DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN Wahyudin, Putri Nuryani, Ratna Hidayanti Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Abstrak Pada hari Kamis tanggal 23 dan 30 Oktober 2014 kelompok 5 melakukan eksperimen dengan judul “Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian”. Tujuan eksperimen ini agar mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang serta memahami penggunaan angka berarti. Pelaksanaaneksperimendilakukandengancaramempersia pkanalatdanbahaneksperimenyaitu mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, stopwatch, termometer, balok besi, bola , neraca ohausss, gelas ukur, kaki tiga dan kasa, pembakar bunsen serta air secukupnya. Untuk kegiatan 1, mengukur panjang, lebar dan tinggi balok besi serta diameter bola dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Untuk kegiatan 2, mengukur massa pada neraca ohausss 2610, 311 dan 3610 gram. Untuk pengukuran suhu dan waktu, mengukur perubahan suhu air yang diletakkan di atas kaki tiga dengan kasa dengan termometer dalam setiap menitnya menggunakan stopwatch hingga waktu yang ditentukan. Mencatat semua hasil pengamatan dalam tabelyang telah ditentukan dari mulai pengukuran panjang, massa serta suhu. Semua hasil yang dimencatat harus menggunakan aturan penulisan dalam fisika. Simpulan, setiap alat ukur memiliki cara yang berbeda dalam menggunakannya, ketidakpastian suatu alat ukur berbeda pada pengukuran tunggal dan berulang serta penulisan suatu angka berarti harus melalui pencarian dengan ketidakpastian relatif (KR).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
Wahyudin, Putri Nuryani, Ratna Hidayanti
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPAUniversitas Negeri Makassar
Abstrak
Pada hari Kamis tanggal 23 dan 30 Oktober 2014 kelompok 5 melakukan eksperimen dengan judul “Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian”. Tujuan eksperimen ini agar mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang serta memahami penggunaan angka berarti. Pelaksanaaneksperimendilakukandengancaramempersiapkanalatdanbahaneksperimenyaitu mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, stopwatch, termometer, balok besi, bola , neraca ohausss, gelas ukur, kaki tiga dan kasa, pembakar bunsen serta air secukupnya. Untuk kegiatan 1, mengukur panjang, lebar dan tinggi balok besi serta diameter bola dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Untuk kegiatan 2, mengukur massa pada neraca ohausss 2610, 311 dan 3610 gram. Untuk pengukuran suhu dan waktu, mengukur perubahan suhu air yang diletakkan di atas kaki tiga dengan kasa dengan termometer dalam setiap menitnya menggunakan stopwatch hingga waktu yang ditentukan. Mencatat semua hasil pengamatan dalam tabelyang telah ditentukan dari mulai pengukuran panjang, massa serta suhu. Semua hasil yang dimencatat harus menggunakan aturan penulisan dalam fisika. Simpulan, setiap alat ukur memiliki cara yang berbeda dalam menggunakannya, ketidakpastian suatu alat ukur berbeda pada pengukuran tunggal dan berulang serta penulisan suatu angka berarti harus melalui pencarian dengan ketidakpastian relatif (KR).
Kata kunci: alat ukur, angka berarti, kesalahan, ketidakpastian, pengukuran.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar ?
2. Bagaiman cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang ?
3. Bagaimana cara penggunaan angka berarti ?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti.
METODOLGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang
dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat
vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala
peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Namun bagaimanapun juga
ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah
mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran
dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan demikian
amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
1. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja,
adapun ketidakpastian pada pengkuran tunggal sitetapkan sama dengan setengah
skala terkecil (Δx = ½ x skala terkecil).
2. Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakaukan berulang.Pada pengukuran
berulang nilai x ditentukan dari nilai rata-rata sampel. Misal suatu besaran fisis yang diukur
N kali pada kondisi yang sama, dan diperoleh hasil-hasil pengukuran X1, X2, X3, . . ., XN,
maka nilai rata-ratanya dicari dengan persamaan berikut:
Banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan
berulang mengikuti aturan berikut :
1. Ketidakpastian relative sekitar 10% berhak atas 2 angka penting.
2. Ketidakpastian relative sekitar 1% berhak atas 3 angka penting.
3. Ketidakpastian relative sekitar 0,1% berhak atas 4 angka penting.
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST).Ketelitian alat ukur bergantung pada
NST ini.Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang dapat
ditunjukkan oleh NST, maka digunakanlah nonius. Skala nonius akan meningkatkan
ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala
utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan
titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama.
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis.Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu
alat ukur analog dan digital.Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan
sistem digital.Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu,
misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada
skala meter, atau penunjukan skala elektronik Alat ukur digital memberikan hasil
pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter
digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang ditunjukkan pada
panel display-nya.
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakan dalam praktikum adalah
Tabel Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Massa benda
| 22,2 ± 0.05
| 22,3 ± 0.05
| 22,3 ± 0.05
| 21,6 ± 0.05
| 21,7 ± 0.05
| 21,7 ± 0.05
Neraca Ohauss 311 gram
Nilai skala lengan 1 :200
2=100
Nilai skala lengan 2 :10010
=10
Nilai skala lengan 3 :1010
=1
Nilai skala lengan 4 :1
100=0,01
Tabel Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram
Massa benda
Neraca Ohausss 310 gram
Nilai skala lengan 1 :200
2=100 NST Neraca Ohauss 310 gram
Nilai skala lengan 2 :10010
=10
Nilai skala putar : 1
10=0,1
Jumlah skala nonius : 10
Tabel Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 gram
Penunjuk
3. Pengukuran waktu dan suhu
NST termometer : 1010
=1 NST stopwatch : 1
10=0,1
Temperatur mula-mula (To) : 31ºC
10 SN = 19 SU=1, 9 g
1 SN = 1,910
=0,19
Tabbel Hasil pengukuran wakutu dan suhu
Waktu Temp P
| 33 ± |
| 35,5 |
| 38 ± |
| 41 ± |
| 44 ± |
| 47 ± |
Analaisis Data
1. Pengukuran Panjang
maks =|x❑−¿−¿ x|, maks =
∆ x, PF =
1. Balok ( v = p × l × t )
Mistar
