perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS TINGKAT MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENURUNAN TARIF PAJAK BADAN 2008 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh: OKTAVIA MUSTIKA SARI F 0308131 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
88
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Analisis...Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh: OKTAVIA MUSTIKA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS TINGKAT MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN
SESUDAH PENURUNAN TARIF PAJAK BADAN 2008 (Studi
Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006-2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
OKTAVIA MUSTIKA SARI
F 0308131
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“New Life, Next Life, and Best Life.” (Okta&Siska)
Apapun yang dapat kau lakukan, atau yang kau harap dapat kau lakukan,
mulailah. Keberanian memiliki kejeniusan, kekuatan,
dan keajaiban di dalamnya.
“Mulailah Sekarang”
(Goethe)
Jati diri kita adalah sama-sama manusia.
Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibanding dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses,
kita pun bisa sukses! (Andry Wongso)
“Sesungguhnya beserta kesusahan ada kemudahan maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan kepada Tuhanmulah kamu kembali”
(QS. Al-Insyiroh : 6-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
- Kedua orang tua tercinta,
- Kakak dan Adik-adikku
- Sahabat serta teman-temanku, dan
- Almamater tercinta Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Manajemen
Laba Sebelum dan Sesudah Penurunan Tarif Pajak Badan 2008 (Studi
Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006-2010)” sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah yang penulis terima.
2. Kedua orang “Bapak Ngadimin dan Ibu Siti Maryam”, Kakak dan
adek-adek tercinta “Yudi Zatmiko, Nurlia Farida, Vina Citra dan
Vani Panca” yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, dukungan,
semangat serta doa yang luar biasa dan tiada hentinya.
3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
4. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Lampiran. II Data Mentah………………………………….................. 53
Lampiran. III SPSS..........................................………………………... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Analisis Tingkat Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Penurunan Tarif Pajak Badan 2008 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)
Oktavia Mustika Sari F 0308131
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat manajemen laba antara
sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan tahun 2008. Sampel penelitian ini adalah 43 perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang telah mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2006-2010.
Metode analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui nilai non-discretionary accrual dan uji beda T-test dengan menggunakan paired sample t-test sebagai alat uji beda tersebut. Uji beda T-test digunakan untuk menguji tingkat discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah setelah adanya penurunan tarif pajak badan 2008, pihak manajemen tidak terbukti melakukan discretionary accrual untuk melakukan pennghematan laba. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen di Indonesia tidak melakukan tindakan opportunistik untuk melakukan manajemen laba dalam rangka penurunan tarif pajak Badan 2008. Kata Kunci: discretionary accrual, manajemen laba, penurunan tarif PPh Badan 2008, penghematan laba, tindakan opportunistik, rekayasa laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Analisis Tingkat Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Penurunan Tarif Pajak Badan 2008 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)
Oktavia Mustika Sari F 0308131
ABSTRACT
The aim of the study is to examine the level of earnings management between before and after decline of income tax agency tariff in 2008. Under sampling, data from 43 LQ 45 companies listed in Indonesia Stock Exchange, which has published its financial report from 2006 until 2010.
Analysis method that used in this study is linear regression analysis to examine the value of non-discretionary accrual and test difference T-test using paired sample T-test as the different test tools. The difference T-test was used to examine the level of discretionary accrual between before and after decline of income tax agency tariff in 2008.
The result shows that between 2 years before and 2 years after decline of income tax aggeny tariff in 2008, there is no evidence that management use discretionary accrual in revenue saving. It show that management in Indonesia was not do opportunistic action in earning management towards the decline of income tax aggency tariff in 2008.
Keywords: discretionary accrual, earnings management, decline of income tax reduction in the rate of 2008, revenue saving, opportunistic action, profit engineering.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Manajemen laba semakin berkembang dari waktu ke waktu
melalui keragaman instrumen pendekatan. Pendekatan perpajakan menjadi
salah satu instrumen yang kini dapat digunakan perusahaan. Konflik antara
manajemen dengan pemerintah biasanya timbul dalam hal perpajakan.
Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan
akuntansi dari suatu standar untuk mempengaruhi besar kecilnya laba. Godfrey
(2006) menyatakan bahwa manajemen melakukan pemilihan kebijakan
akuntansi berdasarkan dua alasan, yaitu ex ante dan ex post. Ex ante adalah
ketika manajemen bertindak secara efisien dan efektif demi kepentingan
perusahaan, sedangkan ex post adalah keadaan ketika manajemen bersikap
oportunis, selalu mencari kesempatan untuk kepentingannya sendiri.
Salah satu upaya yang dilakukan manajemen untuk memperoleh laba dari
adanya perubahan tarif pajak badan adalah tax shifting yaitu dengan
memindahkan laba tahun sebelum perubahan pajak kelaba sesudah perubahan
tarif pajak. Dengan sifat opportunistik manajemen, penurunan tarif pajak dapat
berarti penurunan biaya dan peningkatan pendapatan, sehingga diperoleh bonus
maksimal. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan selalu berusaha untuk
meminimalisasi biaya, termasuk juga mengenai pembayaran pajak.
