PENGEMBANGAN ALAT PERAGA ROTATION COUNTER PADA KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS SISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Fauzy Nurcholis Yusup NIM 1113016300008 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 .
113
Embed
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA ROTATION COUNTER
PADA KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS SISWA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Fauzy Nurcholis Yusup
NIM 1113016300008
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
.
i
.
ii
.
iii
.
iv
ABSTRAK
FAUZY NURCHOLIS YUSUP (1111016300008), “Pengembangan Alat
Peraga Rotation Counter Pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan untuk
Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Siswa ”. Skripsi, Jurusan Pendidikan
IPA, Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Tujuan penelitian ini untuk: 1) Mengembangkan media pembelajaran berupa alat
peraga pada konsep gerak melingkar beraturan untuk siswa kelas X SMA/MA, 2)
Menguji kelayakan media yang telah dibuat melalui uji coba pada siswa SMA/MA,
3) Mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap alat peraga pada konsep gerak
melingkar beraturan untuk siswa kelas X SMA/MA.4) Mengetahui Hasil belajar
siswa dengan menghitung hasil ulangan setelah menggunakan alat peraga yang
dikembangkan. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Desain
penelitian mengacu pada model pengembangan prosedural yang meliputi 4 tahap,
2. Guru masih menyampaikan konsep gerak melingkar beraturan hanya dari buku
teks.
3. MA Madinatunnajah kota Cirebon belum memiliki alat peraga gerak melingkar
beraturan.
4. Alat yang digunakan sebelumnya memiliki ketelitian yang kurang akurat.
C. Batasan Masalah
Agar lebih memfokuskan hasil yang diteliti maka dibuat batasan masalah
yaitu:
1. Alat Peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu alat peraga roda-roda
berhubungan.
2. Kajian konsep yang digunakan dalam penggunaan alat peraga ini yaitu gerak
melingkar beraturan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut : “Bagaimana mengembangkan alat peraga roda-roda berhubungan
pada konsep gerak melingkar beraturan?”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan alat peraga roda-roda berhubungan pada konsep gerak melingkar
beraturan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru, agar dapat memberikan informasi dalam menggunakan media
pembelajaran yang membawa siswa mengenal lebih lanjut konsep fisika yang
dipelajarinya ke dalam lingkungan sekitar atau kehidupan sehari-hari.
2. Siswa, mempermudah siswa dalam mempelajari fisika khususnya pada konsep
gerak melingkar beraturan.
.
6
3. Peneliti, agar dapat menambah wawasan bagi para peneliti lain dalam
menggunakan media pembelajaran pada pembelajaran fisika dalam
penelitiannya.
.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Proses tentang belajar sebagai proses psikologis, terjadi di dalam diri
seseorang dan karena itu sukar diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya.
Karena proses itu kompleks, maka timbullah berbagai pendapat. Menurut Hirlgrad,
“Belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk
latihan, misalnya perubahan karena mabuk, minum, atau ganja bukan termasuk
hasil belajar”.1
Seseorang dikatakan belajar jika ia telah melakukan serangkaian kegiatan.
Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses
belajar. Perubahan ini dapat mengarah kepada perubahan ke arah yang baik dan ke
arah yang kurang baik. Walaupun demikian diharapkan seseorang memiliki tingkah
laku yang lebih baik dalam arti yang positif. Berkaitan dengan tingkah laku Slameto
mengungkapkan salah satu ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah
perubahan yang bersifat positif dan aktif.2
Para ahli banyak mengungkapkan tentang definisi belajar. Menurut Ngalim
Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikannya terdapat beberapa pendapat tentang
pengertian belajar, diantarnya :
1) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning mengemukakan
bahwa ”belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
1 Nasution, Didaktif Asas-Asas Mengajar, (Bandung: Jemmar, 2000), h. 35 2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineke
Cipta, 2003), cet. Ke-4 h. 3
.
8
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
lain sebagainya)”.
2) Gagne dalam buku The Educational of Learning menyatakan bahwa ”belajar
terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance)berubah dari
waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia
mengalami situasi tadi”.
3) Morgan dalam bukunya Introductional of Psychology menyatakan bahwa
”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
4) Withearingthon dalam bukunya Educational Psychology mengemukakan
bahwa ”belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.3
Dalam belajar siswa mengerahkan segala kemampuan yang ia miliki agar
dapat memahami materi yang diberikan. Siswa tidak hanya menerima hal-hal baru
yang sebelumnya tidak ia ketahui tetapi dapat pula berupa pendalaman materi.
Sedangkan menurut Alisub Sabri, “Belajar adalah proses perubahan tingkah
sebagai akibat pengalaman atau latihan”.4 Menurut pengertian ini belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah fenomena
perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan sudut pandang. Berdasarkan
pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan secara
umum bahwa pada dasarnya belajar adalah proses kegiatan yang mengakibatkan
3 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.
84 4 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-2, h. 62
.
9
suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang, perubahan itu dapat berupa
sesuatu yang akan terlihat nyata atau yang masih tersembunyi, dapat berupa
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan sikap yang lebih baik, dan perubahan
yang terjadi berlaku dalam tempo yang relatif lama dan disertai usaha. Dengan
beberapa pengertian di atas, maka belajar sesungguhnya memiliki fungsi penentu,
dalam hal ini, belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadinya
perkembangan (couses of development).5
Dengan adanya belajar, maka potensi psikologi mental anak akan dapat
berkembang pula. Sedangkan unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar terdiri
dari motivasi siswa, bahan ajar, sarana belajar, suasana serta kondisi belajar.
Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia
tidak lain adalah hasil belajar. Kita pun bekerja menurut apa yang sudah kita
pelajari. Belajar merupakan suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu
belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua macam,
yaitu:
1) Faktor-faktor individual
Yang dimaksud dengan individual di sini adalah segala hal ada pada diri
organisme itu sendiri. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2) Faktor-faktor sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah faktor yang di luar individu,
antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya,
alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan
yang tersedia dan motivasi sosial. 6
5 Ibid, h. 45 6 M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 102
.
10
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu kegiatan untuk melakukan berbagai perubahan dalam mencapai suatu tujuan
khususnya kepada perubahan yang baik berdasarkan pengalaman dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
b. Teori Belajar
Teori belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, yaitu
sebagai dasar untuk menindaklanjuti pembelajaran yang lebih baik lagi. Ada
beberapa teori belajar yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini,
diantaranya adalah:
1) Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Ada beberapa aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1)
sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal
operational.7 Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.
Proses belajar mengajar Fisika di sekolah umumnya disampaikan secara
abstrak, padahal untuk siswa kelas rendah sekolah dasar belum mampu untuk
berpikir abstrak sepenuhnya. Proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan
yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke berpikir intelektual abstrak.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut piaget adalah sebagai
berikut:
a) Tahap sensorimotor: (0 –2 tahun)
Karakteristik periode ini merupakan gerakan gerakan sebagai akibat reaksi
langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul karena anak melihat dan meraba
7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), Edisi Revisi, h. 60
.
11
objek-objek. Anak belum mempunyai kesadaran adanya konsep yang tetap. Jadi
bila objek itu disembunyikan, maka anak tidak akan mencarinya lagi, maka akhir
periode ini anak akan menyadari bahwa objek yang disembunyikan masih ada
sehingga ia akan mencarinya.
b) Tahap Pra-Operasional: (2 –7 tahun)
Operasional yang dimaksud adalah suatu proses berpikir logis dan aktivitas
mental, bukan aktivitas sensorik motorik. Pada periode ini anak di dalam berpikir
tidak didasarkan kepada keputusan logis, melainkan didasarkan kepada keputusan
yang dilihat seketika. Periode ini sering disebut juga periode pemberian simbol-
simbol, misalnya suatu benda diberi nama (simbol), anak masih tergantung kepada
kontak langsung dengan lingkungannya, tetapi pada akhirnya anak mulai
memanipulasi dengan benda-benda di sekitarnya.
c) Tahap operasi kongkrit: (7 –11/12 tahun)
Pada periode ini anak memperoleh pengalaman melalui perbuatan fisik
(gerakan anggota tubuh) dan sensorik (koordinat alat indra). Pada mulanya
pengalaman itu bersatu pada dirinya, ini berarti pada suatu objek itu ada bila tampak
ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk
mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghilang dari pandangan.
d) Tahap operasi formal: (11/12 tahun ke atas)
Periode operasi formal disebut operasi hipotetis-deduktif yang merupakan
tahap tertinggi dari perkembangan intelektual. Anak-anak sudah dapat memberikan
alasan dengan menggunakan lebih banyak simbol atau gagasan dalam pikirannya,
anak juga dapat mengoperasikan argumen-argumen tanpa dikaitkan dengan benda-
benda empiris.8
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir
anak.
