1 “DAMPAK PENERAPAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) TERHADAP UNSUR KEBUDAYAAN AGAMA, BAHASA, DAN KESENIAN DI PROVINSI RIAU” (STUDI LITERATUR) Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Anniversary Management13 UIN Sultan Syarif Kasim Riau Disusun oleh: Muhammad Ilham/ 0030 Guru Pembimbing: Ira Pitriawati, STP, MM/ 14 0681 026
38
Embed
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Unsur Kebudayaan Agama, Bahasa, dan Kesenian di Provinsi Riau (Studi Literatur)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
“DAMPAK PENERAPAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) TERHADAP UNSUR KEBUDAYAAN AGAMA,
BAHASA, DAN KESENIAN DI PROVINSI RIAU”(STUDI LITERATUR)
Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Anniversary Management13
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Disusun oleh:
Muhammad Ilham/ 0030
Guru Pembimbing:Ira Pitriawati, STP, MM/ 14 0681 026
SMK SULTHAN MUAZZAM SYAH KOTA PEKANBARU
2016
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Riau adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah
pulau Sumatra. Lebih tepatnya, Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur
pulau Sumatra, yaitu di sepanjang pesisir Selat Malaka. Hingga tahun 2004,
Provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, yang terletak di sebelah selatan
Singapura. Kepulauan ini di mekarkan menjadi Provinsi sendiri pada Juli 2004.
Ibu kota dan kota terbesar Provinsi Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya
antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagan Siapiapi, Bengkalis, Bangkinang, dan
Rengat. Riau saat ini merupakan salah satu Provinsi terkaya di Indonesia, dan
sumber dayanya di dominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam,
karet, kelapa sawit, dan perkebunan serat.
Penduduk Provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Suku
Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi (37,74%) dari seluruh
penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir Rokan Hilir, Dumai,
Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Indragiri Hulu, dan
Indragiri Hilir. Suku bangsa lainnya yang ada di Provinsi Riau yaitu Jawa
(25,05%), Minangkabau (11,26&), Batak (7,31%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis
(2,27%). Ada juga masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau, terutama
yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan Indragiri
Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai
suku Melayu dari pada sebagai suku Minangkabau ataupun Batak. Selain itu di
Provinsi Riau masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di
pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang
Mamak, dan Suku Laut. (Wikipedia, 2012). Untuk lebih jelasnya, suku-suku yang
ada di Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 1.
Komposisi penduduk Provinsi Riau terdiri dari masyarakat yang sangat
heterogen dengan beragam etnis, suku, status sosial, agama, budaya, dan bahasa.
Meskipun demikian , budaya melayu sebagai budaya asli penduduk Provinsi Riau
masih tetap eksis dan dipertahankan, misalnya melalui seni tari, pantun, sastra,
1
3
kuliner, pakaian, upacara adat, upacara perkawinan, bangunan rumah adat, dan
tata karma kehidupan masyarakat.
Tabel 1. Jumlah Suku Bangsa yang ada di Provinsi Riau
Suku Bangsa Jumlah (Dalam Persentase)
Suku Melayu 37,74%
Suku Jawa 25,05%
Suku Minangkabau 11,26%
Suku Batak 7,31%
Suku Tionghoa 3,72%
Suku Bugis 2,27%
Suku Asli Mayarakat Riau (Suku Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut)
12,65%
Sumber: Wikipedia, 2012
Komitmen untuk tetap mempertahankan dan melestarikan budaya melayu
ini dinyatakan secara tegas dalam visi Riau 2020 yang berbunyi “Terwujudnya
Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan melayu dalam
lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia
Tenggara tahun 2020”.
Kita ketahui bahwa masyarakat Riau di masa lampau bahkan sampai saat
ini adalah masyarakat yang bersifat akomodatif, bersahabat, welcome terhadap
kaum perantau yang datang membawa agama dan budaya baru, baik dari dalam
maupun luar negeri (Riau.Kemenag, 2006).
Riau, sebagai salah satu kawasan yang terdekat dengan negara ASEAN
seperti Malaysia dan Singapura, menjadi salah satu tujuan utama untuk
penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sehingga, pemerintah maupun
masyarakat harus aktif untuk memperkenalkan keberagaman sosial budaya
tersebut pada era MEA yang sedang berlangsung saat ini. MEA memiliki arti
sebagai sebuah masyarakat yang saling berintegrasi satu sama lain dalam lingkup
kawasan ASEAN, dimana adanya perdagangan bebas antara negara-negara Asia
Tenggara yang telah disepakati oleh pemimpin-pemimpin negara anggota
ASEAN untuk mengubah kawasan ASEAN menjadi kawasan yang lebih stabil,
makmur dan kompetitif dalam pembangunan (id.wikipedia, 2016).
4
Dalam menghadapi era MEA pada saat ini, masyarakat Provinsi Riau
harus siap bersiang dan harus lebih memahami kebudayaan daerah, sebab MEA
memiliki tiga komunitas, salah satunya ASEAN Sosio-Cultural Community
(ASCC). Dengan adanya Komunitas Sosial Budaya ASEAN ini, semua negara
Asia Tenggara berlomba-lomba untuk memperkenalkan kebudayaan mereka.
Sebab, Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community)
salah satu pilar yang ingin dibangun oleh ASEAN dalam rangka mendukung
terbentuknya komunitas ASEAN di tahun 2015 lalu, seiring dengan dua pilar
utama lainya, yaitu ASEAN Security Community dan ASEAN Economic
Community.
Salah satu sasaran yang ingin di capai dalam pilar ASCC adalah untuk
memperkokoh rasa kekitaan (sense of we-ness/we feeling) dan solidaritas sesama
warga ASEAN. Membangun rasa kekitaan dan solidaritas bukan berarti
menghilangkan karakteristik spesifik pada masing-masing negara, namun lebih
kepada keinginan untuk memperkuat rasa kebersamaan, persaudaraan serta rasa
saling peduli dan saling memiliki terhadap komunitas yang sedang di bangun
(Geografi for Education, 2014).
Dengan adanya rasa solidaritas yang kuat, diharapkan masyarakat
ASEAN dapat saling mendukung dalam mengatasi masalah kemiskinan,
kesetaraan dan pembangunan sumber daya manusia yang lebih baik. Selain itu
untuk mendukung dalam meminimalisir dampak sosial dari integrasi ekonomi
dengan cara membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Di samping itu,
masyarakat Provinsi Riau juga harus dapat memilih dan menerima kebudayaan
asing yang masuk di tengah-tengah masyarakat. Sebab tidak semua kebudayaan
asing yang masuk itu sesuai dengan norma dan adat-istiadat yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1 Bagaimana dampak MEA pada bidang agama di Provinsi Riau?
2 Bagaimana dampak MEA pada bidang bahasa di Provinsi Riau?
3 Bagaimana dampak MEA pada bidang kesenian di Provinsi Riau?
5
1.3 Batasan Masalah
Karena cangkupan pembahasan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) di bidang sosial dan budaya yang sangat luas, maka saya batasi
pembahasan ini pada bidang agama, bahasa, dan kesenian pada kawasan
Provinsi Riau.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini dilakukan untuk memberi informasi dan pengetahuan
yang lebih luas kepada remaja-remaja dan semua orang mengenai Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), khususnya bidang agama, bahasa, dan kesenian di
kawasan Provinsi Riau yang memiliki masyarakat sosial yang beragam dan
budaya yang harus di jaga dan di lestarikan.
1.5 Metode Penulisan
Penulisan Karya Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif. Untuk
mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis melakukan teknik
studi literatur. Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih luas lagi,
penulis melakukan pencarian melalui media elektronik, seperti, internet dan
media cetak seperti Koran.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
a. Bagian Awal
1. Halaman Judul
Ditulis sesuai dengan cover depan sesuai aturan yang telah
ditentukan.
2. Lembar Pernyataan
3. Lembar Pengesahan
4. Kata Pengantar
5. Halaman Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar.
6. Abstraksi
b. Bagian Inti
6
1. Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub pokok
bab yang meliputi:
i. Latar Belakang Masalah
ii. Rumusan Masalah
iii. Batasan Masalah
iv. Tujuan Penulisan
v. Metode Penulisan
vi. Sistematika Penulisan
2. Tinjauan Pustaka
3. Metode Penulisan
4. Analisis Data dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
c. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Daftar Riwayat Hidup
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Association South East Asia Nation (ASEAN)
ASEAN (Association South East Asia Nation) merupakan Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Latar belakang berdirinya ASEAN yaitu karena
adanya persamaan nasib negara-negara Asia Tenggara yang sama-sama
mengalami penjajahan oleh bangsa asing (kecuali Thailand), adanya persamaan
keadaan alam dan geografis serta persamaan budaya.
