Top Banner
DINAMIKA LEKSIKON PERSAWAHAN DI DESA JATILUWIH, TABANAN Sri Darmayani, Sri Ramayanti Magister Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana Email: [email protected] , [email protected] ABSTRACT Agriculture is one of the Balinese’s livelihoods. However, the paddy fields decline in 1000 ha annually. It means that young generations are not interested in becoming farmers. This situation absolutely affects their knowledge of paddy field lexicons and text as their language environment. Based on this fact, this paper discusses about paddy field lexicons, both of active and passive lexicons. It is analyzed in ecolinguistic perspective. This research is conducted at Jatiluwih. The data were collected through field observation method; the researchers involved in the dialogue, and paid an attention interlocutor and also participated in the talk; reflexive – introspective method, and then the analysis is presented in description and table. The fact reveals that the old generation has more complete knowledge of paddy field lexicon than the young generation. The lexicons include activities, such as: ngurit , nandur, manyi; tools, such as: tenggala, penampad, arit; animals that live in the paddy field, such as blauk, lindung, baling; plants, such as: genjer, biah-biah, kapu-kapu; and also religious ceremonies were performed as ngendag, biukukung, ngusaba. Keywords: ecolinguistic, paddy field, lexicon, Jatiluwih ABSTRAK Pertanian merupakan salah satu sektor mata pencaharian masyarakat Bali. Namun, luas sawah diperkirakan menurun 1000 ha pertahunnya. Dengan kata lain, profesi petani mulai ditinggalkan generasi muda. Hal ini tentu saja memengaruhi pengetahuan generasi muda tentang leksikon dan teks persawahan sebagai bahasa lingkungan mereka. Menyikapi fakta tersebut, makalah ini membahas leksikon persawahan, baik yang masih digunakan maupun tidak. Berdasarkan perspektif ekolinguistik, penelitian dilakukan di Desa Jatiluwih. Data dikumpulkan melalui metode observasi lapangan, simak libat cakap, dan refleksif – introspektif sedangkan hasil analisis disajikan dalam uraian dan tabel. Fakta menunjukkan bahwa generasi tua memiliki pengetahuan tentang leksikon persawahan yang lebih lengkap daripada generasi muda. Leksikon tersebut mencakup kegiatan bertani seperti ngurit, 1
24

Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

Dec 27, 2015

Download

Documents

Sri Ramayanti

Paper ini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

DINAMIKA LEKSIKON PERSAWAHAN DI DESA JATILUWIH, TABANAN

Sri Darmayani, Sri RamayantiMagister Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Email: [email protected], [email protected]

ABSTRACTAgriculture is one of the Balinese’s livelihoods. However, the paddy fields decline in 1000

ha annually. It means that young generations are not interested in becoming farmers. This situation absolutely affects their knowledge of paddy field lexicons and text as their language environment.

Based on this fact, this paper discusses about paddy field lexicons, both of active and passive lexicons. It is analyzed in ecolinguistic perspective. This research is conducted at Jatiluwih. The data were collected through field observation method; the researchers involved in the dialogue, and paid an attention interlocutor and also participated in the talk; reflexive – introspective method, and then the analysis is presented in description and table.

The fact reveals that the old generation has more complete knowledge of paddy field lexicon than the young generation. The lexicons include activities, such as: ngurit , nandur, manyi; tools, such as: tenggala, penampad, arit; animals that live in the paddy field, such as blauk, lindung, baling; plants, such as: genjer, biah-biah, kapu-kapu; and also religious ceremonies were performed as ngendag, biukukung, ngusaba.

Keywords: ecolinguistic, paddy field, lexicon, Jatiluwih

ABSTRAKPertanian merupakan salah satu sektor mata pencaharian masyarakat Bali. Namun, luas

sawah diperkirakan menurun 1000 ha pertahunnya. Dengan kata lain, profesi petani mulai ditinggalkan generasi muda. Hal ini tentu saja memengaruhi pengetahuan generasi muda tentang leksikon dan teks persawahan sebagai bahasa lingkungan mereka.

Menyikapi fakta tersebut, makalah ini membahas leksikon persawahan, baik yang masih digunakan maupun tidak. Berdasarkan perspektif ekolinguistik, penelitian dilakukan di Desa Jatiluwih. Data dikumpulkan melalui metode observasi lapangan, simak libat cakap, dan refleksif – introspektif sedangkan hasil analisis disajikan dalam uraian dan tabel.

Fakta menunjukkan bahwa generasi tua memiliki pengetahuan tentang leksikon persawahan yang lebih lengkap daripada generasi muda. Leksikon tersebut mencakup kegiatan bertani seperti ngurit, nandur, manyi; alat pertanian seperti tenggala, penampad, arit; binatang yang hidup di sawah seperti blauk, lindung, balang; tumbuhan yang hidup di sawah seperti genjer, biah-biah, kapu-kapu; maupun upacara keagamaan yang dilakukan petani seperti ngendag, biukukung, ngusaba.

Kata kunci: ekolinguistik, persawahan, leksikon, Jatiluwih

PENDAHULUANManusia dan lingkungan adalah komponen-komponen yang berinteraksi secara teratur dan

saling ketergantungan untuk menjamin kelangsungan hidup keduanya. Interaksi antara manusia dan lingkungan membentuk bahasa sebagai perwujudan konkret manusia dan lingkungan. Hal ini dipertegas oleh Mbete (2009:2) yang menyatakan bahwa dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang hidup secara bersistem dalam suatu kehidupan, bersama organisme-organisme lainnya. Misalnya, masyarakat yang menetap di lingkungan persawahan dan berkecimpung secara aktif dalam bidang pertanian tentunya akan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang leksikon dan teks persawahan yang lebih kompleks daripada masyarakat yang menetap di luar lingkungan persawahan.

