Top Banner
1 “DAMPAK PENERAPAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) TERHADAP UNSUR KEBUDAYAAN AGAMA, BAHASA, DAN KESENIAN DI PROVINSI RIAU” (STUDI LITERATUR) Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Anniversary Management13 UIN Sultan Syarif Kasim Riau Disusun oleh: Muhammad Ilham/ 0030 Guru Pembimbing: Ira Pitriawati, STP, MM/ 14 0681 026
38

Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

Jan 11, 2017

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

1

“DAMPAK PENERAPAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) TERHADAP UNSUR KEBUDAYAAN AGAMA,

BAHASA, DAN KESENIAN DI PROVINSI RIAU”(STUDI LITERATUR)

Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Anniversary Management13

UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Disusun oleh:

Muhammad Ilham/ 0030

Guru Pembimbing:Ira Pitriawati, STP, MM/ 14 0681 026

SMK SULTHAN MUAZZAM SYAH KOTA PEKANBARU

2016

Page 2: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Riau adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah

pulau Sumatra. Lebih tepatnya, Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur

pulau Sumatra, yaitu di sepanjang pesisir Selat Malaka. Hingga tahun 2004,

Provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, yang terletak di sebelah selatan

Singapura. Kepulauan ini di mekarkan menjadi Provinsi sendiri pada Juli 2004.

Ibu kota dan kota terbesar Provinsi Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya

antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagan Siapiapi, Bengkalis, Bangkinang, dan

Rengat. Riau saat ini merupakan salah satu Provinsi terkaya di Indonesia, dan

sumber dayanya di dominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam,

karet, kelapa sawit, dan perkebunan serat.

Penduduk Provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Suku

Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi (37,74%) dari seluruh

penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir Rokan Hilir, Dumai,

Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Indragiri Hulu, dan

Indragiri Hilir. Suku bangsa lainnya yang ada di Provinsi Riau yaitu Jawa

(25,05%), Minangkabau (11,26&), Batak (7,31%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis

(2,27%). Ada juga masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau, terutama

yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan Indragiri

Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai

suku Melayu dari pada sebagai suku Minangkabau ataupun Batak. Selain itu di

Provinsi Riau masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di

pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang

Mamak, dan Suku Laut. (Wikipedia, 2012). Untuk lebih jelasnya, suku-suku yang

ada di Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 1.

Komposisi penduduk Provinsi Riau terdiri dari masyarakat yang sangat

heterogen dengan beragam etnis, suku, status sosial, agama, budaya, dan bahasa.

Meskipun demikian , budaya melayu sebagai budaya asli penduduk Provinsi Riau

masih tetap eksis dan dipertahankan, misalnya melalui seni tari, pantun, sastra,

1

Page 3: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

3

kuliner, pakaian, upacara adat, upacara perkawinan, bangunan rumah adat, dan

tata karma kehidupan masyarakat.

Tabel 1. Jumlah Suku Bangsa yang ada di Provinsi Riau

Suku Bangsa Jumlah (Dalam Persentase)

Suku Melayu 37,74%

Suku Jawa 25,05%

Suku Minangkabau 11,26%

Suku Batak 7,31%

Suku Tionghoa 3,72%

Suku Bugis 2,27%

Suku Asli Mayarakat Riau (Suku Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut)

12,65%

Sumber: Wikipedia, 2012

Komitmen untuk tetap mempertahankan dan melestarikan budaya melayu

ini dinyatakan secara tegas dalam visi Riau 2020 yang berbunyi “Terwujudnya

Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan melayu dalam

lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia

Tenggara tahun 2020”.

Kita ketahui bahwa masyarakat Riau di masa lampau bahkan sampai saat

ini adalah masyarakat yang bersifat akomodatif, bersahabat, welcome terhadap

kaum perantau yang datang membawa agama dan budaya baru, baik dari dalam

maupun luar negeri (Riau.Kemenag, 2006).

Riau, sebagai salah satu kawasan yang terdekat dengan negara ASEAN

seperti Malaysia dan Singapura, menjadi salah satu tujuan utama untuk

penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sehingga, pemerintah maupun

masyarakat harus aktif untuk memperkenalkan keberagaman sosial budaya

tersebut pada era MEA yang sedang berlangsung saat ini. MEA memiliki arti

sebagai sebuah masyarakat yang saling berintegrasi satu sama lain dalam lingkup

kawasan ASEAN, dimana adanya perdagangan bebas antara negara-negara Asia

Tenggara yang telah disepakati oleh pemimpin-pemimpin negara anggota

ASEAN untuk mengubah kawasan ASEAN menjadi kawasan yang lebih stabil,

makmur dan kompetitif dalam pembangunan (id.wikipedia, 2016).

Page 4: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

4

Dalam menghadapi era MEA pada saat ini, masyarakat Provinsi Riau

harus siap bersiang dan harus lebih memahami kebudayaan daerah, sebab MEA

memiliki tiga komunitas, salah satunya ASEAN Sosio-Cultural Community

(ASCC). Dengan adanya Komunitas Sosial Budaya ASEAN ini, semua negara

Asia Tenggara berlomba-lomba untuk memperkenalkan kebudayaan mereka.

Sebab, Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community)

salah satu pilar yang ingin dibangun oleh ASEAN dalam rangka mendukung

terbentuknya komunitas ASEAN di tahun 2015 lalu, seiring dengan dua pilar

utama lainya, yaitu ASEAN Security Community dan ASEAN Economic

Community.

Salah satu sasaran yang ingin di capai dalam pilar ASCC adalah untuk

memperkokoh rasa kekitaan (sense of we-ness/we feeling) dan solidaritas sesama

warga ASEAN. Membangun rasa kekitaan dan solidaritas bukan berarti

menghilangkan karakteristik spesifik pada masing-masing negara, namun lebih

kepada keinginan untuk memperkuat rasa kebersamaan, persaudaraan serta rasa

saling peduli dan saling memiliki terhadap komunitas yang sedang di bangun

(Geografi for Education, 2014).

Dengan adanya rasa solidaritas yang kuat, diharapkan masyarakat

ASEAN dapat saling mendukung dalam mengatasi masalah kemiskinan,

kesetaraan dan pembangunan sumber daya manusia yang lebih baik. Selain itu

untuk mendukung dalam meminimalisir dampak sosial dari integrasi ekonomi

dengan cara membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Di samping itu,

masyarakat Provinsi Riau juga harus dapat memilih dan menerima kebudayaan

asing yang masuk di tengah-tengah masyarakat. Sebab tidak semua kebudayaan

asing yang masuk itu sesuai dengan norma dan adat-istiadat yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1 Bagaimana dampak MEA pada bidang agama di Provinsi Riau?

2 Bagaimana dampak MEA pada bidang bahasa di Provinsi Riau?

3 Bagaimana dampak MEA pada bidang kesenian di Provinsi Riau?

Page 5: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

5

1.3 Batasan Masalah

Karena cangkupan pembahasan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) di bidang sosial dan budaya yang sangat luas, maka saya batasi

pembahasan ini pada bidang agama, bahasa, dan kesenian pada kawasan

Provinsi Riau.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini dilakukan untuk memberi informasi dan pengetahuan

yang lebih luas kepada remaja-remaja dan semua orang mengenai Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA), khususnya bidang agama, bahasa, dan kesenian di

kawasan Provinsi Riau yang memiliki masyarakat sosial yang beragam dan

budaya yang harus di jaga dan di lestarikan.

1.5 Metode Penulisan

Penulisan Karya Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif. Untuk

mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis melakukan teknik

studi literatur. Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih luas lagi,

penulis melakukan pencarian melalui media elektronik, seperti, internet dan

media cetak seperti Koran.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

a. Bagian Awal

1. Halaman Judul

Ditulis sesuai dengan cover depan sesuai aturan yang telah

ditentukan.

2. Lembar Pernyataan

3. Lembar Pengesahan

4. Kata Pengantar

5. Halaman Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar.

6. Abstraksi

b. Bagian Inti

Page 6: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

6

1. Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub pokok

bab yang meliputi:

i. Latar Belakang Masalah

ii. Rumusan Masalah

iii. Batasan Masalah

iv. Tujuan Penulisan

v. Metode Penulisan

vi. Sistematika Penulisan

2. Tinjauan Pustaka

3. Metode Penulisan

4. Analisis Data dan Pembahasan

5. Kesimpulan dan Saran

c. Bagian Akhir

1. Daftar Pustaka

2. Daftar Riwayat Hidup

Page 7: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Association South East Asia Nation (ASEAN)

ASEAN (Association South East Asia Nation) merupakan Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Latar belakang berdirinya ASEAN yaitu karena

adanya persamaan nasib negara-negara Asia Tenggara yang sama-sama

mengalami penjajahan oleh bangsa asing (kecuali Thailand), adanya persamaan

keadaan alam dan geografis serta persamaan budaya.

ASEAN sendiri berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok,

Thailand. Melalui Deklarasi Bangkok terbentuklah organisasi ASEAN. Deklarasi

Bangkok ini di tanda tangani oleh 5 kepala Negara Asia Tenggara yaitu, Adam

Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), S.Rajaratnam (Singapura),

Thanat Khoman (Thailand) dan Narciso Ramos(Philiphina), maka ke-5 kepala

Negara ini di sebut sebagai tokoh pendiri ASEAN.

Pada awal berdirinya organisasi ini, ASEAN memiliki 5 anggota Asia

Tenggara, namun pada saat ini ASEAN memiliki 10 anggota Negara Asia

Tenggara yaitu: Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philiphina

(pendiri ASEAN), Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 7 Januari 1984,

Vietnam bergabung pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar bergabung

pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja bergabung pada tanggal 16 Desember

1998. Bisa di katakan hampir semua Negara Asia Tenggara kecuali Timor Leste

dan Papua Nugini (id.wikipedia, 2013).

Sebagai sebuah organisasi regional, ASEAN juga memiliki tujuan.

Tujuan ASEAN tercantum dalam Deklarasi Bangkok, beberapa tujuan ASEAN

yaitu:

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan

perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas ekonomi.

3. Memelihara kerja sama yang erat dengan organisasi regional dan

internasional lainnya.

4. Meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, dan

pendidikan.

6

Page 8: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

8

5. Kerja sama untuk memajukan pendidikan dan pelatihan di Asia Tenggara.

2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Untuk mencapai harapan dan tujuan ASEAN dalam segala bidang, maka

ASEAN membentuk ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebuah

integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-

negara ASEAN. Seluruh anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini.

MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.

Latar belakang terbentuknya MEA berawal pada KTT ASEAN di Kuala

Lumpur pada Desember 1997, pada saat itu para pemimpin memutuskan untuk

mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil,makmur dan kompetitif dengan

perkembangan ekonomi yang adil dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

sosial.

Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin negara ASEAN

menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan

dari integrasi ekonomi regional pada Tahun 2020, ASEAN Security Community

(ASC) dan ASEAN Sosio-Cultural Community (ASCC) merupakan dua pilar yang

tidak terpisahkan dari komunitas ASEAN. Selanjutnya pertemuan Menteri

Ekonomi ASEAN yang di selenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala

Lumpur, Malaysia sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.

Dilanjutkan pada KTT ASEAN ke-12, Januari 2007, para pemimpin

Negara menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat

pembentukan Komunitas ASEAN pada Tahun 2015 yang di usulkan di ASEAN

Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang

percepatan pembentukan komunitas ASEAN pada Tahun 2015 secara khusus,

para pemimpin Negara sepakat untuk mempercepat pembentukan komunitas

Ekonomi ASEAN pada Tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi

daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil,

dan aliran modal yang lebih bebas (id.wikipedia,2016).

Page 9: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

9

Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):

1 Pasar dan basis produksi tunggal.

2 Kawasan ekonomi yang kompetitif.

3 Daerah integrasi dalam ekonomi global.

2.3 Sosial Budaya

2.3.1 Sosial

Kata sosial berasal dari bahasa latin “socius” yang berarti segala

sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama.

Dalam kehidupan masyarakat kata sosial sering di kaitkan dengan hal-hal

yang berhubungan dengan manusia dalam bermasyarakat. Dengan

demikian, sering terjadi pada masyarakat penggolongan kelompok-

kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok sosial memiliki

pengertian yaitu suatu kumpulan manusia yang memilki kesadaran

bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi (Wikipedia, 2012).

Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok

yang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-

perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Suatu aspek yang

menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya

mengendalikan anggota-anggotanya.

Kelompok sosial pasti mengalami perkembangan dan perubahan.

Untuk meneliti gejala tersebut, perlu di telaah lebih lanjut perihal

dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial sifatnya

lebih stabil dari pada kelompok-kelompok sosial lain nya, atau dengan

kata lain, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang

mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami

perubahan-perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari

luar. Akan tetapi, pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan

sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam

kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Keadaan yang tidak stabil

dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antar individu dalam

kelompok atau karena adanya konflik antar bagian kelompok tersebut

Page 10: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

10

sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di

dalam kelompok itu sendiri (Soekanto dan Sulistyowati, 2014).

2.3.2 Budaya

Menurut asal katanya, kebudayaan berasal dari kata

sansekerta;”buddayah” ,yaitu jamak dari” buddhi” yang berarti budi atau

akal dan “daya” yang berarti kekuatan. Dengan demikian, kebudayaan

dapat di artikan hasil kerja sama antara akal dengan kekuatan

(Koentjoroningrat dalam Digdoyo 2015).

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah

budaya atau kebudayaan. Istilah ini dinyatakan untuk beberapa maksud

misalnya, tentang kesenian, adat-istiadat atau juga peninggalan bangunan

dan barang-barang kuno. Tidak jarang media massa ikut mempopulerkan

istilah budaya ini untuk maksud yang terbatas. Misalnya, ada pertunjukan

tarian dari daerah Riau, maka sering disebutkan sebagai kebudayaan

Riau. Ini merupakan penyempitan makna.

Secara lebih luas, arti budaya merupakan keseluruhan

pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya

adalah perangkat-perangkat model pengetahuan yang secara selektif

dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan

yang dihadapi serta untuk mendorong menciptakan tindakan-tindakan

yang diperlukannya. Dalam pengertian ini, budaya adalah suatu pedoman

atau pegangan yang digunakan untuk mengadaptasikan dirinya dalam

menghadapi lingkungan alam, sosial dan budaya agar mereka dapat

melangsungkan kehidupannya. Manusia berusaha memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu,

budaya sering dinamakan disain atau pedoman menyeluruh dalam

kehidupan.

Ada pendapat yang mengatakan budaya itu mencakup ruang

lingkup yang amat luas. Menurut kenyataan memang ada benarnya

adanya ruang lingkup budaya sama dengan pergaulan hidup manusia,

sebab pergaulan hidup manusia senantiasa menghasilkan budaya.

Page 11: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

11

Gambar 1. Hakikat Kebudayaan

Sumber: Digdoyo, 2015

Sebaliknya, budaya itu sendiri juga merupakan sarana untuk

memenuhi pergaulan hidup manusia. Merujuk pada uraian diatas, dapat

disimpulkan seperti berikut,

a. Budaya dengan nilai-nilai dan kaedah-kaedah (norma-norma)

memenuhi kebutuhan manusia akan pergaulan hidup yang tentram

dan tertib.

b. Budaya memenuhi kebutuhan manusia agar terlindung dari

tantangan alam sekitar dengan hasil karya yang merupakan budaya

budaya materi (kebendaan)

c. Budaya merupakan wadah serta tempat menyalurkan kepandaian,

kemampuan spiritual dan perasaan (Digdoyo, 2015).

