1. Pendahuluan I. Pendahuluan a. Gambaran Umum a.1. Lokasi Danau Limboto adalah salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata. Gambar 1. Kondisi Danau Limboto Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo dan + 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan. Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. Pendahuluan
I. Pendahuluan
a. Gambaran Umum
a.1. Lokasi
Danau Limboto adalah salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi
Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan
bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata.
Gambar 1. Kondisi Danau Limboto
Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo
dan + 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan.
Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan karena
mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang
mengancam keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya
luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau
sebagai kawasan penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan
kekeringan di sekitar wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau
Limboto.
a.2. Letak Geografi
Danau Limboto terletak di bagian tengah Provinsi Gorontalo dan secara
astronomis, DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan
00° 30’ 2.035” – 00° 47’ 0.49” LU. DAS Limboto merupakan bagian dari Satuan
Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone-Bolango yang
luasnya 91.004 ha dan termasuk salah satu DAS Prioritas dari DAS Kritis di
SWP-DAS Bone-Bolango. Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau
laguna, yang merupakan muara sungai-sungai, diantaranya: Ritenga, Alo Pohu,
Marisa, Meluopo, Biyonga, Bulota, Talubongo dan sungai-sungai kecil dari sisi
hari hujan per bulan selama 9 bulan, pada bulan Januari – Juli dan November –
Juni. Nilai Evapotranspirasi rata – rata bulanan di kawasan Danau Limboto dan
sekitarnya, berkisar antara 127 – 145 mm. Sedangkan jumlah rata – rata
setahunnya sebesar 1652,8 mm. Keadaan iklim di wilayah Sub DAS Limboto
sebagai berikut :
Temperatur rata-rata bulanan : 22,2° C – 31,3° C.
Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata : 81. Kelembaban udara rata-rata bulanan: 77 – 83. Kecepatan angin rata-rata bulanan : 1,17 – 2,48 m/detik. Penyinaran angin rata-rata bulanan : 4,4 – 7,1 jam/hari. Penyinaran tertinggi pada bulan. Penyinaran terendah pada bulan. Type iklim menurut Schmidt dan Ferguson : C. Type iklim menurut Oldeman termasuk E 1 < 3) bulan basah, < 2 bulan
kering, dan D1 (3-4 BB, 3-5 BK). Nilai erosifitas hujan (R) pada berbagai stasiun curah hujan pada DAS
Danau Limboto memiliki banyak fungsi dan manfaat yaitu sebagai penyedia air
bersih, habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologi, pencegah
bencana alam, stabilisasi sistem dan proses-proses alam, penghasil sumberdaya
alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga,
sumber perikanan, sumber pendapatan, pengendali banjir, dan sebagai sarana
penelitian dan pendidikan.
Beberapa fungsi dan manfaat danau secara ekosistem adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai
penyumbang bahan genetik.
2. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting.
3. Sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumah tangga, industri dan pertanian).
4. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah.
5. Memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat.
6. Sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya.
7. Sebagai sarana rekreasi dan obyek pariwisata.
Dua hal lain yang ditawarkan ekosistem danau adalah :
1. Sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk
kepentingan domestik maupun industri.
2. Sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah.
Sebagai sumber air paling praktis, danau sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai yang menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami mengisi cekungan di muka bumi ini. Bentuk fisik danau memberikan daya tarik sebagai tempat membuang yang praktis. Jika semua dibiarkan demikian, maka akan mengakibatkan danau tak akan bertahan lama berada di muka bumi.
2. Karakteristik
II. Karakteristik
a. Kualitas Fisika-Kimia Perairan
Kualitas lingkungan perairan Danau Limboto pada umumnya cukup baik untuk
kehidupan ikan. Kecerahan perairan berkisar antara 15 -125 cm, dan pH berkisar
antara 7,99 sehingga termasuk danau alkalis. Kadar kesadahan di danau tinggi,
berkisar antara 157,28 mg/l, sedangkan kekeruhan umumnya rendah berkisar
antara 3,32 NTU. Kadar Nitrat dan Nitrit di perairan ini berkisar antara 0,433 mg/l
dan 0,018 mg/l, sedang kandungan sisa organik juga tinggi (15,97 mg/l), nilai
yang cukup tinggi untuk suatu perairan umum. Perincian dapat dilihat pada
Tabel 2
Suhu perairan berkisar antara 25,0-32,9°C, dimana suhu tersebut layak untuk
kegiatan perikanan. Derajat keasaman (pH) perairan berkisar antara 7,0 – 8,5
yang artinya perairan netral cenderung alkalis. pH yang demikian ini dapat
mendukung kegiatan perikanan seperti pendapat Boyd (1982) yaitu berkisar
antara 6,0 – 9,0. Daerah pegunungan sekitar danau merupakan pegunungan
kapur yang agak gundul sehingga aliran air dari daerah tersebut yang
mengandung kapur yang dapat meningkatkan pH perairan danau.
Total alkalinitas berkisar antara 56,7- 252 mg/I CaCO3 eq yang berarti Danau
Limboto termasuk perairan yang sadah. Hal ini memungkinkan karena sekitar
Danau Limboto merupakan kapur yang agak gundul. Konsentrasi N-NO2
Kebijakan nasional dalam pengelolaan danau diperlukan sebagai landasan untuk
mendorong terlaksananya strategi maupun rencana aksi yang bertujuan untuk
memantapkan posisi dan fungsi danau sebagai sistem penyangga kehidupan
bagi generasi kini dan mendatang. Kebijakan ditetapkan berdasarkan aspek--
aspek pengelolaan yang akan mendukung terciptanya kondisi yang baik dari
danau di Indonesia. Kebijakan yang merupakan pengembangan wujud visi dan
misi tersebut di atas adalah sebagai berikut: Konservasi, Rehabilitasi, dan
Pemanfaatan yang Bijaksana
Konservasi, rehabilitasi, dan pemanfaatan secara bijaksana (wise use) sangat
penting untuk tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan danau secara
berkelanjutan. Konservasi yang dimaksud meliputi kegiatan perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari untuk memelihara keberlanjutan
fungsi lingkungan sebagai penyangga kehidupan dan keanekaragaman
hayatinya.