Peraturan perpajakan di Indonesia tentang pajak penghasilan telah
mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan keempat dari Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1983 adalah Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pajak penghasilan. Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang
pajak penghasilan ini dilakukan dalam upaya mewujudkan sistem perpajakan
yang netral, sederhana, stabil, lebih memberikan keadilan, dan lebih dapat
menciptakan kepastian hukum serta transparansi (UU No.36 tahun 2008).
Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tarif pajak penghasilan Badan di
Indonesia masih menggunakan tarif progresif dimana semakin besar jumlah
penghasilan kena pajaknya maka akan semakin besar pula persentase tarif
pajak yang dikenakan. Sedangkan UU No. 36 tahun 2008 menggunakan tarif
tunggal dimana dalam undang-undang ini perubahan tarif pajak Badan di
Indonesia dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: 28% pada tahun 2009 dan 25%
pada tahun 2010. Selain itu untuk Perseroan Terbuka (PT) yang 40% sahamnya
diperdagangkan di bursa efek, tarif pajaknya 5% lebih rendah dari yang
seharusnya dan untuk Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan
tarif sebesar 50% dari tarif yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak.
Dengan adanya tarif baru ini, perusahaan akan lebih diuntungkan karena tarif
pajak yang dikenakan menjadi lebih kecil sehingga beban pajak menjadi lebih
kecil.
Penelitian ini mengkaji tentang praktik manajemen laba melalui
pendekatan perpajakan. Lebih lanjut, penelitian menggunakan discretionary
accrual sebagai instrumen dalam mengidentifikasi manajemen laba. Tujuan
dari penelitian untuk mengetahui adanya tingkat discretionary accrual pada
dua tahun sebelum penurunan tarif pajak badan 2008 dan dua tahun sesudah
penurunan tarif pajak badan 2008. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010. Perusahaan
LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki saham-saham terlaris atau gabungan
saham-saham yang dikategorikan saham unggulan. Perusahaan yang masuk
dalam LQ 45 merupakan perusahaan yang likuid untuk mempertahankan
perusahaan. Dengan manajemen laba, pertahanan perusahaan dapat berupa
meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Penelitian merupakan
replikasi dari penelitian Yamashita dan Otogawa (2007). Pada penelitian
Yamashita dan Otogawa, meneliti adanya praktik manajemen laba terkait
perubahan peraturan perpajakan di Jepang.
Yamashita dan Otogawa mengkaji penggunaan discretionary accrual
dalam mendeteksi praktik manajemen laba pada perubahan peraturan
perpajakan di Jepang yang bertujuan untuk menguji apakah perusahaan Jepang
mengelola penghasilan menurut buku sebagai respon terhadap perubahan pajak
penghasilan perusahaan di tahun 1990. Hasil penelitian dirancang untuk
menunjukan respon manajer terhadap perubahan tarif pajak sekaligus
memberikan informasi yang berguna bagi pembuat kebijakan pajak. Metode
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah model Modified Jones Model
karena perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang dimana
dalam pendapatan atas penjualan sudah tentu ada yang berasal dari penjualan
secara kredit. Pengurangan terhadap nilai piutang untuk menunjukkan bahwa
pendapatan yang diterima benar-benar merupakan pendapatan bersih. Hasil
empiris menunjukkan bahwa terdapat discretionary accrual secara signifikan
negatif untuk tahun menjelang penurunan tarif pajak, bahwa para manajer
perusahaan-perusahaan di Jepang menunda pendapatan mereka sebagai respon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atas perubahan tarif pajak penghasilan Badan untuk meminimalkan beban
pajak.
Terkait dengan adanya perubahan tarif pajak yang ada dalam UU No.36
tahun 2008, beberapa penelitian mendukung adanya manajemen laba yang
dikaitkan dengan adanya perubahan tarif pajak. Di Indonesia diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dkk (2004) menemukan bahwa
praktik manajemen laba tetap dilakukan dengan adanya perubahan tarif pajak
dalam undang-undang pajak penghasilan 2000. Sedangkan Subagyo dan
Oktavia (2008) melakukan penelitian terhadap perubahan undang-undang
pajak penghasilan yang terjadi pada tahun 2008. Dalam penelitian ini,
perusahaan dibagi menjadi dua kategori yaitu profit firms dan loss firms. Hasil
penelitian tersebut membuktikan bahwa perusahaan manufaktur yang
melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan tarif pajak
Badan di Indonesia adalah perusahaan yang memperoleh laba (profit firm).
Sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian (loss profit) tidak melakukan
manajemen laba.
Namun ada beberapa penelitian yang tidak dapat membuktikan
keterkaitan antara manajemen laba dengan perubahan tarif pajak diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan Zulaika (2003) dan Guenther
(1994). Kelemahan penelitian-penelitian tersebut dikarenakan dalam
penghitungan discetionary accrual tidak menggunakan model Jones yang telah
dimodifikasi oleh Dechow et al., sehingga pendapatan yang digunakan dalam
perhitungan masih merupakan pendapatan kotor. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Sitorus dan Handayani (2010) periode penelitian hanya satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tahun sebelum dan sesudah berlakunya undang-undang perpajakan yang baru
sehingga pihak manajemen perusahaan tidak mentransfer labanya ke periode
pertama berlakunya undang-undang perpajakan yang baru tahun 2008 karena
pada periode ini tarif pajak penghasilan Badan mengalami penurunan tarif
pajak yang kecil sehingga perusahaan kurang mempertimbangkan melakukan
penghematan pajak pada tahun 2009.
Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini dengan harapan dapat
melihat apakah perubahan tarif PPh badan 2008 yang berlaku efektif pada
tahun 2009 dan tahun 2010 akan memberikan kondisi yang oportunistik bagi
perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan melalui
pembayaran pajak dengan tarif yang lebih rendah di tahun berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Berbagai motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba telah
banyak dilakukan penelitian-penelitian yang menguji adanya perekayasaan
laba untuk tujuan menghemat pajak. Terdapat perbedaan hasil dari penelitian-
penelitian sebelumnya sehingga dengan adanya perbedaan tersebut maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya tindakan manajemen
laba untuk meminimalkan beban pajak penghasilan dua tahun sebelum dan dua
tahun sesudah penuruna tarif pajak 2008. Dengan adanya perubahan tarif pajak
penghasilan badan 2008, penelitian ini akan berusaha menjawab apakah
perubahan tarif PPh badan direspon oleh perusahaan dengan melakukan
manajemen laba guna meminimalkan beban pajak melalui rekayasa
discretionary accrual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama
dilakukannya penelitian ini adalah:
1). Untuk menguji apakah dengan adanya penurunan tarif pajak
penghasilan Badan 2008 akan direspon oleh wajib pajak Badan untuk
melakukan manajemen laba.
2). Untuk memperoleh bukti empiris tentang ada tidaknya rekayasa
discretionary accrual pada periode dua tahun sebelum dan sesudah
penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008
b. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan
dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik–topik
yang berkaitan dengan manajemen laba, dan untuk mengetahui tentang
discretionary accrual serta dapat dikembangkan untuk penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Tarif PPh 2008
Perubahan Undang-Undang Perpajakan terbaru di Indonesia terjadi
tahun 2008 meliputi Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP), Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), serta
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM). Hal ini diatur
berdasarkan Aturan Pelaksanaan Ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 81 tahun 2007, UU No. 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan
dipertegas dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK-238/PMK.03/2008.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK- 238/PMK.03/2008 ada 5 (lima)
hal yang diatur dalam penurunan tarif, diantaranya:
a. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka
dapat memperoleh potongan tarif pajak penghasilan sebesar 5% (lima
persen) lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) huruf b
Undang-Undang PPh.
b. Penurunan Tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud di atas
diberikan kepada Wajib Pajak apabila jumlah kepemilikan saham
publiknya 40% (empat puluh persen) dan atau lebih dari keseluruhan
saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300
(tiga ratus) pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud di atas hanya boleh
Memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham
yang disetor.
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas harus dipenuhi oleh Wajib Pajak
Badan dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1
(satu) tahun pajak.
e. Waktu enam bulan sebagaimana dimaksud di atas adalah 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari.
Terdapat empat kali perubahan tarif PPh Badan yaitu UU PPh tahun
1983 yang mulai berlaku tahun 1984, tarif UU PPh tahun 1994 yang mulai
berlaku tahun 1995, UU PPh tahun 2000 yang mulai berlaku tahun 2001, dan
UU PPh tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009.
B. Teori Agency
Teori keagenan merupakan salah satu indikasi perusahaan melakukan
manajemen laba. Penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang membahas
mengenai teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah hubungan kontrak antara investor (principal) dengan manajer (agent)
untuk melakukan beberapa tindakan bagi kepentingan principal dengan
menyerahkan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Prinsip model
keagenan secara lengkap diadopsi dalam peraturan akuntansi yang
memfokuskan pada kebutuhan dan kesejahteraan kelompok investor yang
mempercayakan kekayaan mereka pada pengawasan manajer (Bricker dan
Chandar, 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Scott (2000 : 287) menyatakan bahwa ada dua tipe penting dari kontrak
yang memiliki implikasi terhadap teori akuntansi keuangan. Mereka adalah
kontrak kerja antara perusahaan dengan manajer puncaknya dan kontrak
pinjaman antara perusahaan dengan kreditur. Dalam penelitian ini kontrak
kerja terjadi antara investor sebagai principal dan manajer sebagai agent.
Dimana antara principal dan agent ingin memaksimalkan kebutuhan masing-
masing dengan informasi yang dimiliki. Pihak principal termotivasi
mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas
yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Widyaningdyah, 2001).
Hal inilah yang memicu konflik kepentingan semakin meningkat terutama
karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajer untuk memastikan
bahwa manajer telah bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.
C. Manajemen Laba
Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer
perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi
dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang
ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan
mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai
manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara pihak lain menganggap
aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya,
intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntansi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan
diakui secara umum.
Setiawati dan Na’im (2000) dalam Wisnumurti (2010) menyatakan
bahwa manajemen laba merupakan campur tangan dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.
Manajemen laba sendiri dapat mengakibatkan berkurangnya kredibilitas
laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
membuat pemakai laporan keuangan mempercayai angka laba hasil rekayasa
tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Sugiri (1998) dalam
Widyaningdyah (2001) menyatakan bahwa membagi definisi earnings
management menjadi dua, yaitu:
a) Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accrual
dalam menentukan besarnya earnings.
b) Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Sun dan Rath (2008) mengemukakan dua tipe kondisi dasar yang
menimbulkan keberadaan manajemen laba, yaitu asimetri informasi
(information asymmetry) dan biaya agensi (agency cost). Menurut Ujiyantho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2007) asimetri informasi (information asymmetry) yaitu suatu kondisi di mana
ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder
pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Manajer sebagai pengelola
perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang
saham). Adanya asimetri informasi memberikan celah bagi manajemen untuk
melakukan manajemen laba untuk mempengaruhi berbagai keputusan atau
untuk tujuan tertentu seperti misalnya meningkatkan laba perusahaan dalam
rangka meningkatkan kinerja perusahaan atau menurunkan laba untuk
meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan.
Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi
karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham
(principal) dan manajemen perusahaan (agent) (Salno dan Baridwan, 2000).
Gumanti (2000) mengemukakan bahwa manajemen laba berhubungan erat
dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi usaha suatu organisasi.
Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh
sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah suatu
yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer
tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh sebab itu tidaklah
mengherankan bila manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui
tingkat keuntungan atau laba yang dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Discrecionary Accrual
Manajemen laba dilakuakan dengan mempermainkan komponen-
komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan
komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang
melakukan pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan.
Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan
bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya
komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau
dikeluarkan perusahaan.
Memahami dasar akuntansi yang selama ini digukan dan diakui secara
luas, yaitu akuntansi berbasis akrual merupakan upaya awal untuk memahami
manajemen laba. Metode pencatatan akrual memebuat perusahaan dapat
menunda pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode
berikutnya, meskipun kas telah diterima. Artinya, perusahaan dapat mengakui
pendapatan pada periode tertentu walaupun kas baru akan diterima pada
periode yang akan datang.
Model akrual ini berbeda dengan model akuntansi berbasis kas yang
hanya mengakui pendapatan pada saat kas diterima dan biaya pada saat kas
dikeluarkan. Akuntansi berbasis kas ini menhitung dan menentukan laba
periode berjalan tergantung pada penerimaan dan pengeluaran kas tunai
sehingga prinsip penandinga (matching cost to revenue) diabaikan.
Akibatnya, laporan keuangan yang dibuat dengan basis kas tidak dapat
mencerminkan kinerja sesungguhnya suatu perusahaan selama periode
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan mempermainkan komponen-komponen akrual, khususnya
komponen pendapatan dan biaya, perusahaan dapat mengatur besar kecilnya
laba dalam suatu periode tertentu dibandingkan laba sesungguhnya. Dan itu
merupakan tindakan manajemen laba melalui kebijakan akrual (discretionary
accrual).
Sementara itu, nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual
yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti
standart akuntansi yang diterima secara umum, misalkan metode depresiasi
dan penentuan persediaan yang dipilih herus mengikuti metode yang diakui
dalam prinsip akuntansi. Atas dasar pemikiran bahwa komponen akrual yang
bebas dipermainkan dengan kebijakan manajerial adalah discretionary
accruals, maka sebagian besar model manajemen laba mengukur atau
meproksikan aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan komponen
discretionary accruals. Hingga atas dasar pemikiran itu, total akrual
merupakan penjumlahan discretionary accruals dan nondiscretionaty
accruals.
Ada beberapa model untuk mendeteksi manajemen laba, pertama
dikembangkan oleh Healy, De Angelo, model Jones serta model Jones
dengan modifikasi. Model yang paling banyak digunakan dalam penelitian-
penelitian akuntansi adalah model Jones dengan modifikasi karena model ini
dinilai yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba.
Model Jones dimodifikasi menggunakan discretionary accruals sebagai
proksi manajemen laba. Kelebihannya, model ini memecahkan total akrual
menjadi empat komponen utama akrual, yaitu discretionary current accrual,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
discretionarylong-term accruals, nondiscretionary current accruals,
nondiscretionary long-term accruals.
Model Jones dimodifikasi oleh Dechow, Sloan dan Sweeney (1995)
dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model
Jones, ketika discretionary accrual diterapkan pada pendapatan. Perubahan
pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang, karena dalam pendapatan
atas penjualan sudah tentu ada yang berasal dari penjualan secara kredit.