ASEAN sendiri berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok,
Thailand. Melalui Deklarasi Bangkok terbentuklah organisasi ASEAN. Deklarasi
Bangkok ini di tanda tangani oleh 5 kepala Negara Asia Tenggara yaitu, Adam
Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), S.Rajaratnam (Singapura),
Thanat Khoman (Thailand) dan Narciso Ramos(Philiphina), maka ke-5 kepala
Negara ini di sebut sebagai tokoh pendiri ASEAN.
Pada awal berdirinya organisasi ini, ASEAN memiliki 5 anggota Asia
Tenggara, namun pada saat ini ASEAN memiliki 10 anggota Negara Asia
Tenggara yaitu: Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philiphina
(pendiri ASEAN), Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 7 Januari 1984,
Vietnam bergabung pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar bergabung
pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja bergabung pada tanggal 16 Desember
1998. Bisa di katakan hampir semua Negara Asia Tenggara kecuali Timor Leste
dan Papua Nugini (id.wikipedia, 2013).
Sebagai sebuah organisasi regional, ASEAN juga memiliki tujuan.
Tujuan ASEAN tercantum dalam Deklarasi Bangkok, beberapa tujuan ASEAN
yaitu:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas ekonomi.
3. Memelihara kerja sama yang erat dengan organisasi regional dan
internasional lainnya.
4. Meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, dan
pendidikan.
6
8
5. Kerja sama untuk memajukan pendidikan dan pelatihan di Asia Tenggara.
2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Untuk mencapai harapan dan tujuan ASEAN dalam segala bidang, maka
ASEAN membentuk ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebuah
integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-
negara ASEAN. Seluruh anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini.
MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.
Latar belakang terbentuknya MEA berawal pada KTT ASEAN di Kuala
Lumpur pada Desember 1997, pada saat itu para pemimpin memutuskan untuk
mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil,makmur dan kompetitif dengan
perkembangan ekonomi yang adil dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial.
Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin negara ASEAN
menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan
dari integrasi ekonomi regional pada Tahun 2020, ASEAN Security Community
(ASC) dan ASEAN Sosio-Cultural Community (ASCC) merupakan dua pilar yang
tidak terpisahkan dari komunitas ASEAN. Selanjutnya pertemuan Menteri
Ekonomi ASEAN yang di selenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala
Lumpur, Malaysia sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
Dilanjutkan pada KTT ASEAN ke-12, Januari 2007, para pemimpin
Negara menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat
pembentukan Komunitas ASEAN pada Tahun 2015 yang di usulkan di ASEAN
Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang
percepatan pembentukan komunitas ASEAN pada Tahun 2015 secara khusus,
para pemimpin Negara sepakat untuk mempercepat pembentukan komunitas
Ekonomi ASEAN pada Tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi
daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil,
dan aliran modal yang lebih bebas (id.wikipedia,2016).
9
Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1 Pasar dan basis produksi tunggal.
2 Kawasan ekonomi yang kompetitif.
3 Daerah integrasi dalam ekonomi global.
2.3 Sosial Budaya
2.3.1 Sosial
Kata sosial berasal dari bahasa latin “socius” yang berarti segala
sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama.
Dalam kehidupan masyarakat kata sosial sering di kaitkan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan manusia dalam bermasyarakat. Dengan
demikian, sering terjadi pada masyarakat penggolongan kelompok-
kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok sosial memiliki
pengertian yaitu suatu kumpulan manusia yang memilki kesadaran
bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi (Wikipedia, 2012).
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok
yang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-
perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Suatu aspek yang
menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya
mengendalikan anggota-anggotanya.
Kelompok sosial pasti mengalami perkembangan dan perubahan.
