Top Banner

of 57

Dinur Winda PM_I14124046_SKRIPSI.pdf

Nov 02, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN

    STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN

    KARDIORESPIRASI MAHASISWA PECINTA ALAM IPB

    DINUR WINDA PINTOKO MUKTI

    DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

    FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran

    Kardiorespirasi Mahasiswa Pecinta Alam IPB adalah benar karya saya dengan

    arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

    perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

    yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

    teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

    Institut Pertanian Bogor.

    Bogor, Juni 2015

    Dinur Winda Pintoko Mukti

    NIM I14124046

  • HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN

    STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN

    KARDIORESPIRASI MAHASISWA PECINTA ALAM IPB

    The relationship between nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status

    with cardiorespiratory fitness level among MAPALA students of IPB

    Dinur Winda Pintoko Mukti1, Hadi Riyadi

    2, Karina Rahmadia

    Ekawidyani3

    1 Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,16680

    E-mail: [email protected] 2 Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680 3 Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680

    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan

    gizi, aktivitas fisik, dan status gizi dengan tingkat kebugaran kardiorespirasi

    mahasiswa pecinta alam IPB. Desain penelitian adalah purposive sampling dan

    melibatkan 39 mahasiswa pecinta alam IPB. Data yang dikumpulkan terdiri atas

    karakteristik subjek, pengetahuan gizi, status gizi, aktivitas fisik, konsumsi

    pangan, dan tingkat kebugaran kardiorespirasi. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa separuh dari subjek memiliki pengetahuan gizi, status gizi dan tingkat

    kebugaran kardiorespirasi yang tergolong baik. Aktivitas fisik subjek tergolong

    ringan. Hasil uji Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status

    gizi dan VO2 max dengan pengetahuan gizi (p>0.05). Terdapat hubungan yang

    signifikan bernilai negatif antara status gizi dan aktivitas fisik dengan VO2 max

    (p0.05).

    There was negative correalation between nutritional status and physical activity

    with VO2 max (p

  • HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN

    STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN

    KARDIORESPIRASI MAHASISWA PECINTA ALAM IPB

    DINUR WINDA PINTOKO MUKTI

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Gizi dari

    Program Studi Ilmu Gizi pada

    Departemen Gizi Masyarakat

    DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

    FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • Judul : Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi

    Dengan Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Mahasiswa Pecinta

    Alam IPB

    Nama : Dinur Winda Pintoko Mukti

    NIM : I14124046

    Disetujui oleh

    Diketahui oleh

    Dr Rimbawan

    Ketua Departemen

    Tanggal Disetujui:

    Dr Ir Hadi Riyadi MS

    Pembimbing I

    dr Karina Rahmadia Ekawidyani MGizi

    Pembimbing II

  • PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

    sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul pada karya ilmiah ini

    adalah Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Dengan

    Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Mahasiswa Pecinta Alam IPB. Skripsi ini dapat

    diselesaikan dengan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS dan dr Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Gizi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk

    memberikan saran, arahan, serta dorongan kepada penulis selama proses

    penyelasaian tugas akhir ini.

    2. Ibu dr Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Gizi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan semnagat dan motivasi pada penulis.

    3. Keluarga tercinta: Alm. Bapak, Ibu tercinta, Mas Aulia Bahadhori Mukti, Dek Qohhar Abdul Jabbar Mukti serta seluruh keluarga besar atas segala doa dan

    dukungannya.

    4. Teman-teman special tersayang: Muhammad Sarwo Wibowo, Ni Putu Dewi Arini, Novia Masarani Purba, Yedhidha Agustin Putri Widona, Ulfa Maesya

    Zulfia dan Nurul Hikmah yang telah membantu selama penelitian dan

    memberikan doa, semangat dan motivasi.

    5. Teman-teman Alih Jenis Gizi Angkatan 6 dan Angkatan 7 atas segala dukungan, perhatian, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada

    penulis.

    6. Teman-teman pecinta alam : Azimuth, Rimpala, Lawalata, Laura Orchid, Ariya poni atas informasi dan motivasinya.

    Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun kesalahan yang

    penulis lakukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

    Bogor, Juni 2015

    Dinur Winda Pintoko Mukti

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL III

    DAFTAR GAMBAR III

    DAFTAR LAMPIRAN III

    PENDAHULUAN 1

    LATAR BELAKANG 1

    PERUMUSAN MASALAH 2

    TUJUAN 2

    KEGUNAAN PENELITIAN 3

    KERANGKA PEMIKIRAN 3

    METODE 4

    DESAIN, TEMPAT, DAN WAKTU 4

    JUMLAH DAN CARA PENARIKAN SAMPEL 4

    JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA 5

    PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 6

    DEFINISI OPERASIONAL 11

    HASIL DAN PEMBAHASAN 12

    GAMBARAN UMUM ORGANISASI PECINTA ALAM 12

    KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN 12

    PENGETAHUAN GIZI 14

    TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI 16

    AKTIVITAS FISIK 23

    STATUS GIZI 24

    TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI 25

    UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL 26

    SIMPULAN DAN SARAN 27

    SIMPULAN 27

    SARAN 28

    DAFTAR PUSTAKA 28

    RIWAYAT HIDUP 43

  • DAFTAR TABEL

    1 Jenis dan cara pengumpulan data 6 2 Pengelompokan Karakteristik Subjek. 7 3 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi 9

    4 Klasifikasi nilai indeks masa tubuh (IMT) 9 5 Subjek aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR 10 6 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 10 7 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2 max 11 8 Sebaran subjek berdasarkan suku bangsa 13

    9 Sebaran uang saku subjek berdasarkan jenis kelamin 13 10 Sebaran pengeluaran pangan dan non-pangan subjek 13 11 Sebaran pertanyaan pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh subjek 15 12 Sebaran pengetahuan gizi subjek 15

    13 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi 16 14 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan protein 17 15 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan lemak 18

    16 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat 19

    17 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan kalsium 19 18 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat besi 20 19 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A 21

    20 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan vitamin B1 22 21 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C 22

    22 Sebaran subjek berdasarkan rata-rata aktivitas hari kuliah 23 23 Sebaran subjek berdasarkan rata-rata aktivitas hari libur 24 24 Sebaran subjek menurut status gizi berdasarkan IMT 24

    25 Sebaran subjek berdasarkan kategori VO2 max 25

    DAFTAR GAMBAR

    1 Bagan kerangka pemikiran penelitian 4

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan status 33 2 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan VO2 max 33 3 Hasil uji korelasi Spearman antara aktivitas fisik dengan VO2 max 33 4 Hasil uji korelasi Pearson antara status gizi dengan VO2 max 33 5 Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi 34

    6 Hasil uji beda Independent Sample T-Test status gizi 34 7 Hasil uji beda Independent Sample T-Test VO2 max 34

    8 Hasil uji beda Mann Whitney tingkat kecukupan gizi 34 9 Hasil uji beda Independent Sample T-Test tingkat kecukupan vitamin A 35 10 Hasil uji beda Mann Whitney aktivitas hari kuliah dan hari libur 35 11 Kuesioner penelitian 36

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kesehatan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.

    Menurut WHO, kesehatan merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial

    kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Tujuan

    pembangunan kesehatan yang tercantum dalam UU Kesehatan Nomor 23 Tahun

    1992 menyebutkan kesejahteraan penduduk merupakan salah satu unsur dari

    kesehatan yang optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu,

    kondisi sosial, kondisi medis, kondisi iklim, faktor keturunan, kebugaran, dan

    gaya hidup.

    Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk

    melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan

    lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Ciri-ciri

    seseorang dengan kebugaran jasmani yang baik yaitu, tidak mudah terkena stress,

    tahan bekerja lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena penyakit, dan memiliki

    produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2013). Salah satu kebugaran jasmani yang

    berkaitan dengan kesehatan adalah kebugaran kardiorespirasi.

    Menurut Hoeger dan Hoeger (2005) kebugaran kardiorespirasi adalah

    kemampuan pembuluh paru-paru, jantung dan darah untuk memberikan jumlah

    oksigen yang cukup ke sel untuk memenuhi tuntutan aktivitas fisik. Kebugaran

    kardiorespirasi yang buruk akan mengganggu kemampuan seseorang untuk

    melakukan aktivitas di kehidupan sehari-hari dan akan cepat merasa lelah. Tingkat

    kebugaran seseorang dapat diukur dengan menggunakan VO2 max yang

    merupakan salah satu indikator yang paling umum digunakan. Berdasarkan data

    Sport Development Index 2006 menunjukkan kondisi kebugaran masyarakat

    Indonesia yaitu sebagian besar masih dalam kategori kurang (42.9%) dan kurang

    sekali (37.4%) (Cholik&Maksum 2007). Penelitian menunjukkan bahwa

    rendahnya kebugaran kardiorespirasi merupakan prediktor yang kuat dan bebas

    terhadap kejadian sindrom metabolic pada laki-laki dan perempuan (La Monte et

    al. 2005).

    Pecinta alam adalah kegiatan petualangan yang dilakukan di alam bebas,

    baik menjelajah alam (gunung, hutan, gua, sungai dan pantai), tempat bersejarah,

    dan melihat kesenian dan budaya. Melakukan berbagai petualangan di alam bebas,

    seperti mendaki gunung, menembus rimba, mengarungi jeram-jeram sungai dan

    memanjat tebing merupakan kegiatan yang mendidik dan bermanfaat. Mendaki

    gunung merupakan suatu aktivitas yang menuntut fisik, mental dan emosi (Sastha

    2007). Menurut Soerjodibroto (1984), olahraga pendakian gunung termasuk

    dalam kategori aktivitas yang sangat berat. Oleh karena itu diperlukan kesegaran

    jasmani, daya tahan tubuh yang prima serta keseimbangan asupan zat gizi serta

    elektrolit yang cukup. Pada prinsipnya untuk mendaki gunung dibutuhkan

    kekuatan dan daya tahan otot tertentu, serta memiliki kapasitas VO2 max yang

    baik. Hal ini perlu diperhatikan untuk mengatasi tipisnya oksigen di daerah

    ketinggian, serta mengatasi beratnya beban yang dibawa (ransel) (Rawa 2010).

    Pengetahuan gizi yang rendah ditemukan pada mahasiswa selain jurusan

    gizi. Sebagian besar dari mahasiwa tidak menyadari pentingnya zat gizi untuk

  • 2

    kinerja (Ozdogan & Ozcelik 2011). Selain itu, pengetahuan yang rendah tentang

    suplemen vitamin dan mineral juga terjadi pada mahasiwa (Ellsworth et al. 2008).

