Top Banner
Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives Oleh : Ahmad Nashruddin 1 Abstract Demand is an important tool to analyze how applied economics used in a country. If we want to analyze the effect of economy policy in a country, first we have to know about demand. Demand is qualified to conventional theory and Islamic theory. The purpose of this paper is to compare the conventional theory and Islamic theory about demand with qualitative method. All the theories based on literatures and secondary sources. Results show that demand in conventional theory and Islamic theory have similarity. The similarity are about the first assumption in demand and factors that influence in demand. Another finding shows that demand in conventional theory and Islamic theory have differenciation also. The differenciations include the based assumptions about basis, goal, and motif. The demand in Islamic theory have real basis from Allah, a future goal and a need motif. We recommend that the Islamic theory of demand must be applicated in our country to be a better condition. JEL Classification : D01, D11, D46 Keyword : Demand theory, Conventional theory, Islamic theory 1 Salah satu mahasiswa STEI TAZKIA semester 4 jurusan ekonomi Islam dan sebagai asisten peneliti LPPM TAZKIA. Dapat dihubungi melalui emai [email protected] atau melaui nomor +6285649556069.
30

Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

Jun 25, 2015

Download

Documents

gorill4

Teori Permintaan dalam perspektif Islam dan konvensional
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

Demand Theory in Comparative Analysis of

Conventional and Islamic Perspectives

Oleh :

Ahmad Nashruddin1

Abstract

Demand is an important tool to analyze how applied economics used in a country. If we want to analyze the effect of economy policy in a country, first we have to know about demand. Demand is qualified to conventional theory and Islamic theory. The purpose of this paper is to compare the conventional theory and Islamic theory about demand with qualitative method. All the theories based on literatures and secondary sources.

Results show that demand in conventional theory and Islamic theory have similarity. The similarity are about the first assumption in demand and factors that influence in demand. Another finding shows that demand in conventional theory and Islamic theory have differenciation also. The differenciations include the based assumptions about basis, goal, and motif. The demand in Islamic theory have real basis from Allah, a future goal and a need motif. We recommend that the Islamic theory of demand must be applicated in our country to be a better condition.

JEL Classification : D01, D11, D46

Keyword : Demand theory, Conventional theory, Islamic theory

1Salah satu mahasiswa STEI TAZKIA semester 4 jurusan ekonomi Islam dan sebagai asisten peneliti LPPM TAZKIA. Dapat dihubungi melalui emai [email protected] atau melaui nomor +6285649556069.

Page 2: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembahasan ekonomi mikro konvensional didasarkan pada

perilaku individu-individu yang secara nyata terjadi di setiap unit

ekonomi. Tidak adanya batasan syariah yang digunakan, maka

perilaku dari setiap individu dalam unit ekonomi tersebut akan

bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan menurut

persepsi mereka masing-masing. Sedangkan dalam teori mikro Islami,

faktor moral dan norma yang terangkum dalam tatanan syariah akan

ikut menjadi variabel yang penting dan dan perlu dijadikan sebagai

alat analisis.

Salah satu cara terbaik untuk memahami relevansi ilmu mikro

ekonomi baik itu konvensional maupun Islami adalah memulai

dengan mempelajari konsep permintaan. “Permintaan dan penawaran

adalah dua kata yang paling sering digunakan oleh para ekonom,

keduanya merupakan kekuatan-kekuatan yang membuat

perekonomian pasar bekerja. Jika Anda ingin mengetahui bagaimana

kebijakan atau peristiwa akan mempengaruhi perekonomian, terlebih

dahulu Anda harus memikirkan pengaruh keduanya terhadap

permintaan dan penawaran.” (Mankiw, 2004)2 “Sokoguru analisis

mikroekonomi adalah permintaan dan penawaran. Bagaimana

keduanya menentukan mekanisme pasar yang akan terjadi.” (Miller

dan Meiners, 2000)3

Adiwarman Karim (2007) menjelaskan dalam bukunya4 “Objek

ilmu ekonomi adalah konsumen, produsen dan pemerintah yang

kesemuanya akan bertemu pada mekanisme pasar. Mekanisme

pasar berawal dari pertemuan permintaan dan penawaran yang

2 Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi. Jakarta. 2004. Edisi Kedua. hlm 813 Miller, Roger LeRoy dan Roger E. Meiners. Teori Mikroekonomi Intermediate. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2000. Hlm 23 4 Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. hlm 13

Page 3: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

baik.” Apakah permintaan yang baik itu sesuai perspektif

konvensional atau perspektif Islam? Hal inilah yang membuat penulis

menilai perlunya adanya analisis terhadap teori permintaan yang

merupakan konsep dasar dari ekonomi sendiri. Bagaimana

seharusnya teori permintaan ini terimplementasikan dalam

masyarakat guna menciptakan perekonomian yang lebih baik?