Rehabilitasi dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi danau
yang mengalami kerusakan. Karena sifat-sifat danau yang khas, rehabilitasi akan
membutuhkan persiapan-persiapan yang matang, masa pelaksanaannya sangat
panjang, dan biaya yang tinggi. Pemanfaatan yang bijaksana adalah
pemanfaatan danau secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kekayaan alami ekosistem. Sedangkan pemanfaatan yang berkelanjutan adalah
cara manusia memanfaatkan suatu sumberdaya sehingga diperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya untuk generasi kini sambil memelihara berbagai
potensinya untuk generasi mendatang.
Danau adalah salah satu bentuk sumberdaya yang dikaruniakan oleh Sang
Pencipta untuk menunjang kehidupan seluruh mahluk hidup di bumi ini, termasuk
manusia. Oleh karenanya, adalah suatu kewajiban bagi kita semua untuk
menjaga eksistensi danau beserta segala potensi yang ada di dalamnya sebagai
salah satu usaha untuk menjamin kelangsungan hidup generasi kini dan
mendatang. Danau Limboto yang indah ini sudah berabad-abad menjadi saksi
bisu sejarah yang menghidupi rakyat Gorontalo disekitar danau dengan
kekayaan flora dan faunanya. Danau Limboto merupakan bagian penting dari
ekosistem perairan kota Gorontalo. Danau Limboto berfungsi sebagai penyedia
air bersih, habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologi, pencegah
bencana alam, stabilisasi sistem dan proses-proses alam, penghasil sumberdaya
alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga,
sumber perikanan (baik budidaya maupun perikanan tangkap), sumber
pendapatan, pengendali banjir, dan sebagai sarana penelitian dan pendidikan.
Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat hidup organisme baik berupa beberapa
jenis organisme air khas Gorontalo. Danau Limboto adalah salah satu
sumberdaya alam yang menjadi kebanggaan dan sumber mata pencaharian
penduduk Gorontalo umumnya khususnya masyarakat sekitarnya.
Manfaat-manfaat tersebut di atas tidak sepenuhnya dapat dinikmati karena dua
masalah pokok yaitu penyusutan luas dan pendangkalan danau. Penyusutan
luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan
sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan
penduduk di sekitar danau telah mempercepat penyusutan luas dan
pendangkalan karena illegal fishing, penimbunan sampah dan illegal logging.
Lahan-lahan di kawasan Danau sebagian telah diokupasi oleh masyarakat yang
menimbulkan kerawanan sosial. Perkembangan tanaman eceng gondok yang
semakin meluas serta menurunnya kualitas air danau menyebabkan penurunan
keragaman genetik ikan dan biota air.
Degradasi nilai dan fungsi dari suatu danau akan memberikan dampak negatif
pada aspek sosial ekonomi terutama bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat
sebagai pengguna danau akan mempunyai rasa memiliki, apabila mereka sadar
dan peduli akan manfaat danau bagi kehidupan.
Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat, maka
pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana dan penuh kehati-
hatian agar potensi danau dapat termanfaatkan secara optimal dan kegiatannya
diprioritaskan pada kawasan danau yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi
serta kawasan yang telah mengalami degradasi, selain itu kegiatan pengelolaan
danau juga harus diprioritaskan bagi kesejahteraan masyarakat.
Komunitas masyarakat yang sadar akan pentingnya suatu kawasan danau
(khususnya bagi kehidupan manusia), serta mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk memanfaatkan danau secara bijaksana, akan memelihara
keberadaan danau dengan berbagai fungsi dan nilai pentingnya. Berdasarkan
pada prinsip ini maka danau dapat terjaga dengan sendirinya oleh komunitas
masyarakat.
Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan danau yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal, lebih memberikan
kepastian keberlanjutan pengelolaan dibandingkan kegiatan serupa yang
dilakukan tanpa peran aktif masyarakat lokal. Peran aktif masyarakat dalam
pengelolaan danau harus dimulai sejak identifikasi isu pengelolaan, penentuan
alternatif pengelolaan isu danau, implementasi rencana kegiatan, hingga
monitoring dan evaluasi efektivitas pengelolaan berdasarkan kriteria yang
disepakati.
Danau dimanfaatkan oleh beragam pemangku kepentingan, akibatnya pengelolaan danau menjadi rawan konflik dan di beberapa tempat memicu rusaknya sumberdaya hayati. Oleh sebab itu, pengelolaan danau harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan.
Selama ini, pengelolaan danau masih dilakukan secara sektoral dan regional
serta belum memiliki kejelasan mengenai peran dan pembagian tanggung jawab
bagi masing-masing pemangku kepentingan. Evaluasi dari kegiatan seringkali
didasarkan pada kepentingan masing-masing sektor sehingga tidak jarang
menimbulkan konflik diantara para pengguna.
Secara umum, untuk pengelolaan (perencanaan, implementasi kegiatan,
monitoring dan evaluasi) yang terintegrasi diperlukan kerja sama yang kuat
antara pemerintah, swasta, lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan
masayarakat setempat.
Secara nasional, danau mempunyai nilai dan fungsi yang penting baik ditinjau
dari segi lingkungan maupun perekonomian. Tata laksana yang baik sangat
penting dalam pelaksanaan pengelolaan danau secara terpadu untuk
mengakomodasi berbagai kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan
yang berbeda. Pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan secara bijaksana dan
transparan harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati bersama yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi (baik
yang berasal dari kearifan lokal maupun hasil penggalian dan pengembangan
baru, bersifat terbuka dan bukan berdasarkan pada kepentingan kelompok
tertentu.