    Zat gizi mempengaruhi kinerja seorang olahragawan. Pada tingkat dasar,

    mempunyai peran penting dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan. Zat

    gizi yang optimal dapat mengurangi kelelahan, yang memungkinkan olahragawan

    untuk melatih dan bersaing lebih lama atau lebih cepat sembuh pada sesi pelatihan.

    Zat gizi merupakan komponen penting dari setiap program kebugaran fisik.

    Konsumsi yang tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi akan berdampak buruk

    terhadap status gizi. Padahal untuk mencapai ketahanan fisik yang baik, seseorang

    harus mempunyai status gizi yang baik. Oleh karena itu, kecukupan gizi setiap

    hari yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, berat badan dan aktivitas fisik sangat

    diperlukan (Ozdogan & Ozcelik 2011)

    Berdasarkan Indrawati (2005), sebanyak 30 orang responden remaja

    dengan usia 18-23 tahun yang diteliti, sebanyak 22 orang berada pada level

    kebugaran buruk, 8 orang pada level sedang dan tidak ada yang berada pada level

    kebugaran baik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

    pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi dengan tingkat kebugaran

    kardiorespirasi pada mahasiswa pecinta alam IPB.

    Perumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pengetahuan gizi

    seseorang akan mempengaruhi pemilihan mengenai konsumsi pangan orang

    tersebut. Konsumsi pangan yang beragam akan berpengaruh pada status gizi dan

    aktivitas fisik. Tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu

    pengetahuan gizi, konsumsi pangan, status gizi dan aktivitas fisik. Salah satu

    tingkat kebugaran yang dipengaruhi adalah daya tahan paru-paru jantung

    (kardiorespirasi).

    Tujuan

    Tujuan Umum

    Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

    hubungan pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi dengan tingkat

    kebugaran kardiorespirasi pada mahasiswa pecinta alam IPB.

    Tujuan Khusus

    Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Menganalisis pengetahuan gizi dan status gizi subjek. 2. Menganalisis aktivitas fisik subjek. 3. Menganalisis konsumsi pangan subjek. 4. Menganalisis tingkat kebugaran kardiorespirasi subjek. 5. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi subjek. 6. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi, status gizi dan aktivitas fisik

    dengan tingkat kebugaran kardiorespirasi subjek.

  • 3

    Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi

    terkait hubungan pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi dengan tingkat

    kebugaran kardiorespirasi mahasiswa pecinta alam IPB. Selain itu penelitian ini

    diharapkan dapat menyediakan data dasar yang diperlukan untuk penyusunan

    program perbaikan kesehatan terutama bagi mahasiswa pecinta alam di Institut

    Pertanian Bogor.

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Karakteristik subjek memiliki peranan penting dalam mempengaruhi

    pengetahuan gizi seseorang. Hasil pengetahuan gizi yang baik menunjukkan

    beragamnya pangan yang dikonsumsi dan dapat menjadi indikator baiknya

    konsumsi pangan seseorang. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi,

    yang berasal dari formal maupun informal. Konsumsi pangan yang terlalu rendah

    atau melebihi dari kebutuhan tubuh dapat mempengaruhi status gizi. Status gizi

    menjadi salah satu indikator yang dipengaruhi oleh konsumsi pangan. Mereka

    yang memiliki status gizi normal dapat menjalankan aktivitas dari yang ringan

    sampai berat dengan baik dan tanpa adanya rasa lelah. Menurut Sharkey (2003)

    untuk mencapai pola hidup yang sehat ada tiga aspek yang harus dipenuhi yaitu

    mengatur makan, mengatur istirahat dan melakukan aktivitas (olahraga). Aktivitas

    fisik merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh atau sebagian anggota tubuh

    untuk bergerak. Aktivitas fisik dilakukan mulai saat bangun tidur di pagi hari

    hingga akan tidur kembali di malam hari. Untuk memulai suatu aktivitas fisik juga

    diperlukan konsumsi pangan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk

    mencapai hasil yang optimal. Dengan status gizi yang rendah akan memberikan

    pengaruh terhadap kebugaran seseorang.

    Kebugaran merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat

    kesehatan seseorang. Kebugaran jasmani dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

    genetik, aktivitas fisik, kesehatan, kebiasaan hidup, dan zat gizi. Kebugaran yang

    berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen yaitu daya tahan paru-

    paru dan jantung, daya tahan otot, kekuatan otot, serta kelentukan dan komposisi

    tubuh.

    Daya tahan merupakan komponen yang paling penting karena menentukan

    seberapa lama seseorang tidak mengalami kelelahan. Daya tahan yang sering

    digunakan adalah daya tahan paru-paru jantung. Daya tahan paru-paru jantung

    biasanya diukur dengan menggunakan VO2 max yang merupakan salah satu

    indikator yang paling umum digunakan.

  • 4

    Keterangan :

    Keterangan:

    = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti

    = hubungan yang diteliti

    = hubungan yang tidak diteliti

    METODE

    Desain, Tempat, dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan dengan desain studi cross sectional. Penelitian

    dilakukan di lingkungan Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengambilan

    data dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari 2015.

    Jumlah dan Cara Penarikan Sampel

    Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi yang

    mengikuti organisasi pecinta alam IPB, yang terdiri dari Azimuth, Lawalata dan

    Konsumsi

    pangan

    Komposisi tubuh Kelenturan Kekuatan otot Daya tahan paru-

    paru jantung

    Karakteristik

    subjek

    Kebugaran

    Aktivitas fisik Status gizi

    BB

    TB

    IMT

    Gambar 1Bagan kerangka pemikiran hubungan pengetahuan gizi, aktivitas

    fisik, dan status gizi, dengan tingkat kebugaran kardiorespirasi

    mahasiswa pecinta alam IPB.

    Pengetahuan gizi

  • 5

    Rimpala. Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh anggota

    angkatan 48 sampai dengan angkatan 50 dengan usia 19-23 tahun dari ketiga

    organisasi yang berjumlah 63 orang. Penarikan subjek dilakukan secara purposive

    sampling dimana subjek adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun

    kriteria inklusi adalah anggota yang memiliki status aktif sebagai anggota dari

    ketiga organisasi tersebut, bersedia menjadi subjek dalam penelitian, dalam

    keadaan sehat, serta tidak memiliki penyakit yang menyulitkan pada saat proses

    pengukuran dan bersedia menjalani tes yang akan diberikan. Besar subjek dalam

    penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

    Keterangan:

    n = Jumlah subjek

    N = Jumlah populasi

    d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)

    Jumlah populasi adalah sebesar 63 subjek, maka jumlah minimal subjek

    yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di

    atas adalah 38 subjek. Total subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini

    berjumlah 39 subjek, dengan jumlah laki-laki 21 orang dan perempuan 18 orang.

    Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data

    primer dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner yang telah dimodifikasi dari

    skripsi Immadudin (2012). Data primer terdiri dari data karakteristik subjek (jenis

    kelamin, usia, suku bangsa, dan uang saku), pengetahuan gizi, aktivitas fisik,

    status gizi, konsumsi pangan, dan tingkat kebugaran kardiorespirasi. Data

    konsumsi pangan diperoleh dengan melakukan record 1x24 jam selama tujuh hari,

    yaitu enam hari kuliah dan satu hari libur. Aktivitas fisik subjek ditentukan

    dengan melakukan record aktivitas fisik 1x24 jam pada 3 hari yaitu dua hari

    kuliah dan satu hari libur. Tingkat kebugaran kardiorespirasi diperoleh

    berdasarkan hasil test Balke 15 menit. Tes Balke 15 menit merupakan tes yang

    paling sering digunakan untuk memperkirakan VO2 max. Selama tes, subjek

    diminta untuk berlari atau berjalan dengan jarak tempuh semaksimal mungkin

    selama 15 menit.

    Data sekunder mengenai keadaan umum organisasi diperoleh dengan cara

    mencari informasi atau data serta wawancara langsung dengan pihak ketua

    organisasi pecinta alam. Data ini meliputi lokasi organisasi, fasilitas yang dimiliki,

    jumlah anggota aktif yang mengikuti organisasi tersebut. Di samping itu,

    pengamatan langsung terhadap fasilitas yang tersedia di organisasi. Jenis dan cara

    pengumpulan data dalam penelitian dicantumkan dalam Tabel 1.

  • 6

    Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Variabel Jenis data Cara Pengumpulan Data

    Data Primer

    Karakteristik subjek Usia, jenis kelamin, suku

    bangsa dan uang saku

    Wawancara dengan

    menggunakan kuesioner

    Pengetahuan Gizi Pertanyaan mengenai gizi

    dan gizi olahraga

    Wawancara dengan

    menggunakan kuesioner

    Konsumsi pangan Jenis dan jumlah makanan Record makanan 1 x 24

    jam selama 7 hari

    Aktivitas fisik Jenis dan alokasi waktu

    untuk aktivitas fisik dan

    olahraga

    Wawancara dengan

    menggunakan kuesioner

    dan record 1 x 24 jam

    selama 3 hari

    Status Gizi Berat Badan (kg) Berat badan diukur

    dengan menggunakan

    timbangan injak dengan

    derajat ketelitian 0,1 kg

    Tinggi Badan (cm) Tinggi badan diukur

    dengan menggunakan

    Mikrotoise

    Tingkat Kebugaran Nilai Total VO2

    Maksimum

    Tes Balke

    Data Sekunder

    Keadaan umum

    organisasi

    Lokasi, fasilitas yang

    dimiliki, jumlah anggota

    yang aktif.

    Wawancara, data

    organisasi dan

    pengamatan secara

    langsung.

    Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang telah diperoleh diperiksa terlebih dahulu sebelum dilakukan

    pengolahan untuk memastikan tidak ada yang terlewati. Tahapan pengolahan data

    yaitu editing, coding, entry, cleaning, dan kemudian dianalisis. Pengolahan dan

    analisis data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel 2007 serta

    Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 for Windows.

    Karakteristik Subjek

    Data karakteristik subjek meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa dan

    uang saku. Data usia subjek dikategorikan menjadi (1) usia 19 tahun; (2) usia 20

    tahun; (3) usia 21 tahun; (4) usia 22 tahun dan (5) usia 23 tahun. Jenis kelamin

    subjek dikelompokkan menjadi (1) laki-laki dan (2) perempuan. Suku bangsa

    dikelompokkan menjadi suku Jawa, Sunda, Bali, Sasak, Melayu, Batak dan

    Minang. Pengeluaran dikelompokkan menjadi pengeluaran pangan dan

    pengeluaran non pangan. Secara keseluruhan pengelompokan karakteristik subjek

    disajikan pada Tabel 2.