8 Ibid, h. 69
.
12
b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.9
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar menurut
Piaget adalah belajar harus sesuai dengan perkembangan usia anak dari kecil
sampai dewasa, sehingga metode serta alat peraga yang digunakan pun harus sesuai
dengan perkembangan usia dan mental anak didik.
2) Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan.10 Ada delapan prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a) Manusia bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara
intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial dan sebagainya.
b) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia
berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
c) Manusia berkembang secara keseluruhan dari sejak masa fetus sampai masa
dewasa. Dalam fase perkembangan manusia senantiasa lengkap yang
berkembang segala aspeknya.
d) Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas
e) Belajar hanya akan berhasil jika tercapai kematangan untuk memperoleh
pemahaman (insight).
f) Belajar tidak mungkin terjadi tanpa adanya kemauan dan motivasi untuk
belajar
9 Arie Asnaldi, Teori-Teori Belajar Proses Perubahan Tingkah Laku dan Belajar,
diambil dalam http://asnaldi.multiply.com/journal/item5Diakses pada 28 Desember 2014 10 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), h. 26
.
13
g) Belajar akan berhasil jika ada tujuan yang mengandung arti bagi individu
h) Dalam proses belajar anak itu harus senantiasa merupakan organisme yang
aktif, bukan ibarat suatu bejana yang harus diisi. 11
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, dalam belajar
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan siswa.
2. Media dan Alat Peraga
Istilah media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah yang
berarti “tengah”, perantara atau pengantar.12 Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Sukirman untuk
mengirimkan pesan yang berupa mata pelajaran, guru dapat menggunakan media
misalnya berupa gambar, buku, LKS, alat peraga, papan tulis, papan panel, chart,
foto, rekaman audio, rekaman audio visual, televisi dan sebagainya.
Sebagaimana yang tertera di atas bahwa media yang digunakan salah
satunya berupa alat peraga. Alat peraga adalah sebuah alat atau perangkat yang
digunakan tenaga pendidik (guru) untuk dapat menyampaikan informasi yang
diberikannya kepada siswa agar tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran alat peraga mempunyai arti
penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketiadak jelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan alat peraga sebagai alat untuk memperagakan
selain itu juga disebut sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan
kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan alat peraga.
Alat peraga dapat mewakili apa yang kurang mampu untuk diucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran alat peraga. Dengan demikian, anak didik mudah
mencerna bahan pelajaran dengan bantuan alat peraga.
11 M. Alisuf Sabri, op. cit., h. 74 12 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: PT. Rajawali Press, 2002), h. 3
.
14
Namun perlu diingat, bahwa peranan alat peraga tidak akan terlihat
penggunaannya jika tidak sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan alat peraga. Manakala hal ini diabaikan, maka alat peraga
bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi juga sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Untuk lebih jelasnya kita lihat definisi media menurut para ahli:
a. For Education and Communication Technology (AECT), mendefinisikan alat
peraga yaitu segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran
informasi.
b. Education Assosation (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen
yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat
mempengaruhi efektivitas program instruksional.13
Untuk membantu siswa ke tingkat yang lebih real (nyata) peranan alat
peraga dalam pendidikan sangat membantu. Kemampuan guru memilih jenis alat
peraga dalam pendidikan sangat menentukan kualitas proses belajar mengajar yang
hidup dan aktif di kelas. Sebab peranan guru sangat menentukan keberhasilan
belajar anak didiknya.
Media pendidikan yang disebut audiovisual aids (AVA) menurut
Encyclopedia of Education Research memiliki nilai sebagai berikut:
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Membuat pelajaran lebih menetap dan tidak lupa dilupakan.
d. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri di kalangan para siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
13 M. Basyirun Usman, dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra
Utama,2002), h. 11
.
15
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa.14
Alat peraga sebagai cara untuk meletakkan cara berpikir kongkret dalam
kegiatan belajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Guru dapat
mengembangkan alat peraga sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini, akan
terkait dengan kecermatan seorang guru dalam memahami kondisi psikologi siswa,
tujuan metode, kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan keterpaduan dari semua ini
akan sangat mendukung pengembangan alat peraga.
Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan alat peraga akan terjadi
jika penguasaan terhadap karakteristik alat peraga itu sendiri sangat kurang.
Pemanfaatan alat peraga dengan maksud mengulur-ngulur waktu tidak dibenarkan.
Karena kegiatan belajar mengajar bukan untuk hal itu. Apabila pemanfaatan alat
peraga dengan dalih untuk memperkenalkan kekayaan sekolah, semua itu tidak ada
sangkut pautnya sama sekali dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu,
pemanfaatan alat peraga hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa alat peraga berfungsi untuk
memperjelas konsep, terutama konsep yang abstrak menjadi bentuk konkret. Selain
itu, penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan pemahaman
konsep untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya.”15 Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang paling banyak dinilai di sekolah
adalah ranah kognitif karena berkaitan dengan siswa memahami materi pelajaran.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
14 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 32 15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1989 h. 22.
.
16
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.16
Benjamin S. Bloom menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai
berikut :
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain guru, siswa,
fasilitas, lingkungan, cara belajar, dan sebagainya. Menurut Slameto, faktor-faktor
tersebut secara global dapat diuraikan dalam dua bagian yaitu:17
1) Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk
dalam faktor intern adalah:
a) Faktor jasmani, yaitu kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
kematangan, dan kesiapan.
16 Sudjana, loc. cit., 17 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 54
.
17
2) Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk
dalam faktor eksternal adalah:
a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi,
pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah meliputi metode belajar, kurikulum, keadaan sarana dan
prasarana.
c) Faktor masyarakat, meliputi keadaan siswa dalam masyarakat dan teman-
teman bergaul.
Dari pembahasan yang dikemukakan di atas, salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sarana berupa alat peraga dalam belajar.
Alat peraga merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk membantu aktivitas
siswa dalam pencapaian tujuan belajar. Oleh karena itu banyak alat peraga
pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, hal itu tentunya harus disesuaikan
dengan kondisi siswa dan situasi yang melingkupinya serta materi yang
dipelajarinya.
Sebuah benda yang bergerak membentuk suatu lingkaran dengan laju konstan
𝑣 dikatakan mengalami gerak melingkar beraturan.18 Suatu benda yang bergerak
mengelilingi sumbu dalam lintasan melingkar disebut gerak melingkar. Contoh
benda yang bergerak melingkar antara lain; Benda-benda angkasa seperti planet dan
satelit melakukan gerak melingkar mengelilingi matahari. Perhatikan Gambar 2.1
berikut
Gambar 2.1 Sebuah Benda Yang Membentuk Lintasan Lingkaran19
18 Douglas C. Giancoli, Fisika, terj, dari Physics. Oleh Yuhilza Hanum, (Jakarta:
dengan T. Satuan periode adalah sekon atau detik. Jika dalam waktu t sekon benda
melakukan n putaran, maka periode putaran dapat di rumuskan22
𝑇 =𝑡
𝑛
Gerak melingkar sering dideskripsikan dalam frekuensi (diberi lambang 𝑓)
sebagai jumlah pitaran per sekon.23 Misalkan dalam satu detik suatu benda
melakukan 3 kali putaran penuh, maka dikatakan frekuensi putaran benda tersebut
adalah 3 putaran per sekon. Jadi jumlah putaran yang dilakukan benda dalam satu
detik disebut frekuensi. Frekuensi dilambangkan dengan f. Satuan frekuensi adalah
1/s atau s-1, dan untuk satuan SI sering menggunakan Hertz (Hz). Jika dalam waktu
t sekon benda melakukan n putaran, maka frekuensi putaran dapat dirumuskan24
𝑓 =𝑛
𝑡
Berdasarkan konsep di atas, maka periode dan frekuensi dihubungkan
dengan25
𝑇 =1
𝑓 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓 =
1
𝑇
Keterangan
𝑛 = jumlah putaran (kali)
𝑡 = waktu (sekon)
𝑓 = frekuensi (Hz)
𝑇 = periode (sekon)
c. Kecepatan Anguler dan Tangensial
Untuk mengetahui besar kecepatan anguler dan tangensial bisa di lihat pada
Gambar 2.3, pada gambar 2.3 benda bergerak dalam lintasan melingkar menempuh
busur lingkaran s dalam selang waktu tertentu t. Bila tiap selang waktu yang
22 I Made Astra, Halman Setiawan, Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum
2013,(Jakarta: Piranti, 2013), h. 70 23 Giancoli , op. cit., h. 134. 24 I Made Astra, Halman Setiawan, Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum
2013,(Jakarta: Piranti, 2013), h. 70 25 Giancoli, op. cit., h. 134
.
20
sama, perubahan busur lingkaran yang ditempuh benda adalah sama maka benda
melakukan gerak melingkar beraturan.
Kelajuan tangensial atau bisa disebut dengan kecepatan linear, Kecepatan
kelajuan tangensial (v) adalah kecepatan yang arahnya menyinggung lintasan dan
tegak lurus terhadap jari-jari lintasan yang melingkar.26 :
𝑣 =∆𝑠
∆𝑡
Keterangan
∆𝑠 = keliling lingkaran (meter)
∆𝑡 = selisih waktu (sekon)
𝑣 = kecepatan (m/s)
Arah vektor kecepatan tangensial selalu tegak lurus dengan arah vektor jari-
jari dengan arah gerak benda Jika benda melakukan satu kali putaran, maka panjang
lintasan yang ditempuh benda sama dengan keliling lingkaran. Jadi s = keliling
lingkaran = 2𝑟 dan (∆𝑡 = 𝑇) sehingga kelajuan tangensial dirumuskan menjadi27
:
𝑣 =2𝜋𝑟
𝑇
Substitusikan 𝑇 =1
𝑓 dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.
𝑣 = 2𝜋. 𝑟. 𝑓
Kecepatan sudut adalah hasil bagi sudut pusat yang ditempuh benda dengan
selang waktu tempuhnya. Sudut yang ditempuh benda dalam selang waktu tertentu
dinamakan kelajuan anguler benda (𝜔). Pada gerak melingkar beraturan, sudut yang
ditempuh benda selalu sama dalam selang waktu yang sama, sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut28.
𝜔 =∆𝜃
∆𝑡
26 Ibid, hal. 134 27 Marthein Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 135 28 Marthein Kanginan, Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga,
2006), hal. 67
.
21
Dalam satu periode T, sudut yang ditempuh benda adalah = 2 radian.
Dengan demikian kelajuan anguler dalam gerak melingkar beraturan dirumuskan29;
𝜔 =2𝜋
𝑇 atau 𝜔 = 2𝜋𝑓
Hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler dapat
ditentukan dari30;
∆𝑠
∆t=
∆𝜃
∆𝑡 . 𝑟
𝑣 = 𝜔𝑟
Keterangan
𝜔 = kecepatan sudut (rad/s)
𝑣 = kecepatan tangensial (m/s)
∆𝜃 = sudut tempuh (rad)
∆𝑡 = waktu tempuh (sekon)
d. Hubungan Roda-roda
Pembahasan pada materi gerak melingkar beraturan setelah siswa
memahami tentang besaran-besaran fisis, selanjutnya siswa akan mempelajari
konsep hubungan antar roda, dimana sistem hubungan antar roda yang akan di
pelajari sangat berkaitan dengan besaran-besaran fisis, dan dalam subbab hubungan
antar roda akan di bahas tiga sistem hubungan antar roda di antaranya, hubungan
antar roda yang disusun secara seporos, hubungan antar roda yang dihubungkan
dengan sabuk, dan hubungan antar roda yang saling bersinggungan, berikut adalah
pembahasan mengenai ketiga sistem antar roda.
1) Dua Roda Yang Seporos
Sistem dua roda yang dihubungkan dalam satu poros seperti yang
digambarkan pada Gambar 2.2.
29 Ibid., h. 67 30 Ibid., h. 67
.
22
Gambar 2.2 Hubungan Roda Sistem Satu Poros
Pada sistem ini roda mengalami kecepatan sudut yang sama (ω), maka untuk
menentukan besaran-besaran pada sistem ini adalah sebagai berikut31:
𝜔1 = 𝜔2
Karena
𝜔 =𝑣
𝑟
Maka
𝑣1
𝑟1=
𝑣2
𝑟2
2) Dua Roda Bersinggungan
Sistem hubungan antar roda yang dihubungkan secara bersinggungan dapat
dilihat seperti pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Hubungan Roda Secara Bersinggungan
Pada sistem roda yang dihubungkan secara bersinggungan mengalami kecepatan
linear yang sama (𝑣) maka untuk menentukan besaran-besaran pada sistem ini
adalah sebagai berikut32:
𝑣1 = 𝑣2
Karena
𝑣 = 𝜔. 𝑟
Maka
31 Marthein Kanginan, Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga,
2006), h. 67 32 Ibid., h. 67
.
23
𝜔1. 𝑟1 = 𝜔2. 𝑟2
3) Hubungan Roda Dihubungkan dengan Sabuk
Pada sistem hubungan roda yang dihubungkan dengan sabuk dapat dilihat
seperti pada Gambar 2.4 di bawah ini
Gambar 2.4 Hubungan Roda Yang Dihubungkan dengan Sabuk
Pada sistem hubungan antar roda yang dihubungkan dengan sabuk
mengalami kecepatan linear yang sama (𝑣) maka untuk menentukan besaran-
besaran pada sistem ini adalah sebagai berikut33:
𝑣1 = 𝑣2
Karena
𝑣 = 𝜔. 𝑟
Maka
𝜔1. 𝑟1 = 𝜔2. 𝑟2
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika merupakan wahana bagi siswa untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Bertolak bahwa fisika merupakan
struktur pengetahuan yang terus berkembang dan diperoleh melalui cara penemuan
ilmiah. Oleh karena itu, siswa diberikan pengalaman langsung dengan objek nyata,
agar siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilannya.
Tujuan dari pembelajaran fisika di SMA adalah agar siswa dapat menguasai
materi fisika berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran fisika
SMA, dan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) fisika SMA.
Kemudian diketahui faktor pembelajaran fisika berdasarkan observasi. Berdasarkan
faktor pembelajaran fisika di sekolah diketahui kondisi. penyelenggaraan
pembelajaran dan kondisi hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika khususnya
untuk materi gerak melingkar beraturan. Setelah itu direncanakan penelitian (riset)
33 Ibid., h. 67
.
24
untuk mengungkapkan kebutuhan pembelajaran pada materi gerak melingkar
beraturan berdasarkan analisis kebutuhan yang telah direncanakan. Riset pertama
direncanakan dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dan
menghasilkan identifikasi kebutuhan, yaitu dibutuhkannya sumber belajar siswa
berupa alat peraga.
Pengembangan direncanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan yaitu
dengan pembuatan alat peraga yang dibuat dengan menggunakan alat dan bahan
yang sederhana dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Kemudian
direncanakan verifikasi terhadap alat peraga dengan menguji langsung alat peraga.
Pengujian direncanakan dengan melakukan percobaan langsung menggunakan alat
peraga sehingga diperoleh kesesuaian dengan teori yang ada. Selanjutnya
direncanakan verifikasi terhadap alat peraga gerak melingkar beraturan oleh siswa.
Selain itu, menggunakan angket diketahui pula kemenarikan dan
kemudahan alat peraga. Setelah direncanakan riset kedua ini maka diperoleh
rumusan hasil riset. Rumusan hasil riset berupa saran perbaikan, kemudian
direncanakan perbaikan-perbaikan sehingga dapat dihasilkan produk berupa alat
peraga yang telah dikembangkan.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
.