Dalam rangka penanganan danau khususnya Danau Limboto berbagai
komitmen telah direkomendasikan. Rekomendasi tersebut adalah:
Pembentukan tim atau badan pengelola danau Limboto melalui perda.
Penyusunan neraca SDA spasial dan tata ruang danau Limboto Pemetaan kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar danau
Limboto Melakukan penghijauan pada catchment area untuk mengurangi erosi dan
sedimentasi Membuat batas terluar danau untuk mempertahankan luasan yang ada Melakukan pendataan kembali tentang kepemilikan lahan dan status lahan
yang dipegang oleh masyarakat Sinergitas program penanganan danau Limboto melalui koordinasi antar
instansi Menyusun perda pengelolaan ekosistem danau Pembentukan kawasan lestari Mengurangi interaksi intensif antara masyarakat dan hutan
Sosialisasi pemanfaatan danau dengan asas lestari dan berkesinambungan yang terus menerus kepada masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pesisir danau Limboto Penyelamatan danau Limboto sebagai program prioritas tahun 2006 Melibatkan negara/lembaga donor dalam mendukung penanganan dan
penyelamatan danau
b. Pembangunan Berwawasan lingkungan
Pengelolaan sumberdaya alam merupakan salah satu program strategi pembangunan berkelanjutan di Indonesia, sebagaimana dirumuskan dalam salah satu agenda program strateginya, yaitu; penanganan pada konservasi keanekaragaman hayati, pengembangan bioteknologi dan pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Ketiga aspek tersebut diarahkan pada upaya-upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi pada tingkat genetik, spesies dan ekosistem serta menjamin kekayaan alam, fauna dan flora di seluruh kepulauan Indonesia. Kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati ini sangat diperlukan tidak saja untuk kepentingan bangsa Indonesia, melainkan juga untuk kepentingan secara global. Dengan demikian, upaya-upaya pengelolaan sumberdaya alam harus diarahkan tidak saja untuk kepentingan jangka pendek nasional tapi juga untuk kepentingan jangka panjang dalam skala yang lebih luas. Dalam konteks ini, sebagaimana upaya pengelolaan sumberdaya tanah, aspek penataan ruang menjadi penting untuk memfasilitasi proses-proses pemanfaatan dan pelestarian fungsi-fungsi lingkungan. Selanjutnya, pengembangan sistem pendataan dan informasi sumberdaya alam menjadi syarat mutlak berbagai upaya pengelolaan sumberdaya alam.
Pokok bahasan konsep pembangunan yang berkelanjutan dalam banyak hal
membantu kita mengarahkan pada tujuan akhir pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup. Pendekatan ekosistem dapat dilihat sebagai salah satu
cara untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, Secara umum, konsep
ekosistem ditandai dengan studi tentang jenis-jenis mahluk hidup dan lingkungan
fisiknya sebagai satu kesatuan terintegrasi. Dalam pengelolaan lingkungan,
kepentingan pendekatan ekosistem adalah pada pendekatan yang
komprehensif, menyeluruh dan terpadu. Konsep ini diyakini sebagai suatu
konsep sistem, termasuk pula bagian-bagian yang menyusunnya serta
hubungan atau keterkaitan antar bagian tersebut yang dapat diartikan sebagai
komponen abiotik, biotik dan budaya (culture) yaitu bahwa manusia juga
merupakan bagian dari ekosistem.
Kepulauan Indonesia yang luas memberikan kekayaan ekosistem terestrial yang
terbentang dari pantai hingga pegunungan tinggi termasuk didalamnya ekosistem
perairan darat, seperti sungai, danau, situ dan rawa yang kemudian dibedakan
menjadi ekosistem alami seperti hutan alam dan ekosistem binaan seperti hutan
tanaman, perkebunan, sawah dan pemukiman. Keragaman ekosistem tersebut
merupakan modal dasar dalam melaksanakan pembangunan, namun seiring
dengan bertambahnya populasi penduduk yang merupakan salah satu komponen
ekosistem yang bersifat dinamis maka perubahan kondisi ekosistem akibat
perubahan fungsi lahan yang semakin meningkat. Perubahan tersebut akan
mempengaruhi kondisi ekosistem baik di lokasi tempat terjadinya perubahan
maupun di sekitarnya dan mengakibatkan posisi ekosistem tersebut menjadi rentan.
Mengingat hal tersebut perlu adanya penataan ekosistem yang dapat membantu
dalam usaha pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga
kekayaan ekosistem dapat terus terjaga seiring dengan meningkatnya
pembangunan dengan konsep pembangunan yang bekrelanjutan.
Dasar legalitas dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem
adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam undang-undang
tersebut diamanatkan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Sedangkan batasan sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik
antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang saling tergantung dan
mempengaruhi satu sama lain, dalam hal ini sumber daya alam hayati sendiri
adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati
(tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama unsur hayati di
sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Unsur ekosistem lain di luar faktor biotik dan abiotik adalah culture (budaya) yaitu
sebaran penduduk, mata pencaharian dan pola hidup masyarakat, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dan juga akan mempengaruhi tatanan ekosistem dalam
posisi yang rentan pada suatu daerah aliran sungai. Struktur dan kedinamisan
ekosistem merupakan akibat dari proses perubahan. Banyak pergeseran tajam
yang seringkali terjadi sangat berpengaruh terhadap struktur ekosistem. Akibat
perubahan ini dapat menghambat pengelolaan yang telah ditentukan atau
kebijakan pada level perencanaan. Prinsip ini memerlukan pengelolaan ekosistem
dan perencanaan yang fleksibel terutama apabila timbul kejadian-kejadian yang
tidak diperkirakan akibat perubahan komponen dan struktur ekosistem sehingga
ekosistem berada dalam posisi yang rentan pada suatu daerah aliran sungai
(DAS) yang merupakan satuan unit pengelolaan ekosistem.
