perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user DINAMIKA WAYANG ORANG MANGKUNEGARAN DARI ISTANA KE PUBLIK (1881-1895) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: PUTUT BAYU PRIBADI C0506044 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
72
Embed
DINAMIKA WAYANG ORANG MANGKUNEGARAN DARI … · viii 9. Ayah dan Ibu, yang ... Mangkunegara V (1881-1896) lahir di Mangkunegaran pada hari Senin Legi ... yang meninggal satu tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DINAMIKA WAYANG ORANG MANGKUNEGARAN
DARI ISTANA KE PUBLIK (1881-1895)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
PUTUT BAYU PRIBADI C0506044
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DINAMIKA WAYANG ORANG MANGKUNEGARAN
DARI ISTANA KE PUBLIK 1881-1895
Disusun oleh:
PUTUT BAYU PRIBADI C0506044
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd NIP. 194404041976031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP. 195402231986012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
DINAMIKA WAYANG ORANG MANGKUNEGARAN
DARI ISTANA KE PUBLIK 1881-1895
Disusun oleh: PUTUT BAYU PRIBADI
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal .......
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Penguji Dra. Sawitri Pri Pabawati, M.Pd ( ................... ) NIP. 1958601198612001 Sekretaris Penguji Insiwi Febriary S, SS. MA ( ................... ) NIP. 198002272005012001 Penguji I Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd ( ................... ) NIP. 194404041976031001 Penguji II Drs. Soedarmono, SU ( ................... ) NIP. 194908131980031001
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : PUTUT BAYU PRIBADI NIM : C0506044
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Dinamika Wayang Orang
Mangkunegaran dari Istana ke Publik (1881-1895) adalah betul-betul karya sendiri,
bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.
Surakarta, Maret 2011
Yang membuat pernyataan
PUTUT BAYU PRIBADI C0506044
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sederhana dalam sikap kaya dalam karya (penulis)
Terus berjuang dan jaga nama baik keluarga (penulis)
Create something to praise (odzynation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta
Adik-adikku tersayang Dita dan Hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT berkat limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat selesaikan skripsi. Skripsi ini disusun guna
meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Di dalam penyusunan skripsi tersebut, tidak mungkin segala kesulitan yang
ada bisa dilalui tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sepantasnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, Selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret. Dalam kesibukannya, beliau murah senyum serta ramah menerima
penulis sekedar berdiskusi.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah atas bantuan
dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi.
3. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku pembimbing utama dalam penulisan dan
penyusunan skripsi ini teramat sabar dalam meneliti serta memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis.
4. Insiwi Febriary S, SS. MA, selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan
arahannya selama penulisan.
5. Dosen-dosen dan tenaga pengajar Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu sehingga nantinya
penulis dapat bermanfaat di masyarakat.
6. Segenap Pegawai Tata Usaha Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret, yang telah membantu kelancaran penulis dalam mencaari informasi untuk
penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan data-data dan sumber yang
kami butuhkan dalam penulisan, tanpa kalian tulisan ini tak dapat terwujud.
8. Semua teman Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta angkatan 2006 tanpa terkecuali, terimakasih atas kerjasamanya
selama kuliah dan dukungannya selama penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Ayah dan Ibu, yang doanya tiada henti untuk penulis, keluarga dan teman-teman,
terima kasih atas perhatian dan perjuangan kalian.
Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan
dan kelemahan, oleh, karena itu, penulis menerima kritik dan saran. Semoga skripsi
ini bermanfat bagi semua pembaca.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................. ................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................... ....................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. .... xii
ABSTRAK ............................................................................................................ ... xiii
ABSTRACT ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................. ...................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian …………………………….…..……………... 5
E. Kajian Pustaka …………………………………………………… 5
F. Metode Penelitian ………………………………................. .……. 7
1. Metode Historis ………….……….….…….…..……….……. 8
a. Studi Dokumen …………………………………………... 8
b. Studi Pustaka ………………………………………. ……. 9
2. Teknik Analisis Data ………………………..………………... 10
G. Sistematika Penulisan ……………………….…………………… 11
BAB II LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MANGKUNEGARA V
SEBAGAI SEORANG BUDAYAWAN
A. Sejarah Terbentuknya Pura Mangkunegaran ………….................. 13
B. Latar Belakang kehidupan Mangkunegra V ………….................. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
C. Hasil Karya Budaya Mangkunegara V .......................................... 24
BAB III CIRI WAYANG ORANG
PADA MASA PEMERINTAHAN MANGKUNEGARA V
A. Awal Mula Munculnya Wayang Orang ........................................... 29
B. Wayang Orang di Pura Mangkunegaran ......................................... 30
1. Wayang Orang Pada Masa Mangkunegara I ........................... 31
2. Wayang Orang Pada Masa Mangkunegara II ........................... 32
3. Wayang Orang Pada Masa Mangkunegara III .......................... 32
4. Wayang Orang Pada Masa Mangkunegara IV .......................... 33
5. Wayang Orang Pada Masa Mangkunegara V ........................... 33
C. Perkembangan Wayang Orang Pada Masa Mangkunegara V ........ 34
1. Perkembangan busana wayang orang ............................. ......... 35
2. Perkembangan penari wayang orang ........................................ 40
3. Perkembangan lakon ................................................................. 42
BAB IV PERUBAHAN FUNGSI KESENIAN WAYANG ORANG
SAMPAI AWAL ABAD XX
A. Fungsi Pementasan........................................................................... 49
1. Wayang orang di luar Istana Mangkunegaran ............................. 50
2. Wayang orang di luar Istana Mangkunegaran .............................. 52
a. Faktor ekonomi .......................................................................... 52
b. Faktor politik ............................................................................. 54
C. Tempat Pementasan ……………………………………………….. 55
D. Wayang Orang Panggung …………………………………………. 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 62
Kadipaten Mangkunegaran berdiri pada tahun 1757 atas dasar perjanjian
Salatiga. Perjanjian itu melahirkan sebuah wilayah baru yaitu Kadipaten
Mangkunegaran, yang masih merupakan bawahan dari Keraton Kasunanan Surakarta.