Pada mulanya Bali terkenal memiliki areal pertanian (sawah) yang luas dan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Namun, menurut Arif B. Prasetyo (2010: 9) sampai pada tahun 2001, lahan pertanian (sawah) di Bali secara keseluruhan berjumlah hanya sekitar 89.000 ha

1

Page 2: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

dan jumlahnya diperkirakan menurun 1000 ha pertahunnya akibat aktifitas pariwisata (pembangunan). Perubahan lahan tersebut mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan, yang mana mencapai separuhnya sudah berpindah ke kota (Arif, 2010:9). Seiring dengan perpindahan tersebut, profesi agraris mulai ditinggalkan. Antara tahun 1970 dan 2002 masyarakat yang berprofesi sebagai petani dari 56.6% menjadi 21.4% sisanya bekerja di sektor pemerintahan dan pariwisata.

Salah satu desa di Bali yang terkenal dengan areal persawahan bertingkat atau terasering adalah Desa Jatiluwih. Desa Jatiluwih memiliki lahan pertanian (sawah) seluas 303 ha dan mayoritas penduduk yang mendiami desa ini berprofesi sebagai petani. Karena areal persawahannya yang masih terjaga, kawasan Desa Jatiluwih telah ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia pada tanggal 29 Juni 2012. Hal ini tentu saja memengaruhi keberadaan bentuk-bentuk leksikon dan teks persawahan sebagai bahasa lingkungan mereka. Leksikon-leksikon dan teks persawahan masih digunakan oleh para penduduk di Desa Jatiluwih dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan ihwal adat istiadat, ranah rumah tangga dan pertanian lokal.

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana gambaran pengetahuan khazanah leksikon persawahan dalam komunitas tutur bahasa Bali di Desa Jatiluwih? (2) Bagaimana gambaran pengetahuan khazanah leksikon persawahan pada generasi tua dan generasi muda di Desa Jatiluwih? (3) Faktor-faktor apakah yang memengaruhi dinamika pengetahuan khazanah leksikon persawahan pada generasi tua ke generasi muda di Desa Jatiluwih?

Tujuan penelitian ini dapat dibagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan leksikon persawahan dan mengetahui dinamika leksikon persawahan sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan leksikon persawahan dalam komunitas tutur bahasa Bali di Desa Jatiluwih, memeroleh gambaran pengetahuan generasi tua dan generasi muda di Desa Jatiluwih terhadap khazanah leksikon persawahan dan faktor-faktor yang memengaruhi dinamika leksikon persawahan tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk: (a) menambah khazanah pengetahuan ekolinguistik terutama leksikon persawahan bahasa Bali dan (b) kumpulan leksikon persawahan bahasa Bali dapat disusun menjadi kamus mini sedangkan manfaat praktis penelitian ini adalah: (a) sebagai dasar pertimbangan dalam berkomunikasi bagi penutur bahasa Bali, khususnya generasi muda sehingga mereka dapat menggunakan leksikon persawahan dengan tepat dan benar serta (b) mengangkat harkat dan martabat bahasa Bali, khususnya khazanah leksikon persawahan. Kajian ini merupakan salah satu upaya agar leksikon persawahan bahasa Bali tidak terancam punah akibat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya ini penting karena bahasa ibu yang diwariskan sejak lahir sangat bermanfaat untuk berkomunikasi sehari–hari, utamanya sebagai jati diri masyarakat etnik Bali.

KONSEP DAN LANDASAN TEORI KonsepAda sejumlah konsep yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) DinamikaBerdasarkan KBBI online, dinamika adalah gerak (dari dalam); tenaga yang menggerakkan; gerak atau kekuatan yag dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan; gerak masyarakat secara terus-menerus yg menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini dinamika dikaitkan dengan pengetahuan leksikon persawahan di Desa Jatiluwih dan keberadaan leksikon tersebut hingga kini.

b) LeksikonLeksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis,

2

Page 3: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

atau suatu bahasa; kosakata; perbendaharaan kata (Kridalaksana, 2011:142). Kategori ini berkaitan dengan sikap dan perilaku masyarakat.

Landasan Teori Ekolinguistik merupakan cabang linguistik (terapan) yang menyandingkan ekologi dengan

linguistik. Karena sifatnya yang interdisipliner, parameter ekologi memegang peranan penting yang digunakan dalam menyimak dan memaknai fenomena bahasa. Parameter ekologi yang diterapkan dalam ekolinguistik adalah lingkungan, interaksi-interelasi-interdepedensi, dan keberagaman (Fill dan Mu ̈�hlha �usler, Eds., 2001: 1)

Lingkungan ragawi atau lingkungan alam yang disebut alam raya/jagat raya (makrokosmos) maupun lingkungan manusia dengan lingkungan budaya, dan di dalamnya ada lingkungan kebahasaan yang monolingual dan multilingual, merupakan lingkungan sosial atau jagat kecil (mikrokosmos). Ekologi manusia (dengan ekologi budaya dan tentu pula dengan ekologi bahasanya) berada dalam lingkungan alam. Ada lingkungan alamiah seperti lingkungan kesungaian, lingkungan pegunungan, lingkungan pesisir dan laut. Di antara lingkungan alamiah itu hadir dan hidup pula lingkungan sosial keetnikan dengan kebudayaan dan bahasa etniknya.

Di antara komponen lingkungan terjadi interaksi, interelasi dan interdepedensi. Interaksi adalah aksi timbal-balik antara komponen dalam lingkungan tertentu bahkan ada kesalingtergantungan. Penerapan parameter ini sekaligus menjadi dasar teoritis hubungan antara manusia dengan ekologi budayanya tampak nyata, misalnya: betapa interelasi manusia dengan lingkungan biologis dengan bambu dengan beringin, dengan bakau, dengan sungai, serta contoh-contoh lainnya. Manusia yang ada di lingkungan itu hidup sejahtera lahir-bathin karena adanya kesalingtergantungan, kesalinghubungan dengan tanaman dan lingkungan itu.