1.2. Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang masalah yakni perlunya mempelajari

konsep permintaan, maka rumusan masalah dalam tulisan ini dapat

disusun dengan memberikan jawaban dari beberapa pertanyaan

berikut:

a. Bagaimana teori permintaan menurut konsep ekonomi

konvensional?

b. Bagaimana teori permintaan menurut konsep ekonomi Islami?

c. Apa persamaan dan perbedaan di antara kedua teori

permintaan tersebut?

d. Adakah korelasi atau hubungan antara kedua teori tersebut?

1.3. Tujuan

Adanya perbedaan mengenai batasan dalam ekonomi konvensional

maupun Islami sesuai latar belakang di atas, menjadikan penulis mencoba

untuk menganalisis bagaimana konsep permintaan tersebut. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan antara konsep

dan teori permintaan menurut konsep ekonomi Islam dengan konsep

ekonomi konvensional tentang hal serupa guna mencari konsep permintaan

yang baik atau yang seharusnya diimplemantasikan dalam masyarakat.

1.4. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dipakai bersifat kualitatif, artinya

data yang dikumpulkan dan diolah adalah data yang berbentuk kata-

Page 4: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

kata yang diambil dari naskah tertulis, bukan berupa angka.5 Dengan

menggunakan data-data sekunder yang telah dipublikasikan, terdiri

dari: buku referensi, artikel-artikel dan karya ilmiah lain. Tulisan ini

pun mencoba menggunakan metode comparative study (studi

perbandingan).

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penyusunan paper ini

adalah :

a. Dokumentasi atas konsep Islam dan konvensional tentang teori

permintaan.

b. Memberikan kontribusi telaahan tentang konsep permintaan

yang seharusnya diaplikasikan dalam masyarakat guna

membangun perekonomian bangsa yang lebih baik.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Permintaan Konvensional

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang

pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja

dan Manurung, 2008)6. Adapun secara garis besar mengenai konsep

permintaan ini akan dibahas perihal faktor-faktor yang

mempengaruhinya dan aplikasinya dalam kurva.

2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Menurut Rahardja dan Manurung (2008)7, terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang :

5 Matthew B.Milles & A.Michael Huberman,Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (terj.Tjetjep Rohendi Rohidi),UI Press,Jakarta, 1992, hal 15

6 Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas UI. 2008. hlm 247 Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas UI. 2008. hlm 24-26

Page 5: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

a. Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap

barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknya. Hukum permintaan

yang diakui secara luas mengatakan bahwa jika harga suatu komoditi

naik, dan hal-hal lain dianggap tidak berubah (ceteris paribus),

pembeli cenderung membeli lebih sedikit komoditi tersebut

(permintaan turun). Demikian juga halnya jika harga turun, dan hal-

hal lain tidak berubah, jumlah barang yang dibeli akan meningkat

(permintaan naik).8

b. Harga Barang Lain yang Terkait

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu

barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai

keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi

(pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).

c. Tingkat Pendapatan Per Kapita

Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin

tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga

permintaan terhadap suatu barang meningkat. Sedangkan bila daya

beli rendah, maka permintaan barang akan menurun.

d. Selera atau Kebiasaan

Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan

terhadap suatu barang.

e. Jumlah Penduduk

Makin banyak jumlah penduduk, jumlah permintaan terhadap suatu

barang tentunya akan mengalami kenaikan, karena setiap orang

tentunya memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.

f. Distribusi Pendapatan

8 Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus, Microeconomics (Terjemahan). Jakarta : Erlangga. 1992. Edisi Keempatbelas. hlm. 61.

Page 6: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

Tingkat pendapatan per kapita bisa memberikan kesimpulan yang

salah bila distribusi pendapatan buruk. Artinya, sebagian kecil

kelompok masyarakat saja yang menguasai perekonomian.

g. Usaha-usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

Periklanan dan iming-iming hadiah dari pembeli dapat mendorong

orang untuk lebih banyak membeli suatu barang.

h. Ekspektasi / Perkiraan Mendatang

Mankiw (2004) menambahkan unsur ekspektasi atau perkiraan pada

masa mendatang dapat mempengaruhi permintaan.9

2.1.2. Kuva Permintaan

Hubungan antara berapa banyak konsumen bersedia membeli

pada waktu harga per unit berubah menyatakan kurva permintaan

(Pyndick dan Rubinfield, 2007).10 Apabila sesuai dengan hukum

permintaan dapat digambarkan sebagai berikut :

9 Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi. Jakarta. 2004. Edisi Kedua. hlm 8510 Pyndick, Robert S. dan Daniel L. Rubinfield. Mikroekonomi. Jakarta : PT Indeks. 2007. Edisi Keenam. hlm 26

Page 7: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Para ekonom menggunakan istilah ceteris paribus untuk

menyatakan bahwa semua variabel yang relevan, kecuali variabel

yang sedang dipelajari tersebut dianggap konstan (Mankiw, 2004).

Istilah ini diambil dari bahasa Latin yang berarti “hal lainnya dianggap

tetap”.11

Jika faktor non harga yang berubah, misalkan tingkat

pendapatan yang berubah, maka akan terjadi pergeseran kurva

permintaan (shifting). Jika pendapatan meningkat, maka kurva

permintaan akan bergeser sejajar ke kanan. Dan bila pendapatan

menurun, maka kurva permintaan akan bergeser sejajar ke kiri.

