1 BAB I PENDAHULUAN Perubahan gaya hidup orang Indonesia sekarang yang lebih banyak gemar makan makanan siap santap yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan sedikit mengandung serat membuat penyakit degeneratif semakin meningkat, contohnya penyakit diabetes melitus yang semakin meningkat insidensnya. Di samping itu gaya hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolahraga. Sehingga hal ini menyebabkan tingginya insidens penyakit degeneratif (diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan dislipidemia). Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif yang dapat dicegah dengan pola dan perilaku hidup sehat. Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat mengganggu fungsi sistem tubuh yang lain (kardiovaskuler, ginjal, saraf dan mata). Diabetes melitus menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas. Menurut penelitian epidemiologi Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Organisasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan gaya hidup orang Indonesia sekarang yang lebih banyak gemar
makan makanan siap santap yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam
dan sedikit mengandung serat membuat penyakit degeneratif semakin meningkat,
contohnya penyakit diabetes melitus yang semakin meningkat insidensnya.
Di samping itu gaya hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi
sampai sore bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang meja
menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolahraga. Sehingga
hal ini menyebabkan tingginya insidens penyakit degeneratif (diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung koroner dan dislipidemia).
Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif yang dapat dicegah dengan pola
dan perilaku hidup sehat. Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat
mengganggu fungsi sistem tubuh yang lain (kardiovaskuler, ginjal, saraf dan mata).
Diabetes melitus menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas.
Menurut penelitian epidemiologi Indonesia menduduki peringkat keempat
jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang
diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1. Definisi diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit sindrom metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-keduanya.1,2,3,4
2.1.2. Epidemiologi
Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang
diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang diabetes pada tahun 2003 sebanyak
13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030
akan ada 20,1 juta penyandang diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk
daerah urban dan 7,2 persen di rural.5,6
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah
penyandang diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan Badan Federasi Diabetes Internasional
(IDF) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes
mellitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Penderita DM di
Indonesia tidak hanya orang tua, namun remaja dan dewasa muda pun juga terkena
DM.5,6
2.1.3. Etiologi diabetes melitus
Diabetes melitus terjadi karena sekresi atau kerja hormon insulin atau
keduanya terganggu. Hormon insulin dihasilkan oleh sel beta pancreas. Sel beta
pancreas jika mengalami kerusakan karena berbagai penyebab, maka sekresi atau
kerja hormon insulin atau keduanya akan terganggu.7 etiologi berdasarkan klasifikasi
diabetes melitus sebagai berikut:
3
Jenis DM Etiologi
DM tipe 1Dekstruksi sel-β pancreas (penyakit
autoimun)
DM tipe 2 Resistensi insulin
DM tipe lain
Gangguan fungsi sel-β karena mutasi
genetik (HNF-4α(MODY1), kelainan
eksokrine (pancreas), kelainan endokrine,
infeksi, obat, penyakit syndrome genetik
(syndrome down) dan sebagainya.
DM gestasi Resistensi insulin dengan disfungsi sel- β
2.1.4. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh sel beta pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta,
insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh
untuk keperluan regulasi glukosa darah.8
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon
insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. dengan bantuan enzim peptidase,
preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian
dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di
sini, sekali lagi dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin, diurai menjadi insulin
dan peptida-C yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan
melalui membran sel.8
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh
normal oleh sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Sekresi
biphasic akan terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa dari makanan atau
minuman.8
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion response = AIR) adalah sekresi insulin
yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan
4
berakhir juga cepat. Sekresi fase 1 biasanya mempunyai puncak yang relatif tinggi
untuk mengantipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam, segera
setelah makan.AIR yang berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya
hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah posprandial.8
Selanjutnya, sekresi fase 2 (sustained phase, latent phase) terjadi setelah
sekresi fase 1 berakhir. Sekresi fase 2 berlangsung relatif lebih lama, kadar
puncaknya ditentukan oleh seberapa besar glukosa darah di akhir fase 1, disamping
faktor resitensi insulin. Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, maka akan terjadi
kompensasi pada fase 2, yaitu sekresi insulin meningkat pada fase 2 agar kadar
glukosa (postprandial) tetap dalam batas normal di dalam tubuh.8
Insulin berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-
batas fisiologi, baik saat puasa maupun setelah mendapat beban. Pada saat mendapat
beban/makanan, hormon insulin akan disekresikan untuk mengatur glukosa darah
dengan cara bekerja di jaringan adiposa (uptake glukosa meningkat, lipogenesis
meningkat dan lipolisis berkurang), otot (uptake glukosa meningkat, sintesis glikogen
dan sintesis protein meningkat) dan di hati (sintesis glikogen dan lipogenesis
meningkat dan proses glukoneogenesis berkurang). tetapi pada saat puasa, hormon
insulin tidak disekresikan, sehingga jaringan adiposa, otot dan hati akan merespon
untuk menghasilkan glukosa, agar kadar glukosa tetap dalam batas normal dalam
tubuh melalui proses glikogenesis (mengubah glikogen menjadi glukosa dengan
bantuan hormon glukagon) dan proses glukoneogenesis (lemak dan protein dipecah
menjadi glukosa).7,8
5
Gambar 1. Aksi metabolik insulin7
Defisiensi insulin atau resistensi insulin atau keduanya menyebabkan uptake
glukosa ke sel otot menurun, sehingga tubuh akan lemah karena tidak ada glukosa
yang dimetabolisme untuk menjadi energi. Jika hal ini terjadi. Maka, tubuh akan
merespon (hati dan jaringan lemak) dengan memecah lemak dan protein untuk
menghasilkan glukosa, sehingga terjadi proses glikogenolisis dan glukoneogenesis
yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan glukosa tubuh. Meskipun, glukosa
banyak dibentuk tetapi terjadi defisiensi/resistensi insulin, maka glukosa tetap tidak
bisa digunakan oleh sel otot sebagai energi. Akibatnya, glukosa dalam darah menjadi
meningkat atau terjadi hiperglikemia.7,9 (gambar 2)
6
Gambar 2. Patofisiologi DM9
2.1.5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik diabetes melitus sebagai berikut:3,4,7,8,10
1. Poliuria: banyak kencing. Hal ini disebabkan karena pada pasien DM terjadi
hiperglikemia, sehingga ginjal tidak mampu untuk mengabsorbsi glukosa.