Menurut Koentjaraningrat dalam Digdoyo, 2015, setiap

kebudayaan memiliki unsur-unsur, baik kebudayaan daerah maupun

kebudayaan-kebudayaan negara lainnya. C. Klukchon dalam buku

karangannya yang berjudul “Universal Categories of Culture” (1958)

mengemukakan adanya unsur-unsur kebudayaan universal. Artinya,

unsur-unsur itu dapat di temukan di seluruh dunia, baik pada kelompok-

kelompok masyarakat yang tradisional sampai dengan masyarakat

modern, atau pada masyarakat yang hidup pada zaman pra sejarah

sampai dengan zaman sekarang. Unsur-unsur itu merupakan bagian dari

sistem sosial budaya yang terdiri atas berikut ini:

Budaya

Pemenuhan kebutuhan

Sumber daya/manusiaenergi lingkungan

Page 12: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

12

1. Sistem agama, kepercayaan atau religi

Setiap manusia yang hidup pasti mengetahui apa itu

agama atau Kepercayaan. Secara sederhana agama merupakan

pegangan hidup agar tidak menyimpang. Tapi bagi orang-orang

yang beraliran komunis-atheis mungkin agama hanya merupakan

candu yang tidak membawa dalam kemajuan atau kehidupan

yang sempurna.

Menurut Anthony F.C. dalam buku Antorpologi, William

A Haviland mendefinisikan agama sebagai seperangkat upacara,

yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakan kekuatan-

kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk

menghindari sesuatu perubahan keadaan pada manusia atau alam.

Definisi ini mengandung suatu pengakuan bahwa, kalau tidak

dapat mengatasi masalah serius yang menimbulkan kegelisahan

mereka, manusia berusaha mengatasinya dengan memanipulasi

makhluk dan kekuatan supernatural.

2. Sistem kemasyarakatan

Keluarga

Keluarga adalah bentuk masyarakat yang terkecil dan

biasanya akan terbentuk kekerabatan. Kekerabatan terbentuk

karena dua sebab pokok, yaitu hubungan darah dan

perkawinan.

Aturan mengenai perkawinan

Haviland (1995:77) mendefinisikan perkawinan adalah

suatu transaksi atau kontrak yang sah dan resmi antara

seorang wanita dan pria yang menggunakan hak mereka

yang tetap untuk berhubungan seks satu sama lain, dan yang

menegaskan bahwa wanita yang bersangkutan sudah

memenuhi syarat untuk melahirkan anak.

Organisasi

Dalam organisasi yang dibahas antara lain sebagai

kesatuan hidup setempat, Asosiasi atau perkumpulan-

Page 13: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

13

perkumpulan dan sistem kenegaraan. Kesatuan hidup

setempat dinamakan juga komunitas, yaitu kelompok

masyarakat yang tidak dihitung menurut garis kekerabatan

tertentu, tetapi menurut tempat tinggal.

3. Sistem mata pencaharian hidup

Sistem mata pencaharian hidup disebut juga sistem

ekonomi. Sistem ini terbagi atas beberapa bentuk berikut,

diantaranya berburu dan meramu, menangkap ikan, bercocok

tanam di ladang, becocok tanam menetap, peternakan,

perdagangan, dan bidang jasa.

4. Peralatan dan perlengkapan hidup/ teknologi

Peralatan dan perlengkapan hidup merupakan sarana

penunjang hidup manusia agar hidup lebih mudah. Sejak zaman

berburu dan mengumpulkan makanan dari alam (hunting and

food gathering), manusia sudah membutuhkan alat-alat berbagai

pembantu kaki dan tangan manusia.

5. Bahasa

Bahasa merupakan alat penyampai baik lisan, tulisan

maupun lambang-lambang tertentu. Semua manusia normal

dapat berbicara, dan di berbagai masyarakat mereka mungkin

menghabiskan waktu untuk berbicara. Eksistensi bahasa sangat

perlu bagi kehidupan kita, karena segala sesuatu yang kita

pikirkan akan dapat dikomunikasikan melalui bahasa. Bahasa

adalah suatu sistem bunyi, yang jika kalau di gabungkan melalui

aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh

semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.

6. Kesenian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni adalah

kemampuan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai

tinggi. Dengan demikian, seni adalah suatu hasil karya manusia

yang mempunyai keindahan dan dan dapat dinikmti serta

dirasakan oleh manusia.

Page 14: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

14

7. Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan merupakan unsur yang berhubungan

dengan unsur-unsur yang lain. Misalnya pengetahuan tentang

alam sekitar tidak akan lepasdari sistem mata pencaharian,

sistem kepercayaan, bahkan juga kesenian.

Berdasarkan beberapa unsur kebudayaan yang sudah dijelaskan di

atas, Provinsi Riau memiliki unsur-unsur kebudayaan yang beraneka

ragam. Kebudayaan masyarakat daerah Riau sangat menjaga nilai-nilai

tradisi kebudayaan melayu di Indonesia. Adat istiadat yang berasal dari

kebudayaan Riau bisa berkembang dengan baik dengan ciri khas melayu.