1. Panjang rata-rata
[−¿ x ]=19,5+19,5+19,53
= 19,5 mm
1 =|19,5−19,5|=0
2 =|19,5−19,5|=0
3 =|19,5−19,5|=0
max. =∆ x=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF= |19,5 ± 0,05|mm
2. Lebar rata-rata
[−¿ x ]=20+20+203
= 20 mm
1=|20−20|=0
2=|20−20|=0
3 =|20−20|=0
max. =∆ x=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |20 ± 0,05|mm
3. Tinggi rata-rata
1 =|20−20|=0
2 =|20−20|=0
3 =|20−20|=0
max. =∆ x=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |20 ± 0,05|mm
Volume balok
v = p × l × t
= 19,5 × 20 × 20
= 7800 mm3
δv|δvδp|dp + |δv
δl | dl + |δvδt |dt
δvv
= |l . tv |dp + | p .t
v |dl + | p ,. lv | dt
δvv
= | l . tp .l . t|dp + | p .t
p .l . t| dl + | p . lp .l . t|
dt
δvv
= 1p
dp + 1l
dl + 1t
dt
δvv
= dpp
+ dll
+ dtt
∆ vv
= ∆ pp
+ ∆ ll
+ ∆ tt
∆ v = |∆ pp
+ ∆ ll
+ ∆ tt | v
∆ v = |0,0519,5
+ 0,0520
+ 0,0520 |7800
=|0,0026+0,0025+0,0025|7800
= 59,28 mm3
KR = ∆ VV
X 100 %
=59,287800
X 100 %=0,76
%
V = | v ± ∆ v |
= | 7800 ± 59,28 | mm3
Jangka Sorong
4. Panjang rata-rata
[−¿ x ]=20+20+203
= 20 mm
1 =|20−20|=0
2 =|20−20|=0
3 =|20−20|=0
max. =∆ x=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |20 ± 0,05|mm
5. Lebar rata-rata
[−¿ x ]=20+20+203
= 20 mm
1=|20−20|=0
2=|20−20|=0
3 =|20−20|=0
max. =∆ x=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |20 ± 0,05|mm
6. Tinggi rata-rata
[−¿ x ]=20,05+20,05+20,203
= 20,10 mm
1=|20,10−20,05|=0 , 05
2=|20,10−20,05|=0,05
3 =|20,10−20,20|=0,10
max. =∆ x=0,10
PF = |20,10 ± 0,10|mm
Volume balok
v = p × l × t
= 20 × 20×20,10
= 8040 mm3
δv|δvδp|dp + |δv
δl | dl + |δvδt |dt
δvv
= |l . tv |dp + | p .t
v |dl + | p ,. lv | dt
δvv
= | l . tp .l . t|dp + | p .t
p .l . t| dl + | p . lp .l . t|
dt
δvv
= 1p
dp + 1l
dl + 1t
dt
δvv
= dpp
+ dll
+ dtt
∆ vv
= ∆ pp
+ ∆ ll
+ ∆ tt
∆ v = |∆ pp
+ ∆ ll
+ ∆ tt | v
∆ v = |0,0520
+ 0,0520
+ 0,1020,10|8040 mm3
=|0,0025+0,0025+0,0049|8040
= 79,596mm3
KR = ∆ VV
X 100 %
= 79,5968040
X 100 %
= 0,99 %
V = | v ± ∆ v |
= |
8040 ± 79,59 |
mm3
Mikrometer Sekrup
7. Panjang rata-rata
[−¿ x ]=20+20,37+20,453
= 20,2733 mm
1 =|20,2733−20|=0,2733
2 =|20,2733−20,37|=0,0967
3 =|20,2733−20,45|=0,1767
max. =∆ x=0,2733
PF = |20,2733 ± 0,2733|mm
8. Lebar rata-rata
[−¿ x ]=19,795+20,32+19,7283
= 19,9476 mm
1=|19,9476−19,795|=0,1526
2=|19,9476−20,32|=0,3724
3 =|19,9476−19,728|=0,2196
max. =∆ x=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |19,9476 ± 0,3724|mm
9. Tinggi rata-rata
[−¿ x ]=20,365+20,37+20,3753
= 20,37 mm
1=|20,37−20,365|=0 , 005
2=|20,37−20,37|=0
3 =|20,37−20,375|=0,005
max. =∆ x=0,10
PF = |20,37 ± 0,005|mm
Volume balok
v = p × l × t
= 20,2733 ×19,9476 × 20,37
= 8237.7029mm3
δv|δvδp|dp + |δv
δl | dl + |δvδt |dt
δvv
= |l . tv |dp + | p .t
v |dl + | p ,. lv | dt