Pengurangan terhadap nilai piutang untuk menunjukkan bahwa pendapatan
yang diterima benar-benar merupakan pendapatan bersih (Dechow et.al,
1995).
Seperti yang dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan
menghitung total laba akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary
accrual (tingkat laba akrual yang wajar) dan discretionary accrual (tingkat
laba akrual yang tidak normal). Total akrual merupakan selisih antara net
income dengan cash flow operation yang dirumuskan sebagai beriku:
a. Menghitung total akrual
itTACC = itNI – itCFO
Yang terdiri dari:
itTACC = Total akrual perusahaan i pada tahun t
itNI = Laba bersih (net income) perusahaan i pada tahun t
itCFO = Kas dari operasi (cash flow operation) perusahaan i pada tahun t
Total akrual tersebut dapat dipergunakan sebagai perhitungan untuk mencari
proksi discretionary accrual yang merupakan ukuran manajemen laba.
Total akrual sebuah perusahaan dapat dipisahkan menjadi non-discretionary
accrual dan discretionary accrual. Untuk memperoleh nilai discretionary
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
accrual terlebih dahulu dilakukan regresi terhadap non-discretionary
accrual untuk memperoleh nilai 1a , 1b , dan 2b . Tingkat akrual yang tidak
normal (non-discretionary accrual) dapat dihitung dengan rumus sebagai
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Z Kolmogorov-
Smirnov untuk periode tahun 2006 sebesar 0,922 dengan p-value
0.364 periode tahun 2010 sebesar 1,005 dengan p-value 0.265, oleh
karena p-value > 0.05 yang berarti data DA tahun 2006 dan DA tahun
2010 berdistribusi normal, sedangkan DA tahun 2007 sebesar 1,822
dengan p-value 0.003, DA tahun 2009 sebesar 2 ,357 dengan p-value
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebesar 0.000, DA sebelum adanya tarif pajak 2008 p-value sebesar
0.025 dan DA. Setelah adanya penurunan tarif pajak p-value sebesar
0.001. Karena p-value < 0.05 maka data tahun 2007 dan 2009
berdistribusi normal. Sehingga pengujian untuk tahun 2006 dan tahun
2010 digunakan uji parametrik yaitu paired sample test sedangkan
tahun 2007 dan 2009 dan DA sebelum adanya penurunan tarif pajak
2008 dan DA setelah adanya penurunan tarif pajak 2008 digunakan uji
non parametrik yaitu wilcoxon test.
4. Hasil Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas, maka dari discretionary
accrual pada tahun 2006 dengan tahun 2010, maka dilakukan uji
beda T-test untuk mengetahui perbedaan tingkat discretionary
accrual antara tahun 2006 dengan tahun 2010 tersebut, sedangkan
discretionary accrual pada tahun 2007 dengan tahun 2009, dan DA
sebelum dan DA setelah adanya penurunan tarif pajak 2008 dilakukan
uji wilcoxon test. Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa terdapat
perbedaan tingkat discretionary accrual antara sebelum dan sesudah
penurunan tarif pajak Badan 2008, dimana perusahaan yang
melakukan manajemen laba diindikasikan tingkat discretionary
accrualnya lebih rendah pada saat sesudah penurunan tarif pajak
tersebut.
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis tersebut, maka
dilakukan uji beda T-test dan wilcoxon test antara tingkat
discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pajak 2008. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara tahun
2006 dengan 2010, antara tahun 2007 dengan 2009 dan DA sebelum
dengan DA sesudah adanya penurunan tarif pajak 2008 pada 43
perusahaan yang telah dijadikan sampel pengujian, maka
perusahaan-perusahaan tersebut melakukan manajemen laba
sehubungan dengan adanya penurunan tarif pajak 2008. Perusahaan
tidak melakukan manajemen laba jika nilai total akrual sama dengan
nilai non-discretionary accrual, atau nilai discretionary accrual sama
dengan nol. Karena hal itulah, maka peneliti menguji nilai
discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penuurunan tarif
pajak. Alat uji yang digunakan adalah uji beda paired sample t-test
dan wilcoxon test. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil dari uji
beda tersebu
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-Rata
Discretionary Accrual
Uji Statistik N Mean Sig. (p-value)
Uji paired test (t-test) DA 2006 DA 2010
43 43
0.405625 0.358317
0.092
Uji Wilcoxon DA 2007 DA 2009
DA sebelum DA setelah
43 43 43 43
0.386372 0.358317 0.396000 0.399700
0.352
0.522
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Output SPSS, data diolah
Berdasarkan tabel 4.2 hasil yang diperoleh dari uji beda rata-
rata discretionary accrual menunjukkan bahwa secara statistik terlihat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara periode 2 tahun
sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 dengan 2 tahun sesudah
penurunan tarif pajak Badan 2008 yaitu dengan nilai signifikansi
sebesar 0,092, antara periode 1 tahun sebelum penurunan pajak Badan
2008 dengan 1 tahun sesudah penrunan tarif pajak Badan 2008 yaitu
dengan nilai signifikan sebesar 0.352 dan DA sebelum dengan DA
setelah tarif pajak pajak Badan 2008. Oleh karena nilai p-value >
0.05 maka tidak ada perbedaan setelah adanya penurunan tarif pajak
Badan 2008 pada periode 1 tahun sebelum demham 1 tahun sesudah
adanya penurunan tarif pajak Badan 2008, periode 2 tahun sebelum
dengan 2 tahun sesudah adanya penurunan tarif pajak Badan 2008, dan
DA sebelum dengan DA sesudah adanya penurunan tarif pajak Badan
2008. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data empiris
tidak mendukung hipotesis alternatif yang diajukan.