Adat melayu inilah yang mengatur hampir semua kegiatan dan tingkah

laku masyarakat Riau dengan bersendikan syari’at islam.

Kebudayaan masyarakat Riau sangat beragam dan juga perlu

untuk kita pelajari. Berikut beberapa penjelasan mengenai kebudayaan

masyarakat Riau:

1. Rumah adat Riau

Jenis rumah adat Provinsi Riau cukup beragam, namun

secara umum terdapat 5 macam rumah tradisional yang berasal

dari Riau diantaranya, Rumah Melayu Atap Limas, Rumah Melayu

Lipat Kajang, Balai Salaso Jatuh, Rumah Adat Selaso Jatuh

Kembar, dan Rumah Melayu Atap Lontik.

2. Pakaian daerah Riau

Bagi kebanyakan orang melayu di Riau, fungsi dari

pakaian selain untuk menutup aurat, melindungi badan dari

teriknya panas serta udara dingin, pakaian daerah Riau juga

memiliki lambing. Lambang-lambang yang terdapat dari pakaian

tersebut memiliki nilai-nilai yang luhur yang dijunjung tinggi

oleh masyarakat melayu Riau.

3. Seni dan Budaya Riau

Hampir semua seni dan kebudayaan daerah Riau

melupakan kebudayaan melayu. Bentuk seni dan budaya yang

berkembang di Riau terdiri dari beragam budaya yang di bedakan

Page 15: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

15

dari faktor sosiologinya. Kesenian melayu Riau adalah sebagai

salah satu produk kebudayaan yang ada di daerah Riau. Di

Provinsi Riau ada beberapa bentuk kesenian seperti pertunjukan

seni teater, seni tari music, serta seni sastra. Untuk seni teater

terdapat banyak macamnya seperti teater Bangsawan atau

masyarakat Riau lebih mengenalnya dengan Wayang Parsi,

Berdah, Mendu, Nandai, Randai Kuantan, Surat Kapal, Berbalas

Pantun, Dul Muluk, Nandung, Mak Yong, dan Mamanda.

Page 16: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

16

III. METODE PENULISAN

Penulisan Karya Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif analisis.

Menurut Faizah, 2011, deskriptif yaitu karangan ilmiah yang menggambarkan

bentuk objek pengamatan, sifat, rasa, atau coraknya dengan mengandalkan panca

indera dalam proses penguraiannya. Untuk mendapatkan data dan informasi yang

di perlukan, penulis melakukan teknik studi pustaka atau telaah pustaka. Untuk

mendapatkan data dan informasi yang lebih luas lagi, penulis melakukan

pencarian melalui media elektronik seperti, internet dan media cetak seperti

Koran.

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan pada tanggal 23 April 2016

sampai dengan tanggal 9 Mei 2016, di SMK Sulthan Muazzam Syah, Kota

Pekanbaru. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menjelaskan dan

menerangkan dampak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

terhadap sosial budaya di daerah Provinsi Riau.

Page 17: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

17

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pengaruh budaya asing pada era MEA lebih terasa, karena negara-negara

Asia Tenggara akan berlomba untuk memperkenalkan kebudayaannya ke negara-

negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu, Pemerintah maupun masyarakat

Riau harus siap dalam menghadapi era MEA ini. Jika tidak kebudayaan lokal

akan tergerus oleh kebudayan-kebudayaan asing.

Selain itu, adanya MEA akan berdampak langsung terhadap kondisi

sosial dan kebudayaan melayu masyarakat Riau, ini dikarenakan adanya ASEAN

Sosio-Cultural Community (ASCC) yang memungkinkan adanya pertukaran

kebudayaan antar negara ASEAN. Dengan demikian, pemerintah Provinsi Riau

mengeluarkan kebijakan untuk menghadapi MEA di bidang sosial budaya.

Di kutip dari Bisnis.com, Plt.gubernur Riau mengatakan “untuk

menghadapi

MEA 2016, sektor unggulan yang perlu digarap adalah pariwisata berbasis

budaya.” Kebijakan yang di keluarkan oleh Plt.gubernur Riau tersebut sangatlah

bagus, karena sektor pariwisata berbasis budaya itu memiliki nilai strategis. Hal

itu di karenakan memiliki “multifier effect” yang luas dan bisa menjadi peluang

bagi Riau yang memiliki view dan lokasi wisata yang tidak kalah dengan daerah

lain.

Salah satu pengaruh MEA Adalah adanya kerja sama di bidang sosial

budaya. Kerja sama ini menjadi salah satu tolak ukur untuk meningkatkan

integrasi ASEAN memalui terciptanya “a caring and sharing community” yaitu

sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi.Kerjasama di bidang

sosial-budaya mencakup kerjasama di bidang kepemudaan, perempuan, ilmu

pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana alam,

kesehatan, pembangunan sosial, kemiskinan, dan ketenagakerjaan serta yayasan

ASEAN (Bisnis.com, 2016)

Komunitas sosial-budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community)

salah

satu pilar yang ingin dibangun oleh ASEAN dalam rangka mendukung

terbentuknya komunitas ASEAN di tahun 2015 lalu, seiring dengan dua pilar

16

Page 18: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

18

utama lainya,yaitu ASEAN Security Community dan ASEAN Economic

Community

Penerapan MEA membawa dampak ke dalam semua aspek kebudayaan,

karena setiap negara-negara Asia Tenggara memiliki sosial budaya yang berbeda

khususnya, agama, bahasa, dan kesenian di Provinsi Riau.