Keberagaman hadir dalam lingkungan kita, misalnya: tanaman, hewan, termasuk bebatuan. Secara ekologis keberagaman yang ada di sekitar kita dikategorikan sebagai biotik (segala sesuatu yang hidup dan berkembang biak) sedangkan segala sesuatu yang tidak bernyawa secara ekologis dikenal dengan istilah abiotik. (Mbete, 2013: 4)

BAHAN DAN METODELokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Jatiluwih. Secara administrasi desa ini berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Berdasarkan data dari kecamatan, Desa Jatiluwih terbagi atas 8 Banjar Dinas, yaitu: Banjar Dinas Kesambi, Banjar Dinas Kesambahan Kaja, Banjar Dinas Kesambahan Kelod, Banjar Dinas Jatiluwih Kangin, Banjar Dinas Jatiluwih Kawan, Banjar Dinas Gunungsari Desa, Banjar Dinas Gunungsari Umakayu,  Banjar Dinas Gunungsari Kelod. Jumlah penduduk yang mendiami Desa Jatiluwih adalah 2.680 orang atau sekitar 812 Kepala Keluarga (KK). Secara geografis desa ini memiliki luas wilayah 33.220 km2

dengan batas wilayah: di sebelah utara Hutan Negara, di sebelah selatan Desa Babahan, di sebelah timur Desa Senganan dan di sebelah barat Desa Wongaya Gede. Desa Jatiluwih berjarak 14 km dari kota Kecamatan Penebel dengan waktu tempuh ± 30 menit dan 26 km dari Kabupaten Tabanan dengan waktu tempuh ± 50 menit.

Desa Jatiluwih dipilih sebagai lokasi penelitian karena Desa Jatiluwih merupakan daerah pertanian dengan lahan persawahan bertingkat atau terasering seluas 303 ha dan mayoritas penduduk yang mendiami desa ini berprofesi sebagai petani. Bahkan kawasan Desa Jatiluwih telah ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia dalam sidang komite warisan budaya di Saint Petersburg, Rusia pada tanggal 29 Juni 2012.

Jenis dan Sumber DataData penelitian ini terdiri atas data verbal dan data non-verbal. Yang dimaksud dengan data

verbal adalah data bahasa yang diujarkan oleh penutur sedangkan data non-verbal adalah data yang diperoleh dari aspek di luar bahasa seperti alat-alat pertanian. Namun data non-verbal dikodekan dalam bahasa Bali.

Sumber data adalah penutur bahasa Bali di Desa Jatiluwih yang dipilih secara sampel purposif, yaitu metode yang tidak melihat besarnya jumlah populasi, tetapi lebih menekankan pada

3

Page 4: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

kriteria informan. Beberapa kriteria dalam penentuan informan bahasa adalah (a) penutur asli dewasa yang berusia antara 40-60 tahun dengan pertimbangan bahwa orang yang lebih dewasa dianggap memiliki pengetahuan lebih banyak tentang leksikon persawahan; dan (b) terlibat aktif dalam kegiatan bertani dalam kelompoknya.

Data kuantitatif bersumber dari sejumlah responden melalui hasil penyebaran kuisioner yang diperkuat wawancara mendalam. Beberapa kriteria dalam penentuan responden adalah (a) penutur Bahasa Bali; (b) berusia 8-80 tahun; serta (c) tinggal di desa tersebut sedangkan indikator-indikator yang digunakan dalam pengujian kompetensi leksikon persawahan para responden dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) mengetahui, memahami dan mengakrabi leksikon persawahan tersebut, (b) mengetahui dan memahami, tetapi tidak mengakrabi leksikon persawahan tersebut, (c) mengetahui, tapi tidak memahami dan tidak mengakrabi leksikon persawahan tersebut, (d) tidak mengetahui, tidak memahami, dan tidak mengakrabi leksikon persawahan tersebut.

Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini agar peneliti lebih mudah menjaring data,

yaitu daftar pertanyaan yang berfungsi sebagai petunjuk umum wawancara memuat seputar leksikon persawahan dan seberapa jauh pengetahuan serta pemahaman generasi muda terhadap leksikon-leksikon tersebut; alat perekam digunakan untuk merekam data hasil wawancara; sedangkan kamera digital digunakan untuk memvisualisasikan penelitan ini.

Metode Pengumpulan DataData penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi lapangan, simak

libat cakap, dan refleksif–introspektif. Metode observasi lapangan dilakukan dengan maksud peneliti mengamati langsung objek

yang diteliti di lapangan, yaitu leksikon persawahan. Pengamat dalam hal ini relatif bebas membuat catatan yang dikehendaki sesuai dengan tujuan penelitian (Moleong, 2010)..

Dalam pengumpulan data, peneliti juga menggunakan metode simak libat cakap dengan teknik catat. Peneliti berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan (Sudaryanto, 1993:133). Dengan kata lain, peneliti terlibat langsung dalam dialog. Keikutsertaan peneliti bersifat aktif karena peneliti juga ikut angkat bicara dalam proses dialog atau konversasi atau imbal wicara.

Metode refleksi-introspektif juga dapat dilakukan karena peneliti merupakan penutur asli bahasa Bali. Sudaryanto (1993:121) menyatakan bahwa metode refleksif–introspektif adalah upaya untuk melibatkan atau memanfaatkan sepenuh-penuhnya, secara optimal, peran peneliti sebagai penutur bahasa tanpa melebur-lenyapkan peranan kepenelitian itu sendiri.Metode dan Teknik Analisis Data

Kajian ini menggunakan metode analisis data kualitatif dan kuantatif. Secara kualitatif, data dianalisis dengan menggunakan metode padan teknik pilah unsur tertentu (Sudaryanto, 1993:21-30), yaitu data dikelompokkan ke dalam kategori, kemudian dijabarkan ke dalam unit-unit dan diberikan penjelasan. Secara kuantitatif, pengetahuan dan pemahaman responden terhadap leksikon persawahan dapat dilihat berdasarkan presentasenya. Semakin tinggi persentase menandakan bahwa pengetahuan dan pemahaman leksikon persawahan yang dimiliki oleh responden tergolong baik. Sebaliknya, semakin rendah persentasenya, maka semakin kurang pengetahuan dan pemahaman leksikon persawahan yang dimiliki oleh responden tersebut. Persentase pengetahuan dan pemahaman leksikon persawahan yang dimiliki oleh responden dapat dijabarkan sebagai berikut: 85%-100% tergolong sangat baik; 70%-84% tergolong baik; 55%-69% tergolong cukup; 45%-54% tergolong rendah; 0%-44% tergolong sangat rendah. Untuk memeroleh persentase tersebut, dilakukan perhitungan sederhana, yaitu:

Jumlah jawaban per leksikonX 100% = Hasil

Jumlah responden per kategori umur

Penyajian Hasil Analisis Data

4

Page 5: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

Hasil analisis data dalam bentuk leksikon-leksikon persawahan disajikan secara deskriptif atau dalam bentuk uraian sedangkan pengetahuan dan pemahaman responden terhadap leksikon persawahan disajikan dalam bentuk grafik.

