8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Balita Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan, perkembangan berbicara dan berjalansudah bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas. (Marmi, 2012) Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah suatu sasaran pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk anak balita. Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase “Golden Age” merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapar terdeteksi apabila ada kelainan (Marmi,2012). B. Tumbuh Kembang 1. Definisi Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi biokimia dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa, istilah tumbuh kembang sebenanya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan di definisikan sebgai berikut.
27
Embed
Definisi Balita - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/626/4/Bab II anis.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Balita Balita adalah istilah umum bagi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Balita
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan,
perkembangan berbicara dan berjalansudah bertambah baik, namun kemampuan
lain masih terbatas. (Marmi, 2012)
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah suatu sasaran pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12
bulan) termasuk anak balita. Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase
“Golden Age” merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan
tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapar terdeteksi apabila
ada kelainan (Marmi,2012).
B. Tumbuh Kembang
1. Definisi Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan
morfologi biokimia dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai
maturitas/dewasa, istilah tumbuh kembang sebenanya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pengertian pertumbuhan dan
perkembangan di definisikan sebgai berikut.
9
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi
berat badan(BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), dan
lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem organ
tubuh. (Vivian,2013)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes
RI, 2012)
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu
anak tidak hanya bertmabha besar secara fisik melainkan juga ukuran dan struktur
organ-organ tubuh dan otak. (Soetjiningsih, 2017)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua
sistem organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi sistem
organ tubuh. (Vivian,2013)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak alus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. (Kemenkes RI, 2012)
2. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tubuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar.
a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
b. Kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi (kebutuhan terpenting,
perawatan kesehatan dasar (antara lain, imunisasi, pemberian ASI,
10
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit),
papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan,
sandang, kebugaran jasmani, rekreasi, dll
c. Kebutuhan Emosi/kasih sayang (ASIH)
Pada tahun pertamaa kehidupan, hubungan yang penuh kasih sayang, erat
mesra, dan selaras antara ibu/pengasuh dan anak merupakan syarat mutlak
untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal, baik fisik, mental, maupun
psikososial. Peran dan kehadiran ibu sedini dan selanggeng mungkin akan
menjalin rasa aman bagi bayi. Peran ayah dalam memberikan kasih sayang
dan menjaga keharmonisan keluarga juga merupakan media yang bagus untuk
tumbuhu kembang anak. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun
pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuuh kembang anak
secara fisik, mental, sosial, kasih sayang dari orangtuanya (ayah dan ibu) akan
menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar.
d. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini merangsang
perkembangan mental peikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.
(Soetjiningsih, 2017).
C. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Antropometri
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan di masyarakat Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk
11
mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran), (Almatsier, 2002).
Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Dengan
demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong
normal untuk anak seusianya.
b. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memerhatikan berapa umur anak yang diukur.
c. Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.(supariasa, 2002)
2. Berat badan
Berat badan dipengaruhi oleh beberapa hal berikut .
a. Genetik (keturunan)
b. Asupan nutrisi (makan, minum dan lainnya)
c. Penyerapan dan pengeluaran usus
d. Aktivitas fisik
e. Metabolisme tubuh dan hormon
f. Penyakit kronik,seperti jantung,infeksi saluran kemih (ISK), dan TBC.
g. Kadar air dan lemak tubuh
Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya
melakukan skrining mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh
12
kembang balita dan pra sekolah, termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang
tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan tenaga kesehatan
di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Deteksi dini penyimpanggan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui/
menentukan satus gizi kurang /buruk Dan mikro/macrosefal.
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan di lakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksanaan dan alat yang di gunakan adalah sebagai berikut.
1) Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (Berat Badan/Tinggi Badan)
Tujuan pengukuran Berat Badan/Tinggi Badan adalah menentukan status
gizii anak normal,kurus,kurus sekali atau gemuk.
Jadwal pengukuran berat badan/tinggi badan di sesuaikan dengan jadwal
deteksi dini tumbuh kembang balita.
2) Pengukuran dan penilaian Berat Badan/Tinggi Badan di lakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih.