  • 7

    Tabel 2 Pengelompokan Karakteristik Subjek. No Variabel Kelompok 1 Usia 1. Remaja (13-19 tahun)

    2. Dewasa muda (20-30 tahun) 3. Dewasa madya (31-50 tahun) 4. Dewasa lanjut (51-75 tahun)

    2 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

    3 Suku bangsa 1. Jawa 5. Melayu 2. Sunda 6. Batak 3. Bali 7. Minang 4. Sasak

    4 Uang saku 1. Rendah : < Rp 600.000 2. Cukup : Rp 600.000 - Rp 900.000 3. Tinggi : > Rp 900.000

    5 a. Pengeluaran pangan

    1. Rendah : < Rp 400.000 2. Cukup : Rp 400.000 - Rp 600.000 3. Tinggi : >Rp 600.000

    6 b. Pengeluaran nonpangan

    1. Rendah : < Rp 400.000 2. Cukup : Rp 400.000 - Rp 600.000 3. Tinggi : > Rp 600.000

    Pengetahuan Gizi

    Tingkat pengetahuan gizi subjek diukur dengan cara pemberian skor

    terhadap jawaban subjek atas 20 buah pertanyaan berbentuk multiple choice yang

    diajukan. Pertanyaan pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi dua. Pertanyaan

    nomor 1,2,4,5,6,7,8,9,10,12,14,18 merupakan kelompok pertanyaan mengenai

    gizi secara umum, dan pertanyaan nomor 3,11,13,15,16,17,19,20 adalah

    kelompok pertanyaan mengenai gizi olahraga. Masing-masing pertanyaan diberi

    skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Menurut Khomsan

    (2000) total nilai untuk jawaban yang benar kemudian dipresentasekan terhadap

    jumlah nilai maksimum dan selanjutnya dikategorikan menjadi tiga, yaitu baik

    (>80%), sedang (60-80%) dan kurang (

  • 8

    AKE = AMB x FA

    Keterangan :

    AKE = Angka Kecukupan Energi (Kal)

    AMB = Angka Metabolisme Basal (Kal)

    FA = Angka Faktor Aktifitas berdasarkan PAL

    Kebutuhan zat gizi (protein, lemak, dan karbohidrat) dihitung berdasarkan

    persentase dari kebutuhan energi sehari. Kebutuhan protein sebesar 15% dari

    kebutuhan energi sehari. Kebutuhan lemak sebesar 30% dari kebutuhan energi

    sehari. Kebutuhan karbohidrat sebesar 55% dari kebutuhan energi sehari

    (Kemenkes 2014).

    Tingkat Kecukupan Zat Gizi

    Data konsumsi pangan diketahui melalui metode Food Record selama 1

    minggu terakhir. Data konsumsi pangan yang telah didapatkan lalu dikonversikan

    ke dalam satuan energi (kkal), protein (g), lemak (g), karbohidrat (g) dan kalsium

    (mg) merujuk pada Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004). Menurut

    Hardinsyah dan Briawan (1994), rumus untuk menghitung asupan energi, protein,

    lemak, karbohidrat, dan kalsium dari pangan yang dikonsumsi sebagai berikut:

    Keterangan :

    Kgij = Kandungan zat gizi ke-i dalam bahan makanan ke- j

    Bj = Berat makanan ke-j yang dikonsumsi (g)

    Gij = Kandungan zat gizi ke-i dalam 100 gram BDD bahan makanan ke- j

    BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan ke- j

    Rumus untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi digunakan rumus :

    Keterangan:

    AKGI = Angka kecukupan zat gizi subjek

    Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

    Bs = Berat badan standar (kg)

    AKG = Angka Kecukupan Gizi (2013)

    Selanjutnya tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan cara

    membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus:

    Keterangan:

    TKG = Tingkat kecukupan zat gizi

    K = Konsumsi zat gizi

    AKGI = Angka kecukupan gizi subjek

    KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

    AKGI = (Ba/Bs) x AKG

    TKGi = (Ki/AKGi) x 100%

  • 9

    Tingkat kecukupan zat gizi subjek kemudian dikelompokkan berdasarkan

    klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Kategori tingkat kecukupan energi

    dan zat gizi disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi

    Zat gizi Klasifikasi Tingkat Kecukupan

    Energi dan protein a. Defisit berat b. Defisit sedang c. Defisit ringan d. Normal e. Lebih

    a.

  • 10

    Tabel 5 Subjek aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR

    Aktivitas Nilai PAR per

    Satuan Waktu (jam)

    Tidur (siang dan malam) 1.00 Tidur-tiduran, Duduk diam, Membaca 1.20 Duduk sambil menonton TV 1.72 Mandi dan berpakaian 2.30 Berdiri diam, Beribadah, Menunggu (Berdiri), Berhias 1.50 Berkendaraan di mobil/bus/angkutan 1.20 Makan Minum 1.60 Jalan santai 2.50 Berbelanja (membawa beban) 2.40 Mengendarai kendaraan 2.50 Menjaga anak 2.50 Melakukan perkerjaan rumah tangga 2.75 Setrika pakaian (duduk) 1.70 Kegiatan berkebun 2.70 Bekerja di kantor (Duduk didepan meja, Menulis,

    mengetik) 1.30

    Bekerja di kantor (Berjalan, Membawa arsip) 1.60 Olahraga (Badminton) 4.85 Olahraga (Jogging, Lari jarak jauh) 6.50 Olahraga (Bersepeda) 3.60 Olahraga (Aerobik, Berenang, Sepak Bola, dll) 7.50 Kegiatan dilakukan dengan duduk 1.50 Kegiatan ringan 1.40 Memasak 2.10

    Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

    PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

    Keterangan:

    PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

    PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

    jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

    Data PAL yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan kategori

    tingkat aktivitas fisik yang disajikan pada Tabel 6.

    Tabel 6 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

    No Kategori Nilai PAL

    1 Sangat ringan (very sedentary lifestyle)

  • 11

    Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi

    Tingkat kebugaran diukur dengan menghitung estimasi VO2 max

    berdasarkan jarak tempuh pada tes Balke 15 menit. Menurut Budiman (2007)

    prosedur Tes Balke yaitu subjek diminta untuk berlari menempuh jarak sejauh

    mungkin dalam waktu 15 menit. Subjek tidak diperbolehkan untuk berhenti atau

    diam di dalam lintasan, akan tetapi diperbolehkan berjalan apabila lelah. Hasil

    perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software

    perhitungan Tes Balke (Balke VO2 Max calculator). Hasil perhitungan jarak yang

    telah ditempuh subjek juga dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan

    sebagai berikut:

    Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2 max disajikan

    pada Tabel 7.

    Tabel 7 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2 max

    No Kategori daya tahan kardiorespirasi Nilai VO2 max

    1 Kurang 39.0

    Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

    Definisi Operasional

    Subjek adalah mahasiswa-mahasiswi pecinta alam IPB

    Jenis Kelamin adalah jenis kelamin subjek yang dibedakan menjadi laki-laki dan

    perempuan

    Usia adalah usia subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam

    tahun dan berada pada usia dewasa.

    Pengetahuan gizi subjek adalah pengetahuan gizi yang diukur dengan cara

    menanyakan pertanyaan umum mengenai gizi dan gizi olahraga.

    Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan

    seorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktivitas fisik

    berupa energi dan zat gizi (protein, lemak dan karbohidrat).

    Aktivitas Fisik adalah gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan sistem

    penunjangnya untuk menggerakkan badan.

    Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang

    diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan

    diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan parameter IMT (WHO

    2007) dan IMT/U (WHO Anthroplus 2007)

    Kebugaran kardiorespirasi adalah kebugaran yang ditentukan oleh VO2 Max

    yang diukur menggunakan tes Balke.

    VO2 max adalah volume maksimum oksigen yang dapat digunakan per menit

    satuan yang digunakan adalah ml/kg/menit.

    % VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15)-133) x 0,172] + 33,3

  • 12

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Gambaran Umum Organisasi Pecinta Alam

    Pecinta alam adalah kegiatan petualangan yang dilakukan di alam bebas,

    baik menjelajah alam (gunung, hutan, gua, sungai dan pantai), tempat bersejarah,

    dan melihat kesenian dan budaya. Melakukan berbagai petualangan di alam bebas,

    seperti mendaki gunung, menembus rimba, mengarungi jeram-jeram sungai dan

    memanjat tebing merupakan kegiatan yang mendidik dan bermanfaat. Seperti

    halnya mendaki gunung, yang merupakan suatu aktivitas yang menuntut fisik,

    mental dan emosi (Sastha 2007). Organisasi pecinta alam di Institut Pertanian

    Bogor terdiri dari delapan organisasi, tiga diantaranya adalah Azimuth, Lawalata

    dan Rimpala. Sejarah terbentuknya organisasi pecinta alam ini dipelopori oleh

    Lawalata yang berdiri pada tahun 1974 dan termasuk organisasi pecinta alam

    pertama di IPB. Anggota dari Lawalata ini tersebar dari beberapa fakultas. Jumlah

    anggota Lawata yang aktif pada tahun 2011-2013 adalah 31 orang.

    Semenjak berdirinya Lawalata, maka berdirilah tujuh organisasi pecinta

    alam pada setiap departemen di IPB. Dari ketujuh organisasi ini yang memiliki

    program kerja yang rutin dan aktif adalah Azimuth dan Rimpala. Azimuth

    merupakan organisasi pecinta alam yang terdapat pada Departemen Ilmu Tanah.

    Organisasi ini berdiri pada 02 September 1992. Jumlah anggota Azimuth pada

    tahun 2011-2013 adalah 22 orang dengan 10 anggota aktif. Organisasi pecinta

    alam kedua adalah Rimpala. Rimpala merupakan pecinta alam yang terdapat pada

    Fakultas Kehutanan. Organisasi ini berdiri pada 25 September 1992. Jumlah

    anggota Rimpala pada tahun 2011-2013 adalah 22 orang. Fasilitas yang sebagian

    besar dimiliki oleh setiap organisasi pecinta alam di IPB adalah alat-alat yang

    digunakan untuk konservasi lingkungan, perlengkapan untuk mendaki gunung,

    dan fasilitas hunian.

    Karakteristik Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah mahasiswa pecinta alam dari tiga organisasi,

    yaitu Azimuth, Lawalata dan Rimpala pada angkatan 48-50. Subjek terdiri dari 21

    laki-laki dan 18 perempuan. Rata-rata umur subjek laki-laki dan perempuan

    adalah 20 tahun (38.5%). Menurut penelitian Kresting et al. (2008), pengetahuan

    gizi remaja putri meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Jenis kelamin

    merupakan salah satu dasar penentuan kecukupan gizi seseorang.

    Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, terutama

    dalam hal pemilihan dan pengolahan makan. Pola kebudayaan mempengaruhi

    jenis pangan apa yang harus diproduksi, bagaimana cara pengolahannya,

    penyalurannya hingga penyajiannya (Sukandar 2007). Sebaran subjek berdasarkan

    suku bangsa disajikan dalam Tabel 8.

  • 13

    Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan suku bangsa Suku bangsa

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    n % n % n %

    Jawa 10 47.6 4 22.2 14 35.9 Sunda 5 23.8 7 38.9 12 30.8 Bali 0 0 1 5.6 1 2.6 Sasak 1 4.8 0 0 1 2.6 Melayu 2 9.5 2 11.1 4 10.2 Batak 1 4.8 2 11.1 3 7.7 Minang 2 9.5 2 11.1 4 10.2 Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 8 sebagian besar subjek bersuku bangsa Jawa dan

    Sunda. Persentase subjek yang bersuku bangsa Jawa pada subjek laki-laki sebesar

    47.6%, sedangkan subjek perempuan sebesar 22.2%. Presentase subjek yang

    bersuku bangsa Sunda pada subjek laki-laki sebesar 23.8%, sedangkan pada

    subjek perempuan sebesar 38.9%.

    Uang saku merupakan sejumlah uang yang diterima oleh siswa untuk

    membeli jajanan dalam sehari (Sinaga et al. 2012). Sebaran uang saku subjek

    disajikan dalam Tabel 9.

    Tabel 9 Sebaran uang saku subjek berdasarkan jenis kelamin

    Kategori uang saku

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    n % n % n %

    Kurang Rp 900000 6 28.6 13 72.2 19 48.8 Total 21 100 18 100 39 100 Rata-rata (Rp) 947.619 1.161.111 1.046.154

    Berdasarkan Tabel 9 sebagian besar subjek laki-laki (71.4%) memiliki

    uang saku yang berkisar antara Rp 600000-Rp 900000/bulan dengan rata-rata

    uang saku subjek adalah Rp 947619 329574. Pada subjek perempuan sebagian

    besar (72.2%) memiliki uang saku >Rp 900000/bulan dengan rata-rata uang saku

    pada subjek perempuan adalah Rp 1161111 267645. Berdasarkan hasil dari

    kuesioner dan wawancara, beberapa sumber uang saku subjek selain berasal dari

    orang tua adalah dari beasiswa. Uang saku yang diterima subjek dipergunakan

    untuk berbagai keperluan. Alokasi uang saku subjek adalah untuk pangan dan

    non-pangan. Sebaran pengeluaran pangan dan non-pangan subjek dapat dilihat

    pada Tabel 10.

    Tabel 10 Sebaran pengeluaran pangan dan non-pangan subjek Kategori pengeluaran pangan dan

    non-pangan

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    n % n % n %

    Pengeluaran pangan

    Kurang Rp 600000 2 9.5 7 38.9 9 23.1

    Total 21 100 18 100 39 100

  • 14

    Lanjutan Tabel 10 Sebaran pengeluaran pangan dan non-pangan subjek Kategori pengeluaran pangan dan

    non-pangan

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    n % n % n %

    Rata-rata (Rp) 459.523 600.000 524.359

    Pengeluaran non-pangan

    Kurang < Rp 400000 9 42.8 4 22.2 13 33.3

    Cukup Rp 400000- Rp 600000 6 28.6 7 38.9 13 33.3

    Lebih > Rp 600000 6 28.6 7 38.9 13 33.4

    Total 21 100 18 100 39 100

    Rata-rata (Rp) 488.095 561.111 521.795

    Berdasarkan Tabel 10 sebagian besar subjek laki-laki (66.7%) memiliki

    uang pangan yang berkisar antara Rp 400000-Rp 600000/bulan dengan rata-rata

    uang pangan adalah Rp 459523 154611, sedangkan pada subjek perempuan

    sebagian besar memiliki kategori pengeluaran pangan cukup (44.4%) dan lebih

    (38.9%). Rata-rata uang pangan pada subjek perempuan adalah Rp 600000

    212132. Menurut Garcia et al (2009) pendapatan seseorang akan mempengaruhi

    konsumsi pangan. Pengeluaran non pangan merupakan sejumlah uang yang

    dipergunakan untuk keperluan pendidikan, transportasi, tabungan dan lainnya.

    Sebanyak 42.8% subjek laki-laki mengalokasikan uang saku untuk keperluan non

    pangan yaitu

  • 15

    Tabel 11 Sebaran pertanyaan pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh subjek

    berdasarkan jenis kelamin

    No Pertanyaan Laki-laki Perempuan Total

    n % n % n %

    1 Pengertian makanan sehat 20 95.2 18 100 38 97

    2 Makanan sumber karbohidrat 21 100 18 100 39 100

    3 Derajat kesehatan dan kebugaran 21 100 18 100 39 100

    4 Zat gizi yang dibutuhkan tubuh 21 100 18 100 39 100

    5 Vitamin larut air 18 85.7 15 83.3 33 85

    6 Makanan dengan protein tertinggi 16 76.1 13 72.2 29 74

    7 Akibat kekurangan vitamin C 21 100 18 100 39 100

    8 Peran kalsium 21 100 17 94.4 38 97

    9 Makanan yang mengandung vitamin A 21 100 18 100 39 100

    10 Zat gizi yang banyak terdapat pada susu 21 100 18 100 39 100

    11 Bahan makanan yang baik untuk

    pendakian

    15 71.4 9 50 24 62

    12 Akibat kekurangan zat besi (Fe) 17 80.9 17 94.4 34 87

    13 Sumber energi utama saat olahraga

    intensitas berat

    8 38 7 38.9 15 38

    14 Akibat kekurangan kalsium 21 100 17 94.4 38 97

    15 Jenis minuman isotonik alami 20 95.2 17 94.4 37 95

    16 Zat peningkat performa dalam olahraga 13 61.9 9 50 22 56

    17 Akibat kekurangan cairan selama

    berolahraga

    21 100 18 100 39 100

    18 Pangan tinggi lemak 18 85.7 14 77.8 32 82

    19 Elektrolit yang hilang saat berolahraga 4 19 7 38.9 11 28

    20 Tujuan pengaturan makan untuk

    berolahraga

    21 100 15 83.3 36 92

    Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan

    perempuan seluruhnya (100%) menjawab dengan benar pada pertanyaan

    mengenai makanan sumber karbohidrat, derajat kesehatan dan kebugaran, zat gizi

    yang dibutuhkan tubuh, akibat kekurangan vitamin C, makanan yang mengandung

    vitamin A, zat gizi pada susu, dan akibat kekurangan cairan selama berolahraga.

    Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh subjek adalah

    pertanyaan mengenai elektrolit yang hilang saat berolahraga. Subjek perempuan

    lebih tinggi menjawab benar pertanyaan elektrolit yang hilang saat berolahraga

    sebesar 38.9% dibandingkan laki-laki sebesar 19%. Banyaknya subjek yang masih

    menjawab salah pada pertanyaan tentang elektrolit yang hilang saat berolahraga

    dapat disebabkan karena materi mengenai gizi kebugaran pada organisasi pecinta

    alam belum diberikan atau belum dibahas secara detail.

    Tabel 12 Sebaran pengetahuan gizi subjek

    No

    Kategori

    pengetahuan

    gizi

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    P n % n % n %

    1 Kurang 0 0 0 0 0 0

    0.438 2 Sedang 9 42.9 7 38.9 16 41

    3 Baik 12 57.1 11 61.1 23 59

    Total 21 100 18 100 39 100

  • 16

    Berdasarkan Tabel 12 sebagian besar subjek, baik laki-laki (57.1%)

    maupun perempuan (61.1%) memiliki pengetahuan gizi baik. Hasil uji beda Mann

    Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi yang signifikan

    antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan (p=0.438). Hasil ini sejalan dengan

    Kresting et al. (2008) bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap

    hasil pengetahuan gizi. Menurut Banwat et al. (2012) tingkat pendidikan

    seseorang dapat mempengaruhi tingginya pengetahuan gizi seseorang.

    Tingkat Kecukupan Zat Gizi

    Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi

    setiap hari bagi semua orang berdasarkan golongan usia, jenis kelamin, ukuran

    tubuh dan aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Angka

    kecukupan gizi digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat kecukupan

    gizi subjek. Bahan pangan yang telah dikonsumsi dan diserap dalam tubuh akan

    dicerna menjadi berbagai zat gizi. Zat gizi memiliki fungsi yaitu sebagai sumber

    energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, mengatur metabolisme dan

    keseimbangan tubuh, serta berperan dalam sistem imun (Sediaoetama 2008).

    Tingkat Kecukupan Energi

    Energi sangat diperlukan oleh manusia untuk melakukan aktivitas dalam

    kehidupan sehari-hari. Energi dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan yang

    dikonsumsi setiap harinya. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi

    yang digunakan setiap hari (Burke 1992). Sebaran subjek berdasarkan tingkat

    kecukupan energi disajikan dalam Tabel 13.

    Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi

    Kategori tingkat

    kecukupan energi

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Defisit berat 0 0 3 16.7 3 7.7

    0.000

    Defisit sedang 0 0 2 11.1 2 5.1

    Defisit ringan 0 0 4 22.2 4 10.3

    Normal 4 19.1 7 38.9 11 28.2

    Lebih 17 80.9 2 11.1 19 48.7

    Total 21 100 18 100 39 100

    Rata-rata jumlah asupan energi pada subjek mahasiswa pecinta alam

    selama tujuh hari adalah 1572.4 370.02 kkal, sedangkan rata-rata jumlah asupan

    energi pada laki-laki adalah 1717.8 399.8 kkal dan perempuan adalah 1402.8

    247.9 kkal. Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat

    kecukupan energi pada subjek laki-laki (80.9%) berada pada kategori lebih,

    sedangkan pada subjek perempuan sebagian besar berada pada kategori normal

    (38.9%). Lebihnya asupan energi pada subjek laki-laki kemungkinan disebabkan

    karena kebiasaan makan. Bahan pangan yang sering dikonsumsi subjek adalah

    nasi dengan berat 200-300g pada setiap kali makan, selain itu konsumsi mie

    instan yang tinggi juga menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan

    lebihnya asupan energi. Rendahnya asupan pada subjek perempuan kemungkinan

  • 17

    disebabkan karena subjek lebih sering mengkonsumsi snack ringan dibandingkan

    makanan lengkap, dan juga karena alasan diet. Menurut Contento (2011), faktor

    yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah kebiasaan, ketersediaan, tradisi,

    budaya dan pendapatan. Hasil uji beda Mann Whitney tingkat kecukupan energi

    berdasarkan jenis kelamin menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan

    antara tingkat kecukupan energi pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan

    (p

  • 18

    Tingkat Kecukupan Lemak

    Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, yang memiliki energi

    dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Lemak (lipid) merupakan

    komponen struktural dari semua sel-sel tubuh yang dibutuhkan oleh ratusan

    bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire & Beerman 2011). Lemak

    merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga

    endurance. Olahraga endurance merupakan olahraga yang dilakukan dengan

    intensitas rendah sampai sedang (submaksimal) dan berlangsung dalam waktu

    lama (Primana 2000). Fungsi lain lemak yaitu menyediakan cadangan energi

    tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial

    (Mahan & Escott-Stump 2008). Selain itu lemak juga berperan penting dalam

    metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karotenoid, vitamin A, D, E dan K.

    Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan lemak disajikan dalam Tabel 15.

    Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan lemak

    Kategori tingkat

    kecukupan lemak

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 0 0 0 0 0 0

    0.000 Normal 0 0 0 0 0 0

    Lebih 21 100 18 100 39 100

    Total 21 100 18 100 39 100

    Rata-rata asupan lemak pada subjek adalah 51.7 14.7 g. Rata-rata asupan

    lemak pada laki laki dan perempuan yaitu 52.7 17.1 g dan 50.5 11.3 g.

    Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan lemak pada

    subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan (100%) berada pada kategori

    lebih. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena bentuk olahan makanan yang

    paling sering dikonsumsi oleh subjek diolah dengan menggunakan teknik deep

    frying menggunakan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit memiliki

    kandungan lemak yang cukup tinggi, sehingga konsumsi lemak subjek meningkat.

    Konsumsi lemak secara berlebihan akan berdampak buruk untuk kesehatan.

    Kelebihan lemak tubuh dapat meningkatkan resiko obesitas dan penyakit

    kardiovaskular. Penurunan aktivitas fisik merupakan salah satu akibat yang

    ditimbulkan karena konsumsi lemak yang berlebihan (Vogels et al. 2006). Hal ini

    sejalan dengan Kokkinos & Myers (2010) bahwa individu dengan tingkat

    aktivitas fisik rendah mempunyai resiko lebih besar dalam peningkatan simpanan

    lemak tubuh dibandingkan individu dengan aktivitas tinggi. Hasil uji beda Mann

    Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat

    kecukupan lemak subjek laki-laki dan perempuan (p

  • 19

    makanan. Fungsi utama karbohidrat yang dapat dicerna bagi manusia adalah

    untuk menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak yang kerjanya

    tergantung pada suplai karbohidrat berupa glukosa (Mahan & Escott-Stump 2008).

    Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan lemak disajikan dalam Tabel 16.

    Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat

    Kategori tingkat

    kecukupan karbohidrat

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 0 0 0 0 0 0

    0.086 Normal 0 0 1 5.6 1 2.6

    Lebih 21 100 17 94.4 38 97.4

    Total 21 100 18 100 39 100

    Rata-rata jumlah asupan karbohidrat pada subjek mahasiswa pecinta alam

    adalah 397.2 263.6 g. Rata-rata jumlah asupan karbohidrat pada laki-laki dan

    perempuan adalah 357.5 178.8 g dan 443.7 336.9 g. Berdasarkan Tabel 16

    dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan karbohidrat pada seluruh subjek jenis

    kelamin laki-laki berada pada kategori lebih. Tingkat kecukupan karbohidrat pada

    subjek perempuan sebagian besar (94.4%) berada pada kategori lebih, akan tetapi

    terdapat seorang subjek yang memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang berada

    pada kategori normal (5.6%). Berdasarkan hasil record konsumsi karbohidrat

    yang berlebihan dikarenakan subjek lebih sering mengkonsumsi nasi dalam

    jumlah yang besar, snack coklat dan makanan sepinggan. Makanan sepinggan

    yang sering dikonsumsi subjek adalah mie goreng, nasi uduk, lontong sayur, dan

    nasi goreng. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat

    perbedaan tingkat kecukupan karbohidrat yang signifikan antara laki-laki dan

    perempuan (p=0.086).

    Menurut Almatsier (2004) kebutuhan karbohidrat untuk orang yang bukan

    berprofesi sebagai atlet adalah 55-75% berasal dari karbohidrat kompleks dan

    10% berasal dari gula sederhana.

    Tingkat Kecukupan Kalsium

    Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat pada tubuh

    manusia. Kalsium berfungsi dalam struktur tulang dan gigi, transmisi impuls saraf,

    pembekuan darah dan regulasi enzim (Sulistyoningsih 2012). Sumber utama

    kalsium adalah susu dan hasil olahannya. Sumber lain kalsium adalah sayuran

    hijau, kacang-kacangan, dan ikan laut. Ikan dan makanan sumber laut

    mengandung kalsium lebih banyak dibandingkan daging sapi maupun ayam

    (Kemenkes 2014). Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan kalsium

    disajikan dalam Tabel 17.

    Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan kalsium

    Kategori tingkat

    kecukupan kalsium

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 16 76.2 11 61.1 27 69.2

    0.464 Cukup 5 23.8 7 38.9 12 30.8

    Total 21 100 18 100 39 100

  • 20

    Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek, baik

    laki-laki (76.2%) maupun perempuan (61.1%) memiliki tingkat kecukupan

    kalsium kurang. Rata-rata asupan kalsium subjek adalah 848.4 1328.7 mg. Rata-

    rata jumlah asupan kalsium subjek laki-laki dan perempuan adalah 558.6 539.7

    mg dan 1186.5 1838.2 mg. Konsumsi subjek yang kurang beragam dan

    rendahnya konsumsi susu, kacang-kacangan, ikan serta sumber laut menjadi salah

    satu penyebab rendahnya tingkat kecukupan kalsium. Menurut Kemenkes 2014

    kecukupan kalsium remaja dan dewasa berada pada rentang 1000-1200 mg setiap

    harinya. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat

    perbedaan tingkat kecukupan kalsium yang signifikan antara laki-laki dan

    perempuan (p=0.464). Akibat yang ditimbulkan karena kekurangan mineral yaitu

    dapat merusak kesehatan yang optimal, dan gangguan kesehatan yang dapat

    mempengaruhi kinerja olahraga (Melvin 2005).

    Tingkat Kecukupan Zat Besi

    Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam

    tubuh manusia. Zat besi berfungsi dalam metabolisme energi, sistem kekebalan,

    komponen hemoglobin dan beberapa enzim oksidatif (Sulistyoningsih 2012).

    Sumber utama zat besi dikelompokkan menjadi dua macam yaitu besi heme dan

    non-heme. Sumber dari besi heme adalah pada daging, jeroan, ikan dan unggas,

    sedangkan sumber dari non-heme adalah dari nabati kedelai, kacang-kacangan,

    sayuran hijau dan rumput laut (Gibson 2000). Sebaran subjek berdasarkan tingkat

    kecukupan zat besi disajikan pada Tabel 18.

    Tabel 18 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat besi

    Kategori tingkat

    kecukupan zat besi

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 6 28.6 18 100 24 61.5

    0.000 Cukup 15 71.4 0 0 15 38.5

    Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat

    kecukupan zat besi pada subjek laki-laki berada pada kategori cukup (71.4%),

    sedangkan pada seluruh subjek perempuan berada pada kategori kurang (100%).

    Rata-rata asupan zat besi subjek yaitu sebesar 11.3 3.9 mg. Rata-rata jumlah

    asupan zat besi pada subjek laki-laki dan perempuan adalah 12.2 4.3 mg dan

    10.3 3.3 mg. Rendahnya jumlah konsumsi daging, ikan dan sayuran hijau

    kemungkinan menjadi salah penyebab kurangnya asupan zat besi pada subjek

    perempuan. Menurut Sinaga et al. (2012) penyebab anemia gizi terutama karena

    makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi-

    hem. Disamping itu pada perempuan karena kehilangan darah waktu haid.

    Kecukupan zat besi yang dianjurkan untuk dewasa usia 19 tahun keatas dengan

    jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 13 mg/hari, sedangkan untuk perempuan

    adalah 26 mg/hari (FAO/WHO 2001). Hasil uji beda Mann Whitney

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecukupan zat besi yang

    signifikan antara laki-laki dan perempuan (p

  • 21

    Tingkat Kecukupan Vitamin A

    Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama kali ditemukan

    dan memiliki nama generik yang menyatakan semua retinoid dan

    prekursor/provitamin, A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi seperti

    retinol. Vitamin A mempunyai fungsi utama sebagai bagian penting pada indera

    penglihatan (Wolinsky & Driskell 2006). Fungsi vitamin A lainnya yaitu berperan

    dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan, perkembangan reproduksi,

    pencegahan penyakit kanker dan degeneratif seperti jantung (Almatsier 2004).

    Pada saat berolahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin. Apabila menu yang

    dikonsumsi seimbang, maka tidak diperlukan suplementasi. Dengan diet yang

    sesuai akan didapatkan asupan vitamin yang memadai. Sebaran subjek

    berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A disajikan pada Tabel 19.

    Tabel 19 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A

    Kategori tingkat

    kecukupan vitamin A

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 2 9.6 0 0 2 5.1

    0.013 Cukup 19 90.4 18 100 37 94.9

    Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan vitamin A

    sebagian besar subjek , baik laki-laki (90.4%) maupun perempuan (100%)

    memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang cukup. Rata-rata asupan vitamin A

    subjek adalah 1020.3 340.9 RE, sedangkan jumlah asupan vitamin A pada

    subjek laki-laki dan perempuan adalah 972.9 380.3 RE dan 1075.5 289.4 RE.

    Hal ini menunjukkan bahwa subjek sudah memenuhi tingkat kecukupan vitamin

    A. Bahan makanan yang sering dikonsumsi subjek adalah sayuran hijau, wortel,

    minyak kelapa sawit, hati ayam dan hati sapi yang kaya akan Vitamin A. Menurut

    Sulaeman & Muhilal (2004) kelebihan konsumsi vitamin A dapat memberikan

    efek teratogenik, kelainan jantung, kelainan saluran kemih, mengganggu sistem

    saraf pusat dan tulang otot. Hasil uji Independent Sample T-Test menunjukkan

    bahwa terdapat perbedaan tingkat kecukupan vitamin A yang signifikan antara

    laki-laki dan perempuan (p=0.013). Rata-rata asupan vitamin A pada subjek laki-

    laki lebih rendah dibandingkan dengan subjek perempuan.

