptions as Predictor of Job
Satisfaction. International Journal of Business and Management , 4 (9), 145.
Page 265
250
Mowday, R., L. Porter, and R. Steers, 1982, “Employee—Organization Linkages” In P. Warr (Ed.), Organizational and occupational psychology, New York: Academic Press, pp. 219-229.
Muthusamy BP, et al. (2009) Linking phospholipid flippases to vesicle-mediated
protein transport. Biochim Biophys Acta 1791(7):612-9. Naeem, A. T., Ihsan, F., Mahmood, Z. 2014. The Study of Organizational
Justice, Violation of Psychological Contract and its Effect on Job Satisfaction in Paints Industry of Pakistan. International Journal of Academic Research in Business and Social. Vol. 4, No. 1.
Narehan, H., Haerunnisa, M., Norfadzillah, R. A., Freziammela, L., 2014.The
Effect of Quality of Work Life (QWL) Programs on Quality of Life (QOL) Among Employees at Multinational companies in Malaysia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 112, pp. 24 – 34.
Nazir, A,. Saima, 2014. Person – Organization fit and Organizational Outcome
Variables: A Review. International Journal of Business and Management Invention. Volume 3 Issue 7, pp.54-58.
Netemeyer, R.G, Boles, S. B., Mckee, D. O. 1997. An Investigation Into The
Antecendents of Organizational Citizienship Behaviors in a Personal Selling Context. Journal of Marketing, Vol. 61, pp. 85-98.
Newstrom, John W. and Keith, Davis. 2002. “Organizational Behavior:
HumanBehavior at Work”. 11th ed. London: Mc Graw-Hill. Ogbor, J.,O. 1999. Critical Theory and the hegemony of Corporate Culture.
Journal Of Organizational Change, 14 (6), 590-608. O’Reilly, C. A., Chatman, J. A., & Caldwell, D. F. 1991. People and
Organizational Culture: a Profile Comparison Approach to Assessing Person organization Fit. Academy of Management Journal, 34 (3), 487-516
Ostroff.C.1992. The Relationship between Satisfaction,Attitude, and Performance
: An Organizational Level Analysis. Journal of Applied Psy-chology. Vol 77. P963-974.
Otara, 2011. Perception: A Guide for Managers and Leaders. Journal of
Management and Strategy Vol. 2, No. 3. Putra, C.P, Tuegeh, M., Tumaliang, H., Patras, L. S., 2014. Analisa
Pertumbuhan Beban Terhadap Ketersediaan Energi Listrik di Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer, ISSN : 2301-8402.
Perera, G., D., N., Khatibi, A., Navaratna, N., & Chinna., K. 2014. Job
Satisfaction and Job Performance Among Factory Employees in Apparel
Page 266
251
Sector. Asian Journal of Management Sciences & Education. Vol. 3; No. 1.
Porter, L.W., & Steers, R.M. 1973. Organizational, Work, and Personal Factors in
Employee Turnover and Absenteeism. Psychological Bulletin, 80 (2): 151-176.
Podsakoff, P. M., Ahearne, M., & MacKenzie, S. B. 1997. Organizational
Citizenship Behavior and The Quantity and Quality of Work Group Performance. Journal of Applied Psychology, 82: 262–270.
Rai, G. S. 2013. Impact of organizational justice on satisfaction, commitment and
turnover intention: Can fair treatment by organizations make a difference in their workers’ attitudes and behaviors?. International Journal of Human Science. Vol. 10 (2).
Razzaq, M. A., & Naemullah. 2014. Impact of Job Involvement, Commitment, Job
Satisfaction on Turnover: An Empirical Investigation on Banking Sector. Developing Country Studies. Vol.4, No.2, 2014: 2224-607X.
Rethinam, G. S., & Ismail, M. 2008. Constructs of Quality of Work Life: A
Perspective of Information and Technology professionals. European Journal of Social Sciences, 7, 58-70.
Rubel, M. R. B., Kee, D. H. K. 2014. Quality of Work Life and Employee
Performance: Antecedent and Outcome of Job Satisfaction in Partial Least Square (PLS). World Applied Sciences Journal. Vol. 31 (4): 456-467.
Rukmana, Muh. Indra. 2011. “Penerapan Strategi Pemasaran Dengan
Menggunakan Analisis SWOT yang Terdiri dari Keunggulan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang yang Diterapkan oleh PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Makassar,” OpenTheses@Unsyiah_Lib
Reisel, W., D., Chia, S., L., Maloles, C., M., & Slocum, J., W. 2007. The Effects of
Job Insecurity on Satisfaction and Perceived Organizational Performance. Journal of Leadership & Organizational Studies. Volume 14, No. 2; 106-116.
Ritzer, G., & Trice, H.M. (1969). An Empirical Study of HowardBecker's Side-Bet
Theory. Social Forces, 47 (4): 475-478. Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Robbins, S & Coulter, M. 2007. Manajemen, Edisi Kedelapan, Penerbit PT
Indeks: Jakarta. Robbins S & Timothy. 2008. Organizational Behaviour. Buku 2, Edisi 12. Robbins, S.P dan Judge T.A. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Page 267
252
Rose, R., C., Kumar, N., Pak, O., G. 2009. The Effect Of Organizational Learning
On Organizational Commitment, Job Satisfaction And Work Performance. The Journal of Applied Business Research. Vol. 25, No. 6.
Salleh., F., Dzulkifli., Z. 2011. The Effect of Motivation on Job Performance of
State Government Employees in Malaysia. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 4.
Sangadji, E, M. 2014. The Effect of Leader’s Organizational Commitment to
Lecturers’ Job Satisfaction and Performance (Research on Muhammadiyah Universities Throughout East Java, Indonesia). Vol. 4, No. 9. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences .
Santosa. 2005. Implementasi Privatisasi BUMN dan Pengaruhnya terhadap
Nasionalisme. Jurnal Online. http://www.digilib.uinsby.ac.id diakses pada 5 September 2016.
Schneider, B. 1987. The people make the place. Personnel Psychology, 40, 437-
453. Sekiguchi, Tomoki. 2004. Person-Organization Fit (P-O Fit) and Person-Job Fit in
Employee Selection: a Review of The Literature. Osaka Kedai Ronshu, Vol. 54, No. 6.
Selvaraj, N. 2014. Research Publish Journals A Study on Review of Quality of
Work Life on Employee Retention in Private Companies. International Journal of Social Science and Humanities Research. Vol. 2, Issue 3, pp: 277-281.
Shakoorzadeh, R., Vaisi, R., Maheri, S., Ebadi, S., Dolatshah, Z. 2015. Survey of
Relationship between Organizational Justice and Staff's Efficiency in Education Factory in the City of Urmia. Indian Journal of Science and Technology. Vol 8(12), IPL 012.
Sheel, S., Sinddhawi K., Goel, S., Pathak, S. 2012. Quality of Work Life,
Employee Performance and Career Growth Opportunities: A Literature Review. International Journal of Multidisciplinary Research Vol.2 Issue 2.
Shleilfer and Vishny, 1996. Agency Conflict in Public and Negotiated Transfer of
Corporate Control. The Jounal of Finence, Vol LV., No.2 Shurbagi, A., M.,A., & Zahari, I., B. 2014. The Mediating Effect of Organizational
Commitment on the Relationship between Job Satisfaction and Organizational Culture. International Journal of Business Administration Vol. 5, No. 6.
Silverthorne, Colin. 2004. The Impact of Organizational Culture and Person
Organization Fit on Organizational Commitment and Job Satisfaction in
Page 268
253
Taiwan. The Leadership & Organization Development Journal, 25, (7), 592-599.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 2,
Yogyakarta. STIE: YKPN. Simarmata, F., A. 2015. Studi Kelayakan Investasi Pengadaan Peralatan PT
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) di Makassar. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Sitepu, G., Sulistiana, O., 2014. Analisis Perbandingan Kinerja Operasional
Terminal Peti Kemas Makassar dan Bitung. Celebes Ocean Science and Engineering Seminar, Gedung IPTEKS UNHAS Tamalanrea, Makassar (7).
Slovin dalam Umar, H. 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Smith, P.C., Kendall, L.M., & Hulin, C.L. (1969). The Measurement of Satisfaction
in Work and Retirement. Chicago, IL: Rand McNally. Sohail A., Safdar R, Saleem S., Ansar S., Azeem M., 2014. Effect of Work
Motivation and Organizational Commitment on Job Satisfaction: (A Case of Education Industry in Pakistan). Global Journal of Management and Business Research: A Administration and Management. Volume 14 Issue 6.
Solimun. 2002, Multivariate Analysis Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel
dan Amos. Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya. Srivastava, S., Kanpur, R. 2014. A Study On Quality Of Work Life: Key Elements
& It’s Implications. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 16, Issue 3. Ver. I, PP 54-59.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. Suwarsih, S., Yuliawati, T., Adwiyah, R. 2015. Pencapaian Implementasi
Knowledge Management pada BUMN Sektor Energi di Indonesia. Prociding SnaPP Sosial, Ekonomi, Humaniora. ISSN2089-3590, EISSN 2303-2472.
Suyanto. 2007. Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-prinsip Good Corporate
Governance Atas kinerja BUMN di Indonesia. Jurnal Akuntabilitas. Tahir, R. 2012. Kualitas Kehidupan Kerja, Perilaku Kewargaan Organisasional,
dan Keterikatan Karyawan. Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis. Vol. 3. No. 2.
Page 269
254
Talasaz, Z., H., Saadoldin, S., N., Shakeri, M., T. 2014. The Relationship
between Job Satisfaction and Job Performance among Midwives Working in Healthcare Centers of Mashhad, Iran. Journal Midwifery Reproduktif Health. 2(3):157-164.
Taurisa, M. C,. & Ratnawati, I. 2012. Analysis of Effect of Organizational Culture
and Organizational Commitment on Job Satisfaction in Improving The Performance of Employees. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 19, No. 2. ISSN: 1412-3126: 170 – 187.
Tepeci, Mustapha. 2001. The Effect of Personal Values, Organizational Culture,
Person Organization Fit on Individual Outcomes in Restaurant Industry. A Thesis in Man-Environment Relations. The Pennsylvania State University. The Graduate Schoolof Hotel, Restaurant and Recreation Management.
Thibaut, J. & Walker, L. 1978. A Theory Of Procedure. California Law Review,
Vol. 66, Issue 3, pp. 541 – 566. Turban, D. B., & Keon, T. L. 1993. Organizational Attractiveness: an Interactionist
Perspective. Journal of Applied Psychology, 78, 184-193. Tyler, T.R. 1989. The Psychology Of Procedural Justice : A Test Of Group –
Value Model. Journal Of Personality & Social Psychology, Vol. 57, No. 5, pp. 830 – 838.
Umar, Fauziah. 2012. Pengaruh Karakteristik Individu, Person-Organization Fit
(P-O Fit), Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kepuasan, Komitmen Organisasional, dan Kinerja Karyawan Bank BUMN Di Sulawesi Selatan. Disertasi. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Vancouver, J. B., & Schmitt, N. W. 1991. An Exploratory Examination of Person
Organization Fit: Organizational Goal Congruence. Personnel Psychology, 44, 333-352.
Viswesvaran & Ones. 2002. Organizational justice as a predictor of job
satisfaction. Journal of Business Ethics , 3 (2), 38-56. Wallton, R. 1973. Organizational Behavior. Fourth Edition, Horcourt.P:104. Wairooy, A. 2017. Pengaruh Disiplin Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Pertamina (Persero), Tbk, Pemasaran Region VII Makassar. Jurnal Pemikiran Ilmiah dan Pendidikan Administrasi Perkantoran. Vol 4. No. 1.
Wang, Xinyan. 2010. The impact of organizational justice on work performance
Mediating effects of organizational commitment and leader-member exchange. International Journal of Manpower. Vol. 31 (6): p660-675.
Page 270
255
Way, S., A., Sturman, M., C., and Raab, C., 2010. Contrasting the Effects of Job Satisfaction and Service Climate on Hotel Food and Beverage Managers’ Job Performance. Cornell University. Volume 51; 379-397.
Winarti, E., HS. & Suharnomo. 2015. Analysis of Innovative Behavior and Loyal
Attitude toward Career Satisfaction with the Performance of Lecturers as Intervening Variables (Empirical Studies on the Kopertis Region VI in Indonesia). American International Journal of Contemporary Research Vol. 5, No. 2.
Winfred Arthur Jr., Suzanne T. Bell, and Anton J. Villado & Doverspike, Dennis.
2006. “The Use of Person–Organization Fit in Employment Decision Making: An Assessment of Its Criterion-Related Validity”. Journal of Applied Psychology, 91 (4), 786-801.
Werther, W. B., & Davis, K. (1996). Human resources and personnel
management. Fifth edition.USA: McGraw-Hill. Wexley, Kenneth. M. And Gary A. Yuki. Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia. Rineka Cipta: Jakarta 2005. Yousef, D., A. 2002. Job Satisfaction as a Mediator of the Relationship between
Role Stressors and Organizational Commitment: A Study from an Arabic Cultural Perspective. Journal of Managerial Psychology, 17(4): 250-266.
Zin, Razali Mat. 2004. “ Perception of Professional Engineers Toward Quality of
Work Life and Organizational Commitment”. Gajahmada International Journal of Business, Vol. 6. No. 3, p.323-334.
Zu’bi, H. A. 2010. A Study of Relationship between Organizational Justice and
Job Satisfaction. International Journal of Business and Management Vol. 5, No. 12.
Page 271
256
Lampiran 1
PENGANTAR ANGKET
Kepada Yth. Bapak/Ibu Di
Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka kegiatan proses penelitian mengenai kinerja karyawan
BUMN dengan judul “Pengaruh Person Organization Fit (PO-Fit), Quality of
Work Life, Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja
Karyawan BUMN di Sulawesi Selatan” yang dilakukan di lingkungan
perusahaan BUMN di Sulawesi Selatan, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk meluangkan waktu mengisi kuisioner ini.
Tujuan penelitian adalah untuk untuk mengetahui signifikansi pengaruh
Person Organization Fit (PO-Fit), Quality of Work Life dan Keadilan Organisasi
terhadap kepuasan kerja dan dan Kinerja Karyawan Karyawan BUMN di
Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta
pengambilan keputusan pada perusahaan BUMN di Sulawesi Selatan.