Dalam konteks DAS, pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai apabila
perangkat kebijaksanaan yang akan diterapkan pada pengelolaan DAS dengan
mempertimbangkan bahwa kebijakan pengelolaan DAS perlu dibuat dan
dilaksanakan oleh semua aktor yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan sumber
daya alam pada skala DAS dan saling menyadari dampak apa yang akan
ditimbulkan oleh aktivitas yang akan dilakukannya. Dengan demikian, dapat
dilakukan evaluasi dini terhadap gejalagejala terjadinya degradasi lingkungan dan
tindakan perbaikan yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.
Pengelolaan DAS dalam imbangannya dengan pengelolaan ekosistem adalah
suatu formulasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi terhadap
sumberdaya alam dan manusia yang terdapat pada daerah aliran sungai untuk
memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan kerusakan
sumberdaya air dan tanah. Termasuk dalam pengelolaan DAS identifikasi
keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah
hulu dan hilir suatu DAS yang perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial,
ekonomi, budaya dan kelembagaan pada dan di luar daerah aliran sungai.
c. Analisis SWOT
Program penyelamatan Danau Limboto merupakan program yang sangat
penting bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo, khususnya masyarakat di pesisir
Danau Limboto. Danau Limboto merupakan sumberdaya alam yang sangat
terkait dengan hajat hidup masyarakat. Secara ekologis danau merupakan
habitat dari berbagai biota air, juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara
ekonomi Danau Limboto merupakan sumber mata pencaharian petani dan
nelayan di sekitarnya, juga berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek
wisata.
Dengan upaya penyelamatan ini diharapkan Danau Limboto dapat memberikan
manfaat yang secara berkelanjutan, baik manfaat ekonomi maupun manfaat
ekologis.
Dalam upaya penyelamatan Danau Limboto perlu dilakukan kajian lingkungan
eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam
mencapai sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan internal
perlu dianalisis sehingga dapat diketahui dampak penting ditimbulkan dan dapat
ditetapkan rencana-rencana strategis yang mungkin dapat dilakukan.
Untuk mengetahui kondisi eksternal dan internal yang dibutuhkan dalam upaya
penyelamatan Danau Limboto, dilakukan analisis SWOT sebagaimana tertera
Sistem pengolahan lahan serta kawasan tidak menerapkan kaidah konservasi dan masih bersifat tradisional.
Program pemerintah tentang pengelolaan DAS masih bersifat parsial, tumpang tindih, konflik kepentingan, kurang membangun sistim kordinasi lintas sektor dan setengah hati.
Penataan pemukiman penduduk yang tidak teratur Belum adanya batas dan aturan jalur hijau sepanjang DAS Rendahnya pendidikan masyarakat Peran kelembagaan masyarakat tingkat desa dan kecamatan rendah Struktur dan fisik tanah yang mudah erosi Perilaku aparatur yang memback up proses perambahan hutan Rendahnya koordinasi tingkat aparatur berwenang dalam melaksanakan
pengawasan maupun penegakan hukum bagi yang merusak hutan/kawasan.
Bagian Tengah
Pengolahan lahan tanpa memperhatikan aspek konservasi.
Pemukiman masyarakat peladang sekitar bantaran sungai. Pembukaan lahan dengan tanaman musiman. Vegetasi yang kurang. Tingkat kesadaran masyarakat kurang terhadap lingkungan. Pengikisan bibir sungai yang terkadang lahan perkebunan dan rumah
tempat tinggal masyarakat yang menjadi korban. Terjadi perubahan aliran sungai. Kurangnya peran serta seluruh pihak dalam mendorong gerakan
konservasi, perlindungan, pengawasan, dan sebagainya.
Perladangan dibantaran sungai menggunakan teknologi pola tanam monokultur.
Tingginya laju pemukiman dibantaran sungai dan masyarakat yang bermukim dipesisir danau semakin masuk ke areal kawasan danau.
Tingginya angka eksploitasi kawasan berakibat penataan ruang yang semraut.
Perilaku menggunakan alat tangkap perikanan yang tradisional “olate, bibilo, tiopo” dan sejumlah alat tangkap dengan bahan materialnya terbuat dari kayu, bamboo pasir dan pelepah daun kelapa.
Tingginya angka ketergantungan ekonomi pada kawasan danau berakibat rebutan kaplingan lahan pada tepian danau limboto
Penambangan galian C dan tingginya angka budidaya jaring apung serta karamba.
Perilaku yang menjadikan sungai sebagai TPA sampah. Lemahnya penegakan aturan hukum terhadap oknum yang melakukan
perilaku menyimpang Rendahnya sumber daya manusia Konflik kepentingan yang beragam khususnya di Danau Limboto Penguasaan jaring apung dan lahan seputar pesisir bukan oleh
masyarakat setempat namun juga oleh para oknum pejabat.
b. Masalah substantif
Masalah substantif yaitu masalah-masalah yang tanpak secara nyata
mempengaruhi kondisi Danau Limboto. Beberapa masalah yang substantif
adalah, sebagai berikut :
1. Pendangkalan dan penyusutan danau
2. Perkembangan eceng gondok3. Penurunan kualitas air Danau Limboto.4. Penurunan populasi dan jenis biota perairan5. Okupasi tanah timbul di kawasan Danau Limboto oleh masyarakat6. Kerusakan DAS Limboto
c. Masalah Formal
Masalah formal adalah masalah-masalah yang harus segera ditangani atau
menjadi prioritas karena menimbulkan dampak yang besar terhadap danau.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah utama yang harus segera
ditangani adalah :
1. Pendangkalan Danau Limboto akibat sedimentasi
2. Penurunan populasi dan jenis ikan3. Penurunan kualitas air danau akibat pencemaran dan pertumbuhan eceng
gondok4. Okupasi kawasan danau oleh masyarakat5. Kerusakan hutan di DAS Limboto dan sekitar danau.
d. Pengkajian Masalah
Gambar 21. Kausal Lup permasalahan Danau Limboto
Berdasarkan hubungan interaksi masalah Danau Limboto tersebut di atas, maka
disusun analisis masalah sesuai dengan Iceberg Theory untuk menentukan
struktur permasalahan secara spesifik dan masalah-masalah pokok yang harus
di tangani baik jangka pendek maupun jangka panjang (Gambar 12).