Terlihat pada gambar berikut :

11 Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi. Jakarta. 2004. Edisi Kedua. hlm 87

DJu

ml a

h Y

an

g d

imin

t a

Harg

a

P1

Q1

P2Q2

Page 8: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

Gambar 2.2. Shifting Kurva Permintaan

2.2. Teori Permintaan Islami

Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah

hasrat terhadap sesuatu, yang digambarkan dengan istilah raghbah

fil al-syai. Diartikan juga sebagai jumlah barang yang diminta (Karim,

2007).12 Mengenai konsep Islam tentang permintaan, akan dibahas

pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan

aplikasi dalam kurva sebagai analisa perbandingan.

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Islami

Salah seorang cendekiawan muslim, Ibnu Taimiyyah dalam

kitabnya Majmu’ Fatawa menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga

(Karim, 2007)13 :

a. Keinginan masyarakat (Raghbah) terhadap berbagai jenis

barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Perubahan ini sesuai

dengan langka atau tidaknya barang-barang yang diminta. Semakin

sedikit jumlah suatu barang yang tersedia maka akan semakin

diminati oleh masyarakat.

b. Jumlah para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. Jika

jumlah masyarakat yang menginginkan suatu barang semakin

banyak, maka harga barang tersebut akan semakin meningkat.

12 Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004. hlm 36413 Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004. hlm 366-367

DP

Q

D’

Q1Q3

P1

Q2

D”

Page 9: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

c. Tingkat kebutuhan terhadap barang, semakin kuat dan besar

kebutuhan maka harga akan naik. Sebaliknya bila kebutuhan kecil

dan lemah maka harga akan turun.

d. Kualitas pembeli (Al-Mu’awid). Harga juga berubah-rubah,

sesuai dengan siapa saja transaksi tersebut dilakukah. Pembeli yang

memiliki kredibilitas yang buruk, sering bangkrut, mengulur-ulur

pembayaran akan mendapatkan harga yang lebih tinggi dari pembeli

yang memiliki predikat baik.

e. Jenis uang yang digunakan. Harga akan lebih rendah jika

pembayaran dilakukan dengan uang yang umum dipakai (Nagd Ra’ij)

daripada uang yang jarang dipakai.

f. Tujuan transaksi yang menghendaki adanya kepemilikan

resiprokal di antara kedua belah pihak. Harga suatu barang yang

telah tersedia di pasaran akan lebih rendah dibanding dengan yang

belum tersedia. Begitu pula halnya harga akan lebih rendah jika

pembayaran dilakukan secara tunai daripada pembayaran secara

angsuran.

g. Besar kecilnya harga yang harus dikeluarkan oleh produsen

atau penjual. Semakin besar yang dikeluarkan oleh produsen, maka

harga akan lebih mahal.

2.2.2. Kurva Permintaan Islami

Islam menilai suatu komoditas itu tidak selalu sama, yakni ada

yang halal dan ada yang haram. Menurut Adiwarman, kesejahteraan

konsumen akan meningkat bila ia mengkonsumsi lebih banyak

barang yang baik atau halal dan tidak mengkonsumsi barang yang

buruk atau haram.14 Dalam Islam sudah jelas dan cukup rinci

mengklasifikasikan mana barang halal dan mana barang buruk. Islam

juga melarang menghalalkan yang haram, dan mengharamkan

barang yang halal. Allah telah berfirman dalam surat Al-Maidah :

14 Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. hlm 68

Page 10: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. 88. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Kurva permintaan Islami terbagi menjadi kurva permintaan

antara barang halal, kurva permintaan antara barang halal dan

haram, dan kurva permintaan barang haram pada keadaan darurat.

1. Kurva Permintaan Antara Barang Halal

Kurva permintaan antara barang halal, diasumsikan permintaan

dapat mencapai nilai maksimum sesuai pendapatan yang individu

miliki karena keduanya dapat dikonsumsi . Bila harga semakin turun,

maka jumlah permintaan akan naik. Terlihat seperti gambar di bawah

:

Gambar 2.3. Kurva Permintaan Antara Barang Halal

DJu

ml a

h Y

an

g d

imin

t a

Harg

a

P1

Q1

P2

Q2

Page 11: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

2. Kurva Permintaan Antara Barang Halal Dan Haram

Bila ada pilihan antara barang halal dan haram, Islam

mengajarkan untuk hanya memilih barang yang halal, dan sudah jelas

sumbernya.15 Jadi seluruh pilihan ditujukan untuk barang yang halal

saja. Memakan barang yang halal itu merupakan sesuatu yang

disukai dan merupakan kewajiban bagi kita. Dapat digambarkan

dengan kurva permintaan sebagai berikut :