δvv
= | l . tp .l . t|dp + | p .t
p .l . t| dl + | p . lp .l . t| dt
δvv
= 1p
dp + 1l
dl + 1t
dt
δvv
= dpp
+ dll
+ dtt
∆ vv
= ∆ pp
+ ∆ ll
+ ∆ tt
∆ v = |∆ pp
+ ∆ ll
+ ∆ tt | v
∆ v=| 0,273320,2733
+ 0,372419,9476
+ 0,00520,37|8237.7029
=|0,0134+0,0186+0,0002| 8237.7029
= 265,254 mm3
KR = ∆ VV
X 100 %
= 265,254
8237.7029X 100 %
= 3.22 %
V = | v ± ∆ v |
= | 8237 ± 265 | mm3
10.Bola ( v = 16
π d3 )
Mistar
Diameter rata-rata
[−¿d ]=25+25+253
= 25 mm
1=|25−25|=0
2=|25−25|=0
3 =|25−25|=0
max. =∆ d=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |25 ± 0,05|mm
v =16
π d3
=16
× 3,14×253
= 8177,0833 mm3
16
π δv|δvδd|dd
δvv
= | 16
π 3d2
16
π d3 |dd
δvv
=3 dd
d
∆ vv
=3∆ dd
∆ v=¿|3∆ dd
|v
=|30,0525
|8177,0833
=|0,006|8177,0833
=49,0624 mm
KR=∆ VV
X 100 %
= 49,0624
8177,0833X 100 %
= 0,6 %
V = | v ± ∆ v |
= | 8177 ± 49,06| mm3
Jangka sorong
Diameter rata-rata
[−¿d ]=25,4+25,4+25,43
= 25,4 mm
1=|25,4−25,4|=0
2=|25,4−25,4|=0
3 =|25,4−25,4|=0
max. =∆ d=0 , maka ∆ x diambil dari hasil pengukuran tunggal
PF = |25,4 ±0,05|mm
v =16
π d3
=16
× 3,14×25,43
= 8575,8968 mm3
16
π δv|δvδd|dd
δvv
= | 16
π 3d2
16
π d3 |dd
δvv
=3 dd
d
∆ vv
=3∆ dd
∆ v=¿|3∆ dd
|v
=|30,0525,4
|8575,8968
=|0,006|8575,8968
=51,4553 mm
KR=∆ VV
X 100 %
= 51,4553
8575,8968X 100 %
= 0,6 %
V = | v ± ∆ v |
= | 8575 ± 51,45 | mm3
Mikrometer sekrup
Diameter rata-rata
[−¿d ]=25,25+25,26+24,83
= 25,10 mm
1=|25,10−25,25|=0,15
2=|25,10−25,26|=0,16
3 =|25,10−24,80|=0,30
max. =∆ d= 0,52
PF = |25,10 ± 0,30|mm
v =16
π d3
=16
× 3,14×25,103
= 8275,6013mm3
16
π δv|δvδd|dd
δvv
= | 16
π 3d2
16
π d3 |dd
δvv
=3 dd
d
∆ vv
=3∆ dd
∆ v=¿|3∆ dd
|v
=|30,30
25,10|8275,6013
=|0,035|8275,6013
=289,6460 mm
KR=∆ VV
X 100 %
= 289,6460
8275,6013X 100 %
= 3,5 %
V = | v ± ∆ v |
= | 8275 ± 289| mm3
1. Pengukuran Massa
Neraca ohauss 2610 gram
Massa rata-rata balok
[−¿m ]=22,2+22,3+22,33
= 22,26
mm
1=|22,26−22,2|=0,06
2=|22,26−22,3|=0,04
3 =|22,26−22,3|=0,04
max. =∆ m= 0,06
PF = |22,26 ± 0,06|mm
Massa rata-rata bola
[−¿m ]=21,6+21,7+21,73
= 21,67 mm
1=|21,67−21,6|=0,07
2=|21,67−21,7|=0,03
3 =|21,67−21,7|=0,03
max. =∆ m= 0,07
PF =
|21,67± 0,07|
mm
Neraca ohauss 311 gram
Massa rata-rata balok
[−¿m ]=22,43+22,44+22,413
= 22,42
mm
1=|22,42−22,43|=0,01
2=|22,42−22,44|=0,02
3 =|22,42−22,41|=0,01
max. =∆ m= 0,01
PF = |22,42 ± 0,01|mm
Massa rata-rata bola
[−¿m ]=21,60+21,59+21,613
= 21,60 mm
1=|21,60−21,60|=0
2=|21,60−21,59|=0,01
3 =|21,60−21,61|=0,01
max. =∆ m= 0,07
PF = |21,60± 0,01|mm
Neraca ohauss 310 gram
Massa rata-rata balok
[−¿m ]=22,43+22,44+22,413
= 22,42
mm
1=|22,42−22,43|=0,01
2=|22,42−22,44|=0,02
3 =|22,42−22,41|=0,01
max. =∆ m= 0,01
PF = |22,42 ± 0,01|mm
Massa rata-rata bola
[−¿m ]=21,60+21,59+21,613