25
Riset 1 :
Kebutuhan
berdasarkan analisis
kebutuhan
Observasi
Tujuan mata pelajaran fisika
SMA
Faktor pembelajaran fisika Kondisi hasil
pembelajaran
Kondisi
penyelenggaraan
pembelajaran
Identifikasi Kebutuhan :
Alat peraga pembelajaran
untuk konsep gerak melingkar
Pengembangan sebagai pemenuhan
kebutuhan :
Alat peraga roda roda berhubungan
Riset 2
Dengan tujuan :
1. Verifikasi alat peraga oleh ahli materi dan instrumental
2. Verifikasi alat peraga oleh Siswa
Rumusan hasil riset
(Rekomendasi Perbaikan)
.
26
C. Penelitian Relevan
1. B. Hartati penelitiannya yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Dari Hasil
pengujian alat menunjukkan bahwa pengembangan alat peraga tersebut secara
signifikan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil
belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji peningkatan keterampilan berpikir
kritis dengan uji t diperoleh thitung = 5,389 dengan taraf signifikansi 0,05.
Kegiatan praktikum menggunakan alat peraga gaya gesek hasil pengembangan
secara nyata juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari 65,24
naikmenjadi 70,63.34
2. Rosalina Indah Pramesty dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan
Alat Peraga Kit Fluida Statis sebagai Media Pembelajaran Pada Sub Materi
Fluida Statis Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojosari, Mojokerto menyatakan
bahwa Pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga mendapatkan
respons yang baik dari siswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase hasil
analisis angket respons siswa yang mencapai 92,5% dengan kriteria sangat
kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga kit fluida statis yang
dikembangkan layak untuk diterapkan pada pembelajaran di SMA Negeri 1
Mojosari, Mojokerto.35
3. Army Rejanti dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Alat Peraga
Sederhana Cermin Ganda Sebagai Media Pembelajaran Sub Materi
Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar Di Kelas VIII SMP Negeri 3 Sidoarjo
menyatakan berdasarkan validasi kelayakan alat peraga yang dilakukan dosen
ahli serta guru bidang studi dapat dinyatakan layak digunakan sebagai media
pembelajaran dengan persentase 82 %. Persentase ketuntasan hasil belajar
siswa secara klasikal di kelas VIII-2 sebesar 83,3 %, kelas VIII-3 sebesar 80,5
%, dan di kelas VIII-6 sebesar 83,3 % sehingga apabila dirata-rata persentase
34 B. Hartati, “Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 128-132. 35 Rosalina, “Pengembangan Alat Peraga Kit Fluida Statis sebagai Media Pembelajaran
Pada Sub Materi Fluida Statis Di Kelas XI IPA Sma Negeri 1 Mojosari”, Jurnal Penelitian Jurusan
Fisika, Universitas Negeri Surabaya.
.
27
ketuntasan belajar siswa di ketiga kelas diperoleh hasil 82,36 %. Hasil validasi
kelayakan alat peraga yang menyatakan alat peraga cermin ganda layak
digunakan di dalam pembelajaran diperkuat juga oleh respons siswa di ketiga
kelas sangat baik dengan persentase 92,30%. Simpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah alat peraga cermin ganda layak digunakan di dalam proses
pembelajaran serta respons baik dari siswa setelah menggunakan alat peraga
cermin ganda.36
4. Fathiah Alatas, dkk (2015) dalam penelitianya yang berjudul Penggunaan Alat
Peraga Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan
Menganalisis Siswa, menjelaskan bahwa penggunaan Alat Peraga Rotation
Timer tidak mengalami pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
menganalisis siswa ditinjau dari aspek kemampuan mengorganisasi siswa.
peningkatan aspek membedakan dan mengatribusi pada kelas eksperimen
masih di bawah kelas kontrol.37
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori pada penelitian ini, maka pertanyaan dalam
penelitian pengembangan ini yaitu “Apakah pengembangan alat peraga Rotation
Counter dapat menjadi media pembelajaran yang layak dan efektif?”
36 Army Rejanty, “Pengembangan Alat Peraga Sederhana Cermin Ganda Sebagai Media
Pembelajaran Sub Materi Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar Di Kelas VIII Smp Negeri 3
Sidoarjo”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 70 – 7.
37 Fathiah Alatas, Diah Mulhayatiah, dan Ahmad Jahrudin, “Penggunaan Alat Peraga
Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Siswa”, Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI), Vol. 1, 2015, h. 74.
.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MA Madinatunnajah di Cirebon,
penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 pada bulan
Maret 2018.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian
pengembangan (development research). Adapun produk yang akan dihasilkan pada
penelitian ini adalah alat peraga yang sudah dikembangkan pada konsep gerak
melingkar.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap yang
dilakukan adalah tahapan pengembangan menurut Jan Van Den Akker yang terdiri
dari penelitian pendahuluan (preliminary research), tahapan prototipe (prototyping
stage), Tahapan evaluasi sumatif (summative evaluation) dan tahap keempat, yang
merupakan tahap terakhir dari penelitian pengembangan ini adalah refleksi
sistematik dan dokumentasi (systematic reflection and documentation).1
Tahap yang dilakukan dalam pengembangan alat peraga ini adalalah sebagai
berikut:
1. Tahap Pertama
Tahap pertama yaitu penelitian pendahuluan (preliminary research) dengan
melakukan studi literatur mengenai alat peraga untuk memperdalam pengetahuan
mengenai alat peraga. Selain itu menentukan materi fisika yang akan dijadikan
bahan penelitian. Pemilihan materi pokok ini didasarkan pada ada tidaknya
kesesuaian karakteristik dari materi yang dipilih dengan kriteria penggunaan alat
1 Jan van den Akker, et al., Educational Design Research, (New York: Routledge, 2006),
h. 154.
.
29
peraga untuk materi tersebut. Untuk itu materi gerak melingkar dipilih sebagai
materi pokok yang akan dijadikan bahan penelitian karena karakteristik dari materi
gerak melingkar sesuai jika disampaikan dengan menggunakan alat peraga ini.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua adalah prototipe (prototyping stage), dilakukan melalui
beberapa langkah, yang pertama adalah pembuatan desain alat. Kegiatan
selanjutnya, peneliti mengumpulkan dan mencari bahan-bahan yang dijadikan alat
peraga.
Pengembangan alat peraga pada konsep gerak melingkar beraturan
kemudian dievaluasi formatif dengan melakukan validasi oleh ahli materi dan
instrumental. Validasi ini diperlukan untuk mengukur apakah alat peraga yang
dikembangkan masih terdapat kekurangan di dalamnya. Validasi tersebut dilakukan
dengan mengkonsultasikan kepada para ahli dalam bidang yang diukur.
Setelah melakukan validasi, peneliti mengambil respons siswa terhadap alat
peraga dengan melakukan wawancara. Hasil wawancara tersebut dijadikan bahan
evaluasi dan penyempurnaan alat peraga.
3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga adalah evaluasi sumatif (summative evaluation). Tahap
evaluasi sumatif untuk menguji efektivitas produk. Pada uji coba terbatas terdapat
beberapa kegiatan diantaranya, yang pertama peneliti melakukan pretest. Pretest
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum menggunakan alat peraga.
Selanjutnya, peneliti mengujicobakan produk dengan menggunakan produk yang
sudah dibuat secara berkelompok. Melalui kegiatan tersebut, peneliti ingin
mengetahui kualitas produk yang sudah dikembangkan. Langkah yang ketiga
adalah posttest, kegiatan posttest dilakukan setelah siswa menggunakan alat peraga.
Produk yang sudah digunakan kemudian direvisi secara masal apabila terdapat
kekurangan ketika proses kegiatan penelitian berlangsung, sebelum produk alat
peraga tersebut diproduksi. Revisi dilakukan untuk perbaikan agar produk yang
dihasilkan dapat memiliki standar kualitas yang baik.
.
30
4. Tahap Keempat
Tahap keempat pada penelitian ini adalah refleksi sistematik dan
dokumentasi (systematic reflection and documentation). Pada tahap ini peneliti
melakukan penggambaran keseluruhan studi untuk mendukung analisis, kemudian
dilakukan spesifikasi prinsip desain dan diartikulasikan hubungannya dengan
kerangka berpikir yang telah ditetapkan.
D. Desain Uji Coba
Uji coba produk bagian penting dalam penelitian pengembangan. Uji coba
produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan
atau tidak. Terdapat tiga tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan uji coba
produk ini, yaitu:
1. Uji ahli atau validasi produk, dilakukan dengan responden para ahli instrumen.
Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk, memberikan masukan untuk
perbaikan serta memvalidasi produk sebagai media yang siap digunakan.
