7/30/2019 diare kronis lengkap
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal
berbagaiupaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku
dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun, upaya-upaya
tersebut belummemberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini
masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-daerah miskin (Umar Zein,
2004 ).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam
konsistensi cair dengan frekuensi > 3 kali/hari atau dengan perkiraan volume tinja >
200 gr/hari (Mcgraw-Hill, 2005)
Diare akut jika durasinya kurang dari 2 minggu, diare persisten jika durasinya antara
2 4 minggu dan, dan diare kronik jika durasinya > 4 minggu (Medscape, 2008).
Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenesisnya multikompleks. Statistic populasi untuk kejadian diare kronis
belum pasti, kemungkinan berkaitan dengan variasi definisi dan system pelaporan,
tetapi frekuensinya cukup tinggi. Di USA, prevalensinya berkisar antara 2 7%,
sedangkan di Negara barat frekuensinya berkisar antara 4 5%. Pada populasi usia
tua, termasuk pasien dengan gangguan motilitas, didapatkan prevalansi yang jauh
lebih tinggi yaitu 7 14% ( Thomas PD, 2003; Lipsky MS, 1993).
7/30/2019 diare kronis lengkap
2/19
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam
konsistensi cair dengan frekuensi > 3 kali/hari atau dengan perkiraan volume tinja >
200 gr/hari (Mcgraw-Hill, 2005)
Diare akut jika durasinya kurang dari 2 minggu, diare persisten jika durasinya antara2 4 minggu dan, dan diare kronik jika durasinya > 4 minggu (Medscape, 2008).
Diare kronis di definisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi produksi feses yang
cair dengan atau tanpa peningkatan frekuensi feses, yang berlangsung lebih dari 4
minggu (AGA,1998)
Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenesisnya multikompleks.
2.2 Klasifikasi dan Gambaran Klinis
Klasifikasi Diare Kronik berdasarkan penyebabnya terdiri dari : proses inflamasi,
osmotic (malabsorbsi), sekretori, dismotilitas dan Factitia.
a. Diare Inflamasi :
Disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi demam, nyeri
perut, fases yang berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa
intestinal. Pada beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia, hipoglobulinemia, protein
7/30/2019 diare kronis lengkap
3/19
losing enterophaty. Mekanisme inflamasi ini dapat bersamaan dengan malabsorbsi
dan meningkatnya sekresi intestinal (Kearney et al, 1994)
b. Diare Osmotik
Diare osmotic terjadi jika cairan yang dicerna tidak seluruhnya di absorbsi oleh usus
halus akibat tekanan osmotic yang mendesak cairan kedalam lumen intestinal.
Peningkatan volume cairan lumen tersebut meliputi kapasitas kolon untuk reabsorbsi,
nutrien dan obat sebagai cairan yang aggal dicerna dan diabsorbsi.
Pada umumnya penyebab diare osmotic adalah malabsorbsi lemak atau karbohidrat.
Malabsorbsi protein secara klinik sulit diketahui namun dapat menyebabkanmalnutrisi atau berakibat kepada defisiensi spesifik asam amino. Variasi kelainan ini
dihubungkan dengan malabsorbsi dan maldigesti. Maldigesti intraluminal terjadi oleh
karena insufisiensi eksoktrin pancreas jika kapasitas sekresi berkurang sampai 90%.
Keadaan ini terjadi pada pankreatitis kronik, obstruksi duktus pancreas,
somastostaninoma, kolestasis dan bacterial overgrowth.
Diare osmotic dapat terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap makanan
tertentu seperti buah,gula/manisan, permen karet,makanan diet dan pemanis obat
berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau fruktosa. Kelainan
congenital spesifik seperti tidak adanya hidrolase karbohidrat atau defisiensi lactase
pada laktosa intolerans dapat juga menyebabkan diare kronik. Malabsorbsi mukosa
terjadi pada celiac sprue atau enteropati sensitive glutein (Daldiyono, 1990)
c. Diare Sekretori
Diare Sekretori ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena abnormalita
cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu berhubungan dengan makanan yang
dimakan. Diare ini biasanya menetap dengan puasa. Pada keadaan ini tidak ada
malabsorbsi larutan. Osmolalitas feses dapat diukur dengan unsure ion normal tanpa
adanya osmotic gap pada feses (Daldiyono, 1990)
7/30/2019 diare kronis lengkap
4/19
d. Perubahan Motilitas Intestinal (Altered Intestinal Motility)
Diare ini disebabkan oleh kelainan yang menyebabkan perubahan motilitas intestinal.