Untuk meneliti gejala tersebut, perlu di telaah lebih lanjut perihal
dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial sifatnya
lebih stabil dari pada kelompok-kelompok sosial lain nya, atau dengan
kata lain, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang
mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami
perubahan-perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari
luar. Akan tetapi, pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan
sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam
kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Keadaan yang tidak stabil
dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antar individu dalam
kelompok atau karena adanya konflik antar bagian kelompok tersebut
10
sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di
dalam kelompok itu sendiri (Soekanto dan Sulistyowati, 2014).
2.3.2 Budaya
Menurut asal katanya, kebudayaan berasal dari kata
sansekerta;”buddayah” ,yaitu jamak dari” buddhi” yang berarti budi atau
akal dan “daya” yang berarti kekuatan. Dengan demikian, kebudayaan
dapat di artikan hasil kerja sama antara akal dengan kekuatan
(Koentjoroningrat dalam Digdoyo 2015).
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah
budaya atau kebudayaan. Istilah ini dinyatakan untuk beberapa maksud
misalnya, tentang kesenian, adat-istiadat atau juga peninggalan bangunan
dan barang-barang kuno. Tidak jarang media massa ikut mempopulerkan
istilah budaya ini untuk maksud yang terbatas. Misalnya, ada pertunjukan
tarian dari daerah Riau, maka sering disebutkan sebagai kebudayaan
Riau. Ini merupakan penyempitan makna.
Secara lebih luas, arti budaya merupakan keseluruhan
pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya
adalah perangkat-perangkat model pengetahuan yang secara selektif
dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan
yang dihadapi serta untuk mendorong menciptakan tindakan-tindakan
yang diperlukannya. Dalam pengertian ini, budaya adalah suatu pedoman
atau pegangan yang digunakan untuk mengadaptasikan dirinya dalam
menghadapi lingkungan alam, sosial dan budaya agar mereka dapat
melangsungkan kehidupannya. Manusia berusaha memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu,
budaya sering dinamakan disain atau pedoman menyeluruh dalam
kehidupan.
Ada pendapat yang mengatakan budaya itu mencakup ruang
lingkup yang amat luas. Menurut kenyataan memang ada benarnya
adanya ruang lingkup budaya sama dengan pergaulan hidup manusia,
sebab pergaulan hidup manusia senantiasa menghasilkan budaya.
11
Gambar 1. Hakikat Kebudayaan
Sumber: Digdoyo, 2015
Sebaliknya, budaya itu sendiri juga merupakan sarana untuk
memenuhi pergaulan hidup manusia. Merujuk pada uraian diatas, dapat
disimpulkan seperti berikut,
a. Budaya dengan nilai-nilai dan kaedah-kaedah (norma-norma)
memenuhi kebutuhan manusia akan pergaulan hidup yang tentram
dan tertib.
b. Budaya memenuhi kebutuhan manusia agar terlindung dari
tantangan alam sekitar dengan hasil karya yang merupakan budaya
budaya materi (kebendaan)
c. Budaya merupakan wadah serta tempat menyalurkan kepandaian,
kemampuan spiritual dan perasaan (Digdoyo, 2015).
Menurut Koentjaraningrat dalam Digdoyo, 2015, setiap
kebudayaan memiliki unsur-unsur, baik kebudayaan daerah maupun
kebudayaan-kebudayaan negara lainnya. C. Klukchon dalam buku
karangannya yang berjudul “Universal Categories of Culture” (1958)
mengemukakan adanya unsur-unsur kebudayaan universal. Artinya,
unsur-unsur itu dapat di temukan di seluruh dunia, baik pada kelompok-
kelompok masyarakat yang tradisional sampai dengan masyarakat
modern, atau pada masyarakat yang hidup pada zaman pra sejarah
sampai dengan zaman sekarang. Unsur-unsur itu merupakan bagian dari
sistem sosial budaya yang terdiri atas berikut ini:
Budaya
Pemenuhan kebutuhan
Sumber daya/manusiaenergi lingkungan
12
1. Sistem agama, kepercayaan atau religi
Setiap manusia yang hidup pasti mengetahui apa itu
agama atau Kepercayaan. Secara sederhana agama merupakan
pegangan hidup agar tidak menyimpang. Tapi bagi orang-orang
yang beraliran komunis-atheis mungkin agama hanya merupakan
candu yang tidak membawa dalam kemajuan atau kehidupan
yang sempurna.
Menurut Anthony F.C. dalam buku Antorpologi, William
A Haviland mendefinisikan agama sebagai seperangkat upacara,
yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakan kekuatan-
kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk
menghindari sesuatu perubahan keadaan pada manusia atau alam.
Definisi ini mengandung suatu pengakuan bahwa, kalau tidak
dapat mengatasi masalah serius yang menimbulkan kegelisahan
mereka, manusia berusaha mengatasinya dengan memanipulasi
makhluk dan kekuatan supernatural.
2. Sistem kemasyarakatan
Keluarga
Keluarga adalah bentuk masyarakat yang terkecil dan
biasanya akan terbentuk kekerabatan. Kekerabatan terbentuk
karena dua sebab pokok, yaitu hubungan darah dan
perkawinan.
Aturan mengenai perkawinan
Haviland (1995:77) mendefinisikan perkawinan adalah
suatu transaksi atau kontrak yang sah dan resmi antara
seorang wanita dan pria yang menggunakan hak mereka
yang tetap untuk berhubungan seks satu sama lain, dan yang
menegaskan bahwa wanita yang bersangkutan sudah
memenuhi syarat untuk melahirkan anak.
Organisasi
Dalam organisasi yang dibahas antara lain sebagai
kesatuan hidup setempat, Asosiasi atau perkumpulan-
13
perkumpulan dan sistem kenegaraan. Kesatuan hidup
setempat dinamakan juga komunitas, yaitu kelompok
masyarakat yang tidak dihitung menurut garis kekerabatan
tertentu, tetapi menurut tempat tinggal.
3. Sistem mata pencaharian hidup
Sistem mata pencaharian hidup disebut juga sistem
ekonomi. Sistem ini terbagi atas beberapa bentuk berikut,
diantaranya berburu dan meramu, menangkap ikan, bercocok
tanam di ladang, becocok tanam menetap, peternakan,
perdagangan, dan bidang jasa.
4. Peralatan dan perlengkapan hidup/ teknologi
Peralatan dan perlengkapan hidup merupakan sarana
penunjang hidup manusia agar hidup lebih mudah. Sejak zaman
berburu dan mengumpulkan makanan dari alam (hunting and
food gathering), manusia sudah membutuhkan alat-alat berbagai
pembantu kaki dan tangan manusia.
5. Bahasa
Bahasa merupakan alat penyampai baik lisan, tulisan
maupun lambang-lambang tertentu. Semua manusia normal
dapat berbicara, dan di berbagai masyarakat mereka mungkin
menghabiskan waktu untuk berbicara. Eksistensi bahasa sangat
perlu bagi kehidupan kita, karena segala sesuatu yang kita
pikirkan akan dapat dikomunikasikan melalui bahasa. Bahasa
adalah suatu sistem bunyi, yang jika kalau di gabungkan melalui
aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh
semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.
6. Kesenian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni adalah
kemampuan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai
tinggi. Dengan demikian, seni adalah suatu hasil karya manusia
yang mempunyai keindahan dan dan dapat dinikmti serta
dirasakan oleh manusia.
14
7. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan unsur yang berhubungan
dengan unsur-unsur yang lain. Misalnya pengetahuan tentang
alam sekitar tidak akan lepasdari sistem mata pencaharian,
sistem kepercayaan, bahkan juga kesenian.
Berdasarkan beberapa unsur kebudayaan yang sudah dijelaskan di
atas, Provinsi Riau memiliki unsur-unsur kebudayaan yang beraneka
ragam. Kebudayaan masyarakat daerah Riau sangat menjaga nilai-nilai
tradisi kebudayaan melayu di Indonesia. Adat istiadat yang berasal dari
kebudayaan Riau bisa berkembang dengan baik dengan ciri khas melayu.
Adat melayu inilah yang mengatur hampir semua kegiatan dan tingkah
laku masyarakat Riau dengan bersendikan syari’at islam.
Kebudayaan masyarakat Riau sangat beragam dan juga perlu
untuk kita pelajari. Berikut beberapa penjelasan mengenai kebudayaan
masyarakat Riau:
1. Rumah adat Riau
Jenis rumah adat Provinsi Riau cukup beragam, namun
secara umum terdapat 5 macam rumah tradisional yang berasal
dari Riau diantaranya, Rumah Melayu Atap Limas, Rumah Melayu
Lipat Kajang, Balai Salaso Jatuh, Rumah Adat Selaso Jatuh
Kembar, dan Rumah Melayu Atap Lontik.
2. Pakaian daerah Riau
Bagi kebanyakan orang melayu di Riau, fungsi dari
pakaian selain untuk menutup aurat, melindungi badan dari
teriknya panas serta udara dingin, pakaian daerah Riau juga
memiliki lambing. Lambang-lambang yang terdapat dari pakaian
tersebut memiliki nilai-nilai yang luhur yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat melayu Riau.
3. Seni dan Budaya Riau
Hampir semua seni dan kebudayaan daerah Riau
melupakan kebudayaan melayu. Bentuk seni dan budaya yang
berkembang di Riau terdiri dari beragam budaya yang di bedakan
15
dari faktor sosiologinya. Kesenian melayu Riau adalah sebagai
salah satu produk kebudayaan yang ada di daerah Riau. Di
Provinsi Riau ada beberapa bentuk kesenian seperti pertunjukan
seni teater, seni tari music, serta seni sastra. Untuk seni teater
terdapat banyak macamnya seperti teater Bangsawan atau
masyarakat Riau lebih mengenalnya dengan Wayang Parsi,
Berdah, Mendu, Nandai, Randai Kuantan, Surat Kapal, Berbalas
Pantun, Dul Muluk, Nandung, Mak Yong, dan Mamanda.
16
III. METODE PENULISAN
Penulisan Karya Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif analisis.
Menurut Faizah, 2011, deskriptif yaitu karangan ilmiah yang menggambarkan
bentuk objek pengamatan, sifat, rasa, atau coraknya dengan mengandalkan panca
indera dalam proses penguraiannya. Untuk mendapatkan data dan informasi yang
di perlukan, penulis melakukan teknik studi pustaka atau telaah pustaka. Untuk
mendapatkan data dan informasi yang lebih luas lagi, penulis melakukan
pencarian melalui media elektronik seperti, internet dan media cetak seperti
Koran.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan pada tanggal 23 April 2016
sampai dengan tanggal 9 Mei 2016, di SMK Sulthan Muazzam Syah, Kota
Pekanbaru. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menjelaskan dan
menerangkan dampak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
terhadap sosial budaya di daerah Provinsi Riau.
17
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pengaruh budaya asing pada era MEA lebih terasa, karena negara-negara
Asia Tenggara akan berlomba untuk memperkenalkan kebudayaannya ke negara-
negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu, Pemerintah maupun masyarakat
Riau harus siap dalam menghadapi era MEA ini. Jika tidak kebudayaan lokal
akan tergerus oleh kebudayan-kebudayaan asing.
Selain itu, adanya MEA akan berdampak langsung terhadap kondisi
sosial dan kebudayaan melayu masyarakat Riau, ini dikarenakan adanya ASEAN
Sosio-Cultural Community (ASCC) yang memungkinkan adanya pertukaran
kebudayaan antar negara ASEAN. Dengan demikian, pemerintah Provinsi Riau
mengeluarkan kebijakan untuk menghadapi MEA di bidang sosial budaya.
Di kutip dari Bisnis.com, Plt.gubernur Riau mengatakan “untuk
menghadapi
MEA 2016, sektor unggulan yang perlu digarap adalah pariwisata berbasis
budaya.” Kebijakan yang di keluarkan oleh Plt.gubernur Riau tersebut sangatlah
bagus, karena sektor pariwisata berbasis budaya itu memiliki nilai strategis. Hal
itu di karenakan memiliki “multifier effect” yang luas dan bisa menjadi peluang
bagi Riau yang memiliki view dan lokasi wisata yang tidak kalah dengan daerah
lain.
Salah satu pengaruh MEA Adalah adanya kerja sama di bidang sosial
budaya. Kerja sama ini menjadi salah satu tolak ukur untuk meningkatkan
integrasi ASEAN memalui terciptanya “a caring and sharing community” yaitu
sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi.Kerjasama di bidang
sosial-budaya mencakup kerjasama di bidang kepemudaan, perempuan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana alam,
kesehatan, pembangunan sosial, kemiskinan, dan ketenagakerjaan serta yayasan