    Tingkat Kecukupan Vitamin B1

    Vitamin B1 atau tiamin merupakan vitamin yang berfungsi sebagai

    koenzim yang penting dalam metabolisme energi dari karbohidrat, sehingga

    asupan sehari-hari sangat penting untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Jumlah

    tiamin yang dianjurkan dalam kebutuhan harus berdasarkan pada jumlah

    karbohidrat dalam makanan (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Menurut

    WKNPG tahun 2013, angka kecukupan vitamin B1 untuk remaja dan dewasa usia

    19-29 tahun dengan jenis kelamin laki-laki adalah 1.4 mg/hari dan untuk wanita

    adalah 1.1 mg/hari. Sumber utama tiamin yaitu serealia, kacang-kacangan, semua

    daging organ, daging tanpa lemak dan kuning telur. Sebaran subjek berdasarkan

    tingkat kecukupan vitamin B1 disajikan pada Tabel 20.

  • 22

    Tabel 20 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan vitamin B1

    Kategori tingkat

    kecukupan vitamin B1

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 4 19.1 5 27.8 9 23.1

    0.035 Cukup 17 80.9 13 72.2 30 76.9

    Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan vitamin B1

    sebagian besar subjek laki-laki dan perempuan berada pada kategori cukup. Rata-

    rata asupan vitamin B1 subjek adalah 126.6 291.7 mg. Rata-rata jumlah asupan

    vitamin B1 subjek laki-laki dan perempuan adalah 56.1 153.3 mg dan 208.7

    386.3 mg. Bahan makanan yang sering dikonsumsi subjek yang kaya akan

    vitamin B1 adalah hati dan ampela ayam, kacang-kacangan dan telur ayam.

    Kebutuhan tiamin dipengaruhi oleh usia, asupan energi, asupan karbohidrat dan

    berat badan. Vitamin B1 memiliki sifat mudah dibuang dalam urin, toksisitas

    bukan merupakan masalah pada tiamin. Tidak terdapat efek merugikan dari

    kelebihan konsumsi tiamin dari makanan dan suplemen (Kemenkes 2014). Hasil

    uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

    kecukupan vitamin B1 yang signifikan antara laki-laki dan perempuan (p=0.035).

    Subjek perempuan memiliki rata-rata jumlah asupan vitamin B1 lebih tinggi

    dibandingkan laki-laki.

    Tingkat Kecukupan Vitamin C

    Vitamin C merupakan antioksidan yang diperlukan oleh tubuh yang mampu

    mengurangi gejala penyakit asma, meningkatkan penyerapan zat besi yang

    berperan dalam pembentukan jaringan penyambung tulang dan gigi. Selain itu,

    vitamin C juga mampu menetralkan racun, menurunkan tekanan darah tinggi,

    membantu pembentukan kolagen, mencegah pembekuan darah yang tidak normal

    serta menyembuhkan luka bakar (Arisandi & Andriani 2009). Sebaran subjek

    berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C disajikan pada Tabel 21.

    Tabel 21 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C

    Kategori tingkat

    kecukupan vitamin C

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 21 100 17 94.4 38 97.4

    0.004 Cukup 0 0 1 5.6 1 2.6

    Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar, baik laki-laki

    (100%) maupun perempuan (94.4%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang

    kurang. Rata-rata asupan vitamin C subjek adalah 19.4 16.4 mg, sedangkan rata-

    rata jumlah asupan vitamin C subjek laki-laki dan perempuan adalah 16.5 16.9

    mg dan 22.8 15.5 mg. Dari hasil food record didapatkan hasil bahwa rendahnya

    konsumsi buah pada setiap kali waktu makan. Hal ini kemungkinan menjadi salah

    satu penyebab tingkat kecukupan vitamin C pada subjek berada pada kategori

    kurang. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Othman et al. (2012) yang

    menyatakan bahwa wanita lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur

    dibandingkan laki-laki. Menurut Bowman & Russell (2001) bahwa banyak remaja

  • 23

    tidak memenuhi rekomendasi diet yang sesuai untuk kelompok usia mereka, dan

    memiliki asupan makanan yang kurang kalsium, besi, riboflavin, vitamin A dan

    vitamin C. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    tingkat kecukupan vitamin C yang signifikan antara laki-laki dan perempuan

    (p=0.004). Rata-rata jumlah asupan vitamin C pada subjek perempuan lebih tinggi

    dibandingkan subjek laki-laki.

    Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot

    rangka, membutuhkan pengeluaran energi serta memberikan manfaat bagi

    kesehatan (Hoeger et al. 2001). Selama aktivitas fisik berlangsung, otot

    membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan

    paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan

    oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Almatsier

    2006). Pada penelitian Malinauskas et al. (2006) menunjukkan bahwa sebagian

    besar (80%) dari peserta melaporkan bahwa aktivitas fisik dapat mengendalikan

    berat badan mereka. Rata-rata PAL subjek pada hari kuliah dan hari libur adalah

    (1.44 0.1). Sebaran subjek berdasarkan nilai PAL disajikan pada Tabel 22.

    Tabel 22 Sebaran subjek berdasarkan rata-rata aktivitas hari kuliah

    Kategori nilai

    PAL hari kuliah

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Sangat ringan 13 61.9 6 33.3 19 48.7

    0.026

    Ringan 8 38.1 12 66.7 20 51.3

    Sedang 0 0 0 0 0 0

    Berat 0 0 0 0 0 0

    Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai PAL aktivitas

    kuliah sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki (61.9%) berada pada

    kategori sangat ringan, sedangkan pada subjek perempuan sebagian besar (66.7%)

    berada pada kategori ringan. Menurut Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa

    penduduk Indonesia usia > 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik (48.2%).

    Rata-rata nilai PAL aktivitas hari kuliah pada subjek laki-laki adalah 1.39 0.1,

    sedangkan pada subjek perempuan adalah 1.44 0.1. Aktivitas yang sering

    dilakukan subjek pada saat hari kuliah adalah mengobrol, kuliah, bermain musik

    dan bermain game. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan menurunnya

    aktivitas fisik adalah sosial ekonomi, dukungan sosial yang buruk dan hambatan

    terkait akses (Belanger et al. 2011). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan

    bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai PAL aktivitas kuliah yang signifikan

    antara laki-laki dan perempuan (p=0.026). Rata-rata nilai PAL aktivitas kuliah

    pada laki-laki memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan subjek perempuan.

    Hal ini sejalan dengan penelitian Kruger (2006) yang menunjukkan bahwa subjek

    yang memiliki kategori pekerjaan lebih berat cenderung memiliki proporsi

    aktivitas fisik sedang dan berat yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek

    dengan pekerjaan yang lebih ringan. Menurut Thomas (2003) aktivitas fisik

    mahasiswa pada masa sekarang lebih banyak pada aktivitas sedenter.

  • 24

    Berkurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu akibat dari kehidupan yang

    semakin modern.

    Tabel 23 Sebaran subjek berdasarkan rata-rataaktivitas hari libur

    Kategori nilai PAL

    hari libur

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Sangat ringan 3 14.3 2 11.1 5 12.8

    0.535

    Ringan 15 71.4 13 72.2 28 71.8

    Sedang 3 14.3 2 11.1 5 12.8

    Berat 0 0 1 5.6 1 2.6

    Total 21 100 18 100 39 100

    Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai PAL aktivitas

    hari libur sebagian besar, baik subjek laki-laki (71.4%) maupun perempuan

    (72.2%) memiliki nilai rata-rata PAL aktivitas hari libur kategori ringan, tetapi

    terdapat satu subjek perempuan (5.6%) yang memiliki kategori berat. Aktivitas

    ringan yang sering dilakukan pada hari libur oleh subjek adalah tidur, menonton tv,

    bermain game dan mengerjakan tugas, sedangkan aktivitas berat yang sering

    dilakukan oleh satu subjek perempuan adalah shopping, mengendarai motor dan

    dan mengerjakan tugas. Rata-rata nilai PAL aktivitas hari libur pada subjek laki-

    laki adalah 1.53 0.1, sedangkan pada subjek perempuan adalah 1.57 0.2. Hasil

    uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan antara aktivitas fisik hari libur pada subjek yang berjenis kelamain laki-

    laki dan perempuan (p=0.535). Gaya hidup tanpa gerak/ sedentary lifestyle

    diketahui memiliki resiko terhadap penyakit degeneratif (Bames 2012).

    Status Gizi

    Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan

    antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)

    untuk berbagai fungsi biologis (Supariasa et al. 2002). Cara penilaian status gizi

    dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status

    gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu antropometri,

    klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat

    dibagi menjadi, yaitu survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi

    (Riyadi 2001). Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah

    konsumsi pangan dan status kesehatan (Riyadi 2001). Sebaran subjek berdasarkan

    status gizi disajikan pada Tabel 24.

    Tabel 24 Sebaran subjek menurut status gizi berdasarkan IMT

    Kategori

    status gizi

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurus 4 19.1 2 11.1 6 15.4

    0.006 Normal 16 76.2 12 66.7 28 71.8

    Lebih 1 4.7 4 22.2 5 12.8

    Total 21 100 18 100 39 100

  • 25

    Berdasarkan Tabel 24, status gizi subjek mahasiswa pecinta alam tersebar

    pada kategori kurus, normal dan lebih. Sebagian besar subjek, baik laki-laki

    (76.2%) maupun perempuan (66.7%) memiliki status gizi normal. Nilai rata-rata

    IMT subjek adalah 21.5 2.8 kg/m2, sedangkan nilai rata-rata IMT subjek laki-

    laki dan perempuan adalah 20.4 2.3 kg/m2 dan 22.9 2.9 kg/m

    2. Data Riskesdas

    tahun 2013 menunjukkan prevalensi status gizi dewasa usia >18 tahun yaitu

    kurus (11.1%), normal (62.7%) dan gemuk (26.3%). Hasil penelitian ini sesuai

    dengan data Riskesdas tahun 2013 yang menunjukkan bahwa status gizi dewasa

    usia > 18 tahun berada pada kategori normal. Hasil uji beda Independent Sample

    T-Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status gizi yang signifikan antara

    laki-laki dan perempuan (p=0.006). Rata-rata IMT pada subjek laki-laki lebih

    rendah dibandingkan subjek perempuan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian

    Proper et al. (2006) yang menyatakan bahwa laki-laki secara signifikan memiliki

    kemungkinan untuk menjadi gemuk dan obesitas dibandingkan dengan

    perempuan.

    Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi

    Kebugaran dapat dibedakan menurut aspek yang berhubungan dengan

    kinerja dan yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu aspek kebugaran yang

    berhubungan dengan kesehatan adalah kebugaran kardiorespirasi. Kebugaran

    kardiorespirasi berhubungan dengan sistem respirasi dan sirkulasi untuk

    memberikan oksigen kepada otot selama seseorang menjalankan aktivitas fisik

    (Gibney et al. 2005). Tingkat kebugaran kardiorespirasi dapat dihitung dengan

    menggunakan Volume Oksigen Maksimum (VO2 max). Menurut Wiarto (2013)

    VO2 max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia

    pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Estimasi VO2 max dalam penelitian

    ini diperoleh berdasarkan tes Balke 15 menit yang dikategorikan berdasarkan

    FAO/WHO (2001). Sebaran subjek berdasarkan VO2 max disajikan dalam Tabel

    25.

    Tabel 25 Sebaran subjek berdasarkan kategori VO2 max

    Kategori

    VO2 max

    Laki-laki Perempuan Jumlah P

    n % n % n %

    Kurang 0 0 6 33.3 6 15.4

    0.000 Baik 10 47.6 12 66.7 22 56.4

    Sangat baik 11 52.4 0 0 11 28.2

    Total 21 100 18 100 39 100

    Rata-rata VO2 max 40.3 3.7 31.7 2.1 36.3 5.3

    Berdasarkan Tabel 25, sebagian besar subjek laki-laki memiliki kategori

    VO2 max yaitu baik dan sangat baik, sedangkan pada subjek perempuan kategori

    nilai VO2 max yaitu berada pada kategori kurang dan baik. Rata-rata VO2 max

    subjek adalah 36.3 5.3 mL/kg/mnt. Hasil uji beda Independent Sample T-Test

    menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai VO2 max pada

    subjek laki-laki dan perempuan (p

  • 26

    akan memiliki kemampuan recovery dalam waktu yang relatif singkat bila

    dibandingkan dengan orang yang tidak bugar (Bennet et al. 2006). Faktor-faktor

    yang mempengaruhi kebugaran yaitu faktor internal yang berupa genetik, usia dan

    jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal yaitu berupa aktivitas fisik, status gizi,

    status kesehatan, kecukupan istirahat dan kebiasaan merokok (Nurhasanah et al.

    2005). Konsumsi makanan bergizi dan beraktivitas fisik secara teratur merupakan

    kebiasaan positif yang dapat meningkatkan kebugaran (Arisandi & Andriani

    2009).

    Uji Hubungan Antar Variabel

    Uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel

    yang diuji yaitu hubungan antar pengetahuan gizi dengan status gizi, hubungan

    pengetahuan gizi dengan VO2 max, hubungan aktivitas fisik dengan VO2 max

    menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi Pearson digunakan untuk

    menguji hubungan antar variabel antara status gizi dengan VO2 max.

    Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi

    Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

    yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi (p=0.989, r=0.002).

    Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan gizi subjek belum

    tentu berhubungan dengan status gizinya yang rendah dan sebaliknya. Hasil ini

    sesuai dengan Lingga (2011) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

    antara pengetahuan gizi dengan status gizi. Pengetahuan gizi yang baik tidak

    selalu diterapkan pada pemilihan makanan yang seimbang, namun terdapat faktor

    lain yang mempengaruhi (Webb & Beckford 2014). Menurut Khomsan (2000),

    pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seseorang belum tentu seseorang tersebut

    dapat mengubah perilaku makannya. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang

    belum tentu ia mau memperhitungkan jumlah serta jenis makanan yang dipilih

    untuk dikonsumsi begitupun sebaliknya.

    Hubungan Pengetahuan Gizi dengan VO2 max

    Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

    yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan VO2 max (p=0.710, r=0.061). Hal

    ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan gizi subjek belum tentu

    berhubungan dengan VO2 max yang rendah begitupun sebaliknya. Hasil ini sesuai

    dengan Magfirah (2013) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

    signifikan antara pengetahuan gizi dengan VO2 max (p=0.924). Menurut Aurelia

    (2008) pengetahuan tidak memberikan hubungan langsung terhadap kebugaran

    jasmani, karena orang yang memiliki pengetahuan baik belum tentu menerapkan

    pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak terjadi perubahan

    perilaku.

    Hubungan Aktivitas Fisik dengan VO2 max

    Hasil uji korelasi Spearman antara aktivitas fisik dengan VO2 max

    diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai negatif (p=0.037,

    r=-0.336). Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang memiliki aktivitas rendah

  • 27

    memiliki nilai VO2 max yang tinggi dan sebaliknya. Hal ini kemungkinan

    disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi VO2 max subjek. Menurut

    Afriwardi (2010) banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani

    seseorang, diantaranya usia, jenis kelamin, keturunan, konsumsi pangan,

    kebiasaan merokok, latihan, aktivitas fisik dan lemak tubuh. Hasil penelitian ini

    sesuai dengan penelitian Fauziyana (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat

    hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan VO2 max yang bernilai

    negatif (p=0.002 r=-0.304) pada karyawan di salah satu PT di kota Depok.

    Menurut Krause (2010) menyatakan bahwa aktivitas kerja dan aktivitas luang

    dapat berkontribusi terhadap daya tahan kardiorespirasi dengan efek yang berbeda.

    Aktivitas waktu luang dapat meningkatkan kebugaran dibandingkan aktivitas

    waktu kerja. Menurut Keytel et al. (2005) aktivitas fisik yang cenderung tinggi

    menyebabkan kemampuan tubuh dalam mengedarkan serta memanfaatkan

    oksigen meningkat, seperti yang terjadi pada orang yang memiliki kebiasaan

    olahraga yang baik. Aktivitas fisik dapat meningkatkan efisiensi mekanis dan

    mengurangi pengeluaran energi. Orang-orang yang termasuk dalam kategori aktif

    memiliki efisiensi mekanis yang lebih baik daripada orang yang tergolong dalam

    kategori sedentary serta jumlah energi yang digunakan lebih sedikit.

    Hubungan Status Gizi dengan VO2 max

    Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif

    yang signifikan antara status gizi dengan VO2 max (p=0.031, r=-0.345). Hal ini

    menunjukkan bahwa subjek yang memiliki status gizi rendah memiliki nilai VO2

    max yang tinggi dan sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Setty et al.

    (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang kuat antara

    obesitas dengan VO2 max (p

  • 28

    Tingkat kecukupan zat gizi subjek sebagian besar untuk energi pada subjek

    laki-laki berada dalam kategori lebih (80.9%) dan perempuan pada kategori

    normal (38.9%). Tingkat kecukupan protein pada subjek laki-laki berada pada

    kategori lebih (42.8%) dan perempuan berada pada kategori defisit berat (88.9%).

    Pada tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat pada subjek laki-laki maupun

    perempuan berada pada kategori lebih. Tingkat kecukupan kalsium pada subjek

    laki-laki dan perempuan berada pada kategori kurang. Tingkat kecukupan zat besi

    subjek laki-laki berada pada kategori cukup (71.4%) dan tingkat kecukupan zat

    besi pada seluruh subjek perempuan berada pada kategori kurang. Tingkat

    kecukupan vitamin A dan B1 pada subjek laki-laki dan perempuan berada pada

    kategori cukup, sedangkan untuk kecukupan vitamin C pada kedua subjek berada

    pada kategori kurang. Kebugaran kardiorespirasi pada subjek laki-laki berada

    pada kategori baik dan sangat baik dengan presentase masing-masing (47.6%) dan

    (52.4%), sedangkan pada subjek perempuan berada pada kategori kurang dan baik

    dengan presentase sebesar (33.3%) dan (66.7%).

    Hubungan antar variabel didapatkan hasil bahwa hubungan status gizi dan

    nilai VO2 max dengan pengetahuan gizi tidak terdapat hubungan yang signifikan

    dengan (p=0.989) dan (p=0.710). Pada hubungan antara aktivitas fisik dan status

    gizi dengan nilai VO2 max terdapat hubungan yang signifikan dengan (p=0.076)

    dan (p=0.031).

    Saran

    Saran pada penelitian ini bagi subjek mahasiswa organisasi pecinta alam

    sebaiknya lebih memperhatikan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi agar

    dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Selain itu subjek perlu meningkatkan

    kebugaran dengan cara meningkatkan aktivitas fisik atau performa dalam

    berolahraga. Bagi pihak masing-masing organisasi disarankan untuk memberikan

    informasi atau dasar-dasar ilmu tentang gizi yang baik untuk mahasiswa pecinta

    alam.

    DAFTAR PUSTAKA

    Afriwardi. 2010. Ilmu kedokteran olahraga. Jakarta. EGC

    Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

    . 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

    Arisandi & Andriani. 2009. Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan. Jakarta (ID):

    Eska Media.

    Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

    Aurelia R. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Olahraga dengan

    Kesegaran Kardiorespirasi Atlet Sepakbola Persiba Bantul tahun 2007

    [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.

    Bames AS. 2012. Obesity and sedentary lifestyle risk for cardiovascular disease

    in women. Houston: Texas Heart Institute.

  • 29

    Banwat ME, Lar LA, Daboer J, Audu S, Lassa S. 2012. Knowledge and intake of

    fruit and vegetables consumption among adults in an urban community in

    North Central Nigeria. The Nigerian Health Journal 2012: Vol. 12,1.

    Belanger M et al. 2011. Maintenance and decline of physical activity during

    adolescence: insights from a qualitative study. International Journal of

    Behavioral Nutrition and Physical Activity. 8:117.

    Bennett K, Hussey J, Bell C, Dwyer JO, Gormley J. 2006. Relationship between

    the intensity of physical activity, inactivity, cardiorespiratory fitness and

    body composition in 7-10 years old Dulbin children. J Sports Med 41:311-

    316. doi:10.1136/bjsm.2006.032045.

    Bowman & Russell. 2001. Present Knowledge In Nutrition 8th

    Edition.

    Washington DC: ILSI Press.

    Budiman. 2007. Perbandingan Tes Lari 12 Menit Cooper dengan Tes Ergometer

    Sepeda Astrand. J Kesehat Masy. 7(1):91-94.

    Burke L. 1992. The complete guide to food for sports performance. Allen and

    Unwin Australia: NSW.

    Camire ME, Dougherty MP. 2005. Internet survey of nutrition claim knowledge.

    Journal of Food Science Education. Vol 4:18-21.

    [CDC]Center of Disease Control. 2014. Body mass index. [internet]. [diacu 2015

    Juni 01]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov.

    Cholik dan Maksum. 2007. Sport Development Index. Jakarta. PT Indeks.

    Contento IR. 2011. Nutritional Education. Canada (US): Jones and Bartlett

    Publishers.