Cara pengukuran berat badan/tinggi badan sesuai tabel sebagai berikut:
a) Cara pengukuran berat badan /tinggi badan
No Cara pengukuran 1 Menggunakantimbanganbayi
1. Timbanganbayi di gunakanuntukmenimbanganaksampaiumur 2 tahunatauselamaanakmasihbisaberbaring /duduktenang `
2. Letakkantimbanganpadameja yang datardantidakmudahbergoyang 3. Lihatposisijarumatauangkaharusmenunjukkeangka o 4. Bayisebaiknyatelanjangtanpatopi,kaos kaki sarungtangan 5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan . 6. Lihatjarumtimbangansampaiberhenti. 7. Baca angka yang di tunjukanolehjarumtimbanganatauangkatimbangan
2 Menggunakantimbanganinjak 1. Letakkantimbangan di lantai yang datarsehinggatidakmudahbergerak. 2. Lihatposisijarumatauangkaharusmenunjukkeangka O. 3. Anaksebaiknyamemakaibajusehari-hari yang tipis, tidakmemakai alas
kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dantidakmemegangsesuatu. 4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi. 5. Lihatjarumtimbangansampaiberhenti. 6. Baca angka yang
ditunjukkanolehjarumtimbanganatauangkatimbangan. b) Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) sesuaitabel
berikut :
No Cara pengukuran 1 Cara mengukur dengan posisi berbaring:
1. Sebaiknyadilakukanoleh 2 orang. 2. Bayidibaringkantelentangpada alas yang datar. 3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka O. 4. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala). 5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur
Gambar 1 PengukuranPanjangaBadan
2 Garamengukurdenganposisiberdiri 1. Anaktidakmemakai sandal atausepatu. 2. Berdiritegakmenghadapkedepan. 3. Punggung, pantatdantumitmenempelpadatiangpengukur. 4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. 5. Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 2 Pengukuran Tinggi Badan
Sumber : Kemenkes. RI. 2012. Setimulasi, Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes.
3) Penggunaan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan
14
a) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas.
b) Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
c) Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan(kanan)
sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yangterdekat dengan
berat badan anak.
d) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka Standar Deviasi (SD).
e) Untuk menentukan bagaimana dengan status gizi anak tersebut,
menggunakan grafik WHO 2006 dan terdapat pada buku KIA revisi 2015.
4) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)
a) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal.
b) Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12–72
bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian
lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
c) Cara mengukur lingkaran kepala
(1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi
alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang
menonjol, tarik agak kencang.
(2) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
(3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
15
(4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
(5) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.
Gambar 3 Lingkar Kepala
Sumber : Kemenkes. RI. 2012. Setimulasi, Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes.
5) Interpretasi
a) Apabila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam”jalur hijau”,
lingkaran kepala anak normal.
b) Apabila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar ”jalur hijau”,
lingkaran kepala anak tidak normal.
c) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal
d) apabila berada di atas ”jalur hijau” dan mikrosefal apabila berada di bawah
”jalur hijau”.
6) Intervensi
Apabila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah
sakit.
16
Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata yang Dianjurkan Rata-
Rata Perorang Perhari Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein
GolonganUmur BeratBadan Tinggi Badan Energi Protein
0-6 bulan 5,5 60 560 12 7-12 bulan 8,5 71 800 15 1-3 tahun 12 90 1250 23 4-6 tahun 18 110 1750 32
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dalam Alamatsier. S (2007)
3. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan
daya dengar. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua
tingkat pelayanan. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dapat di
periksa menggunakan KPSP, TDD dan CHAT. (Kemenkes, 2012)
4. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0- 6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutun sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan .stimulasi tumbuh kembang anak di lakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak.kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak ,ada beberapa prinsip
dasar yang perluu di perhatikan ,yaitu sebagai berikut
a. Stimulasi di lakukan dengan di landasi rasa cinta dan kasih sayang.
17
b. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang–orang yang terdekat dengan nya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d. Lakukan` stimulasi dengan cara mengajak anak
bermain,bernyanyi,bervariasi,menyenangkan,tanpa paksaan dan tidak ada
hukuman.
e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak,terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak .
f. Gunakan alat bantu /permainan yang sederhana ,aman dan ada disekitar anak.
