BAB IPENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian
tersering ketiga di Negara Amerika, merupakan penyakit yang paling
sering menimbulkan kecacatan. Menurut American Heart Association,
diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000
penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Sedangkan angka
kematian penderita stroke di Amerika adalah 100/100.000 penderita
pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak awal tahun
1900, dimana angka kematian sesudah tahun 1969 menurun hingga 5%
pertahun. Beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat
kejadian penyakit yang menurun yang disebabkan karena kontrol yang
baik terhadap faktor risiko penyakit stroke.Di Indonesia masih
belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi
penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian
yang minim pada populasi masyarakat, didapatkan angka prevalensi
penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0.5% (Darmojo, 1990) dan
angka insidensi penyakit stroke pada aderah rural sekitar
50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey
Kesehatan Rumah Tangga (1995) Depkes RI, menunjukkan bahwa penyakit
vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia.Dari data
di atas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang
tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan
pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk
menentukan pecegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan
angka kematian dan kecacatan.Menurut WHO (World Health
Organization), stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari
24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguang
peredaran darah otak. Secara praktis, stroke dapat dikenal dari
gejala klinisnya yang bersifat: onset mendadak dengan gejala klinis
baik fokal (seperti paresis, sulit bicara, buta, dan lain-lain)
maupun global (gangguan kesadaran), dan berkembang cepat serta
mencapai maksimal dalam waktu beberapa menit sampai beberapa
jam.
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10-15% dari seluruh
stroke dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark
cerebral. Literature lain menyatakan 8 18% dari stroke keseluruhan
yang bersifat hemoragik. Namun, pengkajian rerospektif terbaru
menemukan bahwa 40,9% dari 757 kasus stroke adalah stroke
hemoragik. Pendapat menyatakan bahwa peningkatan presentase mungkin
dikarenakan peningkatan kualitas pemeriksaan seperti ketersediaan
CT scan, ataupun peningkatan penggunaan terapeutik agen platelet
dan warfarin yang dapat menyebabkan perdarahan.Stroke adalah
penyebab kematian dan disabilitas utama. Dengan kombinasi seluruh
tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan ketiga
penyebab utama kematian dan urutan pertama penyebab utama
disabilitas. Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih
tingi terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik.
Hanya 20% pasien yang mendapatkan kembali kemandirian
fungsionalnya.
BAB IILAPORAN KASUS
II.1. IDENTITAS PASIENNama: Ny. LJenis kelamin:
PerempuanTempat/tanggal lahir: Magelang, 17 Juni 1962Usia: 51
tahunAlamat: Gandon, RT 02, RW 01, Banjarsari, Windusari
MagelangAgama: IslamSuku bangsa: JawaPekerjaan: Ibu rumah
tanggaTanggal masuk RS: 2 Mei 2013 pk. 18.15 WIBTanggal keluar RS:
8 Mei 2013
II.2. SUBJECTIVEAnamnesis dilakukan di bangsal ruang Bougenville
pada hari Jumat, 3 Mei 2013. Keluhan utama: Berbicara pelo Riwayat
penyakit sekarang:Pada pukul 17.00 pada tanggal 2 Mei 2013 (1 jam
SMRS), sehabis pulang dari sawah, tiba-tiba berbicara menjadi pelo,
sebelumnya penderita dapat berbicara dengan lancar. Tangan kanan
dan kaki kanan terasa berat tapi masih bisa digerakkan. Sebelumnya,
pasien merasa sakit kepala yang terasa berat, tapi tidak ada mual
maupun muntah. Sebelum ke rumah sakit periksa ke bidan dan tekanan
darahnya 200/120 mmHg dan langsung dirujuk ke rumah sakit. Tidak
pernah demam. Makan dan minum baik. BAB dan BAK tidak ada masalah.
Riwayat penyakit dahulu:Belum pernah dirawat sebelumnya atas
indikasi apapun. Memiliki riwayat hipertensi tetapi jarang kontrol
rutin ataupun minum obat 3 bulan ini. Riwayat Diabetes disangkal.
Riwayat kejang dan cedera kepala sebelumnya disangkal oleh
penderita.
