Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 1 Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
1
Neraca Bahan Makanan (NBM) &
PPH Ketersediaan Kota Ternate
Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya Laporan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
Dinas Ketahanan Kota Ternate Tahun 2017.
Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang
dapat menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk
di wilayah Kota Ternate dalam kurun waktu satu tahun. NBM menyajikan angka rata-rata
jumlah pangan yang tersedia di tingkat rumah tangga konsumen untuk konsumsi penduduk
perkapita (Kg/thn atau gr/hari atau zat gizi tertentu/kap/hari). Sedangkan Pola Pangan
Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan
atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif terhadap total energi baik
dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, cita rasa.
Maksud dan tujuan Laporan NBM dan PPH Tingkat Ketersediaan Kota Ternate
adalah untuk mengetahui gambaran pengadaan (produksi, impor, stok) dan penggunaan
serta ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk di wilayah kota Ternate. Selain itu
juga untuk mengetahui Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kota Ternate Tahun 2016 pada tingkat ketersediaan.
Dengan Tersediannya data dan informasi tentang ketersediaan pangan Kota Ternate
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang
menyangkut ketahanan pangan.
Ternate, Oktober 2017
KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA TERNATE
SOFYAN WAHAB,SP, ME NIP. 19630312 198803 1 034
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Pengertian ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................ 3 1.4 Manfaat .......................................................................................... 4 BAB II METODOLOGI ...................................................................................... 5 2.1 Konsepsi Neraca Bahan Makanan dan Pola Pangan Harapan ....... 5 2.2 Komponen-komponen Neraca Bahan Makanan (NBM) .................. 7 2.3 Kelompok Bahan Makanan............................................................. 12 2.3.1 Kelompok Bahan Makanan dalam NBM ............................... 12 2.3.2 Kelompok Bahan Makanan dalam PPH ................................ 15 2.3.3 Perbedaan Kelompok Bahan Makanan dalam NBM dan PPH 17 2.4 Sumber data dan Informasi ............................................................ 18 2.5 Cara Perhitungan ........................................................................... 19 2.5.1 Perhitungan dalam Neraca Bahan Makanan (NBM) ............. 19 2.5.2 Prosedur Pengisian Tabel NBM ........................................... 21 2.5.3 Penentuan Bobot dalam PPH ............................................... 24 2.5.4 Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ........... 25 2.6 Permasalahan dalam Neraca Bahan Makanan (NBM).................... 25 BAB III ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN DAN GIZI KOTA TERNATE .... 27 3.1 Situasi Ketersediaan Pangan dan Gizi Kota Ternate ...................... 27 3.2 Neraca Bahan Makanan Kota Ternate............................................ 28 3.2.1 Ketersediaan Pangan per Kelompok Bahan Makanan .......... 28 3.2.2 Komposisi Tingkat Ketersediaan Kelompok Bahan Makanan 36 3.3 Pola Pangan Harapan Kota Ternate Tahun 2016 ........................... 39 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 43 4.1 Kesimpulan .................................................................................... 43 4.2 Saran ............................................................................................. 44 4.3 Rekomendasi ................................................................................. 44
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengelompokan Bahan Makanan dalam NBM ....................................... 12 Tabel 2 Pengelompokan Bahan Makanan dalam PPH ........................................ 15 Tabel 3 Perbedaan Kelompok Pangan dalam NBM dan PPH ............................. 17 Tabel 4 Susunan PPH Ideal Tingkat Nasional berdasarkan Tingkat Ketersediaan Pangan ............................................................................................. 19 Tabel 5 Ketersediaan Pangan per Kelompok Bahan Makanan Tahun 2016........ 29 Tabel 6 Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Ternate Tahun 2016 ........................ 39
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
5
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak per Kapita per Hari Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kota Ternate Tahun 2016........... 28 Grafik 2 Komposisi Ketersediaan Energi Per Kelompok Bahan Makanan ............ 36 Grafik 3 Komposisi Ketersediaan Protein Per Kelompok Bahan Makanan ........... 37 Grafik 4 Komposisi Ketersediaan Lemak Per Kelompok Bahan Makanan ........... 38
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Neraca Bahan Makanan Kota Ternate Tahun 2016 .............. 45 Lampiran 2 Tabel Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2016 ....................................................................... 49 Lampiran 3 Komposisi Bahan Makanan ............................................................ 50 Lampiran 4 Jenis Bahan Makanan, Produksi Turunannya dan Besaran Konversi Input ke Output menurut Kelompok Komoditas ............................... 53 Lampiran 5 Besaran Konversi ( Persentase terhadap Penyediaan dalam Negeri) ........................................................................................... 56 Lampiran 6 Konversi yang Digunakan untuk Ternak ......................................... 62 Lampiran 7 Konversi Olahan Komoditas Perikanan .......................................... 63 Lampiran 8 Faktor Konversi Bahan Makanan yang Dipakai untuk Penghitungan Produksi ......................................................................................... 71
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan dan minuman.
Sedangkan ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,
dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Untuk mencapai ketahanan pangan masyarakat diperlukan perencanaan pangan dan gizi
yang tepat, baik di tingkat nasional maupun wilayah. Perencanaan tersebut memerlukan informasi
yang akurat tentang situasi ketersediaan, distribusi, konsumsi dan kerawanan pangan. Ketersediaan
pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dari
segi kuantitas, kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3
(tiga) sumber yaitu ; produksi dalam negeri, pemasokan pangan, dan pengelolaan cadangan
pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan yang secara hirarkhis
mencakup rumah tangga, regional (kabupaten, kota, propinsi) dan nasional. Namun demikian,
penyediaan pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk baik jumlah maupun mutunya,
merupakan masalah yang masih harus ditemukan solusinya. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya
atau cara yang cepat, teliti dan mudah untuk memahami situasi dan mengembangkan ketersediaan
pangan di suatu wilayah pada periode tertentu. Salah satu cara/instrumen untuk memperoleh
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
8
gambaran situasi tersebut dapat dituangkan dalam suatu neraca atau tabel yang disebut dengan
neraca bahan makanan (NBM).
Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari jumlah ketersediaan pangan,
yang digambarkan dari tingkat ketersediaan maupun mutu keanekaragaman pangan yang
ditunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH). Dengan mencermati Tabel NBM dari tahun ke
tahun dapat diketahui adanya perubahan jenis bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dan
perubahan ketersediaan bahan makanan secara keseluruhan, tingkat kecukupannya menurut
kebutuhan gizi dan terpenuhinya Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat. NBM juga berguna untuk
meneliti dan meramalkan situasi pangan di wilayah Kota Ternate, dengan dasar analisis informasi
pangan yang disajikan. Sedangkan Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan parameter sederhana
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penyediaan pangan, dengan tingkat
diversifikasi/keanekaragaman pangan dan menilai mutu gizi pangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Pola
Pangan Harapan (PPH) di Kota Ternate dilakukan dalam periode satu tahun. Penyusunannya
mengacu pada metode yang disusun oleh Food and Agriculture Organization (FAO) serta mengacu
pada pedoman umum NBM pusat, dengan beberapa penyesuaian sejalan dengan perkembangan
ketersediaan data, dan beberapa penyempurnaan khususnya dalam penggunaan konversi dalam
NBM dengan menggunakan kajian-kajian/survey.
Apabila NBM dan PPH disusun secara lengkap, tepat waktu dan berurutan dari suatu
periode ke periode berikutnya akan sangat berguna untuk memantapkan kebijakan pangan secara
menyeluruh menuju kemandirian dan kestabilan pangan.
1.2 Pengertian
Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah tabel yang menyajikan gambaran menyeluruh
tentang penyediaan/pengadaan (supply), penggunaan/pemanfaatan (utilization) pangan di suatu
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
9
wilayah dalam periode tertentu (dalam kurun waktu satu tahun). NBM menunjukkan ketersediaan
bahan pangan untuk setiap komoditas dan olahannya yang lazim dikonsumsi penduduk berdasarkan
sumber penyediaan dan penggunaannya. Penyediaan diperoleh dari jumlah total bahan pangan
yang diproduksi dikurangi dengan perubahan stok ditambahkan dengan jumlah total yang diimpor
dan dikurangi dengan jumlah total yang diekspor selama periode tersebut. Sedangkan penggunaan
diperoleh dari jumlah total kebutuhan pakan, bibit, industri makanan dan non makanan, tercecer,
serta bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi manusia. Ketersediaan per kapita untuk
dikonsumsi diperoleh dengan membagi ketersediaan bahan makanan dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan
yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolute maupun relatif terhadap total
energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, cita rasa.
1.3 Tujuan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Kota
Ternate bertujuan :
1. Untuk mengetahui gambaran pengadaan (produksi, impor, stok) dan penggunaan serta
ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk di wilayah Kota Ternate.
2. Untuk mengetahui Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kota
Ternate Tahun 2016 pada tingkat ketersediaan.
3. Tersediannya data dan informasi tentang ketersediaan pangan kota Ternate sehingga dapat
dijadikan acuan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang menyangkut ketahanan
pangan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
10
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola
Pangan Harapan (PPH) adalah:
1. Mengetahui jumlah penyediaan pangan, penggunaan pangan dan ketersediaan pangan per
kapita untuk konsumsi penduduk
2. Mengevaluasi pengadaan dan penggunaan pangan
3. Mengevaluasi tingkat ketersediaan pangan berdasarkan rekomendasi Angka Kecukupan Gizi
(AKG) dan komposisinya berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH)
4. Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan
5. Bahan perumusan kebijakan pangan dan gizi
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
11
BAB II METODOLOGI
2.1 Konsepsi Neraca Bahan Makanan Dan Pola Pangan Harapan
Penyusunan NBM Indonesia diawali pada tahun 1963 yang dilakukan oleh Biro Pusat
Statistik (BPS) dibantu oleh tenaga ahli dari Food and Agriculture Organization (FAO). Penerbitan
publikasi NBM pada waktu itu bersifat tiga tahunan dan hanya untuk keperluan intern BPS yang
dimulai edisi 1963 – 1965 dan 1964 – 1966. NBM secara tahunan disusun sejak tahun 1970.
Berdasarkan Instruksi Menteri Pertanian Nomor 12/INS/UM/6/1975 tanggal 19 Juni 1975, dibentuk
Tim Penyusun NBM tingkat nasional yang beranggotakan beberapa instansi seperti Departemen
Pertanian, BPS, dan instansi terkait lainnya. Tim ini bertugas melakukan penyusunan Buku Pedoman
Penyusunan NBM serta menyajikan publikasi NBM secara tahunan. BPS menerbitkan publikasi NBM
secara tahunan hanya sampai dengan edisi 1998 – 1999. Selanjutnya mulai edisi 1999 – 2000
penerbitan publikasi NBM dilakukan oleh Badan Bimas Ketahanan Pangan (BBKP) sesuai dengan
salah satu fungsi BBKP menurut Keputusan Presiden Nomor 165 tahun 2001, yaitu melakukan
pengkajian, perumusan kebijakan, pemantauan dan pengembangan ketersediaan dan produksi
pangan. Keberadaan NBM di tingkat nasional dirasakan terlalu bersifat agregasi, padahal dalam
menyusun kebijakan pangan di tingkat regional sangat membutuhkan informasi NBM. Menyadari
akan tuntutan tersebut, pada tahun 1979 Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian atas nama
Menteri Pertanian mengeluarkan instruksi ke seluruh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian
melalui surat Nomor 92/B/1979, tanggal 18 Januari 1979 untuk melakukan penyusunan NBM
regional/provinsi. Sejalan dengan itu, dikeluarkan pula Instruksi Presiden Nomor 20 tahun 1979,
tanggal 8 Oktober 1979 tentang Perbaikan Mutu Makanan Rakyat termasuk didalamnya penyajian
NBM, sebagai kelanjutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1974. Pada tahun 1985 seluruh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Pertanian diinstruksikan untuk mengembangkan penyusunan NBM
regional/provinsi, melalui surat Nomor RC.220/487/B/II/1985, tanggal 20 Januari 1985.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
12
Dasar hukum lainnya yang mendukung penyusunan NBM antara lain PP No.68 tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan, UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Perpres RI No.83
tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan, Perpres No.24 tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Permentan No.61 tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Permentan No. 65 tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta UU
No.18 tahun 2012 tentang Pangan.
Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012, rekomendasi
angka kecukupan gizi (AKG) pada tingkat konsumsi adalah 2.150 kal/kap/hr untuk energi dan 57
gr/kap/hr untuk protein. Rekomendasi pada tingkat ketersediaan adalah 2.400 kal/kap/hr untuk
energi dan 63 gr/kap/hr untuk protein. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, untuk mengukur
keberhasilan upaya pemenuhan kecukupan gizi dengan mempertimbangkan keberagaman pangan
dalam produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter, salah
satunya adalah Pola Pangan Harapan (PPH). Secara umum, PPH pada tingkat ketersediaan dapat
digunakan untuk: (1) menilai mutu dan keragaman pangan dari sisi ketersediaan melalui
penghitungan skor PPH, (2) menyusun perencanaan ketersediaan pangan. Dengan melihat skor
PPH diketahui tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi tetapi sekaligus juga mempertimbangkan
keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan
kemampuan daya beli. Semakin tinggi skor mutu pangan tersebut, maka tingkat ketersediaan
pangan semakin beragam dan komposisinya semakin baik/berimbang. Sedangkan penyusunan
perencanaan ketersediaan pangan melalui pengelompokkan PPH dilakukan berdasarkan tingkat
konsumsi hasil angka Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Dengan demikian perencanaan
ketersediaan pangan tersebut tetap mempertimbangkan kecukupan gizi dan keberagaman pangan
yang seimbang.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
13
2.2 Komponen-Komponen Neraca Bahan Makanan (NBM)
Tabel NBM terdiri atas 19 kolom yang terbagi menjadi 3 kelompok penyajian yaitu
pengadaan/penyediaan, penggunaan/pemakaian dan ketersediaan perkapita. Jumlah pengadaan
harus sama dengan jumlah penggunaan. Komponen pengadaan meliputi produksi (masukan dan
keluaran), perubahan stok, impor, dan ekspor. Sedangkan komponen penggunaan meliputi
penggunaan untuk pakan, bibit, industri (makanan dan bukan makanan), tercecer, dan bahan
makanan yang tersedia untuk dikonsumsi. Bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi ini
dijadikan dalam penghitungan ketersediaan bahan makanan perkapita (kg/th dan gram/hari),
ketersediaan energi perkapita per hari (kkal), ketersediaan protein per kapita per hari (gram), dan
ketersediaan lemak per kapita per hari (gram).
a. Jenis Bahan Makanan
Jenis bahan makanan yang dicakup dalam NBM meliputi bahan makanan yang bersumber
dari nabati maupun hewani dan lazim dikonsumsi oleh penduduk. Bahan makanan tersebut
dikelompokkan menjadi 11 kelompok menurut jenisnya, dan diikuti prosesnya mulai dari saat
diproduksi sampai dengan dapat dipasarkan atau tersedia untuk dikonsumsi penduduk, dalam
bentuk awal maupun bentuk turunan. Bahan makanan turunan tersebut dapat masuk ke dalam satu
kelompok bahan makanan yang sama atau yang berbeda dengan jenis bahan makanan awalnya.
Cakupan bahan makanan setiap kelompok pada NBM Provinsi / Kabupaten / Kota dapat
berbeda dengan NBM Nasional. Hal ini sangat dipengaruhi oleh potensi wilayah dalam produksi
dan pola konsumsi bahan makanan. Pengelompokan bahan makanan tersebut adalah padi-padian,
makanan berpati, buah/biji berminyak, buah-buahan, sayuran, daging, telur, susu, ikan serta
kelompok minyak dan lemak.
b. Produksi
Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing – masing bahan makanan yang
dihasilkan dari sektor pertanian (tanaman pangan, holtikultura, peternakan, perikanan, dan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
14
perkebunan), baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami
proses pengolahan. Produksi dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut:
a) Masukan (Input)
Masukan adalah produksi masih dalam bentuk asli maupun dalam bentuk hasil olahan yang akan
mengalami proses pengolahan lebih lanjut.
b) Keluaran (Output)
Keluaran adalah produksi hasil keseluruhan atau sebagai hasil turunan yang diperoleh dari
kegiatan berproduksi, atau hasil utama yang langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi yang
belum mengalami perubahan. Besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung pada
besarnya derajat ekstraksi dan faktor konversi.