2. Uji coba praktisi lapangan, pada tahap ini produk diuji oleh guru mata
pelajaran fisika. Tujuan uji coba tahap ini adalah untuk melihat kesalahan-
kesalahan kecil yang luput dari pengamatan ahli instrumental sehingga dapat
dilakukan perbaikan jika memang diperlukan sebelum uji coba kepada sasaran
pengguna produk.
3. Uji coba lapangan, yaitu uji coba dengan melibatkan 15 – 30 subjek pengguna
alat peraga dalam lingkup SMA.
E. Subjek Uji Coba
Subjek pelaku dalam penelitian ini adalah peneliti sekaligus pengembang
media. Subjek ahli instrumen untuk alat peraga adalah dosen di FITK UIN Syarif
Hidayatullah dan guru bidang studi. Subjek uji coba produk atau sasaran pengguna
media adalah siswa kelas X siswa MA Madinatunnajah tahun ajaran 2017/2018.
.
31
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.2 Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penilaian oleh Ahli
Instrumen yang digunakan untuk mengungkapkan data dalam penelitian ini
adalah berupa kuesioner dengan rating scale yang dibagikan kepada ahli
instrumental dan ahli materi sebagai bahan mengevaluasi media pembelajaran yang
dikembangkan. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.3 Kriteria penilaian media ditinjau dari beberapa aspek,
berikut kisi-kisi angket ahli materi dan ahli instrumental dapat dilihat pada Tabel
3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner ahli konten materi fisika
Indikator Jml.
Aspek Kurikulum
1. Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan SK dan KD
2. Pemilihan tujuan dan indikator pembelajaran memudahkan siswa
memahami materi
3. Kesesuaian dengan perkembangan kognitif siswa
1
1
1
Aspek Penyajian Materi
4. Dapat menjelaskan besaran-besaran fisis dalam gerak melingkar
beraturan
5. Dapat menjelaskan hubungan antar roda
1
1
Aspek Alat Peraga
6. Kemudahan dan kesederhanaan dalam pengoperasian
7. Antarmuka memiliki tata letak yang baik
8. Desain tampilan sesuai dengan tingkatan pengguna
1
1
1
2Sugiyono, Metode Penlitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 148. 3Sugiyono, Ibid., h. 199.
.
32
Aspek Keterlaksanaan
9. Kemampuan mendorong rasa ingin tahu siswa
10. Media bisa digunakan kapan saja dan dimana saja
11. Dukungan media bagi kemandirian belajar siswa
12. Kemampuan media dalam meningkatkan pemahaman siswa
1
1
1
1
(Adaptasi dari Ahmad Jahrudin, 2015)
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner ahli instrumental
Indikator Jml.
Ketahanan Alat
1. Ketahanan terhadap cuaca
2. Memiliki alat pelindung dari kerusakan
3. Kemudahan perawatan
1
1
1
Efisiensi Alat
4. Kemudahan merangkai alat
5. Kemudahan digunakan/dijalankan
6. Kaitan antar materi dengan kehidupan sehari-hari
1
1
1
Keakuratan Alat
7. Ketahanan komponen-komponenya pada dudukan asalnya
8. Ketepatan pemasangan setiap komponen pada alat ukur
9. Alat peraga dapat digunakan untuk mencari periode dan frekuensi
dari gerak melingkar beraturan
10. Alat peraga dapat digunakan untuk mencari besaran kecepatan
sudut
11. Alat peraga dapat digunakan untuk mencari besaran kecepatan
linear
12. Alat peraga dapat digunakan untuk melakukan praktikum
hubungan antar roda yang dihubungkan dengan sabuk
13. Alat peraga dapat digunakan untuk melakukan praktikum
hubungan antar roda yang terpasang secara terpusat
14. alat peraga dapat digunakan untuk melakukan praktikum hubungan
antar roda yang bersinggungan
1
1
1
1
1
1
1
1
.
33
15. Ketepatan skala pengukuran
16. Ketelitian pengukuran
1
1
Keamanan bagi siswa
17. Bahan yang digunakan aman untuk siswa
18. Konstruksi alat aman bagi siswa
1
1
Estetika
19. Warna
20. Bentuk
1
1
(Adaptasi dari Ahmad Jahrudin, 2015)
2. Tes Kemampuan Analisis
Soal yang diberikan merupakan soal yang diambil dari skripsi Ahmad
Jahrudin, serta diuji ulang validitasnya ke siswa kelas XI agar diperoleh soal yang
dapat mengukur kemampuan menganalisis. Soal tes diberikan sebanyak 7 butir soal
untuk mengukur kemampuan analisis siswa disusun dalam bentuk uraian. Soal yang
diberikan disusun berdasarkan indikator kemampuan analisis yaitu kemampuan
membedakan (differentiating), mengorganisasi (organizing), dan mengubungkan
(attributing). Berikut kisi-kisi dari butir soal kemampuan menganalisis dapat dilihat
pada Tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3 Kisi-kisi soal kemampuan menganalisis
Kompetensi
dasar Indikator
Aspek kognitif ( C4) Jml
Membeda
kan
Mengorga
nisasi
meng
hubun
gkan
Menganalisi
s besaran
fisis pada
gerak
melingkar
dengan laju
konstan dan
Menganalisis
besaran-
besaran gerak
melingkar
beraturan
secara
kuantitatif
1 dan 2 4 3
.
34
penerapann
ya dalam
teknologi
Menganalisis
konsep
percepatan
sentripetal
pada gerak
melingkar
beraturan
3 1
Menyajikan
ide /
gagasan
terkait
gerak
melingkar
(misalnya
pada
hubungan
roda-roda)
Menganalisis
prinsip roda-
roda yang
saling
berhubungan
secara
kualitatif
5 dan 6 7
3
Total 2 3 2 7
3. Penilaian Respon Siswa
Instrumen penilaian atau respon siswa terhadap media pembelajaran
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari siswa terhadap media.
Penilaian respon siswa dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan
atau respons dari siswa terhadap alat peraga yang hasilnya akan digunakan sebagai
bahan evaluasi. Kisi-kisi penilaian alat peraga dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah
ini.
Tabel 3.4 Kisi-kisi penilaian alat peraga oleh siswa
No. Pernyataan Jml.
Meningkatkan motivasi dan berperan aktif
1 Alat peraga ini memberikan motivasi pada saya untuk belajar 1
2 Saya bisa belajar secara aktif dan mandiri dengan alat peraga
ini
1
3 Saya lebih senang belajar dengan alat peraga ini
dibandingkan dengan hanya mendengarkan penjelasan guru
1
4 Saya dapat memahami materi gerak melingkar
beraturan dengan bantuan alat peraga ini
1
5 Dengan alat peraga ini saya mendapatkan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang materi gerak melingkar beraturan
1
Meningkatkan kemampuan analisis
6 Saya dapat menggunakan alat peraga untuk mencari periode
dan frekuensi dari gerak melingkar beraturan
1
.
35
7 Saya dapat menggunakan alat peraga untuk mencari
kecepatan sudut dari gerak melingkar beraturan
1
8 Saya dapat menggunakan alat peraga untuk mencari
kecepatan linear dari gerak melingkar beraturan
1
9 Saya dapat menggunakan alat peraga untuk melakukan
praktikum hubungan antar roda yang dihubungkan dengan
sabuk
1
10 Saya dapat menggunakan alat peraga untuk melakukan
praktikum hubungan antar roda yang terpasang secara
terpusat
1
11 Saya dapat menggunakan alat peraga untuk melakukan
praktikum hubungan antar roda yang bersinggungan
1
Estetika
12 Saya dengan mudah dapat membawa dan memindahkan alat
peraga
1
13 Saya tertarik dengan warna alat peraga ini 1
14 Saya tertarik dengan bentuk alat peraga ini 1
15 Saya dapat menemukan bahan yang digunakan untuk
membuat alat peraga dari lingkungan sekitar
1
(Adaptasi dari Ahmad Jahrudin, 2015)
G. Validasi Produk
Validitas pada instrumen ini diukur dengan validitas istimewa melalui
pertimbangan ahli materi dan ahli instrumental. Sedangkan pengertian dari validasi
sendiri yaitu, validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam
mengukur isi yang seharusnya, dengan cara meminta bantuan ahli bidang studi
untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak
sebagai sampel tes. Dengan demikian validitas tidak memerlukan uji coba dan
analisis statistik dinyatakan dalam bentuk angka-angka.4
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis data instrumen penilaian ahli
Analisis data dilakukan dengan menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang mudah dibaca dan diimplementasikan agar data yang terkumpul dapat
dianalisis dan diambil kesimpulan dengan menggunakan beberapa langkah di
bawah ini:
4Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2009), Cet. 14, h.13.
