3. Denyut NadiNadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam
pembuluh darah arteri akibat keluarnya sejumlah darah yang
dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding
aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke
volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan
cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010).Denyut arteri
adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana
arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan.
Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan
tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri
dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang
dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang
tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada
darah itu sendiri (Evelyn, 2006).Ada 2 faktor yang bertanggung
jawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan, yaitu:1.
Pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari
jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam
pembuluh darah. Bila darah mengalir tetap dari jantung ke aorta,
tekanan tetap, sehingga tidak ada denyutan.2. Elastisitas dinding
arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran
balik. Bila dinding tidak elastis, seperti dinding sebuah gelas,
masih tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan
diastol ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan
aliran dan mengembalikan aliran sehingga denyut pun tidak dapat
dirasakan.Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan
mnyebabkan perubahan tekanan pada arterinya yang ditunjukkan dengan
membesar mengecilnya arteri, disebut juga denyut nadi. Denyut nadi
dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting
untuk diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak
jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada
tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama
dengan frekuensi denyut/detak jantung. Normalnya denyut nadi sama
dengan kecepatan denyut jantung. Kecepatan denyut nadi normal pada
orang dewasa adalah 60 100 kali per menit.Kecepatan normal denyut
nadi (jumlah debaran setiap menit):Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120 Selama tahun kedua 110 Pada umur 5 tahun
96 100Pada umur 10 tahun 80 90Pada orang dewasa 60 80 (Evelyn,
2006).Denyut Nadi yang Perlu Diketahui a. Nadi Basal (nadi saat
baru bangun tidur, sebelum bangkit dari tidur) b. Nadi Istirahat
(nadi waktu tidak bekerja) c. Nadi Latihan (nadi saat latihan
fisik) Nadi Pemulihan (nadi setelah selesai latihan fisik).Tempat
Meraba Denyut Nadi Ada beberapa tempat yang dapat digunakan
mengukur denyut nadi, antara lain radialis, temporalis, karotid,
brachialis, femoralis, popliteal, tibia posterior, dan pedal.
Kecepatan denytu nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali/
menit. Denyut nadi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,
status kesehatan, obat-obatan, kondisi emosional (stress), dan
lain-lain (Murtiati et all, 2010).Denyut nadi dapat dipalpasi pada
beberapa tempat, misalnya: a. Di pergelangan tangan bagian depan
sebelah atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis). b. Di leher
sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoideus (arteri
carolis). c. Di dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (arteri
temperalis) d. Di pelipis Hal-hal yang Dapat Diperiksa pada Denyut
Nadi a. Frekuensinya b. Isinya c. Iramanya (teratur/tidak teratur)
Frekuensi nadi akan meningkat bila kerja jantung meningkat. Bila
kita berlatih, maka dengan sendirinya frekuensi denyut nadi akan
semakin cepat sampai batas tertentu sesuai dengan beratnya latihan
yang dilakukan. Setelah latihan selesai, frekuensi nadi akan turun
lagi. Orang yang terlatih, nadi istirahatnya lebih lambat
dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih.
Cara Menghitung Denyut Nadi Penghitungan denyut nadi secara
manual dapat dilakukan dengan cara: a. Nadi dihitung selama 6
detik; hasilnya dikalikan 10 atau b. Nadi dihitung selama 10 detik;
hasilnya dikalikan 6 atau c. Nadi dihitung selama 15 detik;
hasilnya dikalikan 4 atau d. Nadi dihitung selama 30 detik;
hasilnya dikalikan 2. Pada orang dewasa normal, denyut nadi saat
istirahat berkisar antara 60 - 80 denyut setiap menit. Penghitungan
denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut Pulse-Monitor atau Pulse-Meter, yaitu alat elektronik yang
dapat digunakan untuk mengukur frekuensi nadi setiap menit. Panjang
Denyut NadiIstilah panjang digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut
nadi tipe ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah
awal denyut, bagian kedua adalah puncak denyut dan bagian ketiga
adalah akhir denyut. Denyut nadi pendek (short pulse) apabila
denyut tidak mampu mengisi ruangan di bawah tiga jari yang
digunakan untuk memeriksa dan biasanya terasa hanya pada satu
posisi jari saja.Denyut ini seringkali menunjukkan kekurangan Chi.
Denyut nadi panjang (long pulse) adalah lawan dari denyut nadi
pendek. Denyut ini terasa pada posisi bagian pertama dan bagian
ketiga; di mana hal itu, apabila terjadi terus-menerus dan terasa
makin dekat dengan tangan atau akan naik ke siku. Apabila denyut
ini mempunyai kecepatan dan kekuatan normal, maka hal ini
menunjukkan bahwa pasien sehat. Akan tetapi jika disertai dengan
denyut nadi liat dan denyut nadi ketat maka menunjukkan kondisi
kelebihan. Irama Denyut NadiIstilah irama digunakan untuk
menjelaskan bahwa denyut nadi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
bagian pertama adalah tarik nafas dan buang nafas yang pertama
kali, bagian kedua adalah tarik nafas dan buang nafas yang kedua
kali dan bagian ketiga adalah tarik nafas dan buang nafas yang
ketiga kali. Denyut nadi tersimpul (knotted pulse) adalah lambat,
denyut tidak teratur dan ketukannya terputus-putus. Denyut ini
menunjukkan bahwa dingin menghambat chi dan darah, yang mungkin
memberi indikasi kekurangan chi, kurang darah, atau Jing. Denyut
ini seringkali menunjuk bahwa jantung tidak mampu mengatur darah
dengan baik, dan makin banyak interupsi pada irama, menunjuk makin
parah kondisi. Denyut nadi terburu-buru (hurried pulse) adalah
denyut cepat dengan irama yang meloncat-loncat tidak teratur. Hal
ini merupakan pertanda bahwa panas menyerang chi dan darah. Denyut
terputus-putus (intermittent pulse) biasanya mempunyai irama
meloncat lebih dari dua kali denyut, tetapi mempunyai pola tetap
dan diasosiasikan dengan organ jantung, yang mengalami
ketidakharmonisan, atau dapat juga menunjukkan organ-organ lain
yang terlalu lelah. Denyut nadi tersimpul, denyut nadi terburu-buru
dan denyut nadi terputus-putus seringkali terkait dengan jenis
kelamin, dan dalam banyak kasus tidak berhubungan dengan ketidak
harmonisan dalam tubuh. Denyut nadi moderat (moderate pulse) adalah
suatu denyut nadi yang bagus atau sempurna, kondisi badan sehat dan
terjadi keseimbangan yang sempurna - normal pada kedalaman,
kecepatan, kekuatan dan lebar denyut nadi. Kondisi ini sangat
jarang terjadi, karena dalam banyak hal, denyut nadi juga
dipengaruh oleh faktor usia.