    [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Program penanggulangan anemia pada

    wanita usia subur (WUS). Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

    Masyarakat.

    . 2005. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut

    untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat

    Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

    Ellsworth K, Hollie K and Cynthia BW. 2008. Vitamin and mineral supplements:

    a survey of knowledge, attitudes and behaviors among Southern Utah

    University students, faculty and staff. Journal of the International Society

    of Sports Nutrition. 5(Suppl l):P9.

    FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement. Rome. FAO/WHO/UNU.

    Fauziyana N. 2012. Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik dan Asupan Gizi

    dengan Tingkat Kebugaran Karyawan PT Wijaya Karya tahun 2012

    [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

    Garcia et al. 2009. Determinants of food expenditure patterns among older

    consumers: the Spanish case. Journal of Appetite. No. 54: 62-70.

    Gibney MJ, Barrie M, Margett JMK, Leoney A, Palupi W, Erita AH, editor. 2005.

    Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Gibson R. 2000. Ultratrace elements in Essentials of Human Nutrition. New

    York: Oxford University Press.

    Hardinsyah, Briawan D. 1994. Perencanaan dan Penilaian Konsumsi Pangan

    [Diktat]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,

    Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Hoeger WWK, Sharon AH, Marie AB. 2001. Personal Nutrition Principles and

    Labs for Fitness and Wellness. Belmont (US): Wadsworth.

  • 30

    Hoeger W, Hoeger S. 2005. Lifetime Physical Fitness and Wellness A

    Personalyzed Program. USA. Thomson, Wadswroth.

    Imaduddin M. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Atlet, Tingkat Kecukupan

    Gizi, Dan Status Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Atlet Taekwondo Di

    SMA Ragunan Jakarta [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

    Indrawati, Ratna. 2005. Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Kapasitas

    Vital Paru Pada Kelompok Remajadengan Faal Paru Normal. Majalah ilmu

    faal indonesia: 4 (3): 135-142.

    [Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2014. Angka Kecukupan Gizi yang

    Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Gizi,

    Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

    Keytel L, Geodecke J, Noakes T. 2005. Prediction of energy expenditure from

    heart rate monitoring during submaximal exercise. J sports Sci. 23(3):289-

    297.

    Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [Diktat]. Bogor (ID):

    Fakultas Pertanian, Intitut Pertanian Bogor.

    Kokkinos P, Myers J. Exercise and physical activity. Circulation;122: 1637-48.

    Krause N. 2010. Physical activity and cardiovascular mortality-disentangling the

    roles of work, fitness and leisure. Scandinavian Journal of Work,

    Environment and Health. 36: 349-355.

    Kresting M, Sichert-Hellert W, Vereecken CA, Diehl J, Beghin L, De Henauw S,

    Grammatikaki E, Manios Y, Mesana MI, Papadaki A, Philipp K, Plada M,

    Poortvliet E, Sette S. 2008. Food and nutrient intake, nutritional

    knowledge and diet-related attitudes in European adolescent. International

    Journal of Obesity, 32:S35-S41. Doi: 10.10038/ijo.2008.181.

    Kruger J, Yore MM, Ainsworth BE, Macera CA. 2006. Is participation in

    occupational physical activity associated with lifestyle physical activity

    levels?. J Occup Environ Med. 48(11):1143-1148.

    La Monte MJ, Carolyn EB, Radim J, James BK, Timothy SC, Steven NB. 2005.

    Cardiorespiratory fitness is inversely associated with the incidence of

    metabolic syndrome: a prospective study of men and women. Circulation.

    112:505-512. Doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA. 104.503805

    Lingga M. 2011. Studi tentang pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik,

    status gizi, dan body image remaja putrid yang berstatus gizi normal dan

    gemuk/obes di SMA Budi Mulia Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut

    Pertanian Bogor.

    Madan J, Gosavi N, Vora P, Kalra P. 2014. Body fat percentage and its correlation

    with dietary pattern, physical activity, abd life-style factors in school-

    going children of Mumbai, India. Journal of Obesity and metabolic

    Research. 1(1): 14-19.

    Magfirah F. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Olahraga, Frekuensi

    Konsumsi Suplemen, Dan Status Gizi Dengan Kebugaran Jasmani Atlet di

    Klub Sepakbola PSIM Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta(ID): Universitas

    Respati Yogyakarta.

    Mahan K, Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA (US):

    W.B Saunders Company.

  • 31

    Malinauskas MB, Thomas DR, Victor GA, Jean LS dan Matthew BD. 2006.

    Dieting Practices, Weight Perceptions, And Body Composition: A

    Comparison Of Normal Weight, Overweight and Obese College Females.

    Nutritioin Journal 2006, 5:11 doi:10.1186/1475-2891-5-11.

    http://www.nutritionj.com/content/5/1/11. [30 Mei 2015]

    McGuire M, Beerman KA. 2011. Nutritional Science: From Fundamentals to

    Food, Second Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont.

    Melvin H W. 2005. Dietary supplements and sports performance:Minerals. Jounal

    of the International Society of Sports Nutrition. 2(1):43-49.

    Notoadmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta(ID): Rineka Cipta.

    . 2007. Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

    Cipta

    Nurhasanah et al. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya (ID):

    UNESA.

    Othman KI, Karim MSAb, Karim R, Adzhan N, Halim NA, Osman S. 2012.

    Factors influencing fruits and vegetables consumption behavior among

    adults in Malaysia. Journal of Agribusiness Marketing. 5: 29-46.

    Ozdogan Y and Ozcelik AO. 2011. Evaluation of the nutrition knowledge of

    sports department students of universities. Journal of the International

    Society of Sports Nutrition. 8:11.

    Primana DA. 2000. Penggunaan Lemak dalam Olahraga. Di dalam: Tanaya ZA

    et al. editor. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta.

    Departemen Kesehatan.

    Proper KL, Cerin E, Brown WJ, Owen N. 2006. Sitting time and sosio-economic

    differences in overweight and obesity. International Journal of Obesity.

    31(1): 169-176.

    Rawa, Elang. 2010. Pentingnya Latihan Fisik Sebelum Pendakian Gunung.

    Bandung. Buletin Wanadri. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

    . 2013. Jakarta (ID) Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

    Riyadi H. 2001. Diktat Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor

    (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas

    Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    . 2013. Diktat Mata Kuliah Gizi Olahraga. Bogor (ID): Institut Pertanian

    Bogor.

    Sabates et al. 2001. Household composition and food expenditure: a cross-

    country comparison. Food Policy No. 26: 571-586

    Sastha HB. 2007. Mountain climbing for everybody: panduan mendaki gunung.

    Jakarta. Hikmah

    Sediaoetama. 1996. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta (ID):

    Dian Rakyat.

    . 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

    Setiawan B, Rahayuningsih S. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Air.

    Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

  • 32

    Setty P, Padmanabha BV, Doddamani BR. 2013. Correlation between obesity and

    cardiorespiratory fitness. Inn J Med Sci. 2(2): 300-304.

    doi:10.5455/ijmsph.2013.2.298-302.

    Sharkey BJ. 2003. Fitness and health. Alih bahasa kebugaran dan kesehatan oleh:

    Eri Desmarini Nasution. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    Sinaga T, Kusharto CM, Setiawan B, Sulaeman A. 2012. Dampak menu

    sepinggan terhadap konsumsi dan tingkat kecukupan energi serta zat gizi

    lain pada siswa SD. Jurnal Gizi dan Pangan. 7(1):27-34.

    Soerjodibroto W. 1984. Persiapan gizi menjelang pertandingan. Di dalam :

    Moeloek D dan Tjokronegoro A, editor. Kesehatan dan olahraga. Jakarta:

    UI Press.

    Sukandar. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor:

    Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

    Bogor.

    Sulaeman A, Muhilal. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Lemak. Jakarta:

    Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

    Sulistyoningsih H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta (ID): Graha

    Ilmu.

    Supariasa IDN, Bakri B, dan Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Buku

    Kedokteran EGC.

    Thomas P. 2003. Karakteristik sosisal, ekonomi, budaya dan konsumsi pangan

    ibu-ibu rumah tangga yang mengalami kegemukan di Kecamatan

    Malalayang Kota Manado Propinsi Sulawesi Utara [thesis]. Bogor (ID):

    Program Pascasarjana IPB.

    Vogels et al. 2006. Determinants of overweight in a Cohort of Dutch Children.

    Am J Clin Nutr. 84: 24-717.

    Webb M, Beckford S. 2014. Nutritional Knowledge and Attitudes of Adolescent

    Swimmers in Trinidad and Tobago. Journal of Nutrition and Metabolism.

    Vol 2104. doi:10.1155/2014/506434.

    Wiardani, Sugiani, Gumala. 2011. Konsumsi lemak total, lemak jenuh, dan

    kolesterol sebagai faktor resiko sindroma metabolik pada masyarakat

    perkotaan di Denpasar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 7(3):121-128.

    Wiarto G. 2013. Fisiologi Olahraga. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu

    Wolinsky I, Driskell J. 2006. Sports Nutritions Vitamins and Trace Minerals.

    New York (US): CRC Press.

  • 33

    Lampiran 1 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan status

    gizi

    Pengetahuan gizi

    Status gizi

    Spearman's rho Pengetahuan gizi

    Correlation Coefficient

    1.000 .002

    Sig. (2-tailed) . .989

    N 39 39

    Status gizi Correlation Coefficient

    .002 1.000

    Sig. (2-tailed) .989 .

    N 39 39

    Lampiran 2 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan VO2 max

    Pengetahuan gizi

    VO2max

    Spearman's rho Pengetahuan gizi

    Correlation Coefficient

    1.000 .061

    Sig. (2-tailed) . .710

    N 39 39

    VO2max Correlation Coefficient

    .061 1.000

    Sig. (2-tailed) .710 .

    N 39 39

    Lampiran 3 Hasil uji korelasi Spearman antara aktivitas fisik dengan VO2 max

    Aktivitas fisik VO2max

    Spearman's rho Aktivitas fisik Correlation Coefficient

    1.000 -.336*

    Sig. (2-tailed) . .037

    N 39 39

    VO2max Correlation Coefficient

    -.336* 1.000

    Sig. (2-tailed) .037 .

    N 39 39

    Lampiran 4 Hasil uji korelasi Pearson antara status gizi dengan VO2 max

    Status gizi VO2max

    Status gizi Pearson Correlation 1 -.345*

    Sig. (2-tailed) .031

    N 39 39

    VO2max Pearson Correlation -.345* 1

    Sig. (2-tailed) .031

    N 39 39

  • 34

    Lampiran 5 Hasil uji