Lingkup kesatuan wilayah ekosistem perairan danau meliputi badan air danau
dan lingkungan di kawasan daerah tangkap airnya, sehingga sistem pengelolaan
lingkungan perairan Danau Limboto harus merupakan bagian dari sistem
pengelolaan Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone. Sebagai contoh Dalam
pengembangan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan FAO menyarankan
untuk membagi wilayah pengelolaan kawasan wilayah sungai kedalam tiga
klaster, yaitu pengelolaan kawasan pedesaaan, pengelolaan kawasan sub DAS
atau klaster orde sungai, serta pengelolaan DAS secara keseluruhan. Mengikuti
konsep demikian pengelolaan lingkungan perairan danau dapat ditempatkan
pada konteks pengelolaan kawasan pedesaan atau kawasan sub DAS, dimana
keterlibatan masyaraakat lokal sangat diperlukan sebagai subjek sekaligus juga
objek dari pengelolaan itu sendiri mengikuti aturan-aturan pengelolaan yang
lebih luas di tingkat DAS secara keseluruhan.
Berdasarkan cara pandang perairan danau sebagai sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat umum secara
berkelanjutan menempatkan kepentingan sektor-sektor sebagai matrik sasaran
pengelolaan dengan sektor lingkungan sebagai faktor pengikatnya. Dengan
demikian pengelolaan perairan danau juga harus meliputi upaya-upaya
koordinasi untuk pencapaian sasaran-sasaran sektoral secara optimal dengan
memperhatikan batasan daya dukung lingkungan perairan danau. Informasi dan
pengetahuan mengenai ekosistem perairan danau, meliputi struktur komponen
dan proses ekologi serta sosial ekonomi masyarakat sangat diperlukan, baik
untuk menentukan batasan daya dukung lingkungan maupun untuk penetapan
nilai kepentingan setiap sektor yang terlibat.
b.2. Kelembagaan
Strategi kelembagaan pada dasarnya untuk mendorong pengembangan
kelembagaan pengelolaan perairan danau yang bersifat partisipatif. Peran
pemerintah melalui departemen atau dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum
atau Balai Pengelola Wilayah Sungai sangat diharapkan untuk bertindak sebagai
fasilitator pengembangan kelembagaan pengelolaan partisipatif tersebut.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Pembentukan forum untuk pertemuan-pertemuan koordinatif yang
melibatkan semua pemangku kepentingan untuk penyusunan kerangka
kelembagaan, meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, serta strategi-strategi
pengelolaan, termasuk di dalamnya program-pogram implementasi
kebijakan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Pertemuan
demikian juga harus menyepakati bentuk kelembagaan serta yang akan
dibentuk beserta struktur organisasi di dalamnya;
Memperjuangkan aspek legal kesepakatan pengelolaan yang telah ditetapkan untuk dijadikan undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan daerah yang bersifat mengikat;
Untuk implementasi kebijakan serta strategi pencapaian sasaran selanjutnya disusun master plan kawasan perairan danau. Penyusunan master plan juga memerlukan keterlibatan masyarakat, pemangku kepentingan, serta pemerintah, ditambah tenaga-tenaga ahli terkait yang dapat memberikan masukan-masukan informasi untuk pengambilan keputusan yang akurat. Suatu tim ad hoc perlu dibentuk untuk maksud tersebut, dan karena memerlukan dana yang cukup besar kegiatan penyusunan master plan kawasan danau ini sebaiknya difasilitasi oleh pemerintah. Penetapan zona-zona peruntukan yang telah disusun sebagai bagian laporan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi acuan utama dalam penyusunan master plan kawasan danau ini. Master plan selanjutnya harus digunakan sebagai dasar pengembangan kawasan perairan danau;
Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi peraturan-peraturan pengelolaan danau, pencerahan aspek fungsi lingkungan danau, informasi teknolgi penangkapan, pengolahan hasil tangkap, dan status terkini pasar, serta pelaksanaan insentif pembangunan masyarakat berbasis sumberdaya perairan danau yang berkelanjutan;
Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi lingkungan danau yang diintegrasikan dengan sistem informasi lingkungan danau. Dana dan informasi tentang lingkungan danau, meliputi aspek biofisik dan sosial ekonomi masyarakat sangat penting untuk acuan dalam pengambilan keputusan pengelolaan danau. Demikian juga keterbukaan akses data dan informasi tersebut melalui suatu sistem informasi sangat penting untuk pemberdayaan masyarakat serta masukan-masukan ilmiah serta kepemerintahan yang baik.
c. Kelembagaan
Kecenderungan pengelolaan lingkungan perairan secara berkelanjutan yang
populer saat ini adalah yang bersifat co-management atau partisipatif, yaitu
sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah yang bertindak sebagai
fasilitator sementara prakarsa-prakarsa tindakan pengelolaan diserahkan kepada
masyarakat dan para pemangku kepentingan melalui mekanisme
permusyawarahan. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam implementasi
pengelolaan partisipatif tersebut, yaitu :
Keberadaan masyarakat lokal/nelayan berdasar kepentingan dan
kapasitas yang dimiliki didorong untuk menjadi pelaku aktif dalam
implementasi sistem pengelolaan, termasuk di dalamnya upaya
pendanaan sistem pengelolaan sehingga dapat bersifat mandiri;
Mekanisme pemecahan konflik kepentingan melalui forum musyawarah dan pengembangan kriteria-kriteria pengelolaan sumberdaya perairan danau yang disepakati oleh semua fihak;
Keberadaan pemerintah untuk mengakomodasi dan fasilitas aspek legal sistem pengelolaan yang disepakati melalui pembentukan peraturan-peraturan pemerintah dan penegakan hukum, serta insentif atau bantuan lain.
Badan air danau merupakan bagian integral dari sistem aliran sungai secara keseluruhan, sehingga sistem pengelolaan perairan danau harus merupakan bagian dari kesatuan pengelolaan wilayah aliran sungai secara terpadu.
d. Program
Program penyelamatan Danau Limboto merupakan program yang sangat
penting bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo, khususnya masyarakat di pesisir
Danau Limboto. Danau Limboto merupakan sumberdaya alam yang sangat
terkait dengan hajat hidup masyarakat. Secara ekologis danau merupakan
habitat dari berbagai biota air, juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara
ekonomi Danau Limboto merupakan sumber mata pencaharian petani dan
nelayan di sekitarnya, juga berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek
wisata. Dalam upaya penyelamatan Danau Limboto perlu dilakukan kajian
lingkungan eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif
dalam mencapai sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan
internal perlu dianalisis sehingga dapat diketahui dampak penting ditimbulkan
dan dapat ditetapkan rencana-rencana strategis yang mungkin dapat dilakukan.
d.1. Pendekatan
Pelaksanaan program dilakukan berdasarkan beberapa pendekatan yaitu:
Pendekatan ilmiah, dalam setiap kegiatan diterapkan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah.
Pendekatan partisipatif, masyarakat terlibat langsung dalam pelaksanaan program dengan pengawalan dan pengawasan dari instansi terkait.
Pendekatan integratif dan koordinatif, program dilakukan secara terpadu oleh berbagai stakeholders.
d.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Program penyelamatan Danau Limboto terdiri atas 4 sub program dengan 14 kegiatan. Rincian kegiatan disajikan pada Lampiran 1.
A. Program Penataan Kawasan Danau Limboto
1. Penetapan Zonasi Danau Limboto
Latar Belakang
Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat, maka
pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana dan penuh
kehatihatian agar potensi danau dapat termanfaatkan secara optimal dan
kegiatannya diprioritaskan pada kawasan danau yang memiliki potensi
pemanfaatan tinggi serta kawasan yang telah mengalami degradasi,
selain itu kegiatan pengelolaan danau juga harus diprioritaskan bagi
kesejahteraan masyarakat.
Komunitas masyarakat yang sadar akan pentingnya suatu kawasan danau (khususnya bagi kehidupan manusia), serta mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memanfaatkan danau secara bijaksana, akan memelihara keberadaan danau dengan berbagai fungsi dan nilai
pentingnya. Berdasarkan pada prinsip ini maka danau dapat terjaga dengan sendirinya oleh komunitas masyarakat.
Pengelolaan demikian dapat terwujud apabila telah ada batasan yang jelas dan akurat peruntukan wilayah /zona bagi berbagai kepentingan tersebut, kejelasan zona meliputi batas daerah terluar danau dan bantaran danau, zona pemanfaatan/ budidaya/ areal penangkapan, zona konservasi/ lindung. Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan danau yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal, dan kejelasan wilayah masing-masing lebih memberikan kepastian keberlanjutan pengelolaan danau
Tujuan : Tertatanya zonasi danau limboto
Ruang Lingkup Kegiatan :
1. Persiapan (pengupulan data yang meliputi data batasan danau limboto)
2. Sosialisasi penetapan zonasi danau limboto ke masayarakat
3. Pengukuran dan pemasangan batas danau dan zonasi pemanfatan
4. Evaluasi
Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.
Output: Zonasi danau limboto yang jelas dan akurat
Outcome: Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap
pelestarian lingkungan Danau Limboto
Benefit: Tumbuhnya partisipasi stakhoelder (pemerintah, swasta dan
masyarakat) dalam Penyelamatan Danau Limboto.
Impact: Meningkatkan kualitas lingkungan danau.
2. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Danau Limboto
Latar Belakang
Danau adalah salah satu bentuk sumberdaya yang dikaruniakan oleh Sang Pencipta untuk menunjang kehidupan seluruh mahluk hidup di bumi ini, termasuk manusia. Oleh karenanya, adalah suatu kewajiban bagi kita semua untuk menjaga eksistensi danau beserta segala potensi yang ada di dalamnya sebagai salah satu usaha untuk menjamin kelangsungan hidup generasi kini dan mendatang.
Degradasi nilai dan fungsi dari suatu danau akan memberikan dampak negatif pada aspek sosial ekonomi terutama bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat sebagai pengguna danau akan mempunyai rasa memiliki, apabila mereka sadar dan peduli akan manfaat danau bagi kehidupan.
Selama ini, pengelolaan danau masih dilakukan secara sektoral dan regional serta belum memiliki kejelasan mengenai peran dan pembagian tanggung jawab bagi masing-masing pemangku kepentingan. Evaluasi dari kegiatan seringkali didasarkan pada kepentingan masing-masing sektor sehingga tidak jarang menimbulkan konflik diantara para pengguna.
Danau dimanfaatkan oleh beragam pemangku kepentingan, akibatnya pengelolaan danau menjadi rawan konflik dan di beberapa tempat memicu rusaknya sumberdaya hayati. Oleh sebab itu pengelolaan danau harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan
Tujuan : Terbentukmya kelembagaan yang formal dalam pengelolaan dan penyelamatan Danau Limboto.
Ruang Lingkup Kegiatan :
1. Persiapan2. Pembentukan kelembagaan yang melibatkan seluruh stakholder3. Sosialisasi kelembagaan dan perannanya kepada masyarakat4. Evaluasi
Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.
Output: Lembaga Pengelola Danau Limboto
Outcome: Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap
pelestarian lingkungan Danau Limboto
Benefit: Tumbuhnya partisipasi stakhoelder (pemerintah, swasta dan
masyarakat) dalam Penyelamatan Danau Limboto.
Impact: Meningkatkan kualitas lingkungan danau.
3. Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Danau Limboto
Latar Belakang
Penanganan Danau Limboto masih bersifat parsial dan masih bersifat
sektoral. Selama ini ternyata belum disadari bahwa penanganan Danau
Limboto sebenarnya merupakan wewenang Pemerintah Provinsi karena
berada pada 2 diwilayah administrasi yaitu Kabupaten Gorontalo dan Kota
Gorontalo.
Program penanganan Danau Limboto sejak masih bergabung dengan Sulawesi Utara talah lama dilaksanakan bahkan bekerjasama dengan CIDA maupun JICA menyusun rencana action plan namun hasilnya belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat umum.
Disisi lain, masyarakat dengan caranya sendiri memanfaatkan Danau Limboto terlepas dari pengetahuan tentang kondisi kritis Danau Limboto. Demikian pula bagi nelayan dan petani yang bergantung hidupnya pada kekayaan ekosistem Danau Limboto, rupaya mereka juga belum sepenuhnya mengetahui dan menyadari apakah kegiatan yang mereka jalankan ramah lingkungan atau tidak.
Melalui program penyelamatan Danau Limboto yang di laksanakan Balitbangpedalda ini maka sebagai langkah awal disusun suatu sistem informasi manajemen Danau Limboto yang berisi data base lengkap latar belakang pembentukan, data kondisi Danau Limboto dari waktu ke waktu serta Manajemen Penanganan Danau Limboto.
Tujuan :
Tersedianya informasi yang mendukung keterpaduan manajemen pengelolaan
Danau Limboto dan upaya penyelamatannya.
Ruang Lingkup Kegiatan :
1. Penelusuran Pustaka.
2. Pengumpulan Data – Data Hasil Penelitian dan Proyek Tentang Danau Limboto.
3. Repro (cetak ulang) berbagai koleksi sejarah Gorontalo dan hasil kajian yang berkaitan dengan Danau Limboto.
4. Penyewaan dan Perbaikan gedung ex. Pendaratan Bung Karno Sebagai Pusat Data dan Informasi Danau Limboto.
5. Pembuatan Web Site Penyelamatan Danau Limboto.6. Biaya Up Date Data Lapangan.
Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.
Output: Data sejarah, hasil kajian Danau Limboto dari tahun ke tahun dalam
bentuk hard copy dan soft copy
Outcome: Tersedianya data akurat tentang Danau Limboto dalam rangka
rencana pengelolaan dan pemulihan lingkungan.
Benefit: Memiliki kelengkapan data dan sistem informasi yang memudahkan
pengelolaan/ manajemen Danau Limboto secara efisien, efektif
berbasis lingkungan serta
terpadu
Impact: Memudahkan sistem koordinasi dalam penanganan Danau Limboto.
B. Program Pemberdayaan Masyarakat
1. Sosialisasi Penanganan Danau Limboto
Latar Belakang
Penyelamatan Danau Limboto harus didukung oleh sosialisasi yang baik
dimasyarakat. Selain tatap muka langsung, sosialisasi melalui meda yang
dapat digunakan, diantaranya Radio, Televisi dan Koran, selama ini
dimanfaatkan secara optimal, disamping bahan sosialisasi yang masih
kurang.
Tujuan : Keterbukaan terhadap pengelolaan dan penyelamatan Danau Limboto.
Ruang Lingkup Kegiatan :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan Sosialisasi3. Evaluasi
Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.
Output : Jumlah peserta yang ikut serta di wilayah hulu dan pesisir Danau
Limboto (Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo).
Outcome: Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir dan hulu danau terhadap
pelestarian lingkungan Danau Limboto
Benefit: Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam Penyelamatan Danau
Limboto.
Impact: Meningkatkan kualitas SDM Lingkungan.
2. Pemberdayaan Masyarakat Wilayah Sub DAS Limboto dan Pesisir Danau
Limboto.
Latar Belakang
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di hulu DAS Limboto dan
Pesisir Danau Limboto berhubungan langsung dengan kondisi ekosistem
Danau Limboto. Sebagian besar masyarakat di hulu DAS Limboto sangat
bergantung pada pertanian dan perkebunan yang dilakukan secara
tradisional dan tidak ramah lingkungan sehingga mengurangi daya
dukung lahan, perbukitan di wilayah hulu DAS Limboto saat ini sebagian
besar dalam kondisi kritis. Hal ini akan mempengaruhi pendapatan
masyarakat petani diwilayah hulu DAS. Sebaliknya pada wilayah pesisir
danau merupakan tanah yang subur yang berasal dari daerah hulu DAS
Limboto sehingga mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya.
Pada wilayah perairan Danau Limboto sendiri banyak tumbuh usaha budidaya perikanan air tawar yang berlangsung terus menerus.
Kegiatan–kegiatan tersebut berdampak pada degradasi catchman area dan degradasi danau. Perlu dicetuskan suatu solusi alternatif bagi kegiatan mereka agar tetap berjalan namun dilakukan secara ramah lingkungan.
Tujuan : Melahirkan inovasi masyarakat di hulu Sub DAS Limboto dan pesisir
Danau Limboto dengan usaha yang ramah lingkungan.
Ruang Lingkup Kegiatan : Usulan program masyarakat terkait dengan
penanganan Hulu Sub DAS Limboto, Pesisir dan wilayah perairan danau
Limboto, meliputi :
1. Kegiatan Persiapan
2. Pemberian Bantuan Langsung3. Monitoring dan Evaluasi
Input : Dana untuk alokasi usulan masyarakat.