II.3. OBJECTIVESTATUS GENERALISKeadaan Umum: Sakit
sedangKesadaran/GCS: Compos mentis/E4 V5 M6Vital Sign: Tekanan
darah: 190/100 mmHg Nadi: 74 kali/menit Suhu: 36.5 C Pernafasan: 20
kali/menit
STATUS LOKALISATAStatus InternaKepala/Leher: Tidak terlihat
ikterik pada kedua sklera kanan dan kiri Tidak ada tanda-tanda
anemia pada konjungtiva Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm/3 mm
Lidah deviasi ke kanan saat dijulurkan Tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening
Thoraks: Jantung : Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat, terdapat pada sela
iga 5 garis midclavicula Perkusi: Redup, batas jantung normal
Auskultasi: Suara jantung I dan II regular, tidak terdapat gallop
dan murmur Paru : Inspeksi: Simetris Palpasi: Fremitus taktil kanan
dan kiri sama Perkusi: Sonor Auskultasi: Nafas vesikuler, tidak
terdapat suara nafas tambahan, baik berupa rhonki maupun
wheezing.Abdomen: Inspeksi: Simetris, protuberan Auskultasi :
Bising usus normal terdengar di seluruh kuadran abdomen Palpasi:
Teraba soefl Tidak terdapat ascites Hepar dan lien tidak teraba
Tidak terdapat nyeri tekan Perkusi: TimpaniEkstremitas: Tidak ada
edema Tidak terdapat akral yang dingin Tidak terdapat sianosis
Status NeurologiGCS : E4V5M6MENINGEAL SIGN : Kaku Kuduk : -
Kernig : - Brudzinski I-IV : -
NERVUS CRANIALIS :1. N. Olfaktorius (N. I): DBN
2. N. Optikus (N. II)a. Tajam Penglihatan: DBNb. Lapang pandang
(visual field) : DBNc. Warna: tidak dilakukand. Funduskopi: tidak
dilakukan
3. N. okulomotorius, troklearis, abducen (N. III,IV,VI)a.
Kedudukan bola mata saat diam : DBNb. Gerakan bola mata : DBNc.
Pupil:i. Bentuk, lebar, perbedaan lebar: DBNii. Reaksi cahaya
langsung dan konsensuil: +/+iii. Reaksi akomodasi dan konvergensi :
DBN
4. N. Trigeminus (N. V)a. Sensorik : DBNb. Motorik :i.
Merapatkan gigi : DBNii. Buka mulut: DBNiii. Menggigit tongue
spatel kayu: tidak dilakukaniv. Menggerakkan rahang : DBNc. Refleks
:i. Maseter /mandibular : (-)ii. Kornea : DBN
5. N. Facialis (N. VII)a. Sensorik: sensorik raba DBNb.
Motoriki. Kondisi diam: simetrisii. Kondisi bergerak:a) Musculus
frontalis: DBNb) Musculus korugator supersili: DBNc) Musculus
nasalis: DBNd) Musculus orbicularis oculi: DBNe) Musculus
orbicularis oris: DBNf) Musculus zigomaticus: DBNg) Musculus
risorius: DBNh) Musculus bucinator: DBNi) Musculus mentalis: DBNj)
Musculus plysma: DBNc. Sensorik khususi. Lakrimasi : tidak
dilakukanii. Refleks stapedius: tidak dilakukaniii. Pengecapan 2/3
anterior lidah: tidak dilakukan
6. N. Statoakustikus (N. VIII)a. Suara bisik: DBNb. Arloji:
DBNc. Garpu tala: tidak dilakukand. Nistagmus: tidak dilakukane.
Tes Kalori: tidak dilakukan
7. N. Glosopharingeus, Vagus (N.IX, X)a. Inspeksi oropharing
keadaan istirahat: uvula simetris b. Inspeksi oropharing saat
berfonasi : uvula simetrisc. Refleks : muntah (+), batuk (+)d.
Sensorik khusus : Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukane.
Suara serak atau parau : (-)f. Menelan : Sulit menelan air atau
cairan dibandingkan padat: (-)8. N. Acesorius (N.XI)a. Kekuatan m.
trapezius : DBNb. Kekuatan m. sternokleidomastoideus : DBN
9. N. hipoglosus (N. XII)a. Kondisi diam: lidah miring ke
sebelah kirib. Kondisi bergerak: lidah miring ke sebelah
kananMOTORIK :a. Observasi: DBNb. Palpasi: konsistensi otot
kenyalc. Perkusi: DBNd. Tonus: DBNe. Kekuatan otot: 45
45i. Extremitas atas : M. deltoid: +4 / +5 M. biceps brakii: +4
/ +5 M. triceps: +4 / +5 M. brakioradialis: +4 / +5 M. pronator
teres: +4 / +5 Genggaman tangan: +4 / +5ii. Extremitas bawah : M.
iliopsoas: +4 / +5 M. kwadricep femoris: +4 / +5 M. hamstring: +4 /
+5 M. tibialis anterior: +4 / +5 M. gastrocnemius: +4 / +5 M.
soleus : +4 / +5
SENSORIKa. Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, raba
halus/kasar): DBNb. Proprioseptik (gerak/posisi, getar dan tekan):
DBNc. Kombinasi :i. Stereognosis: tidak dilakukanii. Barognosis:
tidak dilakukaniii. Graphestesia: DBNiv. Two point tactile
discrimination: DBNv. Sensory extinction: DBNvi. Loss of body
image: (-)
REFLEKS FISIOLOGISa. Refleks Superficiali. Dinding perut /BHR:
tidak dilakukanii. Cremaster: -b. Refleks tendon / periostenum:i.
BPR / Biceps : +2/ +2ii. TPR / Triceps : +2/ +2iii. KPR / Patella :
+2/ +2iv. APR / Achilles: +2 / +2v. Klonus : Lutut / patella: - / -
Kaki / ankle: - / -
REFLEKS PATOLOGISa. Babinski: - / -b. Chaddock: - / -c.
Oppenheim: - / -d. Gordon: - / -e. Schaeffer: - / -f. Gonda: - /
-g. Stransky: - / -h. Rossolimo: - / -i. Mendel-Bechtrew: - / -j.
Hoffman: -/ -k. Tromner: -/ -
REFLEKS PRIMITIFa. Grasp refleks: -/-b. Palmo-mental refleks:
-/-
PEMERIKSAAN SEREBELLUMa. Koordinasi:i. Asinergia /disinergia:
(-)ii. Diadokinesia: (-)iii. Metria: (-)iv. Tes memelihara sikap
Rebound phenomenon: sulit dievaluasi Tes lengan lurus: sulit
dievaluasib. Keseimbangani. Sikap duduk : sulit dievaluasiii. Sikap
berdiri Wide base / broad base stance: sulit dievaluasi Modifikasi
Romberg: sulit dievaluasi Dekomposisi sikap : sulit dievaluasiiii.
Berjalan / gait : Tendem walking: sulit dievaluasi Berjalan
memutari kursi / meja: sulit dievaluasi Berjalan maju-mundur: sulit
dievaluasi Lari ditempat: sulit dievaluasic. Tonus: DBNd. Tremor:
(-)
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR1. Aphasia: (-)2. Alexia: (-)3.
Apraksia: (-)4. Agraphia : (-)5. Akalkulia: (-)6. Right-left
disorientation: (-)7. Fingeragnosia: (-)
TES SENDI SACRO-ILIACAa. Patricks: -/-b. Contra patricks:
-/-
TES PROVOKASI NERVUS ISCHIADICUSa. Laseque: -/-b. Sicards: -/-c.
Bragards: -/-d. Minors: sulit dievaluasie. Neris: sulit
dievaluasif. Door bell sign: -/-g. Kemp test: sulit dievaluasi
PEMERIKSAAN DISARTRIAa. Labial: (+)b. Palata: DBNc. Lingual:
DBN
II.4. RESUMESeorang pasien wanita berusia 51 tahun datang dengan
keluhan bicara pelo, secara mendadak, sebelumnya penderita dapat
berbicara dengan lancar. Kaki kanan dan tangan kanan lemah terasa
berat. Terjadi setelah pulang bekerja di sawah. Terdapat sakit
kepala yang terasa berat sebelumnya, tapi tidak ada mual maupun
muntah. Sebelum ke rumah sakit periksa ke bidan dan tekanan
darahnya 200/120 mmHg dan langsung dirujuk ke rumah sakit. Makan
dan minum baik tidak ada gangguan menelan. BAB dan BAK
lancar.Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, pasien memiliki riwayat
hipertensi tetapi tidak pernah kontrol rutin ataupun minum obat
dalam 3 bulan ini. Riwayat diabetes disangkal. Riwayat kejang dan
cedera kepala sebelumnya juga disangkal.Pada pemeriksaan status
generalis, pada pemeriksaan tekanan darah diperoleh hasil tekanan
darah 190/100 mmHg. Pemeriksaan status interna dalam batas normal.