PEMBAHASANAnalisis Data secara KualitatifKhazanah leksikon persawahan yang ada di Desa Jatiluwih dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

No LeksikonLingkungan Kategori Kelas Kata

MaknaBiotik Abiotik Nom Ver Ajk

1. Abangan + + Talang 2. Anggapan + + Ani-ani (alat pemotong padi)3. Arit + + Sabit 4. Aungan + + Terowongan 5. Awig-awig + + Hukum tertulis yang memuat

seperangkat kaedah-kaedah sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat petani

6. Balang danyuh + + Sejenis belalang7. Balang kajo + + Sejenis belalang8. Balang ketepung + + Sejenis belalang9. Balang minyak + + Sejenis belalang10. Balang nasi + + Sejenis belalang11. Balang nyandag + + Sejenis belalang12. Balang sangit + + Walang sangit 13. Be ekor pedang + + Sejenis ikan14. Bebek + + Bebek15. Be julit + + Sejenis ikan16. Be kucing + + Sejenis ikan17. Be lele + + Sejenis ikan18. Be nila + + Sejenis ikan19. Be nyalian + + Sejenis ikan20. Becing-becing + + Berudu 21. Bendesa Adat + + Kepala desa adat22. Berag + Kurang subur23. Besek + + Tempat penasih, terbuat dari

bamboo24. Biah-biah + + Sejenis gulma25. Bikul (jero

ketut)+ + Tikus

26. Biu ketip + + Sejenis pisang27. Biukukung + + Upacara saat padi bunting28. Blauk + + Anak capung yang masih muda29. Bluang + + Sejenis binatang air hidup di

sawah30. Bokor + + Tempat canang, terbuat dari

kayu31. Bubu ikan + + Alat perangkap ikan32. Bubu lindung + + Alat perangkap belut33. Bubu udang + + Alat perangkap udang34. Buit-buit + + Sejenis siput35. Buka/bungas + + Hulu sungai36. Bulih + + Benih padi

5

Page 6: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

37. Cagak + + Bagian dari tenggala38. Cakar + + Bagian dari lampit39. Caluk + + Alat untuk merabas semak40. Candung + + Sejenis tumbuhan seperti keladi41. Capil + + Alat pelindung kepala42. Capung engkok + + Sejenis capung43. Capung karag-

barak+ + Sejenis capung

44. Capung legitik + + Sejenis capung45. Carik + + Sawah46. Caruk + + Bagian dari tenggala47. Dongkang + + Sejenis katak48. Dulang + + Alat untuk menempatkan

banten49. Dungki + + Tempat ikan50. Eceng gondok + + Eceng gondok51. Empelan + + Empangan, bendungan52. Emping + + Sejenis gulma hidup di air53. Entut balu + + Sejenis gulma, berupa rumput54. Gamongan + + Sejenis gulma, berupa rumput55. Gelagah + + Sejenis gulma, berupa rumput56. Genjer + + Genjer 57. Gergaji penebih + + Alat untuk memotong kayu

papan58. Gergaji

Pengeleng+ + Alat untuk memotong kayu

59. Godogan + + Sejenis katak60. Grinding + + Alat untuk meratakan tanah61. Guun + + Sejenis gulma62. Ingka + + Alat untuk meletakkan banten63. Janggi + + Alat pengukur waktu, terbuat

dari tempurung kelapa64. Jengkuwung + + Gorong-gorong65. Jubel + + Sejenis ikan66. Kakul + + Siput67. Kalimenje

(gonda)+ + Sejenis gulma, rumput yang

tumbuh di sela-sela padi68. Kandik + + Alat dalam penyiapan lahan,

untuk memotong akar pohon69. Kapak + + Alat dalam penyiapan lahan,

untuk memotong kayu70. Kapu-kapu + + Sejenis gulma71. Katak hijau + + Sejenis katak72. Katak paku + + Sejenis katak73. Kawun

lampit/pemelasahan

+ + Bagian dari lampit

74. Kayu mer + + Tumbuhan yang hidup di tepi sawah, berupa semak

75. Kebo + + Kerbau76. Kedis + + Burung

6

Page 7: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

77. Kejen + + Sejenis cangkul yang digunakan untuk membersihkan pematang sawah

78. Kekalen + + Parit kecil di tepi sawah79. Kekupu + + Kupu-kupu80. Kelian

subak/Pekaseh+ + Pemimpin subak

81. Keluwung + + Urung-urung82. Kepuakan + + Alat untuk mengusir burung83. Kerincing + + Sejenis katak84. Keroncong + + Bagian dari lampit,

dikalungkan di leher sapi85. Kesimbukan + + Sejenis tumbuhan yang

merambat86. Ketungan + + Alat untuk menumbuk padi87. Kiskis + Alat untuk membersihkan

rumput diantara tanaman padi88. Klipes + + Sejenis serangga hidup di air89. Krama pekaseh + + Anggota pemimpin subak90. Kumba + Bejana kecil dari tanah liat

digunakan pada waktu upacara91. Kumis misa + + Sejenis gulma92. Lait + + Pasak, bagian dari tenggala93. Lampit Alat untuk

menggaru/meratakan sawah setelah dibajak

94. Lawas lemeng + + Nama sejenis gulma95. Layu + Layu 96. Lelakut + + Orang-orangan sawah97. Lindung + + Belut98. Lipi/lelipi jali + + Sejenis ular 99. Lipi/lelipi kawat + + Sejenis ular100. Lipi/lelipi sampi + + Sejenis ular101. Lobakan + + Alat penerang untuk

menangkap ikan102. Lu + + Antan 103.L

Lumut + + Lumut

104. Majukut + Membersihkan gulma105.m

Malungin + Membersikan rumput yang berserakan seusai membajak sawah

106. Mamakal + Membajak sawah pertama kali, saat usai panen sebelumnya

107. Mantenin + upacara yang dilakukan pada saat padi disimpan di lumbung atau ditempat lainnya sebelum padi diolah menjadi beras untuk pertama kalinya

108. Manyi + Panen 109.M

Maongin + + Sawah yang berada di tengah yang mendapat giliran air

7

Page 8: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

110. Mapag Toya + upacara yang dilakukan di dekat bendungan menjelang pengolahan tanah

111. Memeri + + Itik 112. Matekap + Membajak sawah113. Misi + Berisi114. Mokoh + Subur115.N

Nandur + Menanam bibit padi

116. Nandur/mamula + upacara yang dilakukan pada saat menanam padi

117. Nangluk Merana

+ upacara ini merupakan suatu ritual dalam rangka menolak hama yang ada di sawah dengan melakukan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai hubungan dengan penguasa hama

118. Napinin + Menampi gabah, beras119. Neduh + + Upacara padi berumur 1 bulan,

agar padi tidak serang hama120. Nganyarin Mempersembahkan banten

(tipat) hasil panen padi yang pertama kalinya

121. Ngasahang + Meratakan tanah 122. Ngasemin + Upacara yang dilakukan pada

saat padi bunting123. Ngasep + + Sawah yang di hilir mendapat

bagian air paling akhir124. Ngawiwit + upacara yang dilakukan pada

waktu petani menabur benih di pembibitan

125. Ngebisin + Membersihkan gulma126. Ngelampit + Meratakan tanah dengan lampit127.N

Ngendagin + upacara yang dilakukan pada saat mulai melakukan pencangkulan pertama

128. Ngenyatin + Mengeringkan, membuang air yang ada di sawah

129.

Ngerabuk + Memupuk padi

130. Ngerainin + Upacara yang dilakukan setiap bulan pada anggara kasih

131. Ngit + + Semacam nyamuk kecil-kecil132. Ngiu + + Nyiru 133. Ngulu + + Sawah di hulu yang mendapat

bagian air terlebih dahulu134. Ngurit + Membuat benih padi135. Ngusaba/

nyangket+ upacara yang dilakukan pada

saat menjelang panen136. Nuasin + Bekerja di sawah untuk

pertama kalinya sebagai

8

Page 9: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

pertanda hari baik untuk memulai suatu pekerjaan

137. Numbeg + Mencangkul 138. Nyaeb/mecaru + Upacara yang dilakukan agar

padi tidak diserang hama penyakit.

139. Nyat + Kering, tidak berair140. Nyepi + upacara ini sebagai simbolis

pembersihan buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan keseimbangan di dalam kehidupan manusia

141. Nyiag + Membersihkan gulma142. Padang blulang + + Sejenis rumput yang panjang-

panjang dan akarnya sangat kuat

143. Padang buit-buit

+ + Sejenis rumput

144. Padang buyung-buyung

+ + Sejenis rumput

145. Padang gajah + + Sejenis rumput146.P

Padang gento + + Sejenis rumput

147. Padang jae-jae + + Sejenis rumput148. Padang krawis + + Sejenis rumput149. Padang pusut/

kelungah+ + Sejenis rumput

150. Padang sampat + + Sejenis rumput151. Padang teki + + Sejenis rumput152. Padang tiying-

tiying+ + Sejenis rumput

153. Padi 64 Padi jenis 64154. Padi taun + + Padi beras merah, padi Bali155. Paku jukut Sejenis paku yang pucuk-

pucuknya dapat dipakai sayur156. Paku pipid + + Sejenis paku yang bisa dipakai

hiasan157. Paku tuke + + Sejenis tanaman paku158. Pamijan + + Telabah yang dibagi untuk

sendiri159. Panca + + Telabah yang dibagi menjadi 5

bagian160.p

Panggeh + + Bagian dari tenggala, pangkal pisau atau sejenisnya yang masuk ke hulunya (ke tangkainya)

161. Pangliman/Petajuh

+ + Pengurus subak

162. Panyong + + Alat untuk menggali terowongan

163. Patil + + Alat untuk memotong akar pohon

164. Pecut + + Pecut, bagian dari lampit9

Page 10: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

165. Pega + + Alat untuk menjunjung padi166.p

Pekiyuh + + Terjunan

167. Penampad + + Alat untuk membersihkan rumput di pematang sawah

168.P

Penasih + + Daftar hadir, terbuat dari lontar

169. Penatapan + + Alat untuk meratakan/merapikan ikatan padi

170. Pengeratan tali + + Alat untuk mengencangkan tali, ikatan padi

171. Pengikalan + + Alat untuk memilin tali172. Pengohot/

pengampel+ + Kewajiban membayar sejumlah

uang bagi anggota subak yang tidak aktif

173. Pengrondoan + + Alat untuk membersihkan rumput diatara tanaman padi

174. Pengutangan + + Penguras175. Penyarikan/Juru

Tulis+ + Pengurus subak

176. Penyepitan bulih

+ + Meratakan/menjepit padi muda sebelum di tanam

177. Pepiuh + + Pelimpang samping178. Petaku + + Bangunan terjun179. Petengen/Juru

Raksa+ + Pengurus subak

180.a

Pici-pici + + Semacam siput air kecil-kecil

181. Piduh-piduh + + Nama sejenis tumbuhan182. Pundukan + + Pematang sawah183. Pusut-pusut + + Sejenis siput sawah184. Puyung + Kosong185. Rabuk + + Pupuk186. Rahayu + Selamat 187.S

Sambed + + Bagian dari lampit dan tenggala, pengikat leher sapi, kerbau yang terbuat dari jalinan rotan pada waktu menarik bajak