Output : Jumlah program usulan masyarakat yang terlaksana.
Outcome: Menumbuhkan cara berusaha masyarakat disekitar hulu, pesisir dan
perairan Danau Limboto yang ramah lingkungan.
Benefit : Mengurangi laju degrasi hulu, pesisir dan perairan Danau Limboto
dengan aktivitas usaha masyarakat yang tidak ramah lingkungan.
Impact : Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan tidak merusak lingkungan
hulu, pesisir dan perairan Danau Limboto.
C. Program Pemulihan Lingkungan Danau
1. Karakterisasi Sifat Fisik – Kimia Air & Keragaman Hayati Danau
Latar Belakang
Saat ini kualitas air danau limboto mengalami penurunan kualitas akibat
limbah domestik, aktivitas budidaya yang dilakukan di dalam danau,
sedimentasi danau akibat erosi di daerah hulu sungai. Danau limboto
memiliki ekosistem tersendiri dan keanekaragaman hayati yang sampai
pada kondisi kritis saat ini belum diidentifikasi secara pasti.
Tujuan: Mengetahui kualitas air melalui pengukuran parameter fisika dan kimia
dan mikrobiologi air serta keanekaragaman hayati Danau Limboto.
Ruang Lingkup Kegiatan:
Meliputi pengukuran kualitas air Danau Limboto dengan ruang lingkup pekerjaan
meliputi 16 titik sebagai berikut :
1. Inlet : masuknya air sungai dan drainase yang masuk ke danau dengan
jumlah titik 3 sungai sebagai lokasi sampling yang merupakan sungai
sesaat (intermiten) dan 1 Sungai tetap (parenial) yaitu Biyonga.
2. Outlet : keluarnya air danau menuju ke muara Teluk Tomini sebanyak 1 titik.
3. Pertengahan Danau : sebanyak 1 titik4. Bagian tepi danau yang digunakan untuk budidaya sebanyak 10 titik.5. Identifikasi biota air yang ada di Danau Limboto serta eksosistemnya.
Parameter kualitas air yang akan di ukur meliputi 27 parameter dengan rincian
pengukuran, 6 parameter fisik dan 19 parameter kimia dan 2 parameter
2. Parameter Kimia : pH, Besi, Kalsium, Magnesium, Alkalinitas, Klorida, Amonia, Nitrit, Nitrat, Posfat, Sulfat, CO2 terlarut, Salinitas, DO, BOD5, COD, Deterjen, Timbal dan Raksa.
3. Parameter Mikrobiologi : Total Coliform dan Fecal Coliform.4. Identifikasi biota air yang ada di Danau Limboto serta eksosistemnya.
Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Alat.
Output : Data kualitas air 27 parameter pada 16 titik lokasi yang tersebar di
Danau Limboto dan data biota Danau Limboto serta ekosistemnya.
Outcome : Tersedianya data akurat kualitas air dan keanekaragaman hayati
Danau Limboto dalam rangka rencana pengelolaan dan pemulihan lingkungan.
Benefit : Mengetahui baku mutu air Danau Limboto dan data keanekaragaman
hayati terakhir.
Impact : Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas air dan
pelestarian keanekaragaman
2. Peningkatan Konservasi dan Pemulihan Kerusakan Zona Hulu dan Zona
Penyangga
Latar Belakang
Kawasan kritis diwilayah DAS Limboto-Bone – Bolango yang terletak di
Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bulango dengan luas
seluruhnya adalah 24.033 Ha (Data Lahan Kritis Balitbang 2004). Lahan
kritis yang masuk dalam program Gerhan + 5 % dari luas lahan kritis
tersebut, sebagian besar berada di Sub DAS Limboto.
Tanaman Jarak merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat dijadikan alternatif tanaman penghijauan yang murah dan mudah dibudidayakan serta saat ini menghasilkan alternatif pengganti BBM solar sehingga kedepan akan bernilai ekonomis penting.
Tujuan : Konservasi lahan kritis pada Zona Hulu dan Penyangga Danau Limboto
dengan tanaman Jarak yang memiliki prospek ekonomi tapi murah dan mudah
dibudidayakan.
Ruang Lingkup Kegiatan
1. Persiapan
2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi
Input: Dana untuk alokasi konservasi.
Output : Luas lahan kritis yang ditanami pohon Jarak.
Outcome: Meningkatnya kualitas hulu dan penyangga danau.
Benefit : Mengembalikan fungsi Ekosistem Hulu & Penyangga
Impact : Mengembalikan fungsi ekosistem Danau Limboto.
3. Peningkatan Konservasi dan Pemulihan Kerusakan Daerah Hilir Danau
Limboto yang melintasi Kota Gorontalo
Latar Belakang
Pengkayaan nutrin di perairan danau limboto telah menyebabkan tumbuh
suburnya enceng gondok dan tumbuhan air lainnya. Hal ini merupakan
salah satu penyebab penadangkan danau limboto itu sendiri, dan pada
akhir-akhir ini tanaman enceng gondok telah mencemari peraiaran pantai
indah Kota Gorontalo melalui outlet danau tersebut.
Kondisi ini jka tidak segera diatasi akan berdampak pada pencemaran lingkungan muara tersebut dan akan berdampak simultan baik bagi kehidupan biota perairan maupun pada masyarakat nelayan dipesisir pantai.
Tujuan: Konservasi daerah hilir melalui pembersihan tanaman pengganggu yang
masuk ke outlet danau limboto
Ruang Lingkup Kegiatan:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi
Input : Dana untuk alokasi konservasi.
Output : Luas dan panjang outlet yang di kerjakan.
Outcome : Meningkatnya kualitas air daearah hilir danau limboto (outlet).
Benefit : Mengembalikan fungsi Ekosistem hilir danau limboto
Impact : Mengembalikan fungsi ekosistem Danau Limboto.