perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA PERANAN SCRIPT SUPERVISOR DALAM PROSES PRODUKSI PROGRAM FILM CHARACTER BUILDING DI STUDIO AUDIO VISUAL PUSKAT YOGYAKARTA Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Disusun oleh : Asri Margaretha Y. N. D1408048 DIPLOMA III KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS`SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
52
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id LAPORAN KULIAH ... · LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA PERANAN SCRIPT SUPERVISOR DALAM PROSES PRODUKSI ... Seluruh Dosen FISIP UNS, atas ilmu pengetahuan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA
PERANAN SCRIPT SUPERVISOR DALAM PROSES PRODUKSI
PROGRAM FILM CHARACTER BUILDING
DI STUDIO AUDIO VISUAL PUSKAT YOGYAKARTA
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan
guna mencapai gelar Ahli Madya
Disusun oleh :
Asri Margaretha Y. N.
D1408048
DIPLOMA III KOMUNIKASI TERAPAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS`SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Be my self in everywhere, everytime, and with everyone”
-margaretha-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
karena atas berkat dan kehendak-Nya tugas akhir ini dapat selesai.
Dalam tugas akhir ini penulis memilih judul “Proses Produksi Program
Film Character Building di Studio Audio Visual Puskat Yogyakarta”, selain
sebagai memenuhi persyaratan gelar Ahli Madya, penulis juga bermaksud ingin
menambah ilmu pengetahuan yang pernah penulis peroleh di Diploma III
Penyiaran FISIP UNS.
Dalam penyusunan ini penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya,
walaupun demikian masih banyak kekurangan di dalamnya. Penulis berharap
semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan ilmu
pengethauan komuniksai terapan pada khususnya.
Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas limpahan berkat-Nya.
2. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. A. Eko Setyanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma III
Ilmu Komunikasi Terapan.
4. Dra. Sri Urip Haryati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik Program
Diploma III Ilmu Komunikasi Terapan Konsentrasi Penyiaran.
Dunia pertelevisian atau audio-visual di Indonesia sedang
berkembang pesat dewasa ini. Banyaknya televisi swasta dan production
house yang berdiri merupakan bukti nyata dari perkembangan dunia audio-
visual.
Banyaknya program acara ataupun karya visual yang dihasilkan juga
bergantung pada sumber daya manusia tiap individu yang berperan di
dalamnya, baik yang berada di depan kamera maupun yang berada di
belakang kamera. Kesemuanya harus dapat bekerja sama dengan baik agar
dapat menghasilkan suatu hasil karya yang berkualitas.
Setiap stasiun televisi ataupun production house berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Untuk menghadapi
persaingan yang semakin ketat, maka kita dituntut untuk mampu membuat
program yang menarik dan memiliki makana atau manfaat yang bersifat
menhibur, pendidikan, maupun memberikan suatu informasi.
Dunia audio-visual khusunya perfilman saat ini telah menjadi salah
satu basis perekonomian di Indonesia yang mau tidak mau menjajikan
lapangan pekerjaan yang baru bagi lulusan perfilman atau audio-visual
khusunya dan masyarakat pada umumnya.
Bekerja di dunia audio-visual sekarang ini menjadi impian masyarakat dan
selanjutnya menjadi booming bagi generasi muda untuk meniti karier di jalur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tersebut, serta hal itu sudah barang tentu membutuhkan tenaga-tenaga ahli di
bidang komunikasi yang handal dan profesional.
Bekerja di dunia audio-visual tidak hanya cukup sekedar menguasai
teori tetapi juga harus mampu diaplikasikan. Sebaliknya kemampuan praktek
ataupun pengalaman juga tidak cukup apabila tidak dilandasi dengan teori-
teori yang relevan.
Perpaduan antara teori dan praktek bidang keahlian komunikasi
khusunya dalam bidang audio-visual ataupun perfilman akan meningkatkan
kreativitas bagi seseorang yang bekerja dalam bidang audio-visual untuk
menciptakan suatu program acara atau karya-karya visual yang menarik
khalayak umum.