188. Sampi + + Sapi189. Sanan + + Alat untuk memikul padi190. Sanggah Dewa

Nini+ + Simbol Dewi Sri

191. Saya/Juru arah/Juru tibak/ Kasinoman

+ + Pengurus subak

192. Segehan + + Nama banten193. Sekaa

jelinjingan + + Kelompok pengelolaan air

194.S

Sekaa jelinjingan

+ + Kelompok pengawasan air dari kecurian

195. Sekaa majukut + + Kelompok menyiangi padi

10

Page 11: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

196. Sekaa mamulih/nandur

+ + Kelompok dalam hal penanaman padi

197. Sekaa manyi + + Kelompok menuai/memotong/ngetam padi

198.S

Sekaa numbeg + + Kelompok dalam hal pengolahan tanah

199. Sekaa yeh/Sekaa subak

+ + Anggota subak

200. Semanggi + + Semanggi 201. Sepat siku-siku + + Alat untuk membuat sumber

air, alat untuk membuat sudut siku-siku

202. Sepit lindung + + Alat untuk menangkap/menjepit belut

203. Sesajen nandur + + Nama banten204. Seser + + Alat untuk menangkap siput,

belut, kepiting205. Sesukat + + Sebidang sawah206. Sigih + + Nama ukuran ikatan padi207. Singkal + + Bagian dari tenggala, bagian

bajak yang menindih baji208. Sorok + + Alat untuk membersihkan

rumput di teras sawah209. Subak + + Daerah pengairan, organisasi

yang otonomi berhak mengurus rumah tangganya sendiri& dapat menetapkan awig-awig mengenai pertanian.

210. Sugsug + + Alat untuk menangkap ikan di saluran air sawah

211.S

Sulinggih/Pemangku

+ + Pendeta Hindu yang memimpin upacara

212. Suwah bulih + + Alat untuk merapikan benih padi

213. Tajak + + Alat dalam pembuatan sumber air, untuk menggali

214. Tambah gigi tunggal

+ + Cangkul bergerigi satu

215. Tambah ginem + + Cangkul bergerigi satu216. Tambah gipat + + Cangkul bergerigi satu217. Tambah giwa + + Cangkul bergerigi satu

218. Tektek + + Jaringan irigasi pembagian tiap petak

219. Telabah alit + + Saluran tersier220. Telabah cerik + + Saluran ranting 221. Telabah gede + + Saluran primer222. Telabah

pemaron+ + Saluran sekunder

223. Telabah penyahcah (tali kunda)

+ + Jenis sungai dalam subak

224. Telepus + + Pipa

11

Page 12: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

225. Tempeh + + Alat untuk mengangkat benih/padi muda

226.t

Temuku alit + + Jaringan irigasi bangunan bagi tersier

227. Temuku aya + + Jaringan irigasi bangunan bagi utama, pembagian air di hulu

228.t

Temuku gede + + Ukuran bagian air untuk wilayah persubakan

229. Temuku pemaron

+ + Jaringan irigasi bangunan bagi sekunder

230. Temuku Penasan

+ + Ukuran bagian air yang langsung ke petak sawah yang jumlah petani 10 bagian

231. Temuku Pengalapan

+ + Empang

232. Temuku penyahcah

+ + Ukuran bagi air untuk perorangan

233. Tenah Ukuran padi yang beratnya kurang lebih 25-30 kg

234. Tenggala + + Alat pembajak sawah235.T

Tetehan + + Bagian dari tenggala

236. Tika + + Sistem kalender berdasarkan perbintangan dan tanda-tanda alam

237.t

Tipat daksina + + Nama banten

238. Titi + + Jembatan 239. Toke-toke + + Sejenis gulma air240. Tulud/Peed + + Alat perata padi sebelum

ditanam241. Tumbak

godogan+ + Alat untuk menangkap kodok

242. Uga + + Bagian dari lampit dan tenggala, alat yang dipasang pada leher sapi

243. Usak + Rusak 244. Waru + + Sejenis tanaman yang daunnya

bisa sebagai pakan sapi, kerbau, kambing

245. Wurak + + Alat ronda, terbuat dari bambu

Khazanah leksikon persawahan yang ada di Desa Jatiluwih untuk setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Kegiatan bertani

Pra Tanam Matekap, Mamakal, Ngasahang, Ngelampit, Ngurit, Numbeg, Malungin

Tanam Majukut, Nandur Pasca Tanam Ngebisin, Ngenyatin, Ngerabuk, NyiagPanen Napinin, Manyi

Alat pertanian Penyiapan Lahan (Pembukaan Lahan)

Gergaji Penebih, Gergaji Pengeleng, Patil, Kapak, Kandik, Caluk

Pembuatan Sumber Air

Sepat siku-siku, Tajak, Panyong

12

Page 13: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

Bangunan Irigasi Temuku (Aya, Gede, Penasan, Penyahcah), Empelan/empangan, Buka/bungas, Aungan, Telabah (gede, alit, pemaron, cerik, penyahcah: penasan, panca, pamijian), Pengutangan, Pepiuh, Petaku, Talang (Abangan), Jengkuwung, Keluwung, Titi, Telepus, Terjunan, Wurak, Tektek, Kekalen

Sakralisasi Air Kumba, Ingka, DulangPengolahan Tanah Sorok, Penampad, Tambah/Cangkul (gigi tunggal,

giwa, gipat, ginem),Tenggala (Cagak, Caruk, Lait, Panggeh, Sambed, Singkal, Tetehan, Uga), Kejen, Kepuakan

Perata Tanah Tulud/Peed, Grinding, Lampit (Cakar, Kawun Lampit/Pemelasan, Keroncong, Pecut, Uga)

Pelindung Kepala CapilMenanam Padi Suwah bulih, Penyepitan bulih, Arit, Bulih, TenahMenyiangi/Memupuk

Kiskis, Pengrondoan, Rabuk,

Alat-AlatMenangkap Ikan

Tumbak godogan, Seser, Sepit Lindung, Sugsug, Lobakan, Dungki, Bubu lindung, Bubu udang, Bubu ikan