Setiap jawaban yang diberikan Bapak/Ibu merupakan bantuan bagi
penelitian ini, atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner
ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Makassar, 2017 Hormat Saya,
HARTINI
Page 272
257
PENGARUH PERSON ORGANIZATION FIT (PO-FIT), QUALITY OF WORK LIFE, KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN
KINERJA KARYAWAN BUMN DI SULAWESI SEALATAN
Berikut ini disajikan petunjuk umum untuk menjawab kuisioner mengenai
penelitian ini:
1. Kuisioner penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu:
Bagian I : Identitas Responden
Bagian II : Person Organization Fit (Po-Fit)
Bagian III : Quality of Work Life
Bagian IV : Keadilan Organisasi
Bagian V : Kepuasan Kerja
Bagian VI : Kinerja Karyawan
2. Petunjuk pengisian:
a. Memberikan tanda (√) pada alternatif pilihan jawaban dari pernyataan
yang ada sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara, berdasarkan
keterangan sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju, bernilai 5
S = Setuju, bernilai bernilai 4
KS = Kurang Setuju, bernilai 3
TS = Tidak Setuju, bernilai 2
STS = Sangat Tidak Setuju, bernilai 1
b. Dimohon agar kiranya Bapak/Ibu memberikan jawaban yang objektif
sesuai dengan kenyataan dilapangan.
Page 273
258
BAGIAN I
IDENTITAS RESPONDEN
Berikut ini beberapa pertanyaan tentang identitas responden, mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi pertanyaan berikut ini:
a. Nama Responden : ............................................................(boleh
dirahasiakan)
b. Unit Kerja : ...................................................................................................
c. Jenis Kelamin : ...................................................................................................
d. Umur : ...................................................................................................
e. Pendidikan Terakhir : ...................................................................................................
f. Masa kerja : ...................................................................................................
g. Jabatan : ...................................................................................................
Untuk bagian-bagian selanjutnya diberlakukan skala tingkat penilaian
persetujuan sebagai berikut:
5 = Sangat Setuju / Sangat Sesuai (SS)
4 = Setuju / Sesuai (S)
3 = Kurang Setuju / Kurang Sesuai (KS)
2 = Tidak Setuju / Tidak Sesuai (TS)
1 = Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Sesuai (STS)
Page 274
259
BAGIAN II
VARIABEL X1 (PERSON ORGANIZATION FIT (PO-FIT))
Pada bagian ini, dimohon agar Bapak/Ibu memberikan pernyataan berdasarkan pertanyaan mengenai Person-Organization Fit (P-O Fit). Silahkan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban pada kolom yang telah disediakan.
NO. PERTANYAAN SS S KS TS STS
1. Perusahaan menyampaikan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan kepada saya pada saat rekruitmen dan seleksi karyawan.
2. Keahlian dan pendidikan saya sesuai dengan dan persyaratan dari perusahaan ini.
3. Saya berkomitmen untuk mencapai tujuan dari perusahaan ini.
4. Tujuan saya sama dengan tujuan dari perusahaan ini.
5. Perusahaan memberikan kompensasi sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang saya miliki.
6. Saya mendapatkan fasilitas yang mendukung saya dalam bekerja.
7. Saya merasa sesuai dengan perusahaan dalam menilai kinerja karyawan.
8. Budaya kerjasama dalam sebuah tim dinilai dan dihargai disini.
Page 275
260
BAGIAN III VARIABEL X2 (QUALITY OF WORK LIFE)
Pada bagian ini, dimohon agar Bapak/Ibu memberikan pernyataan berdasarkan pertanyaan mengenai quality of work life. Silahkan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban pada kolom yang telah disediakan.
NO. PERTANYAAN SS S KS TS STS
1. Saya selalu diberi kesempatan untuk berpatisipasi dalam perusahaan ini.
2. Pimpinan terbuka terhadap gagasan atau ide dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Saya selalu memperoleh kesempatan mengikuti program pelatihan dan pengembangan.
4. Sistem jenjang karir dan kepangkatan di perusahaan ini sudah sesuai.
5. Setiap permasalahan yang berhubungan dengan program kerja, dilaporkan pada rapat atau laporan harian.
6. Pimpinan selalu menyediakan waktu untuk menerima keluhan atau masalah yang dihadapi karyawan.
7. Perusahaan menerapkan konsep komunikasi yang terbuka untuk memperoleh informasi-informasi yang penting oleh setiap karyawan.
8. Informasi yang perlu diketahui seluruh karyawan dikomunikasikan dengan baik.
9. Saya merasa puas dengan kondisi kerja saat ini.
10. Saya puas dengan sarana dan prasarana yang tersedia di perusahaan ini sebagai penunjang pekerjaan.
11. Saya merasa aman dengan posisi saya sebagai pegawai tetap di perusahaan ini.
12. Perusahaan ini telah memiliki program pensiun yang baik.
13. Setiap karyawan telah mendapatkan jaminan lingkungan kerja yang aman.
14. Saya merasa bahwa sarana keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ada sudah sesuai dengan standar.
15. Perusahaan telah memberikan THR kepada karyawan dalam setiap tahunnya.
16. Perusahaan memberi gaji yang adil sesuai dengan pekerjaan yang telah saya lakukan.
17. Saya merasa memiliki kewajiban untuk menjaga nama baik perusahaan ini.
18. Saya merasa berat bila harus meninggalkan perusahaan ini.
Page 276
261
BAGIAN IV
VARIABEL X3 (KEADILAN ORGANISASI)
Pada bagian ini, dimohon agar Bapak/Ibu memberikan pernyataan berdasarkan pertanyaan mengenai Keadilan Organisasi. Silahkan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban pada kolom yang telah disediakan.
NO. PERTANYAAN SS S KS TS STS
1. Bayaran yang saya terima sebanding dengan yang diterima oleh rekan kerja saya yang melakukan pekerjaan yang kurang lebih sama beban kerjanya.
2. Seluruh karyawan memperoleh standar penggajian yang sama.
3. Proses penetapan kompensasi di tempat kerja saya, telah memperhitungkan seluruh komponen yang seharusnya diperhitungkan.
4. Di tempat kerja kami, bayaran memperhitungkan persyaratan pekerjaan yang diperlukan.
5. Pimpinan terbuka dalam hal informasi kepada seluruh karyawan.
6. Pimpinan menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh karyawan tanpa membedakan kedudukan (jabatan) dalam organisasi.
Page 277
262
BAGIAN V
VARIABEL Y1 (KEPUASAN KERJA)
Pada bagian ini, dimohon agar Bapak/Ibu memberikan pernyataan berdasarkan pertanyaan mengenai Kepuasan Kerja. Silahkan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban pada kolom yang telah disediakan.
NO. PERTANYAAN SS S KS TS STS
1. Gaji yang diberikan sesuai dengan kontribusi yang diberikan karyawan untuk perusahaan.
2. Perusahaan memberikan tunjangan diluar gaji pokok.
3. Saya selalu memperoleh kesempatan untuk mencoba metode saya sendiri dalam melakukan pekerjaan.
4. Pekerjaan yang saya lakukan sesuai dengan pendidikan, keterampilan dan keahlian saya.
5. Hubungan dengan rekan kerja terjalin dengan baik.
6. Saya sangat puas bekerja sama dengan tim kerja saya.
7. Saya senang dengan penilaian untuk promosi berdasarkan prestasi dan hasil kerja karyawan.
8. Saya selalu memperoleh informasi dari perusahaan ini mengenai jenjang karir.
9. Pimpinan bersedia untuk memberikan solusi jika ada permasalahan pekerjaan yang dialami karyawan.
10. Peraturan dan kebijakan di tempat kerja sangat memudahkan saya dalam bekerja.
Page 278
263
BAGIAN VI
VARIABEL Y2 (KINERJA KARYAWAN)
Pada bagian ini, dimohon agar Bapak/Ibu memberikan pernyataan berdasarkan pertanyaan mengenai Kinerja Karyawan. Silahkan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban pada kolom yang telah disediakan.
NO. PERTANYAAN SS S KS TS STS
1. Tingkat pencapaian kerja yang saya hasilkan telah sesuai dengan target.
2. Semua pekerjaan dapat saya selesaikan dengan baik dan konsisten sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan.
3. Kualitas kerja bagi saya sangat penting.
4. Keahlian yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan yang saya kerjakan.
5. Pengetahuan yang saya miliki sangat memadai dalam mendukung pekerjaan saya.
6. Saya lebih menguasai bidang tugas yang saya kerjakan dengan pengetahuan, keterampilan dan yang saya miliki.
7. Saya dapat menyesuaikan diri pada setiap keputusan baru yang diambil perusahaan ini.
8. Saya mendahulukan pekerjaan – pekerjaan yang merupakan prioritas kerja.
Page 279
264
LAMPIRAN 2. Frequencies PT. PLN (Persero)
Statistics
Jenis_Kelamin Usia Tingkat_Pendidikan Masa_Kerja
N Valid 48 48 48 48
Missing 0 0 0 0 Mean 1,2500 40,6458 3,0208 15,8542 Median 1,0000 40,5000 3,0000 17,0000 Mode 1,00 38,00
a 3,00 11,00
Std. Deviation ,43759 5,92682 ,69923 6,39810 Sum 60,00 1951,00 145,00 761,00
Frequency Table Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 36 75,0 75,0 75,0
Perempuan 12 25,0 25,0 100,0
Total 48 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 20 - 29 2 4,2 4,2 4,2
30 - 39 16 33,3 33,3 37,5
40 - 49 27 56,3 56,3 93,8
50 - 59 3 6,3 6,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
Tingkat_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SMU 3 6,3 6,3 6,3
D3 2 4,2 4,2 10,4
S1 34 70,8 70,8 81,3
S2 9 18,8 18,8 100,0
Total 48 100,0 100,0
Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 02 - 09 6 12,5 12,5 12,5
10 - 19 25 52,1 52,1 64,6
20 - 29 16 33,3 33,3 97,9
30 - 39 1 2,1 2,1 100,0
Total 48 100,0 100,0
Bar Chart
Page 281
266
Frequencies PT. Pertamina (Persero)
Statistics
Jenis_Kelamin Usia Tingkat_Pendidikan Masa_Kerja
N Valid 47 47 47 47
Missing 0 0 0 0 Mean 1,2979 39,4681 2,8723 13,2766 Median 1,0000 38,0000 3,0000 11,0000 Mode 1,00 35,00
a 3,00 8,00
Std. Deviation ,46227 5,86015 ,71070 6,82292 Sum 61,00 1855,00 135,00 624,00
Page 282
267
Frequency Table
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 33 70,2 70,2 70,2
Perempuan 14 29,8 29,8 100,0
Total 47 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 20 - 29 1 2,1 2,1 2,1
30 - 39 29 61,7 61,7 63,8
40 - 49 11 23,4 23,4 87,2
50 - 59 6 12,8 12,8 100,0
Total 47 100,0 100,0
Tingkat_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SMU 3 6,4 6,4 6,4
D3 6 12,8 12,8 19,1
S1 32 68,1 68,1 87,2
S2 6 12,8 12,8 100,0
Total 47 100,0 100,0
Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 02 - 09 19 40,4 40,4 40,4
10 - 19 19 40,4 40,4 80,9
20 - 29 8 17,0 17,0 97,9
30 -39 1 2,1 2,1 100,0
Total 47 100,0 100,0
Bar Chart
Page 284
269
Frequencies PT. PELINDO IV
Statistics
Jenis_Kelamin Usia Tingkat_Pendidikan Masa_Kerja
N Valid 56 56 56 56
Missing 0 0 0 0 Mean 1,2857 42,4286 3,1250 18,3214 Median 1,0000 43,0000 3,0000 22,0000 Mode 1,00 43,00 3,00 23,00 Std. Deviation ,45584 9,29488 ,68920 9,42358 Sum 72,00 2376,00 175,00 1026,00
Page 285
270
Frequency Table
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 40 71,4 71,4 71,4
Perempuan 16 28,6 28,6 100,0
Total 56 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 20 - 29 8 14,3 14,3 14,3
30 - 39 9 16,1 16,1 30,4
40 - 49 24 42,9 42,9 73,2
50 - 59 15 26,8 26,8 100,0
Total 56 100,0 100,0
Tingkat_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid D3 10 17,9 17,9 17,9
S1 29 51,8 51,8 69,6
S2 17 30,4 30,4 100,0
Total 56 100,0 100,0
Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 02 - 09 14 25,0 25,0 25,0
10 - 19 11 19,6 19,6 44,6
20 - 29 26 46,4 46,4 91,1
30 - 39 5 8,9 8,9 100,0
Total 56 100,0 100,0
Bar Chart
Page 287
272
Frequencies PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Statistics
Jenis_Kelamin Usia Tingkat_Pendidikan Masa_Kerja
N Valid 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0 Mean 1,4259 40,0741 2,3148 16,6481 Median 1,0000 38,0000 3,0000 11,5000 Mode 1,00 54,00 3,00 31,00 Std. Deviation ,49913 10,54702 ,98716 11,52709 Sum 77,00 2164,00 125,00 899,00
Page 288
273
Frequency Table
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 31 57,4 57,4 57,4
Perempuan 23 42,6 42,6 100,0
Total 54 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 20 - 29 9 16,7 16,7 16,7
30 - 39 20 37,0 37,0 53,7
40 - 49 6 11,1 11,1 64,8
50 - 59 19 35,2 35,2 100,0
Total 54 100,0 100,0
Tingkat_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SMU 16 29,6 29,6 29,6