Seorang broadcaster atau sineas yang profesional adalah harus kreatif
dan dinamis. Kreatif berarti harus memiliki kemampuan mengkreasikan isi
acara atau karya menjadi suguhan yang menarik, enak untuk dinikmati, dan
bermanfaat. Sedangkan yang dimaksud dinamis adalah harus mampu
membuat sebuah program acara atau karya visual tidak monoton, mampu
bervariasi sesuai dengan keadaan perkembangan masyarakat. Untuk
menciptakan seorang broadcaster atau sineas yang seperti ini membutuhkan
proses yang cukup lama karena harus memulai jenjang karier yang paling
bawah.1
Hal ini yang mendorong para sineas perfilman Indonesia untuk
melebarkan sayapnya dan memproduksi film atau karya audio-visual yang
1 Drs. Tomy Suprapto, MS,2006. Berkarir di Bidang Broadcasting. Yogyakarta : Media
Pressindo, Halaman 56-57.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
nantinya akan bersaing di dunia audio-visual. Walaupun itu hanya sekedar
film indie, film pendek, film dokumenter, bahkan film layar lebar. Namun,
kesemuanya itu mampu untuk bersaing di dunia perfilman atau audio-visual.
Pada dasarnya film sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
film non fiksi dan film fiksi. Film non fiksi biasanya sering disebut dengan
film dokumenter. Film dokumenter bersifat nyata atau riil, karena film ini
bertujuan untuk mendokumentasikan sesuatu hal atau kejadian, sehingga film
ini didukung dengan fakta dan data yang akurat.
Sedangkan film fiksi adalah film yang memang sengaja dikarang dan
dimainkan oleh artis. Contoh dari film fiksi adalah film drama, horor, film
sejarah, komedi dan masih banyak lainnya.
Film fiksi biasanya digunakan sebagai hiburan atau sarana
entertainment saja. namun, di balik semua itu masih ada film fiksi yang
memberikan pesan dan makna melalui cerita yang disampaikan tersebut.
Sehingga, film bukan hanya sebagai hiburan saja, melainkan dapat menjadi
sarana pendidikan, apalagi dapat ,menjadi sarana pendidikan bagi anak-anak
untuk membangun karakter dan memberikan pelajaran mengenai sikap,
tingkah laku, dan budi pekerti yang nantinya berguna bagi perkembangan
anak itu sendiri.
Oleh karena itu, Penulis melakukan Kuliah Kerja Media (KKM) di
Studio Audio Visual Puskat yang memiliki program untuk membuat film
fiksi pendek – drama yang bersifat pendidikan dan pembentukan karakter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Program character building ini, diproduksi oleh Puskat bekerjasama
dengan Yayasan Kanisius. Cerita-cerita yang diambil di dalam film ini
diambil dari buku-buku pembentukan karakter anak yang telah diterbitkan
oleh Kanisius. Satu program film character building ini ada 12 episode, yang
dimana masing-masing episode memiliki tema masing-masing.
Puskat Yogyakarta memiliki maksud dan tujuan tertentu mengapa
mengangkat cerita dalam buku pembuatan karakter yang diterbitkan oleh
Kanisius ini untuk dijadikan film. Tujuannya yaitu ikut berperan dalam
pendidikan, dengan secara lebih khusus dalam pembentkan karakter dan budi
pekerti anak. Karena dirasa hal-hal tersebut sudah mulai luntur di
perkembangan kepribadian anak-anak yang serba modern dan instan di jaman
sekarang ini.