Pemeriksaan status neurologi ditemukan kelainan pada pemeriksaan
nervus XII (nervus hipoglosus) pada kondisi diam tampak lidah
miring ke sebelah kiri, sedangkan saat bergerak deviasi ke kanan.
Pemeriksaan motorik pada sisi tubuh sebelah kanan kekuatannya lebih
lemah dibandingkan yang kiri, tetapi tidak didapatkan refleks
patologis, sementara refleks fisiologis, refleks primitive,
pemeriksaan serebelum, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan sendi
sacro-iliaka, dan tes provokasi nervus ischiadicus dalam batas
normal.
II.5. ASSESSMENTA. Klinis: Disartria lingual, Hemiparese dextra,
hipertensiB. Topis: Hemisfer sinistraC. Etiologi: CVA Bleeding.
SSS: 2DD: CVA infark
II.6. PLANNINGPLANNING DIAGNOSTIK Lab darah: Darah lengkap
Profil lipid Asam urat Fungsi ginjal Fungsi hati CT SCAN kepala
tanpa kontras
HASIL PLANNING DIAGNOSTIK Lab darah: Darah lengkap Profil lipid
Asam urat Fungsi ginjal Fungsi hati
ParameterHasilNilai rujukan
Leukosit (ul)66004.000 10.000
Hemoglobin (gr/dl)13.111 15
Trombosit (ul)323000150000 450000
Hematokrit (%)36.736.0 48.0
Eritrosit (ul)4.273.5 5.5
MCV (fl)86.080 99
MCH (pg)30.626 32
MCHC (gr/dl)35.632 36
Test itemResults Reference
Glukosa (mg/dl)10070 115
Uerum (mg/dl)320 50
Kreatinin (mg/dl)1.00 1.3
Kolesterol (mg/dl)1770 200
Trigliserida (mg/dl)860 150
Asam urat (mg/dl)4,12.3 8.2
SGOT (U/L)203 35
SGPT (U/L)178 41
CT SCAN kepala tanpa kontrasPLANNING TERAPI Infuse
Asering+cernevit 14 tpm Injeksi Gotropil 4 x 3 gr Injeksi Nucolin
500 mg 4x1 Injeksi Etigobal 1x1 Injeksi Extrace 500 mg 2x1 Tonicard
3 x 1 Neofer 3x1
PLANNING MONITORING Monitoring keadaan umum Monitoring tanda
vital
EDUKASI Menjelaskan penyakit yang diderita. Tidak duduk atau
bangun dari tempat tidur dan tetap tidur. Tidak boleh terlalu
banyak pengunjung.
Nama Co-ass: Imaniar SwariandinaTanggal diperiksa: 3 Mei 2013Jam
diperiksa: 14.00 WIBTanda tangan supervisor:Follow UpKamis, 2 Mei
2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala-Muntah
(-)-ma/mi +/+-BAK dan BAB normalVital Sign :TD : 190/100 mmHgN : 74
kali/menitSuhu : 36.5 CRR: 20 kali/menitGCS : E4M6V5Dysatria
LingualNC : N II isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain dbnMotorik : 4 5
4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR : +2 +2TPR : +2 +2KPR : +2
+2APR : +2 +2R. Patologis :(-)K : hemiparese dextra, dysatria
lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA infarkdd CVA BleedingRL + Tarontal 14 tpmInjeksiGotopril
4 x 3 gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1
Jumat, 3 Mei 2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala (-)-Muntah
(-)-ma/mi +/+-BAK normal dan BAB belumVital Sign :TD : 160/100
mmHgN :60 kali/menitSuhu : 36.2 CRR: 24 kali/menitGCS : E4M6V5NC :
N II isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain Dysatria LingualDeviasi
lidah ke kananMotorik : 4 5 4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR :
+2 +2TPR : +2 +2KPR : +2 +2APR : +2 +2R. Patologis :(-)K :
hemiparese dextra, dysatria lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA infarkdd CVA BleedingRL + Tarontal 14 tpmInjeksiGotopril
4 x 3 gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1
Sabtu, 4 Mei 2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala (-)-Muntah
(-)-ma/mi +/+-BAK normal dan BAB belumVital Sign :TD : 140/80 mmHgN
: 84 kali/menitSuhu : 36.7 CRR: 24 kali/menitGCS : E4M6V5NC : N II
isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain Dysatria LingualDeviasi lidah ke