Kasus paling sering adalah Irritable Bowel Syndrome. Diare ini ditandai dengan
adanya konstipasi, nyeri abdomen, passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam
defaksi. Pada beberapa pasien dijumpai konstipasi dengan kejang perut yang
berkurang dengan diare, kemungkinan disebabkan kelainan motilitas intestinal. Diare
terjadi akibat pengaruh fekal atau obstruksi tumor dengan melimpahnya cairan kolon
diantara feses atau obstruksi ( Thomas et al, 1993; Sujono, 1995)
e. Diare Factitia (Factitious Diarrhea)
Diare ini terjadi pada pasien yang diduga memiliki riwayat penyakit psikiatrik atautanpa riwayat penyakit diare sebelumnya. Penyebabnya dapat berupa infeksi
intestinal, penggunaan yang salah terhadap laktsantia. Pasien ini umumnya wanita
dengan diare kronik berat, nyeri abdomen, berat badan menurun, oedem perifer dan
hipokalemia. Kejadian ini terjadi pada sekitar 15 % pasien diare kronik (Hooward,
1995; Mcquaid, 1998)
2.3 Patofisiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare adalah (1) Menurunnya absorbsi normal
larutan dalam air,(2) Meningkatnya sekresi elektrolit kedalam lumen intestinal,(3)
Adanya absorbsi yang buruk secara osmosis larutan aktif di lumen usus,(4)
Meningkatnya motilitas intestinal,(5) Penyakit Inflamasi yang menghasilkan
darah,pus dan mucus (Thomas et al, 1993).
Diare sekretori disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal
ini terjadi bila absorbsi Na oleh Vili gagal sedangkan Cl di sel epitel berlangsung
terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Yang merangsang kripte
7/30/2019 diare kronis lengkap
5/19
untuk melakukan sekresi aktif Cl dan mengahmbat absorbsi Na, Cl dan HCO3 adalah
siklik AMP, Siklik GMP dan Ca. Pada Diare karena infeksi perubahan ini terjadi
karena adanya rangsangan mukosa usus oleh toksin bakteri atau virus. (Kearney et al,
1996;Thomas et al,1993;Sujono,1995)
Seperti yang diperlihatkan oleh gambar, meningkatnya cAMP menghambat absorbsi
NaCL dan menstimulasi sekresi klorida tanpa merubah mekanisme transport lainnya.
Hal ini membuat toksin yang labil dalam keadaan panas seperti basil kolera,
menyebabkan diare dengan meningkatnya cAMP intraseluler tanpa merusak
permukaan mukosa. Jalur penanda melalui protein spesifik sangatlan spesifik
sehingga hidrasi dapat dipertahankan dengan pemberian larutan Natrium Glukosa,dimana melalui jalan lain hal ini tidak dipengaruhi. Diare sekretori mempunyai
penyebablain, tetapi sebagian besar sedikit dimengerti. Meningkatnya cGNP atau
kalsium intrasel juga menyebabkan sekresi. Kelainan Usus Halus yang menyebabkan
atrofi villi seperti celiac sprue sering dihubungkan dengan sekresi yang abnormal dari
elektrolit. Hal ini disebabkan tidak memadainya permukaan absortif dari sekresi
kripta normal.
Endotoksin/ eksotoksin, as. Arakidonat, sitokin,TNF, radikal oksigen
Induksi Adenil siklase, pembentukan adenil siklase
3, 5 Siklik monofosfat (cAmp)
Ca 2+, cAMP, cGMP
Perubahan Protein carier dan regulator
- Hambatan NaCl masuk ke vili absortif
- Sekresi Cl- usus kecil dan kolon
Sekresi cairan meningkat
7/30/2019 diare kronis lengkap
6/19
Gambar 1. Patogensis Diare sekeretorik
Kelainan yang berhubungan dengan malabsorbsi pada diare osmotic dapat berkaitan
dengan komponen sekretori, tetapi mekanismenya sampai saat ini kurang dipahami.
Asam empedu yang tidak diabsorbsi dan asam-asam lemak dapat menstimulasi
sekresi ion dalam kolon, menyebabkan diare massif yang berlanjut walaupun dalam
keadaan puasa. Pada diare ini yang menoonjol adalah air dan elektrolit. Osmolalitas
fecal secara keseluruhan dapat dihitung dengan mengukur Na+,K+,CL, dan HCO3-
dengan gap larutan fecal (osmolalitas plasma 2(Na+ + K+)mendekati nol
(Daldiyono, 1990).