D3 9 16,7 16,7 46,3
S1 25 46,3 46,3 92,6
S2 4 7,4 7,4 100,0
Total 54 100,0 100,0
Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 02 - 09 19 35,2 35,2 35,2
10 - 19 15 27,8 27,8 63,0
20 - 29 1 1,9 1,9 64,8
30 - 39 19 35,2 35,2 100,0
Total 54 100,0 100,0
Bar Chart
Page 290
275
Frequencies PT. Bank Negara Indonesia, Tbk
Statistics
Jenis_Kelamin Usia Tingkat_Pendidikan Masa_Kerja
N Valid 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0 Mean 1,3400 33,5400 3,0400 7,8200 Median 1,0000 33,0000 3,0000 8,0000 Mode 1,00 32,00 3,00 8,00 Std. Deviation ,47852 3,17651 ,53299 2,98082 Sum 67,00 1677,00 152,00 391,00
Page 291
276
Frequency Table
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 33 66,0 66,0 66,0
Perempuan 17 34,0 34,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 20 - 29 4 8,0 8,0 8,0
30 - 39 45 90,0 90,0 98,0
40 - 49 1 2,0 2,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Tingkat_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid D3 6 12,0 12,0 12,0
S1 36 72,0 72,0 84,0
S2 8 16,0 16,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 02 - 09 37 74,0 74,0 74,0
10 - 19 13 26,0 26,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Bar Chart
Page 294
279
LAMPIRAN 3. Frequencies Variabel X1
Statistics
X1.1.1 X1.1.2 X1.2.1 X1.2.2 X1.3.1 X1.3.2 X1.4.1 X1.4.2
N Valid 255 255 255 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 4.2235 4.1843 4.2353 4.2078 4.1608 4.1804 4.1647 4.1843
Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
Std. Deviation .70504 .65909 .65773 .73169 .73818 .73093 .72926 .65309
Variance .497 .434 .433 .535 .545 .534 .532 .427
Sum 1077.00 1067.00 1080.00 1073.00 1061.00 1066.00 1062.00 1067.00
Frequency Table X1.1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.2
Kurang Setuju 32 12.5 12.5 13.7
Setuju 125 49.0 49.0 62.7
Sangat Setuju 95 37.3 37.3 100.0
Total 255 100.0 100.0
X1.1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.2
Kurang Setuju 27 10.6 10.6 11.8
Setuju 145 56.9 56.9 68.6
Sangat Setuju 80 31.4 31.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
X1.2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Kurang Setuju 29 11.4 11.4 11.8
Setuju 134 52.5 52.5 64.3
Sangat Setuju 91 35.7 35.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 295
280
X1.2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 2 .8 .8 .8
Kurang Setuju 41 16.1 16.1 16.9
Setuju 114 44.7 44.7 61.6
Sangat Setuju 98 38.4 38.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
X1.3.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 5 2.0 2.0 2.0
Kurang Setuju 37 14.5 14.5 16.5
Setuju 125 49.0 49.0 65.5
Sangat Setuju 88 34.5 34.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
X1.3.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Kurang Setuju 37 14.5 14.5 16.1
Setuju 123 48.2 48.2 64.3
Sangat Setuju 91 35.7 35.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
X1.4.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 6 2.4 2.4 2.4
Kurang Setuju 32 12.5 12.5 14.9
Setuju 131 51.4 51.4 66.3
Sangat Setuju 86 33.7 33.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
X1.4.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 2 .8 .8 .8
Kurang Setuju 29 11.4 11.4 12.2
Setuju 144 56.5 56.5 68.6
Sangat Setuju 80 31.4 31.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 299
284
Frequencies Variabel X2
X2.1.1 X2.1.2 X2.2.1 X2.2.2 X2.3.1
N Valid 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 Mean 4.2235 4.2078 4.1255 4.0588 4.1294 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .60918 .58855 .69866 .71021 .66620 Variance .371 .346 .488 .504 .444 Sum 1077.00 1073.00 1052.00 1035.00 1053.00
Page 300
285
X2.3.2 X2.4.1 X2.4.2 X2.5.1 X2.5.2
N Valid 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 Mean 4.1137 4.1216 4.0706 3.9647 4.0039 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .77282 .69654 .70076 .89329 .77611 Variance .597 .485 .491 .798 .602 Sum 1049.00 1051.00 1038.00 1011.00 1021.00
X2.6.1 X2.6.2 X2.7.1 X2.7.2 X2.8.1
N Valid 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 Mean 4.0902 4.1137 4.0314 4.1176 4.2431 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .67265 .76256 .76269 .70003 .73422 Variance .452 .582 .582 .490 .539 Sum 1043.00 1049.00 1028.00 1050.00 1082.00
X2.8.2 X2.9.1 X2.9.2
N Valid 255 255 255
Missing 0 0 0 Mean 4.0667 4.2784 4.2157 Median 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .77324 .67355 .63101 Variance .598 .454 .398 Sum 1037.00 1091.00 1075.00
X2.1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Kurang Setuju 22 8.6 8.6 9.0
Setuju 151 59.2 59.2 68.2
Sangat Setuju 81 31.8 31.8 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Kurang Setuju 20 7.8 7.8 8.2
Setuju 159 62.4 62.4 70.6
Sangat Setuju 75 29.4 29.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 301
286
X2.2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 8 3.1 3.1 3.1
Kurang Setuju 24 9.4 9.4 12.5
Setuju 151 59.2 59.2 71.8
Sangat Setuju 72 28.2 28.2 100.0
Total 255 100.0 100.0 X2.2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 9 3.5 3.5 3.5
Kurang Setuju 30 11.8 11.8 15.3
Setuju 153 60.0 60.0 75.3
Sangat Setuju 63 24.7 24.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.3.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.2
Kurang Setuju 33 12.9 12.9 14.1
Setuju 147 57.6 57.6 71.8
Sangat Setuju 72 28.2 28.2 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.3.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 7 2.7 2.7 3.1
Kurang Setuju 36 14.1 14.1 17.3
Setuju 129 50.6 50.6 67.8
Sangat Setuju 82 32.2 32.2 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.4.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Kurang Setuju 36 14.1 14.1 15.7
Setuju 140 54.9 54.9 70.6
Sangat Setuju 75 29.4 29.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 302
287
X2.4.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 5 2.0 2.0 2.0
Kurang Setuju 39 15.3 15.3 17.3
Setuju 144 56.5 56.5 73.7
Sangat Setuju 67 26.3 26.3 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.5.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Tidak Setuju 13 5.1 5.1 6.7
Kurang Setuju 43 16.9 16.9 23.5
Setuju 123 48.2 48.2 71.8
Sangat Setuju 72 28.2 28.2 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.5.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 12 4.7 4.7 4.7
Kurang Setuju 40 15.7 15.7 20.4
Setuju 138 54.1 54.1 74.5
Sangat Setuju 65 25.5 25.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.6.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 5 2.0 2.0 2.0
Kurang Setuju 32 12.5 12.5 14.5
Setuju 153 60.0 60.0 74.5
Sangat Setuju 65 25.5 25.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 303
288
X2.6.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 9 3.5 3.5 3.9
Kurang Setuju 28 11.0 11.0 14.9
Setuju 139 54.5 54.5 69.4
Sangat Setuju 78 30.6 30.6 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.7.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 12 4.7 4.7 4.7
Kurang Setuju 34 13.3 13.3 18.0
Setuju 143 56.1 56.1 74.1
Sangat Setuju 66 25.9 25.9 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.7.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 .8 .8 .8
Tidak Setuju 5 2.0 2.0 2.7
Kurang Setuju 22 8.6 8.6 11.4
Setuju 158 62.0 62.0 73.3
Sangat Setuju 68 26.7 26.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.8.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 8 3.1 3.1 3.1
Kurang Setuju 21 8.2 8.2 11.4
Setuju 127 49.8 49.8 61.2
Sangat Setuju 99 38.8 38.8 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.8.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 10 3.9 3.9 3.9
Kurang Setuju 38 14.9 14.9 18.8
Setuju 132 51.8 51.8 70.6
Sangat Setuju 75 29.4 29.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 304
289
X2.9.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Kurang Setuju 20 7.8 7.8 9.4
Setuju 132 51.8 51.8 61.2
Sangat Setuju 99 38.8 38.8 100.0
Total 255 100.0 100.0
X2.9.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 6 2.4 2.4 2.4
Kurang Setuju 11 4.3 4.3 6.7
Setuju 160 62.7 62.7 69.4
Sangat Setuju 78 30.6 30.6 100.0
Total 255 100.0 100.0
Histogram
Page 312
297
Frequencies Variabel X3 Statistics
X3.1.1 X3.1.2 X3.2.1 X3.2.2 X3.3.1 X3.3.2
N Valid 255 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 4.3059 4.2549 4.0314 4.0039 4.0784 4.0627 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .57556 .61616 .80292 .69587 .73289 .78619 Variance .331 .380 .645 .484 .537 .618 Sum 1098.00 1085.00 1028.00 1021.00 1040.00 1036.00
Page 313
298
Frequency Table X3.1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Setuju 15 5.9 5.9 5.9
Setuju 147 57.6 57.6 63.5
Sangat Setuju 93 36.5 36.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
X3.1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Kurang Setuju 21 8.2 8.2 8.6
Setuju 145 56.9 56.9 65.5
Sangat Setuju 88 34.5 34.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
X3.2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 12 4.7 4.7 4.7
Kurang Setuju 42 16.5 16.5 21.2
Setuju 127 49.8 49.8 71.0
Sangat Setuju 74 29.0 29.0 100.0
Total 255 100.0 100.0
X3.2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 5 2.0 2.0 2.0
Kurang Setuju 46 18.0 18.0 20.0
Setuju 147 57.6 57.6 77.6
Sangat Setuju 57 22.4 22.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 314
299
X3.3.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.2
Kurang Setuju 50 19.6 19.6 20.8
Setuju 126 49.4 49.4 70.2
Sangat Setuju 76 29.8 29.8 100.0
Total 255 100.0 100.0
X3.3.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 8 3.1 3.1 3.1
Kurang Setuju 47 18.4 18.4 21.6
Setuju 121 47.5 47.5 69.0
Sangat Setuju 79 31.0 31.0 100.0
Total 255 100.0 100.0
Histogram
Page 317
302
Frequencies Variabel Y1
Y1.1.1 Y1.1.2 Y1.2.1 Y1.2.2 Y1.3.1
N Valid 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 Mean 4.3529 4.2549 4.2824 4.2471 4.2471 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .56900 .62881 .58076 .66236 .63814 Variance .324 .395 .337 .439 .407 Sum 1110.00 1085.00 1092.00 1083.00 1083.00
Y1.3.2 Y1.4.1 Y1.4.2 Y1.5.1 Y1.5.2
N Valid 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 Mean 4.1020 4.1882 4.0431 4.1294 4.3451 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .69687 .70142 .78501 .74962 .60715 Variance .486 .492 .616 .562 .369 Sum 1046.00 1068.00 1031.00 1053.00 1108.00
Frequency Table Y1.1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Setuju 12 4.7 4.7 4.7
Setuju 141 55.3 55.3 60.0
Sangat Setuju 102 40.0 40.0 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.1.2
Page 318
303
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.2
Kurang Setuju 17 6.7 6.7 7.8
Setuju 147 57.6 57.6 65.5
Sangat Setuju 88 34.5 34.5 100.0
Total 255 100.0 100.0 Y1.2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Setuju 17 6.7 6.7 6.7
Setuju 149 58.4 58.4 65.1
Sangat Setuju 89 34.9 34.9 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 1 .4 .4 .8
Kurang Setuju 23 9.0 9.0 9.8
Setuju 139 54.5 54.5 64.3
Sangat Setuju 91 35.7 35.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.3.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Kurang Setuju 16 6.3 6.3 7.8
Setuju 148 58.0 58.0 65.9
Sangat Setuju 87 34.1 34.1 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 319
304
Y1.3.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Kurang Setuju 38 14.9 14.9 16.5
Setuju 141 55.3 55.3 71.8
Sangat Setuju 72 28.2 28.2 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.4.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.2
Kurang Setuju 34 13.3 13.3 14.5
Setuju 130 51.0 51.0 65.5
Sangat Setuju 88 34.5 34.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.4.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 13 5.1 5.1 5.5
Kurang Setuju 28 11.0 11.0 16.5
Setuju 145 56.9 56.9 73.3
Sangat Setuju 68 26.7 26.7 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.5.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 6 2.4 2.4 2.7
Kurang Setuju 33 12.9 12.9 15.7
Setuju 134 52.5 52.5 68.2
Sangat Setuju 81 31.8 31.8 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y1.5.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Setuju 18 7.1 7.1 7.1
Setuju 131 51.4 51.4 58.4
Sangat Setuju 106 41.6 41.6 100.0
Total 255 100.0 100.0
Histogram
Page 324
309
Frequencies Variabel Y2
Y2.1.1 Y2.1.2 Y2.2.1 Y2.2.2 Y2.3.1
N Valid 255 255 255 255 255
Missing 0 0 0 0 0 Mean 4.3804 4.2196 4.1765 4.2941 4.1216 Median 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .60867 .56715 .78132 .69572 .69086
Page 325
310
Variance .370 .322 .610 .484 .477 Sum 1117.00 1076.00 1065.00 1095.00 1051.00
Y2.3.2 Y2.4.1 Y2.4.2
N Valid 255 255 255
Missing 0 0 0 Mean 4.2392 4.2784 4.3333 Median 4.0000 4.0000 4.0000 Mode 4.00 4.00 4.00 Std. Deviation .67698 .59271 .59746 Variance .458 .351 .357 Sum 1081.00 1091.00 1105.00
Frequency Table Y2.1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Kurang Setuju 7 2.7 2.7 3.1
Setuju 139 54.5 54.5 57.6
Sangat Setuju 108 42.4 42.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y2.1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Setuju 19 7.5 7.5 7.5
Setuju 161 63.1 63.1 70.6
Sangat Setuju 75 29.4 29.4 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y2.2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 8 3.1 3.1 3.5
Kurang Setuju 29 11.4 11.4 14.9
Setuju 124 48.6 48.6 63.5
Sangat Setuju 93 36.5 36.5 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y2.2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.6
Kurang Setuju 20 7.8 7.8 9.4
Setuju 127 49.8 49.8 59.2
Sangat Setuju 104 40.8 40.8 100.0
Page 326
311
Total 255 100.0 100.0
Page 327
312
Y2.3.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Tidak Setuju 3 1.2 1.2 1.6
Kurang Setuju 32 12.5 12.5 14.1
Setuju 147 57.6 57.6 71.8
Sangat Setuju 72 28.2 28.2 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y2.3.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 4 1.6 1.6 1.6
Kurang Setuju 23 9.0 9.0 10.6
Setuju 136 53.3 53.3 63.9
Sangat Setuju 92 36.1 36.1 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y2.4.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 .4 .4 .4
Kurang Setuju 13 5.1 5.1 5.5
Setuju 154 60.4 60.4 65.9
Sangat Setuju 87 34.1 34.1 100.0
Total 255 100.0 100.0
Y2.4.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 2 .8 .8 .8
Kurang Setuju 11 4.3 4.3 5.1
Setuju 142 55.7 55.7 60.8
Sangat Setuju 100 39.2 39.2 100.0
Total 255 100.0 100.0
Page 332
317
Lampiran 4. Uji Realibility Reliability Variabel X1 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.848 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1.1.1 4.2235 .70504 255 X1.1.2 4.1843 .65909 255 X1.2.1 4.2353 .65773 255 X1.2.2 4.2078 .73169 255 X1.3.1 4.1608 .73818 255 X1.3.2 4.1804 .73093 255 X1.4.1 4.1647 .72926 255 X1.4.2 4.1843 .65309 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.1.1 29.3176 12.021 .559 .833 X1.1.2 29.3569 12.427 .514 .838 X1.2.1 29.3059 11.993 .620 .826 X1.2.2 29.3333 11.507 .646 .822 X1.3.1 29.3804 11.741 .586 .830 X1.3.2 29.3608 11.523 .643 .822 X1.4.1 29.3765 11.708 .603 .827 X1.4.2 29.3569 12.514 .500 .839
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
33.5412 15.249 3.90503 8
Reliability Variabel X2
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Page 333
318
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.907 18
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2.1.1 4.2235 .60918 255 X2.1.2 4.2078 .58855 255 X2.2.1 4.1255 .69866 255 X2.2.2 4.0588 .71021 255 X2.3.1 4.1294 .66620 255 X2.3.2 4.1137 .77282 255 X2.4.1 4.1216 .69654 255 X2.4.2 4.0706 .70076 255 X2.5.1 3.9647 .89329 255 X2.5.2 4.0039 .77611 255 X2.6.1 4.0902 .67265 255 X2.6.2 4.1137 .76256 255 X2.7.1 4.0314 .76269 255 X2.7.2 4.1176 .70003 255 X2.8.1 4.2431 .73422 255 X2.8.2 4.0667 .77324 255 X2.9.1 4.2784 .67355 255 X2.9.2 4.2157 .63101 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X2.1.1 69.9529 59.336 .510 .904 X2.1.2 69.9686 60.133 .440 .906 X2.2.1 70.0510 57.718 .592 .902 X2.2.2 70.1176 57.364 .616 .901 X2.3.1 70.0471 57.911 .605 .901 X2.3.2 70.0627 57.209 .572 .902 X2.4.1 70.0549 57.280 .638 .900 X2.4.2 70.1059 57.371 .625 .901 X2.5.1 70.2118 55.679 .601 .902 X2.5.2 70.1725 56.608 .624 .901 X2.6.1 70.0863 59.063 .481 .905 X2.6.2 70.0627 57.161 .585 .902 X2.7.1 70.1451 56.306 .664 .899 X2.7.2 70.0588 57.977 .565 .902 X2.8.1 69.9333 58.724 .465 .905 X2.8.2 70.1098 57.342 .560 .903 X2.9.1 69.8980 58.879 .499 .904 X2.9.2 69.9608 59.038 .521 .904
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
74.1765 64.492 8.03071 18
Page 335
320
Reliability Variabel X3 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.806 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X3.1.1 4.3059 .57556 255 X3.1.2 4.2549 .61616 255 X3.2.1 4.0314 .80292 255 X3.2.2 4.0039 .69587 255 X3.3.1 4.0784 .73289 255 X3.3.2 4.0627 .78619 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X3.1.1 20.4314 7.451 .427 .803 X3.1.2 20.4824 7.101 .500 .790 X3.2.1 20.7059 5.799 .693 .743 X3.2.2 20.7333 6.480 .610 .766 X3.3.1 20.6588 6.234 .643 .757 X3.3.2 20.6745 6.425 .522 .788
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24.7373 9.124 3.02053 6
Reliability Variabel Y1 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Page 336
321
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.761 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y1.1.1 4.3529 .56900 255 Y1.1.2 4.2549 .62881 255 Y1.2.1 4.2824 .58076 255 Y1.2.2 4.2471 .66236 255 Y1.3.1 4.2471 .63814 255 Y1.3.2 4.1020 .69687 255 Y1.4.1 4.1882 .70142 255 Y1.4.2 4.0431 .78501 255 Y1.5.1 4.1294 .74962 255 Y1.5.2 4.3451 .60715 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y1.1.1 37.8392 11.994 .436 .740 Y1.1.2 37.9373 11.776 .433 .740 Y1.2.1 37.9098 12.232 .361 .749 Y1.2.2 37.9451 11.564 .452 .737 Y1.3.1 37.9451 12.131 .337 .752 Y1.3.2 38.0902 11.279 .486 .732 Y1.4.1 38.0039 10.996 .548 .722 Y1.4.2 38.1490 11.190 .425 .742 Y1.5.1 38.0627 11.295 .433 .740 Y1.5.2 37.8471 12.272 .328 .753
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
42.1922 14.038 3.74670 10
Reliability Variabel Y2 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.699 8
Page 337
322
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y2.1.1 4.3804 .60867 255 Y2.1.2 4.2196 .56715 255 Y2.2.1 4.1765 .78132 255 Y2.2.2 4.2941 .69572 255 Y2.3.1 4.1216 .69086 255 Y2.3.2 4.2392 .67698 255 Y2.4.1 4.2784 .59271 255 Y2.4.2 4.3333 .59746 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y2.1.1 29.6627 7.390 .323 .684 Y2.1.2 29.8235 7.351 .376 .673 Y2.2.1 29.8667 6.596 .404 .668 Y2.2.2 29.7490 6.653 .471 .650 Y2.3.1 29.9216 7.128 .332 .683 Y2.3.2 29.8039 6.820 .439 .658 Y2.4.1 29.7647 7.149 .419 .664 Y2.4.2 29.7098 7.317 .357 .677
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
34.0431 8.829 2.97134 8
Page 338
323
LAMPIRAN 5. CFA VARIABEL X1
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
X1.1 <--- PO_Fit 1.000
X1.2 <--- PO_Fit 1.146 .115 9.993 *** par_1
X1.3 <--- PO_Fit 1.017 .106 9.584 *** par_2
X1.4 <--- PO_Fit .666 .099 6.717 *** par_3
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X1.1 <--- PO_Fit .720
X1.2 <--- PO_Fit .807
X1.3 <--- PO_Fit .714
X1.4 <--- PO_Fit .479
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
PO_Fit
.391 .066 5.899 *** par_4
e1
.363 .045 8.134 *** par_5
e2
.275 .046 5.965 *** par_6
e3
.389 .047 8.260 *** par_7
Page 339
324
Estimate S.E. C.R. P Label
e4
.582 .056 10.467 *** par_8
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X1.4
.229
X1.3
.509
X1.2
.651
X1.1
.519
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X1.4 X1.3 X1.2 X1.1
X1.4 .000
X1.3 .010 .000
X1.2 -.013 .003 .000
X1.1 .010 -.008 .003 .000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X1.4 X1.3 X1.2 X1.1
X1.4 .000
X1.3 .190 .000
X1.2 -.247 .051 .000
X1.1 .202 -.155 .045 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 8 .668 2 .716 .334
Saturated model 10 .000 0
Independence model 4 278.262 6 .000 46.377
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .007 .999 .994 .200
Saturated model .000 1.000
Independence model .282 .602 .337 .361
Page 340
325
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .998 .993 1.005 1.015 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .333 .333 .333
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 4.090
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 272.262 221.338 330.601
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .003 .000 .000 .016
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 1.096 1.072 .871 1.302
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .090 .834
Independence model .423 .381 .466 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 16.668 16.990 44.998 52.998
Saturated model 20.000 20.402 55.413 65.413
Independence model 286.262 286.422 300.427 304.427
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Page 341
326
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .066 .071 .087 .067
Saturated model .079 .079 .079 .080
Independence model 1.127 .927 1.357 1.128
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 2278 3501
Independence model 12 16
Page 342
327
CFA VARIABEL X2 & X3
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
X2.9 <--- QWL 1.000
X2.8 <--- QWL 1.131 .090 12.570 *** par_1
X2.7 <--- QWL 1.083 .090 12.067 *** par_2
X2.6 <--- QWL .805 .068 11.904 *** par_3
X2.5 <--- QWL .764 .070 10.910 *** par_4
X2.4 <--- QWL .897 .079 11.308 *** par_5
X2.3 <--- QWL .972 .078 12.544 *** par_6
X2.2 <--- QWL 1.006 .079 12.769 *** par_7
X2.1 <--- QWL .946 .080 11.873 *** par_8
Page 343
328
Estimate S.E. C.R. P Label
X3.3 <--- KO 1.000
X3.2 <--- KO 1.081 .081 13.281 *** par_9
X3.1 <--- KO .882 .072 12.178 *** par_10
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X2.9 <--- QWL .735
X2.8 <--- QWL .782
X2.7 <--- QWL .753
X2.6 <--- QWL .743
X2.5 <--- QWL .685
X2.4 <--- QWL .708
X2.3 <--- QWL .780
X2.2 <--- QWL .793
X2.1 <--- QWL .742
X3.3 <--- KO .774
X3.2 <--- KO .786
X3.1 <--- KO .731
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
QWL <--> KO .345 .042 8.270 *** par_11
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
QWL <--> KO .978
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
QWL
.350 .052 6.697 *** par_12
KO
.356 .050 7.088 *** par_13
e13
.298 .029 10.387 *** par_14
e12
.285 .028 10.086 *** par_15
e11
.314 .031 10.286 *** par_16
e10
.184 .018 10.342 *** par_17
e9
.231 .022 10.606 *** par_18
e8
.280 .027 10.513 *** par_19
e7
.213 .021 10.098 *** par_20
e6
.209 .021 9.991 *** par_21
Page 344
329
Estimate S.E. C.R. P Label
e5
.257 .025 10.352 *** par_22
e16
.239 .025 9.486 *** par_23
e15
.258 .028 9.298 *** par_24
e14
.241 .024 9.962 *** par_25
Page 345
330
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X3.1
.534
X3.2
.618
X3.3
.598
X2.1
.550
X2.2
.629
X2.3
.609
X2.4
.502
X2.5
.469
X2.6
.552
X2.7
.567
X2.8
.611
X2.9
.540
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X3.
1
X3.
2
X3.
3
X2.
1
X2.
2
X2.
3
X2.
4
X2.
5
X2.
6
X2.
7
X2.
8
X2.
9
X3.
1 .000
X3.
2
-
.012 .000
X3.
3 .015
-
.003 .000
X2.
1
-
.014 .018 .017 .000
X2.
2
-
.006
-
.008 .004 .030 .000
X2.
3
-
.004
-
.011 .003 .016 .037 .000
X2.
4
-
.036
-
.001
-
.015
-
.012 .014 .032 .000
X2.
5
-
.028 .004
-
.024
-
.015
-
.006
-
.019 .036 .000
X2.
6
-
.005
-
.001
-
.024
-
.023
-
.002
-
.027 .009 .065 .000
X2.
7 .016
-
.010
-
.010
-
.023
-
.032
-
.029
-
.005 .029 .032
.00
0
X2.
8 .035 .016 .017
-
.020
-
.027 .010
-
.023
-
.018
-
.003
.02
6 .000
X2.
9 .033 .020 .012 .014
-
.015
-
.016
-
.017
-
.031
-
.006
.02
2
-
.003
.00
0
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Page 346
331
X3.
1
X3.
2
X3.
3
X2.
1
X2.
2
X2.
3
X2.
4
X2.
5
X2.
6
X2.
7
X2.
8
X2.
9
X3.
1 .000
X3.
2
-
.271 .000
X3.
3 .373
-
.062 .000
X2.
1
-
.360 .412 .413 .000
X2.
2
-
.150
-
.166 .085 .731 .000
X2.
3
-
.106
-
.251 .073 .388 .898 .000
X2.
4
-
.961
-
.021
-
.369
-
.289 .353 .812 .000
X2.
5
-
.841 .104
-
.677
-
.426
-
.159
-
.557
1.05
4 .000
X2.
6
-
.153
-
.037
-
.667
-
.667
-
.044
-
.799 .261
2.18
4 .000
X2.
7 .373
-
.194
-
.212
-
.492
-
.692
-
.637
-
.115 .719 .815
.00
0
X2.
8 .794 .318 .352
-
.437
-
.566 .226
-
.493
-
.444
-
.073
.48
3 .000
X2.
9 .810 .428 .264 .330
-
.339
-
.377
-
.398
-
.820
-
.174
.44
4
-
.062
.00
0
Page 347
332
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 25 116.620 53 .000 2.200
Saturated model 78 .000 0
Independence model 12 1923.286 66 .000 29.141
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .020 .923 .886 .627
Saturated model .000 1.000
Independence model .302 .224 .083 .190
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .939 .924 .966 .957 .966
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .803 .754 .776
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model 63.620 36.186 98.791
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1857.286 1717.890 2004.044
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .459 .250 .142 .389
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 7.572 7.312 6.763 7.890
Page 348
333
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .069 .052 .086 .035
Independence model .333 .320 .346 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 166.620 169.317 255.152 280.152
Saturated model 156.000 164.415 432.219 510.219
Independence model 1947.286 1948.580 1989.781 2001.781
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .656 .548 .794 .667
Saturated model .614 .614 .614 .647
Independence model 7.666 7.118 8.244 7.672
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 155 174
Independence model 12 13
CFA VARIABEL Y1
Page 349
334
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Y1.5 <--- KK 1.000
Y1.4 <--- KK .802 .073 11.034 *** par_1
Y1.3 <--- KK .790 .075 10.473 *** par_2
Y1.2 <--- KK .854 .080 10.715 *** par_3
Y1.1 <--- KK .817 .079 10.396 *** par_4
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y1.5 <--- KK .774
Y1.4 <--- KK .793
Y1.3 <--- KK .754
Y1.2 <--- KK .711
Y1.1 <--- KK .692
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
e18 <--> e17 .122 .027 4.528 *** par_5
Page 350
335
Estimate S.E. C.R. P Label
e20 <--> e19 .017 .020 .851 .395 par_6
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
e18 <--> e17 .412
e20 <--> e19 .096
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
KK
.412 .062 6.693 *** par_7
e21
.275 .035 7.760 *** par_8
e20
.156 .024 6.633 *** par_9
e19
.195 .026 7.365 *** par_10
e18
.293 .033 8.791 *** par_11
e17
.300 .033 9.015 *** par_12
Page 351
336
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y1.1
.479
Y1.2
.506
Y1.3
.569
Y1.4
.629
Y1.5
.599
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
Y1.1 .000
Y1.2 .000 .000
Y1.3 .006 .013 .000
Y1.4 -.009 -.006 .000 .000
Y1.5 .006 -.005 -.011 .008 .000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
Y1.1 .000
Y1.2 .000 .000
Y1.3 .156 .363 .000
Y1.4 -.257 -.170 .000 .000
Y1.5 .139 -.118 -.265 .208 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 12 2.769 3 .429 .923
Saturated model 15 .000 0
Independence model 5 614.515 10 .000 61.451
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .006 .996 .978 .199
Saturated model .000 1.000
Independence model .258 .425 .137 .283
Page 352
337
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .995 .985 1.000 1.001 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .300 .299 .300
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 8.032
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 604.515 526.957 689.474
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .011 .000 .000 .032
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 2.419 2.380 2.075 2.714
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .103 .664
Independence model .488 .455 .521 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 26.769 27.349 69.264 81.264
Saturated model 30.000 30.726 83.119 98.119
Independence model 624.515 624.757 642.221 647.221
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Page 353
338
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .105 .106 .138 .108
Saturated model .118 .118 .118 .121
Independence model 2.459 2.153 2.793 2.460
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 717 1041
Independence model 8 10
CFA VARIABEL Y2
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Y2.1 <--- Kin 1.000
Y2.2 <--- Kin 1.117 .092 12.142 *** par_1
Y2.3 <--- Kin 1.125 .092 12.235 *** par_2
Y2.4 <--- Kin .979 .091 10.766 *** par_3
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y2.1 <--- Kin .732
Page 354
339
Estimate
Y2.2 <--- Kin .825
Y2.3 <--- Kin .834
Y2.4 <--- Kin .722
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Kin
.297 .046 6.396 *** par_4
e22
.258 .028 9.235 *** par_5
e23
.174 .024 7.391 *** par_6
e24
.164 .023 7.119 *** par_7
e25
.261 .028 9.352 *** par_8
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y2.4
.521
Y2.3
.696
Y2.2
.680
Y2.1
.535
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y2.4 Y2.3 Y2.2 Y2.1
Y2.4 .000
Y2.3 .006 .000
Y2.2 .000 -.004 .000
Y2.1 -.011 .000 .007 .000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y2.4 Y2.3 Y2.2 Y2.1
Y2.4 .000
Y2.3 .159 .000
Y2.2 .000 -.089 .000
Y2.1 -.286 .000 .162 .000
Model Fit Summary
CMIN
Page 355
340
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 8 1.074 2 .585 .537
Saturated model 10 .000 0
Independence model 4 457.794 6 .000 76.299
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .005 .998 .989 .200
Saturated model .000 1.000
Independence model .256 .476 .126 .285
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .998 .993 1.002 1.006 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .333 .333 .333
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 5.456
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 451.794 385.298 525.697
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .004 .000 .000 .021
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 1.802 1.779 1.517 2.070
Page 356
341
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .104 .744
Independence model .544 .503 .587 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 17.074 17.395 45.404 53.404
Saturated model 20.000 20.402 55.413 65.413
Independence model 465.794 465.955 479.960 483.960
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .067 .071 .092 .068
Saturated model .079 .079 .079 .080
Independence model 1.834 1.572 2.125 1.834
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 1418 2180
Independence model 7 10
Page 357
342
LAMPIRAN 6. FULL MODEL SEM
Page 358
343
LAMPIRAN 6. FULL MODEL SEM
Page 359
344
Parameter Summary (Group number 1)
Weights Covariances Variances Means Intercepts Total
Fixed 32 0 0 0 0 32
Labeled 0 0 0 0 0 0
Unlabeled 27 3 30 0 0 60
Total 59 3 30 0 0 92
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Y2.4 1.000 5.000 -.813 -5.302 .096 .314
Y2.3 1.000 5.000 -.468 -3.052 -.763 -2.487
Y2.2 1.000 5.000 -.675 -4.397 -.552 -1.799
Y2.1 1.000 5.000 -.462 -3.011 -.664 -2.163
Y1.1 1.000 5.000 -.694 -4.526 -.128 -.416
Y1.2 1.000 5.000 -.598 -3.900 -.484 -1.577
Y1.3 1.000 5.000 -.711 -4.635 -.424 -1.381
Y1.4 1.000 5.000 -.600 -3.912 -.457 -1.489
Y1.5 1.000 5.000 -.546 -3.562 -.630 -2.054
X3.1 1.000 5.000 -.032 -.211 -1.201 -3.916
X3.2 1.000 5.000 -.146 -.949 -1.177 -3.838
X3.3 1.000 5.000 -.069 -.447 -1.216 -3.963
X2.1 1.000 5.000 -.610 -3.977 .013 .041
X2.2 1.000 5.000 -.531 -3.462 -.335 -1.093
X2.3 1.000 5.000 -.688 -4.483 -.001 -.003
X2.4 1.000 5.000 -.561 -3.660 -.130 -.423
X2.5 1.000 5.000 -.532 -3.470 -.171 -.559
X2.6 1.000 5.000 -.324 -2.114 -.381 -1.243
X2.7 1.000 5.000 -.593 -3.865 -.090 -.292
X2.8 1.000 5.000 -.336 -2.189 -.560 -1.824
X2.9 1.000 5.000 -.055 -.362 -1.141 -3.718
X1.4 2.000 5.000 -.329 -2.144 -.744 -2.424
X1.3 2.000 5.000 -.352 -2.293 -.803 -2.619
X1.2 2.000 5.000 -.381 -2.481 -.843 -2.748
X1.1 1.000 5.000 -.462 -3.012 -.327 -1.066
Multivariate
30.359 6.597
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
140 56.547 .000 .075
235 54.437 .001 .010
Page 360
345
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
67 54.386 .001 .001
250 50.683 .002 .001
141 49.229 .003 .001
36 47.618 .004 .001
171 46.861 .005 .000
22 45.747 .007 .000
229 44.728 .009 .001
188 43.880 .011 .001
106 43.581 .012 .000
129 42.709 .015 .001
190 42.243 .017 .000
198 41.966 .018 .000
125 41.957 .018 .000
193 41.489 .020 .000
25 40.930 .023 .000
252 39.688 .031 .001
247 39.562 .032 .001
167 38.348 .043 .007
232 38.075 .045 .007
195 37.607 .051 .011
202 37.483 .052 .008
160 37.399 .053 .005
240 37.377 .053 .003
182 36.795 .060 .007
57 36.769 .061 .004
231 36.614 .063 .003
157 36.526 .064 .002
187 36.205 .069 .003
95 35.935 .073 .004
134 35.916 .073 .002
61 34.413 .099 .071
93 34.252 .103 .069
26 34.186 .104 .055
123 34.126 .105 .043
194 34.019 .108 .037
184 34.016 .108 .025
40 33.931 .109 .020
228 33.601 .117 .033
16 33.524 .118 .027
149 33.178 .127 .045
253 33.011 .131 .048
Page 361
346
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
191 32.843 .135 .052
103 32.545 .143 .077
110 32.528 .143 .058
107 32.409 .147 .056
131 32.348 .148 .047
52 32.312 .149 .036
90 32.303 .149 .026
27 31.861 .162 .063
172 31.851 .162 .046
214 31.803 .164 .038
138 31.620 .169 .045
238 31.592 .170 .035
70 31.433 .175 .040
65 31.174 .183 .060
59 30.975 .190 .076
224 30.451 .208 .197
169 29.959 .226 .382
150 29.725 .235 .457
117 29.661 .237 .436
113 29.519 .243 .461
230 29.091 .260 .654
74 28.987 .264 .658
128 28.688 .277 .764
72 28.514 .285 .801
120 28.422 .289 .801
234 28.372 .291 .783
233 28.044 .306 .876
87 28.017 .307 .856
251 27.782 .318 .902
243 27.769 .319 .881
12 27.739 .320 .862
30 27.637 .325 .868
2 27.595 .327 .853
136 27.590 .327 .821
94 27.534 .330 .810
254 27.493 .332 .790
212 27.378 .337 .805
101 27.110 .350 .878
126 26.860 .363 .926
226 26.812 .365 .918
155 26.791 .366 .903
Page 362
347
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
225 26.651 .374 .919
148 26.607 .376 .910
66 26.535 .380 .908
237 26.458 .384 .908
6 26.411 .386 .900
144 26.410 .386 .875
151 26.382 .387 .857
92 26.277 .393 .868
54 26.259 .394 .845
64 26.256 .394 .814
145 26.207 .397 .802
13 26.013 .407 .854
208 25.788 .419 .906
18 25.679 .425 .916
99 25.626 .428 .910
204 25.377 .441 .951
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
KK <--- PO_Fit .086 .041 2.113 .035
KK <--- QWL .308 .156 1.970 .049
KK <--- KO .065 .031 2.076 .038
Kin <--- PO_Fit .222 .086 2.586 .010
Kin <--- QWL .620 .314 1.975 .048
Kin <--- KO .086 .065 1.317 .188
Kin <--- KK .413 .198 2.090 .037
X1.1 <--- PO_Fit 1.000
X1.2 <--- PO_Fit 1.108 .107 10.314 ***
X1.3 <--- PO_Fit 1.002 .102 9.792 ***
X1.4 <--- PO_Fit .658 .096 6.816 ***
X2.9 <--- QWL 1.000
X2.8 <--- QWL .998 .434 2.299 .022
X2.7 <--- QWL 2.016 .700 2.880 .004
X2.6 <--- QWL 2.245 .755 2.971 .003
X2.5 <--- QWL 2.770 .926 2.992 .003
X2.4 <--- QWL 2.565 .861 2.980 .003
Page 363
348
Estimate S.E. C.R. P Label
X2.3 <--- QWL 2.661 .894 2.976 .003
X2.2 <--- QWL 2.175 .750 2.901 .004
X2.1 <--- QWL .817 .387 2.110 .035
X3.3 <--- KO 1.000
X3.2 <--- KO .990 .110 9.019 ***
X3.1 <--- KO 1.059 .117 9.089 ***
Y1.5 <--- KK 1.000
Y1.4 <--- KK 2.349 .517 4.544 ***
Y1.3 <--- KK 2.776 .598 4.645 ***
Y1.2 <--- KK 2.672 .588 4.544 ***
Y1.1 <--- KK 2.502 .550 4.550 ***
Y2.1 <--- Kin 1.000
Y2.2 <--- Kin 1.167 .110 10.606 ***
Y2.3 <--- Kin 1.220 .114 10.729 ***
Y2.4 <--- Kin .176 .097 1.803 .071
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
KK <--- PO_Fit .185
KK <--- QWL .239
KK <--- KO .171
Kin <--- PO_Fit .209
Kin <--- QWL .212
Kin <--- KO .099
Kin <--- KK .181
X1.1 <--- PO_Fit .732
X1.2 <--- PO_Fit .794
X1.3 <--- PO_Fit .715
X1.4 <--- PO_Fit .481
X2.9 <--- QWL .213
X2.8 <--- QWL .236
X2.7 <--- QWL .497
X2.6 <--- QWL .625
X2.5 <--- QWL .670
X2.4 <--- QWL .642
X2.3 <--- QWL .635
X2.2 <--- QWL .519
X2.1 <--- QWL .199
X3.3 <--- KO .724
X3.2 <--- KO .717
X3.1 <--- KO .764
Page 364
349
Estimate
Y1.5 <--- KK .309
Y1.4 <--- KK .716
Y1.3 <--- KK .839
Y1.2 <--- KK .717
Y1.1 <--- KK .722
Y2.1 <--- Kin .710
Y2.2 <--- Kin .789
Y2.3 <--- Kin .825
Y2.4 <--- Kin .124
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
PO_Fit <--> QWL .049 .020 2.448 .014
QWL <--> KO .024 .016 1.435 .151
PO_Fit <--> KO .011 .039 .282 .778
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
PO_Fit <--> QWL .334
QWL <--> KO .131
PO_Fit <--> KO .022
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
PO_Fit
.404 .067 6.077 ***
QWL
.053 .035 1.531 .126
KO
.606 .106 5.734 ***
z1
.074 .032 2.331 .020
z2
.356 .062 5.762 ***
e1
.349 .043 8.065 ***
e2
.292 .044 6.615 ***
e3
.387 .046 8.393 ***
e4
.581 .055 10.484 ***
e13
1.122 .101 11.133 ***
e12
.898 .081 11.099 ***
e11
.660 .064 10.318 ***
Page 365
350
Estimate S.E. C.R. P Label
e10
.417 .044 9.390 ***
e9
.501 .056 8.878 ***
e8
.499 .054 9.214 ***
e7
.557 .060 9.291 ***
e6
.682 .067 10.197 ***
e5
.857 .077 11.150 ***
e16
.551 .074 7.481 ***
e15
.561 .073 7.638 ***
e14
.485 .075 6.466 ***
e21
.833 .075 11.066 ***
e20
.461 .050 9.142 ***
e19
.285 .044 6.494 ***
e18
.596 .065 9.138 ***
e17
.508 .056 9.072 ***
e22
.450 .051 8.831 ***
e23
.378 .053 7.089 ***
e24
.320 .053 6.017 ***
e25
.903 .080 11.234 ***
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .065 .308 .086 .000 .000
Kin .113 .748 .257 .413 .000
Y2.4 .020 .131 .045 .073 .176
Y2.3 .137 .912 .314 .504 1.220
Y2.2 .131 .872 .300 .482 1.167
Y2.1 .113 .748 .257 .413 1.000
Y1.1 .163 .770 .216 2.502 .000
Y1.2 .175 .823 .231 2.672 .000
Y1.3 .181 .855 .240 2.776 .000
Y1.4 .153 .723 .203 2.349 .000
Y1.5 .065 .308 .086 1.000 .000
X3.1 1.059 .000 .000 .000 .000
X3.2 .990 .000 .000 .000 .000
X3.3 1.000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .817 .000 .000 .000
X2.2 .000 2.175 .000 .000 .000
X2.3 .000 2.661 .000 .000 .000
X2.4 .000 2.565 .000 .000 .000
Page 366
351
KO QWL PO_Fit KK Kin
X2.5 .000 2.770 .000 .000 .000
X2.6 .000 2.245 .000 .000 .000
X2.7 .000 2.016 .000 .000 .000
X2.8 .000 .998 .000 .000 .000
X2.9 .000 1.000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .658 .000 .000
X1.3 .000 .000 1.002 .000 .000
X1.2 .000 .000 1.108 .000 .000
X1.1 .000 .000 1.000 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .171 .239 .185 .000 .000
Kin .130 .255 .242 .181 .000
Y2.4 .016 .032 .030 .022 .124
Y2.3 .107 .210 .200 .150 .825
Y2.2 .102 .201 .191 .143 .789
Y2.1 .092 .181 .172 .129 .710
Y1.1 .124 .173 .133 .722 .000
Y1.2 .123 .171 .132 .717 .000
Y1.3 .144 .201 .155 .839 .000
Y1.4 .123 .171 .132 .716 .000
Y1.5 .053 .074 .057 .309 .000
X3.1 .764 .000 .000 .000 .000
X3.2 .717 .000 .000 .000 .000
X3.3 .724 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .199 .000 .000 .000
X2.2 .000 .519 .000 .000 .000
X2.3 .000 .635 .000 .000 .000
X2.4 .000 .642 .000 .000 .000
X2.5 .000 .670 .000 .000 .000
X2.6 .000 .625 .000 .000 .000
X2.7 .000 .497 .000 .000 .000
X2.8 .000 .236 .000 .000 .000
X2.9 .000 .213 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .481 .000 .000
X1.3 .000 .000 .715 .000 .000
X1.2 .000 .000 .794 .000 .000
X1.1 .000 .000 .732 .000 .000
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Page 367
352
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .065 .308 .086 .000 .000
Kin .086 .620 .222 .413 .000
Y2.4 .000 .000 .000 .000 .176
Y2.3 .000 .000 .000 .000 1.220
Y2.2 .000 .000 .000 .000 1.167
Y2.1 .000 .000 .000 .000 1.000
Y1.1 .000 .000 .000 2.502 .000
Y1.2 .000 .000 .000 2.672 .000
Y1.3 .000 .000 .000 2.776 .000
Y1.4 .000 .000 .000 2.349 .000
Y1.5 .000 .000 .000 1.000 .000
X3.1 1.059 .000 .000 .000 .000
X3.2 .990 .000 .000 .000 .000
X3.3 1.000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .817 .000 .000 .000
X2.2 .000 2.175 .000 .000 .000
X2.3 .000 2.661 .000 .000 .000
X2.4 .000 2.565 .000 .000 .000
X2.5 .000 2.770 .000 .000 .000
X2.6 .000 2.245 .000 .000 .000
X2.7 .000 2.016 .000 .000 .000
X2.8 .000 .998 .000 .000 .000
X2.9 .000 1.000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .658 .000 .000
X1.3 .000 .000 1.002 .000 .000
X1.2 .000 .000 1.108 .000 .000
X1.1 .000 .000 1.000 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .171 .239 .185 .000 .000
Kin .099 .212 .209 .181 .000
Y2.4 .000 .000 .000 .000 .124
Y2.3 .000 .000 .000 .000 .825
Y2.2 .000 .000 .000 .000 .789
Y2.1 .000 .000 .000 .000 .710
Y1.1 .000 .000 .000 .722 .000
Y1.2 .000 .000 .000 .717 .000
Y1.3 .000 .000 .000 .839 .000
Y1.4 .000 .000 .000 .716 .000
Y1.5 .000 .000 .000 .309 .000
Page 368
353
KO QWL PO_Fit KK Kin
X3.1 .764 .000 .000 .000 .000
X3.2 .717 .000 .000 .000 .000
X3.3 .724 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .199 .000 .000 .000
X2.2 .000 .519 .000 .000 .000
X2.3 .000 .635 .000 .000 .000
X2.4 .000 .642 .000 .000 .000
X2.5 .000 .670 .000 .000 .000
X2.6 .000 .625 .000 .000 .000
X2.7 .000 .497 .000 .000 .000
X2.8 .000 .236 .000 .000 .000
X2.9 .000 .213 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .481 .000 .000
X1.3 .000 .000 .715 .000 .000
X1.2 .000 .000 .794 .000 .000
X1.1 .000 .000 .732 .000 .000
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .000 .000 .000 .000 .000
Kin .027 .127 .036 .000 .000
Y2.4 .020 .131 .045 .073 .000
Y2.3 .137 .912 .314 .504 .000
Y2.2 .131 .872 .300 .482 .000
Y2.1 .113 .748 .257 .413 .000
Y1.1 .163 .770 .216 .000 .000
Y1.2 .175 .823 .231 .000 .000
Y1.3 .181 .855 .240 .000 .000
Y1.4 .153 .723 .203 .000 .000
Y1.5 .065 .308 .086 .000 .000
X3.1 .000 .000 .000 .000 .000
X3.2 .000 .000 .000 .000 .000
X3.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .000 .000 .000 .000
X2.2 .000 .000 .000 .000 .000
X2.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.4 .000 .000 .000 .000 .000
X2.5 .000 .000 .000 .000 .000
X2.6 .000 .000 .000 .000 .000
X2.7 .000 .000 .000 .000 .000
X2.8 .000 .000 .000 .000 .000
Page 369
354
KO QWL PO_Fit KK Kin
X2.9 .000 .000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .000 .000 .000
X1.3 .000 .000 .000 .000 .000
X1.2 .000 .000 .000 .000 .000
X1.1 .000 .000 .000 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .000 .000 .000 .000 .000
Kin .031 .043 .034 .000 .000
Y2.4 .016 .032 .030 .022 .000
Y2.3 .107 .210 .200 .150 .000
Y2.2 .102 .201 .191 .143 .000
Y2.1 .092 .181 .172 .129 .000
Y1.1 .124 .173 .133 .000 .000
Y1.2 .123 .171 .132 .000 .000
Y1.3 .144 .201 .155 .000 .000
Y1.4 .123 .171 .132 .000 .000
Y1.5 .053 .074 .057 .000 .000
X3.1 .000 .000 .000 .000 .000
X3.2 .000 .000 .000 .000 .000
X3.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .000 .000 .000 .000
X2.2 .000 .000 .000 .000 .000
X2.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.4 .000 .000 .000 .000 .000
X2.5 .000 .000 .000 .000 .000
X2.6 .000 .000 .000 .000 .000
X2.7 .000 .000 .000 .000 .000
X2.8 .000 .000 .000 .000 .000
X2.9 .000 .000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .000 .000 .000
X1.3 .000 .000 .000 .000 .000
X1.2 .000 .000 .000 .000 .000
X1.1 .000 .000 .000 .000 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Page 370
355
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 102 269.461 223 .018 1.208
Saturated model 325 .000 0
Independence model 25 2337.285 300 .000 7.791
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .067 .924 .889 .634
Saturated model .000 1.000
Independence model .201 .465 .421 .429
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .885 .845 .978 .969 .977
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .743 .658 .726
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model 46.461 9.180 91.949
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 2037.285 1887.086 2194.896
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model 1.061 .183 .036 .362
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 9.202 8.021 7.429 8.641
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Page 371
356
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .029 .013 .040 .999
Independence model .164 .157 .170 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 473.461 496.724 834.670 936.670
Saturated model 650.000 724.123 1800.911 2125.911
Independence model 2387.285 2392.987 2475.817 2500.817
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model 1.864 1.717 2.043 1.956
Saturated model 2.559 2.559 2.559 2.851
Independence model 9.399 8.807 10.019 9.421
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 244 260
Independence model 38 40
Page 372
357
Lampiran 4. Uji Realibility Reliability Variabel X1 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.848 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1.1.1 4.2235 .70504 255 X1.1.2 4.1843 .65909 255 X1.2.1 4.2353 .65773 255 X1.2.2 4.2078 .73169 255 X1.3.1 4.1608 .73818 255 X1.3.2 4.1804 .73093 255 X1.4.1 4.1647 .72926 255 X1.4.2 4.1843 .65309 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.1.1 29.3176 12.021 .559 .833 X1.1.2 29.3569 12.427 .514 .838 X1.2.1 29.3059 11.993 .620 .826 X1.2.2 29.3333 11.507 .646 .822 X1.3.1 29.3804 11.741 .586 .830 X1.3.2 29.3608 11.523 .643 .822 X1.4.1 29.3765 11.708 .603 .827 X1.4.2 29.3569 12.514 .500 .839
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
33.5412 15.249 3.90503 8
Page 373
358
Reliability Variabel X2 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.907 18
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2.1.1 4.2235 .60918 255 X2.1.2 4.2078 .58855 255 X2.2.1 4.1255 .69866 255 X2.2.2 4.0588 .71021 255 X2.3.1 4.1294 .66620 255 X2.3.2 4.1137 .77282 255 X2.4.1 4.1216 .69654 255 X2.4.2 4.0706 .70076 255 X2.5.1 3.9647 .89329 255 X2.5.2 4.0039 .77611 255 X2.6.1 4.0902 .67265 255 X2.6.2 4.1137 .76256 255 X2.7.1 4.0314 .76269 255 X2.7.2 4.1176 .70003 255 X2.8.1 4.2431 .73422 255 X2.8.2 4.0667 .77324 255 X2.9.1 4.2784 .67355 255 X2.9.2 4.2157 .63101 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X2.1.1 69.9529 59.336 .510 .904 X2.1.2 69.9686 60.133 .440 .906 X2.2.1 70.0510 57.718 .592 .902 X2.2.2 70.1176 57.364 .616 .901 X2.3.1 70.0471 57.911 .605 .901 X2.3.2 70.0627 57.209 .572 .902 X2.4.1 70.0549 57.280 .638 .900 X2.4.2 70.1059 57.371 .625 .901 X2.5.1 70.2118 55.679 .601 .902 X2.5.2 70.1725 56.608 .624 .901 X2.6.1 70.0863 59.063 .481 .905 X2.6.2 70.0627 57.161 .585 .902 X2.7.1 70.1451 56.306 .664 .899 X2.7.2 70.0588 57.977 .565 .902 X2.8.1 69.9333 58.724 .465 .905 X2.8.2 70.1098 57.342 .560 .903 X2.9.1 69.8980 58.879 .499 .904 X2.9.2 69.9608 59.038 .521 .904
Page 374
359
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
74.1765 64.492 8.03071 18
Reliability Variabel X3 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.806 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X3.1.1 4.3059 .57556 255 X3.1.2 4.2549 .61616 255 X3.2.1 4.0314 .80292 255 X3.2.2 4.0039 .69587 255 X3.3.1 4.0784 .73289 255 X3.3.2 4.0627 .78619 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X3.1.1 20.4314 7.451 .427 .803 X3.1.2 20.4824 7.101 .500 .790 X3.2.1 20.7059 5.799 .693 .743 X3.2.2 20.7333 6.480 .610 .766 X3.3.1 20.6588 6.234 .643 .757 X3.3.2 20.6745 6.425 .522 .788
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24.7373 9.124 3.02053 6
Reliability Variabel Y1 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Page 375
360
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.761 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y1.1.1 4.3529 .56900 255 Y1.1.2 4.2549 .62881 255 Y1.2.1 4.2824 .58076 255 Y1.2.2 4.2471 .66236 255 Y1.3.1 4.2471 .63814 255 Y1.3.2 4.1020 .69687 255 Y1.4.1 4.1882 .70142 255 Y1.4.2 4.0431 .78501 255 Y1.5.1 4.1294 .74962 255 Y1.5.2 4.3451 .60715 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y1.1.1 37.8392 11.994 .436 .740 Y1.1.2 37.9373 11.776 .433 .740 Y1.2.1 37.9098 12.232 .361 .749 Y1.2.2 37.9451 11.564 .452 .737 Y1.3.1 37.9451 12.131 .337 .752 Y1.3.2 38.0902 11.279 .486 .732 Y1.4.1 38.0039 10.996 .548 .722 Y1.4.2 38.1490 11.190 .425 .742 Y1.5.1 38.0627 11.295 .433 .740 Y1.5.2 37.8471 12.272 .328 .753
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
42.1922 14.038 3.74670 10
Reliability Variabel Y2 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 255 100.0
Excludeda 0 .0
Total 255 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Page 376
361
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.699 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y2.1.1 4.3804 .60867 255 Y2.1.2 4.2196 .56715 255 Y2.2.1 4.1765 .78132 255 Y2.2.2 4.2941 .69572 255 Y2.3.1 4.1216 .69086 255 Y2.3.2 4.2392 .67698 255 Y2.4.1 4.2784 .59271 255 Y2.4.2 4.3333 .59746 255
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y2.1.1 29.6627 7.390 .323 .684 Y2.1.2 29.8235 7.351 .376 .673 Y2.2.1 29.8667 6.596 .404 .668 Y2.2.2 29.7490 6.653 .471 .650 Y2.3.1 29.9216 7.128 .332 .683 Y2.3.2 29.8039 6.820 .439 .658 Y2.4.1 29.7647 7.149 .419 .664 Y2.4.2 29.7098 7.317 .357 .677
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
34.0431 8.829 2.97134 8
Page 377
362
LAMPIRAN 5. CFA VARIABEL X1
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
X1.1 <--- PO_Fit 1.000
X1.2 <--- PO_Fit 1.146 .115 9.993 *** par_1
X1.3 <--- PO_Fit 1.017 .106 9.584 *** par_2
X1.4 <--- PO_Fit .666 .099 6.717 *** par_3
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X1.1 <--- PO_Fit .720
X1.2 <--- PO_Fit .807
X1.3 <--- PO_Fit .714
X1.4 <--- PO_Fit .479
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
PO_Fit
.391 .066 5.899 *** par_4
e1
.363 .045 8.134 *** par_5
e2
.275 .046 5.965 *** par_6
e3
.389 .047 8.260 *** par_7
Page 378
363
Estimate S.E. C.R. P Label
e4
.582 .056 10.467 *** par_8
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X1.4
.229
X1.3
.509
X1.2
.651
X1.1
.519
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X1.4 X1.3 X1.2 X1.1
X1.4 .000
X1.3 .010 .000
X1.2 -.013 .003 .000
X1.1 .010 -.008 .003 .000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X1.4 X1.3 X1.2 X1.1
X1.4 .000
X1.3 .190 .000
X1.2 -.247 .051 .000
X1.1 .202 -.155 .045 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 8 .668 2 .716 .334
Saturated model 10 .000 0
Independence model 4 278.262 6 .000 46.377
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .007 .999 .994 .200
Saturated model .000 1.000
Independence model .282 .602 .337 .361
Page 379
364
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .998 .993 1.005 1.015 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .333 .333 .333
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 4.090
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 272.262 221.338 330.601
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .003 .000 .000 .016
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 1.096 1.072 .871 1.302
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .090 .834
Independence model .423 .381 .466 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 16.668 16.990 44.998 52.998
Saturated model 20.000 20.402 55.413 65.413
Independence model 286.262 286.422 300.427 304.427
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Page 380
365
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .066 .071 .087 .067
Saturated model .079 .079 .079 .080
Independence model 1.127 .927 1.357 1.128
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 2278 3501
Independence model 12 16
Page 381
366
CFA VARIABEL X2 & X3
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
X2.9 <--- QWL 1.000
X2.8 <--- QWL 1.131 .090 12.570 *** par_1
X2.7 <--- QWL 1.083 .090 12.067 *** par_2
X2.6 <--- QWL .805 .068 11.904 *** par_3
X2.5 <--- QWL .764 .070 10.910 *** par_4
X2.4 <--- QWL .897 .079 11.308 *** par_5
X2.3 <--- QWL .972 .078 12.544 *** par_6
X2.2 <--- QWL 1.006 .079 12.769 *** par_7
X2.1 <--- QWL .946 .080 11.873 *** par_8
Page 382
367
Estimate S.E. C.R. P Label
X3.3 <--- KO 1.000
X3.2 <--- KO 1.081 .081 13.281 *** par_9
X3.1 <--- KO .882 .072 12.178 *** par_10
Page 383
368
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X2.9 <--- QWL .735
X2.8 <--- QWL .782
X2.7 <--- QWL .753
X2.6 <--- QWL .743
X2.5 <--- QWL .685
X2.4 <--- QWL .708
X2.3 <--- QWL .780
X2.2 <--- QWL .793
X2.1 <--- QWL .742
X3.3 <--- KO .774
X3.2 <--- KO .786
X3.1 <--- KO .731
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
QWL <--> KO .345 .042 8.270 *** par_11
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
QWL <--> KO .978
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
QWL
.350 .052 6.697 *** par_12
KO
.356 .050 7.088 *** par_13
e13
.298 .029 10.387 *** par_14
e12
.285 .028 10.086 *** par_15
e11
.314 .031 10.286 *** par_16
e10
.184 .018 10.342 *** par_17
e9
.231 .022 10.606 *** par_18
e8
.280 .027 10.513 *** par_19
e7
.213 .021 10.098 *** par_20
e6
.209 .021 9.991 *** par_21
e5
.257 .025 10.352 *** par_22
e16
.239 .025 9.486 *** par_23
e15
.258 .028 9.298 *** par_24
e14
.241 .024 9.962 *** par_25
Page 385
370
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
X3.1
.534
X3.2
.618
X3.3
.598
X2.1
.550
X2.2
.629
X2.3
.609
X2.4
.502
X2.5
.469
X2.6
.552
X2.7
.567
X2.8
.611
X2.9
.540
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
X3.