Gambar 2.5. Kurva Permintaan Antara Barang Halal

dan Haram

3. Kurva Permintaan Barang Haram Pada Keadaan Darurat

Darurat diartikan sebagai suatu keadaan yang mengancam

keselamatan jiwa. Oleh karena itu, menurut Karim (2007) sifat darurat

15 87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi

kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui

batas. 88. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan

bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

DJu

ml a

h Y

ang

dim

inta

Harg

a

P1

Q1

P2

Q2

Page 12: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

sendiri adalah sementara. Maka permintaan barang haram pun

hanya bersifat insidentil. Dan secara matematis, pun digambarkan

dengan kurva yang discrete, bukan secara kontinyu.16

Gambar 2.7. Kurva Permintaan Barang Haram

Permintaan barang haram Y bukan merupakan kurva

permintaan fungsi dari harga Y. Sebuah kurva permintaan barang

haram Y adalah unik, karena hanya tergambarkan dengan satu titik

saja.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Persamaan antara Kedua Teori

Dari kajian pustaka mengenai dua perspektif mengenai teori

permintaan ini, ditemukan adanya persamaan. Persamaan yang

ditemukan merupakan asumsi awal dari teori permintaan tersebut,

diantaranya adalah substansi awal dan faktor yang memperngaruhi

permintaan.

16 Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. hlm 86

Py

Qy

Page 13: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

3.1.1. Substansi Awal Permintaan

Inti dari permintaan antara permintaan konvensional dan Islami

adalah jumlah barang yang diminta. Kedua perspektif mendefinisikan

permintaan dengan pola yang sama. Dalam literatur kontemporer

pun, menurut Karim (2004), fenomena yang berlaku pada masa Abu

Yusuf dapat dijelaskan dengan teori permintaan yaitu hubungan

antara harga dan jumlah barang yang diminta.17

3.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan, baik konvensional maupun Islami memiliki kesamaan.

Karena keduanya berdasarkan terhadap perilaku per unit ekonomi

sesuai kenyataan yang terjadi di masyarakat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan konvensional yang dianalogikan dengan

permintaan Islam adalah :

a. Harga barang itu sendiri dan barang lain yang terkait.

Baik permintaan Islami maupun konvensional, harga

merupakan faktor utama yang menentukan tingkat permintaan.

Ketika harga suatu produk itu tinggi, maka permintaan akan

cenderung menurun. Berlaku untuk sebaliknya ketika harga rendah,

maka permintaan akan cenderung naik.

b. Tingkat pendapatan per kapita

Dapat dianalogikan dengan kualitas pembeli di mana daya beli

yang menentukan suatu permintaan. Ketika pendapatan seseorang

itu tinggi maka secara tidak langsung jumlah permintaan terhadap

barang akan cenderung meningkat karena memiliki daya beli

terhadap suatu barang tinggi pula.

c. Selera atau kebiasaan masyarakat

Sebagai konsumen tentunya memiliki preferensi yang

bermacam-macam terhadap barang. Ketika seseorang telah

17 Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. hlm 18

Page 14: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

menyukai barang dan menjadi kebiasaan tersendiri maka jumlah

permintaan akan selalu meningkat. Hal ini merupakan tabiat dari

manusia itu sendiri.

d. Jumlah penduduk

Dapat disamakan dengan jumlah peminat (Tullab) karena

diasumsikan penduduk tentunya akan membutuhkan suatu barang,

semakin banyak jumlah penduduk, maka akan semakin meningkat

pula jumlah peminat terhadap suatu barang.

e. Distribusi pendapatan

Hal ini dapat dianalogikan dengan kualitas pembeli. Ketika

distribusi pendapatan merata maka daya beli pembeli akan

meningkat dan mengakibatkan naiknya permintaan. Berlaku untuk

sebaliknya, ketika distribusi pendapatan tidak merata, maka hanya

sebagian orang saja yang memiliki kualitas pembeli yang baik, maka

jumlah permintaan tidak akan naik layaknya pendistribusian yang

merata.

f. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

Hal ini berkaitan langsung dengan cara memikat keinginan

masyarakat (raghbah). Usaha-usaha ini bertujuan untuk

meningkatkan keinginan masyarakat terhadap barang. Ketika

keinginan masyarakat atas suatu barang naik, maka jumlah

permintaan akan meningkat pula.

g. Ekspektasi / perkiraan mendatang

Mengenai ekspektasi ini dapat dianalogikan lagi dengan kualitas

pembeli. Sebagai contoh, bila perkiraannya pembeli mengalami

kenaikan gaji maka pembeli akan meningkatkan permintaan atas

suatu barang.

3.2. Perbedaan antara Kedua Teori

Penulis juga menemukan adanya perbedaan mendasar antara

teori permintaan dalam perspektif konvensional dibandingkan dengan

perspektif Islam. Di mana perbedaan ini merupakan asumsi dasar

Page 15: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

utama yang membangun bagaimana teori permintaan akan

diaplikasikan dalam kehidupan. Perbedaan yang ditemukan

diantaranya adalah sumber dan batasan syariah, motif barang yang

diminta, tujuan, dan permintaan keadaan darurat.