D. METODOLOGI1. Suhu Tubuh Praktikum mengenai suhu tubuh
dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium
Fisiologi UNJ. Alat dan BahanTermometer aksila, Termometer oral,
Jam, Tissue, Alkohol 70 %, dan Air es Cara Kerja1. Pengukuran Suhu
Tubuh pada aksila.a. Termometer aksila disiapkan. Termometer
dikeringkan dan dibersihkan sebelum digunakan. Air raksa dalam
thermometer diturunkan sampai di bawah garis terendah.b. Termometer
aksila dibersihkan dan dikeringkan.c. OP duduk dengan tenang.
Termometer diletakkan pada permukaan aksila dengan tangan OP
disilangkan di dada. Biarkan selama 5 menit, kemudian termometer
diangkat dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran pada
termometer dibaca dengan mata sejajar dan hasil pengukurannya
dicatat.d. Air raksa dalam termometer diturunkan kembali sampai
dibawah garis terendah.e. OP melakukan aktivitas olahraga selama 10
menit.f. Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.2.
Pengukuran Suhu Tubuh pada oral.a. Termometer oral disiapkan.
Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum digunakan dan air
raksa dalam thermometer diturunkan sampai dibawah garis terendah.b.
OP duduk dengan tenang, sambil bernapas seperti biasa tetapi mulut
dalam keadaan tertutup. Termometer diletakkan di bawah lidah dan
mulut dalam keadaan tertutup dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian
termometer diangkat dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran
dibaca dan dicatat.c. OP duduk dengan tenang sambil bernapas dengan
mulut dalam keadaan terbuka selama 2 menit. Termometer diletakkan
di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Termometer
dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan. Hasil
pengukuran dibaca dan dicatat.d. Pengukuran dilanjutkan sampai 10
menit, hasil pengukuran dibaca dan dicatat.e. OP duduk dengan
tenang sambil berkumur dengan air es selama 1 menit. Termometer
diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup.
Termometer dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan
dikeringkan.Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, kemudian
termometer diangkat dan dikeringkan. Hasil pengukuran dibaca dan
dicatat.
2. Berat Badan dan Tinggi Badan Praktikum mengenai berat badan
dan tinggi badan dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di
Laboratorium Fisiologi UNJ. Alat : Timbangan berat badan, alat
pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm) Cara kerja Mengukur
berat badan Menyiapkan alat penimbang dan lakukan kalibrasi
Menanggalkan semua benda yang mungkin menambah berat badan OP OP
berdiri sesuai dengan posisi tubuh normal di atas timbangan, ukur
dan catat hasil pengukuran.
Mengukur tinggi badan Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dan
lakukan kalibrasi Tanpa menggunakan alas kaki, OP berdiri tegak
dengan pandangan lurus ke depan serta tangan disamping Mengukur
jarak antara telapak kaki dengan bagian atas kepala. Dan
mengusahakan garis jarak sejajar dengan poros tubuh Mencatat hasil
pengukuran
Mengukur berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuha. Berat badan
ideal = TB 110 ( 10%)b. Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)Tinggi
badan2(m)
3. Denyut Nadi Praktikum mengenai denyut nadi dilakukan pada
hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ.
Alat yang digunakan adalah penghitung waktu yaitu dapat berupa jam.
Praktikum ini dilakukan terhadap b objek penelitian (OP). Langkah
kerja yang dilakukan adalah meminta OP untuk duduk dengan tenang.
Kemudian memegang pergelangan tangan OP untuk menentukan letak
arteri radialis dengan tepat. Untuk meraba arteri digunakan dua
atau tiga jari tangan selain jempol dan kelingking. Menekan dengan
lembut hingga jari kita dapat merasakan denyut nadi. Selama
pengukuran, beberapa karakteristik denyut nadi seperti kecepatan
denyut nadi per menit, keteraturan irama denyut dan kekuatan denyut
harus diperhatikan. Latihan diulangi sampai diperoleh hasil yang
sama, dan hasil pengukuran dicatat. Lalu meminta OP untuk
berolahraga selama 10 menit dan selanjutnya melakukan pengukuran
denyut nadi dengan cara yang sama seperti diatas untuk mendapatkan
data denyut nadi setelah beraktivitas.
E. HASIL1. Suhu TubuhTabel Hasil Percobaan Pengukuran Suhu
TubuhNoNama OPUsiaJenis KelaminSuhu Aksial (0C)Suhu Oral (0C)
IstirahatAktivitasMulut TertutupMulut BukaKumur Air Es
5'10'5'10'
1Regina20P 36.4536.1
2Ratih20P37.337.137.136.936.736.536.8
3Dewi19P37.337.237.137.036.936.536.0
4Noor19L36.937.3
5Novia20P37.137.237.236.737.236.937.1
6Stephani21P37.337.15
7Anis19P36.837.3
8Melva20P37.537.2
2. Berat Badan dan Tinggi BadanTabel 2. Nilai Berat Badan dan
BMI dari 8 OPNo.Nama OPUsiaJenis KelaminBerat Badan (kg)Tinggi
Badan (cm)BB Ideal (kg)BMI (kg/m2)Keterangan
1.Lia214215238,07-46,5318,1Di bawah normal
2.Siti Jumroh2157,516235,8-68,221,9Normal
3.Yulia2046158,543,7-53,318,3Di bawah normal
4.Riski2057162,347,07-57,5521,64Normal
5.Afani214616347,7-58,317,313Di bawah normal
6.Rani Dwi2066158,443,56-53,2426,29Di atas normal
7.Anis1948155,540-5119,85Normal
8.Siti Hadianti205216448,6-59,419,3Normal
3. Denyut NadiTabel 3. Hasil pengukuran denyut nadiNONAMA
OPUSIAJENIS KELAMINDENYUT NADI
KECEPATANIRAMAKEKUATAN
ISTIRAHATAKTIVITASISTIRAHATAKTIVITASISTIRAHATAKTIVITAS
1Dwi Atri H.U.H21P81101TeraturTidak TeraturNormalLebih Kuat
2Rosid Marwanto20L7498TeraturTidak TeraturLemahKuat
3Dwi Lusi R.21P83118TeraturLebih CepatKuatLebih Kuat
4Noor Andryan I19L5468TeraturTeraturNormalKuat
5Sintia Sundari20P82110TeraturCepatNormalKuat
6Veny Wurtaningrum21P90126TeraturCepatKuatSangat Kuat
7Anis Rahmawati19P87137TeraturCepatKuatSangat Kuat
8Yunita Kurniasih20P107141TeraturCepatNormalSangat Kuat
F. PEMBAHASAN1. Suhu TubuhPada praktikum kali ini, diperoleh
hasil bahwa setiap OP (objek penelitian) memiliki suhu tubuh yang
berbeda-beda. Pada praktikum ini, suhu tubuh OP diukur melalui
aksila dan oral. Dari hasil, terlihat bahwa setiap OP memiliki suhu
aksila pada waktu istirahat yang berbeda-beda. Rata-rata suhu tubuh
kedelapan OP pada saat istirahat adalah 37.080C dan rata-rata suhu
tubuh kedelapan OP pada saat aktivitas adalah 37.060C. Ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kondisi kesehatan,
keadaan emosi, usia, jenis kelamin dan pakaian yang berbeda-beda
pada setiap OP. Ada satu OP berjenis kelamin laki-laki, mereka
mengenakan pakaian kemeja dan celana panjang, sedangkan tujuh OP
yang berjenis kelamin perempuan mengenakan jilbab, baju panjang,
dan rok panjang. Setelah OP melakukan aktivitas selama 10 menit,
suhu tubuh OP meningkat, ini terjadi karena selama beraktivitas
panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot berakumulasi dalam tubuh.
Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh ketidakmampuan mekanisme
pembuangan panas untuk mengatasi pembentukan panas yang sangat
besar. Selain itu terdapat bukti bahwa pada saat beraktivitas
terjadi peningkatan suhu saat mekanisme pembuangan panas
diaktifkan.Pada Praktikum pengukuran suhu tubuh pada aksila
didapatkan hasil yang berjenis kelamin laki-laki dengan usia19
tahun, suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37.3 oC. OP yang
berusia 20 tahun, rata-rata suhu aksila pada saat aktivitas yaitu
37,06oC, hasil tersebut berdasarkan rata-rata dari satu OP berjenis
kelamin laki-laki (Noor) dan OP yang berjenis kelamin perempuan
dengan usia 20 tahun, suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37.06
oC.Suhu aksila OP saat melakukan aktivitas, rata-rata OP mengalami
kenaikan suhu dibandingkan saat istirahat. Setelah dilakukan
penelitian, ternyata aktivitas yang ia lakukan tidaklah terlalu
besar sehingga proses yang berjalan kecil dan ia melakukan
aktivitas di dekat AC yang suhunya rendah. Hal ini juga dipengaruhi
oleh baju yang ia gunakan, baju yang ia gunakan longgar dan
berwarna cerah sehingga penyerapan panas menjadi sukar terjadi
(Sherwood, 2001).Pada manusia, nilai normal tradisional untuk suhu
oral adalah 37C (98,6C), tetapi pada sejumlah besar orang-orang
muda normal, suhu mulut pagi hari rata-rata adalah 36,7C dengan
simpang baku 0,2C. Dengan demikian, 95% orang dewasa muda
diperkirakan memiliki suhu mulut pagi hari sebesar 36,3-37,1C
(97,3-98,8F) (rata-rata 1.96 simpang baku) (Ganong, 2008). Beberapa
faktor dapat mempengaruhi suhu mulut, misalnya minuman panas atau
dingin, merokok, bernapas dengan mulut terbuka, dan suhu lingkungan
(Hooker dan Houston,1996). Pengukuran suhu pada oral dengan 3
perlakuan, yaitu mulut tertutup, mulut terbuka dan berkumur dengan
air es. Pada perlakuan pertama, yaitu mulut tertutup, kelima OP
memiliki suhu tubuh yang hampir sama. Perlakuan kedua, yaitu dengan
membuka mulut dari 3 OP data yang didapat 3 OP mengalami penurunan
suhu tubuh. Pada ketiga OP ini, yaitu Ratih, Dewi dan Novia
mengalami penurunan suhu. Pada kondisi OP bernapas melalui mulut
didapatkan hasil suhu oral o.p menjadi lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan
secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke
udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan
tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi
lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini
bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin.