.
36
a. Mengubah skor mentah ke dalam persentase nilai berdasarkan rumus:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 100%
b. Mentabulasi skor ke dalam tabel yang memuat hasil dari penelitian kuesioner.
c. Mengriteriakan nilai berdasarkan instrumen kuesioner dengan ketentuan seperti
pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Kategori Angket Validasi Ahli
Persentase Kriteria
81 % - 100 % Sangat Baik
61 % - 80 % Baik
41 % - 60 % Cukup
21 % - 40 % Kurang
≤ 20 % Sangat kurang
2. Validitas Instrumen
Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas adalah
suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Atau sebuah tes dikatakn valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur, dalam bahasa Indonseia valid disebut dengan istilah sahih5. Instrumen
dikatakan valid jika memiliki validitas yang tinggi, yaitu bila instrumen tersebut
telah dapat mengukur apa yang diukur.
Validitas item tes berbentuk uraian, digunakan rumus kolerasi product
moment6, yaitu
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√(𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2
)(𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2
)
Keterangan:
rxy = Koefisian korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan
X = Skor tiap butir soal
5 Suharsimi, Dasar-dasar Epaluasi Pendidikan ed. Revisi , (Jakarta: Bumi Aksara. 2012),
hal. 80. 6 Suharsimi, Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012).
Rev. Cet. 9, h. 87.
.
37
Y = Skor total tiap butir soal
N = Jumlah siswa
3. Uji N-Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, Gain digunakan untuk
menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah
pembelajaran dilakukan guru. Untuk menghindari bias penelitian digunakan gain
yang dinormalisasi (normalized gain) atau N-Gain. Rumus N-Gain menurut
Meltzer, yaitu:7
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Penentuan kategorisasi perolehan N-gain dapat dilihat pada Tabel 3.6 di
bawah ini.
Tabel 3.6 kategorisasi perolehan N-gain
Nilai N-Gain Kategori
𝐺 > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ 𝐺 ≥ 0,7 Sedang
𝐺 < 0,3 Rendah
7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 273
.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini diuraikan data yang diperoleh selama penelitian.
Data yang dideskripsikan merupakan data angket hasil uji kelayakan oleh ahli
materi, ahli instrumental dan data hasil belajar siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.
1. Hasil Uji Kelayakan
a. Ahli Materi
Aspek yang dinilai ahli materi terhadap alat peraga yaitu kurikulum,
penyajian, alat peraga dan keterlaksanaan. Berikut disajikan penilaian untuk setiap
aspek dinilai ahli materi pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Aspek oleh Ahli Materi
No. Aspek Persentase (%) Kriteria
1 Kurikulum 100,00 Sangat Baik
2 Penyajian 100,00 Sangat Baik
3 Alat Peraga 86,67 Sangat Baik
4 Keterlaksanaan 94,00 Sangat Baik
Rata-rata 95,16 Sangat Baik
.
39
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa alat peraga roda-roda berhubungan
memperoleh persentase skor tertinggi pada aspek kurikulum dan penyajian sebesar
100,00%, aspek alat peraga sebesar 86,67% , diikuti dengan aspek keterlaksanaan
memperoleh persentase sebesar 94,00%. Persentase rata-rata perolehan skor aspek
secara keseluruhan sebesar 95,16%. Rata-rata perolehan skor tersebut
dikonversikan sesuai Tabel 3.4 dan diperoleh kesimpulan bahwa alat peraga roda-
roda berhubungan menurut ahli materi termasuk dalam kriteria sangat baik.
Selain analisis nilai keseluruhan, dapat diketahui pula penilaian media ini
jika dilihat dari masing-masing indikator. Berikut disajikan analisis kelayakan
untuk setiap indikator yang dinilai oleh ahli materi pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Penilaian setiap indikator oleh Ahli Materi
Aspek Indikator
Rata-
rata
Nilai
Kriteria
Aspek
Kurikulum
13. Kesesuaian tujuan pembelajaran
dengan SK dan KD 5
Sangat
Baik
14. Pemilihan tujuan dan indikator
pembelajaran memudahkan siswa
memahami materi
5 Sangat
Baik
15. Kesesuaian dengan perkembangan
kognitif siswa 5
Sangat
Baik
Aspek
Penyajian
16. Dapat menjelaskan besaran-besaran
fisis dalam gerak melingkar
beraturan
5 Sangat
Baik
17. Dapat menjelaskan hubungan antar
roda 5
Sangat
Baik
Aspek Alat
Peraga
18. Kemudahan dan kesederhanaan
dalam pengoperasian 4 Baik
19. Antarmuka/interface memiliki tata
letak yang baik 4 Baik
20. Desain tampilan sesuai dengan
tingkatan pengguna 5 Baik
Aspek
Keterlaksan
aan
21. Kemampuan mendorong rasa ingin
tahu siswa 5
Sangat
baik
22. Alat peraga bisa digunakan kapan
saja dan dimana saja 4 Baik
.
40
23. Dukungan alat peraga bagi
kemandirian belajar siswa 4,5 Baik
24. Kemampuan alat peraga dalam
meningkatkan pemahaman siswa 5
Sangat
Baik
25. Kemampuan media menambah
motivasi siswa dalam belajar 5
Sangat
baik
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa penilaian alat peraga unggul pada aspek
kurikulum dan penyajian dengan masing masing indikator pada kriteria sangat
baik. Pada indikator 7,10 dan 11 mendapat kriteria baik sedangkan indikator yang
lainya mendapatkan nilai dengan kriteria sangat baik.
b. Ahli Instrumental
Aspek yang dinilai ahli instrumental terhadap alat peraga yaitu ketahanan
alat, efisiensi alat, keakuratan alat, keamanan bagi siswa dan estetika. Berikut
disajikan penilaian untuk setiap aspek dinilai ahli instrumental pada Tabel 4.3 di
bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Setiap Aspek oleh Ahli Media
No. Aspek Persentase Kriteria
1 Ketahanan Alat 73,33 Baik
2 Efisiensi Alat 78,00 Baik
3 Keakuratan Alat 82,50 Sangat Baik
4 Keamanan bagi siswa 80,00 Baik
5 Estetika 65,00 Baik
Rata-rata 75,77 Baik
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa alat peraga roda-roda berhubungan
memperoleh persentase skor tertinggi pada aspek keakuratan alat sebesar 82,50%,
dan diikuti dengan aspek ketahanan alat memperoleh skor 73,33, efisiensi alat 78%,
keamanan bagi siswa 80% dan aspek estetika memperoleh persentase sebesar
65,00%. Persentase rata-rata perolehan skor aspek secara keseluruhan sebesar
75,77%. Rata-rata perolehan skor tersebut dikonversikan sesuai Tabel 3.4 dan
.
41
diperoleh kesimpulan bahwa alat peraga roda-roda berhubungan menurut ahli
instrumental termasuk dalam kriteria baik.