3.2.1. Sumber dan Batasan Syariah

Permintaan Islam, merujuk pada entitas utamanya yaitu Islam

sebagai konsep hidup dan kehidupan yang langsung diidekan

(ideational) oleh Allah SWT. Jadi dalam Islam selain mengenal sumber

pengetahuan yang bersumber dari kreatifitas intelejensi (logika

rasional) manusia, juga mengenal sumber yang berasal dari firman

Allah SWT (revelation) yang bersifat doktrin.

Islam sebagai konsep hidup akan dinilai tidak relevan jika

aktivitas ekonomi sebagai bagian atau rangkaian utama aktivitas

kehidupan tidak menjadi bagian yang build in dalam sistematika

Islam. Allah SWT menciptakan manusia dan menurunkannya ke

lingkungan dunia tentu juga memberikan sistem interaksi, dengan

tujuan menjaga manusia agar ada dalam kerangka keselamatan.

Dengan demikian permintaan Islam secara jelas mengakui

bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari pengalaman berupa

data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga

berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan

bahwa ekonomi Islam didominasi oleh variable keyakinan religi

(idiology) dalam mekanisme sistemnya.

Sementara itu dalam ekonomi konvensional hampir dipastikan

tidak memiliki perspektif filosofi seperti yang dimiliki Islam. Filosofi

dasar ekonomi konvensional terfokus pada tujuan materialme yang

memang menjadi parameter terpenting dalam segala aktivitasnya.18

Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi konvensional

adalah intelegensia akal manusia, yang tergambar pada daya

kreatifitas, daya olah informasi dan imajinasi manusia. Padahal akal

18 Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam. Jakarta:Paradigma & Aqsa Publishing. 2007. hlm 88

Page 16: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila

dibandingkan dengan kemampuan Tuhan yang tidak ada batasnya.

Islam mengatur seluruh aktivitas manusia dari a hingga z.

Sampai kepada urusan ke kamar mandi pun ada adabnya. Dalam

sudut permintaan Islami pun memiliki batasan syariah. Batasan

syariah dalam konsep permintaan Islami menilai suatu komoditi tidak

semuanya bisa untuk dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan

antara yang halal maupun yang haram. Sedangkan dalam permintaan

konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau

digunakan. Padahal perlu kita ketahui, seluruh komoditi yang dinilai

halal adalah baik dan boleh untuk dikonsumsi maupun digunakan.

Sedangkan barang haram adalah barang yang tidak baik dan tidak

boleh untuk dikonsumsi atau digunakan.

Sebagai contoh barang haram untuk dikonsumsi adalah babi,

menurut penilitian para ilmuwan, bahwasanya babi merupakan salah

satu hewan yang memiliki tingkat kemiripan gen yang sama dengan

manusia, terbukti dengan antara daging babi dan kulitnya tidak

terpisah layaknya manusia. Di penilitian yang lain disebutkan

bahwasanya babi mengandung banyak sekali pernyakit di dalamnya

karena habitatnya yang suka di tempat yang kotor.

Dari sinilah bukti bahwa Islam memperhatikan terhadap

umatnya dengan adanya batasan syariah. Allah telah mensyariatkan

segala sesuatu yang baik untuk manusia, tidak lantas kita sebagai

hambaNya seenaknya saja mengkonsumsi seluruh komoditi termasuk

yang jelek. Padahal telah disyariatkan segala sesuatu yang baik.

3.2.2. Motif Barang yang Diminta

Sejalan dengan pemahaman Islam sebagai konsep hidup yang

menghantarkan manusia pada kesejahteraan dan kedamaian akhirat,

maka motif utama aktivitas ekonomi Islam tidak terlepas dari tujuan

tadi. Sehingga segala kegiatan hidup termasuk aktivitas ekonomi

Page 17: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

bermotifkan ibadah yang kemudian mempengaruhi segala perilaku

konsumsi, termasuk permintaan.

Secara spesifik ada tiga motif utama dalam perilaku permintaan

Islam,

a. Mashlahat, adalah parameter yang bernuansa altruisme

(kepentingan bersama)

b. Kebutuhan, merupakan sebuah motif dasar, di samping

bersifat mutlak. Motif kebutuhan juga merupakan sebuah nilai moral

tersendiri dalam ekonomi Islam

c. Kewajiban, merupakan presentasi entitas utama motif ekonomi

yaitu ibadah.

Ketiga motif ini saling menguatkan dan memantapkan peran

motif ibadah dalam perekonomian. Sedangkan dalam motif

permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai egoisme,

self interest dan rasionalisme yang materialis.19 Secara sederhana

konvensional lebih mempertimbangkan unsur keinginan (wants)

dalam pengembangan keilmuan dan mekanisme sistem ekonomi.

Sedangkan Islam lebih fokus pada kebutuhan (needs) manusia.

3.2.3. Tujuan

Salah satu perbedaan mendasar antara teori permintaan

konvensional dan Islam, yang mencerminkan nilai religiusitas

ekonomi Islam adalah tujuan dari seluruh aktivitas ekonomi. Seluruh

aktivitas ekonomi Islam termasuk dalam hal permintaan, bertujuan

mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah)

sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi

setelah kematian yaitu kehidupan akhirat.