Menunggu Padi Kepuakan, LelakutPanen Pengeratan tali, Pengikalan, Penatapan, Anggapan,

Arit, SigihPengangkutan/ Penyimpanan

Sanan, Pega

Menumbuk Padi Ketungan, Ngiu, LuBinatang yang hidup di sawah

Binatang yang sengaja dipelihara

Sampi, Kebo, Bebek, Memeri, Be (nila, nyalian, ekor pedang, kucing, lele, julit)

Hama Balang (nasi, minyak, kajo, ketepung, danyuh, nyandag, sangit), Bikul, Buit-buit, Kakul, Pusut-pusut

Binatang liar yang tidak tergolong hama

Becing-becing, Blauk, Blulang, Capung (karag-barak, engkok, lekitig), Jubel, Katak (paku, hijau, kerincing, godogan, dongkang), Lindung, Pici-pici, Lipi/lelipi (kawat, jali, sampi), Klipes, Ngit,

Tumbuhan yang hidup di sawah

Tumbuhan yang sengaja ditanam dan dipelihara

Padi (Padi taun, Padi 64), Waru, Biu ketip

Gulma / tumbuhan pengganggu

Sawi/padang krawis, Kapu-kapu, Eceng gondok, Biah-biah, Genjer, Kalimenje (gonda), Padang (gajah, gento, jae-jae, krawis, pusut/kelungah, sampat, teki, tiying-tiying, blulang, buit-buit, buyung-buyung), Kumis misa, Emping, Toke-toke, Entut balu, Gamongan, Gelagah, Guun, Lawas Lemeng, Lumut

Tumbuhan liar yang tidak tergolong gulma

Candung, Kayu Mer, Kesimbukan, Paku (pipid, tuke, jukut), Piduh-piduh, Semanggi,

Upacara keagamaan

Dilakukan oleh para petani secara perseorangan

Nuasin, Ngendagin, Ngawiwit, Mamula/nandur, Neduh, Biukukung, Ngasemin, Nyangket/ngusaba, Mantenin, Ngayarin, Ngerainin,

Dilakukan pada tingkat tempek

Mapag toya, Nyaeb/mecaru, Ngusaba

13

Page 14: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

KA

TE

GO

RI

Upacara lain yang juga harus dilakukan oleh para petani

Nyepi di sawah, Nangluk Merana

Alat Upakara Bokor, Dulang, Ingka, Kumba, Sesajen nandur, Tempeh, Sanggah Dewa Nini, Segehan, Tika, Tipat daksina

Sistem Pengairan Sawah di Desa JatiluwihSubak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah

yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak sebagai organisasi yang otonom berhak mengurus rumah tangganya sendiri dan dapat menetapkan awig-awig. Anggota subak adalah orang yang mempunyai sawah dan mendapatkan air, yang dapat dibedakan menjadi: anggota aktif (anggota subak yang wajib aktif dalam segala kegiatan subak seperti Karma Pekaseh, Sekaa Yeh atau Karma Subak), anggota tidak aktif (anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang yang disebut Pengohot atau Pengampel), dan anggota luput (anggota yang tidak bisa aktif dalam segala kegiatan subak karena mempunyai tugas penting seperti: Bendesa Adat, Sulinggih atau Pemangku). Prajuru/pengurus subak terdiri dari pekaseh/kelian subak, pangliman/petajuh, penyarikan/juru tulis, petengan/juru raksa, saya/juru arah/juru tibak/kasinoman, pemangku/urusan keagamaan.Sekaa dalam Subak terdiri dari sekaa numbeg, sekaa jelinjingan, sekaa sambang, sekaa mamulih/ nandur, sekaa majukut, sekaa manyi. Rapat anggota disebut sangkepan/paruman umumnya dilaksanakan secara rutin setiap 35 hari (satu bulan menurut kalender Bali) walaupun ada juga subak yang melaksanakan rapat 3 atau 6 bulan sekali.

Irigasi sebagai suatu sistem fisik dalam satu sistem Subak umumnya terdiri dari: bangunan utama berupa bangunan pengambilan yang terletak pada sumber air; jaringan pembawa berupa saluran pembawa yang berfungsi menyalurkan air irigasi dari sumbernya sampai ke petak sawah yang memerlukan; kumpulan petakan sawah sesuai topografi dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan air secara kolektif; sistem pembuangan yang berupa saluran air alami atau buatan yang terletak di luar wilayah irigasi Subak untuk membuang kelebihan air. Menurut sistem distribusi (pembagian) air, sesukat sawah memperoleh satu tektek bila sawah itu menggunakan bibit satu tenah.

Mitos tentang PadiMenurut legenda, pada awalnya orang-orang Bali hanya minum air tebu sebagai makanan

mereka. Karena merasa kasihan terhadap ras manusia, dewa lelaki kesuburan dan air, Wisnu, Penguasa Pluto dan Dunia Bawah Tanah, datang menyamar ke muka bumi untuk menyediakan makanan yang lebih baik bagi mereka. Dewa Wisnu memaksa Ibu Bumi yang ogah-ogahan untuk menyuburkan tanah dan melahirkan padi dan beliau dikenal sebagai Sang Hyang Pertiwi, Nenek Tercinta. Kemudian Dewa Wisnu menyatakan perang dengan Dewa Indra, Penguasa Surga, untuk membujuknya mengajari manusia bagaimana cara menanam padi. Karena padi adalah sumber utama kehidupan, kekayaan serta anugrah dewata; padi dilahirkan dari kesatuan sinar kosmis dari lelaki dewata dan kekuatan kreatif perempuan yang diwakili di muka bumi dan air.