Pada kondisi OP berkumur dengan air es didapatkan hasil suhu oral
OP juga menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan terjadi pertukaran
panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan
benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi
kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh
kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air
es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih
rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan. Ini artinya
apabila suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas
yang berasal posterior hipotalamus (Ganong, 2008). Pada pengukuran
suhu oral hanya dilakukan masing-masing OP satu kali percobaan
karena menggunakan termometer digital.
2. Berat Badan dan Tinggi BadanPada percobaan ini, kami
melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat
badan dengan skala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala
atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk
pengukuran tinggi badan kami menggunakan alat pengukur tinggi
dengan skala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung
kepala dengan kondisi badan tegak. Pengukuran ini akan menunjukkan
keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan pengeluaran energi,
massa otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein. Menurut Guyton
(1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk mensuplai
kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas.
Juga, karena berbagai makanan mengandung berbagai bagian protein,
karbohidrat, dan lemak, keseimbangan yang sesuai harus
dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut sehingga semua
segmen sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang
dibutuhkan. Setelah melakukan pengukuran terhadap 8 orang OP
berjenis kelamin perempuan dengan usia 19-21 tahun., diperoleh
hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda
dari setiap OP. Perbedaan itu dikarenakan setiap OP memiliki
aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan dan kecepatan metabolisme
dakam tubuh yang berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi
kecepatan metabolisme mencakup ukuran tubuh, umur, seks, iklim yang
mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis
pekerjaan.Dari data berat badan dan tinggi badan, kemudian
dilakukan pengukuran berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuh atau
Body Mass Index (BMI). Dengan menghitung BMI maka akan terlihat
kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap OP. Jika
nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan
berikut : Nilai BMI < 18,5 = Berat badan di bawah normal Nilai
BMI 18,5 - 22,9 = Normal Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi
Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal Nilai BMI 30,0 =
ObesitasDari Tabel 2 dapat terlihat bahwa nilai berat ideal dari
kedelapan OP terendah pada 35,8 kg dan tertinggi pada 68,2 kg.
Sedangkan nilai BMI yang ada adalah terendah pada Afani yaitu
17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2. Dari
kedelapan OP hanya 4 orang yang memiliki berat badan dan BMI normal
yaitu Siti Jumroh (21,9 kg/m2), Riski (21,64 kg/m2), Anis (19,85
kg/m2) dan Siti Hadianti (19,3 kg/m2), hal itu berarti berat badan
dan tinggi badan ketiga OP tersebut sesuai/ideal.Sedangkan terdapat
juga OP yang memiliki BMI di bawah normal yaitu Lia (18,1 kg/m2),
Yulia (18,3 kg/m2), dan Afani (17,313 kg/m2). Hal ini menunjukkan
bahwa status gizi ketiga OP tersebut adalah kurus tingkat ringan.
OP dianjurkan untuk menaikkan berat badan sampai menjadi normal
sampai nilai interval pada BMI masing-masing.Nilai BMI OP yang
lebih rendah dari standar nilai IBM dapat disebabkan konsumsi
energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian
cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan.
Mempertahankan berat badan normal bisa diwujudkan dengan
mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh,
sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun
penggunaan lemak sebagai sumber energi.Selain itu terdapat pula
satu OP yang memiliki BMI di atas normal yaitu Rani Dwi (26,29
kg/m2) yang berarti OP memiliki risiko masalah kesehatan, salah
satunya yaitu risiko mengalami obesitas. Obesitas adalah kelebihan
berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut
mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang
berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih
tinggi. Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti, faktor genetik.Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa
terdapat penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa rata-rata faktor
genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang
cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup
(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta
bagaimana aktivitasnya). Selain itu, faktor psikis yaitu apa yang
ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri
yang negatif.Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:- Obesitas
ringan: kelebihan berat badan 20-40%- Obesitas sedang: kelebihan
berat badan 41-100%- Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%
(Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang
gemuk).Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI: Resiko rendah: BMI
< 27 Resiko menengah: BMI 27-30 Resiko tinggi: BMI 30-35 Resiko
sangat tinggi: BMI 35-40 Resiko sangat sangat tinggi: BMI 40 atau
lebih.Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata,
orang yang gemuk tidak makan lebih banyak daripada orang kurus.
Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang yang
kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi kurang bergerak.
Penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik
yang sangat rendah tidak disertai oleh penurunan pemasukan makanan
yang setara. Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan pemasukan
makanan energi terjadi hanya ketika kegemukan sedang berlangsung
(Sherwood, 2001).Faktor lain yang menyebabkan perbedaan berat badan
dan tingi badan yaitu perbedaan asupan makanan dan gizinya.
Masing-masing OP mungkin memiliki asupan gizi dan kebutuhan nutrisi
sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan gizi
sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin,
usia serta aktivitas, perlu juga diperhatikan apakah seseorang
sedang menderita penyakit. Selain itu pula faktor genetic bias
menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan.
3. Denyut NadiDari tabel hasil pengukuran denyut nadi di atas
ternyata setiap OP memiliki kecepatan, irama, dan kekuatan yang
berbeda. Cara pengukuran denyut nadi dengan merasakan denyutan yang
terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah selama satu menit.