Produksi untuk komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh panen (tua/muda), baik
yang berasal dari lahan sawah maupun lahan tegal serta lahan lama maupun baru. Sedangkan
produksi turunannya diperoleh dengan menggunakan faktor konversi dan tingkat ekstraksi dari
komoditas yang bersangkutan.
Produksi komoditas holtikultura adalah dalam bentuk segar yang mencakup hasil seluruh
panen, baik yang dipanen sekaligus maupun yang dipanen berkali – kali, sehingga pengisiannya
langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran) kecuali untuk bawang merah dan bawang putih
pengisiannya dimulai dari kolom (2). Kedua komoditas ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam
bentuk segar (kering panen), sehingga harus melewati proses pengeringan untuk menjadi kering
konsumsi.
Pada komoditas peternakan, untuk produksi daging dihitung dari jumlah pemotongan resmi
(RPH) ditambah dengan perkiraan pemotongan tak resmi. Produksi daging (masukan) dinyatakan
dalam bentuk karkas dari semua jenis ternak, sedangkan keluaran dalam bentuk daging murni.
Khusus untuk jeroan dihitung dari total persentase berat karkas masing – masing jenis dan langsung
dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
15
Produksi telur dihitung dari hasil peternakan rakyat, yang langsung dimasukkan ke kolom 3
(keluaran). Produksi perikanan merupakan semua hasil penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air yang ditangkap dari sumber perikanan alami atau dari tempat pemeliharaan baik
yang diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun rumah tangga perikanan yang dimakan
nelayan/petani ikan/rumah tangga perikanan atau yang diberikan kepada nelayan/petani ikan
sebagai upah.
Produksi minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah untuk makanan, kecuali
minyak sawit merupakan produksi asli. Sedangkan produksi untuk lemak hewani didasarkan pada
presentase berat karkas masing – masing jenis daging, yang langsung dimasukkan ke kolom 3
(keluaran).
c. Stok dan Perubahan Stok
Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah atau
swasta, seperti yang ada di pabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah tangga, dan
pasar/pedagang, yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu –
waktu diperlukan. Data stok yang digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun.
Perubahan stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun. Perubahan
stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa positif (+). Negatif (-); berarti ada penurunan stok akibat
pelepasan stok ke pasar. Dengan demikian komoditas yang beredar di pasar bertambah. Positif (+);
berarti ada peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar. Dengan demikian
komoditas yang beredar di pasar menjadi menurun.
d. Impor
Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami
pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar daerah ke dalam wilayah Kota Ternate, dengan
tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan, atau disimpan. Untuk penghitungan NBM Kota
Ternate,yang termasuk impor adalah:
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
16
a) Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari luar wilayah Kota Ternate langsung ke
dalam wilayah Kota Ternate; dan atau
b) Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari wilayah daerah administrasi lain ke dalam
wilayah daerah administrasi Kota Ternate.
e. Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor
Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor adalah sejumlah bahan makanan yang berasal
dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor.
f. Ekspor
Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami
pengolahan, yang dikeluarkan dari wilayah Kota Ternate. Untuk penghitungan NBM Kota Ternate,
yang termasuk ekspor adalah :
a) Bahan makanan yang dikeluarkan langsung dari wilayah Kota Ternate
b) Bahan makanan yang dikeluarkan dari wilayah Kota Ternate ke wilayah lain.
g. Penyediaan Dalam Negeri
Penyediaan Dalam Negeri adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi
(keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor dikurangi ekspor.
h. Pemakaian Dalam Negeri
Pemakaian Dalam Negeri adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan di dalam
negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah untuk industri makanan dan bukan makanan, yang
tercecer, dan yang tersedia untuk dikonsumsi.
a) Pakan
Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada ternak peliharaan baik
ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun ikan.
b) Bibit/Benih
Bibit adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan reproduksi.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
17
c) Diolah untuk Makanan
Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses
pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan
manusia dalam bentuk lain.
d) Diolah untuk Bukan Makanan
Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses
pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan industri bukan untuk makanan
manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan.
e) Tercecer
Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak sehingga tidak dapat dimakan
oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga
tersedia untuk konsumen.
f) Bahan Makanan
Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh
penduduk suatu Negara atau daerah, pada tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu
tertentu.
i. Ketersedian Per Kapita
Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi
penduduk Kota Ternate dalam suatu kurun waktu 1 tahun, baik dalam bentuk natura maupun dalam
bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut:
a) Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal dari berbagai jenis
bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan tubuh seluruhnya.
b) Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”, yang sangat dibutuhkan tubuh
untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan – jaringan yang rusak/aus.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
18
c) Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai tempat
penyimpanan energi, protein, dan vitamin.
d) Vitamin adalah salah satu unsur zat makanan yang diperlukan tubuh untuk proses metabolisme
dan pertumbuhan yang normal.
e) Mineral adalah zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan
yang baik.
Catatan : Sampai saat ini, data yang disajikan baru mencakup ketersediaan per kapita untuk energi,
protein, dan lemak.
2.3 Kelompok Bahan Makanan
2.3.1 Kelompok Bahan Makanan Dalam Neraca Bahan Makanan (NBM)
Jenis bahan makanan yang dicakup dalam NBM meliputi bahan makanan yang bersumber
dari nabati maupun hewani dan lazim dikonsumsi oleh penduduk. Bahan makanan terebut
dikelompokkan menjadi 11 kelompok menurut jenisnya, dan diikuti prosesnya mulai dari saat
diproduksi sampai dengan dapat dipasarkan atau tersedia untuk dikonsumsi penduduk dalam bentuk
awalnya (belum berubah) atau bentuk lain yang berbeda dengan bentuk awal setelah melewati
proses pengolahan, yang biasanya disebut sebagai produk turunan. Bahan makanan yang berupa
produk tersebut dapat masuk ke dalam satu kelompok bahan makanan yang sama atau kelompok
bahan makanan yang berbeda dengan jenis bahan makanan awalnya.
Ada 11 kelompok makanan yang disajikan untuk NBM Kota Ternate. Rincian jenis bahan
makanan pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Pengelompokan Bahan Makanan dalam NBM
No. Kelompok Bahan Makanan Keterangan/Jenis Bahan Makanan
1. Padi – padian Padi – padian terdiri atas bahan makanan seperti ;
gandum beserta produksi turunannya tepung
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
19
gandum (tepung terigu), gabah (gabah kering giling)
beserta produksi turunannya beras, jagung (pipilan),
dan jagung basah
2. Makanan berpati
Makanan berpati adalah bahan makanan yang
mengandung pati yang berasal dari akar/umbi dan
lain – lain bagian tanaman yang merupakan bahan
makanan pokok lainnya. Kelompok ini terdiri atas;
ubi jalar, ubi kayu dengan produksi turunannya yaitu
gaplek dan tapioka, tepung sagu yang merupakan
produksi turunan dari sagu.
3. Gula Kelompok ini terdiri atas gula pasir dan gula merah
(gula mangkok, gula aren, gula semut, gula siwalan,
dan lain – lain), baik yang merupakan hasil olahan
pabrik maupun rumah tangga.
4. Buah/biji berminyak
Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan
makanan yang mengandung minyak yang berasal
dari buah dan biji – bijian. Bahan makanan dalam
kelompok ini adalah; kacang tanah berkulit beserta
produksi turunannya kacang tanah lepas kulit,
kedelai, kacang hijau, kelapa daging (produksi
turunan dari kelapa berkulit), dan kopra (turunan
dari kelapa daging)
5. Buah - buahan
Kelompok ini terdiri atas; alpokat, jeruk, duku,
durian, jambu, mangga, apel, nenas, papaya,
pisang, rambutan, salak, sawo, dan lainnya
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
20
6. Sayur – sayuran
Kelompok ini terdiri atas; bawang merah, ketimun,
kacang merah, kacang panjang, kentang, kubis,
tomat, wortel, cabe, terong, petsai/sawi, bawang
daun, kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam,
bawang putih, dan lainnya.
7. Daging Kelompok ini terdiri atas; daging sapi, daging
kerbau, daging kambing, daging domba, daging
kuda/lainnya, daging babi, daging ayam buras,
daging ayam ras, daging itik, dan jeroan semua
jenis.
8. Telur
Telur yang dimaksud yaitu telur ayam buras, telur
ayam ras, telur itik, dan telur unggas lainnya.
9. Susu Terdiri atas susu sapi termasuk susu olahan impor
yang disetarakan susu segar.
10. Ikan
Ikan yang dimaksud adalah komoditas yang berupa
binatang air dan biota perairan lainnya. Pada
awalnya penyajian untuk kelompok ini hanya
meliputi jenis ikan darat dan ikan laut, namun
sekarang berkembang menjadi 17 jenis ikan.
11. Minyak & Lemak Berasal dari nabati : minyak kacang tanah, minyak
goreng kelapa, minyak goreng sawit. Berasal dari
hewani : lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing,
lemak domba, lemak babi.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
21
2.3.2 Kelompok Bahan Makanan Dalam Pola Pangan Harapan (PPH)
Pengelompokkan jenis pangan berdasarkan PPH berbeda dengan pengelompokkan jenis
pangan berdasarkan NBM. Oleh karena itu, untuk penghitungan skor PPH perlu dilakukan
penyesuaian kelompok pangan dari kelompok pangan NBM ke kelompok pangan PPH. Jenis bahan
makanan yang dicakup dalam NBM dan PPH meliputi bahan makanan yang bersumber dari nabati
maupun hewani dan lazim dikonsumsi oleh penduduk. Bahan makanan dalam NBM dikelompokkan
menjadi 11 kelompok menurut jenisnya, dan diikuti prosesnya mulai dari saat diproduksi sampai
dengan dapat dipasarkan atau tersedia untuk dikonsumsi penduduk dalam bentuk awalnya (belum
berubah) atau bentuk lain yang berbeda dengan bentuk awal setelah melewati proses pengolahan,
yang biasanya disebut sebagai produk turunan. Bahan makanan yang berupa produk tersebut dapat
masuk ke dalam satu kelompok bahan makanan yang sama atau kelompok bahan makanan yang
berbeda dengan jenis bahan makanan awalnya. Sedangkan dalam PPH jenis bahan makanan
tersebut diperkecil lagi menjadi 9 kelompok bahan makanan.
Kelompok bahan makanan dalam PPH dan rinciannya dapat dilihat pada tabel 2, yaitu:
Tabel 2. Pengelompokan Bahan Makanan Dalam Pola Pangan Harapan
No. Kelompok Pangan Keterangan / Jenis Bahan Makanan
1. Padi-padian Beras & olahannya, jagung & olahannya, gandum &
olahannya
2. Umbi-umbian Ubi kayu & olahannya, ubi jalar, kentang, talas, sagu
(termasuk makanan berpati)
3. Pangan hewani Daging & olahannya, ikan & olahannya, telur, susu &
olahannya
4. Minyak & lemak Minyak kelapa, minyak sawit, margarin, lemak hewani
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
22
5. Buah/biji berminyak Kelapa, kemiri, kenari, cokelat
6. Kacang-kacangan
Kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah,
kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain,
tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, kecap
7. Gula Gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam
botol/kaleng
8. Sayur & buah Sayur segar & olahannya, buah segar & olahannya, termasuk
emping
9. Lain-lain Aneka bumbu & bahan minuman spt terasi, cengkeh,
ketumbar, merica, pala, asam, bumbu masak, teh, kopi
Berdasarkan Deptan 2001, susunan PPH ideal dari total energi (tingkat nasional) adalah
sebagai berikut :
Padi – padian (50% dari total energi),
Umbi – umbian (6% dari total energi),
Pangan hewani (12% dari total energi),
Minyak dan lemak (10% dari total energi)
Buah/biji berminyak (3% dari total energi)
Kacang – kacangan (5% dari total energi)
Gula (5% dari total energi)
Sayur dan buah (6% dari total energi)
Lain – lain (3% dari total energi)
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
23
2.3.3 Perbedaaan Kelompok Bahan Makanan Dalam NBM dan PPH
Perbedaan dalam pengelompokan bahan makanan dalam NBM dan PPH yang tampak
nyata adalah berdasarkan jumlah kelompok pangan, kelompok pangan dalam NBM berjumlah 11
sedangkan dalam PPH kelompok pangan tersebut diperkecil lagi menjadi 9 kelompok pangan.
Adapun perbedaannya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Perbedaaan Kelompok Pangan dalam NBM dan PPH
No. NBM
No. PPH
Kelompok Pangan Kelompok Pangan
1. Padi-padian 1. Padi-padian
2. Makanan berpati (Ubi kayu & olahannya, ubi
jalar, talas, sagu)
2. Umbi-umbian (termasuk makanan berpati yaitu
Ubi kayu & olahannya, ubi jalar, talas, sagu
dan kentang)
3. Gula 3. Gula
4. Buah/Biji berminyak (terdiri dari kac. tanah,
kedelai, kac. hijau, kelapa)
4. Buah/Biji Berminyak (hanya kelapa)
5. Buah-buahan 5. Kacang-kacangan (terdiri dari kac. merah,
kacang tanah, kedelai, kac. Hijau)
6. Sayur-sayuran 6. Sayur dan Buah (tidak termasuk kentang dan
kacang merah)
7. Daging (termasuk jeroan) 7. Pangan Hewani (terdiri dari daging, telur, susu,
ikan, minus jeroan)
8. Telur 8. Minyak dan Lemak (termasuk jeroan)
9. Susu 9. Lain-lain
10 Ikan
11. Minyak dan Lemak
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
24
2.4 Sumber Data Dan Informasi
Data/informasi yang dibutuhkan antara lain adalah data yang meliputi produksi, perubahan
stok, impor, ekspor, penggunaan untuk pakan, bibit, tercecer, industri pangan dan non pangan serta
data jumlah penduduk.
Data pokok yang digunakan dalam penyusunan NBM adalah :
a. Data stok beras diperoleh dari Distributor
b. Data produksi palawija, sayuran, buah-buahan, perkebunan dan peternakan diperoleh dari Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kota Ternate.
c. Data produksi perikanan diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate
d. Data Ekspor Impor di peroleh dari Balai Karantina Pertanian, Badan Karantina Perikanan dan
Distributor.
e. Untuk data pakan, bibit, tercecer, didapatkan dari besaran angka konversi yang ditetapkan oleh
Tim NBM Pusat yang didasarkan atas hasil kajian dan pendekatan-pendekatan ilmiah.
f. Data penduduk yang digunakan adalah bersumber dari Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Ternate
tahun 2016 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS).
g. Komponen penggunaan/pemakaian dalam negeri diperoleh dengan melakukan perhitungan
berupa persentase terhadap penyediaan dalam negeri (seperti pakan dan tercecer), atau
merupakan residual dari hasil perhitungan.
Data – data yang diperlukan dalam perhitungan skor PPH adalah:
a. Data ketersediaan pangan dalam bentuk energi pada Neraca Bahan Makanan (NBM), sumber:
NBM Kota Ternate tahun 2017.
b. Rekomendasi AKG Ketersediaan Pangan besarnya 2400 kalori perkapita perhari, sumber :
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012.
c. Bobot dan skor ideal PPH, sumbernya Deptan 2001.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
25
Tabel 4. Susunan PPH Ideal Tingkat Nasional Berdasarkan Tingkat Ketersediaan Pangan
No. Kelompok Pangan Energi
(Kkal/kap/hr)
%
AKG Bobot
Skor
PPH Maksimal
1. Padi-padian 1200 50,0 0,5 25,0
2. Umbi-umbian 144 6,0 0,5 2,5
3. Pangan Hewani 288 12,0 2,0 24,0
4. Minyak dan Lemak 240 10,0 0,5 5,0
5. Buah/biji berminyak 72 3,0 0,5 1,0
6. Kacang-kacangan 120 5,0 2,0 10,0
7. Gula 120 5,0 0,5 2,5
8. Sayur dan buah 144 6,0 5,0 30,0
9. Lain-lain 72 3,0 0,0 0,0
Jumlah 2400 100,0 100,0
2.5 Cara Penghitungan
2.5.1 Perhitungan Dalam Neraca Bahan Makanan (NBM)
Tabel NBM terbagi menjadi tiga kelompok penyajiaan, yaitu :
1. Penyediaan (supply) terdiri atas komponen-komponen produksi, perubahan stok, impor dan
ekspor dengan persamaan sebagai berikut :
dimana,
TS : total penyediaan dalam negeri (total supply)
O : produksi
St : stok akhir – stok awal
TS = O - St + M – X
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
26
M : impor
X : ekspor
2. Penggunaan (utilization), untuk keperluan pakan, bibit, industri makanan dan non makanan,
tercecer, serta bahan makanan yang tersedia pada tingkat pedagang pengecer, yang dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
dimana,
TS : total penggunaan
F : pangan
S : bibit
I : industri
W : tercecer
Fd : ketersediaan bahan makanan
3. Ketersediaan bahan makanan (pangan) per kapita, diperoleh dari ketersediaan masing-masing
bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk, disajikan dalam bentuk kuantum (volume) dan
kandungan nilai gizinya dalam satuan kalori energi gram protein dan gram lemak.