Agama adalah kepercayaan yang sudah ada sejak lahir sedangkan bahasa

dan kesenian merupakan ciri khas suatu daerah maupun negara. Oleh karena itu,

ketiga unsur tersebut tidak bisa di ganggu gugat dan di ubah oleh masuknya

kebudayaan asing di era MEA yang sedang berlangsung saat ini.

4.1 Dampak MEA Pada Bidang Agama di Provinsi Riau

Penduduk di Provinsi Riau amat majemuk, ini asset bagi Provinsi Riau

sendiri. Agama yang dianut penduduk Riau sangat beragam. Mengacu data

Departemen Agama Kantor Wilayah Riau pada tahun 2010, agama Islam dianut

oleh (4.907.218) jiwa, Kristen Protestan (313.660), Kristen Khatolik (125.561),

Hindu (21.837), Buddha (150.759), Khonghocu (725) jiwa dan aliran

kepercayaan lainnya (434) jiwa. Selain itu terdapat (11.482) rumah ibadah

muslim di Provinsi Riau, (1.194) rumah ibadah umat Kristen Protestan, (246)

rumah ibadah Khatolik, (8) rumah ibadah agama Hindu dan sekitar (340) rumah

ibadah agama Buddha (KEMENAG Riau, 2010). Untuk lebih jelasnya, jumlah

penganut agama di Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penganut Agama di Provinsi Riau pada Tahun 2010

Agama Jumlah (dalam jiwa)Islam 4.907.218

Kristen Protestan 313.660

Kristen Katholik 125.561Hindu 21.837

Buddha 150.759Khonghocu 725

Aliran Kepercayaan 434

Sumber: KEMENAG Riau, 2010

Namun sebenarnya yang di katakan kepercayaan dalam masyarakat

melayu itu bukan hanya dalam kepercayaan lama saja yang menjadi peninggalan

Page 19: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

19

masa lampau seperti, Animisme, tapi juga kepercayaan yang datang setelahnya,

seperti kepercayaan agama-agama Hindu, Buddha dan Islam sendiri. Islam yang

datang terakhir mengakomodir semua unsur kebudayaan tersebut secara

perlahan, serta melakukan penelusuran terhadap hal-hal yang bertentangan

dengan Islam.

Masih ada beberapa suku di Provinsi Riau yang masih menganut

kepercayaan Animisme maupun Dinamisme, seperti Suku Laut yang masih

percaya akan kekuatan gaib, yang antara lain bersumber pada benda-benda

seperti batu, keris, dan sebagainya. Dan juga suku Laut juga percaya benda-

benda yang bersumber pada manusia.

Mayoritas Masyarakat Provinsi Riau merupakan muslim dan kebudayaan

melayunya juga mengandung nilai-nilai Islam dengan adat-istiadat nya yang di

dasari oleh hukum-hukum Islam yang berlaku. Selain kebudayaan melayu juga

merupakan budaya yang di bangun atas nilai-nilai ke-melayuan yang bersumber

dari nilai-nilai atau ajaran Islam. Karena itu, budaya melayu identik dengan

Islam.Bagi masyarakat Riau, nilai-nilai ke-melayuan yang mereka pegang

tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar, langsung maupun tidak langsung,

sesungguhnya telah mereka jalankan selama puluhan bahkan ratusan tahun silam,

jauh sebelum dicanangkan visi Riau 2020.

Visi Riau 2020 secara eksplisit ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Provinsi

Riau No.36 tahun 2001 yakni, “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat

perekonomian dan kebudayaan melayu di Asia Tenggara tahun 2020 dalam

lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin.”(Hallo Riau,

2016)

Makna dari pernyataan tersebut menegaskan bahwa apapun tujuan yang

ingin dicapai , betapa pun tinggi dan luasnya cita-cita tersebut, haruslah tetap

berjalan dalam koridor Islam. Terkandung juga makna bahwa betapa pun hebat,

megah dan gemerlapnya pembangun fisik-material yang dicapai oleh suatu

bangsa, tidak akan ada nilainya kalau masyarakat jauh dari agama.

Pada era MEA saat ini, masyarakat Riau harus berpegang teguh terhadap

agama yang ia anut. Sebab pada era MEA ini akan banyak pendatang asing

Page 20: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

20

yang akan datang ke Provinsi Riau dengan membawa kebudayaan mereka

sendiri. Kita semua tahu bahwa negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand,

Myanmar, Laos, Kamboja dan Vietnam merupakan negara-negara yang

penduduknya mayoritas beragama Buddha dan dengan demikian kebudayaan

mereka juga mengandung unsur-unsur agama Budha.

Dengan adanya MEA, ini merupakan peluang kita sebagai masyarakat

Riau untuk memperkenalkan kebudayaan melayu ke kawasan Asia Tenggara

dan juga peluang bagi negara Asia Tenggara lainnya untuk memperkenalkan

kebudayaan mereka ke Provinsi Riau. Jika penduduk negara-negara yang

mayoritas beragama Buddha seperti Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja dan

Vietnam datang ke Provinsi Riau dengan membawa kebudayaan mereka, Kita

harus menghargai dan juga dapat membedakan kebudayaan mana yang baik

maupun buruk yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai

dengan adat-istiadat dan hukum Islam yang berlaku.

Mengenai kebudayaan, bangsa-bangsa mana yang lebih tinggi, tidak

ada

perbedaan dalam Islam. Bagi Islam ketinggian ini hanya ditentukan di dalam

takwanya sebagai tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an yang

artinya “wahai manusia, sesungguhnya kami menjadikan kamu laki-laki dan

perempuan. Dan kami menjadikan kamu bergolong-golong (bersuku-suku) agar

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara

kamu ialah yang paling taqwa kepada Tuhan” (Q.S Hujurat: 13) (Prasetya,

2011).

Agama dapat mempengaruhi terhadap suatu kebudayaan, salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kebudayaan yaitu melalui proses akulturasi.

Akulturasi dalam lapangan agama dapat mempengaruhi isi iman dan budi yang

tinggi. Akulturasi dalam lapangan agama tersebut di namai “syncrotisme”

(perpaduan antara 2 kepercayaan). Misalnya agama di pulau Jawa terdiri dari

agama Islam bercampur dengan agama Buddha.

Menurut Prof. Koesoemadi. SH, pengaruh kebudayaan Hindu terhadap

kebudayaan Indionesia itu bersifat “ penetration pasifique el suggestive”.

Artinya bersifat damai dan mendorong. Sebab datangnya kebudayaan Hindu

Page 21: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

21

bersifat menguatkan dan meninggikan kebudayaan Indonesia kuno dengan tiada

melepaskan kepribadian dan setelah kebudayaan Hindu hilang, kebudayaan

Indonesia tetap kaya dan tetap tinggal dalam kepribadiannya (Prasetya, 2011).

4.2 Pengaruh MEA Pada Bidang Bahasa di Provinsi Riau

Bahasa merupakan alat pemersatu bangsa dan bahasa juga merupak ciri

khas

suatu bangsa. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda. Indonesia

merupakan negara yang memiliki banyak bahasa dengan dialek yang berbeda-

beda, Setiap daerah di Indonesia memiliki bahasa yang berbeda-beda juga, di

Provinsi Riau umumnya menggunakan bahasa melayu karena Provinsi Riau

merupakan negeri pusat perkembangan budaya dan sastra melayu. Mayoritas

masyarakat Riau berbahasa melayu, walaupun ada bahasa-bahasa lainya yang

digunakan seperti bahasa Minang, Batak, Jawa, dan lain-lain.

Pada era MEA saat ini, bahasa merupakan salah satu hal yang harus di

perhatikan pada era MEA ini. Sebab, negara-negara Asia Tenggara memiliki

bahasa yang berbeda-beda dan ini bisa menjadi hambatan dalam berlangsungnya

MEA. Dengan demikian harus ada bahasa pemersatu bagi negara-negara Asia

Tenggara, bahasa pemersatu tersebut harus lah bahasa yang mudah di pelajari

dan dimengerti bagi masyarakat ASEAN.

Pada saat ini, bahasa Indonesia sedang di pertimbangkan untuk menjadi

bahasa alternatif pemersatu ASEAN. Sebab Bahasa Indonesia pada dasarnya

merupakan bahasa melayu yang banyak digunakan oleh masyarakat, bukan saja

masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-

hari, tetapi negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura,

Brunei dan sebagian masyarakat Philipina juga menggunakan bahasa melayu

sebagai bahasa sehari-hari.

Bahasa Indonesia bisa saja menjadi bahasa resmi ASEAN, sebab lebih

dari

200 juta jiwa rakyat Indonesia di tambah penduduk negara-negara Malaysia,

Brunei dan sebagian rakyat Singapura dan Philipina yang merupakan rumpun

melayu dan berbahasa melayu, ini bisa menjadi salah satu alasan untuk

Page 22: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

22

menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN dan bahasa yang

digunakan dalam MEA.

Dengan adanya hal ini masyarakat Provinsi Riau harus berbangga.

Sebab

bahasa Indonesia pada dasarnya berasal dari bahasa melayu Riau. Ini di buktikan

dengan adanya rencana pembangunan sebuah monument bahasa yang

dicanangkan oleh mantan Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal pada tahun 2009

silam. Beliau mengatakan bahwa “Riau mempunyai sumbangsih yang sangat

besar bagi Indonesia, antara lain bahwa bahasa Indonesia adalah berasal dari

bahasa melayu Riau. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk membangun

sebuah monument bahasa agar hal itu tidak dilupakan oleh masyaraat kita,

terutama para generasi muda” (Riau info, 2009).

4.3 Pengaruh MEA Pada Bidang Kesenian di Provinsi Riau

Riau sejak dahulu sudah menjadi daerah lalu lintas perdagangan negara-

negara tetangga, sehingga Riau melahirkan sosok dan warna budaya yang

beragam. Hal ini merupakan beban, sekaligus berkah histori geografis. Riau

seakan-akan merupakan ladang perhimpunan berbagai potensi kesenian, yang di

dalamnya terdapat pengaruh kebudayaan negara-negara tetangga dan kebudayaan

daerah Indonesia lainnya.

Kesenian melayu Riau sangat beragam, karena kelompok-kelompok kecil

yang ada dalam masyarakat juga berkembang. Perbedaan antara Riau Kepulauan

dan Riau daratan menunjukan keanekaragaman kesenian di Riau. Hal ini

sekaligus sebagai cirri khas melayu Riau, karena ini pembauran kelompok-

kelompok itu terhadap pandangan tentang kesenian Riau terbentuk.

Kenyataan menunjukan, kesenian di Riau dan kesenian di negara-negara

berkebudayaan melayu seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam

saling mengisi dan saling mempengaruhi. Kebudayaan yang datang dari luar

Indonesia seperti India (Hindu-Buddha), Arab (Islam), Cina dan Siam juga turut

mempengaruhi. Kelenturan kebudayaan melayu tersebut sejalan dengan

perkembangan sejarah dan letak geografis Riau, sehingga menjadikan Riau

sangat kaya dengan ragam ekspresi kesenian.

Page 23: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

23

Salah satu kesenian Riau adalah Teater. Teater merupakan sebuah karya

seni

yang kompleks, karena di dalamnya juga terdapat unsur-unsur kesenian lain. Di

beberapa desa dan kota di Riau masih di jumpai jenis-jenis teater klasik. Bentuk

kesenian ini semakin berkembang dan kokoh setelah memasuki istana negara,

sehingga bentuknya kemudian menunjukan cirri-ciri istana yang berbeda dengan

wujud awalnya sebagai kesenian rakyat.

Hasil kesenian Riau yang perlu di catat masih banyak, diantaranya adalah

seni bangunan dan seni kerajinan. Kedua seni ini juga menunjukan ciri khas

Riau. Kerajinan tenun kain, anyaman, sulaman, tekat, renda, hiasan tudung saji,

terandak, dan lainnya berkembang dengan baik (MelayuOnline, 2009)

Dengan adanya MEA, kesenian Riau pasti akan lebih di kenal oleh

negara-negara ASEAN lainnya. Sebab sebelum adanya MEA ini, kesenian Riau

telah lebih dulu di kenal oleh negara-negara tetangga. Misalnya, alat musik

Akordeon yang berasal dari Riau ini, telah di kenal di negara tetangga seperti

Malaysia. Bahkan alat musik Akordeon ini juga digunakan dalam acara-acara

musik melayu di negara Malaysia.

Tetapi, MEA ini juga bisa membawa dampak buruk bagi kesenian-

kesenian daerah Indonesia. Sebab jika kita tidak menjaga dan melestarikan

kesenian daerah, bisa saja negara-negara Asia Tenggara lainnya mengklaim

kesenian-kesenian Indonesia sebagai kesenian mereka. Contohnya saja ketika

Malaysia Mengklaim Wayang Kulit sebagai kesenian yang berasal dari negara

mereka beberapa tahun yang lalu. Permasalahan itu bisa saja terulang lagi disaat

ini, sebab di era MEA ini semua negara ASEAN bebas untuk melakukan

perdagangan serta melakukan penyebaran kebudayaannya ke negara-negara Asia

Tenggara lainnya. Oleh karena itu, kita semua harus menjaga dan melestarikan

kesenian daerah agar negara lain tidak mengklaim kesenian kita sebagai milik

mereka.

Page 24: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

24

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Secara Geografis, Provinsi Riau merupakan daerah yang terbuka terhadap

berbagai pengaruh dan menerima keadaan sebagai tempat terkumpulnya potensi

bermacam-macam kebudayaan yang di karenakan, Provinsi Riau bertetangga

langsung terhadap negara Malaysia dan Singapura. Kebudayaan melayu Riau

merupakan Kebudayaan yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku

manusia yang berdasarkan terhadap hokum dan syari’at islam.

Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini, jangan sampai

kebudayaan melayu Riau tenggelam di negeri sendiri. Kebudayaa melayu Riau

harus bangkit dan bisa bersaing dengan kebudayaan-kebudayaan asing lainnya.

Peran masyarakat juga di butuhkan dalam menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA), karena masyarakat akan merasakan langsung efek dari

adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini.

6.1 Saran

Sebagai masyarakat Riau kita harus bangga terhadap sosial budaya yang

kita miliki, Sebab Riau memiliki kebudayaan melayu yang murni dan tidak di

miliki oleh daerah lainnya di Indonesia maupun Asia Tenggara. Pada era

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini apapun bisa terjadi termasuk bisa

mempengaruhi terhadap sosial budaya kita, baik itu pengaruh positf maupun

pengaruh negative.

Berikut saran-saran penulis untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) pada bidang sosial budaya Provinsi Riau:

1. Jika kebudayaan melayu Riau ingin dikenal seluruh masyarakat Asia

Tenggara, penulis harap semua elemen pemerintah dan masyarakat bisa

bekerja sama dalam mempromosikan kebudayaan melayu Riau.

2. Jika ada kebudayaan asing yang masuk ke tengah-tengah masyarakat,

penulis harap kita bisa menghargai kebudayaan tersebut dan kita juga bisa

gunakan kebudayaan tersebut dalam kehidupan sehari selagi kebudayaan

tersebut tidak melanggar syari’at agama dan adat-istiadat yang berlaku.

Page 25: Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)

25