Keyakinan ini jugalah yang kemudian mengontrol perilaku

permintaan manusia agar selalu merujuk pada Islam sebagai konsep

hidup. Sedangkan dalam perekonomian konvensional, landasan

filosofi dari tujuan aktivitas ekonomi tidak menyentuh nilai-nilai

19 Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam. Jakarta:Paradigma & Aqsa Publishing. 2007. hlm 87

Page 18: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

religiusitas, hanya pada dasar pemenuhan kepuasan atau utilitas.

Konvensional terbatas pada nilai keduniaan, itu makanya parameter

dan tujuan aktivitas berekonominya cenderung materialistis.20

3.2.4. Permintan dalam Keadaan Darurat

Perbedaan mencolok lainnya dari permintaan Islami adalah

bagaimana konsep Islam membahas samapi kepada perilaku ekonomi

yang jarang terjadi. Yaitu ketika dalam keadaan darurat tidak

ditemuinya barang halal, maka konsumen secara otomatis langung

menjatuhkan pilihannya terhadap barang haram tersebut. Karena

tidak selamanya perilaku ekonomi terjadi saat kelimpahan pasokan

barang halal, ada kalanya suatu kondisi di mana kita mengalami tidak

adanya pasokan barang halal. Teraplikasi dengan adanya kurva yang

membahas ketika seorang konsumen dalam keadaan darurat di mana

hanya ada barang haram. Dibandingkan dengan kurva permintaan

konvensional yang tidak membahas perihal keadaan darurat. Dalam

keadaan darurat, Islam membolehkan untuk mengkonsumsi barang

haram selama tidak ada barang halal dan bertujuan untuk bertahan

hidup. Keadaan darurat ini seringkali terjadi seperti bencana tanah

longsor, banjir, maupun bencana lain yang mengakibatkan tidak

adanya stok barang halal.

Dari yang awalnya berhukum haram, maka menjadi halal

dikarenakan suatu sebab yang memaksa, karena dalam konsep Islam

benar-benar menghargai nyawa seorang manusia sebagai salah suatu

aplikasi dalam tujuan syariah21. Islam tidak ingin memberatkan

umatnya. Bila ada keadaan di mana butuh keringanan, maka Islam

akan memberikan rukhsoh atau keringanan. Seperti memakan barang

haram, menjama’ dan menqashar sholat saat perjalanan jauh, sholat

dalam keadaan duduk maupun telentang saat keadaan sakit dan lain

sebagainya.

20 Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam. Jakarta:Paradigma & Aqsa Publishing. 2007. hlm 8821 Zahra, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka FIrdaus. 1994 menyebutkan salah satu tujuan syariah adalah mashlahah. Dan mashlahah dibagi menjadi perlindungan agama, jiwa, harta, akal dan keturunan.

Page 19: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

c.3. Adakah Korelasi antara Teori Permintaan Konvensional

dan Islami?

Dari pembahasan di awal, penulis telah menuliskan adanya

persamaan maupun perbedaan antara konsep permintaan

konvensional maupun Islami. Asumsi awal dengan adanya persamaan

antara keduanya menunjukkan ada hubungan antara keduanya yang

saling terkait. Tetapi bila kita cermati lebih dalam, mengenai

persamaan tersebut hanyalah merupakan asumsi awal yang

membangun teori permintaan secara global. Di mana persamaan

tersebut mencakup substansi awal dan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan.

Substansi awal antara kedua teori permintaan tentunya akan

memiliki persamaan. Layaknya ketika kita akan membeli barang x,

asumsi awalnya adalah membeli barang x. Tetapi asumsi ini hanya

terjadi di awal, karena setelah asumsi awal prakteknya dapat berbeda

dari asumsi awalnya. Misalkan karena motif yang ingin memenuhi

kebutuhan, akhirnya kita membeli barang y bukan barang x.

Kemudian persamaan lain yang ditemukan adalah faktor-fakor

yang mempengaruhi permintaan baik itu konvensional dan Islami,

masing-masing memiliki karakteristik yang hampir sama. Kedua

faktor yang mempengaruhi ini berdasarkan pada praktek konsumen

yang hampir sama. Bukan dalam artian antara konsumen Islami dan

konvensional sama, tetapi merupakan fitrah atau tabiat manusia

ekonomi dalam meminta suatu barang melihat dari faktor-faktor

tersebut. Seperti halnya faktor harga, baik konsumen Islami maupun

konvensional keduanya memiliki kecenderungan untuk memilih

barang dengan harga yang lebih murah. Kecenderungan mengenai

pemilihan harga yang murah merupakan sebuah tabiat manusia.