Selain analisis nilai keseluruhan, dapat diketahui pula penilaian media ini jika
dilihat dari masing-masing indikator. Berikut disajikan analisis kelayakan untuk
setiap indikator yang dinilai oleh ahli instrumental pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Penilaian setiap indikator oleh Ahli Instrumental
Aspek Indikator
Rata-
rata
nilai
Kriteria
Ketahanan
Alat
1. Ketahanan terhadap cuaca 3,5 Cukup
2. Memiliki alat pelindung dari
kerusakan 3
Cukup
3. Kemudahan perawatan 4,5 Baik
Efisiensi
Alat
4. Kemudahan merangkai alat 4 Baik
5. Kemudahan digunakan/dijalankan 4 Baik
6. Kaitan antar materi dengan
kehidupan sehari-hari
4 Baik
Keakuratan
Alat
7. Ketahanan komponen-komponennya
pada dudukan asalnya
4 Baik
8. Ketepatan pemasangan setiap
komponen pada alat ukur
3,5 Cukup
9. Alat peraga dapat digunakan untuk
mencari besaran periode dan
frekuensi dari gerak melingkar
beraturan
4,5 Baik
10. Alat peraga dapat digunakan untuk
mencari besaran kecepatan sudut
4,5 Baik
11. Alat peraga dapat digunakan untuk
mencari besaran kecepatan linear
4,5 Baik
12. Alat peraga dapat digunakan untuk
melakukan praktikum hubungan antar
roda yang dihubungkan dengan sabuk
4,5 Baik
13. Alat peraga dapat digunakan untuk
melakukan praktikum hubungan antar
roda yang terpasang secara terpusat
4 Baik
14. Alat peraga dapat digunakan untuk
melakukan praktikum hubungan antar
roda yang bersinggungan
4 Baik
15. Ketepatan skala pengukuran 3,5 Cukup
16. Ketelitian pengukuran 3,5 Cukup
.
42
Keamanan
bagi siswa
17. Bahan yang digunakan aman untuk
siswa
4 Baik
18. Konstruksi alat aman bagi siswa 4 Baik
Estetika 19. Warna 3 Cukup
20. Bentuk 3,5 Cukup
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa penilaian alat peraga pada aspek ketahana
alat dan aspek estetika mendapatkan penilaian cukup untuk masing-masing
indikator. Pada aspek keakuratan alat untuk indikator nomor 8,15 dan 16
mendapatkan nilai dengan kriteria cukup, sedangkan untuk aspek yang lainya
mendapatkan kriteria baik untuk masing-masing indikator
c. Data Angket Respons Siswa
Hasil data angket direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-masing siswa
untuk setiap indikator. Skor yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya dan
dikonversi menjadi data kuantitatif. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5
di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Angket Respons Siswa
No. Indikator Angket Persentase Kesimpulan
1 Meningkatkan motivasi dan berperan aktif 82,3 Sangat Baik
2 Pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuan analisis
90,22 Sangat Baik
3 Estetika 75,67 Baik
Rata-rata 82,67 Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa respons siswa terhadap
pembelajaran fisika dengan menggunakan alat peraga, siswa merespons baik. Dapat
dilihat dari rata-rata persentase hasil angket dengan persentase sebesar 82,67%
(Sangat baik). Dari data tabel tersebut pembelajaran fisika pada konsep gerak
melingkar beraturan siswa memiliki respons baik terhadap penggunaan alat peraga.
Selain analisis nilai keseluruhan, dapat diketahui pula penilaian media ini jika
dilihat dari masing-masing indikator. Berikut disajikan untuk setiap indikator
berdasarkan hasil angket siswa pada Tabel 4.6 di bawah ini.
.
43
Tabel 4.6 Hasil angket respon siswa setiap indikator
Aspek Indikator Nilai Kriteria
Meningkatk
an motivasi
dan
berperan
aktif
1. Alat peraga ini memberikan motivasi
pada saya untuk belajar 4,27 Baik
2. Saya bisa belajar secara aktif dan
mandiri dengan alat peraga ini 4,40 Baik
3. Saya lebih senang belajar dengan alat
peraga ini dibandingkan dengan
hanya mendengarkan penjelasan
guru
3,73 Cukup
4. Saya dapat memahami materi gerak
melingkar beraturan dengan bantuan
alat peraga ini
3,87 Cukup
5. Dengan alat peraga ini saya
mendapatkan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang materi gerak
melingkar beraturan
4,27 Baik
Meningkatk
an
kemampuan
analisis
6. Saya dapat menggunakan alat peraga
untuk mencari periode dan frekuensi
dari gerak melingkar beraturan
4,07 Baik
7. Saya dapat menggunakan alat peraga
untuk mencari kecepatan sudut dari
gerak melingkar beraturan
4,60 Baik
8. Saya dapat menggunakan alat peraga
untuk mencari kecepatan linear dari
gerak melingkar beraturan
4,60 Baik
9. Saya dapat menggunakan alat peraga
untuk melakukan praktikum
hubungan antar roda yang
dihubungkan dengan sabuk
4,60 Baik
10. Saya dapat menggunakan alat peraga
untuk melakukan praktikum
hubungan antar roda yang terpasang
secara terpusat
4,60 Baik
11. Saya dapat menggunakan alat peraga
untuk melakukan praktikum
hubungan antar roda yang
bersinggungan
4,60 Baik
Estetika 12. Saya dengan mudah dapat membawa
dan memindahkan alat peraga 4,40 Baik
13. Saya tertarik dengan warna alat
peraga ini 3,33 Cukup
.
44
14. Saya tertarik dengan bentuk alat
peraga ini 3,33 Cukup
15. Saya dapat menemukan bahan yang
digunakan untuk membuat alat
peraga dari lingkungan sekitar 4,07 Baik
2. Rekapitulasi Data Hasil Belajar
a. Data Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh beberapa nilai pemusatan data
dari hasil pretest dan posttest. Data hasil ulangan diperoleh dari rekapitulasi guru
pengajar fisika kelas X MA Madinatunnajah. Hasil perhitungan data dapat dilihat
pada tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Uji Coba
Pemusatan dan
Penyebaran Pretest Posttest
Banyak data 15 15
Nilai terendah 12 30
Nilai Tertinggi 30 78
Median 20 50
Modus 22 74
Standar deviasi 4,75 17,26
Rata-Rata 19,9 54,1
.
Berdasarkan Tabel 4.7 banyak data kelas eksperimen dan adalah 15. Dari data
tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai terendah antara pretest dan posttest,
dimana nilai terendah pretest yaitu 12 sedangkan nilai terendah pada Posttest adalah
30, dan nilai tertinggi pretest adalah 30 sedangkan nilai tertinggi posttest adalah 78.
Median atau nilai tengah pretest 20 sementara posttest sebesar 50. Adapun nilai
yang sering muncul atau modus pretest yaitu 22 sedangkan modus posttest yaitu
sebesar 74. Nilai rata-rata kelas pretest sebesar 19,9 sedangkan nilai rata-rata
posttest yaitu 54,1.
b. Kemampuan Menganalisis Siswa
Kemampuan menganalisis siswa pada konsep gerak melingkar beraturan
yang diukur pada penelitian ini dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Ketiga aspek kemampuan
.
45
menganalisis siswa tersebut dibagi ke dalam 7 butir. Distribusi persentase jumlah
butir soal pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Soal Aspek Kemampuan Menganalisis
No. Aspek Kemampuan
Menganalisis
No. Soal Jumlah
Butir Soal
Persentase
1 Membedakan 5,6, 2 28,57%
2 Mengorganisasi 1,2,3 3 42,86%
3 Mengatribusikan 4,7 2 28,57%
Jumlah 7 7 100%
Adapun distribusi data hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dalam setiap aspek kemampuan menganalisis dapat dilihat pada Tabel
4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Hasil Uji N-Gain Untuk Setiap Aspek Kemampuan Menganalisis Data
Hasil Pretest dan Posttest
Aspek Kemampuan
Menganalisis N-Gain Kategori
Membedakan 0,55 Sedang
Mengorganisasikan 0,41 Sedang
Mengatribusikan 0,49 Sedang
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa persentase kemampuan siswa dalam
menjawab soal kemampuan analisis setiap aspek mengalami peningkatan,
Peningkatan kemampuan menganalisis pada aspek membedakan sebesar 55%
berada pada kategori sedang. Selanjutnya persentase peningkatan kemampuan
aspek mengorganisasi sebesar 41% berada pada kategori rendah. Pada peningkatan
kemampuan mengatribusikan mengalami peningkatan sebesar 49% berada pada
kategori rendah.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji kelayakan penilaian ahli materi, menilai pada aspek
kurikulum, aspek penyajian alat peraga, aspek alat peraga dan aspek keterlaksanaan
pada alat peraga roda-roda berhubungan mendapatkan nilai persentase rata-rata
sebesar 95,16 % dengan kriteria sangat baik. Perolehan skor tersebut dikonversikan
.