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan .
h. Anak selalu di beri pujian,bila perlu diberikan hadiah untuk keberhasilannya.
(Kemenkes: 2012)
D. Obesitas
1. Pengertian
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh
manusia, Obesitas terjadi akibat kelebihan asupan kalori Anak dengan obesitas
belum tentu memiliki kecukupan gizi yang baik. Kecukupan gizi adalah
banyaknya zat gizi yang terpenuhi dari makanan bergantung pada usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, dan kondisi
tertentu(Prihaningtyas,2018)
Obesitas merupakan salah satu problem kesehatan masyarakat mempunyai
dampak yang cukup besar bagi orang-orang tertentu yang mengalaminya,
Obesitas menjadi salah satu factor risiko bagi timbulnya beberapa penyakit
18
tertentu yang kadang-kadang berakibat fatal jika tidak ditanggulangi secara dini.
(Misnadiarly,2007)
Perbedaan Obesitas dengan overweight ialah, Obesitas merupakan kadar
lemak tubuh yang berlebihan dan dapat menyebabkan suatu penyakit sementara
itu overweight merupakan kelebihan berat badan diatas normal, Secara sederhana
dapat disimpulkan bahwa Overweight adalah kelebihan berat badan Sedangkan
obesitas adalah kelebihan berat badan yang lebih berat dan berisiko menimbulkan
penyakit. (Prihaningtyas, 2018)
Kecendrungan terjadinya obesitas dijumpai pada sebagian orang yang
umumnya berkaitan erat dengan pola makan, status social ketidakseimbangan
aktivitas tubuh dan konsumsi makanan. Masalah ini perlu dibahas karena
kepentingannya tidak terbatas hanya pada dampak medis, psikis maupun social,
tetapi erat pula hubungannya dengan kelangsungan hidup penderitanya.
(Misnadiarly,2007)
Jumlah lemak tubuh dipengaruhi sejak masa gestasi oleh berat badan dan
kenaikan berat badan maternal selama periode antenatal, Selanjutnyaperilaku
makan mulai terkondisi dan terlatih oleh asupan dan pola makan sejak bulan-
bulan pertama kehidupan, Kenaikan berat badan pada anak kemudian juga
dipengaruhi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energy tinggi,
maupun kebiasaan mengkonsumsi makanan ringan. Obesitas dapat terjadi pada
semua usia, namun yang tersering terjadi pada tahun pertama kehidupan sampai
usia 5-6 tahun.
19
2. Epidemiologi Obesitas
Saat ini obesitas telah menjadi masalah epidemic di seluruh dunia, Pada
awalnya prevalensi obesitas tinggi pada negara barat yaitu di negara-negara
berkembang Pada tahun 2013 prevalensi overweight dan obesitas sebesar 23,8%
pada anak laki-laki dan 26,6% pada anak perempuan di negara berkembang. Di
amerika epidemik obesitas terjadi pada awal tahun 1970 pada dewasa dan pada
tahun 1980 kejadian obesitas semakin meningkat pula pada anak dan remaja
hingga menyerupai jumlah kasus pada dewasa. Di amerika 1 dari 3 anak
menderita obesitas sementara itu, prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada
anak usia <5 tahun di regional WHO-Eropa sekitar 1-28,6% prevalensi ini
menggambarkan jumlah orang yang menderita obesitas pada kurun waktu
tertentu, baik kasus baru maupun kasus lama.(Prihaningtyas, 2018)
Di negara berkembang, prevalensi overweight dan obesitas meningkat
8,1% menjadi 12,9% pada laki-laki dan dari 8,4% menjadi 13,4% pada
perempuan tahu 2013. Prevalensi anak dan remaja obesitas di china sebesar
14,4% sedangkan prevalensi obesitas pada anak usia 6-12 tahun di china sebesar
10,2% di bangladesh, prevalensi obesitas meningkat hingga 9%. Prevalensi
obesitas di vietnam sebanyak 16,3%. (Prihaningtyas, 2018)
Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
obesitas di Indonesia terjadi pada 8,8% anak pada usia 5-12 tahun 2,5% anak usia
13-15 tahun, dan 1,6% anak usia 16-18 tahun.