1
X3.
2
X3.
3
X2.
1
X2.
2
X2.
3
X2.
4
X2.
5
X2.
6
X2.
7
X2.
8
X2.
9
X3.
1 .000
X3.
2
-
.012 .000
X3.
3 .015
-
.003 .000
X2.
1
-
.014 .018 .017 .000
X2.
2
-
.006
-
.008 .004 .030 .000
X2.
3
-
.004
-
.011 .003 .016 .037 .000
X2.
4
-
.036
-
.001
-
.015
-
.012 .014 .032 .000
X2.
5
-
.028 .004
-
.024
-
.015
-
.006
-
.019 .036 .000
X2.
6
-
.005
-
.001
-
.024
-
.023
-
.002
-
.027 .009 .065 .000
X2.
7 .016
-
.010
-
.010
-
.023
-
.032
-
.029
-
.005 .029 .032
.00
0
X2.
8 .035 .016 .017
-
.020
-
.027 .010
-
.023
-
.018
-
.003
.02
6 .000
X2.
9 .033 .020 .012 .014
-
.015
-
.016
-
.017
-
.031
-
.006
.02
2
-
.003
.00
0
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Page 386
371
X3.
1
X3.
2
X3.
3
X2.
1
X2.
2
X2.
3
X2.
4
X2.
5
X2.
6
X2.
7
X2.
8
X2.
9
X3.
1 .000
X3.
2
-
.271 .000
X3.
3 .373
-
.062 .000
X2.
1
-
.360 .412 .413 .000
X2.
2
-
.150
-
.166 .085 .731 .000
X2.
3
-
.106
-
.251 .073 .388 .898 .000
X2.
4
-
.961
-
.021
-
.369
-
.289 .353 .812 .000
X2.
5
-
.841 .104
-
.677
-
.426
-
.159
-
.557
1.05
4 .000
X2.
6
-
.153
-
.037
-
.667
-
.667
-
.044
-
.799 .261
2.18
4 .000
X2.
7 .373
-
.194
-
.212
-
.492
-
.692
-
.637
-
.115 .719 .815
.00
0
X2.
8 .794 .318 .352
-
.437
-
.566 .226
-
.493
-
.444
-
.073
.48
3 .000
X2.
9 .810 .428 .264 .330
-
.339
-
.377
-
.398
-
.820
-
.174
.44
4
-
.062
.00
0
Page 387
372
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 25 116.620 53 .000 2.200
Saturated model 78 .000 0
Independence model 12 1923.286 66 .000 29.141
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .020 .923 .886 .627
Saturated model .000 1.000
Independence model .302 .224 .083 .190
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .939 .924 .966 .957 .966
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .803 .754 .776
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model 63.620 36.186 98.791
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1857.286 1717.890 2004.044
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .459 .250 .142 .389
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 7.572 7.312 6.763 7.890
Page 388
373
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .069 .052 .086 .035
Independence model .333 .320 .346 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 166.620 169.317 255.152 280.152
Saturated model 156.000 164.415 432.219 510.219
Independence model 1947.286 1948.580 1989.781 2001.781
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .656 .548 .794 .667
Saturated model .614 .614 .614 .647
Independence model 7.666 7.118 8.244 7.672
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 155 174
Independence model 12 13
CFA VARIABEL Y1
Page 389
374
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Y1.5 <--- KK 1.000
Y1.4 <--- KK .802 .073 11.034 *** par_1
Y1.3 <--- KK .790 .075 10.473 *** par_2
Y1.2 <--- KK .854 .080 10.715 *** par_3
Y1.1 <--- KK .817 .079 10.396 *** par_4
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y1.5 <--- KK .774
Y1.4 <--- KK .793
Y1.3 <--- KK .754
Y1.2 <--- KK .711
Y1.1 <--- KK .692
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
e18 <--> e17 .122 .027 4.528 *** par_5
Page 390
375
Estimate S.E. C.R. P Label
e20 <--> e19 .017 .020 .851 .395 par_6
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
e18 <--> e17 .412
e20 <--> e19 .096
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
KK
.412 .062 6.693 *** par_7
e21
.275 .035 7.760 *** par_8
e20
.156 .024 6.633 *** par_9
e19
.195 .026 7.365 *** par_10
e18
.293 .033 8.791 *** par_11
e17
.300 .033 9.015 *** par_12
Page 391
376
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y1.1
.479
Y1.2
.506
Y1.3
.569
Y1.4
.629
Y1.5
.599
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
Y1.1 .000
Y1.2 .000 .000
Y1.3 .006 .013 .000
Y1.4 -.009 -.006 .000 .000
Y1.5 .006 -.005 -.011 .008 .000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
Y1.1 .000
Y1.2 .000 .000
Y1.3 .156 .363 .000
Y1.4 -.257 -.170 .000 .000
Y1.5 .139 -.118 -.265 .208 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 12 2.769 3 .429 .923
Saturated model 15 .000 0
Independence model 5 614.515 10 .000 61.451
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .006 .996 .978 .199
Saturated model .000 1.000
Independence model .258 .425 .137 .283
Page 392
377
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .995 .985 1.000 1.001 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .300 .299 .300
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 8.032
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 604.515 526.957 689.474
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .011 .000 .000 .032
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 2.419 2.380 2.075 2.714
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .103 .664
Independence model .488 .455 .521 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 26.769 27.349 69.264 81.264
Saturated model 30.000 30.726 83.119 98.119
Independence model 624.515 624.757 642.221 647.221
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Page 393
378
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .105 .106 .138 .108
Saturated model .118 .118 .118 .121
Independence model 2.459 2.153 2.793 2.460
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 717 1041
Independence model 8 10
CFA VARIABEL Y2
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Y2.1 <--- Kin 1.000
Y2.2 <--- Kin 1.117 .092 12.142 *** par_1
Y2.3 <--- Kin 1.125 .092 12.235 *** par_2
Y2.4 <--- Kin .979 .091 10.766 *** par_3
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y2.1 <--- Kin .732
Page 394
379
Estimate
Y2.2 <--- Kin .825
Y2.3 <--- Kin .834
Y2.4 <--- Kin .722
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Kin
.297 .046 6.396 *** par_4
e22
.258 .028 9.235 *** par_5
e23
.174 .024 7.391 *** par_6
e24
.164 .023 7.119 *** par_7
e25
.261 .028 9.352 *** par_8
Page 395
380
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Y2.4
.521
Y2.3
.696
Y2.2
.680
Y2.1
.535
Matrices (Group number 1 - Default model)
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y2.4 Y2.3 Y2.2 Y2.1
Y2.4 .000
Y2.3 .006 .000
Y2.2 .000 -.004 .000
Y2.1 -.011 .000 .007 .000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Y2.4 Y2.3 Y2.2 Y2.1
Y2.4 .000
Y2.3 .159 .000
Y2.2 .000 -.089 .000
Y2.1 -.286 .000 .162 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 8 1.074 2 .585 .537
Saturated model 10 .000 0
Independence model 4 457.794 6 .000 76.299
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .005 .998 .989 .200
Saturated model .000 1.000
Independence model .256 .476 .126 .285
Baseline Comparisons
Page 396
381
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .998 .993 1.002 1.006 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .333 .333 .333
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 5.456
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 451.794 385.298 525.697
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .004 .000 .000 .021
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 1.802 1.779 1.517 2.070
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .104 .744
Independence model .544 .503 .587 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 17.074 17.395 45.404 53.404
Saturated model 20.000 20.402 55.413 65.413
Independence model 465.794 465.955 479.960 483.960
Page 397
382
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .067 .071 .092 .068
Saturated model .079 .079 .079 .080
Independence model 1.834 1.572 2.125 1.834
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 1418 2180
Independence model 7 10
Page 398
383
LAMPIRAN 6. FULL MODEL SEM
Page 400
385
Parameter Summary (Group number 1)
Weights Covariances Variances Means Intercepts Total
Fixed 32 0 0 0 0 32
Labeled 0 0 0 0 0 0
Unlabeled 27 3 30 0 0 60
Total 59 3 30 0 0 92
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Y2.4 1.000 5.000 -.813 -5.302 .096 .314
Y2.3 1.000 5.000 -.468 -3.052 -.763 -2.487
Y2.2 1.000 5.000 -.675 -4.397 -.552 -1.799
Y2.1 1.000 5.000 -.462 -3.011 -.664 -2.163
Y1.1 1.000 5.000 -.694 -4.526 -.128 -.416
Y1.2 1.000 5.000 -.598 -3.900 -.484 -1.577
Y1.3 1.000 5.000 -.711 -4.635 -.424 -1.381
Y1.4 1.000 5.000 -.600 -3.912 -.457 -1.489
Y1.5 1.000 5.000 -.546 -3.562 -.630 -2.054
X3.1 1.000 5.000 -.032 -.211 -1.201 -3.916
X3.2 1.000 5.000 -.146 -.949 -1.177 -3.838
X3.3 1.000 5.000 -.069 -.447 -1.216 -3.963
X2.1 1.000 5.000 -.610 -3.977 .013 .041
X2.2 1.000 5.000 -.531 -3.462 -.335 -1.093
X2.3 1.000 5.000 -.688 -4.483 -.001 -.003
X2.4 1.000 5.000 -.561 -3.660 -.130 -.423
X2.5 1.000 5.000 -.532 -3.470 -.171 -.559
X2.6 1.000 5.000 -.324 -2.114 -.381 -1.243
X2.7 1.000 5.000 -.593 -3.865 -.090 -.292
X2.8 1.000 5.000 -.336 -2.189 -.560 -1.824
X2.9 1.000 5.000 -.055 -.362 -1.141 -3.718
X1.4 2.000 5.000 -.329 -2.144 -.744 -2.424
X1.3 2.000 5.000 -.352 -2.293 -.803 -2.619
X1.2 2.000 5.000 -.381 -2.481 -.843 -2.748
X1.1 1.000 5.000 -.462 -3.012 -.327 -1.066
Multivariate
30.359 6.597
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
140 56.547 .000 .075
235 54.437 .001 .010
67 54.386 .001 .001
Page 401
386
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
250 50.683 .002 .001
141 49.229 .003 .001
36 47.618 .004 .001
171 46.861 .005 .000
22 45.747 .007 .000
229 44.728 .009 .001
188 43.880 .011 .001
106 43.581 .012 .000
129 42.709 .015 .001
190 42.243 .017 .000
198 41.966 .018 .000
125 41.957 .018 .000
193 41.489 .020 .000
25 40.930 .023 .000
252 39.688 .031 .001
247 39.562 .032 .001
167 38.348 .043 .007
232 38.075 .045 .007
195 37.607 .051 .011
202 37.483 .052 .008
160 37.399 .053 .005
240 37.377 .053 .003
182 36.795 .060 .007
57 36.769 .061 .004
231 36.614 .063 .003
157 36.526 .064 .002
187 36.205 .069 .003
95 35.935 .073 .004
134 35.916 .073 .002
61 34.413 .099 .071
93 34.252 .103 .069
26 34.186 .104 .055
123 34.126 .105 .043
194 34.019 .108 .037
184 34.016 .108 .025
40 33.931 .109 .020
228 33.601 .117 .033
16 33.524 .118 .027
149 33.178 .127 .045
253 33.011 .131 .048
191 32.843 .135 .052
103 32.545 .143 .077
Page 402
387
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
110 32.528 .143 .058
107 32.409 .147 .056
131 32.348 .148 .047
52 32.312 .149 .036
90 32.303 .149 .026
27 31.861 .162 .063
172 31.851 .162 .046
214 31.803 .164 .038
138 31.620 .169 .045
238 31.592 .170 .035
70 31.433 .175 .040
65 31.174 .183 .060
59 30.975 .190 .076
224 30.451 .208 .197
169 29.959 .226 .382
150 29.725 .235 .457
117 29.661 .237 .436
113 29.519 .243 .461
230 29.091 .260 .654
74 28.987 .264 .658
128 28.688 .277 .764
72 28.514 .285 .801
120 28.422 .289 .801
234 28.372 .291 .783
233 28.044 .306 .876