kananMotorik : 4 5 4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR : +2 +2TPR :
+2 +2KPR : +2 +2APR : +2 +2R. Patologis : (-)K : hemiparese dextra,
dysatria lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA infarkdd CVA BleedingRL + Cernevit 14 tpmInjeksiGotopril
4 x 3 gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1
Minggu, 5 Mei 2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala (-)-Muntah
(-)-ma/mi +/+-BAK normal dan BAB belumVital Sign :TD : 150/80 mmHgN
: 82 kali/menitSuhu : 36.3 CRR: 24 kali/menitGCS : E4M6V5NC : N II
isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain Dysatria LingualDeviasi lidah ke
kananMotorik : 4 5 4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR : +2 +2TPR :
+2 +2KPR : +2 +2APR : +2 +2R. Patologis : (-)K : hemiparese dextra,
dysatria lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA infarkdd CVA BleedingRL + Cernevit 14 tpmInjeksiGotopril
4 x 3 gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1
Senin, 6 Mei 2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala (-)-Muntah (+)
1 x-ma/mi +/+-BAK normal dan BAB dbnVital Sign :TD : 160/90 mmHgN :
84 kali/menitSuhu : 36.4 CRR: 24 kali/menitGCS : E4M6V5NC : N II
isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain Dysatria LingualDeviasi lidah ke
kananMotorik : 4 5 4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR : +2 +2TPR :
+2 +2KPR : +2 +2APR : +2 +2R. Patologis : (-)K : hemiparese dextra,
dysatria lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA BleedingRL + Cernevit 14 tpmInjeksiGotopril 4 x 3
gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1
Selasa, 7 Mei 2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala (+)-Muntah (-)
-ma/mi +/+-BAK normal dan BAB belum 2 hariVital Sign :TD : 150/90
mmHgN : 76 kali/menitSuhu : 36.2 CRR: 24 kali/menitGCS : E4M6V5NC :
N II isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain Dysatria LingualDeviasi
lidah ke kananMotorik : 4 5 4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR :
+2 +2TPR : +2 +2KPR : +2 +2APR : +2 +2R. Patologis : (-)K :
hemiparese dextra, dysatria lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA Bleeding h-6RL + Cernevit 14 tpmInjeksiGotopril 4 x 3
gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1Unalium 5 mg 1-0-1Vastigo 3 x
1
Rabu, 8 Mei 2013SOAP
-Bicara pelo-Lemah ekstremitas kanan-Sakit kepala (-)-Muntah (-)
-ma/mi +/+-BAK normal dan BAB belum 3 hariVital Sign :TD : 150/90
mmHgN : 80 kali/menitSuhu : 36.3 CRR: 20 kali/menitGCS : E4M6V5NC :
N II isokor diameter 3 mm/ 3 mmNC lain Dysatria LingualDeviasi
lidah ke kananMotorik : 4 5 4 5Sensorik : dbnR. Fisiologis :BPR :
+2 +2TPR : +2 +2KPR : +2 +2APR : +2 +2R. Patologis : (-)K :
hemiparese dextra, dysatria lingual, hipertensi
T : hemisphere sinistra
E : CVA Bleeding h-7RL + Cernevit 14 tpmInjeksiGotopril 4 x 3
gramNeicolin 4 x 500 mgEtigobal 1 mg IVExtrace 500 2 x 1
OralTonicard 3 x 1Neofer 3 x 1Unalium 5 mg 1-0-1Vastigo 3 x
1
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
III.1. STROKEIII.1.1 DefinisiDefinisi stroke menurut World
Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler.1
III.1.2. EpidemiologiStroke merupakan penyebab utama kematian
ketiga yang paling sering setelah penyakit kardiovaskuler di
Amerika Serikat. Angka kematiannya mencapai 160.000 per tahun dan
biaya langsung sebesar 27 milyar dolar US setahun. Insiden
bervariasi 1.5 4 per 1000 populasi. Selain merupakan penyebab utama
kematian, juga merupakan penyebab utama kecacatan.
III.1.3. KlasifikasiStroke diklasifikasikan sebagai berikut
:1,21. Berdasarkan kelainan patologisa. Stroke hemoragik1)
Perdarahan intra serebral2) Perdarahan ekstra serebral
(subarakhnoid)b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak,
penyumbatan)1) Stroke akibat trombosis serebri2) Emboli serebri3)
Hipoperfusi sistemik2. Berdasarkan waktu terjadinya1) Transient
Ischemic Attack (TIA)2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit
(RIND)3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke4) Completed
stroke3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler1) Sistem karotisa.
Motorik : hemiparese kontralateral, disartriab. Sensorik :
hemihipestesi kontralateral, parestesiac. Gangguan visual :
hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaksd. Gangguan
fungsi luhur : afasia, agnosia2) Sistem vertebrobasilera. Motorik :
hemiparese alternans, disartriab. Sensorik : hemihipestesi
alternans, parestesiac. Gangguan lain : gangguan keseimbangan,
vertigo, diplopia
III.2.STROKE HAEMORAGIKIII.2.1.DefinisiStroke adalah suatu
kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba, dengan
gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan
diakibatkan oleh gangguan vaskuler.1
III.2.2.EpidemiologiStroke merupakan penyebab ketiga angka
kematian di dunia dan penyebab pertama kecacatan. Angka morbiditas
lebih berat dan angka mortalitas lebih tinggi pada stroke hemoragik
dibandingkan dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat
melakukan kegiatan mandirinya lagi. Angka mortalitas dalam bulan
pertama pada stroke hemoragik mencapai 40-80%. Dan 50% kematian
terjadi dalam 48 jam pertama.7Tingkat insidensi dari stroke
hemoragik seluruh dunia berkisar antara 10 sampai 20 kasus per
100.000 populasi dan bertambah dengan umur. Perdarahan
intraserebral lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan
wanita, terutama pada usia diatas 55 tahun, dan juga pada populasi
tertentu seperti pada orang kulit hitam dan orang Jepang.8
III.2.3.Klasifikasi1. Perdarahan intraserebralPerdarahan ini
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak didalam parechym
otak, pecahnya pembuluh darah tersebut disebabkan karena kerusakan
dindingnya akibat arterosklerosis, peradangan, trauma atau kelainan
kongenital seperti aneurisma. 2. Perdarahan subarakhnoid Perdarahan
terutama pada sirkulus Willisi dan berasal dari aneurisma
kongenital yang pecah. Biasanya terjadi pada usia yang lebih muda.
Perdarahan sering berulang dan menimbulkan vasospsme hebat sehingga
terjadi infark otak.2
III.2.4.Faktor ResikoSecara garis besar faktor resiko stroke
dibagi atas faktor resiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan
yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor resiko stroke
yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit
jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi
alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri
karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.3,41.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:a. Hipertensi Hipertensi
berperan penting untuk terjadinya infark dan perdarahan otak yang
terjadi pada pembuluh darah kecil. Baik hipertensi sistolik maupun
diastolik, keduanya merupakan faktor risiko terjadinya
stroke.3Menurut The seventh report of the Joint National Committee
on prevention, detection, evaluation, dand treatment of high blood
pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat
I, dan hipertensi derajat II.
Klasifikasi Tekanan DarahSistolik (mmhg)Diastolik (mmhg)
Normal200/110) Waktu serangan tinggi (>140/100) Waktu MRS
tinggi (>140/100)7.5
7.5
11
8Tanda rangsangan selaput otak Kaku kuduk hebat Kaku kuduk
ringan Tidak ada kaku kuduk150
9Pupil Isokor Anisokor Pin point kanan/kiri Midriasis kanan/kiri
Kecil dan reaksi lambat Kecil dan reaktif51010101010
10Fundus okuli Perdarahan subhialoid Perdarahan retina Normal
107.50
Total score: 20: stroke hemoragik < 20: stroke non
hemoragik
3. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj Stroke
ScoreNo.Gejala/tandaPenilaian Indeks Skor
1Kesadaran(0) Kompos mentis(1) Mengantuk(2) Semi koma/komaX
2.5+
2Muntah(0) Tidak(1) Ya X2+
3Nyeri kepala(0) Tidak(1) Ya X2+
4Tekanan darahDiastolic X10%+
5Ateromaa. DMb. Angina pectoris Klaudikasio intermiten(0)
Tidak(1) Ya X(-3)-
6Konstanta -12-12
Hasil Siriraj Stroke Score
Hasil: SSS >1: stroke hemoragik SSS < -1: stroke non
hemoragikAtau dengan penilaian:SS = (2.5 x C) + (2 x V) + (2 x H) +
(0.1 x BPD) (3 x A) 12Keterangan:C: kesadaranV: vomitusH: nyeri
kepalaBPD: tekanan darah diastolicA: atheroma (DM, penyakit
jantung)12: konstanta
III.2.6.4. Pemeriksaan dengan Menggunakan Alat
BantuNo.Pemeriksaan Stroke HemoragikStroke Non Hemoragik
1Funduskopi Perdarahan retina dan korpus vitreumCrossing
phenomenonSilver wire arteries
2Pungsi lumbal: Tekanan Warna MeningkatMerah NormalJernih
3ArteriografiAda shiftOklusi
4CT-scan
5MRI
Tabel . Gambaran CT-scan stroke infark dan hemoragikJenis
strokeInterval antara onset dan pemeriksaan CT-scanTemuan pada
CT-scan
Infark < 24 jamEfek masa dengan pendataran girus yang ringan
atau penurunan ringan densitas substansia alba dan substansia
grisea.
