DEMENSIA I. DEFINISI Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.(buku hitam). Ada 3 kriteria pendekatan diagnosis berdasarkan definisi yang paling sering dipakai pada saat ini yaitu : (2) ICD-10 (International Classification of Disease, 10 th revision) Demensia adalah suatu keadaan perburukan fungsi intelektual meliputi memori dan proses berfikir, sehingga menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Gangguan memori khas memenuhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan informasi. Dalam hal ini harus terdapat gangguan proses berpikir dan reasoning di samping memori. (2) DSM IV Demensia adalah : (2) 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DEMENSIA
I. DEFINISI
Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan
kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun
bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak
atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.(buku hitam).
Ada 3 kriteria pendekatan diagnosis berdasarkan definisi yang paling sering
dipakai pada saat ini yaitu : (2)
ICD-10 (International Classification of Disease, 10th revision)
Demensia adalah suatu keadaan perburukan fungsi intelektual meliputi
memori dan proses berfikir, sehingga menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Gangguan memori khas memenuhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan
informasi. Dalam hal ini harus terdapat gangguan proses berpikir dan reasoning di
samping memori. (2)
DSM IV
Demensia adalah : (2)
1. Penurunan fungsi kognitif yang multiple terutama gangguan fungsi
memori disertai sedikitnya gangguan salah satu fungsi kognitif berikut :
afasia, apraksia, agnosia, serta gangguan dalam melakukan pekerjaannya.
2. Penurunan fungsi kognitif harus berat hingga menganggu pekerjaan atau
hubungan sosial.
3. Tidak terdapat delirium, meskipun demensia dapat terjadi bersamaan
dengan delirium.
1
4. Penyebab demensia dapat berhubungan dengan keadaan umum, termasuk
penyalahgunaan bahan-bahan (termasuk toksin) atau gabungan dari factor-
faktor tersebut.
Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar
belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan
global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berfikir
abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil dan
hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya menimbulkan gangguan
dalam pekerjaan, aktifitas harian dan sosial. (2)
NINCDS-ADRDA (the National Institute of Neurological and Communicate
Disorders Stroke-Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association Work
Group)
Demensia dalah kemunduran memori dan fungsi kognisi lain dibanding
tingkat fungsi sebelumnya berdasarkan riwayat kemunduran kognisi dan
gangguan yang terlihat. Pada pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi.
Diagnosis tidak dapat dibuat bila terjadi gangguan kesadaran, delirium, somnolen,
spoor atau koma bila terdapat gangguan klinik lain yang menganggu evaluasi
status mental. (2)
II. EPIDEMIOLOGI
Di antara demensia pada dewasa ini, penyakit dengan demensia yang
terbanyak adalah Demensia Alzheimer, kemudian terbanyak berturut-turut adalah
demensia berkaitan dengan vaskuler / Vascular Related Dementia (VaD),
demensia berkaitan dengan Parkinson, Demensia Lewy Bodies (DLB),
Frontotemporal Demensia (FTD)/Pick’s Disease. (2)
Pada umumnya 40% penderita demensia berada di atas 65 tahun dengan
angka insidens 187/100.000/tahunnya. Untuk demensia tidak ada perbedaan antara
pria dan wanita sedangkan untuk demensia Alzheimer lebih banyak wanita dengan
2
rasio 1,6. Insiden demensia Alzheimer sangatlah berkaitan dengan umur, 5% dari
populasi berusia di atas 65 tahun di Amerika dan Eropa merupakan penderita
Alzheimer, dan ini sesuai dengan makin banyak populasi orang tua di Amerika
Serikat dan Eropa, maka makin tua populasinya makin banyak kasus AD, dimana
pada populasi umur 80 tahun didapati 50% penderita AD.(3)
Demensia pada dasarnya adalah penyakit kaum lansia. Menurut Practice
Guideline for the Treatment of Patients with Alzheimer’s Disease and Other
Dementia of Late Life, penyakit ini umumnya paling kerap terjadi pada usia 60-an,
70-an, dan 80-an ke atas, namun pada kasus yang jarang gangguan ini muncul
pada usia 40-an dan 50-an. Insidens penyakit Alzheimer juga meningkat seiring
dengan pertambahan usia, dan diperkirakan angkanya 0,5 persen pertahun dari
usia 65 sampai 69 tahun, 1 persen pertahun dari usia 70 sampai 74, 2 persen
pertahun dari usia 75 sampai 79, 3 persen pertahun dari usia 80 sampai 84, dan 8
persen pertahun dari usia 85 tahun ke atas. Progresinya bertahap namun terus
menurun.(4)
Tipe demensia tersering kedua adalah demensia vascular, yang secara
kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Hipertensi membuat
seseorang memiliki predisposisi terhadap penyakit ini. Demensia vascular
mencakup 15 sampai 30 persen seluruh kasus demensia. Demensia vascular paling
sering terjadi pada orang berusia antara 60 sampai 70 tahun dan lebih kerap pada
pria dibanding wanita.(4)
III. FAKTOR RESIKO
Usia dan jenis kelamin
Pada awal kehidupan telah terpapar dengan kondisi yang buruk yang
berhubungan dengan kemiskinan, yaitu penyakit menular, gizi buruk, dan stres
prenatal, mungkin mempengaruhi proses penuaan dan mengurangi umur
masyarakat di negara-negara berkembang. Meskipun kenyataan ini, bertambahnya
usia adalah faktor risiko yang paling konsisten untuk demensia di seluruh dunia.