Gambar 3. Diare Osmotik
Diare osmotic disebabkan oleh akumulasi larutan yang sulit diserap dalam lumen
intestinal. Terdapat tiga mekanisme utama yang menyebabkan hal ini. (1)Makan
larutan yang sulit diabsorbsi seperti laktulosa,SO4-2, PO4-3 atau Mg2+, (2)
Malabsorbsi secara menyeluruh, (3) Kegagalan mengabsorbsi komponen diet yang
7/30/2019 diare kronis lengkap
7/19
spesifik seperti lactose.
Diare osmotic dapat dicegah secara sempurna melalui puasa dengan mengeliminasi
intake larutan yang menyebabkan diare. Kolon tidak dapatmempertahankan gradien
air, konsentrasi Natrium dan Kalium akan turun denganadanya larutan aktif secara
osmotic abnormal. Pengukuran elektrolit feses [2(Na++K+)] tidak dapat menilai
osmolalitas cairan faeces. Osmolalitas cairan fesesdiperkirakan sama dengan
osmolalitas serum. Pada kasus intake makanan yang sulitdiabsorbsi, anion seperti
SO42- dan PO4-3, diare osmotic mungkin akan memiliki gaplarutan normal sebab
perhitungan dengan kation lebih baik dari pada anion.Malabsorbsi Karbohidrat
menyebabkan diare osmotic, menghasilan fases yang asam karena fermentasi bakteriterhadap karbohidrat (Andreoli, 1993;Daldiyono,1990;Hadi S,1995)
2.4 Pendekatan Diagnostik
Pendekatan diagnostik Diare Kronik, anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti
dapat mendasari katagori patofisiologi yang menuntun diagnosa kerja. Mengingat
penyebabnya yang begitu beragam, kita harus berhati-hati dalam memilih
macam pemeriksaan.
a. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap sangat penting dalam assessment penderita dengan
diare kronis. Dari anamnesis dapat diduga gejala timbul dari kelainan organik atau
fungsional, membedakan malabsorpsi kolon atau bentuk diare inflamasi, dan
menduga penyebab spesifik. Gejala mengarah dugaan organik jika didapatkan diare
dengan durasi kurang dari 3 bulan, predominan nocturnal atau kontinyu, disertai
penurunan berat badan yang signifikan (Harrison, 2005; Thomas et al 2003).
7/30/2019 diare kronis lengkap
8/19
Malabsorpsi sering disertai dengan steatore, dan tinja pucat dan dalam volume
yang besar. Bentuk inflamasi atau sekretorik kolon ditandai dengan pengeluaran
tinja yang cair disertai dengan darah atau lendir (Talley JN, 1996;Thomas et al,
2003).
Faktor risiko spesifik yang meningkatkan dugaan diare organik antara lain:
1. Riwayat keluarga
Terutama keganasan, penyakit celiac, inflamatoriy bowel disease.
2. Riwayat operasi sebelumnya
Reseksi ekstensif ileum dan kolon kanan menyebabkan diare karena penurunanjumlah permukaan absorpsi, peningkatan malabsorpsi karbohidrat dan lemak,
penurunan transit time, malabsorpsi asam empedu. Pertumbuhan bakteri berlebih
juga dapat terjadi pada situasi ini, terutama pada operasi bypass seperti pada operasi
lambung, dan bypass jejunoileal pada obesitas. Reseksi pendek pada ileum terminal
menimbulkan bile acid diarrhea yang terjadi setelah makan dan biasanya berespon
terhadap puasa dan colestyramine. Diare kronis juga dapat terjadi setelah
cholesystektomy melalui mekanisme peningkatan transit usus, malabsorpsi asam
empedu dan peningkatan siklus enterohepatik asam empedu.
3. Penyakit pankreas sebelumnya.
4. Penyakit sistemik
Tirotoksikosis dan penyakitparathyroid, diabetes mellitus, penyakit kelenjar adrenal,
dan sklerosis sistemik dapat menjadi predisposisi diare melalui berbagai mekanisme
termasuk efek endokrin, disfungsi autonomik, pertumbuhan bakteri berlebih diusus
halus dan pemakaian obat-obatan.
5. Alkohol: diare banyak terjadi pada pemakai alkohol. Mekanismenya meliputi
transit usus yang cepat, penurunan aktifitas disakaridase usus, dan penurunan
fungsi pankreas.
7/30/2019 diare kronis lengkap
9/19
6. Obat-obatan: lebih dari 4% kasus diare kronis terjadi karena obat-obatan,
terutama produk yang mengandung magnesium, antihipertensi, non steroid anti
inflammatory drugs (NSAIDs), theophyline, antibiotik, antiaritmia dan anti
neoplastik agen (Thomas et al,2003;Mossoro C, 2002).
