1PENDAHULUAN Diare masih menjadi masalah di bidang kesehatan bagi masyarakat di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia 1 . Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi 2 . Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik2 . Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh k arena infeksi. Beberapa cara pencegaha n dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit 3 . Makalah ini membahas tatalaksana diare akut dalam upaya mengurangi kejadian komplikasi akibat diare akut.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Diare masih menjadi masalah di bidang kesehatan bagi masyarakat di negara
berkembang, termasuk di Indonesia. Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Dalam berbagai hasil
Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai
penyebab kematian bayi di Indonesia1. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi.
Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang
dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan
keadaan maldiges dan malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik 2.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika
terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika
yang spesifik dan antiparasit3.
Makalah ini membahas tatalaksana diare akut dalam upaya mengurangi kejadian
Diare persisten merupakan diare akut yang berlanjut lebih dari 14 hari. Diare persisten
sering mengenai anak dibawah 2 tahun dan kematian sering mengenai pada anak berumur 1 ±
4 tahun yang berhubungan denganmalnutrisi. Patogen penyebab diare persisten sama dengan
diare akut. Beberapa faktor resiko dapat menyebabkan diare akut berlanjut menjadi diare
persisten.
2. Disentri
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang berarti gangguan dan enteron yang
berarti usus, yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir
bercampur darah. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri
tersebut menembus dinding kolon.
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare
pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari
80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi7.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya
ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacilluscereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,
Diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan dan minuman
sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang
rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan
tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.4,7
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat
masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri
ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.5,7
Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di
bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen
infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita
diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas
tropis dan iklim sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan
tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau
tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan
kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang
kebal antibiotika akan berkembang bebas.7,14
Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu
sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain
misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya,
pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.4,7
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena
terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus
sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diaresekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan
Biasanya setelah pengobatan selama 5 hari tidak diperlukan tindakan lanjut. Namun beberapa
anak mempunyai risiko yang lebih tinggi dan harus diawasi yaitu : bayi, anak kurang gizi,
anak yang tidak mendapat ASI, dan yang mengalami dehidrasi.
Kesimpulan
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih
tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah infeksi Rotavirus
yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika.
Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut
pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti
sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare
dan mengobati penyakit penyerta.
Kepustakaan
1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam
kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29
2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis Little
Brown and Company 1990;20 – 23.
3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in Children
Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 – 274
4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp AM,Hofman JIE,EdRudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall international,inc hal 1034-36
Ashraf dkk dalam penelitiannya melaporkan 107anak umur 4 ± 23 bulan dengan diare
persisten 57% membaik setelah diberikan diet rendah laktosa, 36% Membaik dengan diet
bebas laktosa dan sukrosa, 4% dengan diet berisikan ayam, minyak kedele dan glukosa dan
2%membaik dengan progestimil.
2. Pastikan anak mendapat makanan yang cukup.
Rekomendasi tatalaksana pemberian makan harus didasarkan kepada harga yang tidak
mahal, mudah didapat,diterima secara kultural dan mudah disajikan di rumah.
Untuk bayi diatas 6 bulan pemberian makanan lokal yangmengandung kalori tinggi dan lumat
yang secara kultural dapat diterima. Diet pilihan lainnya berupa bubur ayamdapat dicoba.
Vitamin seperti asam folat dan B12 serta mineral seperti zinc mungkin membantu dalam
perbaikanusus dan meningkatkan sistim imun.
Banyak acuan dan cara pemberian makanan pada penderita diare persisten. Makanan dapat
diberikan dalam bentuk padat atau cair, alami atau hidrolisat atau produk nutrisi elemental
sintesis, kontinue atau intermiten, diberikansecara oral atau melalui pipa lambung atau secara
parenteral. Nutrisi enteral harus merupakan prioritas walaupunterjadi peningkatan volume
dan frekuensi depekasi.
Studi evaluasi efikasi makanan lokal dalam penatalaksanaan diare persisten yang dilakukan
oleh Applied DiarrhoealDisease Research Project dan WHO telah dilakukan di enam negara.
Studi ini didasarkan pada prinsip, mengurangiproporsi laktosa di dalam diet untuk diare
persisten. Anak-anak di Pakistan diberi suatu diet khitchri (Beras dantanaman kacang-
kacangan lentil yang dimasak dengan minyak.) dengan yoghurt, anak-anak di Peru, India,
Vietnamdan Bangladesh diberi susu beras, dan anak-anak di Mexico diberi susu jagung.
Anak ± anak yang tidak memperlihatkan perbaikan dengan makanan diatas diganti dengan
pilihan kedua berupa makanan tanpa susu berupaberas yang dicampur dengan protein berupa
ayam atau putih telur.
Kesimpulan
Diare persisten merupakan diare akut yang berlanjut lebih dari 14 hari. Diare persisten sering
mengenai anak dibawah 2 tahun dan kematian sering mengenai pada anak berumur 1 ± 4tahun yang berhubungan denganmalnutrisi. Patogen penyebab diare persisten sama dengan
Sejak lahir dan selama masa bayi, mikrovili akan membentuk lactase sebagai akibat
rangsangan laktosa sebagai akibat rangsangan laktosa yang terdapat dalam ASI atau susu
formula. Namun selanjutnya anak yang meminum susu dari sapi akan terjadi perbedaan
antara anak di negri berkembang dengan anak di negri maju, yaitu karna anak yang di negri
barkembang biasanya tidak di berikan susu tersebut terus menerus lagi, sehingga merangsang
terhadap mikrovili untuk pembentukan lactase juga jadi berkurang.
Seperti kita ketahui susu sapimmurni mengandung 4,2-5,0 g% laktosa, sedangkan ASI
mengadung 6,8-7,3 g%.Dalam ASI, laktosa merupakan karbohidrat terpenting sebagai
sumber kalori. Angka kejadian intoleransi laktosa di Swedia diperkirakan berkisar antara 0,5
– 1,5%. Di Amerika Utara perkiraan jauh lebih rendah dari 0,5%.(4)
III.ETIOLOGI
Intoleransi laktosa terjadi karena adanya defisiensi enzim laktose dalam brush border usus
halus. Sampai sekarang dikenal 3 bentuk dari defisiensi laktose, yaitu :
1. Defisiensi laktose yang diwariskan
2. Defisiensi laktose primer
3. Defisiensi laktose sekunder
Defisiensi laktose yang diwariskan terjadi pada individu dengan genotif homozygot resesif.
Kejadian jarang yaitu 1 perseratus ribu penduduk, sehingga sering sekali tidak dibicarakan,
sedangkan defisiensi laktosa primer dan sekunder lebih sering terjadi. Defisiensi laktose
primer terjadi sebagai akibat induksi sintesis laktose menurun, sebab laktose merupakan
enzim yang sintesisnya dapat diinduksi. Ketidaksukaan minum susu mungkin merugikan,
sebab tidak ada induksi enzim laktose.
Defisiensi laktose sekunder yang menyertai malabsorbsi dapat terjadi pada kerusakan mukosa
usus halus, misalnya akibat infeksi. Kejadian ini sering kali dijumpai pada anak diare setelah
minum botol. Tentunya laktose tidak defisiensi lagi, bila kerusakan mukosa usus telah
membaik dan infeksi telah teratasi.
IV.PATOGENESIS
Proses pencernaan disempurnakan oleh suatu enzim dalam usus halus. Banyak diantaraenzim-enzim itu terdapat pada brush border usus halus dan mencernakan zat-zat makanan