C. . Pembahasan
Dalam penelitian yang dilakukan digunakan uji sample t-
test dan wilcoxon test dengan analisis compare means untuk dapat
mengetahui perbedaan tingkat discretionary accrual pada tahun
sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 yang dibandingkan dengan
tingkat discretionary accrual sesudah perubahan tarif pajak Badan
2008. Rata-rata discretionary accrual sebelum penurunan tarif pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Badan 2008 yaitu sebesar 0,3960, di mana nilai rata- rata
discretionary accrual sebelum adanya tarif pajak Badan 2008 lebih
rendah daripada discretionary accrual setelah adanya tarif pajak
Badan 2008 sebesar 0,3997. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi usaha
penurunan laba pada tahun sebelumnya di mana tarif pajaknya lebih
tinggi sebelum adanya penurunan tarif. Tingkat signifikansi yang
diperoleh menunjukkan probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,522,
hal tersebut menunjukkan bahwa secara absolut, akrual tahun
sebelumnya lebih rendah, tetapi secara statistik tidak ada perbedaan
secara signifikan, hal ini menandakan manajemen tidak menggunakan
akrual untuk menghemat pajak.
Hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa tingkat
discretionary accrual sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan
2008 akan lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum penurunan
tarif pajak penghasilan Badan 2008 tidak dapat diterima. Hasil
pengujian tersebut membuktikan bahwa adanya perubahan tarif PPh
Badan yang lebih kecil tidak direspon oleh perusahaan untuk melakukan
manajemen laba. Oleh karena itu data yang dihasilkan tidak
mendukung hipotesis alternatif (HA). Pada penelitian ini perusahaan
tidak melakukan penghematan laba pada tahun sesudah penurunan
tarif pajak, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa perusahaan tidak
menunda pelaporan laba tahun Sebelumnya yaitu tahun 2006-2007
dan menggeser laba tersebut ke tahun 2009-2010 dalam merespon
Undang- Undang Perpajakan tarif PPh Badan 2008. Dari hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperoleh tersebut membuktikan bahwa manajemen tidak
menggunakan akrual untuk menghemat pajak, selain itu manajemen
di Indonesia tidak melakukan tindakan opportunistik dalam merespon
penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008.
Pada penelitian ini perusahaan tidak terbukti melakukan
manajemen laba setelah penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008
dimungkinkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,
yaitu faktor pertama yaitu manajemen tidak menggunakan akrual
sebagai usaha untuk melakukan penghematan pajak. Sedangkan
faktor kedua yaitu kemungkinan manajemen melihat tarif yang
dikenakan pada tahun 2009 yaitu 28% tidak lebih kecil daripada tarif
tahun 2010 yaitu 25%, sehingga ada kemungkinan perusahaan
melakukan penghematan pajak melalui manajemen laba untuk tarif
pada tahun 2010 tersebut
Hasil yang konsisten juga ditunjukkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hidayati dan Zulaikha (2003) yang melakukan
penelitian mengenai adanya perilaku earning management
menggunakan pendekatan discretionary accrual. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perubahan Undang-Undang Perpajakan tahun
2000 tidak direspon oleh Wajib Pajak Badan untuk melakukan earning
management dengan tujuan untuk meminimumkan beban pajak
penghasilan perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
perbedaan discretionary accrual pada tahun 2000 dan 2001,
dan hal ini diinterpretasikan bahwa perusahaan tidak menunda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaporan laba tahun 2000 dan menggesernya ke tahun 2001 dalam
merespon Undang-Undang Perpajakan 2000 tersebut.
Hasil penelitian Hidayati dan Zulaikha (2003) konsisten pula
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im
(2000) yang menguji apakah terdapat perilaku manajemen laba di
perusahaan manufaktur pada saat penurunan tarif pajak tahun 1994.
Hasil penelitiannya tidak membuktikan adanya perilaku perusahaan
untuk menurunkan laba setelah penurunan tarif pajak tahun 1994
tersebut.