B. Tujuan
Tujuan dari Kuliah Kerja Media ini adalah :
a. Memberikan pengalaman belajar dan bekerja secara nyata tentang hal-hal
yang didapatkan selama kuliah, maka mahasiswa terjun secara langsung
dalam proses produksi di SAV Puskat Yogyakarta.
b. Lebih mematangkan kepribadian mahasiswa dan memperkenalkan realita
kehidupan kerja dalam dunia audio-visual.
c. Mampu menjadi Ahli Madya yang siap pakai.
d. Menambah relasi yang sama-sama bekerja dalam bidang komunikasi
khususnya audio-visual, perfilman, dan jurnalistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
e. Lebih mengetahui bagaimana cara memproduksi suatu film, apapun jenis
film tersebut.
f. Dapat memberikan pelajaran lebih bagi penulis untuk membuat film yang
lebih bermutu dan memiliki pesan atau makna untuk disampaikan, seperti
program character building ini.
g. Mampu memberikan pelajaran bagi penulis bahwa film tidak hanya untuk
hiburan saja, melainkan mampu berperan untuk pendidikan, salah satunya
program character building ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Media (KKM) penulis tidak pernah
terlepas dari proses belajar. Menurut penulis, belajar itu tidak hanya di dalam
bangku formalitas atau perkuliahan saja. Keberadaan ilmu akan berkembang seiring
dengan perkembangan jaman dan kebutuhan dari manusia. Dengan melihat
kenyataan tersebut, maka penulis serlalu berusaha mendapatkan sumber-sumber
untuk pengembangan guna menunjang dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Media
(KKM) dan sebagai pegangan bagi Penulis sendiri.
Mengikuti Kuliah Kerja Media ini, bagi Penulis merupakan langkah untuk
mengenal dunia kerja yang sebenarnya sekaligus untuk mempraktekan ilmu yang
sudah Penulis dapatkan selama di bangku perkuliahan. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa ilmu yang Penulis dapatkan dari bangku perkuliahan ternyata
tidak semua mampu menjawab persoalan-persoalan yang Penulis temui selama
menjalani Kuliah Kerja Media (KKM). Oleh karena itu, untuk menjawab semua
tantangan itu, Penulis mencoba untuk mendapatkan berbagai literatur sebagai bahan
referensi.
A. Pemahaman Film
Secara sederhana, prinsip membuat sebuah karya film hampir serupa dengan
metode bercerita kepada orang banyak. Hanya ada beberapa perbedaan yang
mendasar. Saat bercerita, hanya dibutuhkan media suara dan
keleluasaan audience untuk berimajinasi sesuai rekaan mereka yang tentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
saja tidak membutuhkan waktu yang lama.1 Sementara dalam sebuah karya film,
cerita disampaikan dengan media bahasa, gambar, dan suara. Dan disadari atau
tidak, film sebenarnya mendikte penonton untuk meyakini imajinasi film yang
dikemas dalam bahasa film tersebut, yang tentu saja membutuhkan waktu yang
lama. 2
Bahasa film adalah kombinasi antara bahasa suara adan bahasa gambar.
Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa
diterima dengan baik oleh orang yang menonton. Keberhasilan seseorang
memahami film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut
terhadap aspek naratif serta aspek sinematik sebuah film. Jika, sebuah film dianggap
buruk ( kurang memadai ) bisa jadi bukan karena film tersebut buruk, namun
mungkin memang belum ada kemampuan secara utuh untuk memahami film
tersebut. 3
Dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya Penulis akan memberikan lebih
banyak lagi pengetahuan bahwa pilihan-pilihan seorang sineas dalam aspek naratif
serta sinematik sangat tak terbatas.
B. Unsur-Unsur Film
Untuk memahami sebuah film tidak lepas dengan unsur-unsur pembentuk
film. Pemahaman terhadap unsur-unsur pembentuk film tentu akan banyak
membantu untuk memahami film dengan lebih baik.
1 Catatan Kuliah. Sinematografi.
2 Himawan Pratista, 2008. Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka, Halaman 3. 3 M. Bayu Widagdo, 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah. Yogyakarta: Andi Offset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Mise en scene
Sinematografi
Editing
Suara
Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan
unsur sinematik. 4
Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain
untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat
membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif
adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara
(gaya) untuk mengolahnya.
Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.
Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan
aspek-aspek teknis pembentuk film.
Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film
cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-
unsur seperti tokoh, maslah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen
4 Himawan Pratista, Op. Cit. Halaman 1-2.
Unsur Naratif Unsur Sinematik
FILM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan dan sebuah jalinan peristiwa.
Selruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yaitu hukum kausalitas
(logika sebab-akibat). Namun, dalam pembahasan berikutnya juga akan dijelaskan
bahwa beberapa jenis film dapat dibentuk tanpa elemen cerita (non-naratif). Unsur
sinematik merupakan aspek teknis dalam memproduksi suatu film. Mise en scene,
sinematografi, editing, suara, seluruh unsur tersebut saling terkait dan mengisi, serta
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara
keseluruhan.
Dalam beberapa kasus, sebuah film bisa saja tanpa menggunakan unsur suara
sama sekali seperti dalam film era bisu, namun hal ini lebih disebabkan karena
keterbatasan teknologi dan bukan akibat penyelesaian sinematik (kesengajaan).
Beberapa film juga terbukti telah mampu sangat minim atau bahkan meniadakan
teknik editing namun jumlahnya masih sangat terbatas. 5
C. Jenis-jenis Film
Secara umum film dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : dokumenter, fiksi,
eksperimental. Pembagaian ini didasarkan atas cara bertuturnya yaitu, naratif (cerita)
dan non-naratif (non-cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas,
sedangkan film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film
dokumenter memiliki konsep realisme (nyata) berada di kutub yang berlawanan
dengan film eksperimental yang memiliki konsep formalisme (abstrak).
5 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dan film fiksi berada tepat di tengah-tengah, karena film fiksi bisa
dipengaruhi oleh film dokumenter atau film eksperimental baik secara naratif
maupun sinematik.
Dokumenter Fiksi Eksperimental
(nyata) (rekaaan) (abstrak)6
1. Film Dokumenter
Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter
berhubungan dengan orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film
dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, melainkan merekam
peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film
dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan
oleh tema atau argumen dari sineasnya.
Dalam menyajikan faktanya,film dokumenter dapat menggunakan beberapa
metode.Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa tersebut
benar-benar terjadi dan juga dapat merekonstruksi ulang sebuah peristiwa yang
pernah terjadi. 7
2. Film Fiksi
Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi
ceita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta
6 Ibid, Halaman 4.
7 Ibid, Halaman 4-5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur film juga
terikat hukum kausalitas. Film fiksi yang berada di tengah-tengah dua kutub, nyata
dan abstrak, sering kali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif
maupun sinematik. 8
Seperti halnya dokumenter, film fiksi juga dapat diambil dari kisah-kiasah
nyata, peristiwa penting dan bersejarah. Namun, sineas fiksi juga terkadang
menggunakan cerita dan latar abstrak dalam film-filmnya. Latar atau setting abstrak
sering kali digunakan untuk mendukung adegan mimpi atau halusinasi.9
3. Film Eksperimental
Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua
jenis film lainnya. Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar industri film
utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Mereka
umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya sejak awal hingga akhir. 10
Film eksperimental tidak memilki plot namun tetap memiliki struktur.
Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide,
emosi, serta pengalaman batin mereka. Film-film eksperimental umumnya
berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka
menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.11
8 Ibid, Halaman 6.
9 Ibid.
10 Ibid, Halaman 7-8.
11 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
D. Media Film
Pada tahun 1980-an, perbedaan format memunculkan dua kelompok, film
dan video, yang tak saling berurusan satu sama lain. Kelompok film pengguna pita
seluloid nyaris tak pernah menyentuh ranah video. Sementara kelompok video
menghasilkan karyanya tanpa mengenal film. Selama du puluh tahun terakhir,
format video mengalami perkembangan pesat sehingga saat ini dimungkinkan kedua
kelompok tersebut melebur menjadi satu dalam memproduksi film.12
Format video memiliki berbagai macam keunggulan daripada film, yaitu dari
segi biaya dan waktu. Format video cenderung lebih murah daripada film dan juga
dalam segi waktu, kita dapat melihat hasil shooting yang telah dilakukan dengan
cara playback.Sehingga, hal itu yang membuat para broadcaster atau pekerja televisi
cenderung memakai video dalam pembuatan program mereka yang akhirnya nanti
akan disajikan melalui televisi. Namun, semua juga bisa kembali pada keinginan
masing-masing, karena kita juga harus mempertimbangkan ratio aspek dan ratio
shooting.13
Dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam,
yaitu materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana
produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.14
12
Heru Effendy, 2009. Mari Membuat Film Panduan menjadi Produser. Jakarta:Erlangga, Halaman
9.
13 Ibid, Halaman 13-14.
14 Fred Wibowo, 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta : Pinus Book Publisher,
Halaman 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kepekaan kreatif produser dapat menciptakan suatu karya yang akan
menjadi suatu program yang dapat disaksikan oleh pemirsa.
Berbagai contoh program televisi, antara lain :
a. Program Seni dan Budaya
b. Program Talkshow
c. Program Berita
d. Program Dokumenter
e. Program Doku-Drama
f. Program Feature
g. Program Magazine
h. Program Spot
i. Program Film Televisi15
Program-program tersebut bisa saja diproduksi langsung oleh stasiun televisi
tersebut, namun juga dapat diproduksi oleh suatu production-house yang nantinya
akan tetap ditayangkan melalui media televisi.
E. Film Televisi
Suatu kejadian istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik
untuk program dokumenter atau film televisi. Tentu saja kejadian itu masih harus
15
Ibid, Fred Wibowo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal lainnya untuk menjadikan
program itu sebuah program yang utuh. Maka, masih perlu dilakukan riset lagi yang
mendalam. 16
Seseorang yang menjalankan suatu riset akan berhadapan dengan fakta-fakta,
kesaksian, dan data. Sesudah itu akan melakukan seleksi dari data-data yang didapat.
Kemudian secara deskriptif menyusun semua fakta, hal ini tidak sulit karena bahan
yang didapat konkret. Hal yang harus dipertimbangkan, bagaimana membuat semua
itu menjadi suatu kesatuan yang enak diikuti dan dilihat. Namun, sebuah tulisan
deskriptif yang isinya penuh overlapping dan sangat datar tidak menarik minat orang
untuk membaca.
Maka, hal-hal yang perlu dilakukan adalah mendramatisir suatu kejadian
tersebut agar terdapat eksposisi, klimaks, dan penyelesain. Hal tersebut yang akan
mendapatkan suatu “greget” dari penonton.17
F. Prinsip Kerja Membuat Film Televisi
Banyak persamaan anatara penggarapan film layar lebar dengan film televisi.
Yang berbeda hanyalah film layar lebar menggunakan kamera optik, bahan film
seluloid dan medium sajiannya memakai proyektor dan layar putih di dalam
bioskop.
Sementara itu, pembuatan film televisi menggunakan kamera elektronik
dengan video rekorder yang bahan pitanya di dalam kaset. Dan penyajiannya
16
Ibid, Halaman 25.