Analisis Data secara KuantitatifTingkat pengetahuan dan pemahaman khazanah leksikon persawahan pada generasi tua

dan muda di Desa Jatiluwih dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:Kategori Generasi Muda Generasi Tua

(56-80 tahun)Usia belum produktif(8-14 tahun)

Usia produktif(15-55 tahun)

Jumlah responden dalam persen (%)A B C D A B C D A B C D

Kegiatan bertani

30 20 10 40 80 15 5 - 100 - - -

Alat pertanian 20 10 20 50 70 15 5 10 94 6 - -Binatang yang 20 30 30 20 65 20 10 5 100 - - -

14

Page 15: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

hidup di sawahTumbuhan yang hidup di sawah

25 35 20 20 70 20 5 5 100 - - -

Upacara keagamaan

20 20 25 35 85 10 5 - 100 - - -

Keterangan tabel:(A) Mengetahui, memahami dan mengakrabi leksikon persawahan tersebut(B) Mengetahui dan memahami, tetapi tidak mengakrabi leksikon persawahan tersebut(C) Mengetahui, tapi tidak memahami dan tidak mengakrabi leksikon persawahan tersebut(D) Tidak mengetahui, tidak memahami, dan tidak mengakrabi leksikon persawahan tersebut

Berdasarkan data di atas, khazanah leksikon persawahan yang sudah pasif adalah gergaji penebih, gergaji pengeleng, janggi, kejen, ketungan, lu, kiskis, lobakan, penasih, besek, telepus, tika, wurak sedangkan leksikon persawahan lainnya masih aktif.

Faktor-faktor yang memengaruhi dinamika pengetahuan khazanah leksikon persawahan pada generasi tua ke generasi muda di Desa Jatiluwih dijelaskan berikut ini.

a) Walaupun banyak generasi muda yang pindah ke luar desa mereka, baik untuk bekerja atau belajar, mereka setidaknya pernah terlibat dalam kegiatan bertani sehingga tingkat pengetahuan khazanah leksikon persawahan mereka tergolong cukup baik.

b) Tingkat pengetahuan generasi muda tentang upacara keagaamaan yang umumnya dilakukan oleh para petani di sawah tergolong cukup baik karena hal ini merupakan bagian dari adat istiadat mereka.

c) Generasi muda cenderung tidak mengetahui alat-alat pertanian tradisional karena alat-alat tersebut telah digantikan dengan alat-alat pertanian yang lebih modern dan canggih, seperti traktor dan mesin penggilingan padi.

d) Tingkat pengetahuan generasi muda tentang keberagaman binatang dan hewan yang hidup di sawah cukup baik. Binatang dan hewan yang hidup di sawah masih mudah ditemukan di Desa Jatiluwih karena lahan pertanian (sawah) di sana masih terjaga.Lahan pertanian (sawah) di Desa Jatiluwih masih terjaga karena adanya Perda Bupati yang menetapkan kawasan sawah di Desa Jatiluwih sebagai sawah abadi; adanya Rencana Daerah Tata Ruang (RDTR) yang mengatur tata letak persawahan dan bangunan lainnya; adanya ketentuan Jalur Hijau di setiap kawasan di Bali dan di Kabupaten Tabanan kawasan Jatiluwih telah ditetapkan sebagai jalur hijau; Desa Jatiluwih telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tanggal 29 Juni 2012.

SIMPULANLeksikon-leksikon persawahan yang ada di Desa Jatiluwih merepresentasikan khazanah verbal masyarakat setempat yang menunjukkan pengalaman dan pengetahuan masyarakat mengenai keanekaragaman hayati, pengalaman serta hasil interaksi, interrelasi dan interdepedensi masyarakat dengan lingkungan alam sekitar mereka. Dari segi linguistik, jenis leksikon tersebut terdiri dari kategori verba, nomina dan ajektiva. Melalui penelitian ditemukan 245 leksikon persawahan. Generasi tua memahami dengan sangat baik seluruh leksikon tersebut dan hanya 6% dari data tersebut tergolong leksikon pasif sedangkan generasi muda memiliki pengetahuan yang cukup baik. Banyak leksikon persawahan di Desa Jatiluwih yang masih bertahan karena adanya Perda Bupati yang menetapkan kawasan persawahan di desa Jatiluwih sebagai Sawah Abadi, adanya RDTR, ditetapkan sebagai Jalur Hijau, dan sebagai Warisan Budaya Dunia ditetapkan oleh UNESCO.

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan. 2011. Statistika Daerah Kecamatan Penebel 2011.

Diakses dari: http://tabanankab.bps.go.id/file/publikasi/statda_penebel_2011/files/search/

15

Page 16: Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kajian Ekolinguistik

Fiil, Alwin, Peter Mu ̈�hlha � usler, Eds. 2001. The Ecolinguistic Reader: Language, Ecology, and Environment. London dan New York: Continuum

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Mbete, Aron Meko, I Nyoman Suparwa, Anak Agung Putu Putra. 2013. Laporan Penelitian:

Khazanah Verbal Kepadian Sebagai Representasi Pengetahuan Lokal, Fungsi Pemeliharaan, dan Pelestarian Lingkungan dalam Komunitas Bahasa Wajewa dan Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya. Denpasar: Universitas Udayana

Mbete, Aron Meko. 2009. Selayang Pandang Tentang Ekolinguistik: Perspektif Kelinguistikan Yang Prospektif: Bahan Untuk Berbagi Pengalaman Kelinguistikan Dalam Matrikulasi Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana, 12 Agustus 2009. Denpasar: Universitas Udayana.

Mbete, Aron Meko. 2013. Cuplikan Definisi dan Kerangka Teoritik Ekolinguistik. Denpasar: Universitas Udayana.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Prasetyo, B. Arif. 2010. Bali Benteng Terbuka 1995-2005. Denpasar: Pustaka Larasang.Situs Resmi Kabupaten Tabanan. 2012. Kawasan Jatiluwih Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya

Dunia. Diakses dari: http://tabanankab.go.id/berita/budaya-pariwisata/1695-kawasan-jatiluwih-ditetapkan-sebagai-warisan-budaya-dunia.

Situs Resmi Kecamatan Penebel. 2013. Desa Jatiluwih. Diakses dari: http://penebel.tabanankab.go.id/desa-jatiluwih/.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Subak Sanggulan. 2011. Museum Subak. Tabanan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan.

16