46
sesuai Tabel 3.4 dan diperoleh kesimpulan bahwa alat peraga roda-roda
berhubungan menurut ahli materi termasuk dalam kriteria sangat baik. Uji
kelayakan yang sama dilakukan Ahmad Jahrudin mendapatkan nilai persentase
rata-rata sebesar 97 % dengan kriteria sangat baik.1 Masukan dari ahli materi yaitu
ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sebaiknya
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah siswa agar pembelajaran bisa berjalan lebih
kondusif dan efektif.
Berdasarkan hasil uji kelayakan media oleh penilaian ahli instrumental pada
aspek ketahanan alat, efisiensi alat, keakuratan alat, keamanan bagi siswa dan
estetika mendapatkan nilai persentase rata-rata sebesar 75,77% dengan kriteria baik
sehingga alat peraga dikategorikan “layak” digunakan sebagai media pembelajaran
bagi siswa. Penelitian yang sama dilakukan Ahmad Jahrudin aplikasi mobile
learning mendapatkan nilai uji kelayakan sebesar 90,93% pada ahli media.2
Keunggulan alat dibanding dengan alat sebelumnya terdapat pada aspek
keakuratan alat peraga dengan memperoleh nilai persentase tertinggi disbanding
dengan aspek yang lain yaitu 82,50%. Tingginya perolehan persentase memiliki
karena telah dikembangkan menggunakan sensor diode yang terintegrasi dengan
arduino. Kelemahan alat peraga pada aspek estetika, masih terdapat kekurangan
pada indikator warna dan bentuk yang kurang menarik sedangkan kelemahan pada
aspek ketahanan alat yaitu pada indikator memiliki alat pelindung dari kerusakan,
alat yang dikembangkan peneliti belum memiliki pelindung yang baik dari
kerusakan.
Berdasarkan hasil penilaian siswa terhadap alat peraga roda-roda
berhubungan, 15 siswa menilai pada aspek minat, aspek penguasaan dan aspek
keterlaksanaan mendapatkan nilai persentase rata-rata sebesar 82,67 % dengan
kriteria baik sehingga alat peraga roda-roda berhubungan dikategorikan “layak”
digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa. Pada meningkatkan motivasi
1 Fathiah Alatas, Diah Mulhayatiah, dan Ahmad Jahrudin, “Penggunaan Alat Peraga
Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Siswa”, Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI), Vol. 1, 2015, h. 71 2 Ibid hal. 72
.
47
dan pembelajaran dapat menigkatkan kemampuan analisis mendapat respon yang
sangat baik. hal ini terlihat bahwa dengan minat yang tinggi dari siswa membuat
siswa tertarik belajar menggunakan alat peraga roda-roda berhubungan3. Siswa juga
menyatakan bahwa mereka lebih memilih pembelajaran menggunakan alat peraga
jika dibandingkan dengan hanya mendengarkan ceramah dari guru.
Pada aspek estetika penilaian siswa paling rendah, hal ini dikarenakan
terdapat komponen yang tidak mudah didapatkan di lingkungan sekitar, yaitu
microcontroller dan sensor diode. Selain itu dari segi tampilan, siswa kurang
tertarik dengan tampilan dari alat peraga. Penilaian persentase rata-rata perolehan
skor seluruh aspek sebesar 82,67%. Rata-rata perolehan skor tersebut
dikonversikan sesuai Tabel 3.4 dan diperoleh kesimpulan bahwa alat peraga roda-
roda berhubungan menurut siswa termasuk dalam kriteria sangat baik.
Dilihat dari kemampuan menganalisis, hasil pretest – posttest kelas uji coba
mengalami peningkatan untuk setiap aspeknya. Pada aspek membedakan terjadi
peningkatan N-gain sebesar 0,45 dengan kriteria interpretasi sedang. Pada aspek
mengorganisasi terjadi peningkatan N-gain sebesar 0,49 dengan kriteria interpretasi
sedang. Pada aspek mengatribusikan terjadi peningkatan N-gain sebesar 0,32
dengan kriteria interpretasi sedang. Pada Aspek mengorganisasi terjadi peningkatan
N-gain yang paling tinggi. Aspek mengorganisasi siswa membangun hubungan-
hubungan yang tematis dan koheren dimana pada aspek ini dalam konsep gerak
melingkar beraturan siswa dapat menghubungkan besaran-besaran fisis secara baik,
siswa dapat memahami kerja alat ini dengan baik dan membantunya untuk
memahami dalam menghubungkan besaran-besaran yang telah diketahui4.
Pada saat pre-test presentase ketuntasan belajar siswa secara individu
berdasarkan nilai KKM adalah 0% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 19,90,
dimana nilai KKM Mata pelajaran Fisika di MA Madinatunnajah kota Cirebon
3 Fikri Habibi dan Prabowo, Pengembangan Alat peraga Peningkatan Taraf Intensitas
Bunyi Berbasis Visual Analyser Sebagai Media Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Bunyi, Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika, Vol.4, 2, 2015, h.170 4 Fathiah Alatas, Diah Mulhayatiah, dan Ahmad Jahrudin, “Penggunaan Alat Peraga
Rotation Timer dan Roda Fleksibel untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Siswa”,
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI), Vol. 1, 2015, h. 71.
.
48
adalah 65. Perbedaan hasil nilai pre-test sangat signifikan dibandingkan dengan
hasil posttest. Dari hasil post-test, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 54,70
dan ketuntasan belajar siswa secara individu hanya mencapai 40%. Hal ini
membuktikan bahwa alat peraga yang dikembangkan peneliti jika dilihat dari KKM
di MA Madinatunnajah kota Cirebon masih belum mencapai target yang
diinginkan.
C. Keterbatasan Penelitian
Ketika pelaksanaan penelitian ada beberapa kendala atau keterbatasan yang
dihadapi, diantaranya:
1. Media yang dikembangkan peneliti diproduksi secara terbatas karena
keterbatasan biaya dan waktu sehingga ketika dilakukan penelitian dalam kelas,
alat belum dapat terdistribusi secara baik dalam kelompok belajar.
2. Penelitian ini hanya berlaku pada subjek terbatas yakni 15 siswa MA
Madinatunnajah, 2 ahli materi dan 2 ahli instrumental.
3. Alat rpm meter yang dikembangkan peneliti sudah bisa mencari besaran fisis
pada gerak melingkar beraturan, namun alat pemutar roda yang dikembangkan
peneliti belum bisa menunjukan gerak melingkar beraturan. Ketika melakukan
penelitian subjek kebingungan ketika memasukan angka yang ditunjukan
display.
.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini secara
umum dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Telah berhasil dikembangkan alat peraga roda-roda berhubungan pokok
bahasan gerak melingkar beraturan untuk siswa SMA/MA. Media yang
dihasilkan berupa alat peraga roda-roda berhubungan dengan peningkatan
keakuratan pengukuran.
2. Alat peraga roda-roda berhubungan berdasarkan penilaian ahli instrumental
75,77% dan ahli materi 95,16%. Berdasarkan hasil perolehan data
menunjukkan bahwa alat peraga roda-roda berhubungan “Layak” digunakan
sebagai media pembelajar siswa SMA/MA.
3. Alat peraga Rotation Counter pada konsep gerak melingkar beraturan yang
telah diuji dengan tes efektif untuk meningkatkan kemampuan analisis yaitu
dengan prolehan nilai N-gain pada aspek membedakan sebesar 0,45, aspek
mengorganisasi sebesar 0,49, aspek mengatribusikan sebesar 0,32.
B. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu ditangani dalam
penelitian yang akan datang agar lebih bisa bermanfaat dimasa yang akan datang.
Dikembangkan alat peraga roda-roda berhubungan dengan putaran roda yang stabil
sehingga data yang didapat oleh sensor merupakan data dari benda yang bergerak
melingkar beraturan. Dikembangkan sensor yang dapat menunjukan nilai
pengukuran yang stabil sehingga display menunjukan hasil yang stabil.
.
50
DAFTAR PUSTAKA
Adegoke, Benson Adesina. Effect Of Multimedia Instruction On Senior Secondary
School Students’ Achievement In Physics. European Journal of
Educational Studies 3(3), 2011.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajawali Press, 2002.
Asnaldi, Arie. Teori-Teori Belajar Proses Perubahan Tingkah Laku dan
Belajar. Diambil dalam http://asnaldi.multiply.com/journal/item5
Diakses pada 28 Desember 2014
Departemen Pendidikan Nasional. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum
Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007.