17 Ibid, Halaman 236-237.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
melalui televisi. Karena perbedaan karakter dari mediumnya, cara penggarapannya
pun berbeda. Secara eksterm, film layar lebar, pengambilan gambarnya dengan
angle lebar, sedangkan film televisi diambil dengan angle close shot.18
1. Pra Produksi
Bilamana seorang produser merencanakan sebuah film, maka sering kali ia
bertolak dari sebuah ide ke ide yang lainnya, dan ide ini dapat diperolehnya dari
berbagai sumber. Bisa ia memperolehnya dari berita di surat kabar, dari sebuah
novel, cerita pendek, atau berbagai sumber sastra tertulis lainnya. Namun bisa juga
mendapatkan ide secara rasional. Sebelum memulai shooting, ada beberapa tahap
yang harus ditempuh. Ada beberapa tahapan dalam pembuatan suatu film, antara
lain :
a. Sinopsis
Sinopsis merupakan ringakasan cerita yang memberikan gambaran-
gambaran singkat mengenai apa yang akan diceritakan. Biasanya hal ini dilakukan
oleh scrip writer atau penulis skenario, tetapi terkadang hal ini juga langsung
dilakukan oleh sutradara.
b. Treatment
Tahapan ini merupakan tahapan perantara. Karen adi dalam hal ini sudah
dpata dilihat perkembangan jalur cerita. Dan terkadang berbagai dialog penting juga
ditulis di dalam sebuah treatment.19
18
Ibid, Halaman 226-227.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Skenario
Merupakan tahapan akhir dalam penulisan cerita untuk film. Hal ini bisa
dilkukan oleh seorang penulis atau sutradara saja, tetap juga bisa kolaborasi kedua-
duanya.20
d. Penyusunan Crew
Dalam pembuatan film, hal ini sangatlah penting dikarenakan film tidak dapat
berjalan tanpa adanya crew film.
Di bawah ini meruapakan beberapa susunan crew film :
1) Produser
2) Sutradara
3) Manajer Produksi
4) Desainer Produksi
5) DOP (Director of photography)
6) Asisten Sutradara21
7) Pencatat Script / Script Supervisor (Scoring)
8) Cameraman
19
Fritz G. Schadt, 1999. Pemain Dalam Produksi Film. Jakarta:Yayasan Citra, Halaman 3.
20 Ibid, Halaman 4.
21 Heru Effendy, 2009. Mari Membuat Film Panduan menjadi Produser. Jakarta:Erlangga,
Halaman 40-47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
9) Editor
10) Soundman / Audioman
11) Art Director
12) Lightingman22
e. Skenario Breakdown
Susunan kegiatan kerja atau apa saja yang perlu disiapkan dan dikerjakan
dalam masa produksi nantinya.
Pembagian setting lokasi apakah akan shooting di dalam atau di luar.
f. Shooting Schedule
Setelah pembuatan skenario berakdown, maka crew menetapkan kapan
shooting akan dimulai.
Penyusunan shooting schedule bisa dilaksanakan dengan 2 cara :
1) Set approach merupakan pendekatan berdasarakan set. Dan hal ini dirasa
akan sangat memiliki efisiensi kerja yang maksimal.
2) Actor approach merupakan pendekat berdasarkan pemain. Hal ini dirasa
kurang begitu efektif, sangat tidak praktis dan boros serta sulit untuk
diperhitungkan.23
g. Casting Pemain
22
Fritz G.Schadt. Op. Cit. Halaman 7-8.
23 Ibid, Halaman 10-11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pemilihan pemain berdasarkan karakter atau peran yang terdapat di dalam
skenario.24
2. Produksi
Pada umumnya masa yang dilalui sebuah unit produksi atau satuan
pembuatan disebut masa shooting. Istilah ini adalah yang paling populer di kalangan
perfilman Indonesia. Ada juga istilah yang disebut dengan “waktu opname”. Tapi
karena menggunakan pengertian Pra Produksi, maka dengan sendirinya masa ini
harus disebut dengan masa Produksi.
Pada saat produksi diselenggarakan, maka pemain sebagai salah satu materi
dalam pembuatan film, paling bekerja di waktu ini. Di sinilah partisipasi aktif serta
kretif disertakan. 25
Beberapa hal yang menjadi tugas utama dari departemen penyutradaraan
selama shooting adalah sebagai berikut :
a. Kesinambungan (Script Continuity)
Umumnya proses pengambilan gambar berbeda dengan alur skenario.