Pengukuran dengan cara ini tidak menggunakan jari kelingking dan
ibu jari karena pada ibu jari dan kelingking terdapat perpanjangan
arteri sehingga jika kita melakukan pengukuran dengan ibu jari atau
kelingking tidak akurat, bisa saja denyutan yang terasa pada ibu
jari atau kelingking berasal dari ibu jari dan kelingking tersebut
bukan dari arteri radialis.Pada pengukuran denyut nadi dalam
kondisi istirahat, OP diminta untuk duduk dengan tenang, tujuannya
adalah agar OP pada saat diukur denyut nadinya benar-benar dalam
keadan istirahat total. Secara umum dari hasil pengukuran kecepatan
denyut nadi istirahat dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok
yaitu:1. Kecepatan rendah (54-71) terdiri dari satu OP yaitu Noor
Andryan I.2. Kecepatan sedang (72-89) terdiri dari lima OP yaitu
Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, Dwi Lusi R., Sintia Sundari, dan
Anis Rahmawati.3. Kecepatan tinggi (90-107) terdiri dari dua OP
yaitu Veny Wuryaningrum dan Yunita kurniasih.Pada pengukuran
kecepatan denyut nadi setelah beraktivitas lari selama 10 menit
secara umum dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:1.
Kecepatan rendah (68-92) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan
I.2. Kecepatan sedang (93-117) terdiri dari tiga OP yaitu Dwi Atri
H.U.H, Rosid Marwanto, dan Sintia Sundari.3. Kecepatan tinggi
(118-142) terdiri dari empat OP yaitu Dwi Lusi R,.Veny
Wurtaningrum, Anis Rahmawati dan Yunita kurniasih.Kecepatan denyut
nadi paling rendah baik sebelum maupun sesudah beraktivitas lari
selama 10 menit adalah Noor Andryan I. Sedangkan kenaikan denyut
nadi tertinggi terjadi pada Anis Rahmawati, kecepatan denyut nadi
istirahat hanya 87, tetapi setelah melakukan aktivitas berlari
kecepatan denyut nadinya mencapai 137. Namun denyut nadi paling
cepat adalah Yunita kurniasih yang mencapai 141, hal ini dapat
terjadi karena OP tersebut kemungkinan tidak terbiasa untuk
melakukan banyak kerja dengan beban fisik yang besar, sehingga
ketika OP tersebut melakukan aktivitas lari selama 10 menit, tubuh
merasa kerja berat, dan kecepatan denyut nadinya semakin tinggi.
Dari data di atas juga diketahui bahwa OP laki-laki memiliki
kecepatan denyut jantung yang lebih rendah, karena secara umum
laki-laki lebih terbiasa melakukan aktivitas yang melibatkan fisik.
Sedangkan untuk irama denyut nadi istirahat semua OP teratur,
teratur di sini maksudnya adalah iramanya konstan (stabil, tidak
berubah-ubah). Setelah melakukan aktivitas irama denyut nadi
berubah mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak terjadi
pada satu OP yaitu Noor Andryan I, hal ini terjadi karena OP
tersebut sering melakukan olahraga, sehingga aktivitas olahraga
berupa lari selama 10 menit sebelum melakukan percobaan tidak
mempengaruhi irama denyut nadi, karena fisiologi tubuhnya sudah
beradaptasi dengan kebiasaan aktivitasnya berolahraga, sedangkan
pada OP yang lain terjadi perubahan irama denyut nadi karena reaksi
fisiologi dalam tubuh akibat aktivitas lari selama 10 menit.Pada
saat beraktivitas terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot,
sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan
dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung
akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui
peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan
meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut
nadi pada akhirnya.Kekuatan denyut nadi pada semua OP terjadi
peningkatan, karena setiap OP diamati oleh pengamat yang berbeda,
sehingga hasil pengamatan tersebut lebih bersifat subjektif, tidak
seperti pengukuran kecepatan denyut nadi yang lebih objektif.
Peningkatan kekuatan denyut nadi tersebut karena kecepatan aliran
darah dalam tubuh juga meningkat.Perbedaan kecepatan denyut nadi
baik saat istirahat maupun setelah beraktivitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: usia, jenis kelamin, aktivitas atau
pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi emosional. Faktor lain
yang meyebabkan perbedaan frekuensi denyut nadi dalam praktikum
dapat diakibatkan kesalahan dan ketidaktelitian pengukuran pada
saat praktikum.
G. KESIMPULAN1. Suhu TubuhBerdasarkan tujuan praktikum dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ;1. Tempat pengukuran suhu
tubuh ada di aksila dan oral (mulut).2. Suhu tubuh dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti aktivitas, suhu lingkungan, keadaan emosi,
usia, jeni kelamin, kondisi kesehatan, dan pakaian.3. Cara mengukur
suhu tubuh adalah dengan menggunakan thermometer.4. Rata-rata suhu
tubuh di aksila saat keenam OP tidak melakukan aktivitas adalah
37.060C dan yang istirahat 37.080C.5. Rata-rata suhu tubuh di oral
saat mulut kedelapan OP tertutup adalah 37.10C.6. Cara mengukur
suhu tubuh haruslah secara benar, yaitu dengan menurunkan air raksa
pada thermometer terlebih dahulu kemudian mengeringkannya dan
menaruh pada bagian yang akan diukur (aksila maupun oral) dan
memberi perlakuan serta waktu sesuai dengan penelitian yang akan
diujikan (istirahat, aktivitas, berkumur air es, dll). Dan jangan
lupa melihat suhu dengan mata sejajar dengan thermometer. Kesalahan
dalam praktikum dapat terjadi apabila OP tidak mengikuti langkah
kerja dengan baik.