Penelitian yang sebelumnya juga dilakukan oleh Sitorus (2010)
juga menyatakan hasil yang sama dimana dalam penelitiannya
mengenai indikasi manajemen laba antara sebelum dan sesudah
perubahan tarif pajak penghasilan badan tahun 2008 membuktikan
bahwa perusahaan tidak terindikasi untuk melakukan rekayasa akrual
untuk meminimalkan laba pada periode sebelum perubahan tarif
pajak 2008. Hasil pengujian empiris membuktikan rata-rata
tingkat discretionary accrual tahun 2008 lebih tinggi daripada tahun
2009. Hasil ini menunjukkan bahwa pihak manajemen perusahaan
tidak mentransfer labanya ke periode pertama berlakunya Undang-
Undang Perpajakan 2008, karena pada periode ini tarif pajak
penghasilan badan mengalami penurunan tarif pajak yang kecil
sehingga perusahaan kurang mempertimbangkan melakukan
penghematan pajak tahun 2009.
Hasil penelitian dinyatakan berbeda dengan penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan Wulandari, dkk (2004) yang meneliti tentang adanya
indikasi manajemen laba menjelang Undang -Undang Perpajakan tahun
2000. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa praktik manajemen
laba masih tetap dilakukan dengan adanya perubahan Undang-
Undang Perpajakan 2000. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat
discretionary accrual yang lebih tinggi setelah perubahan Undang-
Undang dibandingkan sebelum perubahan Undang-Undang.
Dengan dibuktikannya penelitian ini, maka menunjukkan bahwa pihak
manajemen perusahaan cenderung untuk mentransfer labanya pada
periode setelah Undang-Undang Perpajakan, karena pada periode ini
tarif pajak penghasilannya telah menurun sehingga perusahaan dapat
memperoleh penghematan pajak.
Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Yamashita
dan Otogawa (2007) yang menelitii tentang pengaruh publikasi
perubahan Undang- Undang tarif pajak penghasilan badan terhadap
perusahaan Jepang. Dalam penelitiannya ini membuktikan terdapat
signifikansi negatif discretionary accrual untuk tahun sebelum
penurunan tarif pajak. Hal ini membuktikan bahwa manager
perusahaan menunda penghasilan dalam menanggapi perubahan
Undang-Undang Perpajakan yang digunakan untuk meminimalkan
biaya PPh badan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Manajemen Laba
Sebelum dan Sesudah Penurunan Tarif Pajak Badan 2008 pada perusahaan-
perusahaan LQ 45 yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periode
penelitian 2006-2010. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 tahun (tahun 2006)
sebelum adanya tarif pajak Badan 2008 dan 2 tahun (tahun 2010) setelah
adanya penurunan tarif pajak Badan 2008 terhadap tingkat manajemen
laba. Hal ini ditunjukkan dengan 43 perusahaan yang dijadikan sample
memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda pada discretionary accrual.
sebelum adanya tarif pajak Badan 2008 dan setelah adanya tariff pajak
Badan 2008.
2. Tidak terdapat peerbedaan yang signifikan antara 1 tahun (tahun 2007)
sebelum adanya tarif pajak Badan 2008 dan 1 tahun (tahun 2009) setelah
adanya tarif pajak Badan 2008 terhadap tingkat manajemen laba. Hal ini
ditunjukkan dengan 43 perusahaan yang dijadikan sample memiliki nilai
rata-rata yang tidak jauh berbeda pada discretionary accrual sebelum
adanya tarif pajak Badan 2008 dan setelah adanya tarif pajak Badan 2008.
3. Tidak terdapat peerbedaan yang signifikan sebelum (tahun 2006 dan tahun
2007) adanya tarif pajak Badan 2008 dan setelah (tahun 2009 dan tahun
2010) adanya tarif pajak Badan 2008 terhadap tingkat manajemen laba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini ditunjukkan dengan 43 perusahaan yang dijadikan sample memiliki
nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda pada discretionary accrual sebelum
adanya tarif pajak Badan 2008 dan setelah adanya tarif pajak Badan 2008.
B. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian ini memiliki sampel yang sedikit akibat adanya persyaratan
sampel harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih baik.
2. Periode penelitian yang pendek menyebabkan jumlah pengamatan
yang dilakukan tidak telalu banyak.
C. Saran
Dari keterbatasan yang ada, saran yang dapat dikemukakan untuk penelitian
selanjutnya agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik adalah:
1. Perode pengamatan perlu diperpanjang untuk memberikan gambaran
yang lebih konsisten dengan penelitian selanjutnya.
2. Penelitian selanjutnya dalam mengelompokkan perusahaan sebaiknya
didasarkan atas dukungan teori yang lebih kuat dan memperhatikan
kosistensi ukuran perusahaan. Perusahaan yang tidak konsisten dalam
ukuran perusahaan sebaiknya dikeluarkan dari sampel.
D. Implikasi
1. Secara teori
Salah satu upaya yang dilakukan manajemen untuk memperoleh laba
dari adanya perubahan tarif pajak Badan ini adalah tax shifting yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan memindahkan laba tahun sebelum perubahan pajak ke laba
sesudah perubahan tarif pajak. Dengan sifat opportunistik manajemen,
maka manajer memandang penurunan tarif pajak tahun 2008 ini sebagai
kesempatan meminimalkan pajak, di mana perusahaan akan menunda
pengakuan laba atau mempercepat pengakuan biaya pada tahun sebelum
penurunan tarif pajak.