Perjanjian Salatiga diprakarsai antara Raden Mas Said dengan Pakubuwono III,
Hamengkubuwono I dan Belanda.1
Mangkunegara V (1881-1896) lahir di Mangkunegaran pada hari Senin Legi
tanggal 16 April 1855. Putra kedua dari Mangkunegara IV (1853-1881).
Mangkunegara V muda dikenal dengan nama Raden Mas Sunito, Pada bulan Juli
1869 Raden Mas Sunito diangkat menjadi Pangeran Anom dengan gelar KGPA
Prabu Prangwadono, menggantikan kedudukan KGPA Prabu Sudibya (kakaknya)
yang meninggal satu tahun sebelumnya. Raden Mas Sunito diangkat menjadi
Mangkunegara V pada hari senin Legi tanggal 5 Juli 1881.2
Istana Mangkunegaran sebagai pecahan keraton Surakarta membuat drama
tari wayang orang. Lahirnya wayang orang di Istana Mangkunegaran berhubungan
dengan masa Renaissance Kasusastraan Jawa (abad ke 18-19) yang ditandai dengan
penulisan kembali Kakawin dalam bahasa Kasusastraan Jawa baru. Wayang orang di
istana Mangkunegaran pertama kali muncul pada masa pemerintahan Mangkunegara
1 M. Husodo Pringgokusumo. Isi“Perjanjian Salatiga” G.P Rouffaer, “Vorstenlanden”
dalam Adatrecht-bundels Jilid XXXIV. (s Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1905), hlm; 5. 2 Purwadi, Sejarah Raja-Raja Jawa,. (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), Hlm; 562.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
I (1757-1796), Wayang orang di istana Mangkunegaran pertama diciptakan oleh
Mangkunegara I. Wayang orang Mangkunegaran mengalami kemunduran pada masa
pemerintahan Mangkunegara II dan Mangkunegara III. Baru pada masa pemerintahan
Mangkunegara IV (1853-1881), wayang orang Mangkunegaran muncul kembali
bersamaan dengan munculnya Langendriyan dan digunakan sebagai sajian yang
sakral di dalam istana. Wayang orang Mangkunegaran mengalami perkembangan dan
berada pada masa kejayaanya pada masa Mangkunegara V (1881-1896).3
Pertama kali wayang orang Mangkunegaran dipentaskan pada tahun 1760.
Pada waktu itu wayang orang hanya dinikmati oleh kerabat Mangkunegaran dan para
punggawa saja. Pakaian yang dikenakan para penari wayang orang pada waktu itu
masih sangat sederhana, yakni tidak jauh berbeda dengan pakaian adat
Mangkunegaran yang digunakan sehari-hari.4
Pada awal kemunculanya pemain wayang orang hanya terbatas pada abdi
dalem Mangkunegaran. Pada mulanya semua penari wayang orang Mangkunegaran
adalah laki-laki yang terdiri atas putra-putra bangsawan dan abdi dalem. Wayang
orang Mangkunegaran biasanya hanya disajikan pada acara atau upacara khusus
istana. Seperti ulang tahun dan penobatan Mangkunegara, serta perhelatan untuk
keluarga Mangkunegaran. Misalnya untuk acara khitanan putara Mangkunegara IV
yang bernama Kanjeng Sudibyo dan Kajeng Suyitno pada 16 April 1868. Pada acara
itu diadakan pertunjukan wayang orang dengan lakon Wahyu Mahkutharama.
3 Hersapandi, Wayang Wong Sriwedari “Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersil”,
(Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 1999), hlm; 17-27. 4 Suwaji Bastomi, Karya Budaya Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Harya I-VIII,
(Semarang: IKIP Semarang Press, 1996), hlm; 25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sehubungan dengan itu maka penontonnya terbatas pada orang-orang yang diundang
untuk menghadiri upacara atau hajat Mangkunegaran, seperti para pejabat
pemerintahan Belanda dan Mangkunegaran, para sanak saudara Mangkunegara, dan
para abdi dalem yang bertugas.5
Seni pertunjukan wayang orang pada masing-masing daerah memiliki
karakter tersendiri, baik di Surakarta maupun di Yogyakarta. Wayang orang di
Surakarta berasal dari tradisi pertunjukkan seni Istana Mangkunegaraan. Kehadiran
seni istana wayang orang di Surakarta tidak lepas dari motif politik dari raja sebagai
penguasa tunggal kerajaan. Wayang orang Mangkunegaran diciptakan oleh
Mangkunegara I pada abad XVIII yang tujuannya untuk memberikan dorongan
semangat hidup bagi rakyatnya untuk melawan pemerintahan kolonial Belanda.6
Mangkunegara V adalah seorang seniman yang membuat kesenian istana
hidup, dan kehidupan istana menjadi lebih semarak. Untuk itu sudah barang tentu
memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Untuk melestarikan seni wayang orang di
keraton ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi ketika terjadi krisis ekonomi
yang disebabkan oleh gagalnya panen kopi karena serangan hama dan bangkrutnya
pabrik gula karena beredar luasnya gula bit eropa di pasaran mengakibatkan krisis
ekonomi di istana Mangkunegaran, krisis tersebut menjadi faktor merosotnya
kegiatan kesenian di istana. Ketika Mangkunegara VI mengantikan tahta
Mangkunegara V pada tahun 1896, keadaan keuangan istana Mangkunegaran pada
posisi nol. Wayang orang sudah tidak muncul lagi di istana selama pemerintahan
5 Rustopo, Menjadi Jawa “Orang-Orang Tionghoa Dan Kebudayaan Jawa”, (Yogyakarta:
Irawan Maling (1885), Gilingwesi (1885), Irawan Yagnya (1885), dan Sembadra
Larung. Lakon yang bersumber dari Cerita Panji; seperti Ngrenasmara (1885), Dewi
Endrawati (1886), Angreni Leno, dan Madubranta. Serata lakon yang bersumber dari
Babad Majapahit seperti Damarwulan Ngarit dan Menakjinggo Leno (1884), dan Sri
Kenya Wibawa.27 Tidak kurang 15 lakon carangan wayang orang berkembang di
istana Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara V.
27 Ibid. hlm; 88-89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PERUBAHAN FUNGSI KESENIAN WAYANG ORANG
SAMPAI AWAL ABAD XX
Seni pertunjukkan wayang orang pada masing-masing daerah memiliki
karakter tersendiri, baik di istana Mangkunegaran maupun di Keraton Yogyakarta.
Wayang orang Mangkunegaran berasal dari tradisi pertunjukkan seni Istana
Mangkunegaraan. Kehadiran wayang orang Mangkunegaran tidak lepas dari motif
politik dari raja sebagai penguasa tunggal kerajaan. Wayang orang di Surakarta
diciptakan oleh Mangkunegara I pada abad XVIII yang tujuannya untuk memberikan
dorongan semangat bagi rakyatnya dalam berjuangan melawan pemerintahan kolonial
Belanda.1
Wayang orang adalah suatu drama tari berdialog prosa yang ceritanya
mengambil dari epos Ramayana dan Mahabarata. Konsepsi dasar wayang orang
adalah mengacu pada wayang kulit purwa, oleh karena itu wayang orang dapat
dikatakan sebagai personifikasi dari wayang kulit purwa. Transformasi wayang kulit
ke dalam wayang orang sebagai ekspresi artistik sebagai langkah kreatif dan inovatif
dalam kesenian tentu melahirkan tata nilai baru perkembangan seni tari Jawa, yang
dalam perkembangannya menjadi pedoman dasar seni tari klasik.
Keselarasan estetis wayang orang sangat kuat dipengaruhi oleh struktur
wayang kulit purwa. Peran-peran yang dilakukan oleh aktor dan aktris, ditarikan
1 Hersapandi, Wayang Wong Sriwedari “Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersil”,
(Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 1999), hlm; 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
seperlunya saja sesuai dengan perwatakan tari. Gaya dan nada berbicara disesuaikan
dengan masing-masing peran baik prosa maupun yang dibumbui dengan tembang.
Tata rias dan busana disesuaikan dengan masing-masing peran, mengikuti norma-
norma pada wayang kulit purwa.
Dalang berfungsi memberikan uraian atau pengantar adegan-adegan dari
waktu ke waktu. Struktur dramatik wayang orang tetap mengikuti struktur dramatik
wayang kulit purwa dalam kesatuan sistem pathet. Demikian juga keluar dan
masuknya penari, dari sisi kanan atau kiri disesuaikan dengan masing-masing peran.
Wayang orang di istana Mangkunegaran mempunyai kesamaan dengan
wayang orang di keraton Yogyakarta. Kesamaan itu dalam hal pemakaian cerita
wayang purwa, penggunaan tari, dan dialognya diucapkan oleh penari, sementara
bagian-bagian cerita diucapkan oleh dalang (untuk istana Mangkunegaran) atau
pemaca kandha (untuk keraton Yogyakarta). Namun ada perbedaan antara wayang
orang di istana Mangkunegaran dengan wayang orang di keraton Yogyakarta, yaitu;
a. Wayang orang di istana Mangkunegaran dalam perkembanganya peran-
peran wanita ditarikan oleh wanita yang biasanya di sebut abdi dalem Tledek
atau Kenya Puspita, sedangkan di keraton Yogyakarta semua peran tetap
ditarikan oleh penari pria, Bila dibandingkan dengan keadaan yang ada di
keraton Yogyakarta, istana Mangkunegaran terlalu berani dalam bertindak.
Menurut pandangan Sultan, bahwa pertunjukan kesenian bukan sekedar untuk
seni saja, melainkan mempunyai nilai yang tinggi bagi kehidupan masyarakat
Jawa, bahkan di keraton Yogyakarta wayang orang dijadikan pusaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Wayang orang di istana Mangkunegaran dialog dan alur ceritanya tidak
ditulis serta wayang orang tidak pernah mendominasi budaya istana,
sedangkan yang terjadi di keraton Yogyakarta sebaliknya.
Sikap keberanian Mangkunegara V terhadap pementasan wayang orang ialah
mengadakan perubahan fungsi pementasan. Pementasan wayang orang yang mulanya
hanya difungsikan untuk hiburan para bangsawan istana, kemudian dapat disaksikan
oleh masyarakat umum di luar istana, keadaan ini dapat membangkitkan minat orang-
orang yang ikut menyaksikan, untuk membentuk kelompok-kelompok wayang orang
diluar tembok istana dengan meniru wayang orang di istana, yang dianggapnya
merupakan seni pertunjukan yang sangat menarik.
Pramila saben ing Pura Mangkunegaran wonten gebyagan ringgit tiyang ingkang sami ningali prasasat ngebeki pelataran. Nanging dangu-dangu saking kathahipun tiyang, lajeng wonten ingkang paben, dados kerengan. Malah wonten ingkang ketaton. Pramila tetingalan ringgit tiyang wau lajeng kabibaraken. Sabibaring ringgit tiyang ing Mangkunegaran, tetiyang alit ingkang sawaunipun ngabdi dados ringgit tiyang kangge barangan sarana kabayaraken dhateng tiyang-tiyang ingkang ningali.2 Yang artinya adalah: setiap di istana Mangkunegaran di pentaskan wayang orang, banyak orang yang melihat bagaikan memenuhi halaman muka “Pendapa Agung”. Namun lama-lama karena banyaknya orang, kemudian ada yang cekcok, hingga terjadi konflik fisik. Bahkan sampai ada yang terluka. Maka pementasan wayang orang tadi dibubarkan. Dengan bubarnya wayang orang di istana Mangkunegaran, orang kebanyakan yang tadinya menjadi pemain wayang orang, mencoba-coba membuat kelompok-kelompok wayang orang untuk barangan dengan jalan dikomersilkan pada orang-orang yang melihat.
A. Fungsi Pementasan
Istana Mangkunegaran dapat diletakkan pada kerangka teratas dari pada
istana-istana di vorstenlanden, hal tersebut dikarenakan sikap istana Mangkunegaran
terhadap budaya asing. Sikap istana Mangkunegaran menghadapi budaya asing
2 Sayid, Babad Sala, (Surakarta: Rekso Pustoko, 1984), hlm; 110. B. 291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
adalah menganggap budaya tersebut sebagai bentuk budaya baru. Hal-hal tersebut
mempengaruhi pembaharuan-pembaharuan budaya di istana Mangkunegaran di
kemudian hari termasuk didalamnya seni pertunjukan wayang orang. Istana
Mangkunegaran mendapat banyak keistimewaan dari Pemerintah Belanda. Karena
kedekatan dan hubungan yang baik istana Mangkunegaran dengan Pemerintah
Belanda, memungkinkan terjadinya proses akulturasi budaya di antara keduanya.
Proses akulturasi yang merupakan pertemuan antara budaya Jawa dengan
budaya Barat terutama Belanda sebagai budaya baru, sangat mendukung terjadinya
pembaharuan dan perubahan di istana Mangkunegaran. Apalagi di pertengahan abad
ke-19 mulai diperkenalkannya era baru di wilayah Hindia Belanda oleh Pemerintah
Belanda. Perubahan penting terjadi pada Istana Mangkunegaran yaitu perubahan
sikap, yakni para bangsawan istana Mangkunegaran lebih terbuka terhadap dunia dan
budaya luar, selanjutnya dapat mengarahkan pada tata kehidupan di Mangkunegaran
di masa-masa berikutnya. Sikap terbuka terhadap kesenian yang dicetuskan oleh
Mangkunegara I, dan semakin diperluas lagi oleh Mangkunegara V. Mangkunegara V
berpandangan bahwa seni pertunjukan tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan
bangsawan saja tetapi juga untuk abdi dalem dan rakyatnya. Pandangan
Mangkunegara V yang demikian sangat mempengaruhi perubahan fungsi seni-seni
pertunjukan istana Mangkunegaran khusunya wayang orang. Fungsi seni-seni
pertunjukan istana Mangkunegaran pada awalnya hanya dinikmati kerabat keraton
saja, kemudian mengalami pergeseran kearah fungsi hiburan.
Karena seni-seni pertunjukan di istana Mangkunegaran mengalami pergeseran
fungsi yaitu dari fungsi sakral ke fungsi hiburan, maka istana Mangkunegaran tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
lagi mendominasi seni-seni pertunjukan. Kenyataan di istana Mangkunegaran ini bila
dibandingkan dengan kondisi yang terjadi di keraton Yogyakarta merupak suatu yang
menyebabkan tertutupnya nilai seni sebagai fungsi sakral. Karena wanita sering
mengalami tidak suci (haid), untuk wayang orang karaton Yogyakarta merupakan
pantangan. Sedangkan hal itu untuk istana Mangkunegaran telah diabaikan, dengan
mengingat fungsi hiburan yang dipentingkan. Jadi dengan tampilnya penari wanita
dalam wayang orang di istana Mangkunegaran, salah satu penyebabnya ialah bahwa
pentas wayang orang di istana Mangkunegaran tidak lagi difungsikan untuk fungsi
sakral tetapi untuk sajian hiburan. Di samping itu sajian wayang orang cenderung
digunakan sebagai saluran komunikasi sosial antara Mangkunegara V dengan
masyarakat, terutama di wilayah Surakarta.
B. Wayang orang di luar Istana Mangkunegaran
Wayang orang di Surakarta mula-mula merupakan bagian dari tradisi
pertunjukkan di keraton Mangkunegara yang bersifat eksklusif dan sakaral serta
hanya dimainkan di keraton, karena beberapa faktor terjadi perubahan :
1. Faktor Ekonomi
Krisis ekonomi yang terjadi di Istana Mangkunegaran sangat berpengaruh
dengan kelangsungan kegiatan seni pertunjukan di istana terutama wayang orang.
Krisis ekonomi Mangkunegaran disebabkan oleh Gagalnya panen kopi karena
serangan hama dan bangkrutnya pabrik gula karena beredar luasnya gula bit eropa di
pasaran. Untuk melestarikan seni wayang orang di keraton membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, karena krisis keuangan istana Mangkunegaran tidak mampu lagi
membiayai kelangsungan wayang orang di istana. Sejak waktu itu wayang orang di
tiadakan dan sebagian besar abdi dalem kesenian (langenpraja), termasuk abdidalem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
wayang orang diberhentikan. Mereka yang diberhentikan itu kemudian membuat
kelompok-kelompok kecil dan mengadakan kegiatan mbarang di luar tembok
keraton.4 Penghapusan pemanggungan wayang orang sebagai agenda rutin di istana
Mangkunegaran ini ternyata tidak membuat keberadaan wayang orang hilang. Hal ini
dikarenakan, para aktor panggung wayang orang itu, entah lebih disebabkan oleh
alasan ekonomi ataukah karena memang adanya motivasi estetis, justru
mengembangkan kemampuan mereka di wilayah publik. Sejak itu, wayang orang
berkembang sebagai seni panggung rakyat, tentu saja dengan beberapa sentuhan
perubahan dari format awalnya sebagai seni elit.
Merosotnya seni wayang orang di Mangkunegaran sebagai akibat dari krisis
ekonomi di keraton ini menarik minat seorang pengusaha batik Tionghoa Surakarta
yang bernama Gan Kam. Gan Kam berhasil merayu Mangkunegara V untuk
memboyong wayang orang Mangkunegaran keluar tembok istana agar dapat
dinikmati oleh orang kebanyakan dan penduduk kota.