Meskipun ada keadaan di mana harga itu tidak menjadi prioritas

utama,22 tetapi sesuai kondisional yang banyak terjadi di masyrakat

22 Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. hlm 19

Page 20: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

maka kami memasukkannya dalam persamaan teori. Perlu diketahui

sebelumnya mengenai tokoh-tokoh dalam landasan teori permintaan

Islami di atas lebih banyak mengambil teori dari konvensional yang

lantas disaring lagi dan ditambahkan menurut sumber hukum Islam

menjadi konsep Islami atau yang dapat kita sebut dalam ekonomi

adalah madzhab maintstream23. Madzhab yang mana mengganti teori

konvensional ke dalam bentuk Islami tentunya berdasarkan konsep

Islam. Menurut pandangan mereka bahwa usaha menggembangkan

ekonomi Islami bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis

yang baik dan sangat berharga dari teori konvensional.24 Melainkan

lebih kepada mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaat. Tentunya

hal ini yang mengakibatkan adanya persamaan antara teori

permintaan Islami dan konvesional. Dari kedua persamaan tersebut

belum dapat kita jadikan acuan mengenai adanya hubungan yang

erat antara teori permintaan Islami maupun konvensional

dikarenakan kedua persamaan tersebut hanya mencakup pada

asumsi awal teori yang mana masih banyak asumsi yang lain.

Selanjutnya mengenai perbedaan antara keduanya yaitu

sumber dan batasan syariah, motif barang yang diminta, tujuan, dan

permintaan darurat. Sumber merupakan alat utama dalam

membangun konsep. Meskipun teori permintaan Islami ini merupakan

buah pikiran konvensional yang “di-Islamkan”, tetapi sumbernya

sudah jauh berbeda. Di mana ada batasan syariah dalam permintaan

Islami dan langsung bersumberkan atas ide Allah sebagai Tuhan

Maha Segalanya. Sumber-sumber hukum dalam Islam harus

berdasarkan atas ketetapan Allah. Baik itu sumber hukum yang

disepakati seperti quran, sunnah, ijma’ dan qiyas maupun sumber

hukum yang masih ada perselisihan seperti istihsan, mashlahah

mursalah dan sebagainya,25 kesemuanya didasarkan atas ketetapan

Allah. Filosofi inilah yang sangat membedakan antara permintaan

23 Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.hlm 30-33 24Pendapat M. Umer Chapra, salah satu tokoh madzhab mainstream25 Zahra, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka FIrdaus. 1994

Page 21: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

konvensional dan Islami. Yakni permintaan konvensional tidak

memiliki filosofi layaknya permintaan Islami bahwa permintaan

konvensional bersumberkan pada intelegensia akal manusia yang

bertujuan pada parameter matrealisme. Berbeda dalam permintaan

Islami yang memiliki batasan syariah yang harus dipenuhi.

Parameter matrealisme ini semakin tergambarkan dalam

perbedaan selanjutnya yaitu pada motif dan tujuan permintaan.

Dalam permintaan konvensional, motif utamanya yaitu pemenuhan

keinginan tanpa didasarkan pada kebutuhan. Sedangkan dalam

permintaan Islami motif utama terbagi menjadi mashlalah bersama,

kebutuhan dan kewajiban yang mementingkan tingkat kebutuhan

daripada keinginannya. Konsep Islam mengajarkan untuk berhidup

hemat dan tidak berfoya-foya. Selanjutnya mengenai tujuan di antara

kedua teori tersebut, di mana permintaan Islami memandang seluruh

aktivitas permintaan bertujuan untuk mencari kebahagian akhirat

atau falah yaitu kesejahteraan kehidupan yang jauh lebih abadi di

masa mendatang. Sedangkan pada permintaan konvensional

bertujuan untuk pemenuhan utilitas atau kepuasan di dunia saja.

Perbedaan terakhir, dalam permintaan Islami memberikan

keringanan untuk mengkonsumsi barang haram yang notabene

dilarang pada keadaan darurat saja. Di mana Islam memberikan

solusi terhadap permasalahan yang tidak dibahas oleh permintaan

konvensional. Betapa sempurnanya konsep Islami yang membahas

sampai pada keadaan yang tidak dibahas oleh konvensional, padahal

keadaan tersebut sering terjadi.

Perbedaan-perbedaan yang menjadi asumsi dasar konsep

permintaan baik konvensional maupun Islami memiliki keterkaitan

langsung terhadap implementasi konsep permintaan tersebut.

Dengan ini, maka dapat dijelaskan bahwa antara konsep permintaan

konvensional dan Islami tidak memiliki hubungan yang erat. Meskipun

adanya persamaan di antara keduanya, tetapi kedua persamaan

tersebut hanya merupakan asumsi awal konsep permintaan. Bukan

Page 22: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

asumsi dasar layaknya empat perbedaan yang telah dijelaskan di

atas. Dengan hipotesa tidak adanya hubungan yang erat antara

permintaan Islami dan konvensional, maka sebagai konsumen dapat

disimpulkan harus memilih di antara keduanya, karena tidak adanya

hubungan erat di antrara dua perspektif itu menunjukkan

keterbalikan antara teori permintaan konvensional dan permintaan

Islami.

c.4. Penerapan Konsep Permintaan Islami dalam Kehidupan

Konsep permintaan Islami perlu kiranya ditindak lanjuti oleh

pihak-pihak terkait terutama pemerintah secara lebih luas dengan

melibatkan peran serta semua pihak masyarakat, dengan

mengajukan rancangan baru dari hasil pengkajian semua pihak untuk

ditindaklanjuti menjadi peraturan yang lebih sempurna sehingga

melahirkan suatu konsep yang lebih efektif.