2. Secara praktek
Dengan basis akrual akan menyediakan banyak keleluasaan bagi
manajer dalam hal pengakuan pendapatan dan beban pajak, manajemen
perusahaan dapat melakukan manipulasi dengan menggunakan
discretionary accrual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Wenty. 2011. “Analisis Tingkat Discrecionary Accrual Sebelum dan SesudahPenurunan Tarif Pajak Penghasilan Badan 2008”.Universitas Diponegoro.Semarang.
Balachandran, Balashingham et al. 2007. Earnings Management in Response to
the Corporate Tax Law Changes Evidence from Australia. 2007 Accounting and Finance Association of Australia and New Zealand Conference, No. 142
Dechow, P. M. R. G. Sloan, and A. P. Sweeney. 1995. Detecting Earning Management. The Accounting Review 70(2): 193-225.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Godfrey, J. 2006. Accounting Theory. United States : John wiley & Sons, inc Guenther, D. A. 1994. Earnings Mnanagement in Response to Corporate TaxRate
Changes: Evidence from the 1986 Tax Reform Act. The Accounting Review 69(1): 230-243.
Healy, P. M. dan Wahlen, J, M. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and its Implications for Standard Settings, Accounting Horizons, vol 13, no.4, pp. 365-383 at p. 366.
Husni, Amanda. 2010. “Indikasi Manajemen Laba sebagai Respon terhadap Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 2008”.
Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. Theory of the Firrm : Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economic3(4):305-360.
Jones, J. J. 1991. The Effects of Foreign Trade Regulation on Accounting Choises. Journal of Accounting Research 29(2): 193-228.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2002. Intermediate Accounting.13th ed. United States: John Willey & Sons Inc.
Maxon Wijaya dan Dwi Martani. 2011. “Praktik Manajemen Laba Perusahaan
Dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai Uu No. 36 Tahun 2008”. Sipnosium nasional akuntansi XIV. Aceh.
PMK-238/PMK.03/2008. Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Satwika, Anisa dan Damayanti, Theresia Wiro. 2005. “ Deteksi Manajemen Laba Melalui Beban Pajak Tangguhan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol XI No.2, (2005): 101-118.
Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Setiawan, L & Na’im. 2000. “ Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 15 (4) : 81-97 Siti, Munfiah (2003). “Analisis Perilaku Earning Management : Motivasi Minimalisasi Income Tax”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya : 526-537.
Sitorus, dkk. 2010. “Indikasi Manajemen Laba Sebelum dan sesudah Perubahan tarif Pajak penghasilan Badan”. Universitas Diponegoro.Semarang.
Sri Sulistyanto. 2008. “ Manajemen Laba Teori dan Modal Empiris”. Jakarta: Grasindo.
Subagyo dan Octavia. 2010. “Manajemen Laba sebagai Respon atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 13. Purwokerto. Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Perubahan Keempat Atas Undang Undang
Nomor 7Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Perubahan Keempat Atas Undang Undang
Nomor 7Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang No.28 Tahun 2007. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. “ Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 3(2). Hal:89-101
Watts, R. L dan Zimmerman, J. L. 1990. Positive Accounting Theory. Englewood
Cliffs: New Jersey.
Wulandari dkk (2004). “Indikasi Manajemen Laba Menejlang Undang-Undang Perpajakan 2000 Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali : 883– 896. Yamashita, H and Otogawa Kazuhisa, 2007. Do Japanese Firms Management Earnings in Response to Tax Rate Reduction in the Late 1990s? M.S. -05 01.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran I. Daftar Perusahaan
PERUSAHAAN KODE
1. Adaro Energy (ADRO)– Baru ADRO
2. AKR Corporindo (AKRA) AKRA
3. Aneka Tambang (ANTM) ANTM
4. Astra Agro Lestari (AALI) AALI
5. Astra International (ASII) ASII
6. Bakrie Sumatra Plantations (UNSP) UNSP
7. Bank Central Asia (BBCA) BBCA
8. Bank CIMB Niaga (BNGA) BNGA
9. Bank Danamon Indonesia (BDMN) BDMN
10. Bank International Indonesia (BNII) BNII
11. Bank Mandiri (BMRI) BMRI
12. Bank Negara Indonesia (BBNI) BBNI
13. Bank Pan Indonesia (PNBN) PNBN
14. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) BBRI
15. Barito Pacific (BRPT) — Baru BRPT
16. Bayan Resources (BYAN) — Baru BYAN
17. Berlian Laju Tanker (BLTA) BLTA
18. Bisi International (BISI) BISI
19. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) CPIN
20. Ciputra Development (CTRA) CTRA
21. Elnusa (ELSA) — Baru ELSA
22. Holcim Indonesia (SMCB) SMCB
23. Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) INKP
24. Indika Energy (INDY) — Baru INDY
25. Indo Tambangraya Megah (ITMG) ITMG
26. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) — Baru INTP