4. Perlakuan Khusus
Bagi komoditi yang data produksinya tidak tersedia, perhitungan dimulai dari kolom 15 yaitu
ketersediaan per kapita (kg/tahun). Kolom 15 ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan
data konsumsi hasil susenas (modul) dimark-up 10 %, dengan asumsi bahwa perbedaan antara
angka kecukupan energi pada tingkat konsumsi dengan angka kecukupan energi ditingkat
ketersediaan sebesar 10 %.
TS = F + S + I + W + Fd
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
27
2.5.2 Prosedur Pengisian Tabel NBM
Menurut teori, prosedur pengisian Tabel NBM dilakukan secara berurutan kolom demi kolom,
mulai kolom 2 dan 3 (produksi) dan seterusnya sampai dengan kolom 19 (ketersediaan per kapita
untuk lemak). Namun dalam kenyataannya, ada beberapa jenis bahan makanan yang pengisiannya
tidak dimilai dari kolom produksi, hal ini dipengaruhi oleh sumber data yang tersedia pada masing –
masing jenis bahan makanan.
Adapun pengisian yang dilakukan secara berurutan kolom demi kolom adalah :
Kolom 1 : Jenis bahan makanan
Tuliskan nama seluruh bahan makanan sesuai dengan kelompok komoditasnya pada
kolom (1).
Kolom 2 : Produksi (Masukan)
Tuliskan angka produksi yang masih akan mengalami perubahan bentuk (bila ada) pada
kolom (2), sesuai dengan komoditasnya.
Kolom 3 : Produksi (Keluaran)
Tuliskan pada kolom (3) angka unsur produksi yang merupakan produksi asli yang
diperoleh dari kegiatan berproduksi dan belum mengalami perubahan atau produksi
turunan yang sudah mengalami perubahan.
Kolom 4 : Perubahan Stok
Tuliskan angka perubahan stok (bila ada) pada kolom (4) berikut tandanya: negatif (-)
atau positif (+).
Kolom 5 : Impor
Tuliskan pada kolom (5) angka jumlah bahan makanan yang masuk dari negara lain
atau wilayah lain baik melalui darat, perairan maupun udara
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
28
Kolom 6 : Penyediaan dalam negeri sebelum ekspor
Tuliskan pada kolom (6) angka hasil dari produksi (keluaran) kolom (3) dikurangi
perubahan stok kolom (4) ditambah impor kolom (5).
Kolom 7 : Ekspor
Tuliskan pada kolom (7) angka jumlah bahan makanan yang dikeluarkan dari wilayah
administrasi/daerah ke luar negeri maupun ke wilayah lain baik melalui darat, perairan
maupun udara.
Kolom 8 : Penyediaan dalam negeri
Tuliskan pada kolom (8) angka hasil dari penyediaan dalam negeri sebelum ekspor
kolom (6) dikurangi ekspor kolom (7).
Kolom 9 : Pakan
Tuliskan angka pakan pada kolom (9).
Kolom 10: Bibit/Benih
Tuliskan angka kebutuhan bibit pada kolom (10)
Kolom 11: Diolah untuk makanan
Tuliskan pada kolom (11) angka banyaknya komoditas bahan makanan yang berasal
dari penyediaan dalam negeri yang diolah untuk makanan.
Kolom 12: Diolah untuk bukan makanan
Tuliskan pada kolom (12) angka banyaknya komoditas bahan makanan yang berasal
dari penyediaan dalam negeri yang diolah untuk keperluan bukan makanan.
Kolom 13: Tercecer
Tuliskan pada kolom (13) angka hasil perkalian persentase tercecer dengan penyediaan
dalam negeri untuk masing – masing komoditas.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
29
Kolom 14: Bahan makanan
Tuliskan pada kolom (14) angka jumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi
penduduk. Angka tersebut merupakan hasil dari : kolom (8) – kolom (9) – kolom (10) –
kolom (11) – kolom (12) – kolom (13).
Kolom 15: kg/Tahun (kg/year)
Tuliskan pada kolom (15) angka hasil pembagian kolom (14) dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Kg/Tahun = kolom (14) : penduduk pertengahan tahun x 1.000
dikalikan 1.000 karena konversi dari satuan ton ke kilogram.
Kolom 16: Gram/Hari (Gram/Day)
Tuliskan pada kolom (16) angka hasil pembagian kolom (15) dengan jumlah hari dalam
satu tahun dikali 1.000.
Gram/Hari = {kolom (15) : 365} x 1.000.
Dikalikan 1.000 karena konversi dari kilogram ke gram.
Kolom 17: Energi,kkal/Hari (Energi,kcal/Day)
Tuliskan pada kolom (17) angka hasil perkalian kolom (16) dengan persen bagian yang
dapat dimakan (bdd), kemudian dikalikan dengan kandungan energi dari 100 gram
bahan makanan, dibagi 100.
Energi, Kalori/Hari = kol (16) x % bdd x kandungan energi : 100
Kolom 18: Protein,Gram/Hari (Protein,kcal/Day)
Tuliskan pada kolom (18) angka hasil perkalian kolom (16) dengan persen bagian yang
dapat dimakan (bdd), kemudian dikalikan dengan kandungan protein dari 100 gram
bahan makanan, dibagi 100.
Protein, Gram/Hari= kol (16) x % bdd x kandungan protein : 100
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
30
Kolom 19: Lemak, Gram/hari (Fats,Grams/Day)
Tuliskan pada kolom (19) angka hasil perkalian kolom (16) denagn persen bagian yang
dapat dimakan (bdd), kemudian dikalikan dengan kandungan lemak dari 100 gram
bahan makanan, dibagi 100.
Lemak, Gram/Hari = kol (16) x % bdd x kandungan lemak : 100
Ketersediaan per kapita pada kolom (15) sampai dengan kolom (19) merupakan ketersediaan bahan
makanan yang bersangkutan untuk dikonsumsi penduduk per kapita (per capita consumption). Perlu
ditegaskan bahwa angka ini bukan jumlah yang benar – benar dimakan, melainkan yang tersedia di
tingkat pengecer. Sampai saat ini Tabel NBM yang dikerjakan hanya sampai kolom (19), belum
menyajikan ketersediaan vitamin dan mineral.
2.5.3 Penentuan Bobot dalam PPH
Berdasarkan triguna pangan, pangan berfungsi sebagai sumber energi yang berasal dari
karbohidrat, sumber pembangun yang berasal dari protein dan sumber pengatur yang berasal dari
vitamin dan mineral. Setiap fungsi berperan sama besarnya, dengan bobot turunan masing-masing
33,3%. Penentuan bobot kelompok pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk kelompok pangan sumber karbohidrat dan energi, terdiri dari padi-padian, umbi-umbian,
minyak dan lemak, buah/biji berminyak dan gula, dengan total konstribusi energi (%AKG) dari
PPH adalah 74% (Deptan, 2001). Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 0,5 (berasal dari nilai
33,3 dibagi 74).
b. Untuk kelompok pangan sumber protein/lauk-pauk, terdiri dari kacang-kacangan dan pangan
hewani, dengan total konstribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 17%. Bobot untuk kelompok
pangan ini adalah 2,0 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 17).
c. Untuk kelompok pangan sumber vitamin dan mineral, terdiri dari sayur dan buah dengan dengan
total konstribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 6%. Bobot untuk kelompok pangan ini adalah
5,0 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 6).
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
31
d. Kelompok pangan lainnya (aneka minuman dan bumbu) dengan konstribusi energi 3% akan
diperoleh rating 0,0 yang berasal dari nilai 0 dibagi 3. Rating 0 untuk kelompok pangan lainnya
didasarkan pada pertimbangan bahwa konsumsi bumbu dan minuman tidak dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
2.5.4 Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) a. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari NBM ke kelompok PPH.
b. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk energi (kkal/kap/hr) pada setiap kelompok
pangan pada tabel PPH.
c. Menghitung konstribusi energi dari setiap kelompok pangan (%) terhadap total energi tingkat
ketersediaan (2.400 kkal/kap/hr).
d. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap kelompok pangan ke dalam tabel PPH.
e. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara persentase AKE dengan bobot setiap
kelompok pangan.
f. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih besar dari skor maksimumnya, maka skor PPH
yang diambil adalah skor maksimumnya. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih kecil dari
skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor riilnya
g. Menjumlahkan skor PPH dari seluruh kelompok pangan. Jumlah hasil perhitungan skor PPH
maksimal 100.
2.6 Permasalahan Dalam Neraca Bahan Makanan ( NBM )
Meskipun penyusunan NBM sudah dilakukan sejak tahun 1963 sampai sekarang, namun dari
tahun ke tahun selalu diupayakan untuk melakukan penyempurnaan penyusunan NBM.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan melihat adanya permasalahan dalam penyusunan NBM,
seperti tidak tersedianya data perubahan stok untuk semua komoditas, masih underestimate-nya
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
32
data industri, dan besaran konversi (bibit, pakan, dan tercecer) yang sudah tidak sesuai dengan
kondisi sekarang.
Data impor yang disajikan dalam Tabel NBM masih banyak yang overestimate. Hal ini
disebabkan Ternate merupakan pintu masuk impor barang dari luar propinsi Maluku Utara, sehingga
bahan makanan tertumpuk di satu sentra. Padahal sebenarnya kebutuhan bahan makanan ini untuk
hamper seluruh wilayah di Propinsi Maluku Utara. Sedangkan data ekspor sampai saat ini belum
bias didapat secara detail, kecuali data dari Balai Karantina Pertanian dan Badan Karantina Ikan
(Ekspor barang keluar Maluku Utara), sedangkan untuk barang yang keluar dari Ternate datanya
belum tersedia secara akurat. Selain itu,ketersediaan data semua mencakup ekspor dalam bentuk
olahan belum ada, padahal ada beberapa jenis bahan makanan yang diekspor dalam bentuk olahan,
seperti : mie instan dan roti sebagai produk olahan dari tepung gandum. Dengan demikian,
ketersediaan tepung gandum yang disajikan dalam Tabel NBM masih overestimate, karena
seharusnya ada sejumlah tepung gandum yang diekspor dalam bentuk mie instan dan roti.
Terdapat angka konversi yang masih menggunakan hasil studi pada tahun 1970-an, bahkan
ada angka konversi yang hanya merupakan angka kesepakatan. Hal ini akan menghasilkan
informasi ketersediaan bahan makanan yang kurang akurat.
Cakupan jenis bahan makanan dalam Tabel NBM belum lengkap bila dibandingkan dengan
cakupan jenis bahan makanan yang riil dikonsumsi. Hal ini dikarenakan penyajian jenis bahan
makanan dalam Tabel NBM didasari oleh tersedianya data produksi secara berkesinambungan.
Padahal penyediaan suatu jenis bahan makanan di dalam negeri tidak selalu berasal dari produksi
lokal, dapat saja berasal dari impor. Disamping itu, kenyataannya ada jenis bahan makanan yang
banyak dikonsumsi oleh penduduk, namun tidak muncul dalam Tabel NBM, contoh beberapa jenis
ikan, minyak jagung, dan lain-lain Sebaliknya ada bahan makanan yang disajikan dalam Tabel NBM,
namun kenyataan di lapangan bahan makanan tersebut tidak dijumpai, seperti minyak kacang tanah.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
33
BAB III
ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN DAN GIZI KOTA TERNATE
3.1 Situasi Ketersediaan Pangan dan Gizi Kota Ternate
Ketersediaan energi kota Ternate yang diperoleh berdasarkan neraca bahan makanan
(NBM) tahun 2016 adalah sebesar 3.243 Kkalori/kapita/hari, hal ini menunjukkan bahwa tingkat
ketersediaan energi Kota Ternate sudah memenuhi angka kecukupan energi yang dianjurkan pada
tingkat ketersediaan yaitu sebesar 2.400 Kkalori/kapita/hari (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
X tahun 2012). Hal ini disebabkan Kota Ternate adalah sentra perdagangan di Maluku Utara, hampir
semua komoditi ada di Ternate dan masyarakat Kota Ternate tidak pernah kekurangan ketersediaan.
Untuk tahun 2016 ketersediaan energi sebagian besar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar
2.672 Kkalori/kapita/hari atau 82,37 %, sedangkan pangan hewani hanya memberikan sumbangan
sebesar 572 Kkalori/kapita/hari atau 17,63 %.
Ketersediaan protein Kota Ternate berdasarkan Neraca Bahan Makanan tahun 2016 adalah
sebesar 88,91 gram/kapita/hari, tingkat ketersediaan protein telah memenuhi angka kecukupan
protein yang disarankan secara nasional yang sebesar 63 gram/kapita/hari (Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi X tahun 2012), atau memenuhi sekitar 141,13 %. Ketersediaan protein kota
Ternate sebagian besar bersumber dari protein hewani yaitu sebesar 60,24 gram/kapita/hari atau 85
% dan yang bersumber dari protein nabati sebesar 35,35 gram/kapita/hari atau hanya 39,76 %.
Untuk ketersediaan lemak kota Ternate berdasarkan Neraca Bahan Makanan tahun 2016
adalah sebesar 54,64 gram/kapita/hari, dari ketersediaan lemak tersebut terdiri dari lemak yang
berasal dari sumber nabati sebesar 25,77 gram/ kapita/hari atau 47,16 % dan yang berasal dari
hewani sebesar 28,87 gram per kapita per hari atau 52,84 %.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
34
Tingkat ketersediaan energi, protein dan lemak kota Ternate berdasarkan tabel Neraca
Bahan Makanan kota Ternate Tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak Per Kapita Per Hari Berdasarkan Neraca Bahan
Makanan Kota Ternate Tahun 2016
3.2 Neraca Bahan Makanan Kota Ternate
3.2.1 Ketersediaan Pangan Per Kelompok Bahan Makanan
Gambaran situasi ketersediaan pangan per kelompok bahan makanan berdasarkan neraca
bahan makanan kota Ternate tahun 2016 yang dirinci per masing-masing kelompok bahan makanan
dapat dilihat pada tabel 5, yaitu sebagai berikut :
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Total Nabati Hewani
Energi (Kkal/kap/hr) 3.244 88,91 54,64
Protein (gr/kap/hr) 2.672 35,35 25,77
Lemak (gr/kap/hr) 572 53,55 28,87
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
35
Tabel 5. Ketersediaan Pangan Per Kelompok Bahan Makanan Tahun 2016
Kelompok Bahan Makanan
Ketersediaan
Energi
Ketersediaan
Protein
Ketersediaan
Lemak
Kkal/kap/hr % gram/k
ap/hr %
gram/k
ap/hr %
Padi-padian 1.343 41,41 31,80 35,77 5,30 9,78
Makanan Berpati 90 2,81 0,42 0,47 0,42 0,77
Gula 898 27,69 - - - -
Buah/Biji Berminyak 49 1,51 2,41 2,71 3,71 6,85
Buah-buahan 9 0,28 0,09 0,1 0,04 0,07
Sayuran 12 0,37 0,59 0,66 0,12 0,22
Daging 89 2,74 5,71 6,42 7,2 13,28
Telur 24 0,74 1,95 2,19 1,7 3,14
Susu 293 9,03 15,37 17,29 16,81 31,01
Ikan 162 5 30,52 34,33 2,78 5,13
Minyak dan Lemak 273 8,42 0,04 0,04 16, 29,74
Sumber : Tabel Neraca Bahan Makanan Kota Ternate Tahun 2016
a. Kelompok Padi-padian
Konstribusi energi tertinggi dari semua kelompok bahan pangan adalah konstribusi dari
kelompok padi-padian. Kelompok ini memberikan sumbangan energi sebesar 1.343 kkal/kap/hr atau
41,41 %. Untuk kelompok padi-padian komoditas beras menjadi bahan makanan yang memegang
peranan penting dibanding bahan makanan lain karena merupakan penyumbang energi terbesar
yaitu sebesar 1.243 kkal/kap/hari. Di kota Ternate sendiri, ketersediaan beras yang digunakan untuk
mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk serratus persen masih perlu didatangkan/diimpor dari
daerah lain karena Kota Ternate tidak memiliki lahan sawah. Ketersediaan beras kota Ternate untuk
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
36
tahun 2016 adalah sebesar 28.070 ton, yang berasal dari daerah lain (impor). Dengan kebutuhan
konsumsi beras penduduk kota Ternate tahun 2016 sebesar 16.330 ton atau 0,205 kg/kapita/hari
maka ketersediaan beras yang dimiliki sebesar 28.070 ton atau 0,352 kg/kapita/hari masih
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk. Selain beras komoditas lain di
kelompok padi-padian yang memberikan sumbangan energi cukup besar adalah tepung gandum,
total energi yang diberikan adalah sebesar 97 kkal/kap/hari. Di kota Ternate ketersediaan tepung
gandum (sering dimanfaatkan dalam pembuatan kue) masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi tepung gandum penduduk kota Ternate yang sebesar 2.071 ton/tahun. Penghitungan
keterediaan tepung gandum menggunakan pendekatan susenas, yaitu sebesar 10%, karena tidak
ada data ekspor untuk tepung gandum ini. Apabila penghitungan ketersediaan tanpa menggunakan
pendekatan susenas, maka didapatkan hasil ketersediaan yang overestimate, yaitu sebesar 19.264
ton/tahun atau 88,35/kap/th. Hal ini disebabkan Hampir semua kebutuhan pangan di Kota Ternate
adalah hasil impor, dan posisi Kota Ternate sebagai sentra perdagangan di Maluku Utara dan
sebagai pintu masuk untuk Kota / Kabupaten lain di Maluku Utara.