= 21,60 mm
1=|21,60−21,60|=0
2=|21,60−21,59|=0,01
3 =|21,60−21,61|=0,01
max. =∆ m= 0,07
PF = |21,60 ± 0,07|mm
Massa jenis ( ρ=mv
)
2. Mistar
Balok m=22,42 gram v =7800 mm3
∆ m= 0,01gram ∆ v= 59,28 mm
ρ=mv
ρ=22,427800
=0,0028g/mm3
Bolam=21,60 gram v =8177,0833 mm3
∆ m= 0,07gram ∆ v=49,06 mm
ρ=mv
ρ= 21,608177,0833=0,0026
g/mm3
δρ |
δρδm
∨dm+¿ δρδv
∨dv
δvv
= |1v |dm + |m
v2| dv
∆ ρ=|1v
∆ m+ m
v2∆ v|ρ
∆ ρ=| 0,017800
+ 22,42
7800259,28|0,0028
∆ ρ=|0,000001+0,00057|0,0028
∆ ρ=|0,0000588|0,0028
∆ ρ=0,00000016 g/mm3
KR=∆ ρρ
X 100 %
= 0,00000016
0,0028X 100%
= 0,005%
ρ= | ρ ± ∆ ρ |
= | 0,028
×10−1| ±
0,016×10−5| |
g/mm3
δρ|
δρδm
∨dm+¿ δρδv
∨dv
δvv
= |1v |dm + |m
v2| dv
∆ ρ=|1v
∆ m+ m
v2∆ v|ρ
∆ ρ=| 0,078177
+ 21,60
8177249,06|0,0026
∆ ρ=|0,0000085+0,00015|0,0026
∆ ρ=|0,0001585|0,0026
∆ ρ=0,00000041 g/mm3
KR=∆ ρρ
X 100 %
= 0,00002366
0,0026X 100%
= 0,01%
ρ= | ρ ± ∆ ρ |
= | 0,026
×10−1| ±
0,041×10−5| |
3. Jangka sorong
Balok m=22,42 gram v =8040 mm3
∆ m= 0,01gram ∆ v= 79,59 mm
ρ=mv
ρ=22,428040
=0,0027 g/mm3
Bola m=21,60 gram v =8575mm3
∆ m= 0,07gram ∆ v=51,45 mm
ρ=mv
ρ= 21,608177,0833
=0,0025g/mm3
∆ ρ=|∆ mm
+ ∆ v
v2 |ρ
∆ ρ=| 0,018040
+ 22,42
8040279,59|0,0027
∆ ρ=|0,0000012+0,000027|0,0027
∆ ρ=|0,0000288|0,0027
∆ ρ=0,0000004 g /mm3
KR=∆ ρρ
X 100 %
= 0,0000004
0,0027X 100 %
= 0,002%
ρ= | ρ ± ∆ ρ |
= | 0,027×10−1| ± 0,004×10−4| |
g/mm3
∆ ρ=|∆ mm
+ ∆ v
v2 |ρ
∆ ρ=| 0,078575
+ 21,60
8575279,59|0,0025
∆ ρ=|0,0000081+0,000023|0,0025
∆ ρ=|0,0000314|0,0025
∆ ρ=0,000000075 g/mm3
KR=∆ ρρ
X 100 %
= 0,000000075
0,0025X 100 %
= 0,003%
ρ= | ρ ± ∆ ρ |
= | 0,025
×10−1| ± 0
, 075 ×10−5| | g/mm3
4. Micrkmeter sekrup
Balok m=22,42 gram v
=8237mm3
∆ m= 0,01gram
∆ v= 265 mm
ρ=mv
ρ=22,428237
=0,0027
g/mm3
Bola m=21,60 gram v
=8275mm3
∆ m= 0,07gram
∆ v= 289mm
ρ=mv
ρ=21,608275
=0,0026g/mm3
∆ ρ=|∆ mm
+ ∆ v
v2 |ρ
∆ ρ=| 0,018237
+ 22,42
82372265|0,0027
∆ ρ=|0,0000012+0,000087|0,0027
∆ ρ=|∆ mm
+ ∆ v
v2 |ρ
∆ ρ=| 0,078275
+ 21,60
82752289|0,0026
∆ ρ=|0,0000081+0,000091|0,0026
∆ ρ=|0,000088|0,0027
∆ ρ=0,0000002 g/mm3
KR=∆ ρρ
X 100 %
∆ ρ=|0,000172|0,0026
∆ ρ=0,00000045 g/mm3
KR=∆ ρρ
X 100 %
= 0,0000002
0,0027X 100 %
= 0,008%
ρ= | ρ ± ∆ ρ |
= | 0,027×10−1 ± 0, 002 ×10−4| g/mm3
= 0,000000172
0,0026X 100 %
= 0,017%
ρ= | ρ ± ∆ ρ |
= | 0,026
×10−1 ± 0,045
×10−5| g/mm3
PEMBAHASAN
Dalam kegiatan-kegiatan yang telah kami lakukan, yakni pengukuran panjang, massa serta suhu dan waktu. Pada pengukuran panjang yang menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup dalam penggunaannya memiliki cara yang berbeda. Ada yang menurut saya mudah, misal mistar hingga yang perlu tenaga sedikit seperti mikrometer sekrup dalam memutar skala nonius. Tingkat ketelitian alat ukur panjang tersebutpun berebeda-beda. Mikrometer sekrup yang memiliki kesalahan mutlak relatif yang paling rendah jika dalam pengukuran tunggal adalah alat ukur yang tingkat ketelitiannya sanagat teliti.