2. Berat Badan dan Tinggi Badan1. Pengukuran berat badan dapat
dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala
kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat
berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi
badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi berskala centi meter
(cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi
badan tegak.2. Berat badan OP terkecil adalah Lia yaitu 42 kg,
sedangkan berat badan terbesar adalah Rani yaitu 66 kg, rata-rata
berat badan OP adalah 51,8125 kg. Tinggi badan terendah adalah Lia
yaitu 152 cm, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah siti hadianti
yaitu 164 cm, rata-rata tinggi badan OP adalah 159,4625 cm3. Nilai
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan OP
berbeda-beda dengan BMI terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan
tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2.
3. Denyut Nadi1. Tempat pengukuran denyut nadi yaitu pada arteri
radialis di pergelangan tangan.2. Irama dan kekuatan denyut nadi
lebih teratur saat istirahat.3. Cara mengukur denyut nadi dengan
merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan
tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.4. Faktor
yang mempengaruhi denyut nadi yaitu jenis kelamin dan kebiasaan
beraktivitas.5. Denyut nadi istirahat terendah adalah 54 pada OP
Noor Andryan I, sedangkan denyut nadi tertinggi setelah
beraktivitas lari selama 10 menit adalah 141 pada OP Yunita
Kurniasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi kedokteran.
Jakarta: EGC.Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta
: EGC.Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka
Cipta. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta : EGC.Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustak Utama.Sherwood, Lauralee.
1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG. Suripto. 2010. Fisiologi
Hewan. Bandung : Penerbit ITB.\
Sketsaist mAsterPieceSemangat Islam, Seni, dan Biologi..MenuSkip
to content Beranda About Biologi dan Edukasi my art Serenade Islami
Thausiyah TulisankuDenyut JantungMaret 23, 2013 by sketsaist
Tujuan:1. Mengetahui tempat pengukuran denyut jantung2. Mengetahui
karakteristik denyut jantung3. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut jantung4. Mengetahui cara mengukur denyut
jantung5. Mengukur denyut jantungDasar Teori:Denyut jantung (denyut
apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop selama
kontraksi jantung. S1 adalah bunyi akibat tertutupnya katup
trikuspidalis dan mitral. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat
tertutupnya katup pulmonal dan atrial. Setiap denyut merupakan
kombinasi antara bunyi jantung S1 dan S2. kecepatan normal denyut
jantung pada orang dewasa adalah 55 sampai 90 kali/ menit dengan
rata-rata 70 kali/ menit. Denyut apikal merupakan pengukuran
frekuensi dan irama kontraksi jantung yang paling banyak
(Refirmanet all, 2007).Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat
berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan,
umur, dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung.
Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali
semenit juga (Evelyn, 2006).Dua bunyi jantung utama dalam keadaan
normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus jantung. Bunyi
jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama sering
dikatakan terdengar seperti lub. Bunyi jantung kedua memiliki nada
yang memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam
sering dikatakan terdengar seperti dup. Dengan demikian, dalam
keadaan normal terdengar lub, dup, lub, dup, lub, dup, . . . .
Bunyi jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup AV,
sedangkan bunyi kedua berkaitan dengan penutupan katup semilunaris.
Pembukaan katup tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena
getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar
ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena
penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika
tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi
jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup
semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan
ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri
pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan
permulaan diastol ventrikel (Sherwood, 2001).Debaran jantung atau
lebih tepat deparan apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada
dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran
ini dapat diraba, dan sering terlihat juga pada ruang interkostal
kelima kiri, kira-kira empat sentimeter dari garis tengah
sternum.Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar
sekitar 70 kali semenit dan memompa 70ml setiap denyut (volume
denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa
dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu
banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit
dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa
jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume
yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan tetapi, bila
pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah
jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi
darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaan ini
tidak dapat ditangani maka terjadi udema.Udema karena payah jantung
sebagian karena adanya tekanan-balik di dalam vena yang
meningkatkan perembesan cairan keluar dari kapiler dan sebagian
karena daya pompa jantung rendah yang juga mengurangi pengantaran
darah ke ginjal. Maka ginjal gagal mengeluarkan garam. Penimbunan
garam menyebabkan penimbuanan air (Evelyn, 2006).Urutan normal
bagian-bagian jantung yang berdenyut: kontraksi atrium (sistolik
atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel) dan
selama diastolik ke empat ruangan relaksasi. Denyut jantung berasal
khusus dari sistem konduksi jantung dan menyebar melalui sistem ini
ke seluruh bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem
konduksi adalah nodus sinoatriale (nodus SA), lintasan internodal
atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His,
cabang-cabangnya, dan sistem Purkinye. Berbagai bagian sistem
konduksi ini dan, dalam keadaan abnormal, bagian-bagian miokardium
secara spontan mampu mengeluarkan rangsangan. Tetapi dalam keadaan
normal nodus SA mengeluarkan impuls paling cepat, depolarisasi
menyebar dari SA ke bagian-bagian lain sebelum bagian ini
mengeluarkan impuls secara spontan. Oleh karena itu, dalam keadaan
normal vodus SA merupakan alat pacu jantung (pacemaker) normal,
kecepatan mengeluarkan impuls menentukan frekuensi denyut jantung.
Impuls yang ditimbulkan paada nodus SA berjalan melalui lintasan
atrium ke nodus AV, melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui
nodus ini ke bunder His dan melalui cabang-cabang berkas His dengan
perantaraan sistem Purkinye ke otot ventrikel (Ganong,
2001).Olahraga memang baik untuk kesehatan kita. Namun, bila
terlalu berat dan melebihi batas kekuatan tubuh dan atau juga
kurang, olahraga justru akan menjadi tidak efektif.Batas-batas
kekuatan tubuh dapat dilihat dari detak jantung selama berolahraga.
Memonitor detak jantung saat berolaraga sebaiknya dilakukan sebagai
bagian dalam latihan rutin Anda. Pemonitoran detak jantung ini akan
membuat latihan Anda lebih aman dan lebih efektif.Di bawah ini ada
cara mudah untuk mengetahui batas-batas detak jantung Anda:-
Perkirakan maksimum detak jantung Anda dengan melakukan pengurangan
dari 220 dengan jumlah umur Anda.- Mengetahui batas bawah detak
jantung Anda saat berolahraga, dengan mengalikan
detakjantungmaksimumAndadengan0,6.- Mengetahui batas atas detak
jantung Anda saat berolahraga, dengan mengalikandetak jantung
maksimum Anda dengan 0,9 (www.keluargasehat.com).Dr. Lynn
Fitzgerald, seorang ahli kekebalan tubuh pada Rumah Sakit George di
London dan juga juara dunia 200 km wanita, menguji darah para
pelari setelah pertandingan 100 km dan menemukan tingkat antibody
mereka rendah. Bahkan sangat rendah dibandingkan sebelum
pertandingan. Tampaknya bahwa T-sel (antibody) tertekan oleh
tingginya kadar adrenalin dan kortikosteroid (hormon stress) yang
dihasilkan oleh latihan gerak badan itu. Sementara gerak badan yang
secukupnya (sedang) meningkatkan sistim kekebalan, terlalu banyak
gerak badan melemahkan tubuh.Alat:v Stetoskopv Jamv Lampu
senterCara Kerja:1. OP diminta berbaring/ duduk dengan tenang.
Dilepaskan pakaian sehingga dada bagian kiri dapat terlihat.
Diberikan sinar pada dada bagian kiri di daerah interkostal kelima
sebelah dalam garis midklavikula agar denyut jantung terlihat lebih
jelas.2. Dengan palpasi, ditentukan letak apeks jantung (tempat
dimana denyut jantung teraba paling kuat). Diletakkan stetoskop
pada apeks dan auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 (terdengar
seperti lub dub). Bila irama S1 dan S2 terdengar teratur, dihitung
kecepatannya selama 30 detik. Diulangi latihan ini sampai
memperoleh hasil yang sama.3. OP diminta melakuakn aktivitas
(olahraga) selama 10 menit. Dilakukan pengukuran denyut jantung
dengan cara yang sama seperti di atas dan dicatat hasil
pengukuran.Hasil Pengamatan:Tabel Pengamatan Denyut JantungNo.Nama
OPUsiaJenis KelaminDenyut Jantung
KecepatanIramaKekuatan
IstirahatAktivitasIstirahatAktivitasIstirahatAktivitas
1.Joko21Pria76126TeraturTeraturKuatKuat
2.Santi20Wanita7088TeraturTeraturKuatKuat
3.Hidayah21Wanita8390TeraturTeraturKuatKuat
4.Chafid20Pria77110TeraturTeraturKuatKuat
5.Novi20Wanita84100TeraturTeraturKuatKuat
6.Dina20Wanita86110TeraturTeraturKuatKuat
7.Hane20Wanita74130Tdk TrtrTeraturKuatKuat
8.Ervan20Pria76125TeraturTeraturkuatKuat
9.Bayuni20Wanita74102TeraturTeraturKuatKuat
10.Rose20Wanita93100TeraturTeraturLemahLemah
11.Jajang20Pria94104TeraturTeraturKuatKuat
12.Laelatul20Wanita88142TeraturTeraturKuatKuat
13.Pratiwi20Wanita80110TeraturTeraturSedangKuat
14.Fitri20Wanita88130TeraturTeraturKuatKuat
15.Arfi19Pria7086TeraturTeraturKuatKuat
16.Retno20Wanita6688TeraturTeraturKuatKuat
Pembahasan:Pengamatan denyut Jantung kali ini menggunakan data
kelas yang setiap kelompok meberikan data dua dari data
kelompoknya. Untuk kedua OP yang sekelompok, Bayuni dan Rose
memiliki kecepatan denyut jantung yang normal yang berkisar antara
74 kali/menit 93 kali/menit pada waktu istirahat dan setelah
melakukan aktivitas kecepatannya berkisar antara 102 kali/menit 100
kali/menit. Perubahan kecepatan denyut jantung itu dikarenakan OP
yang melakukan aktivitas karena aktivitas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi peningkatan laju denyut jantung. Selain
itu suhu tubuh juga mempengaruhi keadaan denyut jantung.
Berdasarkan data pengamatan kelas ternyata denyut jantung kelas
kami umumnya OP memiliki rata-rata denyut Jantung dikisaran normal
80an saat istirahat dan 100an pada saat aktivitas. Hal ini
menunjukan OP kelas tergolong sehat. Denyut jantung juga dapat
dipengaruhi oleh Epinefrin bila OP berada dalam keadaan stress,
selain itu pengukuran denyut jantung semestinya berdasar pada satu
ketukan (Lub atau Dub saja) mengingat kami tidak mengamati OP satu
demi satu dalam pengambilan data. Menurut refrensi, kecepatan
normal denyut jantung orang deawasa berkisar antara 55 sampai 90
kali/ menit.Dari hasil percobaan diperoleh data yang berbeda-beda.
Kecepatan normal denyut jantung pada orang dewasa adalah 55 sampai
90 kali/menit dengan rata-rata 70 kali/menit. Hasil pengamatan dari
keseleruhan OP diperoleh data bahwa secara umum semua OP memiliki
kecepatan normal denyut jantung. OP yang memiliki kecepatanl denyut
jantung agak rendah adalah OP yang bernama Retno dengan kecepatan
denyut jantung 66 kali/menit pada waktu istirahat dan setelah
melakukan aktivitas 88 kali/menit. kecepatan denyut jantungnya ini
masih tergolong rata-rata kecepatan normal denyut jantung. Hal ini
bisa terjadi karena kecepatan denyut jantung pada saat aktivitas
dipengaruhi oleh suhu tubuh yang naik sehingga mempengaruhi
metabolisme tubuh OP tersebut dan kekuatan jantung memompa darah.
Pada saat aktivitas jantung memompa darah dengan cepat, sehingga
laju denyut jantung juga menjadi cepat. Atau OP yang bernama Retno
memiliki tekanan darah yang rendah, sehingga tekanan darah OP
tersebut pada saat melakukan percobaan berada di bawah kecepatan
normal denyut jantung. Berdasarkan pengamatan tekanan darah Retno
saat istirahat yaitu 120/70(mmHg).Hal selanjutnya yang diamati
adalah irama dan kekuatanya. Adanya irama pada jantung disebabkan
oleh pukulan ventrikel kiri terhadap dinding anterior yang terjadi
selama kontraksi ventrikel. Pada hasil pengamatan diperoleh data
bahwa terdapat hasil irama denyut jantung yang teratur dan ada juga
yang tidak teratur. Pada semua OP didapat hasil bahwa pada waktu
istirahat denyut jantung teratur dan setelah melakukan aktivitas
denyut jantung tetap teratur. Irama denyut jantung yang terdengar
berasal dari bergolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya
katup jantung. Irama denyut jantung pada waktu istirahat seharusnya
tidak teratur, karena biasanya pada keadaan istirahat waktu antara
suara jantung kedua dengan suara jantung pertama berikutnya
kira-kira 2 kali lebih lama daripada waktu antara suara jantung
pertama dan suara jantung kedua dalam satu siklus. Namun pada data
pengamatan umumnya OP teratur, pengambilan data memungkinkan hal
ini terjadi. Kami tidak dapat memastikan bagaimana proses
pengambilan data pada setiap OP melihat keterbatasan waktu yang
dimiliki. Kekuatan denyut jantung dipengaruhi jumlah darah yang
keluar dari ventrikel kiri (ventrikel kanan) ke dalam aorta (arteri
pulmonalis) setiap menit jumlah darah yang keluar tersebut
dipengaruhi oleh: volume darah yang dipompa ventrikel setiap
berdenyut dan jumlah denyut jantung setiap menit, sehingga
seharusnya denyut jantung yang terjadi ada yang kurang, sedang dan
kuat.Pada pengamatan secara umum didapatkan kekuatan denyut
jantungnya yaitu kuat saat istirahat dan kuat saat aktivitas. Namun
demikian ada satu OP yaitu Pratiwi yang kekuatan denyut jantungnya
sedang ketika istirahat.Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas
sehari-hari. Seharusnya kekuatan denyut jantung sedang saat
istirahat dan kuat setelah aktivitas.Pada OP Bayuni kekuatannya
jantung pada aktivitas dan istirahat kuat. Hal ini disebabkan
karena mungkin pada saat percobaan OP dalam keadaan sehat dan
aktivitas sehari-hari yang cukup padat sehingga mempengaruhi
keteraturan irama dan kuatnya denyut jantung. Sedangkan pada OP
Rose pada saat istirahat kekuatan jantung lemah begitu pula setelah
aktivitas. Hal ini disebabkan karena dimungkinkan OP Rose memiliki
aktivitas sehari-hari yang ringan hal ini didasarkan pada fisik OP
yang relatif gemuk dan kurang aktivitas atau ada lemah jantung.Hal
ini kurang baik untuk kesehatan, olahraga yang teratur bisa menjadi
solusi.Berdasarkan teori bahwa denyut jantung pada saat istirahat
sedang dan denyut jantung pada saat aktivitas kuat. Dari percobaan
ini dapat diketahui bahwa denyut jantung dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.Kesimpulan:- Denyut
jantung dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan
suhu tubuh.- Pada saat istirahat irama denyut jantung seharusnya
cenderung tidak teratur, sedangkan pada saat aktivitas irama denyut
jantung menjadi teratur.- Kekuatan denyut jantung seharusnya pada
saat istirahat sedang, sedangkan pada saat aktivitas menjadi kuat.-
Urutan normal bagian-bagian jantung yang berdenyut: kontraksi
atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik
ventrikel) dan selama diastolik ke empat ruangan relaksasi.Debaran
jantung atau lebih tepat deparan apex, adalah pukulan ventrikel
kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi
ventrikel.DAFTAR PUSTAKA- D. J, Refirman dan Trimurtiati. 2005.
Bahan Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. FMIPA UNJ: Jakarta- C.
Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta- Murtiati, Tri dkk. 2007. Penuntun
Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. FMIPA UNJ: Jakarta- Ganong,
William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta- Lauralee,
Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC:
JakartaAbout these ads Memuat...TerkaitDenyut NadiSuhu dan Berat
BadanPraktikum UrinalisaIn "faktor-faktor yang mempengaruhi bau
urin"Uncategorized Tinggalkan komentar Post navigation Denyut
NadiPengecapan Dan GerakRefleks Berikan Balasan Top of Form
Bottom of FormHargai WaktuJumlah Pengunjung
Tulisan Terakhir Konsep Cicilan dalamKehidupan Kosong Adalah
Isi..Isi AdalahKosong Tulus seperti Merpati. Cerdik seperti Ular.
SABARRR sepertiSerigala! Janjiku Padanya Musuh di Duniamu, adalah
dirimuSendiri Mutiara Islam :)KalenderMy MusicMy FacebookAl
Qorina
Create Your BadgeBlog di WordPress.com. | The Something Fishy
Theme. Ikuti Follow Sketsaist mAsterPieceTop of FormGet every new
post delivered to your Inbox.Bottom of FormDitenagai oleh
WordPress.com