MAKALAH DAN ASUHA KEPERAWATAN (DEMAM BERDARAH) Dibuat dalam rangka perkuliahan PENYAKIT TROPIS Dari DR. Hj. Suriany,S.pd.,MM.,M.Kes Di susun oleh : 1. Ani gustiani 6. Raji Rahmatillah 2. Asep Subhan 7. Melik Ade S 3. Desi Nurikasari 8. Rinaldi Aprisal W 4. Firda Novianti 9. Siti Delis 5. Ian Ismayana Kelompok 2 IKP B Semester 5 Jurusan S1 Keperawatan STIKES Bina Putera Banjar Tahun 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH DAN ASUHA KEPERAWATAN
(DEMAM BERDARAH)
Dibuat dalam rangka perkuliahan PENYAKIT TROPIS
Dari DR. Hj. Suriany,S.pd.,MM.,M.Kes
Di susun oleh :
1. Ani gustiani 6. Raji Rahmatillah
2. Asep Subhan 7. Melik Ade S
3. Desi Nurikasari 8. Rinaldi Aprisal W
4. Firda Novianti 9. Siti Delis
5. Ian Ismayana
Kelompok 2
IKP B Semester 5
Jurusan S1 Keperawatan
STIKES Bina Putera Banjar
Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan rahmat-Nya sehingga memungkinkan penulis dapat menyelesaikan tugas penyakit tropis.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penyakit
tropis.
Dari aspek penguasaan keilmuan maupun dari cara penyajiannya, penulis memiliki
keterbatasan. Oleh karenanya, menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kriteria sempurna. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari yang berkenan membaca
makalah ini.
Selesainya makalah ini sangat didukung oleh berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Banjar, oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Demam Berdarah dengue adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi
dengan virus dengue pada manusia sedangkan manifestasi klinis dan infeksi virus dengue
dapat berupa demam dengue dan demam berdarah dengue. Dengue adalah penyakit daerah
tropis dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang
menggigit pada siang hari.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia hal ini
tampak dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit demam berdarah dengue. Sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularanya
sudah tersebar luas di perumahan-perumahan penduduk. Walaupun angka kesakitan penyakit
ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun sebaliknya angka kematian cenderung
menurun , karena semakin dini penderita mendapat penanganan oleh petugas kesehatan yang
ada di daerah – daerah.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mempelajari lebih dala lagi tentang penyakit tropis demam
berdarah. Dan bagaimana asuhan keperawatan pada demam berdarah tersebut.
b. Tujuan khusus
a) Mampu memahami dan mengetahui tentang pengertian demam berdarah
b) Mampu mengetahui apa saja penyebab dan penyebaran demam berdarah.
c) Mampu melaksanakan pencegahan pada demam berdarah
d) Mampu melaksanakan cara pengobatan demam berdarah apabila sudah terjangkit
e) Mampu memahami dan melaksanakan askep demam berdarah
BAB II
ISI
1. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah Suatu penyakit infeksi virus yang berat dan
berpotensi mematikan yang disebarkan oleh spesies nyamuk tertentu yaitu aedes
aegypti. Pasien demam berdarah dengue yang mengalami syok hypovolemik akibat
kebocoran plasma disebut dengue shock sindrome (dss) yang daat berakibat fatal.
(WHO)
Demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk
atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. (wikipedia
bahasa indonesia)
B. ETIOLOGI
Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus)
yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4
jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4.
Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
C. EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO dengue adalah penyakit virus yang paling umum ditularkan oleh
nyamuk ke manusi, yang beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan
utamamasyarakat internasional. Secara global 2,5 milyar orang tinggal di daerah
dimana virus dengue dapat di transmisikan. Penyebaran geografis antara vektor nyamuk
dan virus telah menyebabkan epidermi demam berdarah secara global dan kedaruratan
demam berdarah dengue dalam 25 tahun terakhir dengan pekembangan
hiperendemisitas dan dipusat perkotaan daerah tropis.(WHO)
D. ANATOMI
Berikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan degan penyakit DHF yang
petama adalah sistem sirkulasi. Sisten sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan
makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru paru ke sela sela tubuh. Selain
itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa sisa metabolisme dari sel
sel ke ginjal, paru paru, dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa sisa
metabolisme.
Organ organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung.
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara
paru-paru, agak lebih kearah kiri.
Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi
(Sumber: Guiton, 1992)
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh
darah arteri yang penting:
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha
menuju ke belakang lutut 8
9) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler
membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu
dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
1) Vena Cava Superior.
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah.
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.
3. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Darah
adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan
bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P, 2002). Darah adalah suatu jaringan
tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifudin,
1997). Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton,
1992). Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang
befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat /
organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau
kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis
1.041 – 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45 Fungsi darah secara
umum terdiri dari:
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke
seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di struktur atau bagian
dari masing-masing sel darah dan plasma darah.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu:
sumsum tulang, hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur
bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu
melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh
manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus
(badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan
menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus
neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang
membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat
bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang
menggerakkan tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus. 11
2) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan
klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan
processus xipoideus.
3) Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa
vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa dibagian posterior
tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada
tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada
yang sama sekali tidak melekat.
b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh
manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah
diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus
hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis.
Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus
coledakus.
c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100
– 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan
memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
E. CARA PENULARAN
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan
beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor
yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat
masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan
virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa
tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan
dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
F. PATOGENESIS
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda
akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue
yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the
sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat
terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang
dengue lainnya. Re – infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang
akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit
dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue. Disamping itu replikasi
virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat
terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus
kompleks antigen – antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3
dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.
G. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan
peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran
palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga
hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan
jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi
Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan
jika tidak teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan
plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular,
2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit
muda dari sumsum tulang dan
3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan
a. peningkatan permiabilitas kapiler;
b. kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati
H. MENIFESTASI KLINIS
Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak
yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan kejang demam,
sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric, discomfort, nyeri perut
kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan, terutama perdarahan
kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu, perdarahan kulit dapat
terwujud memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan spontan mulai dari ptechiae
(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada
extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara
perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada
kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.
Perdarahan lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada
masa 15 konvalisen sering kali di temukan eritma pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan
pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah (circulatory failure)
(nursam, 2005).
Tanda dan gejala yang bervariasi berdasarkan DHF, dengan masa inkubasi antara 13-15
hari menurut WHO (1975). Sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis, Hematuri, dan
melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh
dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia
(kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)
I. GEJALA UTAMA
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7 hari, naik
turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 C
dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada
demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien
seajan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya
pada hari ketiga dari demam.
2. Tanda – tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang
menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti
retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda
perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat
pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan
gusi, melena dan hematemesis.
3. Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya
sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar
berhubungan dengan adanya perdarahan.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah
demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan
darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma
yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien
mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat
setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut,
pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan
terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a). Pemeriksaan lab
1. Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000) dan
hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa
pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya
memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya
memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX,
dan X. Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia, dan
hipokloremia.
2. Urine
Ditemukan albuminuria ringan
3. Sumsum Tulang
4. Gangguan maturasi
5. Serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi
antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan
komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
b. Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur
antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue
yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari penyakit demam berdarah meurut suroso dkk (2004:hal23) diantaranya
A. Ensefalopati dengue
Pada umumnya esefalopati terjadi sebagai komlikasi syok yang berkepanjangan
dengan perdarahan. Enselopati dengue dapat menyebabkan kesadaran pasien
menurun menjadi apatis atau somnolen dapat juga disertai kejang.
B. kelainan ginjal
Kelainan ginjal umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati
dengan mengganti volume intravascular
C. udem paru
udem paru merupakan komlikasi yang mungkin akan terjadi akibat pemberian cairan
yang berlebihan
L. PENATALAKSANAAN
Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan
intravenaperlu diberikan. Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, Inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
Larutan fisiologis NaCl
Larutan Isotonis ringer laktat
Ringer asetat
Glukosa 5% (1,2,3)
M. PENCEGAHAN
Memutuskan rantai penularan dengan cara :
1. Menggunakan insektisida :
Malathion (adultisida) dengan pengasapan
Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan air bersih.
2. Tanpa Insektisida :
Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih minimal 1x seminggu.
Menutup tempat penampungan air rapat – rapat.
Membersihkan halaman rumah dari kaleng – kaleng bekas, botol – botol pecah
dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Pencegahan penyakit demam berdarah sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah sebagai contoh:
Menguras bak mandi atau penampungan air sekurang kurangnya sekali
seminggu
Mengganti atau menguras fas bungan dan tempat minum burung seminggu
sekali
Menutup dengan rapat tempat penampungan air
Mengubur kaleng kaleng bekas dan ban bekas disekitar rumah
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu atau ikan cupang)
c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
Pengasapan atau foging ( dengan menggunakan malathion dan
fenthion)berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas
waktu tertentu
Memberikan bubuk abate ( temephos) pada tempat tempat penampungan air
seperti gentong air, fas bunga. Kolam, dll.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit dbd adalah dengan
mengkombinasikan cara cara diatas, yang disebut dengan’’3m plus” yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak
dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama
terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan Utama
Panas atau demam
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.
c. Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
d. Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
e. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar )
Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit).
2. Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari
tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
3. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien.
4. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop