-
DAMPAK DISTRIBUSI FILANTROPI ZAKAT
PRODUKTIF TERHADAP PENGENTASAN
KEMISKINAN OLEH BAZNAS KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
ANA NUR JANAH
NIM 63020160093
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
DAMPAK DISTRIBUSI FILANTROPI ZAKAT
PRODUKTIF TERHADAP PENGENTASAN
KEMISKINAN OLEH BAZNAS KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
ANA NUR JANAH
NIM 63020160093
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
“Wong kok iso membatasi dunyo bakale oleh ilmu seng Brajah lan
Pituduh tanpo
Hidayah”
(KH. Maslikhuddin Yazid, Ihya’ Ulumuddin Jilid 3)
“Urip iku Urup”
“Eling lan Waspodo”
(Ana Nur Janah)
-
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis sembahkan kepada:
Kedua orang tua saya yang tercinta Ibu Sri Hartini dan Bapak
Munawir, serta
kedua saudara kandung saya yang selalu mendukung dan memberikan
doa,
ridho, serta semangat yang selalu mengiringi langkah penulis
dalam
menggapai asa.
Seorang pengajar yang telah menularkan baik ilmu dan
pengalamanya kepada
saya dimanapun kalian berada, yang memberi pelajaran akhlak
mulia dan ilmu
yang bermanfaat.
Tak lupa kawan-kawanku seperjuangan yang saya sayangi, yang
tidak dapat
saya sebutkan satu-persatu.
Terimakasih Saya Sampaikan
-
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang
telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Dampak Distribusi Filantropi Zakat
Produktif
terhadap Pengentasan Kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salatiga”
dengan
lancar. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan
program studi Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama
Islam Negeri Salatiga
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tanpa adanya
doa,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan ini tidak
akan dapat
terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi
ini baik secara moril maupun spiritual, kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Rektor
Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
3. Qi Mangku Bahjahtullah, Lc, M.S.I. selaku Ketua Program
Studi
S1 Ekonomi Syariah Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
-
ix
4. Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan dukungan dan masukan selama penulis
menjalani perkuliahan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
5. Ibu Imanda Firmantyas Putri Pertiwi, M.Si. selaku dosen
pembimbing skripsiyang telah bersedia meluangkan waktunya,
terimakasih atas bimbingan, arahan dan ilmu yang diberikan
kepada penulis.
6. Selurih Dosen dan Staf Intitut Agama Islam Negeri Salatiga
(IAIN)
Salatigayang telah membantu penulis dalam menempuh studi
selama ini.
7. Kedua orang tua saya tercinta, Ibu Sri Hartini dan Bapak
Munawir
yang senantiasa memberikan doa, perhatian, nasehat, semangat,
dan
kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini
dengan baik dan lancar. Terimakasih atas segalanya.
8. Untuk kakakku Muhammad Miftakul Qoir dan adikku Ikhsan
Nuril
Azmi yang saya sayangi terima kasih telah memberi motivasi
dan
semangat tanpa bosan.
9. Teman-teman seperjuangan baik dalam pondok pesantren,
perkuliahan, organisasi dan kuliah kerja nyata (KKN).
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
-
x
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata
sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan
yang dapat
membangun agar bertambahnya pengetahuan penulis. Dengan
demikian, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 15 Oktober 2020
Penulis,
Ana Nur Janah
NIM. 63020160093
-
xi
ABSTRAK
Janah, Ana Nur. 2020. Dampak Distribusi Filantropi Zakat
Produktif Terhadap
Pengentasan Kemiskinan Oleh BAZNAS Kota Salatiga. Skripsi,
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Ekonomi Syariah
Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Imanda Firmantyas
Putri
Pertiwi, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui
dampak
distribusi filantropi zakat produktif terhadap pengentasan pada
saat sebelum dan
setelah menerima bantuan program zakat produktif oleh BAZNAS
Kota Salatiga
kemiskinan baik secara materiil maupun spiritual, dan absolut.
Pengumpulan data
dilakukan dalam bentuk data primer melalui penyebaran kuesioner
kepada
mustahik penerima bantuan program zakat produktif dari BAZNAS
Kota Salatiga.
Responden yang diperoleh sebanyak 34 dengan menggunakan
metode
kuantitatifdengan teknik judgement sampling yang merupakan
teknik
pengumpulan data. Data yang didapatkan kemudian diolah
menggunakan alat
ukur model CIBEST Quadrant dan dibantu dengan aplikasi SPSS 23.
Metode
analisis data meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji
normalitas, uji paired
samples t test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak sebelum dan
setelah
menerima dana zakat produktif dari BAZNAS Kota Salatiga.
menjelaskan bahwa
indeks kesejahteraan meningkat dengan prsentase perubahan
sebesar 61,76%.
Kemudian dalam indeks kemiskinan spiritual memiliki perubahan
sebesar
14,70%, sedangkan dalam indeks kemiskinan materiil sebesar
44,11%.
Selanjutnya pada kemiskinan absolut sebesar 2,94%.
Kata Kunci : Zakat Produktif, Pengentasan Kemiskinan,
Kesejahteraan,
Kemiskinan Materiil, Kemiskinan Spiritual, Kemiskinan
Absolut.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
........................................................................................
i
PENGESAHAN KELULUSAN
.........................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
......................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
.................................................................
v
MOTTO
............................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN
............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
viii
ABSTRAK
.........................................................................................................
xi
DAFTAR ISI
....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL
...........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................................
xvi
BAB IPENDAHULUAN
.....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah
............................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.....................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian
......................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian
....................................................................................
5
E. Sistematika Penulisan
................................................................................
6
BAB IILANDASAN TEORI
..............................................................................
8
A. Kerangka Teori
.......................................................................................
10
B. Telaah Pustaka
........................................................................................
26
C. Kerangka Penelitian
................................................................................
37
D. Hipotesis
.................................................................................................
37
-
xiii
BAB IIIMETODE PENELITIAN
...................................................................
39
A. Jenis Penelitian
........................................................................................
39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
...................................................................
39
C. Populasi dan Sampel
...............................................................................
39
D. Teknik Pengumpulan Data
......................................................................
40
E. Skala Pengukuran
....................................................................................
41
F. Definisi dan Konsep Operasional
............................................................ 43
G. Instrumen Penelitian
................................................................................
44
H. Uji Instrumen Penelitian
..........................................................................
44
I. Alat Analisis
...........................................................................................
47
BAB IVANALISIS DATA
...............................................................................
53
A. Statistik Deskriptif
..................................................................................
53
B. Analisis Data
...........................................................................................
64
BAB VPENUTUP
............................................................................................
71
A. Kesimpulan
.............................................................................................
71
B. Saran
.......................................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................
73
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
..........................................................................
27
Tabel 3.1. Skala Likert Spiritual Mustahik
......................................................... 41
Tabel 3.2. Kombinasi Skor Aktual Nilai SV dan MV
......................................... 49
Tabel 4.1. Kepengurusan BAZNAS Kota Salatiga
............................................. 55
Tabel 4.2. Jenis Kelamin Mustahik
....................................................................
56
Tabel 4.3. Usia Mustahik
...................................................................................
57
Tabel 4.4. Pendidikan Mustahik
.........................................................................
57
Tabel 4.5. Usaha Mustahik
.................................................................................
58
Tabel 4.6. Pekerjaan Mustahik
...........................................................................
58
Tabel 4.7. Uji Validitas
......................................................................................
59
Tabel 4.8. Uji Realibilitas
..................................................................................
60
Tabel 4.9. Uji Normalitas
...................................................................................
60
Tabel 4.10. Uji Paired Samples t Test Spiritual Mustahik
................................... 61
Tabel 4.11. Korelasi Paired Samples t Test
........................................................ 61
Tabel 4.12. Rata-rata Tingkat Spiritual Mustahik
............................................... 62
Tabel 4.13. Uji Paired Samples t Test Pendapatan Mustahik
.............................. 62
Tabel 4.14. Korelasi Paired Samples t Test
........................................................ 63
Tabel 4.15. Rata-rata Tingkat Pendapatan Mustahik
........................................... 63
Tabel 4.16. Pendistribusian Dana Kepada Mustahik
........................................... 64
-
xv
Tabel 4.17. Nilai Rata-rata Tingkat Spiritual Keluarga Mustahik
Sebelum dan
Setelah menerima Program Zakat Produktif
................................................ 65
Tabel 4.18. Nilai Rata-rata Tingkat Pendapatan Keluarga Mustahik
Sebelum dan
Setelah menerima Program Zakat Produktif
................................................ 66
Tabel 4.19. Perubahan Indeks CIBEST Quadrant Sebelum dan Setelah
menerima
Program Zakat Produktif
.............................................................................
68
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. CIBEST Quadrant
.........................................................................
35
Gambar 2.2. Kerangka Penelitian
.......................................................................
37
Gambar 4.1. Hasil Pengelompokan CIBEST Quadrant
...................................... 67
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Forum Asosiasi Pegembangan Ekonomi Syariah Indonesia
Dr.
Muhammad Zain menyampaikan mengenai tantangan yang saat ini
dihadapi
Indonesia, yaitu masalah kesejahteraan yang rendah atau dapat
dikatakan sebagai
kemiskinan. Penyampaian tersebut diabadikan dalam sekapur sirih
Buku Ekonomi
dan Bisnis Islam(Fordebi, 2016). Kemiskinanmenurut Paramik
(1993) dan Shirazi
(1994) merupakan kondisi dimana seseorang belum dapat memenuhi
kebutuhan
baik dari sisi spiritual, sosial, psikologis maupun ekonomi,
atau dapat disimpulkan
bahwa kemiskinan merupakan seseorang yang belum mampu
memenuhi
kebutuhan hidup (Beik & Arsyianti, 2019).
Dikutip dari penelitian Ismail et al,. (2008), dalam
Bariyah(2012)
persoalan kemiskinan menjadi momok menakutkan bagi semua negara,
tak
terkecuali Indonesia. Beragam kebijakan telah dilaksanakan
pemerintah Indonesia
guna menurunkan angka kemiskinan sejak kepemimpinan Presiden
Suharto
hingga Jokowi, Program Keluarga Harapan adalah salah satunya.
Melihat data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, jumlah penduduk
dalam kategori
miskin diperkotaan pada semester 1 2019 sebesar 9,99 juta jiwa
dan mengalami
kenaikan pada semester 1 2020 menjadi 11,16 juta jiwa (BPS,
2020). Hal ini
membuktikan bahwa pemerintah Indonesia melaui kebijakan yang
diambil dalam
rangka menuntaskan kemiskinan dinilai belum optimal. Salah satu
cara yang
-
2
dianggap mampu menurunkan angka kemisknan di Indonesia adalah
dengan cara
dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi
distribusi filantropi
zakat (Bariyah, 2012).
Qadir(2001)juga mengungkapkancara menanggulangi masalah
kemiskinan
oleh seorang Muslim ialah melalui dukungan dari orang kaya atau
mampu yang
mengeluarkan zakat untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang
kekurangan.
Zakat adalah salah satu pendekatan kepada Allah SWT dalam bentuk
ibadah yang
menjadi rukun Islam setelah syahadat, sholat dan sebelum puasa,
serta ibadah
haji(Fordebi, 2016).
Zakat disini mencerminkan dua hubungan vertikal dan
horizontal.Hubungan vertikal tercermin pada hubungan kita kepada
Allah SWT
dimana para muzaki membayar zakat. Sedangkan hubungan horisontal
tercermin
pada hubungan kita antar sesama manusia dimana dengan membayar
zakat kita
mampu menolong para mustahik (Fordebi, 2016).
Menurut Qardlawi, salah satu upaya dalam mengentaskan kemiskinan
dan
mempersempit kemiskinan tergantung pada optimal tidaknya zakat.
Halini karena
zakat dapat dikatakan suatu sumber dana yang tidak akan habis.
Selama kaum
Muslim masih mempunyai kesadaranmenunaikan zakat dan selama dana
zakat
tersebut bisa dikelola dengan baik, dana zakat akan selalu
bermanfaat untuk
kesejahteraan kaum Muslim(Kurniawati, 2004).
Hal diatas menunjukkan bahwa agama dalam masyarakat sangat
berpengaruh terhadap peningkatkan kebiasaan dalam menjaklankan
filantropi dan
-
3
keterlibatan agama dalam sosial (social engaegement). Salah satu
penelitian
kualitatif milik Berger yang dilakukan di Kanada, dalam Latief
(2013)
mengungkapkan bahwa pengembangan sosial dalam keagamaan
(religious
affiliation) dan religiusitas (self-perceived religiosity)
sangat berpengaruh
terhadap praktik filantropi. Lebih lanjut, Berger mengatakan
bahwa “those who
are non-religiosly affliated are the last philanthropi”.
Senada dengan hasil riset diatas, ditegaskan bahwa di Indonesia
dengan
masyarakatnya mayoritas adalahkaum Muslim, pada praktik
filantropinya lebih
didominasi oleh keagamaan dibandingkan “kemanusiaan sekular”
(Latief,
2013).MenurutLatief (2013), tradisi agama mempunyai tatanan yang
berbeda-
beda dalam mengartikan sebuah budaya kedermawanan (filantropi)
ataupun
„tradisi berderma‟. Istilah filantropi (philanthropy) mempunyai
makna dalam
bahasa Yunani (latin: philos dan antropos).
Sementara itu, istilah yang sering disamakan dengan istilah
filantropi
dalam tradisi Islamadalah zakat, sedekah, dan wakaf. Dalam
Islam, zakat bahkan
merupakan salah satu daripilar rukun Islam dari seseorang dan
hukumya wajib
bagi setiap kaum Muslim (Kurnia et al., 2020).Rini et al.,
(2018) menyatakan
bahwa keluarga miskin di Kabupaten Bogor dapat berkurang dengan
adanya
zakat, kemudianBeik(2015) menyatakan bahwa dengan adanya zakat
memang
mampu mengurangi kedalaman dan keparahan suatu kemiskinan
apabila dikelola
dengan baik.
-
4
Beberapa penelitian lain telah dilakukan juga mengenai pengaruh
zakat
terhadap kemiskinan, salah satunya oleh
Lapopo(2017).Lapopo(2017)menganalisis zakat terhadap kemiskinan
dengan
melalui regresi linear berganda penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ZIS
mampu meminimalisir kemiskinan meskipun penurunannya sedikit.
Pada
penelitian olehAryani et al., (2019) menggunakan teknik paired
sampel t test,
membuahkan hasil bahwa zakat berdampak signifikan terhadap
kemiskinan
mustahik yang berlokasi di Kota Palembang.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Beik(2010)pengentasan
kemiskinan dan
kesenjangan melalui zakat. Penelitian ini menggunakan analisis
yaitu headcount
ratio untuk menghitung jumlah penduduk miskin, rasio kesenjangan
kemiskinan
dan pendapatanberguna untuk menghitung kedalaman kemiskinan, dan
indeks Sen
(Sen Index) serta indeks Foster, Greer, dan Thorbecke (FGT)
berguna untuk
menghitung keparahan kemiskinan. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa zakat
bisa meminimalisir keluarga dalam kategori miskin, serta juga
meminimalisir
kedalaman dan keparahan keluarga miskin.
Aryani et al., (2019)mengatakan banyak penelitian mengenai
zakat
terhadap pengentasan kemiskinan, akan tetapi kebanyakan dari
mereka hanya
menganalisis dan memandang dampak zakat secara material saja
pada penerima
zakat (mustahik) tanpa melihat dampak secara spiritual mustahik.
Maka dari itu
berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil
judul“Dampak
-
5
Distribusi Filantropi Zakat Produktif terhadap Pengentasan
Kemiskinan
Oleh BAZNAS Kota Salatiga”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang penelitian di atas, maka
indentifkasi masalah
pada penelitian ini adalah “Bagaimana Dampak Distribusi
Filantropi Zakat
Produktif yang dikelola oleh BAZNAS Kota Salatiga terhadap
Pengentasan
Kemiskinan Absolut, Spiritual dan Material Mustahik?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka
tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Dampak Distribusi
Filantropi Zakat
Produktif terhadap Pengentasan Kemiskinan Absolut, Spiritual,
dan Material oleh
BAZNAS Kota Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan akan memberi manfaat, diantara:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat mengantar
penelitiuntuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) dan memberi
pengetahuanserta pengalaman yang lebih kepada peneliti
tentang
dampak zakat produktif terhadap pengentasan kemiskinan.
-
6
b. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini dapat membantu akademisi sebagai
referensi
untuk melakukan penelitian sebelumnya khususnya yang
berkaitan
dengan dampak distribusi zakat terhadap pengentasan
kemiskinan.
c. Bagi Ekonomi Syariah
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam
mengembangkan dalam ekonomi publik yang dapat mempengaruhi
kemiskinan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada
mustahik dan BAZNAS secara umum guna informasi khususnya
tentang dampak dstribusi filantropi zakat produktif terhadap
pegentasan
kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salaiga.
E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penyusunan danpenulisan dibuat untuk
memudahkan
dalam memahami penelitian yang diuraikan. Berikut sistematika
penulisan
disusun secara runtut yang ditulis dengan susunan 5 (lima) bab,
yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN.Akan membahas latar belakang masalah,
yang
menunjukkan landasan pemikiranbaik dalam teori maupun fenomena
yang ada,
yang menjadi penelitian ini ditulis oleh peneliti.
Perumusanmasalah
-
7
berisipernyataan konsep dan keadaan yang memerlukanjawaban
dari
penelitian.Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang diharapakan
agar tercapai,
yang telah mengacu pada latar belakang, rumusan masalah dan
hipotesis yang
ditulis. Pada bagian terakhir dari bab ini menguraikan sistem
penulisan mengenai
ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab yang ada pada
skripsi.
BAB II: LANDASAN TEORI.Berisi landasan teori yang memaparkan
secara umum mengenai zakat produktif dan kemiskinan. Serta akan
membahas
tentang kerangka teori, konsep dan bangunan teori yang akan
digunakan untuk
menganalisis. Selanjutnya mengenai telaah pustaka, serta. Konsep
yang terkait
dan penting untuk dikaji sebagai landasan dalam menganalisis dan
mengambil
kesimpulan. Kerangka penelitian, berisi kerangka pemikiran
penelitian dalam
bentuk gambar yang dapat mengasilkan hipotesis yang akan
diajukan.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN. Menguraikan gambaran
umum zakat dan kemiskinan serta akan memberikan informasi jenis
peneltian,
lokasi serta waktu penilitian, populasi serta sampel, teknik
pengumpulan data,
skala pengukuran, definisi serta konsep operasional, instrument
penelitian, uji
instrument penelitian, dan alat analisis.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN. Merupakan analisis data
pengaruh antar variabel dan menjelaskan objek secara singkat
padat dan jelas. Har
yang diuraikan meliputi, statistik deskriptif dan analisis
data.
BAB V: PENUTUP. Pada bab terakhir menguraikan kesimpulan
yang
dapat ditarik dari penelitian ini secara singkat dan saran bagi
pihak tekait.
-
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Dampak Distribusi Filantropi Zakat terhadap Pengentasan
Kemiskinan
oleh BAZNAS Kota Salatiga secara Hukum Zakat
menurutQardawi(2007)mengemukakan tentang kemiskinan yang ada di
suatu
negara. Qardawi (2007) mengatakan bahwa “bangsa manapun
mengarahkan
perhatiannya pada dua golonganmanusia, yaitu golongan yang
berkecukupan dan
golongan yang miskin,di balik itu selalu didapatkan keadaan yang
menarik, yaitu
golongan yang berkecukupan selalu semakin makmur, sedangkan
golongan yang
miskin selalu semakin kurus sehingga hampir tercampak di atas
tanah, terhempas
tak berdaya, terancamlahbangunan masyarakat oleh karena
fondasinya goyah,
sedangkan orang yanghidup bermewah-mewah itu sudah tidak sadar
mulai dari
mana atap atasnya rumah”.
Qardawi(2007) kembali mengungkapkan ada beberapa usaha yang
bisa
dilakukanoleh kaum Muslim dalam pengentasan kemiskinan salah
satunya adalah
membantu keluarga yang kekurangan dalambidang ekonomi. Karena
dengan
bantuan sekecil apapun untuk orang yang membutuhkan itu menjadi
sangat
bermakna.
Membayar zakat adalah salah satu yang bisa dilakukan oleh
seorang
Muslim ketika sudah mencapai nishab. Zakat yang akan dikeluarkan
oleh orang-
orangkaya kepada yang membutukan ini tidak hanya sekedar
menimbulkan
-
9
kemanfaatan semata. Namun juga berpotensi akan melipat gandakan
pahala
terkait dengan mensucikan harta(Qardawi, 2007).
Melihat dari aspek zakat mempunyai status yang sangat
berpengaruh
karena telah menjadi rukun Islam.Konsekuensinya sangat logis
bahwa zakat
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Orang yang tidak
membayar zakat
dihukum berat dengan cara diperangi pada masa kepemimpinan
Khalifah Abu
Bakar As-Shidiq ra. (Qardawi, 2007).Kemiskinan adalah sebuah
kondisi individu
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar serta menempati
dibawah garis
minimum nilai standar kebutuhan, baik itu makan atau non makanan
(BPS, 2020;
Rabina, 2018)
Sedangkan zakat menjadi pilar Islam secara etimologis,
berarti
berkembang (an-namaa), berkah (albarakatu), dan mensucikan
(at-thaharatu).
Selanjutnya secara terminologis, zakat memiliki makna memberikan
sebagian
hartanyauntuk golonganyang lebih membutuhkan(mustahik), dengan
persyaratan
yang ditetapkan(Hafidhuddin, 2002). SedangkanTho‟in(2017)
menyatakan Islam
mengajarkan suatu ibadah ibadah melalui konsep zakat dengan
berbagi
kemaslahatan umat baik seorang muzakki (pemberi zakat) dan
mustahik
(penerima zakat). Maka, dengan begitu mereka sama-sama
mendapatkan manfaat
yang sangat besar.
Kementrian Agama RI menjelaskan zakat adalah harta yang
disisihkan
guna diberikan kepada yang lebih membutuhkan dan kemudian bisa
dislaurkan
melalui badan yang mengelola atau secara individu. Berdasarkan
penjelasan
-
10
tersebut zakat tidak hanya dilaksankan pada seorang individu
namun juga
badan/instansi/lembaga. Dengan begitu, harus dimulai
pengembangan dan konsep
zakat baik itu pada suatu instansi, lembaga ataupun badan.
(Romdhoni, 2017).
A. Kerangka Teori
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2004 kemiskinan merupakan
kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang
tidak terpenuhi
atas hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan
yang bermartabat.Penyebab kemiskinan di indentifikasi ada tiga
faktor yakni
pertama, perbedaan kepemilikan sumberdaya yang mengakibatkan
pendapatan
yang tidak merata.Kedua, upah yang rendah dikarenakan rendahnya
produktivitas
sehingga mengakibatkan rendahnya upah yang didapatkan.
Selanjutnya ketiga,
adanya perbedaan pada akses permodalan (Kuncoro, 2000).
Kemiskinan menurut Ramadhan dalam penelitian Romdhoni(2017)
problematika ekonomi yang harus diselesaikan. Penanggulangan
kemiskinan
merupakan suatu hal yang penting guna perbaikan dalam suatu
negara. Islam yang
merupakanAd-diin yang telah memberi suatu aqidah bagi kaum
Muslim secara
menyeluruh dengan dua kategori, kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup meliputi
baik di dunia maupun di akhirat. (Sartika, 2008).
Kesejahteraan adalah suatu harapan bagi setiap warga negara.
Akan tetapi,
kesejahteraantidak dengan mudah didapatkan setiap warga negara.
Kesejahteraan
masyarakat dapat dukur dari beberapa indikator (Khasandy &
Badrudin, 2019).
Antara lain sebagai berikut:
-
11
1. Badan Pusat Statistik (BPS)
Kriteria dikatakan rumah tangga miskin dengan beberapa indikator
yaitu, luas
bangunan tempat tinggal keluarga kurang dari 8m2. Lantai rumah
yang masih
dari tanah belum ber ubin/keramik. Tembok rumah yang masih
terbuat dari
kayu/papan. Fasilitas air yang dikonsumsi bukan air bersih dan
MCK yang
belum dimiliki. Penerangan yang dimiliki masih tradisional atau
belum
berupa listrik. Tidak mampu mengkonsumsi makanan berupa daging
dalam
dua minggu sekali, dan makan sehari dua kali.
Kemudian, tidak mampu belanja baju baru tiap anggota
keluarga.
Tidak mampu berobat ke klinik kesehatan. Profesi yang dibidangi
berupa
tukan kebun, petani, dan nelayan. Tidak memiliki harta simpanan
kurang dari
Rp, 500.000, dan kualitas pendidikan kepala keluarga yang rendah
atau tidak
sekolah. Apabila 9 indikator atau lebih terpenuhi, maka
dikategorikan sebagai
keluarga miskin atau tidak sejahtera (BPS, 2020).
2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN)
Menurut BKKBN terbagi menjadi lima posisi tahapan yang menjadi
indikator
tingkat kesejahteraan keluarga yaitu:
a. Tahap pra sejahtera
Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum bisa
memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimum, misal baik kebutuhan
spiritual
ataupun religiusitas, pangan (makanan), sandang (pakaian),
papan
(tempat tinggal), kesehatan, dan keluarga berencana.
-
12
b. Tahap sejahtera I
Keluarga sejahtera I merupakan keluarga yang telah mampu
memenuhi
kebutuhanfisik minimum secara minimal namun belum mampu
terpenuhi
kebutuhan sosial dan psikologis, misal kebutuhan pendidikan,
interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal
dan
pekerjaan yang menjamin kehidupan yang layak.Secara
operasional
mereka tidak mampu memenuhi salah satu dari beberapa indikator
yaitu,
menjalankan ibadah agama dan kepercayaan masing-masing.
Selain itu, makanan yang dikonsumsi kurang satu kali dalam
seminggu makan daging, ikan, dan atau telur.Dalam hal sandang,
paling
sedikit satu stel pakaian baru dalam satu tahun.Luas lantai
rumah 8m2
untuk setiap penghui rumah.Dilihat pula kesehatan anggota
keluarga dari
tiga bulan terakhir keluarga berkeadaan sehat.Ada diantara
anggota
keluarga yang bekerja dan memperoleh penghasilan. Seluruh
anggota
keluarga umur 10-60 tahun mampu baca tulis latin dan pasangan
usia
subur dengan dua ataupun lebih menggunakan alat kontrasepsi.
c. Tahap sejahtera II
Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah
satu
dari beberapa indikator yaitu, keluarga berupaya untuk
meningkatkan
pengetahuan agama.Selanjutnya penghasilan keluarga ditabung
dalam
bentuk uang ataupun barang.Serta makan bersama paling sedikit
satu kali
dalam satu minggu untuk berkomunikasi. Selain itu, mengikuti
kegiatan
-
13
masyarakat dan memperoleh informasi melalui media masa (surat
kabar,
TV, radio, dan majalah).
d. Tahap Sejahtera III
Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah
satu
dari indikator dalam memberi sumbangan materiil secara teratur
dan aktif
sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.
e. Tahap Sejahtera III plus
Tahap keluarga sejahtera yang berikut ini merupakan yang
mampu
memenuhi semua indikator dari keluarga pra sejahtera, sejahtera
I,
sejahtera II, dan sejahtera III (www.bkkbn.go.id, n.d.)
3. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
BAPPENAS menyatakan kesejahteraan dapat diukur melalui
pengeluaran
keluarga. Keluarga dapat dikategorikan sejahtera jika
pengeluaran kebutuhan
pokok yang dikeluarkan sebanding atau lebih rendah dari
pengeluaran yang
dikeluarkan untuk kebutuhan bukan pokok (bappenas, 2010).
Membahas masalah kesejahteraan dalam Islam, tentu berhubungan
dengan
dengan zakat (Nafiah, 2015). Masyarakat yang mampu meminimlaisir
dan
mencegah konflik antar kelompok dalam perbedaaan pendapat dan
sesuatu yang
merugikan atau merusak, maka bisa disebut masyarakat dalam
kategori sejahtera
(Beik & Arsyianti, 2019). Adapun indikator kesejahteraan
menurut Hermanita
(2013) dalam Handayani(2020).
-
14
Pertama, jumlah dan Pendapatan yang merata, pendapatan
berhubungan
dengankondsi usaha, serta faktor ekonom lainnya. Untuk memenuhi
segala
kebutuhan hidup setidaknya masyarakat memiliki pendapatan tetap
dengan
memperoleh lapangan pekerjaan.Tanpa hal tersebut mustahil
apabila masyarakat
mencapai suatu kesejahteraan. Adanya lapangan perkejaan tersebut
membuka
usaha dan kesempatan kerja guna memutar perekonomian
agardapat
meningkatkan suatu pendapatan. Dengan begitu, masyarakat dapat
melaksanakan
kegiatan transaksi ekonomi.
Kedua, kemudahan dalam peningkatan SDM melalui pendidikan.
Dengan
begitu kesempatan agar mendapatkan profesi yang layak semakin
terbuka.Berkat
kualitas SDM tinggi, lapangan kerja dibuka berbasis lebih banyak
menggunakan
otak dibandingkan kekuatan otot.Pendidikan ini, baik bersifat
non formal maupun
formal.
Ketiga, salah satu faktor yang mendorong untuk mendapatkan
pendapatan
dan pendidikan adalah kesehatan. Masyarakat yang kurang sehat
atau sakitakan
sulit dalam memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Pelayanan
kesehatan yang
diberikan tidak dibatasi oleh waktu dan jarak.Apabila keluhan
masyarakat dirasa
masih banyak dilakukan oleh masyarakat mengenai pelayanan
kesehatan berarti
negara tesebut belum mampu mencapai harapan kesejahteraan yang
diinginkan
masyarakat.
Beik(2009) menyatakan dalam upaya meningkatkan perekonomian
negara
barat telah menemukan konsep melalui Sharing Economy
Concept.Sharing
-
15
Economy Concept yang bermakna sebuah konsep ekonomi perekonomian
yang
dibangun melalui cara untuk saling berbagi dan memberi. Di
Indonesia zakat
adalah salah satu pengaplikasian konsep tesebut. Zakat disini
salah satu tindakan
sosial untuk saling berbagi dan membantu yang menjadi pilar
agama Islam
bahkan menjadi kewajiban seorang Muslim(Canggih et al.,
2017).
1. Dasar Hukum Zakat
a. Al-Quran
1) Al-Quran Surat Al-Baqarah: 177
“tidaklah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta: dan (memerdekakan) hamba
sahaya. Mendirikan sholat, dan menunaikan zakat: dan
orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, danorang-orang
yang
sabar dalamkesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka
itulah orang-orang yang benar (imanya); dan mereka itulah
orang-
orang yang bertakwa”.
2) Al-Quran Surat at-Taubah: 103
“ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu
memberisihkan dan mesucikan mereka danmendoalah untuk
mereka.
-
16
Sesungguhnya do’amu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka
dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
b. Undang-undang tentang pengelolaan Zakat
1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pegelolaan Zakat
Pasal
16 Ayat 1 dan 2 menyebutkan tentang pendayagunaan zakat
bahwa
hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahik
sesuaidengan
ketentuan agama serta pendayagunaan hasil pengumpulan zakat
berdasarkan skala kebutuhan mustahikdan dapat dimanfaatkan
untuk
usaha yang produktif.
2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tenang Pengelolaan
Zakat.
Pasal 1 Ayat 1 Pengelolaan zakat adalah kegatanperencanaan,
pelaksanaan dan pengkoordinasiandalampengumpulan,
pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat.Pasal 2 pengelolaan zakat
berdasarkan:
syariat Islam amanah, kemanfaatan, kepastian hukum, terintegrasi
dan
akuntabilitias.Pasal 3 pengelolaan zakat bertujuan:
meningkatkan
efektivitas dan efesiensi pelayanan dan pengelolaan zakat
serta
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan ksejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
2. Rukun dan Syarat Zakat
Adapun rukun zakat yaitu adanya muzakki (pemberi zakat),
adanya
mustahik (penerima zakat), harta yang zakat yang dikeluarkan
sudah mencapai
nishab, dan adanya sebagai pengelola dana zakat
Al-Zuhayly(1995).
-
17
Sedangkan syarat wajib zakat dalam buku Panduan Zakat Praktis
(Indonesia,
2013) adalah sebagai berikut:
a. Islam
Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk menunaikan zakat
ketika
sudah memenuhi syarat dan rukun. Hukumnya adalah wajib tanpa
terkecuali.
b. Merdeka
Zakat yang diwajibkan adalah harta yang di miliki secara penuh
oleh
individu. Menurut jumhur ulama‟ zakat tidak diwajibkan bagi
mereka yang
tidak memiliki hak penuh atas harta mereka.
c. Baligh dan Berakal
Baliqhberarti mengerti mengenai harta yang telah dimilikinya,
dan sudah
dewasa.Kemudian berakal berarti tidak gila, atau tidak dalam
keadaan
hilang akalnya.
d. Harta yang wajib dizakati adalah harta yang dikeluarkan
Harta yang dikeluarkanmerupakan harta yang wajibuntuk dizakati.
Semisal
harta zakat yang diharapkanmenjadi harta yang produktif. Dengan
begitu
diharapakan harta yang telah dikeluarkan menjadi berkembang dan
dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh penerima zakat.
e. Telah mencapai nishab
Penentuan nishab suatu ketetapan ajaran Islam dalam rangka
mengamankan
harta yang dimiliki oleh muzakki. Batas minimal mengeluarkan
zakat
adalah ketika sudah mencapi nishab.
-
18
f. Miliki penuh
Harta yang dimiliki secara utuh dan berada ditangan sendiri
inilah yang
dinamakan harta penuh.
g. Kepemlikan harta yang sudah setahun lamanya
Akan wajib mengeluarkan zakat jika suatu harta mencapai
nishabdan
memiliki nilai yang tetap pada permulaan dan akhir tahun.
h. Tidak berhutang
Seseorang terkena wajib zakat sebelum melunasi hutang tersebut
apabila
yang bersangkutan memiliki hutang.
3. Hikmah dan Tujuan Zakat
a. Tujuan Zakat
Menurut Rahman(1996) zakat adalah harta yang dipungut dari
oran-orang
kaya dalam bentuk uang yang akan diberikan ke orang miskin.
Karena itu,
wajar tidak ada seorang muslim yang tinggal dalam keadaan miskin
karena
memiliki tujuan zakat guna mendistribusikan harta yang
dimilikinya.
Sedangkan menurut Hafidhuddin(2003) tujuannya zakat yakni
membantu miskin keluar dari penderitaan dan kesulitan dalam
berkehidupan
dan meningkatkan derajat kaum miskin, serta memberi solusi
dan
memecahkan masalah yang dihadapi oleh para mustahik.
Selanjutnya
terbentuk dan berkembangnya tali persaudaraan sesama umat
Islam.
Menghilangkan kecemburuan pada hati orang miskin serta terhindar
dari
sifat iri dan dengki. Terakhir bertujuan untuk menjembatani
jurang pemisah
antara si miskin dan si kaya di masyarakat.
-
19
b. Hikmah Zakat
(Sumardi, 2001) mengemukakan zakat merupakan hubungan vertikal
yang
dari hamba Allah atas kenikamatan yang telah diberikan dan
menggambarkan rasa syukur dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.Kemudian
zakat juga merupakan hubungan horizontal antar sesama manusia
atau
kemasyarakatan yang menggambarkan rasa kasih sayang dan
keadilan
sosial.
Hikmah zakat yakni, bersyukur atas karunia Allah,
membersihkan
diri dari sifat kikir, iri dan dengki, serta menumbuhkan pahala.
Dengan
begitu mampu mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera
dimana
hubungan antar sesama menjadi damai, harmonis, dan rukun yang
akhirnya
akan menciptakan suasana yang tentram aman lahir batin.Zakat
juga
berguna untuk membersihkan dari harta yang diperoleh dengan cara
yang
tidak benar yang kemungkinan dilakukan tanpa kita sadari, serta
zakat
menumbuh kembangkan harta yang dimiliki.
4. Makna Ibadah Zakat
Zakat adalah salah satu pendekatan kepada Allah SWT dalam
bentuk
ibadah yang menjadi rukun Islam setelah syahadat, sholat dan
sebelum puasa,
serta ibadah haji.Zakat disini mencerminkan dua hubungan
vertikal dan
horizontal.Hubungan vertikal tercermin pada hubungan kita kepada
Allah SWT
dimana para muzakki membayar zakat. Sedangkan hubungan
horisontal
tercermin pada hubungan kita antar sesama manusia dimana dengan
membayar
zakat kita mampu menolong para mustahik (Fordebi, 2016).
-
20
Telah dijelaskanselain disebut sebagai zakat ia juga disebut
dengan
sedekah dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Dalam Al-Qur‟an surat
At-Taubah (9):
103 bahwa
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, denganzakat itu
kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka.
Sesungguhnya doa kamu itumenjadi ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah
Mahamendengar lagi Maha Mengetahui” (Fordebi, 2016).
Selanjutnya pada hadis shahih Mu‟adz bin Jabal ke Yaman
Rasulullah
SAW besabda.
“beritahu mereka bahwa Allah SWT mewajibkan membayar zakat
(sedekah) dari harta orang kaya yang akan diberikan kepada fakir
miski di
kalangan mereka” (HR Bukhai danMuslim) (Fordebi, 2016).
Begitulah zakat sering disebut dengan shadaqah (sedekah), maka
dari
itu zakat memiliki arti sedekah, sedekah memiliki arti zakat.
Dalam dakwah
dan jihad zakat memiliki kontribusi yang besar pada saat
peperangan, maka
dari itu orang Muslim pada umumnya menyebutkan kata “amwal” yang
berarti
harta dan diikuti dengan kata “anfus” yang berarti jiwa sebagai
batas
pengorbanan seorang Muslim. Hal ini disebutkan pada Al-Qur‟an
surat At-
Taubah (9): 111
“sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri
dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang
pada jalan Allah, lalu di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an.Dan
siapakah
yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka
bergembiralah
-
21
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang
besar” (Fordebi, 2016).
Berikut beberapa makna ibadah yang dimiliki oleh zakat
dengan
beberapa statement (Fordebi, 2016):
a. Zakat itu Berkah dan Subur
Rasulullah SAW bersabda “harta tidak berkurang karena sedekah
maupun
zakat, dimana sedekah maupun zakat tersebut tidak diterima dari
cara yang
tidak dibenarkan menurut syar’i” (HR Muslim). Dengan
mengeluarkan
zakat harta yang dimiliki tidak akan berkurang justru akan
bertambah
karena dikaruniai dan diberkahi oleh Allah SWT ibarat tumbuhan
yang
bertunas-tunas.
b. Zakat Beriringan dengan Shalat
Pada hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas‟ud Rasulullah SAW
bersabda
“Allah SWT memerintahkan kepada kita agar mendirikan shalat
dan
menunaikanzakat, dan barang siapa yang tidak menunaikan zakat,
maka
shalatnya tidak diterima” (HR Tabrani).Disinilah dijelaskan
bahwa tidak
diterima sholatnya apabila tdak menunaikan zakat pada
pandangan
tersebut.Kedudukan antara sholat dan zakat ini telah disebutkan
dalam Al-
Qur‟an sebanyak 82 kali dengan beriringan.
c. Sanksi Keengganan Berzakat
Telah disebutkan dalam Al-Qur‟an dan hadis mengenai sanksi
apabila tidak
menunaikan zakat, berikut pada A-Qur‟an surat Ali-Imran (3): 180
Allah
SWT berfirman “sekali-sekali janganlah orang-orang yang
bakhil
-
22
denganharta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya,
dimana
ia menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu
akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan
Allah-
lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi.Dan Allah
mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
Kemudian dalam hadis telah di bahas Rasulullah SAW bersabda
“barang siapa diberi oleh Allah SWT harta benda, kemudian ia
tidak
menunaikan zakat hartanya, maka ia diumpamakan pada hari
kiamat
sebagai seorang pemberani yang gundul, ia mempunyai dua bisa
ular
dikalungkan kepadanya, lalu mengambil tulang rahangnya seraya
berkata,
aku adalah simpananmu, aku adalah hartamu” (HR Muslim)
(Fordebi,
2016).
d. Nilai Tambah Ibadah Zakat
Moh. Rifai (1978) dalam (Fordebi, 2016) dikatakan nilai tambah
(value
added) ibadah baik dalam bentuk hablummin allah atau ibadah
secara
vertikal ataupun hablumminannas atau ibadah secara horizontal.
Penjabaran
nilai tambah pada zakat ini akan menciptakan rasa syukur
terhadap nikmat
yang telah dilimpahkan kepada manusia, selain itu mampu
mewujudkan
hidup kebersamaan, dan senasib sepenanggungan.
Begitu pula, mampu mendidik jiwa manusia agar terjauhkan
dari
sifat, serakah, bakhil, dan kikir untuk menjadi manusia yang
senang
berkorban.Kemudian menghindari sifat egois serta mau berbagi
rezeki dari
-
23
Allah SWT. Dengan begitu, seseorang akan menghindar dari
larangan Allah
SWT dan mampu mempersempit kesenjangan antara si miskin dan si
kaya.
Adanya sifat-sifat yang disebutkan tadi untuk dihindari akan
meringankan
beban fakir miskin karena dapat menumbuhkan sifat sosialis yang
mau
berbagi nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada
manusia.
5. Zakat Produktif
a. Mustahik Zakat Produktif
Mustahik ialah orang yang menerima zakat (Sumardi, 2001).
Terdapat
delapan golongan mustahik secara tebagi menjadi dua tipe
mustahik secaa
garis besar.Tipe pertama, mereka yang mendapatkan sesuai
dengan
keperluannya, baik banyak ataupun sedikit, seperti fakir, miskin
untuk
memerdekakan budak, ibnu sabil yang diseuaikan dengan
kebutuhannya.
Tipe kedua, mereka yang berjuang di jalan Allah SWT dan
mendapatkan
zakat sesuai dengan pertimbangan, jasa, dan kemanfaatanya(Al
Arif, 2015).
Menurut Al Arif(2015) jika seseorang tidak membutuhkan dan
tidak
ada pula manfaat pemberian zakat kepadanya, ia tidak berhak
mendapatkan
bagian zakat tersebut. Delapan golongan tersebut adalah:
1) Fakir ialah kondisi seseorang yang selalu kekurangan dan
tidak
memiliki penghasilan.
2) Miskin ialah kondisi seseorang dengan penghasilan yang
diperoleh
belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, namun memiliki
sumber
penghasilan hanya saja belum mencukupi.
-
24
3) Amil ialah pengelola zakat dengan besaran maksimal hanya
12,5%.
Sebagai jasa yang sudah dilakukannya, dan sesama manusia
yang
memiliki kebutuhan.
4) Muallaf ialah seseorang yang baru saja berpindah agama, dari
agama
lain masuk ke agama Islam.
5) Riqab / budak ialah manusia yang tidak diperlakukan sepeti
hal nya
manusia. Di zaman sekarang mungkin sudah tidak didengar hal
seperti
ini namun masih ada peristiwa yang mirip seperti itu.
6) Gharimin ialah individu yang tidak mampu mencukupi
kebutuhannya
sehingga dia sampai terlilit utang, namun utang tersebut
diperoleh
bukan untuk hal maksiat
7) Sabilillah ialah kondisi seseorangdalam menegakkan agama
Allah SWT
yang sedang berjuang di jalan Allah SWT.
8) Ibnu sabil ialah seseorang yang sedng melakukan perjalanan
bukan
untuk maksiat namun untuk melakukan kebajikan. Seseorang
tersebut
berhak mendapatkan zakat karena dalam perjalan dakwah.
b. Pengelolaan Zakat Produktif
Definisi meurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 mengenai
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadpa pengumpulan,
pendistribusian,dan
pendayagunaan zakat (Sartika, 2008). Adapun menurut Huda
&
Heykal(2010) mengenai dewan pengurus terdiri sebagai
berikut:
1) Ketua/Pimpinan. Memastikan tercapainya suatu tujuan.
-
25
2) Bagian penyaluran/distribusi zakat. Merangkai pokja dalam
bentuk
distribsi.
3) Bagian keuangan. Mengetahui dan merangkai laporan keuangna
yang
ada dalam suatu lembaga.
4) Koordinator program. Menyusun dan melaksanakan pokja yang
sudah
dirangkai oleoh lembaga.
5) Bagian pembinaan mustahik. Pendataan penerima zakat yang
sudah
disesuaikan oleh lembaga.
6) Bagian pengumpulan dana. Pengumpulan dana yang harus
dilaksanakan
di wilayah yang menjadi kewenangan lembaga.
c. Distribusi Zakat Produktif
Dalam Riza(2019) untuk mencapai hasil yang efektif, efisien, dan
maksiaml
agar tercapainya sasaran dan tujuan zakat, maka pengalokasian
dana zakat
digolongkan sebagai berikut:
1) Bentuk Zakat Produktif Tradisional
Zakat yang diberikan berupa barang produktif seperti, kambinh,
sapi,
alat cukur, dan sebagainya.Pemberian tersebut diharapkan
mampu
menciptakan usaha yang nantinya bisa menciptakan lapangan kerja
bagi
fakir miskin.
2) Bentuk Produktif Kreatif
Zakat yang diberikan dalam bentuk menambah modal pedagang
atau
usaha mikro ataupun modal baik sebagai membangun proyek.
-
26
d. Pendayagunaan Zakat Produktif
Keberhasilan zakat bergantung pada pemanfaatannya serta
pendayagunaan.
Meskipun seseorang mampu memperkirakan zakat yang akan
dikeluarkan
dan mengetahui wajib baginya untuk menunaikan zakat. Namun zakat
harus
diberikan kepada yang berhak (Departemen Agama, 2009). Putra
&
Nurnasrina (2017) mengemukakan dalam kategori penyaluran pada
orang
yang berhak menerima zakat untuk dimanfaatkan secara
langsung
kepadaorang yangbersangkutan adalah bentuk pemanfaatan dana
zakat
sebagai pendayagunaan yang sifatnya konsumtif dan
tradisional.
Ada pula pendayagunaan yang penyalurannya dalam bentuk
beasiswa dan peralatan sekolah ini berarti pendayagunaan dalam
bentuk
koknsumtif kreatif.Selanjutnya, penyaluran dalam bentuk barang
produktif
berarti pendayagunaan produktif tradisional.Kemudian,
pendayagunaanyang
diwujudkan dalam bentuk modal yang dipergunakan untuk
membangun
proyek sosial maupun membantu menambah modal seorang
pedagang
ataupun pengusaha kecil berarti ini merupakan pendayagunaan
produktif
kreatif.
B. Telaah Pustaka
Telaah pustaka ialah penelitaina yang dapat mendukung
penulisan
penelitian ini dari penelitian terdahulu yang dapat mendukung
peneliti untuk
mengambil judul dampak distribusi filatropi zakat produktif
terhadap pengentasan
kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salatiga.
-
27
Hasil penelitian Aryani et al., (2019) menunjukkan bahwa
zakat
berdampak signifikan terhadap perubahan kemiskinan. Beberapa
penelitian lainya
dari Syarifudin (2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
zakat terhadap
pengentasan kemskinan, baik zakat produktif maupun konsumtif.
Selanjutnya
penelitian dari Muliadi & Amri (2019) maupun Yuliana et al.,
(2019) hasil
penelitian mereka selaras bahwa zakat berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan.
Sedangkan penelitian dari Mardiana & Lihawa (2019) dan
Romdhoni
(2017) menyatakan bahwa dari penelitiannya zakat berpengaruh
positif signifikan
pada kemiskinan. Kemudian pada penelitian Sastraningsih et al.,
(2020) hasil
penelitian menunjukkan bahwa Disribusi zakat untuk kesehatan
berpengaruh
positif signifikan pada kemiskinan. Selain itu dalam penelitian
Dasangga et al.,
(2020) juga menyatakan bahwa zakat berdampak positif terhadap
kemiskinan.
Pengaruh Distribusi Filantropi Zakat terhadap Pengentasan
Kemiskinan
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
Jurnal Internasional
No Penelitian Variabel Hasil Penelitian Beda Penelitian
1. Bouanani &
Belhadj(2019)
Independen:
(X) Zakat
sebagai input.
Dependen:
(Y) Pengurangan
Kemiskinan
sebagai output
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
uji sampel
paired sampel t-
test.
2. Manara et al., Independen: Hasil penelitian Tidak
-
28
(2018) (X) Zakat
Mediasi:
(Z) Sistem
Crowdfunding
Dependen:
(Y) Penurunan
Kemiskinan
ini menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
terhadap Y dan
Z mampu
memediasi X1
terhadap Y.
menggunakan
variabel Z dan
tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
3. Ahmed
Shaikh(2016)
Independen:
(X) Zakat
Dependen:
(Y) Pengentasan
Kemiskinan
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
4. Ariyani(2016) Independen:
(X) Zakat
sebagai input
Dependen:
(Y) Pengentasan
Kemiskinan
sebagai output
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
terh.adap Y
Tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
5. Khasandy &
Badrudin(2019)
Independen:
(X) Zakat
Mediasi:
(Z) Pertumbuhan
Ekonomi,
Dependen:
(Y1) Indeks
Pembangunan
Manusia, (Y2)
Presentase
Orang Miskin
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
negatif terhadap
Z, dan Z
berpengaruf
negatif terhadap
Y1, serta
berpengaruh
positif terhadap
Tidak
menggunakan
variabel Z dan
Y1, juga tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
-
29
Y2.
6. Sastraningsih et
al., (2020)
Independen:
(X1) Tingkat
Kemiskinan
(Jumlah Orang
Miskin), (X2)
Dana Zakat
Yang
Terkumpul, (X3)
Distribusi Zakat
untuk Konsumsi,
(X4) Distribusi
Zakat untuk
Pendidikan, (X5)
Distribusi Zakat
untuk
Kesehatan, (X6)
Distribusi Zakat
Produktif
Dependen:
(Y1) Tingkat
Kemiskinan
(Jumlah Orang
Miskin), (Y2)
Dana Zakat
Yang
Terkumpul, (Y3)
Distribusi Zakat
untuk Konsumsi,
(Y4) Distribusi
Zakat untuk
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X1 tidak
signifikan
terhadap Y4,
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Y3 dan
Y6, selanjutnya
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Y2 dan
Y5. Untuk X2
tidak signifikan
terhadap Y1,
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Y5,
selanjutnya
berpengauh
positif signifikan
terhadap Y3, Y4,
dan Y6. Untuk
X3 berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Y4 dan
Y6, berpengaruh
negatif
Tidak
menggunakan
variabel X1, X2,
X3, X4, dan X5
serta variabel
dependen Y2,
Y3, Y4, Y5, dan
Y6. Tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
-
30
Pendidikan, (Y5)
Distribusi Zakat
untuk
Kesehatan, (Y6)
Distribusi Zakat
Produktif
signifikan
terhadap Y1,
selanjutnya
berpengaruh
postif signifikan
terhadap Y2 dan
Y5. Untuk
X4berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Y1, Y3,
dan Y4,
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Y6,
selanjutnya
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Y2.
Untuk
X5berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Y5,
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Y2,
selanjutnya
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Y1, Y3,
-
31
dan Y6.
Terakhir
X6berpengaruh
tidak signifikan
terhadap Y3,
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Y1 dan
Y4, selanjutnya
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Y2 dan
Y5.
Jurnal Nasional
No Penelitian Variabel Hasil Penelitian Beda Penelitian
1. Afifudin &
Sari(2019)
Independen:
(X1) Zakat, (X2)
Infaq
Dependen:
(Y) Penurunan
Kemiskinan
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa X1 dan
X2 berpengaruh
secara negatif
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
variabel X2 dan
tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
2. Aryani et al.,
(2019)
Independen:
(X) Dampak
Zakat
Dependen:
(Y) Perubahan
Tipologi
Kemiskinan
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa terjadi
perubahan dari
X secara
signifikan
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
waktu dan objek
penelitian yang
sama.
-
32
3. Damanhur &
Nurainiah,
(2018)
Independen:
(X) Zakat
Dependen:
(Y)
Kesejahteraan
Masyarakat
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
uji paired
sampel t-test.
4. Syarifudin,
(2018)
Independen:
(X1) Zakat
Produktif, (X2)
Zakat Konsumtif
Dependen:
(Y) Pengentasan
Kemiskinan
Hasil
penelitianini
menunjukkan
bahwa ada
pengaruh
pendayagunaan
zakat mal jenis
X1 dan X2
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
variabel X2 dan
tidak
menggunakan
uji sampelpaired
t-test.
5. Tanjung,
(2019)
Independen:
(X) ZIS
Produktif
Dependen:
(Y1)
Pertumbuhan
Usaha Mikro,
(Y2)
Kesejahteraan
Mustahik
Hasil
penenelitian ini
menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Y1 dan
X berpengaruh
secara signifkan
terhadap Y2.
Tidak
menggunakan
variabel Y1 dan
tidak
menggunakanuji
sampel paired t-
test.
6. Mardiana &
Lihawa, (2019)
Independen:
(X1) Zakat
Produktif, (X2)
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X1, X2,
Tidak
menggunakan
variabel X2 dan
-
33
Minat
Berwirausaha
Dependen:
(Y) Pendapatan
Masyarakat
Miskin
dan X3
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Y.
tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
7. Humaira et al.,
(2020)
Independen:
(X1) ZIS, (X2)
Inflasi, (X3)
Pertumbuhan
GDP
Dependen:
(Y) Kemiskinan
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X1
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap Y.
Sedangkan X2,
dan X3
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
variabel X2, dan
X3, juga tidak
menggunakan
uji paired
sampel paired t-
test.
8. Romdhoni,
(2017)
Independen:
(X)
Pendayagunaan
Zakat
Dependen:
(Y) Penigkatan
Pendapatan
Mustahik
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
10. Dasangga et al.,
(2020)
Independen:
(X)
Pendayagunaan
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X
Tidak
menggunakan
waktu dan objek
-
34
Zakat
Dependen:
(Y) Perubahan
Kuadran
Kemiskinan
memiliki
dampak positif
terhadap Y.
penelitian yang
sama.
11. Muliadi &
Amri(2019)
Independen:
(X) Penerimaan
Zakat
Moderasi:
(Z) Dana
Otonomi Khusus
Dependen:
(Y) Kemiskinan
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X dan Z
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
variabel Z dan
uji sampel
paired t-test.
12. Yuliana et al.,
(2019)
Independen:
(X) Zakat, Infak,
dan Sedekah
(ZIS)
Dependen:
(Y) Kemiskinan
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa X
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap Y.
Tidak
menggunakan
uji sampel
paired t-test.
CIBEST Quadrant
Kuadran CIBEST (Center of Islamic Business and Economic
Studies-IPB)
tergolong menjadi empat kuadran sebagai berikut:
-
35
Gambar 2.1. CIBEST Quadrant
Menurut Todaro dan Smith (2012) konsep kemiskinan absolut
ialah
apabila kebutuhan dasarnya kurang dari monetary value yang telah
ditentukan
oleh BPS. Sedangkan kemiskinan materiil dilihat dari
ketidakmampuan
memenuhi sandang, pangan, dan papan.Selanjutnya mengenai
kemiskinan
spiritual dilihat melalui pemenuhan ibadah yang sudah ada pada
agama Islam.
Kombinasi antara kemiskinan materiil dan kemiskinan spiritual
ini disebut
sebagai kemiskinan absolut (Beik & Arsyianti, 2019).
Penjelasan pada gambar 2.1. terbagi dalam dua arah yakni arah
positif (+)
dan negatif (-) dimana garis vertikal menggambarkan garis
kemiskinan
spiritual dan garis horizontal menggambarkan garis kemiskinan
materiil.Tanda
(+) menunjukkanbahwa keluarga berarti terpenuhi kebutuhanya,
sedangkan
tanda (-) berarti menunjukkan tidak terpenuhi kebutuhannya.
Adanya pola
tersebut akan ada empat kemungkinan. Pertama, keluarga yang
terpenuhi
kebutuhannya baik secara spiritual dan materiil dengan tanda
(+). Inilah
KUADRAN-IV
(KEMISKIAN
ABSOLUT)
KUADRAN-III
(KEMISKINAN
SPIRITUAL)
KUADRAN-I
(SEJAHTERA)
KUADRAN-II
(KEMISKINAN
MATERIIL)
GA
RIS
KEM
ISK
INA
N S
PIR
ITU
AL
GARIS KEMISKINAN MATERIAL
( - )
( - )
( + )
( + )
-
36
kuadaran I kesejahteraan, dimana sejahtera itu merupakan
keluarga yang
mampu memenuhi kebutuhan baik secara spiritual dan materiil baik
secara
ekonomi produktif dan secara ibadah juga produktif(Beik &
Arsyianti, 2019).
Kemungkinan kedua, keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan
dalam
aspekspiritual (+) akan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan
dalam aspek
materiilnya (-) dengan baik. Posisi tersebut akan terletak pada
kuadran II, yang
menggambarkan posisi keluarga yang berposisidalam kategori
kemiskinan
materiil. Begitupun sebaliknya, kemungkinan ketiga pada kuadran
III posisi
yang terjadi keluarga mampu secara materiil (+) namun tergolong
tidak mampu
secara spiritual (-). Sehingga posisi tersebut berada pada
kategori kemiskinan
spiritual(Beik & Arsyianti, 2019).
Kemudian kemungkinan keempat adalah posisi terburuk dimana
keluarga
tidak mampu memenuhi kedua kebutuhan materiil dan spiritual
sekaligus.
Sehingga tanda keduanya adalah (-), inilah kategori kemiskinan
absolut yang
berada pada posisi kuadran IV(Beik & Arsyianti, 2019).
Beik & Arsyianti(2019) pada model CIBEST kuadran
kesejahteraan
dilihat tidak seperti biasanya yang hanya dilihat secara
materiil saja namun
disini juiga secara spiritual. Kebutuhan materiil ada tiga
pendekatan yang
dilakukan antara lain:
1) Melihat setiap bulan pada setiap keluarga mengenai kebutuhan
minimal
yang harus dipenuhi.
-
37
2) Memodifikasi antara garis kemiskinan per keluarga disetiap
bulannya
dengan pendekatan BPS terkait kemiskinan setiap keluarga.
3) Menggunakan zakat perdagangan atau standar nishab zakat
penghasilan.
Sedangkan kebutuhan spiritual adalah ibadah yang harusnya
dilaksanakan dalam agama. Dalam kebutuhan spiritual ini dilihat
dari lima
variabel antara lain shalat, puasa, zakat, infaq, sedekah,
lingkungan keluarga
dan kebijakan pemerintah.
C. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yang dihasilkan dari penelitian terdahulu
dari setiap
variabelnya, sehingga peneliti dapat merumuskan kerangka
penelitian sebagai
berikut:
Gambar 2.3. Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesisis berarti suatu suatu pernyataan yang tersembunyi dan
belum
diketahui kepastiannya. Hipotesis berawal dari kata hipo yang
artinya tersembunyi
BAZNAS
Kota Salatiga
Pengentasan Kemiskinan
Program Zakat Produktif Model CIBEST
Dampak Perubahan Kemskinan
Mustahik sebelum menerima
Program Zakat Produktif
Dampak Perubahan Kemskinan
Mustahik setelah menerima
Program Zakat Produktif
Indeks Kemiskinan Materiil
Indeks Kemiskinan Spiritual
Indeks Kemiskinan Absolut
Indeks Kesejahteraan
-
38
sedangakan theses artinya pernyataan berikut hipotesis pada
penelitian ini
(Saefuddin et al., 2009):
H1 :terdapat dampak distribusi filantropi zakat terhadap
pengentasan kemiskinan
absolut, kemiskinan spiritual, dan material mustahik Kota
Salatiga.
-
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif.
Deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang dipergunakan
untuk menguji
hubungan antar variabel dengan teori tertentu. Variabel-variabel
tersebut diukur
(biasaya dengan instrumen penelitian) dianalisis berdasarkan
prosedur statistik
yang terdiri dari angka-angka (Noor, 2012).
Berdasarkan penjelasan tersebut penelitian ini bersifat
dekriptif kuantitatif,
karena merupakan penelitian yang menggambarkan perubahan
kemiskinan yang
bertujuanuntuk memberi gambaran dan memecahkan masalah
berdasarkan data
yang diperoleh oleh peneliti, tentang Dampak Distribusi
Filantropi Zakat
Produktif terhadap Pengentasan Kemiskinan oleh BAZNAS Kota
Salatiga.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di BAZNAS Kota Salatiga Jl. Imam Bonjol
No.
90 C Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Slatiga Jawa Tengah
50723.Adapun
penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari seluruh sampel yang berupa
peristiwaatau seseorang yang memiliki kriteria yang sama dan
dianggap
-
40
sebagai semesta pada penelitian (Ferdinad, 2014).Berdasarkan
pengertian
tersebut, jadi populasi pada penelitian ini adalah mustahik 2019
sebanyak 41
mustahik namun ada beberapa diantaranya tidak dapat
digunakan.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti
adalah
teknik nonprobability sampling melalui purposive
sampling.Nonprobability
sampling ini ialah teknik sampling yang diambil dari seluruh
anggota
populasi yang tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan yang
lain.
Purposive samplingialah kelayakan suatu sampel yang sudah
dipertimbangkan secara khusus dalam pengambilannya (Martono,
2012).
Selanjutnya teknik sampel yang dipilih pada penelitian ini
menggunakan teknik Judgement Sampling yakni pengambilan sampel
yang
dipertimbangkan oleh peneliti dan sudah disesuaikan berdasarkan
masalah
serta tujuan penelitian yang diambil (Ferdinad, 2014).
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan alur dalam perolehan data baik bentuk
data
sekunder maupun primer pada suatu penelitian (Sugiyono, 2012).
Data yang
diperlukan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer
ialah narasumber
terkait yang dimintai secara langsung dalam perolehan
data(Bawono, 2006).
Dalam penelitian ini perolehan data primer melalui kuesioner.
Dimana data
mustahik tersebut diperoleh peneliti dari BAZNAS Kota Salatiga
sebagai objek
penelitian.
-
41
Kuesioner (angket) bisa disebut juga self administrated ini
merupakan
pengumpulandata melalui pengiriman beberapa daftar yang harus
diisi oleh
respoden, daftar tersebut berupa pertanyaan. Pada penelitian ini
kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner terbuka (Opened End Items)
yangmerupakan suatu
kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan tesebut dalam menjawabnya
harus
sesuai dengan pandangan atau pendapat dan pengetahuannya serta
tidak
disediakan secara terbuka ataupun bebas luas untuk dijawab.
Selain data primer penelitian ini juga menggunakan data sekunder
yang
tidak lanpgsung dalam perolehan datanya. Data tersebut diperoleh
melalui media
informasi (Bawono, 2006). Data sekunder yang diperoleh dari
peneliti yaitu
jurnal,buku, dan internet.
E. Skala Pengukuran
Pada penelitian ini pengentasan kemiskinan dilihat dari
kesejahteraan
mustahik baik dari posisi kemiskinan spiritual danposisi
kemiskinan materiil.
1. Garis kemiskinan spiritual dihitung berdasarkan. Kelima
variabel tersebut
adalah ibadah dalam paradigma shalat, zakat, puasa, lingkungan
keluarga, dan
kebijakan pemerintah (Beik & Arsyianti, 2019). Dalam menilai
variabel
tersebut pada penelitianini yang digunakan adalah skala likert 1
sampai 5
berikut tabel penjelasannya.
Tabel 3.3. Skala Likert Spiritual Mustahik
Variabel Skala Likert Standar
Kemiskinan 1 2 3 4 5
Shalat Melarango Menolak Melaksa Melaksanak Melaksanak Skor
rata-
-
42
rang lain
untuk
sholat
konsep
sholat
nakan
sholat
wajib
namun
tidak
rutin
an shalat
wajib
namun tidak
selalu
berjamaah
an shalat
rutin
berjamaah
dan
melakukan
shalat
sunnah
rata untuk
keluarga
yang secara
spiritual
miskin ialah
3 (SV=3)
Puasa Melarang
orang lain
untuk
berpuasa
Menolak
konsep
berpuasa
Melaksa
nakan
puasa
wajib
namun
tidak
penuh
Hanya
melaksanak
an puasa
wajib
dengan
penuh
Melaksanak
an baik
puasa wajib
maupun
puasa
sunnah
Zakat,
Infak,
Sedekah
Melarang
orang lain
untuk
berzakat,
infak, dan
sedekah
Menolak
konsep
berzakat,
infak,
dan
sedekah
Tidak
pernah
berinfak
walau
sekali
dalam
satu
tahun
Membayar
zakat fitrah
maupun
zakat harta
Membayar
zakat fitrah,
zakat harta,
dan
infak/sedek
ah
Lingkun
gan
Keluarg
a
Melarang
anggota
keluarga
utuk
ibadah
Menolak
pelaksan
aan
ibadah
Mengang
gap
ibadah
urusanpri
badi
anggota
keluarga
Mendukung
ibadah
anggota
keluarga
Membangu
n suasana
keluarga
yang
mendukung
ibadah
secarabersa
ma-sama
Kebijak
an
Pemerin
tah
Melarang
ibadah
untuk
setiap
keluarga
Menolak
pelaksan
aan
ibadah
Mengang
gap
ibadah
urusanpri
badi
masyara
kat
Mendukung
ibadah
Menciptaka
n
lingkungan
yangkondus
if untuk
ibadah
Sumber: Beik dan Arsyianti (2019)
Berdasarkan tabel 3.1. nilaiSV sama dengan 3, apabila sebuah
rumah
tanga memiliki skor kurang dari sama dengan 3 maka rumah tangga
tesebut
dalam kategori miskin spiritual. Namun akan sebaliknya apabila
rumah tagga
-
43
memiliki skorlebih dari 3 maka rumah tangga tersebut dalam
kategori kaya
spiritual dan dapat disebut juga sejahtera secara spiritual.
2. Garis kemiskinan materiil dalam penelitian ini dihitung
menggunakan
modifikasi garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS Kota
Salatiga yaitu Rp
418 955.00 dan total jumlah penduduk beserta rumah tangga
masing-masing
sebesar 195 563 jiwa dan 65 307 rumah tangga
(dataku.salatiga.go.id).
Dikategorikan kaya secara materil apabila skor kebutuhan
keluarga sama
dengan MV (standar minimal kebutuahan materiil yang harus
dipenuhi
keluarga).
Sehingga MV= 418 955 x 2.994 = 1 254 568.37
F. Definisi dan Konsep Operasional
Pada penelitian ini menurut Kusnadi(2008) operasional
variabel
merupakan suatu cara yang didasarkan padaperihal yang
didefinisikan yang bisa
diamati atau diobservasikan serta bisa diukur. Sedangkan
variabel itu sendiri
merupakan konstruk yang sifatnya telah diberi angka
(kuantitatif) maupun
kualitatif yang dapat berubah-ubah nilainya (Siregar, 2014).
Pada penelitian ini
ada dua macam variabel sebagai berkut:
1. Variabel bebas / independent variable
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab ataupun
yang
mempengaruhi variabel lain (variable independent). Variabel ini
juga sering
disebut sebagai variabel bebas, prediktor (Siregar, 2014).
Adapun yangmenjadi
-
44
variabel independen pada penelitian ini adalah dampak distribusi
filantropi
zakat produktif.
2. Variabel terikat / dependent variable
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat,
dengan adanya vaiabel lain (variabel bebas). Variabel ini juga
sering disebut
sebgai variabel terikat,(Siregar, 2014).Adapun yang menjadi
variabel dependen
dalam penelitian ini adalah pengetasan kemiskinan yang dilihat
dari perubahan
tipe kemiskinan spiritual, materiil, absolut, dan kesejahteraan
mustahik.
G. Instrumen Penelitian
1. Indikator Kemiskinan Materiil
Pendapatan mustahik sebelum dan setelah menerima program
zakat
produktif dri Baznas Kota Salatiga. Suatu keluarga dikatakan
miskin apabila
pendapatan mereka berdada dibawah nilai MV, dan begitu pula
sebaliknya
(Beik & Arsyianti, 2019).
2. Indikator Kemiskinan Spiritual
Dilihat melalui kebutuhan minimal spritual dalam model CIBEST
skor rata-
rata untuk keluarga miskin secara spiritual adalah SV = 3.
Indikator
kemiskinan spiritual terdiri dari lima variabel(Beik &
Arsyianti, 2019).
H. Uji Instrumen Penelitian
1. Deskrptif Statistik
Analisis deskriptif ststistik digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai
objek penelitian(Aryani et al., 2019). Menurut (Imam, 2013)
analisis statistik
deskriptif untuk memberikan gambaran ataupun deskripsi mengenai
data yang
-
45
dilihat dari beberapa nilai diantaranya rata-rata (mean),
standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness.Gambaran
objek
yang menjadi penelitian ini meliputi, jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan
pekerjaan.
2. Uji Validitas
Uji ini dilakukan untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan
yang
kemudian daftar pertanyaan tersebut pada umumya mendukung
suatu
kelompok variabel tertentu.Uji ini dilakukan pada setiap butir
soal.Butir
pertanyaan dikatakan valid apabila rtabel
-
46
Uji reabilitas untuk menilai kestabilanukuran dan konsistentsi
responden dalam
menjawab kuesioner.Kuesioner ini mencerminkan konstruk sebagai
dimensi
suatu variabelyang disusun dalam bentuk pertanyaan. Uji ini akan
dilakukan
secara bersama-sama pada seluruh pertanyaan. Dikatakan reliabel
apabila nilai
alpha > 0.60. Berikut rumus alfa cronbach(Noor, 2012):
[
] [
∑
]dimana rumus
∑ ∑
Keterangan:
rii = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau pertanyaan
∑σ2 = jumlah butir soal atau pertanyaan
σ 12 = variasi total
4. Uji Normalitas
Pada uji normalitas bertujuan apakah dalam suatu model, variabel
dependen,
variabel independen,atau keduannya berdistribusi normal
atautidak
Sugiyono(2010), sebagai berikut:
a. H0 : data berdistribusi normal
b. Ha : data tidak berdistribuai normal.
Dasar pengambilan keputusan:
a. Apabila nilai sig> 0,05 maka H0 diterima
b. Apabila nilai sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
5. Uji Beda Paired Sample t Test
-
47
Uji ini menurut Santoso (2010) dalam Aryani et al., (2019)
dilakukan untuk
mengetahui perubahan kemiskinan sebelum dan setelah menerima
program
zakat produktif. Melalui pengujian dua sampel berpasangan
dengan
pengambilankeputusan sebagai berikut:
a. Apabila sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ha diterima sedangkan
H0 ditolak
b. Apabila sig. (2-tailed) ≥ 0,05 maka Ha ditolak sedangkan H0
diterima
I. Alat Analisis
Analisis ini menggunakan dua cara yakni menggunakan model
CIBEST
dan uji beda pada aplikasi statistik yakni SPSS. Pertama,pada
model CIBEST
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kondisikesejahteraan mustahik
pada saat sebelum dan sesudah menerima zakat produktif dari
BAZNAS Kota
Salatiga(Beik & Arsyianti, 2019).
1. Untuk menentukan garis kemiskinan dan garis kemiskinan
spiritual di Kota
Salatiga.
a. Pada penelitian ni untuk menentukan nilai MV (standar minimal
kebutuhan
material yang harus dipenuhi keluarga) adalah sebesar Rp 1 254
568.37.
b. Pada penelitian ini untuk menentukan nilai spiritual
keluarga, pertama harus
dihitung terlebih dahulu skor spiritual masing-masing anggota
keluarga
menggunakan rumus berikut:
Keteragan:
Hi = nilai aktual kemiskinan spiritual anggota ke-i
-
48
Vpi = nilai sholat anggota keluarga ke-i
Vfi = nilai puasa anggota keluarga ke-i
Vzi = nilai zakat anggota keluarga ke-i
Vhi = nilai lingkungan keluarga menurut anggota ke-i
Vgi = nilai kebijakan pemerintah enurut anggota keluarga
ke-i
Dari hasil diatas, kemudian menentukan skor spiritual rumah
tangga/keluarga, dengan menjumlahkan skor seluruh anggota
keluarga dan
membaginya dengan jumlah anggota keluarga, dengan rumus dibawah
ini:
∑
Keterangan:
SH = nilai rata-rata kondisi pada indikator spiritual
keluarga
Hi = nilai kondisi pada indikator spiritual anggota keluarga
ke-i
MH = total anggota keluarga
Pada nilai SH diatas akan terlihat nilai spiritualitas suatu
keluarga,
maka dapat dihitung berapa nilai spiritualitas setiap keluarga
pada
suatuwilayah dan bahkan suatu negara, dengan formula sebagai
berikut:
∑
Keterangan:
SS = nilai rata-rata kondisi indikator spiritual kesehahteraan
keluarga
yang diamati
SHk = nilai kondisi indikator spiritual keluarga ke-k
-
49
N = jumlah seluruh keluarga yang diamati di suatu
wilayah/negara
2. Untuk menghitung pendapatan mustahik yang menerima program
zakat
produktif dari BAZNAS Kota Salatiga. Apabila pendapatan keluarga
melebihi
nilai MV maka keluarga dapat kategori kaya materiil. Sebaliknya
apabila
pendapatan keluarga dibawah nilai MV maka dikategorikan dalam
miskin
materiil.
3. Cara memasukkan ke dalam kategori kuadran CIBEST dalam
konteks
negara/wilayah apabila nilai SS > SV maka dapat disimpulkan
bahwa kondisi
spiritual masyarakat tersebut baik atau berkecukupan. Apabila
nilai SS ≤ SV
maka kondisi spiritual masyarakat tersebut dalam posisi miskin
atau
kekurangan. Dengan begitu, setelah diketahui nilai MV dan SV
masing-masing
keluarga akan dimasukkan kedalam pengelompokkan kuadran CIBEST
(Beik
& Arsyianti, 2019).
Kombiansi Nilai Aktual SV dan MV
Tabel 3.4. Kombinasi Skor Aktual Nilai SV dan MV
Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai SV
>Nilai MV
Kaya secara Spiritual,
Miskin secara Materiil
(Kuadran II)
Kayasecara Spiritual, Kaya
secara Materiil
(Kuadran I)
≤ Nilai SV
Miskin secara Spiritual,
Miskin secara Materiil
(Kuadran IV)
Miskin secara Spiritual,
Kaya secara Materiil
(Kuadran III)
Sumber: Beik dan Arsyianti (2019)
-
50
4. Langkah selanjutnya setelah pengelompokkan diatas adalah
menghitung setiap
kuadran CIBEST untuk mendapatkan indeks kesejahteraan (Kuadran
I), indeks
kemiskinan materiil (Kuadran II), indeks kemiskinan spiritual
(Kuadran III),
dan indeks kemiskinan absolut (Kuadran IV).
a. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesejahteraan
tersebut
sebagai berkut:
Keterangan:
W = indeks kesejahteraan (0≤W≤1)
w = jumlah keluarga yangkaya materiil dan spiritual
N = total jumlah keluarga yang diteliti
b. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kemiskinan
materiil
sebagai berikut:
Katerangan:
Pm = indeks kemiskinan materiil; 0 ≤ Pm ≤ 1
Mp = jumlah keluarga yang miskin secara materiil namun kaya
secara
spiritual
N = jumlah populasi (total keluarga yang diamati)
c. Formula untuk menghitung indekskemiskinan spiritual sebagai
berikut:
-
51
Keterangan:
Ps = indeks kemiskinan spiritual; 0 ≤ Ps ≤ 1
Sp = jumlah keluarga yang miskin secara spiritual tetapi kaya
secara
materiil
N = jumlah populasi (total keluarga yang diamati)
d. Formula untuk indeks kemiskinan absolut sebagai berikut:
Keterangan:
Pa = indeks kemiskinan absolut; 0 ≤ Pa ≤ 1
Ap = jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan
miskinsecara
materiil
N = jumlah populasi (total keluarga yang diamati)(Beik &
Arsyianti,
2019).
Selanjutnya alat analisis yang kedua, untuk mengetahui ada
atau
tidaknya perubahan terhadap kemiskinan mustahik di Kota Salatiga
sebelum
dan sesudah menerima program zakat produktif, maka akan
dilakukan uji
beda paired sampel t-test. Paired sampel t-test dilakukan untuk
menguji
perbedaan dua sampel yangberpasangan.Paired sampel t test
dilakukan jika
data berdistribusinormal, dengan dasar pengambilan keputusan
sebagai
berikut:
1. Apabila probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha
diterima.
-
52
2. Apabila probabilitas (Asymp. Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima
dan
Haditolak.
Alat analisis diatas menggunakan program SPSS 23
(Statistical
Product and Service Sollution) untuk mengetahui hasil dari Uji
beda Paired
Sample r-Test. SPSS 23 adalahsebuah program komputer statistik
yang
berfungsi pengelola data-data statistik secara tepat, serta
menghasilkan
mampu output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan.
Statistik
merupakan sebagai suatu kegiatan yangbertujuan untuk
mengumpulkan
data, meringkas atau menyajikan data kemudian menganalisis data
dengan
menggunakan metode tertentu dan menginterprestasikan hasil dari
analisis
tersebut.
-
53
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Statistik Deskriptif
1. Deskripsi Obyek Penelitian
a. Profil BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Salatiga
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah badan resmi yang
didirikan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No.
8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat
nasional.
Adanya UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
semakin
mengukuhkan peran dari BAZNAS yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional.Pada UU tersebut, BAZNAS
dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat
mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Mentri
Agama(baznas.go.id, n.d.).
Berdirinya BAZNAS di berbagai wilayah peneliti mengambil
salah satu BAZNAS yang berdiri di Jawa Tengah yakni BAZNAS
Kota
Salatiga.Dikarenakan belum ada penelitian sebelumnya di lokasi
obyek
tersebut.
b. Visi, Misi Dan Tujuan BAZNAS Kota Salatiga
1) Visi BAZNAS
Menjadi pengelola Zakat terbaik dan terpercaya di dunia.
-
54
2) Misi BAZNAS
a) Terkoordinasinya BAZNAS kota dalam mencapai tujuan
nasional.
b) Pengumpulan zakat nasional yang optimal.
c) Termoderasinya kesenjangan sosial serta, pendayagunaan
dan