Setiap elemen dalam pembentukan konsep syariah Islam

secara kaffah memang tidak bisa berdiri sendiri, karena mewujudkan

perilaku suatu kelompok menjadi suatu kebudayaan berjalan

bersamaan dan saling mempengaruhi tentunya membutuhkan proses

yang lama. Apa lagi permintaan Islami ini belum terempati kepada

seluruh masyarakat dan menjadi budayanya. Oleh karenanya melalui

pembentukan struktur sosial yang ketat akan menjadi suatu tekanan

yang mengikat akan menjadikan suatu kebiasaan sesuai dengan

perjalanan waktu, maka yang tadi terasa berat dapat terempati

dalam diri seseorang dan menjadi kebiasaannya dan menjadi struktur

sosialnya yang terus dijadikan pedoman bertindaknya.26

Konsep Islami ini harus menjadi sebuah pedoman bagi

masyarakat dari elemen tertinggi hingga terendah, maka dalam

kehidupannya secara tidak langsung masyarakat akan

mengaplikasikannya untuk kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan

pemahaman dan penerapan konsep permintaan Islami ini, tidak ada

26 Abubakar. Konsep Penerapan Syariat Islam dalam Pencegahan Prilaku Menyimpang. Makalah

Page 23: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

lagi perilaku menyimpang dari pemerintah sebagai elemen tertinggi

seperti adanya tindak korupsi yang telah menjadi sebuah budaya.

Dan tidak ada lagi perilaku menyimpang rakyat kecil seperti

pencurian, pencopetan, pembunuhan dan kawan-kawannya. Perilaku-

perilaku menyimpang tersebut merupakan derivative dari sebuah

teori permintaan yang tidak seharusnya diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari karena hanya akan merugikan diri penyimpang

maupun orang lain.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari perbandingan yang telah dijabarkan maka penulis dapat

menyimpulkan :

1. Persamaan antara konsep permintaan konvensional maupun

Islami terjadi dalam asumsi awal dari permintaan yaitu

mengenai definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

keduanya. Hal ini merupakan asumsi awal yang saling berkaitan

langsung dengan kejadian riil di masyarakat.

2. Perbedaan antara permintaan konvensional dan Islami meliputi

sumber, motif, tujuan dan tambahan solusi Islam dalam

keadaan darurat, hal ini merupakan asumsi-asumsi dasar dari

masing-masing konsep permintaan.

Page 24: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

3. Dari perbedaan yang mendasar antara konsep Islami dan

konvensional, kami memberi hipotesa awal bahwa permintaan

Islami dan konvensional tidak memiliki hubungan yang erat

meskipun ada persamaan di dalamnya.

4. Dengan tidak adanya hubungan yang erat di antara keduanya,

maka kita sebagai konsumen harus memilih satu di antaranya,

yang tentunya memilih permintaan Islami karena sesuai dengan

tuntutan syariah.

5. Penerapan konsep permintaan Islami harus menjadi sebuah

pedoman yang memerlukan dukungan dari seluruh elemen

masyarakat.

4.2. Rekomendasi

Dari hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberi

rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah bangsa ini untuk menciptakan banyak

regulasi-regulasi yang mendukung adanya konsep Islami agar

tercipta pemberdayaan masyarakat Islami yang lebih baik.

2. Kepada kami khususnya sebagai penulis dan umumnya kepada

seluruh masyarakat muslim Indonesia untuk mari bersama-

sama lebih mendalami konsep-konsep Islami agar tercipta

kehidupan yang lebih baik.

3. Adanya penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan umat

terhadap konsep permintaan Islami ini sebagai upaya untuk

mengingatkan dan menjadikan umat menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. Konsep Penerapan Syariat Islam dalam Pencegahan

Prilaku Menyimpang. Makalah

Pada Remaja SMA Kota Banda Aceh

Al Quran dan Terjemahan

Page 25: Demand Theory in Comparative Analysis of Conventional and Islamic Perspectives

Himami, Fatikul dan Ahmad Luthfi. ”Teori Konsumsi

Konvensional Vs Islam”. Makalah. 2008

Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2007

Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004

Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta. 2004.

Edisi Kedua

Miller, Roger LeRoy dan Roger E. Meiners. Teori Mikroekonomi

Intermediate. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2000

Pyndick, Robert S. dan Daniel L. Rubinfield. Mikroekonomi.

Jakarta : PT Indeks. 2007. Edisi Keenam

Pindyck, Robert S. and Daniel L. Rubinfield. Microeconomics, 4th

ed. New Jersey: Prentice-Hall. 1998

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu

Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas UI. 2008

Rusydiana, Aam Slamet. Komparasi Konsep Inflasi ala Islam dan

Konvensional. Paper STEI Tazkia. 2006

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam. Jakarta:Paradigma &

Aqsa Publishing. 2007

Sukirno, Sadono. Mikroekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. 1993. Edisi Ketiga.

Zahrah, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Firdaus.

1994