Usia juga merupakan faktor risiko yang kuat dengan prevalensi demensia dari 2-
3
11%, pada mereka yang berusia di bawah 65 tahun. Hampir semua studi di
Amerika Latin, Afrika, dan Asia mengkonfirmasi bahwa perkembangan demensia
pada perempuan sedikit lebih mungkin dan AD, khususnya di usia yang sangat
tua, berdasarkan jumlah yang diharapkan lebih besar dari penuaan wanita,
sedangkan VAD sedikit lebih umum terjadi pada laki-laki. (5)
Buta huruf dan pendidikan
Di satu sisi, buta huruf atau prestasi pendidikan yang rendah telah terbukti
menjadi faktor risiko yang kuat untuk demensia. Di sisi lain, kegiatan untuk
menstimulasi intelektual , keterikatan dengan sosial, atau fisik dapat menurunkan
risiko demensia. Situasi ini tidak berbeda di negara-negara berkembang, di mana
survei secara konsisten mengidentifikasi pendidikan yang rendah sebagai faktor
risiko demensia. Namun, dalam beberapa komunitas, tingkat pendidikan, diindeks
oleh tahun sekolah dasar, belum tentu memberikan kontribusi untuk prevalensi
rendah. Buta huruf yang rendah sering dikaitkan dengan kemiskinan atau status
sosial ekonomi rendah, yang juga berhubungan dengan kesehatan yang lebih
buruk, akses yang lebih rendah untuk perawatan kesehatan, dan peningkatan
risiko demensia.(5)
Stroke dan penyakit vaskular
Stroke merupakan masalah yang selalu bertambah di negara-negara
berkembang dan merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan jangka
panjang. Akumulasi bukti menunjukkan bahwa cedera stroke dan faktor vaskular
meningkatkan risiko AD dan demensia lainnya. Faktor vaskular, seperti
hipertensi, dislipidemia, hiperinsulinemia dan diabetes tipe 2, obesitas,
aterosklerosis subklinis, dan aritmia, terkait dengan risiko yang lebih besar dari
penurunan kognitif dan demensia. Studi di Amerika Latin juga menunjukkan
bahwa sindrom metabolik menggandakan risiko gangguan kognitif, dan secara
signifikan berhubungan dengan ketergantungan fungsional, depresi, dan
rendahnya kualitas hidup.(5)
4
IV. KLASIFIKASI DEMENSIA
Demensia terbagi atas 2 dimensi:
Menurut umur; terbagi atas:
Demensia senilis onset > 65 tahun
Demensia presenilis < 65 tahun
Menurut level kortikal:
Demensia kortikal
Demensia subkortikal
Klasifikasi lain yang berdasarkan korelasi gejala klinik dengan patologi-anatomisnya
Anterior : Frontal premotor cortex
o Perubahan behavior, kehilangan kontrol, anti sosial, reaksi lambat.
Posterior: lobus parietal dan temporal
o Gangguan kognitif: memori dan bahasa, akan tetapi behaviour relatif
baik.
Subkortikal: apatis, forgetful, lamban, adanya gangguan gerak.
Kortikal: gangguan fungsi luhur; afasia, agnosia, apraksia.
Berdasarkan etiologi dan reversibelnyajenis demensia dapat dikategorikan
menjadi :
Reversibel / potensial reversible :
- Demensia vaskular
- Demensia akibat hidrosefalus
- Demensia akibat kelainan psikiatri
- Demensia akibat penyakit umum berat
- Demensia akibat defisiensi vitamin B12
- Demensia akibat gangguan/penyakit metabolic
Ireversibel
- Demensia Alzheimer
- Demensia akibat infeksi (HIV)
- Demensia akibat trauma kapitis
- Demensia akibat penyakit Parkinson
- Demensia akibat penyakit pick
5
- Demensia Lewy bodies
V. DIAGNOSIS
Diagnosis demensia didasarkan atas pemeriksaan klinis pasien, termasuk
pemeriksaan status mental, serta berdasarkan informasi dari keluarga, teman dan
majikan pasien. Keluhan perubahan kepribadian pada pasien yang berusia diatas
40 tahun memberi kesan bahwa diagnosis demensia harus dipertimbangkan secara
cermat.(4)
Klinisi harus mencatat keluhan pasien mengenai hendaya intelektual dan sifat
mudah lupa, juga bukti adanya pengelakan, penyangkalan, atau rasionalisasi
pasien yang bertujuan menyembuhkan defisit kognitif. Keteraturan yang
berlebihan, penarikan diri secara sosial, atau kecenderungan menghubung-
hubungkan kejadian hingga detail terkecil dapat bersifat karakteristik dan ledakan
kemarahan yang mendadak atau sarkasme yang terjadi. Penampilan dan perilaku
pasien harus diamati. Emosi yang labil, cara berpakaian yang tidak rapi, ucapan
yang tidak terinhibisi, lelucon konyol, atau kelakuan dan ekspresi yang kosong,
apatis, atau membosankan mengesankan adanya demensia, terutama bila disertai
hendaya memori.(4)
Anamnesis
Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan
mereka yang sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita (pengasuh atau
keluarga terdekat). Hal yang penting diperhatikan adalah riwayat penurunan
fungsi terutama kognitif dibandingkan dengan sebelumnya, awitan
(mendadak/progresif lambat), dan adanya perubahan perilaku dan kepribadian. (2)
Riwayat Medis Umum
Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari berbagai penyakit,
sehingga perlu diketahui adanya riwayat infeksi kronis (misalnya HIV atau