Untuk ketersediaan protein, kelompok padi-padian menjadi penyumbang tertinggi bila
dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lainnya. Total konstribusi protein yang diberikan
oleh kelompok padi-padian adalah sebesar 31,8 gram/kapita/hari atau 35,77 % dari total
ketersediaan protein. Di kelompok ini komoditas beras menjadi penyumbang protein terbanyak yaitu
sebesar 29,11 gram/kapita/hari, kemudian tepung gandum dengan sumbangan protein sebesar 2,63
gram/kapita/hari. Kelompok Ikan juga memberikan kontribusi protein yang cukup tinggi, yaitu sebesar
30,52 gram/kapita/hari atau 34,33 % dari total ketersediaan protein. Hal ini disebabkan Hasil
Produksi Ikan di Kota Ternate memang sangat melimpah, karena luas wilayah laut lebih besar dari
luas wilayah daratan. Dan kebiasaan masyarakat Kota Ternate lebih banyak mengkonsumsi protein
yang berasal dari ikan daripada protein hewani lainnya.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
37
Sedangkan untuk ketersediaan lemak, beras masih menjadi penyumbang tertinggi
dibandingkan jagung dan tepung gandum, yaitu sebesar 4,98 gram/kapita/hari. Hal ini disebabkan
masyarakat Kota Ternate memang lebih banyak mengkonsumsi beras dibandingkan Jagung dna
Tepung gandum.
b. Kelompok Makanan Berpati
Kelompok makanan berpati yang terdiri dari umbi-umbian dan produksi turunannya
memberikan konstribusi energi yang tidak begitu besar yaitu 91 kkal/kapita/hari atau 2,81 % dari total
ketersediaan energi. Di kelompok ini komoditas yang paling besar memberikan konstribusi
energinya adalah sagu/tepung sagu yaitu sebesar 43 kkal/kapita/hari, kemudian ubi kayu yang
memberikan konstibusi energi sebesar 36 kkal/kapita/hari. Masyarakat Kota Ternate sering
mengkonsumsi Sagu / Ubi Kayu dalam bentu “Popeda”. Jadi wajar kiranya jika kontribusi energi dua
komoditi ini lebih tinggi dibandingkan ubi jalar.
Sumbangan untuk ketersediaan protein yang diberikan kelompok makanan berpati tidak
signifikan yaitu sebesar 0,42 gram/kapita/hari atau hanya 0,47 % dari ketersediaan protein total.
Sedangkan untuk konstribusi ketersediaan lemak, kelompok makanan berpati juga memberikan
sumbangan yang sangat kecil yaitu sebesar 0,42 gram/ kapita/hari atau 0,77 % dari ketersediaan
lemak total.
Perhitungan ketersediaan makanan berpati menggunakan perhitungan pendekatan susenas,
karena data impor yang didapatkan hanya dari luar propinsi Maluku Utara, sedangkan banyak impor
dari pulau Halmahera namun belum ada data yang tersedia.
c. Kelompok Gula
Konstribusi energi yang diberikan oleh kelompok gula adalah sebesar 898 kkal/kapita/hari
atau 27,69 % dari total ketersediaan energi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Kota
Ternate akan gula maka ketersediaannya harus didatangkan dari daerah lain karena di kota Ternate
sendiri tidak ada tanaman tebu yang menghasilkan gula. Ketersediaan gula untuk tahun 2016 yang
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
38
harus diimpor atau didatangkan dari daerah lain sebesar 19.770 ton yang digunakan untuk
mencukupi kebutuhan konsumsi gula penduduk kota Ternatedan sekitarnya. Kebutuhan gula untuk
penduduk Kota Ternate selama tahun 2016 adalah sebesar 2.071,3 ton. Hal ini menunjukkan
ketersediaan gula lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Ternate.
Untuk kelompok gula yang dihitung hanyalah ketersediaan energi, sedangkan untuk
ketersediaan protein dan ketersediaan lemak tidak dihitung. Hal ini disebabkan kandungan yang
ada di gula hanyalah kalori, untuk protein dan lemak tidak termasuk didalamnya.
Untuk ketersediaan gula merah, dihitung menggunakan pendekatan Susenas 10 %,
dikarenakan belum ada data yang akurat terkait impor gula merah dari Bacan, Galela dan Subaim.
d. Kelompok Buah/Biji Berminyak
Untuk kelompok buah/biji berminyak mampu memberikan kontribusi energi sebesar 49
kkal/kapita/hari dengan persentase sebesar 1,51 % dari ketersediaan energi total. Dari kelompok ini
kelapa menjadi penyumbang energi terbanyak yaitu sebesar 26 kkal/kapita/hari, kemudian kedelai
dengan sumbangan energi sebesar 18 kkal/kapita/hari, dan yang terendah adalah kacang hijau
dengan sumbangan energi sebesar 1 kkal/kapita/hari. Sebagian besar produksi dari kelompok
buah/biji berminyak diimpor dari daerah lain, seperti produksi kedelai yang perlu mendatangkan
sebesar 390 ton untuk mencukupi kebutuhan dalam produksi tahu dan tempe di Kota Ternate,
kacang tanh dan kacang hijau dari Surabya. Untuk kelapa, sebagian besar didatangkan dari Pulau
Halmahera.
e. Kelompok Buah-buahan
Sumbangan energi yang mampu diberikan oleh kelompok buah-buahan masih sangat kecil,
yaitu sebesar 9 kkal/kapita/hari atau 0,28 % dari total ketersediaan energi. Untuk ketersediaan
protein kelompok buah-buahan hany memberikan sumbangan sebesar 0,09 gram/kapita/hari
dengan persentase sebesar 0,1 % dari ketersediaan protein total. Konstribusi ketersediaan lemak
dari kelompok buah-buahan adalah sebesar 0,04 gram/kapita/hari atau 0,07 % dari ketersediaan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
39
lemak total. Sumbangan energy kelompok buah-buahan sangat kecil, karena ketersediaan buah
tidak cukup banyak di Kota Ternate. Mayoritas buah-buahan didatangkan dari luar Kota Ternate dan
harganya yang cukup mahal sehingga masyarakat kurang mengkonsumsi buah-buahan ini.
Buah-buahan yang diproduksi di Kota Ternate sangat terbatas, yaitu Durian, Mangga,
Pepaya, Pisang, Salak, Manggis dan Sukun. Hasil produksi tersebut belum dapat memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat. Akhirnya sebagian besar buah-buahan harus diimpor dari Pulau
Halmahera, Pulau Sanana maupun dari Manado. Untuk data impor buah-buahan dari Pulau
Halmahera belum tersedia, sehingga menggunakan pendekatan Susenas 10 % untuk menghitung
ketersediaan Alpukat, Jeruk, Duku, Durian, Mangga, Pepaya, Pisang, Salak dan Semangka.
f. Kelompok Sayuran
Berdasarkan Tabel neraca bahan makanan Kota Ternate tahun 2016, kelompok sayuran
memberikan konstribusi energi yang cukup kecil, yaitu sebesar 12 kkal/kapita/hari dengan
persentase sebesar 0,37 % dari ketersediaan energi total. Konstribusi kelompok sayuran pada
ketersediaan protein adalah sebesar 0,59 gram/kapita/hari atau 0,66 % dari ketersediaan protein
total. Sumbangan kelompok sayuran pada ketersediaan lemak adalah sebesar 0,12 gram/kapita/hari
atau 0,22 % dari ketersediaan lemak total.
Kondisi sayuran ini hampir sama dengan buah-buahan, dimana sebagian besar sayuran
harus didatangkan dari luar Kota Ternate untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sayuran yang
diproduksi di Kota Ternate adalah ketimun, tomat, cabe, terong, kangkung dan bayam. Tingginya
konsumsi Tomat dan Cabe, menyebabkan dua komoditi ini masih banyak didatangkan dari Manado,
Makasar dan Hamahera. Kedua jenis sayuran ini juga termasuk penyumbang inflasi yang terjadi di
Kota Ternate. Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kota Ternate.
Perhitungan ketersediaan menggunakan pendekatan Susenas 10% juga diberlakukan untuk
komoditi sayuran ini karena belum adanya data yang akurat untuk komoditi yang didatangkan dari
Pulau Halmahera. Komoditi yang dimaksdukan adalah Ketimun, Tomat dan Cabe
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
40
g. Kelompok Daging
Sumbangan energi yang diberikan oleh kelompok daging adalah sebesar 89 kkal/kapita/hari
atau 2,74 % dari total ketersediaan energi. Pada kelompok daging penyumbang energi terbesar
adalah daging ayam ras dengan konstribusi energi sebesar 80 kkal/kapita/hari. Untuk daging sapi,
sumbangan energy tidak signifikan, karena masyarakat biasa mengkonsumsi daging sapi ketika hari-
hari besar keagamaan. Sedangkan untuk sehari-hari, masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ikan
dan daging ayam sebagian kecil. Ketersediaan daging sapi dan ayam lbih banyak dimanfaatkan
rumah-rumah makan daripada rumah tangga, seperti untuk menyediakan lalapan ayam maupun coto
makasar.
Untuk ketersediaan protein kelompok daging memberikan sumbangan sebesar 5,71
gram/kapita/hari atau 6,42 % dari total ketersediaan protein. Daging ayam ras memberikan
konstribusi protein terbesar dengan sumbangan sebesar 4,82 gram/kapita/hari. Konstribusi yang
diberikan kelompok daging untuk ketersediaan lemak sebesar 7,2 gram/kapita/hari atau 13,28 %.
h. Kelompok Telur
Konstribusi energi yang diberikan oleh kelompok telur hanya sebesar 0,74 % dari
ketersediaan energi total atau hanya 24 kkal/kapita/hari. Kurangnya masyarakat mengkonsumsi
telur sehari-hari di kota Ternate menyebabkan kecilnya konstribusi energi yang disumbangkan oleh
kelompok telur. Telur lebih banyak dikonsumsi ketika ada acara-acara tertentu ataupun
dimanfaatkan untuk rumah makan yang ada di Kota Ternate.
Sumbangan protein yang mampu diberikan kelompok telur adalah sebesar 1,95
gram/kapita/hari atau sebesar 2,19 % sedangkan untuk konstribusi lemak yang mampu diberikan
sebesar 1,7 gram/kapita/hari atau sebesar 3,14 %.
i. Kelompok Susu
Kelompok susu memberikan konstribusi energi sebesar 293 kkal/kapita/hari atau 9,03 % dari
ketersediaan energi total. Untuk ketersediaan protein kelompok susu memberikan sumbangan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
41
sebesar 15,37 gram/kapita/hari atau sebesar 17,29 %, sedangkan ketersediaan lemak yang mampu
diberikan kelompok ini adalah sebesar 16,81 gram/kapita/hari atau 31,01 % dari total ketersediaan
lemak.
Konstribusi kelompok susu untuk ketersediaan lemak adalah yang tertinggi dibandingkan
dengan kelompok lain, yaitu sebesar 16,81 gram/kapita/hari atau 31,01 %. hal ini disebabkan posisi
Kota Ternate sebagai sentra perdagangan di Maluku Utara dan sebagai pintu masuk untuk Kota /
Kabupaten lain di Maluku Utara, dan masih belum adanya data ekspor susu ke wilayah lain di luar
Kota Ternate.
j. Kelompok Ikan
Kelompok ikan memberikan konstribusi energi sebesar 162 kkal/kapita/hari atau 5 % dari total
ketersediaan energi total. Sedangkan Konstribusi protein yang diberikan oleh kelompok ikan
tertinggi kedua seteleah kelompok padi-padian, yaitu sebesar 30,52 gram/kapita/hari atau sebesar
34,33 % sedangkan konstribusi lemak hanya sebesar 2,78 gram per kapita per hari atau 5,13 %.
Wilayah Kota Ternate yang sebagian besar adalah Lautan ikut memberikan kontribusi terhadap
ketersediaan ikan ini.
k. Kelompok Minyak dan Lemak
Sumbangan energi kelompok minyak dan lemak yaitu sebesar 273 kkal/kapita/hari atau 8,42
% dari ketersediaan energi total. Untuk ketersediaan protein kelompok ini memberikan konstribusi
sebesar 0,04 gram/kapita/hari atau sebesar 0,04 %, sedangkan sumbangan lemak yang diberikan
adalah sebesar 16,12 gram/kapita/hari atau sebesar 29,74%. Sumbangan lemak ini merupakan
kontribusi lemak tertinggi kedua setelah susu.
Dari kelompok minyak dan lemak, kontribusi lemak didominasi leh Minyak Goreng yaitu
sebesar 12,34 gram/kapita/hari . Sekali lagi hal ini disebabkan posisi Kota Ternate sebagai sentra
perdagangan di Maluku Utara dan sebagai pintu masuk untuk Kota / Kabupaten lain di Maluku Utara,
dan masih belum adanya data ekspor minyak goreng ke wilayah lain di luar Kota Ternate.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
42
3.2.2 Komposisi Tingkat Ketersediaan Kelompok Bahan Makanan
Komposisi ketersediaan energi per kelompok bahan makanan berdasarkan Neraca Bahan
Makanan kota Ternate Tahun 2016 dapat ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Komposisi Ketersediaan Energi Per Kelompok Bahan Makanan
Padi-padian; 1.343
Makanan Berpati; 91
Gula; 898
Buah/Biji Berminyak; 49
Buah-buahan; 9
Sayuran; 12
Daging; 89
Telur; 24
Susu; 293Ikan; 162
Minyak dan Lemak; 273
Komposisi Ketersediaan Energi Per Kelompok Bahan Makanan (Kkal/kapita/hari)
Padi-padian Makanan Berpati GulaBuah/Biji Berminyak Buah-buahan SayuranDaging Telur SusuIkan Minyak dan Lemak
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
43
Komposisi ketersediaan protein per kelompok bahan makanan berdasarkan Neraca Bahan Makanan
kota Ternate Tahun 2016 dapat ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Komposisi ketersediaan Protein Per Kelompok Bahan Makanan
Padi-padian; 31,8
Makanan Berpati; 0,42
Gula; 0
Buah/Biji Berminyak;
2,41
Buah-buahan;
0,09Sayuran;
0,59Daging; 5,71
Telur; 1,95Susu; 15,37
Ikan; 30,52
Minyak dan Lemak; 0,04
Komposisi Ketersediaan Protein Per Kelompok Bahan Makanan (gram/kapita/hari)
Padi-padian Makanan Berpati GulaBuah/Biji Berminyak Buah-buahan SayuranDaging Telur SusuIkan Minyak dan Lemak
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
44
Komposisi ketersediaan lemak per kelompok bahan makanan berdasarkan Neraca Bahan
Makanan kota Ternate Tahun 2016 dapat ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Komposisi Ketersediaan Lemak Per Kelompok Bahan Makanan
Padi-padian; 5,3 Makanan Berpati; 0,42
Gula; 0
Buah/Biji Berminyak; 3,71
Buah-buahan; 0,04
Sayuran; 0,12
Daging; 7,2
Telur; 1,7
Susu; 16,81
Ikan; 2,78
Minyak dan Lemak; 16,12
Komposisi Ketersediaan Lemak Per Kelompok Bahan Makanan (gram/kapita/hari)
Padi-padian Makanan Berpati GulaBuah/Biji Berminyak Buah-buahan SayuranDaging Telur SusuIkan Minyak dan Lemak
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
45
3.3 Pola Pangan Harapan Kota Ternate Tahun 2016
Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai jumlah dan
komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan harapan mencerminkan susunan konsumsi
pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu
pangan berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Pola pangan harapan biasanya digunakan
untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan suatu wilayah.
Pola Pangan Harapan (PPH) kota Ternate berdasarkan Neraca Bahan Makanan kota
Ternate tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Ternate Tahun 2016
No. Kelompok Energi % AKE Bobot Skor riil Skor PPH Skor Maks Ket
Bahan Pangan (Kalori)
1. Padi-padian 1.343 56,0 0,5 28,0 25,0 25,0
2. Umbi-umbian 91 3,8 0,5 1,9 1,9 2,5
3. Pangan Hewani 566 23,6 2,0 47,2 24,0 24,0
4. Minyak dan Lemak 278 11,6 0,5 5,8 5,0 5,0
5. Buah/biji berminyak 26 1,1 0,5 0,5 0,5 1,0
6. Kacang-kacangan 23 1,0 2,0 1,9 1,9 10,0
7. Gula 898 37,4 0,5 18,7 2,5 2,5
8. Sayuran dan buah 19 0,8 5,0 4,0 4,0 30,0
9. Lain-lain - - - - -
Jumlah 3.243 135,1 107,9 64,81 100,0
Berdasarkan tabel 6, skor Pola Pangan Harapan yang dicapai kota Ternate tahun 2016
adalah 64,81 ini masih dibawah dari skor PPH ideal yang diharapkan secara nasional yaitu mencapai
skor 100. Masih rendahnya skor PPH Kota Ternate Tahun 2016 bila dibandingkan dengan skor PPH
ideal nasional terutama disebabkan oleh masih rendahnya produksi komoditas pertanian yaitu
sayuran dan buah-buahan dan masih tingginya ketergantungan pasokan dari luar Kota Ternate.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
46
Selain itu ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras juga menjadi salah satu penyebab
rendahnya skor PPH kota Ternate.
Untuk kota Ternate Dari 9 kelompok bahan pangan yang termasuk dalam komponen Pola
Pangan Harapan, hanya 4 kelompok bahan pangan yang telah memenuhi skor PPH maksimal yaitu
kelompok padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak, serta gula, sedangkan kelompok bahan
pangan yang lainnya masih belum mampu untuk mencapai skor PPH maksimal yang diharapkan.
Berdasarkan Pola Pangan Harapan tingkat ketersediaan kota Ternate Tahun 2016,
kelompok padi-padian memberikan sumbangan energi yang paling tinggi yaitu sebesar 1.343
kkal/kap/hari, hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan kelompok ini di kota Ternate sangat tinggi
sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dan telah melebihi anjuran
ketersediaan energy nasional yaitu sebesar 1.200 kkal/kap/hari. Kelompok pangan hewani juga
telah memenuhi skor PPH maksimal dengan skor PPH 24 dan telah melebihi anjuran ketersediaan
nasional yaitu sebesar 288 kkal/kap/hari, dengan sumbangan energy sebesar 566 kkal/kap/hari.
Sumbangan ketersediaan energi yang tinggi dari pangan hewani disebabkan kondisi Kota Ternate
yang sebagian besar adalah lautan sehingga produksi ikan tinggi di sini.
Kelompok minyak dan lemak juga telah mencapai skor PPH ideal yang diharapkan, yaitu
sebesar 5. Ketersedian energi kelompok minyak dan lemak yang sebesar 278 Kkal/kap/hari juga
telah melebihi dari anjuran ketersediaan energi nasional yang sebesar 240 Kkal/kap/hari. Dengan
terpenuhinya angka PPH ideal untuk kelompok ini, secara otomatis kebutuhan konsumsi minyak dan
lemak di wilayah kota Ternate dapat pula terpenuhi secara kontinyu, walaupun komoditas di
kelompok ini harus mendatangkan dari wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Kelompok ke empat yang telah memenuhi skor PPH adalah gula, dengan skor PPH 2,5 dan
sumbangan nergi sebesar 898 kkal/kap/hari, telah melebihi anjuran ketersdiaan energy nasional
sebesar 120 kkal/kap/hari.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
47
Untuk kelompok bahan pangan yang masih jauh mampu memenuhi skor PPH ideal yang
dianjurkan secara nasional, adalah kelompok sayuran dna buah. Dengan nilai ketersediaan energi
sebesar 19 kkal/kap/hari, kelompok padi-padian masih belum mampu memenuhi nilai anjuran
ketersediaan energi nasional yang sebesar 144 Kkal/kap/hari. Dalam tabel 6 ditunjukkan bahwa
kelompok sayuran dan buah skor PPH nya masih sebesar 4 (13,22%) atau masih perlu ditingkatkan
untuk memenuhi skor PPH maksimal yang sebesar 30. Kekurangan kelompok sayuran dan buah
dalam mencukupi kebutuhan eenrgi penduduk disebabkan kurangnya produksi dari jenis bahan
pangan kelompok ini. Kondisi geografis dan iklim kota Ternate yang panas menyebabkan hanya
beberapa komoditi saja yang cocok untuk wilayah ini, diantaranya : duian, manga, papaya, pisang,
salak, manggis dan sukun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan penduduk sebagian besar masih
harus mendatangkan dari daerah lain.
Dengan nilai PPH sebesar 1,9 kelompok umbi-umbian juga perlu meningkatkan
ketersediaannya sampai mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan yaitu sebesar 2,5 dengan
anjuran ketersediaan nasional sebesar 144 kkal/kap/hari. Untuk mengatasi kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan energi penduduk, selain peningkatan hasil produksi dan impor beras dari luar
daerah yang surplus produksi, yang paling perlu digalakkan adalah penganekaragaman pangan
dengan penggunaan bahan pangan lain selain beras sebagai makanan pokok. Pengolahan jenis
bahan makanan dari kelompok umbi-umbian seperti ubi jalar, ubi kayu, talas dan kentang dapat
dijadikan salah satu alternatif untuk dapat menggantikan beras sebagai makanan pokok.
Kelompok buah/biji berminyak yang terdiri dari kelapa juga masih belum mampu memenuhi
angka kecukupan energi yang dianjurkan karena hanya mampu menyediakan energi sebesar 26
kkal/kap/hari, masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai angka anjuran nasional sebesar 72
kkal/kap/hari. Angka PPH dari kelompok ini yang masih sebesar 0,5 perlu ditingkatkan lagi untuk
mencapai angka PPH ideal nasional yang sebesar 1. Belum terpenuhinya PPH di kelompok pangan
ini dikarenakan produksi kelapa belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Kota
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
48
Ternate, sehingga masih harus mendatangkan dari luar Kota Ternate untuk memenuhi kebutuhan
energy masyarakat Kota Ternate dari kelapa,
Angka kecukupan energi dari kelompok kacang-kacangan yang sebesar 23 kkal/kap/hari
masih perlu ditingkatkan lagi agar dapat mencapai angka anjuran nasional yang sebesar 120
kkal/kap/hari. Nilai PPH kelompok gula yang sebesar 1,9 juga masih belum mencapai nilai PPH ideal
nasional yang sebesar 10. Ketersediaan energi kelompok ini sangat perlu ditingkatkan lagi karena
masih sangat jauh apabila dibandingkan dengan angka rekomendasi nasional. Kelompok kacang-
kacangan yang termasuk kacang kedelai, kacang hijau dan kacang merah tidak dapat diproduksi
dan dikembangkan di wilayah kota Ternate karena ketidaksesuaian kondisi geografis dan iklim,
karena tidak adanya produksi inilah yang menyebabkan nilai PPH dari kelompok ini masih kurang.
Secara umum angka kecukupan gizi (AKG) untuk tingkat ketersediaan energi kota Ternate
tahun 2016 yang sebesar 3.243 kkal/kap/hari sudah memenuhi angka rekomendasi nasional yang
sebesar 2.400 Kkal/kap/har, namun belum berimbang di beberapa kelompok pangan. Untuk
sembilan kelompok bahan pangan komponen PPH hanya 4 kelompok yang mampu memenuhi
bahkan melebihi dari angka rekomendasi ketersediaan energi secara nasional yaitu kelompok padi-
padian, kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan lemak, dan kelompok gula .
Untuk kelompok bahan pangan yang belum mampu memenuhi angka anjuran ketersediaan
energi dan angka anjuran PPH nasional, perlu lebih ditingkatkan lagi produksinya terutama untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan kelompok bahan pangan tersebut, karena dengan semakin
meningkatnya nilai PPH maka mutu dan keseimbangan gizi masyarakat akan semakin meningkat
pula.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
49
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Gambaran ketersediaan pangan dan gizi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan
PPH Kota Ternate tahun 2016 adalah sebagai berikut :
a. Ketersediaan energi Kota Ternate tahun 2016 yang sebesar 3.243 Kkalori/kapita/hari sudah
memenuhi angka anjuran nasional yang sebesar 2.400 Kkalori/kapita/hari, namun belum
berimbang.
b. Dari total ketersediaan enegi Kota Ternate tahun 2016, didominasi oleh pangan nabati sebesar
2.672 Kkalori/kapita/hari atau 82 %, sedangkan pangan hewani hanya sebesar 571
Kkalori/kapita/hari atau 18 %.
c. Ketersediaan protein Kota Ternate tahun 2016 adalah sebesar 88,73 gram/ kapita/hari, angka ini
telah memenuhi angka kecukupan protein yang dianjurkan secara nasional yaitu sebesar 63
gram/kapita/hari. Ketersediaan protein kota Ternate sebagian besar bersumber dari protein
hewanii yaitu sebesar 53,58 gram/kapita/hari atau 60 % dan yang bersumber dari protein hewani
sebesar 35,35 gram/kapita/hari atau 40 %.
d. Ketersediaan lemak Kota Ternate tahun 2016 sebesar 54,63 gram/kapita/hari, dari ketersediaan
lemak tersebut terdiri dari lemak yang berasal dari sumber hewani sebesar 28,86
gram/kapita/hari atau 53 % dan yang berasal dari nabati sebesar 25,77 gram/kapita/hari atau 47
%.
e. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada tingkat ketersediaan Kota Ternate tahun 2016 adalah
64,81 masih perlu ditingkatkan lagi untuk memenuhi skor PPH maksimal nasional yang sebesar
100.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
50
f. Berdasarkan PPH tingkat ketersediaan Kota Ternate tahun 2016 dari 9 komponen bahan
makanan penyusun PPH, ada 4 kelompok bahan makanan yang mampu memenuhi skor PPH
ideal nasional yaitu kelompok padi-padian, kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan
lemak, dan kelompok gula.
4.2 Saran
Untuk memperoleh informasi ketersediaan pangan dan gizi yang lengkap dan akurat perlu
dilakukan upaya strategis antara lain :
a. Perlu adanya koordinasi lintas sektor terkait sehingga data yang dipergunakan dalam
penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) tingkat
ketersediaan lebih tepat dan akurat.
b. Dukungan dari pemerintah setempat sangat dibutuhkan sehingga penyusunan NBM dan PPH
Kota Ternate dapat dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan.
c. Dalam penyusunan NBM dan PPH diperlukan persamaan persepsi mulai dari tingkat daerah,
provinsi sampai tingkat pusat sehingga diperoleh informasi yang lengkap, akurat dan seragam.
d. Perlu adanya sosialisasi tentang pentingnya penganekaragaman pangan untuk mengurangi
ketergantungan akan beras sehingga mutu dan keseimbangan pangan dapat lebih meningkat.