Dalam eksperimen pengukuran panjang terjadi perbedaan hasil pengukuran dalam pengukuran berulang ini terjadi karena adanya kesalahan pada praktikan dan alat ukur. Kesalahan praktikan dapat terjadi karena kurang telitinya melihat skala yang berimpit atau kurang bertenaganya memutar skala nonius. Kesalahan alat ukur terjadi jika alat ukur yang kita gunakan sudah lama sehingga menyebabkn alat ukur tidak spesifik lagi.
Pengukuran massa, terdapat 3 neraca yang digunakan dalam pengukuran ini, yakni neraca ohauss 2610, 311 dan 310 gram. Dalam ketiga penggunaan aalt ukur ini sebenarnya sama, dikarenakan ketika kita mengukur massa benda kita harus mengatur seluruh lengan-lengan yang ada pada ketiga neraca tersebut. Setelah itu, kita harus menunggu neraca dalam keadaan seimbang. Adapun pada nerca ohauss 310 gram memiliki skala putar sebagai skal noniusnya. Di pengukuran massa ini, terjadi juga perbedaan massa benda yang diukur ini terjadi karena adanya faktor eksternal misalnya angin dari AC atau nafas praktikan. Karena ketiga neraca ini sangat sensitif terhadap massa yang rendahpun.
Adapun pada pencarian massa jenis balok dan bola pada neraca ohauss 310, saya mengalami kesulitan karena banyaknya bilangan selisih anatara pembagi dan yang dibagi sehingga hasilnya sangat susah untuk dituliskan. Dan hasil massa jenisnyapun sangat tidak memuaskan.
Pada pengukuran suhu dan waktu, tidak terjadi kesalahan yang berarti. Setiap menit, dari menit pertama hingga ke enam terjadi perubahan temperatur pada tiap menitnya. Namun tiap menitnya terjadi perubahan temperatur yang berbeda-beda. Dalam pengamatan kami seamkin lama air dipanaskan maka temperatur yang naik maka akan semakin tinggi juga.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Berdasarkan eksperimen yang telah kami lakukan maka kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Penggunaan alat-alat ukur yang telah kami gunakan mempunyai cara yang berbeda dalam penggunaanya.
2. Penentuan ketidakpastian pengukaran berulang cukup menulis ketidakpastian alat ukur tersebut, sedangkan pengukuran berulang kita perlu mencari δmax dari hasil pengurangan hasil pengukuran rata-rata dan pengukuran tunggal. Jadi dengan kata lain cara penentuan ketidakpastian pengukuran tunggal dan berulang berbeda.
3. Penulisan angka berarti memerlukan analisis yang teliti dengan cara mencari KR yang memerlukan konsentarisi yang baik.
DAFTAR RUJUKAN
Tim Dosen Fisika Dasar I. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM.