LO 1 Memahami dan menjelaskan vesica urinaria dan uretraLI 1
Makroskopika. Vesica urinaria (kandung kemih) Vesica urinaria
terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Pada
orang dewasa kapasitas maksimumnya kurang lebih 500 ml. Pada VU
yang kosong, seluruhnya terletak di dalam pelvis dan berbentuk
seperti pyramid terbalik. Jika VU terisi, dinding atasnya terangkat
sampai masuk regio hypogastricum. VU mempunyai dinding otot yang
kuat. Pada anak kecil, VU yang kosong menonjol di atas aperture
pelvis superior, kemudian bila cavitas pelvis membesar, VU terbenam
di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa.
Bagian apex, vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang
pinggir atas symphisis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan
umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus).
Bagian basis (facies posterior), menghadap ke posterior dan
berbentuk segitiga. Sudut superolaeralis merupakan tempat muara
ureter dan sudut inferior merupakan tempat asal uretra. Kedua
ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae
dan memisahkan vesicular seminalis satu dengan yang lain. Bagian
atas facies posterior vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk
dinding anterior excavation rectovesicalis. Bagian bawah dipisahkan
dari rectum oleh duktus deferens, vesicula seminalis dan fascia
rectovesicalis. Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan
berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoideum. Sepanjang
pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding
lateral pelvis. Bila VU terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies
superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas
abdominalis. Peritoneum yang meliputinya terangkat pada bagian
bawah dinding anterior abdomen sehingga VU berhubungan langsung
dengan dinding anterior abdomen. Facies inferolateralis dibagian
depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan pubis. Lebih
ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus
obturatorius internus dan di bawah dengan musculus levator. Collum
vesicae berada di inferior dan terletak pada superior prostat.
Disini serabut otot polos dinding VU dilanjutkan sebagai serabut
otot polos prostat. Collum vesicae dipertahankan pada tempatnya
oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan ligamentum
pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan
penebalan fascia pelvis. Tunica mukosa sebagian besar
berlipat-lipat pada VU yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut
akan menghilang bila VU terisi penuh. Area tunika mukosa meliputi
permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae
liutaudi. Disini tunika mukosa selalu licin walaupun dalam keadaan
kosong karena membrane mukosa pada trigonum ini melekat dengan erat
pada lapisan otot yang ada dibawahnya. Trigonum vesicae dibatasi
disebelah atas oleh rigi muscular yag bejalan dri muara ureter yang
lain dan disebut plica interureterica. Uvula vesicae merupakan
tonjolan kecil yang terletak tepat dibelakang ostium uretra yang
disebabkan oleh lobus medius prostat yang ada dibawahnya. Tunika
muskularis terdiri atas otot polos yang tersusun dalam 3 lapisan
yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor
vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot
ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae. Vaskularisasi VU
Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca
interna Venae membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah
berhubungan dengan plexus venosus prostaticus dan bermuara ke vena
iliaca interna.
Persarafan VU Persarafan VU berasal dai plexus hypogastricus
inferior. Serabut postganglionic simpatis berasal dari ganglion
lumbalis I dan II lalu berjalan turun ke vesica urinaria melalu
plexus hypogastricus. Serabut preganglionic parasimpatikus yang
muncul sebagai neervi splanchnici pelvici berasal dari nervus
sacrale II, III, dan IV, berjalan melalui plexus hypogastricus
menuju dinding VU, ditempat ini serabut tersebut bersinaps dengan
neuron postganglionic. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang
berasal dari VU menuju system saraf pusat melalui nervi splanchnici
pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis
melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medulla spinalis segmen
lumbalis I dan II. Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus
detrusor vesicae dan merangsang penutupan musculus sphinter
vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi musculus detrusor
vesicae dan menghambar kerja musculus sphincter vesicae.
b. Urethra Urethra masculine Panjangnya sekitar 15-2- cm dan
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethra
externum pada glands penis. Urethra pars prostatica panjangnya 3 cm
dan berjalan melalui prostat dari basis sampai apex. Bagian ini
merupakan bagian yang paling lebar dan yang dapat dilebarkan dari
urethra. Pada bagian ini bermuara ductus ejaculatoris dan saluran
keluar kelenjar prostat Urethra pars membranosa panjangnya sekitar
1,25 cm, terletak di dalam diafragma urogenital dan dikelilingi
oleh muskulus sphincter urethrae. Bagian ini merupakan bagian
urethra yang paling tidak bias dilebarkan. Urethra pars spongiosa
panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus dan
corpus spongiosom penis. Ostium urethra externum merupakan bagian
yang tersempit dari seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak
didalam gland penis melebar membentuk fossa navicularis (fossa
terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra
pars spongiosa distal dari diafragma urogenital.
Urethra feminia Panjang urethra feminia sekita 3-8 cm dan
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethrae
externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal
dari clitoris Urethra menembus muskulus sphinter urethrae dan
terletak tepat di depan vagina Disamping ostium urethrae externum,
terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis.
Vaskularisasi urethra Arteri dorsalis penis dan arteria
bulbourethralis yang merupakan cabang dari arteria pudenda
interna
Persarafan urethra- Persarafan urethra di urus oleh nervus
dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang dari nervus
pudendus
LI 2 Mikroskopika. Vesica urinaria Terdiri dari epitel
transisional yang lebih tebal Saat VU terisi ,tebalnya hanya 2
sampai 3 lapis dan saat VU kosong, tebalnya 6 sampai 8 lapis sel.
Di bawah epitel terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang
dibentuk serat-serat otot yang tidak beraturan dengan banyak serat
saraf Terdapat beberapa kelenjar kecil yang terdiri atas sel-sel
bening penghasil mucus dengan saluran keluar yang bercabang atau
tunggal di dalam lamina propria terutama dekat dengan muara ureter
dan muara uretra Lamina propianya tebal dengan lapis luar yang
longgar, kadang disebut submukosa yang memungkinan mukosa berlipat
saat VU kosong Lapis sirkular tengah yang paling mencolok dan
membentuk stingfer tebal sekitar muara uretra dalam dan tidak
begitu tebal sekitar muara ureter Lapis adeventisia terdiri atas
lapisan fibro-elastis, hanya permukaan superior VU saja yang
ditutupi peritoneum secara longgar Tebal muskularis hanya 3
lapisan: Lapisan dalam yang longitudinal Lapisan tengah yang yang
sirkular Lapisan luar yang longitudinal
b. Urethra Urethra masculine Epitel pembatas urethra pars
prostatica ialah epitel trasisional, tetapi pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis/bertingkat silindris dengan
bercak-bercak epitel berlapis gepeng Ujung urethra bagian penis
yang melebar (fossa navicularis) dibatasi epitel berlapis gepeng,
terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus Di bawah epitel
terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-elastis
longgar. Membrane mukosa tidak beraturan dengan lekukan atau sumur
kecil-kecil yang meluas ke dalam membentuk kelenjar tubular
(littre) yang bercabang. Kelenjar ini lebih banyak pada permukaan
dorsal urethra dan tersusun serong dengan bagian dasar tersusun
proksimal terhadap muaranya. Dibatasi epitel serupa dengan yang
membatasi urethra dan menghasilkan mucus
Urethra feminine Muskularis terdiri atas 2 lapisan otot polos
tersusun serupa dengan yang ada pada ureter tetapi diperkuat
sfingter otot pada muaranya Epitel pembatasnya terutama epitel
berlapis gepeng dengan bercak epitel bertingkat silindris. Terdapat
juga penonjolan berupa kelenjar yang serupa dengan kelenjar littre
pada pria Lamina propianya merupakan jaringan ikat fibrosa longgar
yang ditandai dengan banyaknya sinus venosus mirip jaringan
cavernosa
LO 2 Memahami dan menjelaskan fisiologi miksi
Pengisian Kandung Kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos
yang tersusun dalam serabut- serabut spiral, longitudinal dan
sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak
terlihat. Kontraksi peristalitik yang reguler terjadi 1-5 kali
permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal ke kandung
kemih, dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan
gerakan gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui
dinding kandung kemih dan walaupun disini tidak terdapat alat
seperti spingter uretra, jalannya yang miring cenderung membiarkan
ureter tertutup, kecuali sewaktu gelombang peristaltik guna
mencegah refluk urine dari kandung kemih (Ganong,1983).Sewaktu
pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai
berikut: Sensasi kandung kemih harus intak Kandung kemih harus
tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan rendah walaupun
volume urine bertambah. Bladder outlet harus tetap tertutup selama
waktu pengisian ataupun saat terjadi peninggian tekanan intra
abdomen yang tiba-tiba. Kandung kemih harus dalam keadaan tidak
berkontraksi involunterPengosongan Kandung Kemih. Kandung kemih
hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan (pengisian) dan
mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak. Aktifitsas sistem
saraf untuk kedua sistem ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah
suatu proses yang sangat komplet dan masih banyak membingungkan.
Berkemih dasarnya adalah suatu reflek spinal yang dirangsang dan
dihambat oleh pusat-pusat di otak, seperti halnya perangsangan
defekasi, dan penghambatan ini volunter. Urine yang masuk kedalam
kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal yang
berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh. Seperti
otot polos lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat
elastis bila diregangkan. Pengosongan kandung kemih melibatkan
banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra vesikal yang dihasilkan
oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama untuk
berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih
otot-otot perineal dan muskulus spingter uretra eksternus mengalami
relaksasi, sedangkan muskulus detrusor mengalami kontraksi yang
menyebabkan urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang
terdapat pada sisi uretra tampaknya tidak mempunyai peranan sewaktu
berkemih, dimana fungsi utamanya diduga untuk mencegah refluk semen
kedalam kandung kemih sewaktu ejakulasi (Ganong,1983).Mekanisme
pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu
peristiwa yang mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis
yang menyebabkan tarikan otot-otot detrusor kebawah untuk memulai
kontraksinya. Otot-otot perineal dan spingter eksterna berkontraksi
secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra atau
menghentikan aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga
merupakan kemampuan untuk mempertahankan spingter eksterna dalam
keadaan berkontraksi, dimana pada orang dewasa dapat menahan
kencing sampai ada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih
uretra wanita kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih
ada dalam uretra laki- laki dikeluarkan oleh beberapa kontraksi
muskulus bulbo kavernosus (Tanagho,1995;Turek,1993).Pada orang
dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali
reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah
perangsangan untuk berkemih di pons dan daerah penghambatan di
mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat berkontraksi walau hanya
mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter
reflek pengosongan spiral. Kontraksi volunter otot-otot dinding
perut juga membantu pengeluaran urine dengan menaikkan tekanan
intra abdomen. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa
sensasi kencing dan apabila dikehendaki atas kendali pusat
terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi spingter (internus dan
eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-buli.
Tekanan uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O
sementara itu tekanan didalam kandung kemih naik sampai 40 cmH2O
sehingga urin dipancarkan keluar melalui uretra (Rochani,
2000).