Gan Kam melanjutkan seni tradisi wayang orang tersebut diluar keraton. Dan atas
peranannya, seni wayang orang dari keraton itu bergeser menjadi bagian seni tradisi
pertunjukkan masyarakat yang tidak sakral lagi (desakralisasi) atau menjadi
pertunjukkan hiburan yang bersifat komersil dan populis dalam bentuk wayang
panggung (komersil).
Pada tahun 1895 Gan Kam membentuk rombongan wayang orang komersil
yang sumbernya dari wayang orang istana Mangkunegaran. Sebagian besar
pemainnya direkrut dari mantan abdi dalem penari wayang orang Mangkunegaran
4 R. M. Sayid, Ringkasan Sejarah Wayang, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1981), hlm; 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang diberhentikan. Apa yang dilakukan Gan Kam ini merupakan bagian integral dari
kondisi perubahan sosial yang terjadi di Indonesia pada tahun 1870 sebagai akibat
dari diberlakukannya peraturan bernuansa liberal oleh pemerintah Belanda, yang
membebaskan siapa saja untuk melakukan usaha. Seni adalah produk sosial.
Sehubungan dengan itu, terjadinya perubahan sosial di sebuah Negara akan
menghadirkan gaya seni khas, sesuai dengan bentuk masyarakat yang ada pada saat
itu. Gan Kam merupakan kreator yang mampu menjawab tantangan zaman di tengah
perubahan sosial itu, yaitu menghadirkan gaya seni yang cocok untuk selera estetis
masyarakat urban (kota Surakarta) sekaligus sebagai usaha komersil.
2. Faktor Politik
Keluarnya wayang orang Mangkunegaran dari dalam istana, karena ada
keterlibatan pihak Kasunanan Surakarta yang bekerja sama dengan Cina
menyelenggarakan pentas panggung wayang orang. Ini dikarenakan pada awal
mulanya pihak Kasunanan melakukan hal semacam itu lebih disebabkan kenaifan
kenaifan politis pihak Kasunanan Surakarta, yang sengaja terlibat mengeluarkan
wayang orang dari dalam istana keluar istana dengan maksud ingin menyindir
merendahkan Kadipaten Mangkunegaran, bahwa identitas seni Kadipaten
Mangkunegaran adalah bukan seni yang elit, tetapi sejajar dengan tiyang mbarang.
Meskipun demikian, dinyatakan bahwa wayang orang panggung pada akhir
abad 19 dianggap ‘murahan’ dengan sebutan ‘tiyang barang’ karena tega menjual dan
melanggar nilai-nilai keramat dari istana untuk tujuan komersial. Pandangan negatif
tersebut mulai menipis setelah wayang orang istana ikut mulai terjun ke dunia bisnis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sebagaimana dilakukan oleh pihak Keraton Kasunanan Surakarta, yang mendirikan
grup wayang orang panggung profesional di Taman Sriwedari pada awal abad 20.5
C. Tempat Pementasan
Pertunjukan wayang orang panggung kemasan Gan Kam diselenggarakan di
sebuah bangunan besar yang mampu menampung sekitar 200 penonton. Bangunan itu
diperkiranan bekas tempat pembatikan milik Gan Kam yang terletak di sebelah
selatan pasar Singosaren. Pementasan dilakukan di ats panggung yang diberi layar.6
Panggung tersebut ditinggikan sekitar satu meter, agar penonton dapat dengan jelas
melihat pementasn wayang orang sambil duduk. Panggung itu diberi bingkai
prosenium, layar depan, dan skenari kanvas drop dan wing yang dilukis dengan gaya
naturalistic untuk menggambarkan istana, hutan, candi, jalan, alun-alun dan lain-lain.
Penonton duduk menghadap secara frontal ke arah panggung. Tempat duduk
penonton dengan panggung terpisah oleh seperangkat gamelan.
Konsekuensi dari penggunana panggung prosenium sebagai tempat
pertunjkan adalah terjadinya perubahan garap estetika tari yang mendasar dari
wayang orang istana Mangkunegaran. Pertunjukan wayang orang istana biasanya
dilakukan di pendapa, di hadapa para penonton yang mengelilingi tempat untuk
menari (depan, belakang, kanan dan kiri). Para penari biasanya berorientasi ke empat
arah. Setiap sekaran (satuan bentuk gerak) diulang sebanyak empat kali dengan arah
hadap yang berbeda. Pada panggung proscenium, para penari menari dalam bingkai
5 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm: 132 6 R. M. Soedarsono, Seni Pertunjukan dari Perspktif Politik, Sosial, dan Ekonomi,
(Yogyakarta: UGM Press, 1997), hlm; 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang hanya berorientasi pada satu arah, yaitu kepada penonton yang hanya ada di
depan panggung. Selain perubahan garap estetika panggung, wayang orang panggung
juga menuntut unsur dramatologi atau skenario, dalam penggunaan skenario butuh
penyutradaraan.