Akibatnya, terjadi glukosuria yang mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria). (gambar 3 dan 4)
2. Polidipsia: banyak minum. Hal ini terjadi karena pada pasien DM terjadi
poliuria. Maka, tubuh akan merespon tubuh kekurangan cairan (dehidrasi).
Sehingga, kompensasi tubuh adalah timbul rasa haus (polidipsia). (gambar 3
dan 4)
3. Polifagia: banyak makan. Hal ini terjadi karena glukosa keluar bersama urin,
maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga tubuh akan
merasa lapar yang semakin besar. (gambar 3 dan 4)
7
4. Berat badan menurun karena glukosuria (kalori keluar bersama urin) dan
uptake glukosa ke sel-sel otot berkurang/tidak ada, maka akan terjadi proses
lipolisis (pemecahan lemak menjadi glukosa). (gambar 3)
5. Lemas dan mudah cape karena uptake glukosa ke sel otot berkurang/tidak ada,
sehingga tidak ada energi.
6. Mudah mengantuk
7. Kesemutan; kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di
kulit dan kram.
8. Luka sulit sembuh
9. Gatal
10. Mata kabur
11. Disfungsi ereksi pada pria
12. Keputihan (flouralbus) pada wanita
8
Gambar 3. Patofisiologi manifestasi klinik DM4
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis dari Diabetes Melitus harus didasarkan atas pemeriksaan kadar
glukosa darah. Penegakan diagnosis Diabetes Melitus harus memperhatikan asal
bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Penegakan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole
blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-
9
angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO, sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler.5
Tabel 1. Interpretasi Tes Glukosa Darah5
Tes SampelBukan DM Belum Pasti DM DM
mg/dL mmol/L mg/dL mmol/L mg/dL mmol/L
GDS Plasma
vena
Darah
kapiler
< 110
< 90
< 6,1
< 5,0
110–199
90–199
6,1–11,0
5,0–11,0
> 200
> 200
> 11,1
> 11,1
GDP Plasma
vena
Darah
kapiler
< 110
< 90
< 6,1
< 5,0
110–125
90–109
6,1–7,0
5,0–6,1
> 126
> 110
> 7,0
> 6,1
GD2
PP
Plasma
vena
Darah
kapiler
< 140
< 120
< 7,8
< 6,7
140–200
120–200
7,8–11,1
6,7–11,1
> 200
> 200
> 11,1
> 11,1
Tabel 2. Interpretasi TTGO (WHO)5
Kriteri
a
GDP
0 jam 2 jam
(mg/dL) (mmol/L) (mg/dL) (mmol/L)
GDPT > 110 serta < 126 6,1 > serta < 7,0 < 140 < 7,8
TGT < 126 < 7,0 > 140 serta <
200
7,8 > serta <
11,1
DM > 126 > 7,0 > 200 > 11,1
10
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien diabetes. Kecurigaan adanya
Diabetes Melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik Diabetes Melitus
seperti tersebut di bawah ini:5
1. Keluhan klasik DiabetesMelitus berupa : poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu:
1. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma >
200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus.
2. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan
untuk diagnosis Diabetes Melitus.
3. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 gram, glukosa lebih
sensitif dan spesifik di banding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun memiliki keterbatasan sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
11
Gambar 4. Langkah-langkah diagnostik DM dan TGT
2.7. Penatalaksanaan
a. Non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis meliputi:
1. Edukasi5,8
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi karena pola gaya hidup dan perilaku yang
tidak sehat (kurang aktivitas dan pola makan yang tidak seimbang). Edukasi
pada pasien diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan
masyarakat dan tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi.
2. Terapi gizi medis
12
Terapi gizi medis sangat direkomendasikan pada pasien DM. terapi
gizi medis prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang
didasarkan pada status gizi pasien dan melakukan modifikasi diet
berdasarkan kebutuhan individual. 5,8
Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara
lain: 1) menurunkan berat badan; 20 menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik; 3) menurunkan kadar glukosa darah; 4) memperbaiki profil lipid;
5) meningkatkan sensitivitas reseptor insulin; 6) memperbaiki sistem
koagulasi darah. 5,8
Menurut penelitian, bahwa penurunan 5% berat badan dapat
mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% dan setiap kilogram penurunan
berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian di luar negeri bahwa diet tinggi
karbohidrat bentuk kompleks (bukan disakarida atau monoakarida) dan dalam
dosis terbagi dapat meningkatkan atau memperbaiki pembakaran glukosa di
jaringan perifer dan memperbaiki kepekaan sel beta di pankreas.11
Tujuan terapi gizi medis adalah untuk mencapai dan
mempertahankan: 5,8
1) Kadar glukosa darah mendekati normal (GDP berkisar 90-130 mg/dl,