3. Faktor penyebab dan Resiko Obesitas pada balita
Obesitas telah menjadi masalah kesehatan globalterutama di negara-negara
maju dan negara-negara berkembang, Obesitas mempunyai kolerasi yang kuat
20
dengan morbiditas dan mortalitas, ada bebarapa Faktor yang menyebabkan
obesitas pada anak:
a. Pemberian bubur balita
b. Pemberian MP-ASI terlalu dini
c. Asupan nutrisi yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan
d. Minuman soft drink
e. Asupan nutrisi dan konsumsi makanan cepat saji fast food
Obesitas juga dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak
dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi menggunakan susu formula
dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak, Akibatnya
anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun, Bayi yang
mendapatkan ASI Eksklusif mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas,
Bayi yang diberi susu formula cenderung lebih berat dibandingkan bayi yang
diberi ASI karena susu formula mengandung 20% kalori lebih banyak, Untuk
memastikan bayi kenyang biasanya orang tua memaksa bayi menghabiskan satu
botol susu, Jika memungkinkan berikan ASI hingga bayi berusia satu tahun dan
tunda pemberian makanan padat hingga bayi berusia > 6 bulan, Karena nilai odds
ratio (OR) pemberian ASI dan pemberian MP-ASI terlalu dini 4 kali beresiko
untuk terjadinya obesitas Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan
padat biasanya pada umur enam bulan ke atas, Resiko pada pemberian sebelum
umur tersebut ialah.
1) Tingginya solute lood hingga dapat menimbulkan hyperosmolality
2) Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
21
3) Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
4) Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nutrisi yang dapat merugikan
5) Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna
atau zat pengawet yang tidak diinginkan .
6) Kemungkinan pencemaran dalam menyediakan atau menyimpannya .
Sebaliknya penundaan pemberian makanan padat menghambat
pertumbuhan jika energy dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak
mencukupi lagi kebutuhan si balita, Obesitas pada anak tidak hanya dipengaruhi
oleh asupan makanan saja, namun merupakan interaksi antara factor genetic,
biologis, psikologis, sosiokultural dan lingkungan.
a) Faktor genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperan besar. Bila kedua
orangtua gizi lebih, 80% anak nya menjadi gizi lebih, bila salah satu orangtua gizi
lebih, kejadian gizi lebih menjadi 40% dan bila kedua orangtua tidak gizi lebih,
kejadian gizi lebih 14% faktor lingkungan. (Prihaningtyas, 2018)
b) Faktor nutrisi
Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Sedangkan kenaikan
berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat
makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi seperti makanan siap
saji dan cemilan.
22
c) Pola Makan
Kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan seperti; mengonsumsi
makanan cepat saji, makan berlebihan, makan tidak teratur, menghindari makan
pagi,dan kebiasaan ngemil. Makan saat ingin makan tidak saat merasa lapar akan
menyebabkan kegemukan. Pola makan jika tidak dikonsumsi secara rasional
mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan berat
badan berlebih, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan karbohidrat
dengan kegemukan, pola makan lemak dengan kegemukan, dan ada hubungan
aktivitas fisik dengan kegemukan. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan
antara konsumsi dan pengeluaran energi, serta aktivitas fisik yang kurang
sehingga terjadi penumpukan lemakdan akhirnya mengakibatkan kegemukan.
Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan
asupan tinggi lemak mempunyai resiko peningkatan berat badan lebih besar
dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak. (Akhmad, 2016)
d) Aktifitas fisik
Aktifitas fisik anak saat ini cenderung menurun karena lebih banyak
bermain di dalam rumah dibandingkan di luar rumah. AktivitasFisikFaktor-faktor
diet dan pola aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keseimbangan
energi dan dapat dikatakan sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah (
modifiable factors) yang melalui faktor-faktor tersebut banyak kekuatan luar yang
memicu pertambahan berat badan itu bekerja. Lebih jelasnya diet tinggi lemak dan
tinggi kalori dan pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyles) adalah dua
karakteristik yang sangat berkaitan dengan peningkatan prevalensi obesitas diseluruh
dunia,Dalam hasil penelitian aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan
23
Seseorang kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik dapat
meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas. Aktivitas fisik terbagi tiga macam
yaitu; aktivitas fisik ringan (berjalan lambat), aktivitas sedang (berjalan cepat,
berlari kecil, dan bermain tenis meja), aktivitas berat (bermain sepak bola,
berenang, dan senam) dilakukan sedikitnya 60 menit setiap hari untuk mencegah
berat badan berlebih. Asupan energi bagi obesitas lebih tinggi dibandingkan
dengan yang non obesitas, Yang menarik adalah bahwa yang obesitas 2-3 kali
lebih sering mengkonsumsi fast food. Seseorang yang asupan energinya tinggi (≥
2200 kkal/hari) dan mempunyai waktu menonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai
risiko menderita obesitas 12,3 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang yang
asupan energi < 2200 kkal/hari dan waktu menonton TV < 3 jam/hari. Studi ini
menunjukkan adanya interaksi antara gaya hidup sedentarian (perilaku hidup
kurang gerak) dan diet tinggi kalori.
Aktivitas yang dilakukan oleh tubuh membutuhkan energi yang
dikeluarkan, begitupun sebaliknya apabila aktivitas fisik berkurang maka lebih
banyak energi yang tersimpan didalam tubuh (WHO, 2011). Makanan dan
aktivitas fisik dapat mempengaruhi timbulnya overweight dan obesitas baik secara
bersama, Kerusakan pada hipotalamus akan membuat seseorang mengalami
kegemukan jika terjadi di bagian HVM (hipotalamus ventromerdial) mengalami
kerusakan dan orang akan menjadi kurus atau kehilangan nafsu makan bila
kerusakan terjadi pada HL (hipotalamus lateral). Metabolisme basal yang terjadi
dalam tubuh akan meningkat seiring bnertambahnya usia, Secara alamiah
penurunan metabolisme akan terjadi ketika usia semakin menurun. Efek
24
penggunaan obat dapat menjadi salah satu penyebab kegemukan. Beberapa obat
akan merangsang rasa lapar dalam tubuh. Makan mengonsumsi obat akan
membuat nafsu makan meningkat, Jenis obatnya seperti OAD (Obat Oral
Antidiabetes), penggunaan dalam jangka lama akan menyebabkankegemukan.
(Prihaningtyas, 2018)
e) Sosial ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup sehat, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi. Pengetahuan tingkat pengetahuan seseorang akan memengaruhi
status gizinya. Pengetahuan hasil dari tahu dan bagaimana seseorang akan
mengaplikasikan ilmunya Pengetahuan akan berhubungan erat dengan sikap dan
tindakan, Pengetahuan yang baik dapat menghasilkan tindakan yang baik.
Pengetahuan gizi seseorang akan memengaruhi status gizinya.
Pengetahuan gizi orangtua sangat berpengaruh terhadap pemilihan
makanan. Seorang anak akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang
mereka makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh.
Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan
dan pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan
gizi seimbang.Pengetahuan gizi akan mempengaruhi kebiasaan makan atau
perilaku makan suatu masyarakat Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut dapat
berlangsung lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan
dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. Seperti halnya juga pada remaja
apabila mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi diharapkan mempunyai
25
status gizi yang baik pula. Menurut Suhardjo dalam Wulandari(2009),
pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta
interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi
adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan
serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup
proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan
perilaku makan, agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan
dapat dikembangkan Konsumsi makan dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang
didukung oleh pengetahuan gizi.
Gizi lebih dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan jenis kelamin.
Meskipun sering terjadi pada semua umur, gizi lebih sering dianggap kelainan
pada umur pertengahan, gizi lebih yang muncul pada tahun pertama kehidupan
biasanya disertai dengan perkembangan angka yang cepat. Anak yang gizi lebih
cenderung menjadi gizi lebih pada saat remaja dan dewasa(Misnadiarly, 2007)
Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan
makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan gizi lebih. Keadaan gizi lebih
merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini
merupakan suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam keadaan semacam ini
menghilangkan gizi lebih tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat,
justru akan memperberat masalah (Misnadiarly, 2007)
f) Pengetahuan
Tingkat pengetahuanseseorangakanmemengaruhi status gizinya.