D. Wayang Orang Panggung
Dampak kemrosotan keuangan Istana Mangkunegaran dan langkah
kebijaksanan Mangkunegara VI membawa arti tersendiri bagi perkembangan wayang
orang. Wayang orang tidak lagi menjadi monopoli di dalam istana, tetapi mengalami
mobilitas budaya menjadi seni pertunjukan kota yang bersifat komersil. Fenomena
penyebaran wayang orang keluar tembok istana terjadi sekitar tahun 1895, masa
terakhir pemerintahan Mangkunegara V. Perkembangan wayang orang sampai tahun
1895 hampir tidak pernah dijumpai di luar tembok istana dan pada tahun itu juga
sebuah grup wayang orang professional pertama didirikan oleh seorang pengusaha
Cina yang kaya yaitu Gan Kam. Dengan demikian tahun 1985 merupakan titik awal
perubahan dan penyebaran wayang orang keluar tembok istana. Dalam proses
pembentukan wayang orang professional ini para seniman istana terutama bekas para
abdi dalem wayang orang mempunyai peran besar dan strategis mengingat pada
waktu itu profesi seniman relatif terbatas. Pemerintahan Mangkunegara VI yang
sedang mengalami krisis keuangan dalam kebijaksanaan kesenian melakukan
penyederhanaan pertunjukan dan memberhentikan sebagian besar abdi dalem wayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
orang. Para bekas abdi dalem wayang orang di kampung-kampung mendirikan grup
wayang orang atau menjadi anggota grup wayang orang barangan.7
Difasilitasi oleh Cina sebagai pengusaha dan Kasunanan Surakarta sebagai
penguasa wayang orang berhasil menjelma menjadi seni komersil yang disambut
secara antusias oleh masyarakat. Gan Kam memperhatikan selera estetis penonton,
masyarakat urban memiliki selera estetis yang berbeda dengan selera estetis
masyarakat istana di satu pihak dan masyarakat pedesaan di lain pihak. Mereka
memerlukan santapan estetis yang cocok dengan selera meraka, yaitu seni
pertunjukan yang dapat memberikan hiburan dalan durasi waktu penyajian yang tidak
terlalu lama, dan dapat segera ditangkap isinya, serta dapat dinikmati kapan saja. Atas
izin Mangkunegara V Gan Kam kemudian mengemas pertunjukan wayang orang
dalam durasi waktu yang agak pendek, lebih mementingkan dialog daripada tarinya,
dan dapat menghibur penonton.
Untuk membuka usaha komersil seni pertunjukan wayang orang Gan Kam
menggunakan kekayaannya untuk mengadakan sarana, prasarana, dan untuk
menjalankan kegiatan. Pengadaan sarana dan prasarana baru antara lain; sebuah
bangunan permanen atau semi permanen yang dilengkapidengan panggung, dekorasi,
dan seperangkat gamelan, busana wayang orang dan tempat duduk penonton. Berapa
jumlah uang yang dikeluarkan oleh Gan Kam untuk pengadaan sarana dan prasarana
tidak diketahui. Untuk menjalankan kegiatan diperlukan pengurus dan penari serta
gaji untuk mereka. Mungkin kegiatan yang berjalanitu sepenuhnya dapat dibiayai dari
7 R. M. Sayid, Op.Cit, hlm; 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
hasil penjualan karcis pertunjukan, ketika pertunkukan sudah berjalan dan
menghasilkan uang.
Ada perbedaan antara wayang orang Mangkunagara dengan wayang orang
panggung (WOP). Atas izin Mangkunagara V, Wayang orang panggung kemasan
Gan Kam telah memenuhi syarat estetika tari panggung dan tuntuan artistik tersebut,
serta mengindahkan selera penonton urban, Gan Kam mengemas pertunjukkan
wayang orang dalam durasi waktu yang agak pendek, lebih mementingkan dialog
daripada tarinya, sehingga dapat menghibur penonton.8 Garapan tari yang terlalu
halus, rumit dan lama yang dianggap dapat membosankan penonton dikurangi. Kalau
peranan tokoh wayang orang di keraton Mangkunegaran semuanya dimainkan oleh
laki-laki (termasuk tokoh wanitanya), maka pada wayang orang panggung, peranan
tokoh laki-laki tertentu (alusan) seperti Arjuna, Abimanyu, Wibisana dan yang
sejenisnya diperankan oleh penari perempuan. Dialog disesuaikan dengan karakter
setiap tokoh yang dibawakan. Para penonton atau penggemar wayang orang
panggung tidak hanya orang-orang pribumi saja, melainkan juga orang-orang
Tionghoa, terutama kaum perempuan.
8 , Op.Cit, hlm;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN
Wayang orang di istana Mangkunegaran pertama kali muncul pada masa
pemerintahan Mangkunegara I (1757-1796), Wayang orang di istana Mangkunegaran
mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Wayang orang Mangkunegaran
mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Mangkunegara II dan
Mangkunegara III. Wayang orang dimunculkan kembali pada masa pemerintahan
Mangkunegara IV (1853-1881), wayang orang Mangkunegaran muncul kembali
bersamaan dengan munculnya Langendriyan dan digunakan sebagai sajian sakral di
dalam istana. Wayang orang Mangkunegaran mengalami perkembangan pada masa
Mangkunegara V.
Wayang orang Mangkunegaran mengalami perkembangan dalam hal busana
yang dikenakan para pemain, pemain wayang orang dan lakon-lakon yang dimainkan.
Perkembangan busana wayang orang pada masa Mangkunegara V adalah
diciptakannya busana baru yang mengikuti perwujudan busana wayang kulit purwa.
Penggubahan busana baru itu di ilhami oleh patung Bima dan relief-relief pada candi
sukuh. Busana-busana baru itu antara lain: makutha, kelat bahu, sumping, praba, dan
uncal badhong. Dengan perubahan busana ini akan memberi kemudahan bagi
penonton, untuk membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh lainya.
Seni pertunjukkan wayang orang pada masing-masing daerah memiliki
karakter tersendiri, baik di istana Mangkunegaran maupun di Keraton Yogyakarta.
Wayang orang Mangkunegaran mempunyai karakter yang lebih halus bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dibandingkan dengan wayang orang Yogya yang cenderung lebih kaku. Wayang
orang Mangkunegaran berasal dari tradisi pertunjukkan seni Istana Mangkunegaraan.
Kehadiran wayang orang Mangkunegaran tidak lepas dari motif politik dari raja
sebagai penguasa tunggal kerajaan. Wayang orang di Surakarta diciptakan oleh
Mangkunegara I pada abad XVIII yang tujuannya untuk memberikan dorongan
semangat bagi rakyatnya dalam berjuangan melawan pemerintahan kolonial Belanda.
Pada masa pemerintahan Mangkunegara V terjadi berubah fungsi pementasan
wayang orang yang semula mempunyai fungsi sakral berubah menjadi fungsi
hiburan. Penyebab bergesernya fungsi pementasan wayang orang di istana
Mangkunegaran adalah masuknya era pembaharuan yang disertai dengan keberadaan
Mangkunegara V sebagai seorang seniman yang sangat memperhatikan unsur
dramatis. Pergeseran fungsi sajian wayang orang Mangkunegaran dari fungsi sakral
ke fungsi hiburan, secara tidak langsung dalam pementasan wayang orang lebih
menekankan pada daya tarik penonton. Untuk memunculkan daya tarik wayang orang
sebagai hiburan.
Untuk menambah daya tarik pementasan wayang orang di istana
Mangkunegaran, salah satu usahanya adalah Mangkunegara V menampilkan pemain
wanita dalam wayang orang. Dengan tampilnya pemain wanita yang berwatak halus,
luwes, lebih romantis, serta dapat mengekspresikan diri sesuai dengan tokoh yang
diperankan, maka pentas wayang orang akan lebih hidup dan memikat para penonton
sebagai bentuk seni hiburan.
Fungsi lain dari pementasan wayang orang Mangkunegaran pada masa
pemerintahan Mangkunegara V setelah wayang orang dapat dinikmati secara umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
oleh rakyatnya adalah wayang orang digunakan sebagai saluran komunikasi sosial
antara Mangkunegara V dengan masyarakat, terutama di wilayah Surakarta.
Dampak kemrosotan keuangan Istana Mangkunegaran dan langkah
kebijaksanan Mangkunegara VI membawa arti tersendiri bagi perkembangan wayang
orang. Wayang orang tidak lagi menjadi monopoli di dalam istana, tetapi mengalami
mobilitas budaya menjadi seni pertunjukan kota yang bersifat komersil. Fenomena
penyebaran wayang orang keluar tembok istana terjadi sekitar tahun 1895, masa
terakhir pemerintahan Mangkunegara V. perkembangan wayang orang sampai tahun
1895 hampir tidak pernah dijumpai di luar tembok istana dan pada tahun itu juga
sebuah grup wayang orang professional pertama didirikan oleh seorang pengusaha
Cina yang kaya yaitu Gan Kam. Dengan demikian tahun 1985 merupakan titik awal
perubahan dan penyebarab wayang orang keluar tembok istana. Dalam proses
pembentukan wayang orang professional ini para seniman istana terutama bekas para
abdi dalem wayang orang mempunyai peran besar dan strategis mengingat pada
waktu itu profesi seniman relatif terbatas. Pemerintahan Mangkunegara VI yang
sedang mengalami krisis keuangan dalam kebijaksanaan kesenian melakukan
penyederhanaan pertunjukan dan memberhentikan sebagian besar abdi dalem wayang