Skenario memuat rangkaian adegan yang diurut dengan nomor adegan (scene
number). Shooting sendiri umumnya tidak berjalan sesuai dengan nomor adegan,
melainkan berdasarkan lokasi. Nanti di tahap pasca produksi, adegan-adgan ini
diurutkan kembali berdasarkan nomor adegan.
24
Ibid, Halaman 12.
25 Ibid, Halaman 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Masalah yang sering terjadi adalah ketidaksinambungan (discontinuity).
Ketika adegan-adegan tersebut harus ditata ulang berdasarkan skenario, baru
diketahui bahwa ada hal-hal yang tidak berkesinambungan.
Hal ini bisa berupa masalah gerak, arah gerak, dan pandangan pemeran
(screen direction) yang berbeda ketika disandingkan. Oleh karena itu, departemen
penyutradaraan harus memperhatikan kesinambungan antara adegan satu dengan
yang lain dengan cermat.26
Penanggungjawab script continuity ada di tangan script supervisor.
Berkoordinasi dengan assisten sutradara, script supervisor mencermati segala hal
yang tampak dalam frame dan mencermati tiap adegan satu per satu. Script
supervisor harus jeli melihat tata rias, busana, posisi pemeran, maupun intonasi
dialog. Pekerjaan ini sangat penting sekaligus melelahkan. Karenanya, posisi ini
jangan sampai dirangkap.27
b. Mood Continuity
Kondisi fisik dan mental pemeran juga harus dijaga kesinambungannya
sebelum dan pada saat shooting berlangsung. Hal ini merupakan tanggungjawab
assisten sutradara. Assisten sutradara kemudian berkoordinasi dengan asisten
produksi untuk menjaga mood sepanjang shooting.
Kesinambungan kondisi fisik dan mental ini juga penting dei mematuhi
jadwal dan ketentuan yang telah digariskan oleh departemen produksi. Lewat asisten
26
Heru Effendy. Op. Cit. Halaman 71.
27 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
produksi, departemen produksi harus memastikan bahwa semua kru dan pemeran
berada dalam kondisi yang baik agar semua jadwal agar semua jadwal dan ketentuan
terpebuhi seperti yang direncanakan. 28
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh
departemen produksi :
1) Konsumsi
Konsumsi yang diberikan tepat pada waktunya adalah hal penting yang tak
boleh diabaikan. Kuantitas dan kualitas makanan tidak boleh diabaikan.
Penghematan berlebihan pada hal ini hanya akan memperburuk mood dan
menurunkan kualitas kerja tim.
2) Transportasi
Masalah tepat waktu sangat menentukan target produksi film. Sehingga,
untuk menghindari keterlambatan, sebaiknya sediakan kendaraan antar jemput untuk
semua kru dan pemeran. Waktu dan tempat penjemputan pun harus jelas.
3) Akomodasi
Apabila shooting dilakukan di luar kota, sebaiknya meyiapkan penginapan
untuk para kru dan pemeran. 29
Setelah melaksanakan shooting, ada beberapa laporan yang harus diserahkan
untuk tahap pasca produksi nantinya, antara lain yaitu :
28
Ibid, Halaman 72.
29 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1) Script Continuity Report
Terkadang sutradara merasa perlu mengulang shot agar gambar yang
terekam berkualitas prima. Hal-hal seperti ini dicatat oleh script supervisor.
Nantinya script supervisor ini dijadikan pedoman untuk mengetahui shot mana yang
dipilih oleh sutradara.
Pada tahap pascaproduksi, editor memilih gambar pilihan sutradara
berdasarkan script continuity report ini. Perlu diingat, tidak bahwa gambar yang lain
adalah sampah.
Gambar tersebut bisa saja tetap berguna setelah diperbaiki melalui sejumlah
trik editing. Karenanya di dalam script continuity report, script supervisor harus
mencatat semua informasi selengkap mungkin.