7. Perjalanan luar daerah dalam waktu dekat atau sumber infeksi potensial terhadap
gastrointestinal yang patogen.
8. Pemakaian antibiotik dan infeksi clostridium dificille
9. Defisiensi laktase
Perlu juga di cari anamnesis khusus tentang kemungkinan diare kronis yangterjadi pada pada penderita dengan infeksi HIV/ AIDS (Ahlquist DH, 2005; Ammon
VH, 1990).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lebih berguna untuk menentukan keparahan diare dari pada
menemukan penyebabnya. Status volume dapat dicari dengan dengan mencari
perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi. Demam dan tanda lain toksisitas
perlu dicari dan dicatat. Pemeriksaan fisik abdomen dengan melihat dan meraba
distensi usus, nyeri terlokalisir atau merata, pembesaran hati atau massa, dan
mendengarkan bising usus (Lawrence R, 2002).
.
Perubahan kulit dapat dilihat pada mastositosis (urtikaria pigmentosa),
amiloidosis berupa papula berminyak dan purpura pinch. Tanda limfadenopati
menandakan AIDS atau limfoma (Donowitz M, 1995; Kotler DP, 1993).
.
Tanda-tanda arthritis mungkin dijumpai pada inflammatory bowel disease.
Pemeriksaan rektum dapat memperjelas adanya inkontinensia feses.
c. Pemeriksaan Penunjang
7/30/2019 diare kronis lengkap
10/19
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare kronik adalah sebagai
berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri
dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien
dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak
biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang
sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric
atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus
dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250
ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat feses >
300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per
lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi
jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72
jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
7/30/2019 diare kronis lengkap
11/19
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic
atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm
dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya
7/30/2019 diare kronis lengkap
12/19
c. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus
mikroskopik,melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone laksatif.
d. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu
ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam memeriksa
keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam
pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati
ligamentum treitz, kemudian diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudahitu 1-2 liter 0,5% metil selulosa diinjeksikan.
e. Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika
diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat mengkonfirmasi
pankreatitis kronis.
f. Beberapa Tes Untuk Malabsorbsi
Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa
1. The d-xylose absorption test : Absorbsi xylose tidak lengkap dimetabolisme di
usus halus bagian proksimal, Abnormalitas ini ditandai jika eksresi pada ginjalrendah
kurang dari 4 gram urine setelah pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada
renal insufisiensi, hipertensi portal dan penggunaan NSAID.
2. Breath Hidrogen Test : Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari
karbohidrat, dimana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri dan intolerans
laktosa. Hidrogen Breath Test akan mencapai pucaknya 2 jam setelah pertumbuhan
bakteri dan 3-6 jam pada pasien dengan defisiensi lactase atau insufisiensi pancreas.
7/30/2019 diare kronis lengkap
13/19
Membedakan defisiensi lactase dan insufisiensi pancreas, pemberian enzim pancreas
akan menurunkan Breath hydrogen (Daldiyono, 1990).
g. Test Menilai Fungsi pancreas
1. Schiling test : Protease pancreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk
pembelahan B12 sebelum bergabung dengan factor intrinsic dimana pada insufisiensi
pancreas berat kan menurunkan absorbsi B12. Label yang digunakan adalah
Cobalamin (CO) dengan isotop yang berbeda. CO ini mengikat R protein dan factor
intrinsic. Pada insufisiensi pancreas CO tidak diabsorbsi.
2. Test Stimulasi Pankreas : Pankreas dapat distimulasi dengan CCK intravena atau
sekretin atau makanan yang mengandung lemak,protein dan karbohidrat. Cairanpancreas diaspirasi melalui kateter dari duodenum sebagai bikarbonat atau enzim
pancreas spesifik. Tidak adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pancreas setelah
distimulasi menunjukkan insufisiensi pancreas (Thomas et al, 1993; Howard, 1995).
7/30/2019 diare kronis lengkap
14/19
Gambar 1. Flow Chart or Mind Map for Chronic Diarrhea (American Gastrointestinal
Association)
7/30/2019 diare kronis lengkap
15/19
Gambar 2. Flow Chart or mind maps for further of secretory Diarrhea, Inflamatory
Diarrhea, Osmotic Diarrhea and Fatty Diarrhea (American
Gastrointestinal Association ).