4.3 Rekomendasi
Perlu segera dibentuk Dewan Ketahanan Pangan agar dapat tercipta koordinasi dan kolaborasi antar
stakeholder di bidang pangan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
51
Lampiran 1. Tabel Neraca Bahan Makanan Kota Ternate Tahun 2016
(000 ton) Penduduk pertengahan tahun : Jiwa
Peny ediaan dalam Peny ediaan
negeri sblm Ekspor Dalam Bahan
Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/
Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats
Stock utilization before Supply Makanan Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr
exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I. PADI-PADIAN/CEREALS 1.343 31,80 5,30
Padi gagang/gabah - - - - - - - - - - - - -
Dry stalk paddy/unhusked rice
Gabah/Beras --74,9 - - 28.070 28.070 28.070 48 - 702 27.321 125,31 343,31 1.243 29,11 4,98
Unhusked rice/Rice
Jagung/Maize --0,4 - 56 7 63 63 4 - 3 56 0,26 0,71 2 0,05 0,02
Jagung basah/Fresh maize - - - - - - - - - - - - -
Gandum/Wheat - - - - - - - - - - - - - -
Tepung Gandum/ Wheat flour --9,5 - - 19.264 19.264 16.930 2.334 - - - 7 2.327 10,67 29,24 97 2,63 0,29
II. MAKANAN BERPATI/ STARCHY FOOD 90 0,42 0,42
Ubi jalar/Sweet potatoes--4,1 - 12 974 986 986 20 - - - 99 867 3,98 10,90 12 0,11 0,31
Ubi kay u/Cassava--12,4 - 796 2.211 3.007 0 3.006 60 - - - 64 2.882 13,22 36,22 36 0,23 0,07
Ubi kay u/Gaplek - - - - - - - - - - - - - - -
Cassava/Manioc
Ubi kay u/Tapioka - - - - - - - - - - - - - - -
Cassava/Tapioca
Sagu/Tepung sagu--4,2 - 1.009 1.009 1.009 - - - 7 1.001 4,59 12,58 43 0,08 0,04
Sago pith/Sago flour
III. GULA/SUGAR 898 0,02 0,06
Gula pasir/White sugar--9,5 - 19.770 19.770 19.770 - - - 194 19.576 89,79 245,99 895 - -
Gula mangkok/Other sugar--0,2 - 49 49 - 49 - - - - 49 0,22 0,62 2 0,02 0,06
IV. BUAH BIJI BERMINYAK 49 2,41 3,71
PULSES NUT AND OIL SEEDS
Kacang tanah berkulit - (5) 5 - - - - - - - - - - - - - -
Groundnuts in shell
Kacang tanah lepas kulit--0,3 - 94 94 94 - 8 5 81 0,37 1,02 5 0,26 0,44
Groundnuts shelled
Kedelai/Soyabeans--2,5 - 390 390 390 1 - 20 369 1,69 4,64 18 1,88 0,78
Kacang hijau/Mungbean - 13 13 - 13 0 - - 1 12 0,06 0,15 1 0,03 0,00
Kelapa berkulit/daging--5 3.272 - 3.272 3.272 - - 2.071 119 1.082 4,96 13,59 26 0,24 2,50
Coconuts in husk/Coconut fresh
Kelapa daging/Kopra 2.071 518 - 518 518 - - 512 6 - - - - - -
Coconuts meat/Copra
Tabel : NERACA BAHAN MAKANAN / FOOD BALANCE SHEET
2016 Tetap
Jenis Bahan Makanan
Produksi Perubahan
Stok Impor Ekspor
Seed
ProductionPakan Bibit
Diolah untuk
Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita
Manufactured forKg/Th
TercecerPer capita availability
(1)
MakananWaste Food
CommodityImports Exports Feed
218.028
Kg/Year
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
52
V. BUAH-BUAHAN/FRUITS--26,4 9 0,09 0,04
Alpokat/Avocados - 6 6 0 6 - - - - 0 6 0,03 0,08 0 0,00 0,00
Jeruk/Oranges - 412 412 412 - - - - 16 396 1,82 4,98 1 0,02 0,01
Duku/Lanzon - - 11 11 0 11 - - - - 0 11 0,05 0,14 0 0,00 0,00
Durian/Durians - 12 171 183 183 - - - - 18 165 0,75 2,07 0 0,00 0,00
Jambu/Waterapples - - - - - - - - - - - - - -
Mangga/Mangoes - 16 221 237 0 237 - - - - 17 221 1,01 2,77 1 0,01 0,00
Nanas/Pineapples - 14 14 14 - - - - 1 13 0,06 0,16 0 0,00 0,00
Pepay a/Papayas - 20 418 438 438 - - - - 27 411 1,88 5,16 1 0,01 -
Pisang/Bananas - 23 360 383 159 224 - - - - 11 214 0,98 2,69 1 0,01 0,00
Rambutan/Rambutans - 43 43 0 43 - - - - 0 43 0,20 0,54 0 0,00 0,00
Salak/Salacia - 1 247 247 247 - - - - 17 230 1,06 2,90 3 0,01 0,00
Saw o/Sapodila - - - - - - - - - - - - - -
Semangka/Watermelon - 136 136 136 - - - - 1 135 0,62 1,70 0 0,00 0,00
Belimbing/ Star Fruit - - - - - - - - - - - - - -
Manggis/ Mangosteen - 1 2 2 2 - - - - 0 2 0,01 0,03 0 0,00 0,00
Nangka/Cempedak/ Jackfruit - - - - - - - - - - - - - -
Markisa/ Marquisa - - - - - - - - - - - - - -
Sirsak/ Soursop - - - - - - - - - - - - - -
Sukun/ Bread Fruit - 9 9 9 - - - - 0 9 0,04 0,11 0 0,00 0,00
Apel/ Apple 179 179 179 - - - - 1 177 0,81 2,23 1 0,01 0,01
Anggur/ Grape 34 34 34 - - - - 0 34 0,15 0,42 0 0,00 0,00
Lainny a/Others *) - 45 45 45 - - - - 0 45 0,21 0,56 0 0,00 0,01
*) Melon, blew ah dan stroberi -
Melon, cantalaupe and strawberry
VI. SAYUR-SAYURAN/ VEGETABLES--33,6 12 0,59 0,12
Baw ang Merah/ Shallot(Onion) - 563 563 563 - 1 - 47 515 2,36 6,47 2 0,08 0,02
Ketimun/Cucumber - 43 76 119 119 - 1 - 3 115 0,53 1,44 0 0,00 0,00
Kacang Merah/Kidney beans - 2 2 2 - 0 - 0 1 0,01 0,02 0 0,00 0,00
Kacang Panjang/ String beans - 70 70 70 - 0 - 2 68 0,31 0,85 0 0,02 0,00
Kentang/Potatoes--0,2 - 251 251 251 - 3 - 13 235 1,08 2,96 1 0,04 0,00
Kubis/Cabbage - 722 722 722 - - - 40 681 3,13 8,56 1 0,07 0,01
Tomat/Tomatoes - 62 1.421 1.483 0 1.482 - 11 - 131 1.341 6,15 16,85 3 0,15 0,05
Wortel/Carrots - 259 259 259 - - - 6 253 1,16 3,18 1 0,02 0,01
Cabe/Chilli - 16 253 269 26 244 - 2 - 13 229 1,05 2,88 1 0,02 0,01
Terong/Eggplant - 60 0 60 60 - 0 - 2 58 0,27 0,73 0 0,01 0,00
Petsai/ Saw i/ Mustard greens - 271 271 271 - - - 7 264 1,21 3,32 0 0,02 0,00
Baw ang Daun/Spring onion - 43 43 43 - 0 - 1 41 0,19 0,52 0 0,01 0,00
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
53
Kangkung/Swamp cabbage - 60 60 60 - 0 - 2 58 0,27 0,73 0 0,01 0,00
Lobak/Radish - - 1 1 1 - 0 - 0 1 0,00 0,01 0 0,00 0,00
Labu siam/Chayotte - 49 49 49 - 0 - 1 48 0,22 0,60 0 0,00 0,00
Buncis/Greenbeans - 4 4 4 - 0 - 0 4 0,02 0,05 0 0,00 0,00
Bay am/Spinach - 16 16 16 - 0 - 0 15 0,07 0,19 0 0,00 0,00
Baw ang Putih/Garlic - 158 158 158 - 0 - 11 147 0,67 1,84 1 0,06 0,00
Kembang Kol/ Cauliflowe r 4 4 4 - - - 0 4 0,02 0,05 0 0,00 0,00
Jamur/ Mushroom 3 3 3 - - - 0 3 0,01 0,03 0 0,00 0,00
Melinjo/ Melinjo - - - - - - - - - - - - -
Petai/ Twisted Cluster Bean - 0 0 0 - - - 0 0 0,00 0,00 0 0,00 0,00
Jengkol/ Jengkol - - - - - - - - - - - - -
Lainny a/Others *) - 24 24 24 - 0 - 1 23 0,11 0,29 0 0,06 0,00
*) Paprika/ Sweet Pepper -
VII. DAGING/MEAT - 89 5,71 7,20
Daging Sapi/Beef--0,4 202 151 1 152 1 151 - - - - 8 144 0,66 1,80 4 0,34 0,25
Daging Kerbau/Buffalo Meat - - - - - - - - - - - - - -
Daging Kambing/Mutton 266 180 180 180 - - - 9 171 0,78 2,15 3 0,36 0,20
Daging Domba/Lamb - - - - - - - - - - - - - -
Daging Kuda/Lainny a - - - - - - - - - - - - - -
Horse Meat/Other -
Daging Babi/Pork - - - - - - - - - - - - - -
Daging Ay am Buras - - - - - - - - - - - - -
Lokal Chicken Meat - - -
Daging Ay am Ras--1,3 53 3.773 3.826 3.826 - - - - 191 3.635 16,67 45,68 80 4,82 6,62
Improved Chicken Meat -
Daging Itik/Duck Meat 31 31 31 - - - - 2 30 0,14 0,38 1 0,03 0,06
Jeroan semua jenis - 81 1 82 82 - - - - - 82 0,38 1,03 1 0,16 0,07
Offal All Kinds
VIII. TELUR/EGGS 24 1,95 1,70
Telur Ay am Buras/ Local Hen Eggs - - - - - - - - - - - - -
Telur Ay am Ras/ Improved Hen Eggs--2,2 1.592 1.592 1.592 - - - 33 1.560 7,15 19,60 24 1,95 1,70
Telur Itik/Ducks Eggs - - - - - - - - - - - - -
IX. SUSU/MILK 293 15,37 16,81
Susu Sapi/Cow Milk - - - - - - - - - - - - - - -
Susu Impor/Imported Milk--1,2 - 38.215 38.215 38.215 - - - - 38.215 175,28 480,21 293 15,37 16,81
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
54
X. IKAN/FISH--42,1 161 30,35 2,77
Tuna/Cakalang/Tongkol - 2.702 8 2.710 235 2.475 - - - - 74 2.401 11,01 30,17 22 3,28 0,77
Tunas/Skipjack/Little Tuna
Kakap/Giant Seaperch - 660 0 660 3 657 - - - - 20 638 2,93 8,01 5 1,03 0,04
Cucut/Sharks - 272 272 272 - - - - 8 264 1,21 3,31 1 0,17 0,00
Baw al/Pomfret - 609 609 609 - - - - 18 591 2,71 7,43 5 1,13 0,10
Teri/Anchovies - 1.429 0 1.429 228 1.201 - - - - 36 1.165 5,34 14,63 11 1,51 0,08
Lemuru/Indian Oil Sardinella - 532 1 533 533 - - - - 16 517 2,37 6,49 6 1,04 0,16
Kembung/Indian Mackerels - 1.163 6 1.169 31 1.138 - - - - 34 1.103 5,06 13,87 9 1,95 0,09
Tenggiri/Narrow Bard/ King Mackerels - 125 1 127 6 121 - - - - 4 117 0,54 1,47 1 0,16 0,04
Bandeng/Milk Fish - 8 8 0 8 - - - - 0 8 0,04 0,10 0 0,01 0,00
Belanak/Mullets - - - - - - - - - - - - - -
Mujair/Mozambique Tilapia - - - - - - - - - - - - - -
Ikan Mas/Common Carp - 353 353 353 - - - - 11 342 1,57 4,30 2 0,44 0,05
Lele/Catfish - - - - - - - - - - - - - -
Patin/Pangasius spp - - - - - - - - - - - - - -
Nila/Nile tilapia - 29 29 0 29 - - - - 1 28 0,13 0,35 0 0,05 0,00
Kerapu/Groupers - 603 4 607 360 247 - - - - 7 240 1,10 3,01 2 0,41 0,01
Gurami/Giant gouramy - - - - - - - - - - - - - -
Udang/Shrimps - 6 6 6 - - - - 0 6 0,03 0,08 0 0,01 0,00
Rajungan dan Kepiting/Swimming and mud crab - 0 0 0 - - - - 0 0 0,00 0,00 0 0,00 0,00
Kekerangan / Clams - - - - - - - - - - - - - -
Cumi-cumi, Sotong & Gurita - 819 0 819 25 795 - - - - 24 771 3,53 9,68 7 1,56 0,07
Cuttle fish,squids and octopus
Rumput laut/Sea weeds - - - - - - - - -
Lainny a/Others - 18.861 170 19.031 1.301 17.731 - - - - 532 17.199 78,88 216,12 90 17,60 1,35
XI. MINYAK & LEMAK 273 0,04 16,12
OILS & FATS
Kacang tanah/Miny ak 8 4 4 4 - - - - - 4 0,02 0,05 0 - 0,05
Groundnuts/Oils
Kopra/Miny ak goreng--1,8 512 307 307 307 - - - 5 302 1,39 3,80 33 0,04 3,72
Copra/Cooking Oils
Miny ak saw it/Palm Oils - - - - - - - - - - - - -
Miny ak saw it/Miny ak goreng--7,4 - - 2.145 2.145 - 2.145 - - - 33 2.112 9,69 26,54 239 - 12,34
Palm Oils/Cooking Oils
3 0,01 0,38
Lemak Sapi/Cattle Fats 202 13 - 13 - 13 - - - - - 13 0,06 0,16 1 0,00 0,15
Lemak Kerbau/Buffalo Fats - - - - - - - - - - - - - - - - -
Lemak Kambing/Goat Fats 266 21 - 21 - 21 - - - - - 21 0,09 0,26 2 0,00 0,23
Lemak Domba/Sheep Fats - - - - - - - - - - - - - - - - -
Lemak Babi/Pig Fats - - - - - - - - - - - - - - - - -
Catatan :
Total : 3.243 88,73 54,63
Nabati : 2.672 35,35 25,77
Hewani : 571 53,38 28,86
Selisih hasil penghitungan secara manual dengan komputer disebabkan o leh faktor pembulatan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017
55
Lampiran 2. Pola Pangan Harapan Kota Ternate Tahun 2016
No. Kelompok Energi % AKE Bobot Skor riil Skor PPH Skor Maks Ket
Bahan Pangan (Kalori)
1. Padi-padian 1.343 56,0 0,5 28,0 25,0 25,0
2. Umbi-umbian 91 3,8 0,5 1,9 1,9 2,5
3. Pangan Hewani 566 23,6 2,0 47,2 24,0 24,0
4. Minyak dan Lemak 278 11,6 0,5 5,8 5,0 5,0
5. Buah/biji berminyak 26 1,1 0,5 0,5 0,5 1,0
6. Kacang-kacangan 23 1,0 2,0 1,9 1,9 10,0
7. Gula 898 37,4 0,5 18,7 2,5 2,5
8. Sayuran dan buah 19 0,8 5,0 4,0 4,0 30,0
9. Lain-lain - - - - -
Jumlah 3.243 135,1 107,9 64,81 100,0
Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kota Ternate Tahun 2016
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 56
Lampiran 3. Komposisi Bahan Makanan
Jenis Bahan Makanan
Komposisi zat gizi per 100 gr bahan Bagian yang Dapat Dimakan (BDD) % Energi
(kkal) Protein (gram)
Lemak (gram)
1 2 3 4 5
I PADI-PADIAN
Beras 362,2 8,48 1,45 100%
Jagung 320 8,28 3,9 90%
Jagung basah 36,12 1,15 0,36 28%
Tepung gandum 333 9 1 100%
II MAKANAN BERPATI
Ubi jalar 125,2 1,18 0,33 86%
Ubi kayu 130,9 0,85 0,26 75%
Ubi kayu / Gaplek 338 1,5 0,7 100%
Tep.ketela pohon (tapioka) 362 0,5 0,3 100%
Sagu / tepung sagu 338 0,6 0,3 100%
III GULA
Gula pasir 364 - - 100%
Gula Mangkok 377 3 10 100%
IV BUAH/BIJI BERMINYAK
Kacang tanah berkulit
Kacang tanah lepas kulit 452 25,3 42,8 100%
Kedelai 381 40,4 16,7 100%
Kacang hijau 337,3 20,27 1,8 100%
Kelapa berkulit / daging 270 3,7 24,85 53%
V BUAH-BUAHAN
Alpukat 85 0,9 6,5 61%
Jeruk 31,13 0,53 0,16 71%
Duku 40,32 0,64 0,13 64%
Durian 29,48 0,55 0,66 22%
Jambu 44,18 0,58 0,29 86%
Mangga 36,53 0,36 0,13 65%
Nanas 20,4 0,31 0,15 53%
Pepaya 34,5 0,38 - 75%
Pisang 64,4 0,7 0,21 75%
Rambutan 27,6 0,36 0,04 40%
Salak 135,06 0,47 0,16 67%
Sawo 66,55 0,69 1,95 79%
Semangka 12,88 0,23 0,09 46%
Blimbing 30,96 0,34 0,34 86%
Manggis 63 0,6 0,6 29%
Nangka 29,68 0,34 0,08 28%
Markisa 144 3,5 1,2 48%
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 57
Sirsak 65 1 0,3 68%
Sukun 123 1,5 0,2 88%
Apel 48,45 0,43 0,34 88%
Anggur 40 0,5 0,2 100%
Lainnya(Melon, Blewah, Stroberi) 58,7 1 1,8 63%
VI SAYUR-SAYURAN
Bawang merah 35,1 1,35 0,3 90%
Ketimun 6,87 0,32 0,12 70%
Kacang merah 267 13,9 2,3 100%
Kacang panjang 27,6 2,76 0,46 75%
Kentang 52,08 1,76 0,17 85%
Kubis 18 1,05 0,15 75%
Tomat 19 0,95 0,3 95%
Wortel 28,8 0,8 0,48 88%
Cabe 26,4 0,85 0,3 85%
Terong 37,31 1,53 0,59 87%
Petsai/Sawi 6,6 0,63 0,15 87%
Bawang daun 29 1,8 0,7 67%
Kangkung 16,8 2,04 0,42 70%
Lobak 21 0,9 0,1 87%
Labu siam 30 0,6 0,1 83%
Buncis 30,6 2,16 0,27 90%
Bayam 11,36 0,64 0,28 71%
Bawang putih 83,6 3,96 0,2 88%
Kembang kol 25 2,4 0,2 57%
Jamur 71,5 9,9 0,8 100%
Melinjo 66 5 0,7 60%
Petai 51,1 3,74 0,7 36%
Jengkol 126 5,67 0,09 93%
Lainnya (Paprika) 28,5 24,96 0,59 85%
VII DAGING/MEAT
Daging sapi 207 18,8 14 100%
Daging kerbau 84 18,7 0,5 100%
Daging kambing 154 16,6 9,2 100%
Daging Domba 260 16,4 21,3 100%
Daging Kuda 113 18,1 4,1 100%
Daging Babi 416,5 13 40 100%
Daging Ayam Buras 302 18,2 25 100%
Daging Ayam Ras 302 18,2 25 100%
Daging Itik 312 13,7 27,8 100%
Jeroan 121,33 14,98 6 100%
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 58
VIII TELUR/EGGS
Telur Ayam Buras 137,8 9,04 10,6 90%
Telur Ayam Ras 137,06 11,04 9,61 90%
Telur Itik 179,14 11,09 14,57 90%
IX SUSU/MILK
Susu Murni 61 3,2 3,5 100%
Susu Impor 61 3,2 3,5 100%
X IKAN/FISH
Tuna/Cakalang/Tongkol 90,4 13,6 3,2 80%
Kakap 73,6 16 0,56 80%
Cucut 57 10,7 0,3 49%
Bawal 91 19 1,7 80%
Teri 74 10,3 0,56 100%
Lemuru 112 20 3 80%
Kembung 82,4 17,6 0,8 80%
Tenggiri 90,4 13,6 3,6 80%
Bandeng 103,2 16 3,84 80%
Belanak 64 10,8 2 90%
Mujair 71,2 14,69 0,8 80%
Ikan Mas 68,8 12,8 1,6 80%
Lele 84 14,8 2,3 80%
Patin 90 18,7 1,1 80%
Nila 82 16,1 1,3 80%
Kerapu 82,1 17 0,5 80%
Gurami 76,5 20,7 2,8 80%
Udang 61,88 14,28 0,14 68%
Rajungan Dan Kepiting 67,95 6,21 1,71 45%
Kekerangan 101 14,4 2,6 20%
Cumi-Cumi,Sotong Dan Gurita 75 16,1 0,7 100%
Rumput Laut 312 1,3 1,2 100%
Lainnya 55,22 10,86 0,83 75%
XI MINYAK & LEMAK
Kacang Tanah/Minyak 902 0 100 100%
Kopra/Minyak Goreng 870 1 98 100%
Minyak Sawit/Minyak Goreng 902 0 46,5 100%
Lemak Sapi 818 1,5 90 100%
Lemak Kerbau 818 1,5 90 100%
Lemak Kambing 818 1,5 90 100%
Lemak Domba 818 1,5 90 100%
Lemak Babi 902 0 100 100% Sumber :
- BPS, 2011, Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi. Buku 2. Survey Sosial Ekonomi Nasional - DKBM, diolah Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, BKP, Kementan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 59
Lampiran 4. Jenis Bahan Makanan, Produksi Turunannya dan Besaran Konversi Input ke Output menurut Kelompok Komoditas
Jenis Bahan Makanan
Produksi Konversi Input ke Output
(%) Masukan (Input) Keluaran (Output)
(1) (2) (3) (4)
Padi-padian
Tepung Gandum Biji gandum Tepung gandum 72
Gabah - Gabah kering giling (GKG) -
Gabah/Beras Gabah kering giling (GKG) Beras 62,74
Jagung - Jagung pipilan kering -
Jagung basah - Jagung basah -
Makanan Berpati
Ubi jalar - Ubi jalar basah -
Ubi kayu - Ubi kayu basah -
Ubi kayu / gaplek Ubi kayu basah Gaplek 36
Ubi kayu / tapioka Ubi kayu basah Tapioka 28
Sagu / tepung sagu Sagu Tepung Sagu 20
Gula
Gula pasir - Gula pasir -
Gula merah - Gula merah -
Buah / biji berminyak
Kacang tanah berkulit - Kacang tanah berkulit -
Kacang tanah lepas kulit Kacang tanah berkulit Kacang tanah lepas kulit/biji kering 60
Kedelai - Kedelai(biji kering) -
Kacang hijau - Kacang hijau (biji kering) -
Kelapa berkulit / daging Kelapa berkulit Kelapa daging 24
Kelapa daging / kopra Kelapa daging Kopra 25
Buah-buahan
Alpokat - Alpokat segar -
Jeruk - Jeruk segar -
Duku - Duku segar -
Durian - Durian segar -
Jambu - Jambu segar -
Mangga - Mangga segar -
Nanas - Nanas segar -
Pepaya - Pepaya segar -
Pisang - Pisang segar -
Rambutan - Rambutan segar -
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 60
Salak - Salak segar -
Sawo - Sawo segar -
Lainnya - Lainnya segar -
Sayur mayur
Bawang merah Bawang merah kering panen Bawang merah kering konsumsi 64,56
Ketimun - Ketimun segar -
Kacang merah - Kacang merah segar -
Kacang panjang - Kacang panjang segar -
Kentang - Kentang segar -
Kubis - Kubis segar -
Wortel - Wortel segar -
Cabe - Cabe segar -
Terong - Terong segar -
Petsai - Petsai segar -
Bawang daun - Bawang daun segar -
Kangkung - Kangkung segar -
Labu siam - Labu siam segar -
Buncis - Buncis segar -
Bayam - Bayam segar -
Bawang putih Bawang putih segar Bawang putih kering konsumsi 71
Lainnya - Lainnya -
Daging
Daging sapi Karkas Daging 74,93
Daging kerbau Karkas Daging 70,3
Daging kambing Karkas Daging 67,83
Daging domba Karkas Daging 72,32
Daging kuda Karkas Daging 72,28
Daging babi Karkas Daging 67,47
Daging ayam buras Karkas -
Daging ayam ras Karkas -
Daging itik Karkas -
Jeroan semua jenis Karkas Jeroan -
Telur
Telur ayam ras - Telur -
Telur ayam buras - Telur -
Telur itik - Telur -
Susu
Susu sapi - Susu -
Susu impor - - -
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 61
Ikan Ikan tuna / cakalang / tongkol - Ikan tuna / cakalang / tongkol -
Ikan kakap - Ikan kakap -
Ikan cucut - Ikan cucut -
Ikan bawal - Ikan bawal -
Ikan teri - Ikan teri -
Ikan lemuru - Ikan lemuru -
Ikan kembung - Ikan kembung -
Ikan tenggiri - Ikan tenggiri -
Ikan bandeng - Ikan bandeng -
Ikan belanak - Ikan belanak -
Ikan mujair - Ikan mujair -
Ikan mas - Ikan mas -
Ikan lele - Ikan lele -
Ikan patin - Ikan patin -
Ikan nila - Ikan nila -
Ikan kerapu - Ikan kerapu -
Ikan gurame - Ikan gurame -
Udang - Udang -
Rajunga - Rajunga -
Kerang-kerangan - Kerang-kerangan -
Cumi-cumi, sotong & gurita - Cumi-cumi, sotong & gurita -
Rumput laut - Rumput laut -
Lainnya - Lainnya -
Minyak dan lemak
Kacang tanah / minyak Biji kering Minyak 52
Kopra / minyak goreng Kopra Minyak goreng kelapa 60
Minyak sawit - Minyak sawit - Minyak sawit / minyak goreng Minyak sawit Monyak goreng sawit 68,28
Lemak sapi Karkas Lemak 6,5
Lemak kerbau Karkas Lemak 4,69
Lemak kambing Karkas Lemak 7,87
Lemak domba Karkas Lemak 7,7
Lemak babi Karkas Lemak 11,92
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 62
Lampiran 5. Besaran Konversi (Persentase terhadap Penyediaan dalam Negeri)
Jenis Bahan Makanan (Commodity) Pakan / Feed
Bibit / Seed
Diolah untuk /Manufactured for
Tercecer / Waste Makanan
/ Food
Bukan makanan
/ Non food
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I.
PADI-PADIAN/CEREALS
Padi gagang/gabah 0,44 2) - - - 5,4 3)
Dry stalk paddy/unhusked rice
Gabah/Beras 0,17 1) - - - 2,5 3)
Unhusked rice/Rice
Jagung/Maize 6,00 3) - - - 5,00 3)
Jagung basah (muda) / Fresh maize - - - - -
Gandum/Wheat - - - - -
Tepung Gandum/ Wheat flour - - - - 0,29 1)
II. MAKANAN BERPATI/ STARCHY FOOD
Ubi jalar/Sweet potatoes 2,00 3) - - - 10,00 3)
Ubi kayu/Cassava 2,00 3) - - - 2,13 1)
Ubi kayu/Gaplek - - - - 0,72 1)
Cassava/Manioc
Ubi kayu/Tapioka - - - - 0,71 1)
Cassava/Tapioca
Sagu/Tepung sagu - - - - 0,72 1)
Sago pith/Sago flour
III. GULA/SUGAR
Gula pasir/White sugar - - - - 0,98 2)
Gula mangkok/Other sugar - - - - -
IV. BUAH BIJI BERMINYAK
PULSES NUT AND OIL SEEDS
Kacang tanah berkulit - - - - 5,00 3)
Groundnuts in shell
Kacang tanah lepas kulit - - 8,51 1) - 5,00 3)
Groundnuts shelled
Kedelai/Soyabeans 0,34 1) - - - 5,00 3)
Kacang hijau/Mungbean 2,00 3) - - - 5,00 3)
Kelapa berkulit/daging - - 63,29 5) - 3,65 2)
Coconuts in husk/Coconut fresh
Kelapa daging/Kopra - - - - 1,09 2)
Coconuts meat/Copra
V. BUAH-BUAHAN/FRUITS
Alpokat/Avocados - - - - 0,81 1)
Jeruk/Oranges - - - - 3,91 2)
Duku/Lanzon - - - - 0,81 1)
Durian/Durians - - - - 10,00 3)
Jambu/Waterapples - - - - 0,81 1)
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 63
Mangga/Mangoes - - - - 7,00 2)
Nanas/Pineapples - - - - 5,2 2)
Pepaya/Papayas - - - - 6,2 2)
Pisang/Bananas - - - - 4,7 2)
Rambutan/Rambutans - - - - 0,81 1)
Salak/Salacia - - - - 6,8 2)
Sawo/Sapodila - - - - 0,81 1)
Melon - - - - 0,83 1)
Semangka/Watermelon - - - - 0,83 1)
Belimbing/ Star Fruit - - - - 0,83 1)
Manggis/ Mangosteen - - - - 0,83 1)
Nangka/Cempedak/ Jackfruit - - - - 0,83 1)
Markisa/ Marquisa - - - - 0,83 1)
Sirsak/ Soursop - - - - 0,83 1)
Sukun/ Bread Fruit - - - - 0,83 1)
Apel/ Apple - - - - 0,83 1)
Anggur/ Grape - - - - 0,83 1)
Lainnya/Others *) - - - - 0,83 1)
*) Melon, blewah dan stroberi
Melon, cantalaupe and strawberry
VI. SAYUR-SAYURAN/ VEGETABLES
Bawang Merah/ Shallot(Onion) - 0,24 1) - - 8,36 2)
Ketimun/Cucumber - 0,71 1) - - 2,48 1)
Kacang Merah/Kidney beans - 2,87 1) - - 2,75 2)
Kacang Panjang/ String beans - 0,44 1) - - 2,73 1)
Kentang/Potatoes - 1,19 1) - - 5,02 2)
Kubis/Cabbage - - - - 5,59 2)
Tomat/Tomatoes - 0,71 1) - - 8,83 2)
Wortel/Carrots - - - - 2,46 1)
Cabe/Chilli - 0,71 1) - - 5,27 2)
Terong/Eggplant - 0,73 1) - - 2,52 1)
Petsai/ Sawi/ Mustard greens - - - - 2,46 1)
Bawang Daun/Spring onion - 0,7 1) - - 2,46 1)
Kangkung/Swamp cabbage - 0,58 1) - - 2,58 1)
Lobak/Radish - 0,39 1) - - 2,79 1)
Labu siam/Chayotte - 0,43 1) - - 2,74 1)
Buncis/Greenbeans - 0,44 1) - - 2,73 1)
Bayam/Spinach - 0,44 1) - - 2,73 1)
Bawang Putih/Garlic - 0,24 1) - - 7,13 2)
Kembang Kol/ Cauliflower - - - - 2,61 1)
Jamur/ Mushroom - - - - 2,61 1)
Melinjo/ Melinjo - - - - 2,61 1)
Petai/ Twisted Cluster Bean - - - - 2,61 1)
Jengkol/ Jengkol - - - - 2,61 1)
Lainnya/Others *) - 0,64 1) - - 2,61 1)
*) Paprika/ Sweet Pepper
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 64
VII. DAGING/MEAT
Daging Sapi/Beef - - - - 5,00 3)
Daging Kerbau/Buffalo Meat - - - - 5,00 3)
Daging Kambing/Mutton - - - - 5,00 3)
Daging Domba/Lamb - - - - 5,00 3)
Daging Kuda/Lainnya - - - - 5,00 3)
Horse Meat/Other 5,00 3)
Daging Babi/Pork - - - - 5,00 3)
Daging Ayam Buras - - - - 5,00 3)
Lokal Chicken Meat 5,00 3)
Daging Ayam Ras - - - - 5,00 3)
Improved Chicken Meat 5,00 3)
Daging Itik/Duck Meat - - - - 5,00 3)
Jeroan semua jenis - - - - 5,00 3)
Offal All Kinds
VIII. TELUR/EGGS
Telur Ayam Buras/ Local Hen Eggs - 25,00 3) - - 3,86 3)
Telur Ayam Ras/ Improved Hen Eggs - - - - 2,05 3)
Telur Itik/Ducks Eggs - 13,50 3) - - 3,92 3)
IX. SUSU/MILK
Susu Sapi/Cow Milk 10,00
3) - - - 5,7 3)
Susu Impor/Imported Milk - - - - -
X. IKAN/FISH
Tuna/Cakalang/Tongkol - - - - 3,00 4)
Tunas/Skipjack/Little Tuna
Kakap/Giant Seaperch - - - - 3,00 4)
Cucut/Sharks - - - - 3,00 4)
Bawal/Pomfret - - - - 3,00 4)
Teri/Anchovies - - - - 3,00 4)
Lemuru/Indian Oil Sardinella - - - - 3,00 4)
Kembung/Indian Mackerels - - - - 3,00 4)
Tenggiri/Narrow Bard/ King Mackerels - - - - 3,00 4)
Bandeng/Milk Fish - - - - 3,00 4)
Belanak/Mullets - - - - 3,00 4)
Mujair/Mozambique Tilapia - - - - 3,00 4)
Ikan Mas/Common Carp - - - - 3,00 4)
Lele/Catfish - - - - 3,00 4)
Patin/Pangasius spp - - - - 3,00 4)
Nila/Nile tilapia - - - - 3,00 4)
Kerapu/Groupers - - - - 3,00 4)
Gurami/Giant gouramy - - - - 3,00 4)
Udang/Shrimps - - - - 3,00 4)
Rajungan dan Kepiting/Swimming and mud crab - - - - 3,00 4)
Kekerangan / Clams - - - - 3,00 4)
Cumi-cumi, Sotong & Gurita - - - - 3,00 4)
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 65
Cuttle fish,squids and octopus
Rumput laut/Sea weeds - - - - 3,00 4)
Lainnya/Others - - - - 3,00 4)
XI. MINYAK & LEMAK
OILS & FATS
Kacang tanah/Minyak - - - - -
Groundnuts/Oils
Kopra/Minyak goreng - - - - 1,56 2)
Copra/Cooking Oils
Minyak sawit/Palm Oils - - - - 2,39 2)
Minyak sawit/Minyak goreng - - - - 1,55 2)
Palm Oils/Cooking Oils
Lemak Sapi/Cattle Fats - - - - -
Lemak Kerbau/Buffalo Fats - - - - -
Lemak Kambing/Goat Fats - - - - -
Lemak Domba/Sheep Fats - - - - -
Lemak Babi/Pig Fats - - - - -
Catatan : 1) Merupakan rasio I-O tahun 2000 2) Hasil kajian NBM tahun 2002 dan 2003 3) Konversi NBM lama 4) Kementrian Kelautan dan Perikanan Merupakan konversi tercecer dan bagian yang tidak dapat dimakan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 66
Lampiran 6. Konversi yang digunakan untuk Ternak
Jenis Ternak
Dari berat karkas ke Konversi karkas ke daging (%) Jeroan Lemak
(1) (2) (3) (4)
1 Sapi 14,49 6,5 74,93
2 Kerbau 18,04 4,7 70,3
3 Kambing 17,49 7,9 67,83
4 Domba 13,47 7,7 73,32 2)
5 Babi 15,44 11,9 67,47
6 Kuda 16,29 2,3 72,28
7 Ayam Buras (Kampung) 10,00 1) - 58,00 1)
8 Ayam Ras 10,00 1) - 58,00 1)
9 Itik 10,00 1) - 60,00 1)
Sumber : Studi Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Peternakan (Karkas) dalam rangka NBM Tahun 2002, Badan Pusat Statistik
Catatan : 1) Hasil Penelitian Departemen Kesehatan, 1967 2) Hasil Survey Pusdatin Kementan, 2010
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 67
Lampiran 7. Konversi Olahan Komoditas Perikanan
KOMODITI ANGKA KONVERSI (%)
UDANG DAN LOBSTER
Udang Beku
Udang kecil dan udang biasa air dingin 42
Udang windu dengan kepala 60
Udang windu tanpa kepala 60
Udang windu lainnya 60
Udang Vanamei dengan kepala 42
Udang vanamei tanpa kepala dengan ekor 42
Udang vanamei tanpa kepala tanpa ekor 42
Udang vanamei lainnya 42
Udang galah 60
Udang lainnya 60
Lain-lain, termasuk tepung, tepung kasar dan pellet dari udang-udangan, layak untuk dikonsumsi manusia 60
Segar / Dingin
Udang kecil dan udang biasa air dingin 40
Udang windu 40
Udang vanamei 40
Lain-lain 40
Tepung kasar dan pellet dari udang-udangan, layak untuk dikonsumsi manusia 40
Dikeringkan
Udang kecil dan udang biasa air dingin dalam kemasan kedap udara 60
Udang kecil dan udang biasa air dingin dikeringkan lainnya 60
Udang kecil dan udang biasa air dingin lainnya 60
Udang kecil dan udang biasa lainnya dalam kemasan kedap udara 60
Udang kecil dan udang biasa lainnya dikeringkan 60
Udang lainnya dalam kemasan kedap udara 60
Udang kecil dan udang biasa lainnya 60
Lain-lain, termasuk tepung, tepung kasar dan pellet dari udang-udangan, layak untuk dikonsumsi manusia 60
Diolah/diawetkan Pasta udang kecil dan udang biasa tidak dalam kemasan kedap udara 60
Pasta udang lainnya tidak dalam kemasan kedap udara 60
Udang kecil dan udang biasa diberi tepung 60
Pasta lainnya dari udang 60
Pasta udang lainnya 60
Udang lainnya diberi tepung 60
Pasta udang lainnya dari udang kecil dan udang biasa lainnya 60
Kerupuk udang 29
Lainnya
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 68
Termasuk tepung, tepung kasar dan pellet dari udang-udangan, layak untuk dikonsumsi manusia dalam kemasan kedap udara 60
Lain-lain, termasuk tepung, tepung kasar dan pellet dari udang-udangan, layak untuk dikonsumsi manusia 60
Lobster
Beku
Lobster karang dan udang laut besar lainnya 60
Lobster 60
Norway lobster 60
Hidup
Lobster karang dan udang laut besar lainnya 40
Lobster 40
Segar / Dingin
Lobster karang dan udang laut besar lainnya 40
Lobster 40
Dikeringkan dalam kemasan kedap udara
Lobster karang dan udang laut besar lainnya 60
Lobster 60
Lainnya 60
Lainnya
Lobster karang dan udang laut besar lainnya 60
Lobster 60
Diolah / diawetkan
Lobster 60
IKAN CAKALANG, TUNA
Hidup
Ikan tuna atlantik bersirip biru 100
Ikan tuna pasifik bersirip biru 100
Ikan tuna selatan bersirip biru 100
Segar atau dingin
Ikan albacore atau tuna bersirip panjang 100
Ikan tuna bersirip kuning 100
Ikan skipjack 100
Ikan tuna bermata besar 100
Ikan tuna atlantik bersirip biru 100
Ikan tuna pasifik bersirip biru 100
Ikan tuna selatan bersirip biru 100
Lain - Lain 100
Beku
Ikan albacore atau tuna bersirip panjang 85
Ikan tuna bersirip kuning 85
Ikan skipjack 85
Ikan tuna bermata besar 84
Ikan tuna atlantik bersirip biru 84
Ikan tuna selatan bersirip biru 84
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 69
Lain - Lain 84
Fillet dan daging ikan lainnya, segar - dingin - beku
Ikan tuna,cakalang 60
Ikan tuna loin, cakalang 60
Tuna gourmet 60
Tuna, skipjack dan bonito dalam kemasan kedap udara
Tuna 60
Lain - Lain 60
Tuna, skipjack dan bonito lainnya 60
RUMPUT LAUT DAN GANGGANG LAINNYA
Layak untuk dikonsumsi manusia
Eucheuma spp 48
Gracilaria lichenoides 48
Lain - Lain 48
Lainnya
Agar - agar 40
Karanginan dalam bentuk bubuk 40
Karanginan lainnya 40
IKAN LAINNYA
Kerapu
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 93
Ikan Tilapia
Hidup 100
Tilapia lainnya segar, dingin 100
Beku 80
Tilapia lainnya beku 80
Fillet segar dingin 100
Tilapia lain - lain segar atau dingin 100
Fillet beku 80
Belut, sidat
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 80
Dikeringkan 65
Diolah atau diawetkan dalam kemasan kedap udara 65
Diolah atau diawetkan lainnya 80
Kakap merah
Segar atau dingin 100
Beku 93
Lele
Segar atau dingin
Lele ekor kuning 100
Patin / pangasius 100
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 70
Lele 100
Lain - Lain 100
Beku
Lele / catfish 80
Fillet segar dingin
Patin / pangasius 80
Lele / catfish 80
lainnya 80
Fillet segar dingin lainnya
Ikan pati / pangasius 100
Lain - Lain 100
Diasapi
Lainnya 51
Bawal
Bawal putih segar dingin 100
Bawal hitam segar dingin 100
Bawat putih beku 93
Bawal hitam beku 93
Gurame
Beku 80
Salem
Salem pasifik 80
Salem lainnya segar atau dingin 100
Salem sockeye 80
Salem atlantik beku 80
Salem pasifik lainnya 80
Salem lainnya beku 93
Fillet ikan salem pasifik, segar atau dingin 100
Salem fillet beku 93
Salem pasifik diasap 65
Makarel
Segar atau dingin
Makarel 100
Makarel jack dan makarel kuda 100
Makarel scomberomorus commerson 100
Makarel indian 100
Makarel islan 100
Beku
Makarel 80
Makarel pasifik 80
Makarel jack dan makarel kuda 80
Makarel indian 80
Ikan makarel islan 80
Makarel scomberomorus commerson 80
Diasinkan
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 71
Makarel 51
Diolah atau diawetkan
Makarel dalam kemasan kedap udara 60
Makarel jack dan makarel kuda 60
Makarel lainnya 60
Trout
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 80
Fillet segar atau dingin 56
Fillet beku 56
Fillet diasapi 47
Cod
Fillet beku 80
Fillet diasapi 60
Herring
Segar atau dingin 100
Lainnya 100
Beku 80
Diasapi 55
Dalam kemasan kedap udara 60
Todak (ikan pedang)
Segar atau dingin 100
Beku 93
Fillet beku 93
Fillet segar atau dingin 100
Fillet beku lainnya 93
Fillet lainnya 93
Tooth
Fillet segar atau dingin 100
Fillet beku lainnya 93
Sarden
Segar atau dingin 100
Beku 90
Dalam kemasan kedap udara 60
Dalam kemasan kedap udara lainnya 60
Sarden lainnya dalam kemasan kedap udara 60
Sarden lainnya dalam kemasan kedap udara lainnya 60
Teri
Segar atau dingin 100
Diasinkan 40
Dalam kemasan kedap udara lainnya 60
Layur
Segar atau dingin 100
Layur beku 80
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 72
Beku 80
Marlin
Segar atau dingin 100
Beku 93
Parit dan skates
Segar atau dingin 100
Beku 93
Layar indo - pasifik
Beku 93
Salmon
Fillet beku 93
Dalam kemasan kedap udara 60
Salmon lainnya dalam kemasan kedap udara 60
Sirip Hiu
Dapat dimakan 5
Diolah atau diawetkan dalam kemasan kedap udara 5
Olahan lainnya 5
Ikan Tilapia,lele
Beku 80
Dikeringkan 65
Diasinkan 51
Lainnya
Segar atau dingin
Halibut 100
Plaice 100
Turbots 100
Ikan Pipih lainnya 100
Cobia 100
Blue whitings 100
Lainnya air tawar 100
Dogfish dan hiu lainnya 100
Seabream 100
Longfin mojarra 100
Bluntnose lizarfish 100
Lainnya laut 100
Rohu 100
Indian treadfins 100
Lainnya bukan dari laut 100
Beku
Lainnya air tawar 80
Halibut 80
Sole 80
Turbots 80
Ikan Pipih lainnya 80
Cobia 80
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 73
Coalfish 80
Lainnya bregmacerotidae 80
Dogfish dan hiu lainnya 80
Longfin mojarra 93
Bluntnose lizarfish 93
Scad torpedo 93
Lainnya 93
Indian treadfins 80
Wallago 80
Lainnya 80
Filet dan daging ikan lainnya
Segar atau dingin
Ikan lainnya selain nile perch dan ikan pipih 100
Fillet ikan pipih 80
Ikan lainnya 100
Lain -lain segar atau dingin
Ikan lainnya selain nile perch dan ikan pipih 100
Fillet ikan pipih 100
Ikan lainnya 100
Beku
Ikan lainnya 80
Beku lainnya
Ikan pipih 80
Ikan lainnya 93
Filet lain-lain beku
Ikan dari keluarga bregmacerotidae 80
Ikan lainnya 93
Filet ikan diasikan atau dalam air garam, tetapi tidka diasapi
Ikan garfish air tawar 51
Ikan lainnya 51
Ikan dikeringkan diasinkan atau dalam air garam
Tepung kasar dan pellet dari ikan yang layak dikonsumsi manusia 25
Ikan laut konsumsi 60
Ikan lainnya 51
Ikan laut diasinkan 60
Ikan laut lainnya 60
Sosis Ikan diolah atau diawetkan
Lainnya 60
Diolah atau diawetkan lainnya
Bakso ikan dna udang 60
Lainnya 60
Kaviar dan pengganti kaviar
Pengganti kaviar 40
Sirip ikan, kepala, ekor, perut, dapat dimakan
Perut ikan 60
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 74
Kepala ikan 51
Lainnya 51
Lainnya
Dalam kemasan kedap udara 60
Lainnya 49
KEPITING
Beku, hidup. Segar atau dingin
Kepiting cangkang lunak 100
Lainnya beku 70
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Diolah atau diawetkan
Dalam kemasan kedap udara 43
Lainnya 43
Lainnya
Dalam kemasan kedap udara 60
Direbus 60
Lainnya 60
CUMI-CUMI, SOTONG, GURITA
Cumi-cumi dan sotong
Hidup, segar atau dingin
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Lain-lain
Beku 76
Kering, asin atau dalam air garam 40
Diasapi 40
Sotong dan cumi-cumi 65
Gurita
Hidup, segar atau dingin
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Lain-lain
Beku 80
Kering, asin atau dalam air garam 30
Diasapi 40
Gurita 65
KEKERANGAN
Tiram
Hidup 60
Segar atau dingin 60
Beku 60
Kering, asin atau dalam air garam 60
Diasapi 60
Kerang
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 75
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 40
Kering, asin atau dalam air garam 30
Remis
Hidup, segar atau dingin
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 40
Kering, asin atau dalam air garam 30
Diolah atau diawetkan 30
Siput, selain siput laut
Hidup 60
Segar, singin atau beku 60
Siput, selain siput laut 60
Remis, tiram dan kerang
Hidup 60
Segar atau dingin 60
Beku 40
Diolah atau diawetkan 30
Abalon
Hidup 100
Beku 30
Kering, asin atau dalam air garam 30
Diolah atau diawetkan 30
Lainnya
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 40
Kering, asin atau dalam air garam 30
Lainnya 30
Sotong dan cumi-cumi diolah diawetkan 30
Gurita dioalh atau diawetkan 30
Invertebrata air lainnya
Teripang
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 100
Kering, asin atau dalam air garam 30
Diasapi 30
Diolah atau diawetkan 30
Bulu babi
Hidup 100
Kering, asin atau dalam air garam 30
Segar atau dingin 100
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 76
Ubur-ubur
Hidup 80
Segar, dingin atau beku 80
Kering, asin atau dalam air garam 80
Diolah dan diawetkan 80
Lainnya
Hidup 100
Segar atau dingin 100
Beku 80
Kering, asin atau dalam air garam 30
Linnya 30
Diolah atau diawetkan 30
Lainnya ekstrak ikan atau krustasea, moluska atau invertebrata air lainnya 80
Dibumbui ekstrak ikan atau krustasea, moluska atau invertebrata air lainnya 80
PRODUK IKAN LAINNYA
Hati dan telur ikan
Hati dan telur 100
Hati ikan beku 80
Telur ikan beku 80
Hati dna telur ikan air tawar 100
Hati dna telur ikan lainnya 100
Binatang menyusui
Binatang air hidup
Binatang melata (termasuk ular dan penyu) 100
Daging dan sisanya yang dapat dimakan, asin, dalam air garam, kering atau diasapi, tepung dan tepung kasar
Dari binatang melata (termasuk ular dan penyu) 30
Daging dari anjing laut, sing alaut dna beruang laut (mamalia dari sub ordo Pinnipedia) diasinkan dalam air garam, dikeringkana atau diasapi, tepung dan tepung kasar dari daging dan sisanya yang dapat dimakan 30
Daging dari anjing laut, sing alaut dna beruang laut (mamalia dari sub ordo Pinnipedia)segar/dingin/beku 30
Minyak hati ikan dna fraksinya
Fraksi padat 30
Lainnya 30
Lemak dan minyak serta fraksinya, dari ikan, selain minyak hati ikan
Fraksi padat 30
Lain-lain 30 Lemak dan minyak serta fraksinya, dari binatang laut menyusui lainnya 30
Pasta diidi dimasak atau diolah secara lain
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 77
Diisi dengan ikan, siput atau moluska 30
Saus ikan 30
Terasi 30
Spermaceti (bentuk minyak ikan) 30
Daging dan sisanya yang dapat dimakan dari binatang lainnya, segar, dingin atau beku
Daging dari binatang melata (termasuk ular dan penyu) 40
Paha kodok 40
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 78
Lampiran 8. Faktor Konversi Bahan Makanan yang dipakai untuk Perhitungan Produksi / Conversion Factors for Calculating Production
01. Gandum / Wheat
A B
A. Biji gandum / Wheat seed 100 139
B. Tepung gandum / Wheat flour 72 100
02. Padi / Paddy
A B C D E
A. Padi gagang basah / Dry stalk paddy during harvest
100 130 144 170 250
B. Padi gagang keringgiling (di penggilingan) / Dry stalk paddy before milling
77 100 111 131 192
C. Gabah basah / panen / Dry unhusked paddy during harvest
69 90 100 115,48 169
D. Gabah kering / GKG (dipegilingan) / Dry unhusked paddy before milling
59 76,5 86,02 100 154
E. Beras / Rice 40 52 59,08 62,74 100
03. Jagung / Maize
A B C D E
A. Jagung berkulit basah / ontongan basah dengan kulit / Maize with ear in shell during harvest
100 133 167 256 278
B. Jagung berkulit kering / Maize with ear in shell after drying
75 100 125 192 208
C. Jagung lepas kulit kering / Maize with ear shelled after drying
60 80 100 154 167
D. Jagung pipilan kering / Maze wthout ear after drying
39 52 65 100 108
E. Jagung berasan / Miled maize 36 48 60 93 100
04. Ubi kayu / Cassava
A B C D
A. Ubi basah berkulit / Fresh cassava 100 278 295 357
B. Gaplek / Manioc 36 100 106 128
C. Pellet / Pellets 34 94 100 120
D. Tapioka / Tapioca 28 78 83 100
05. Sagu / Sago
A B
A. Sagu / Sago 100 500
B. Tepung Sagu / Sago flour 20 100
06. Kacang Tanah / Groundnut
Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate – Tahun 2017 79
A B C D
A. Glondongan basah berkulit / Fresh in shell 100 188 315 588 B.
Glondongan kering berkulit (polong) / Dry in shell 53 100 167 323
C. Biji kering lepas kulit / Dry shelled 32 60 100 192
D Minyak / Cooking oils 17 31 52 100
07. Kacang kedelai / Soyabean
A B C
A. Batang dan daun basah / Fresh leaves and stalk 100 187,9 549,4
B. Batang dan daun kering / Dry leaves and stalk 53,2 100 292,4
C. Biji kering / Dry shelled 18,2 34,2 100
08. Kacang Hijau / Mungbean
A B C
A. Polong basah tanpa daun / Fresh in shell 100 125 186
B. Polong kering / Dry in shell 80 100 149
C. Biji kering / Dry shelled 54 67 100
09. Kelapa / Coconuts
A B C D
A. Kelapa berkulit / Coconuts 100 417 1667 2778
B. Daging kelapa / Coconuts fresh 24 100 400 667
C. Kopra / Copra 6 25 100 167
D. Minyak / Cooking oils 4 15 60 100
10. Kelapa sawit / Palm
A B C
A. Inti sawit / Palm kernel 100 217
B. Minyak sawit / Palm oils 100 154
C. Minyak goreng / Cooking oils 46 68,28 100
11. Bawang merah / Bawang putih (Shallots / Garlic)
Bawang merah / Shallot Bawang putih /
Garlic
A B A B
A. Bawang segar / Fresh 100 147 100 141
B. Bawang kering / Dry 64,56 100 71 100
12. Telur / Eggs
A B
A. Telur berkulit /Eggs 100 111
B. Telur tanpa kulit / Edible portion 90 100