2) Camera Report
Selama shooting berlangsung, salah seorang asisten kamera membuat
camera report. Laporan ini menjadi acuan untuk mencari shot yang telah direkam
dan dianggap baik untuk keperluan editing gambar.30
3) Sound Sheet Report
Laporan ini dikerjakan oleh sound recordist dan akan dijadikan acuan dalam
mengedit suara pada tahap pasca produksi nanti. Catatan yang disusun dengan teliti,
lengkap , dan akurat bisa membantu penata suara dan editor melakukan kerjanya.
4) Daily Production Report
30
Ibid, Halaman 73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam contoh terlihat bahwa laporan ini merupakan kompilasi dari laporan
beberapa departemen. Isikan semua informasi yang telah diperoleh setiap selesai
shooting ke dalam daily production report yang harus ditandatangani oleh asisten
sutradara 1 dan manajer produksi.
Laporan ini berguna sebagai alat kontrol dan informasi guna mengambil
keputusan tentang pelaksanaan shooting pada hari-hari berikutnya. 31
3. Pasca Produksi
Perancangan dan persiapan proses editing bisa dilakukan melalui diskusi
antara editor dengan sutradara.
Editor kemudian merancang tahapan editing untuk kemudian diserahkan
kepada produser dan sutradara dan didiskusikan sekali lagi untuk mencari
kemungkinan yang terbaik untuk sebuah hasil karya film.32
Hal-hal yang dilakukan selama proses pasca produksi :
a. Mengumpulkan Report
Semasa shooting, ada sejumlah laporan yang bisa membantu kerja editor
seperti script continuity report, camera report, dan sound sheet report. Laporan-
laporan itu harus dikumpulkan untuk meringankan kerja editor.33
b. Editing
31
Ibid, Halaman 74.
32 Ibid.
33 Heru Effendy. Op. Cit. Halaman 82.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil
editing offline dalam komputer sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek
gambar, dan suara yang harus dimasukkan.
Sesudah semua sempurna, hasil online ini akan dimasukkan kembali dari file
menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standard.
Setelah program dimasukkan pita, bisa dikatakan program ini selesai dan
kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi. Namun, hal ini
dilakukan apabila akan disiarkan melalui televisi. Apabila hasil tersebut hanya akan
dipasarkan melalui DVD, maka setelah proses render, hasil tersebut hanya akan
dimasukkan ke dalam sebuah kaset DVD atau VCD.34
34
Fred wibowo. Op. Cit. Halaman 44-45.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
DESKRIPSI INSTANSI
A. Profil
Studio Audio Visual Puskat didirikan di Yogyakarta pada tahun 1969 oleh
para imam Jesuit yang mempunyai perhatian pada bidang komunikasi. Bermula dari
sebuah laboratorium Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik yang berada di pusat
Yogyakarta melalui produksi foto, sound slide dan rekaman audio.
SAV puskat telah berkembang menjadi sebuah pusat training dan produksi
audio visual. Karena perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat akan dunia
audio visual terus meningkat terlebih dengan merebaknya televisi swasta di
Indonesia, SAV Puskat membuka seluas-luasnya untuk kebutuhan tersebut.
SAV Puskat tidak hanya melayani kebutuhan gereja saja, tetapi juga
masyarakat luas seperti LSM, stasiun televisi, universitas, masyrakat lintas agama
dan siapa saja yang mempunyai kehendak baik untuk membangun dunia ini menjadi
lebih baik.
Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut , pada tahun 1995 SAV Puskat
berpindah tempat ke sebuah desa di Sinduharjo di pinggir kota Yogyakarta. Di
sinilah dibangun sebuah “media village” untuk mencapai apa yang dicita-citakan
oleh SAV Puskat.
Alamat :
STUDIO AUDIO VISUAL PUSKAT
Balai Budaya Sinduharjo
Jl. Kaliurang km 8,5 Jaban, Sinduharjo, Nagnglik, Sleman, Jogjakarta 55581