7/30/2019 diare kronis lengkap
16/19
2.6 Pentalaksanaan
Pengobatan diare kronik ditujukan terhadap penyakit yang mendasari. Sejumlah agen
anti diare dapat digunakan pada diare kronik (Keartney David et al, 1996 ;Kenneth
Mcquaid, 1998).
1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap mencret. Dosis maksimum
16 mg/hari.
2. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari.
3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya
dihindari. Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat diberikan
dengan dosis 15-60 mg setiap 4 jam. Paregoric diberikan 4-8 ml.4. Klonidin : 2 adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit intestinal.
Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien dengan diare
sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes.
5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal dan
absorbsi elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptida
gastrointestinal. Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan oleh
VIPoma dan tumor carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik yang berkaitan
dengan AIDS. Dosis efektif 50mg 250mg sub kutan tiga kali sehari.
6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien diare
sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum. Dosis 4
gr 1 s/d 3 kali sehari.
7/30/2019 diare kronis lengkap
17/19
BAB III
KESIMPULAN
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam
konsistensi cair dengan frekuensi > 3 kali/hari atau dengan perkiraan volume tinja >
200 gr/hari (Mcgraw-Hill, 2005). Diare akut jika durasinya kurang dari 2 minggu,
diare persisten jika durasinya antara 2 4 minggu dan, dan diare kronik jika
durasinya > 4 minggu (Medscape, 2008). Diare kronik bukan suatu kesatuan
penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya
multikompleks. Klasifikasi Diare Kronik berdasarkan penyebabnya terdiri dari :proses inflamasi, osmotic (malabsorbsi), sekretori, dismotilitas dan Factitia.
Penegakan diagnosis diare kronis dimulai dengan Anamnesis, pemeriksaan
fisik serta serangkaiaan pemeriksaan penunjang. Anamnesa yang lengkap sangat
penting dalam assessment penderita dengan diare kronis. Dari anamnesis dapat
diduga gejala timbul dari kelainan organik atau fungsional, membedakan malabsorpsi
kolon atau bentuk diare inflamasi, dan menduga penyebab spesifik. Gejala
mengarah dugaan organik jika didapatkan diare dengan durasi kurang dari 3 bulan,
predominan nocturnal atau kontinyu, disertai penurunan berat badan yang
signifikan (Harrison, 2005; Thomas et al 2003).
Pemeriksaan fisik lebih berguna untuk menentukan keparahan diare dari
pada menemukan penyebabnya. Status volume dapat dicari dengan dengan mencari
perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi. Demam dan tanda lain toksisitas
perlu dicari dan dicatat. Pemeriksaan fisik abdomen dengan melihat dan meraba
distensi usus, nyeri terlokalisir atau merata, pembesaran hati atau massa, dan
mendengarkan bising usus (Lawrence R, 2002). Pemeriksaan penunjang yang
pertama dilakukan dimulai dengan pemeriksaan laboratorium (Stool test) darah rutin,
7/30/2019 diare kronis lengkap
18/19
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lainnya seperti, endoscopy, sigmoidoscopy,
imaging dsb.
Pengobatan diare kronik ditujukan terhadap penyakit yang mendasari.
Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare kronik (Keartney David et al,
1996 ;Kenneth Mcquaid, 1998).
7/30/2019 diare kronis lengkap
19/19
DAFTAR PUSTAKA
Kearney David et al. Chronic Diarrhea. Current Diagnosis &Treatment in
Gastroenterology, Prentice-Hall International,Inc,1996:14-17.
Tarigan Pengarapen,Marpaung Betthin. Diare Kronik.In. Suparman (Ed). Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FK UI 1990: 163
Andreoli Thomas et al Diarrhea Cecil Essentials Of Medicine 3th Ed W.B Saunders
Company, 1993 : 271
Daldiyono. Diare.Gastroenterologi-Hepatologi.Infomedika Jakarta,1990 : 14-41 Spiro
Hooward M et. Chronic Diarrhea. Clinical Gastroenterology 4th Ed, Mc Graw-
Hill,Inc,1995 : 169
Hadi Sujono. Gastroenterologi.Alumni Bandung, 1995 : 42-55.
Lawrence, Kenneth. AGA Technical Review on The Evaluation And Management of
Chronic Diarrhea. Baylor University medical Center, Dallas : Texas. 1999
Friedman Lawrence 14th Ed Mc Graw Hill,1998 : 239
McQuaid Kenneth. Chronic Diarrhea. In Lawrence M (Eds). Current Medical
Diagnosis & Treatment 37th Ed. Prentice Hall International Inc, 1998 : 544