87 28.017 .307 .856
251 27.782 .318 .902
243 27.769 .319 .881
12 27.739 .320 .862
30 27.637 .325 .868
2 27.595 .327 .853
136 27.590 .327 .821
94 27.534 .330 .810
254 27.493 .332 .790
212 27.378 .337 .805
101 27.110 .350 .878
126 26.860 .363 .926
226 26.812 .365 .918
155 26.791 .366 .903
225 26.651 .374 .919
148 26.607 .376 .910
66 26.535 .380 .908
Page 403
388
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
237 26.458 .384 .908
6 26.411 .386 .900
144 26.410 .386 .875
151 26.382 .387 .857
92 26.277 .393 .868
54 26.259 .394 .845
64 26.256 .394 .814
145 26.207 .397 .802
13 26.013 .407 .854
208 25.788 .419 .906
18 25.679 .425 .916
99 25.626 .428 .910
204 25.377 .441 .951
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
KK <--- PO_Fit .086 .041 2.113 .035
KK <--- QWL .308 .156 1.970 .049
KK <--- KO .065 .031 2.076 .038
Kin <--- PO_Fit .222 .086 2.586 .010
Kin <--- QWL .620 .314 1.975 .048
Kin <--- KO .086 .065 1.317 .188
Kin <--- KK .413 .198 2.090 .037
X1.1 <--- PO_Fit 1.000
X1.2 <--- PO_Fit 1.108 .107 10.314 ***
X1.3 <--- PO_Fit 1.002 .102 9.792 ***
X1.4 <--- PO_Fit .658 .096 6.816 ***
X2.9 <--- QWL 1.000
X2.8 <--- QWL .998 .434 2.299 .022
X2.7 <--- QWL 2.016 .700 2.880 .004
X2.6 <--- QWL 2.245 .755 2.971 .003
X2.5 <--- QWL 2.770 .926 2.992 .003
X2.4 <--- QWL 2.565 .861 2.980 .003
X2.3 <--- QWL 2.661 .894 2.976 .003
X2.2 <--- QWL 2.175 .750 2.901 .004
X2.1 <--- QWL .817 .387 2.110 .035
Page 404
389
Estimate S.E. C.R. P Label
X3.3 <--- KO 1.000
X3.2 <--- KO .990 .110 9.019 ***
X3.1 <--- KO 1.059 .117 9.089 ***
Y1.5 <--- KK 1.000
Y1.4 <--- KK 2.349 .517 4.544 ***
Y1.3 <--- KK 2.776 .598 4.645 ***
Y1.2 <--- KK 2.672 .588 4.544 ***
Y1.1 <--- KK 2.502 .550 4.550 ***
Y2.1 <--- Kin 1.000
Y2.2 <--- Kin 1.167 .110 10.606 ***
Y2.3 <--- Kin 1.220 .114 10.729 ***
Y2.4 <--- Kin .176 .097 1.803 .071
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
KK <--- PO_Fit .185
KK <--- QWL .239
KK <--- KO .171
Kin <--- PO_Fit .209
Kin <--- QWL .212
Kin <--- KO .099
Kin <--- KK .181
X1.1 <--- PO_Fit .732
X1.2 <--- PO_Fit .794
X1.3 <--- PO_Fit .715
X1.4 <--- PO_Fit .481
X2.9 <--- QWL .213
X2.8 <--- QWL .236
X2.7 <--- QWL .497
X2.6 <--- QWL .625
X2.5 <--- QWL .670
X2.4 <--- QWL .642
X2.3 <--- QWL .635
X2.2 <--- QWL .519
X2.1 <--- QWL .199
X3.3 <--- KO .724
X3.2 <--- KO .717
X3.1 <--- KO .764
Y1.5 <--- KK .309
Y1.4 <--- KK .716
Y1.3 <--- KK .839
Page 405
390
Estimate
Y1.2 <--- KK .717
Y1.1 <--- KK .722
Y2.1 <--- Kin .710
Y2.2 <--- Kin .789
Y2.3 <--- Kin .825
Y2.4 <--- Kin .124
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
PO_Fit <--> QWL .049 .020 2.448 .014
QWL <--> KO .024 .016 1.435 .151
PO_Fit <--> KO .011 .039 .282 .778
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
PO_Fit <--> QWL .334
QWL <--> KO .131
PO_Fit <--> KO .022
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
PO_Fit
.404 .067 6.077 ***
QWL
.053 .035 1.531 .126
KO
.606 .106 5.734 ***
z1
.074 .032 2.331 .020
z2
.356 .062 5.762 ***
e1
.349 .043 8.065 ***
e2
.292 .044 6.615 ***
e3
.387 .046 8.393 ***
e4
.581 .055 10.484 ***
e13
1.122 .101 11.133 ***
e12
.898 .081 11.099 ***
e11
.660 .064 10.318 ***
e10
.417 .044 9.390 ***
e9
.501 .056 8.878 ***
e8
.499 .054 9.214 ***
Page 406
391
Estimate S.E. C.R. P Label
e7
.557 .060 9.291 ***
e6
.682 .067 10.197 ***
e5
.857 .077 11.150 ***
e16
.551 .074 7.481 ***
e15
.561 .073 7.638 ***
e14
.485 .075 6.466 ***
e21
.833 .075 11.066 ***
e20
.461 .050 9.142 ***
e19
.285 .044 6.494 ***
e18
.596 .065 9.138 ***
e17
.508 .056 9.072 ***
e22
.450 .051 8.831 ***
e23
.378 .053 7.089 ***
e24
.320 .053 6.017 ***
e25
.903 .080 11.234 ***
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .065 .308 .086 .000 .000
Kin .113 .748 .257 .413 .000
Y2.4 .020 .131 .045 .073 .176
Y2.3 .137 .912 .314 .504 1.220
Y2.2 .131 .872 .300 .482 1.167
Y2.1 .113 .748 .257 .413 1.000
Y1.1 .163 .770 .216 2.502 .000
Y1.2 .175 .823 .231 2.672 .000
Y1.3 .181 .855 .240 2.776 .000
Y1.4 .153 .723 .203 2.349 .000
Y1.5 .065 .308 .086 1.000 .000
X3.1 1.059 .000 .000 .000 .000
X3.2 .990 .000 .000 .000 .000
X3.3 1.000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .817 .000 .000 .000
X2.2 .000 2.175 .000 .000 .000
X2.3 .000 2.661 .000 .000 .000
X2.4 .000 2.565 .000 .000 .000
X2.5 .000 2.770 .000 .000 .000
X2.6 .000 2.245 .000 .000 .000
X2.7 .000 2.016 .000 .000 .000
Page 407
392
KO QWL PO_Fit KK Kin
X2.8 .000 .998 .000 .000 .000
X2.9 .000 1.000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .658 .000 .000
X1.3 .000 .000 1.002 .000 .000
X1.2 .000 .000 1.108 .000 .000
X1.1 .000 .000 1.000 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .171 .239 .185 .000 .000
Kin .130 .255 .242 .181 .000
Y2.4 .016 .032 .030 .022 .124
Y2.3 .107 .210 .200 .150 .825
Y2.2 .102 .201 .191 .143 .789
Y2.1 .092 .181 .172 .129 .710
Y1.1 .124 .173 .133 .722 .000
Y1.2 .123 .171 .132 .717 .000
Y1.3 .144 .201 .155 .839 .000
Y1.4 .123 .171 .132 .716 .000
Y1.5 .053 .074 .057 .309 .000
X3.1 .764 .000 .000 .000 .000
X3.2 .717 .000 .000 .000 .000
X3.3 .724 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .199 .000 .000 .000
X2.2 .000 .519 .000 .000 .000
X2.3 .000 .635 .000 .000 .000
X2.4 .000 .642 .000 .000 .000
X2.5 .000 .670 .000 .000 .000
X2.6 .000 .625 .000 .000 .000
X2.7 .000 .497 .000 .000 .000
X2.8 .000 .236 .000 .000 .000
X2.9 .000 .213 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .481 .000 .000
X1.3 .000 .000 .715 .000 .000
X1.2 .000 .000 .794 .000 .000
X1.1 .000 .000 .732 .000 .000
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .065 .308 .086 .000 .000
Page 408
393
KO QWL PO_Fit KK Kin
Kin .086 .620 .222 .413 .000
Y2.4 .000 .000 .000 .000 .176
Y2.3 .000 .000 .000 .000 1.220
Y2.2 .000 .000 .000 .000 1.167
Y2.1 .000 .000 .000 .000 1.000
Y1.1 .000 .000 .000 2.502 .000
Y1.2 .000 .000 .000 2.672 .000
Y1.3 .000 .000 .000 2.776 .000
Y1.4 .000 .000 .000 2.349 .000
Y1.5 .000 .000 .000 1.000 .000
X3.1 1.059 .000 .000 .000 .000
X3.2 .990 .000 .000 .000 .000
X3.3 1.000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .817 .000 .000 .000
X2.2 .000 2.175 .000 .000 .000
X2.3 .000 2.661 .000 .000 .000
X2.4 .000 2.565 .000 .000 .000
X2.5 .000 2.770 .000 .000 .000
X2.6 .000 2.245 .000 .000 .000
X2.7 .000 2.016 .000 .000 .000
X2.8 .000 .998 .000 .000 .000
X2.9 .000 1.000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .658 .000 .000
X1.3 .000 .000 1.002 .000 .000
X1.2 .000 .000 1.108 .000 .000
X1.1 .000 .000 1.000 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .171 .239 .185 .000 .000
Kin .099 .212 .209 .181 .000
Y2.4 .000 .000 .000 .000 .124
Y2.3 .000 .000 .000 .000 .825
Y2.2 .000 .000 .000 .000 .789
Y2.1 .000 .000 .000 .000 .710
Y1.1 .000 .000 .000 .722 .000
Y1.2 .000 .000 .000 .717 .000
Y1.3 .000 .000 .000 .839 .000
Y1.4 .000 .000 .000 .716 .000
Y1.5 .000 .000 .000 .309 .000
X3.1 .764 .000 .000 .000 .000
Page 409
394
KO QWL PO_Fit KK Kin
X3.2 .717 .000 .000 .000 .000
X3.3 .724 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .199 .000 .000 .000
X2.2 .000 .519 .000 .000 .000
X2.3 .000 .635 .000 .000 .000
X2.4 .000 .642 .000 .000 .000
X2.5 .000 .670 .000 .000 .000
X2.6 .000 .625 .000 .000 .000
X2.7 .000 .497 .000 .000 .000
X2.8 .000 .236 .000 .000 .000
X2.9 .000 .213 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .481 .000 .000
X1.3 .000 .000 .715 .000 .000
X1.2 .000 .000 .794 .000 .000
X1.1 .000 .000 .732 .000 .000
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .000 .000 .000 .000 .000
Kin .027 .127 .036 .000 .000
Y2.4 .020 .131 .045 .073 .000
Y2.3 .137 .912 .314 .504 .000
Y2.2 .131 .872 .300 .482 .000
Y2.1 .113 .748 .257 .413 .000
Y1.1 .163 .770 .216 .000 .000
Y1.2 .175 .823 .231 .000 .000
Y1.3 .181 .855 .240 .000 .000
Y1.4 .153 .723 .203 .000 .000
Y1.5 .065 .308 .086 .000 .000
X3.1 .000 .000 .000 .000 .000
X3.2 .000 .000 .000 .000 .000
X3.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .000 .000 .000 .000
X2.2 .000 .000 .000 .000 .000
X2.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.4 .000 .000 .000 .000 .000
X2.5 .000 .000 .000 .000 .000
X2.6 .000 .000 .000 .000 .000
X2.7 .000 .000 .000 .000 .000
X2.8 .000 .000 .000 .000 .000
X2.9 .000 .000 .000 .000 .000
Page 410
395
KO QWL PO_Fit KK Kin
X1.4 .000 .000 .000 .000 .000
X1.3 .000 .000 .000 .000 .000
X1.2 .000 .000 .000 .000 .000
X1.1 .000 .000 .000 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
KO QWL PO_Fit KK Kin
KK .000 .000 .000 .000 .000
Kin .031 .043 .034 .000 .000
Y2.4 .016 .032 .030 .022 .000
Y2.3 .107 .210 .200 .150 .000
Y2.2 .102 .201 .191 .143 .000
Y2.1 .092 .181 .172 .129 .000
Y1.1 .124 .173 .133 .000 .000
Y1.2 .123 .171 .132 .000 .000
Y1.3 .144 .201 .155 .000 .000
Y1.4 .123 .171 .132 .000 .000
Y1.5 .053 .074 .057 .000 .000
X3.1 .000 .000 .000 .000 .000
X3.2 .000 .000 .000 .000 .000
X3.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.1 .000 .000 .000 .000 .000
X2.2 .000 .000 .000 .000 .000
X2.3 .000 .000 .000 .000 .000
X2.4 .000 .000 .000 .000 .000
X2.5 .000 .000 .000 .000 .000
X2.6 .000 .000 .000 .000 .000
X2.7 .000 .000 .000 .000 .000
X2.8 .000 .000 .000 .000 .000
X2.9 .000 .000 .000 .000 .000
X1.4 .000 .000 .000 .000 .000
X1.3 .000 .000 .000 .000 .000
X1.2 .000 .000 .000 .000 .000
X1.1 .000 .000 .000 .000 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 102 269.461 223 .018 1.208
Saturated model 325 .000 0
Page 411
396
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Independence model 25 2337.285 300 .000 7.791
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .067 .924 .889 .634
Saturated model .000 1.000
Independence model .201 .465 .421 .429
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .885 .845 .978 .969 .977
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .743 .658 .726
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model 46.461 9.180 91.949
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 2037.285 1887.086 2194.896
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model 1.061 .183 .036 .362
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 9.202 8.021 7.429 8.641
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .029 .013 .040 .999
Independence model .164 .157 .170 .000
Page 412
397
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 473.461 496.724 834.670 936.670
Saturated model 650.000 724.123 1800.911 2125.911
Independence model 2387.285 2392.987 2475.817 2500.817
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model 1.864 1.717 2.043 1.956
Saturated model 2.559 2.559 2.559 2.851
Independence model 9.399 8.807 10.019 9.421
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 244 260
Independence model 38 40