24 48 jamDidapatkan area hipoden (hitam ringan sampai
berat).
3 5 hariTerlihat batas area hipoden yang menunjukkan adanya
cytotoxic edem dan mungkin didapatkannya efek masa.
6 13 hariDaerah hipoden lebih homogeny dengan batas yang tegas
dan didapatkan penyangatan pada pemberian kontras.
14 21 hariDidapatkan fogging effect (daerah infark menjadi
isoden seperti daerah sekelilingnya tetapi dengan pemberian kontras
didapatkan penyangatan).
>21 hariArea hipoden lebih mengecil dengan batas yang jelas
dan mungkin pelebaran ventrikel ipsilateral.
Hemoragik 7 10 hari pertamaLesi hiperdens (putih) tak beraturan
dikelilingi oleh area hipodens (edema).
11 hari 2 bulanMenjadi hipodens dengan penyangatan di
sekelilingnya (peripheral ring enhancement) merupakan deposisi
hemosiderin dan pembesaran homolateral ventrikel.
>2 bulanDaerah isodens (hematoma yang besar dengan defek
hipodens).
Tabel . Karakteristik MRI pada StrokeHemoragik dan Stroke
InfarkTipe Stroke Infark/HemoragikMRI SIGNAL CHARACTERISTICS
T 1-weighted imageT 2-weighted image
Stroke infarkHipointens (hitam)Hiperintens (putih)
Stroke hemoragik, (hari antara onset dan pemeriksaan MRI)
1 3 (akut), deoxyhemoglobineIsointensHipointens
3 7 intracellular methemoglobineHiperintens Isointens
7 14 free methemoglobineHiperintens Hiperintens
>21 (kronis) hemosiderinIsointens Sangat hipointens
III.2.7.PengobatanPenatalaksanaan pasien stroke (PERDOSSI,
2007):11Penatalaksanaan Umum Stroke AkutA. Penatalaksanaan di Ruang
Gawat Darurat1. Evaluasi cepat dan diagnosisOleh karena jendela
terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis klinik
harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik
meliputi:1.Anamnesis2.Pemeriksaan fisik3.Pemeriksaan neurologik dan
skala stroke.4.Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa
kontras, KGD, elektrolit darah, tes fungsi ginjal, EKG, penanda
iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan saturasi oksigen.2.
Terapi Umuma. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasanPerbaikan jalan
nafas dengan pemasangan pipa orofaring.Pada pasien hipoksia diberi
suplai oksigenb. Stabilisasi hemodinamikBerikan cairan kristaloid
atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)Optimalisasi
tekanan darahBila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan
sudah mencukupi, dapat diberikan obat-obat vasopressor.Pemantauan
jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.Bila terdapat CHF,
konsul ke kardiologi.c. Pemeriksaan awal fisik umumTekanan
darahPemeriksaan jantungPemeriksaan neurologi umum awaloDerajat
kesadaranoPemeriksaaan pupil dan okulomotoroKeparahan hemiparesisd.
Pengendalian peninggian TIKPemantauan ketat terhadap risiko edema
serebri harus dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan
tanda neurologik pada hari pertama strokeMonitor TIK harus dipasang
pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang mengalami penurunan
kesadaranSasaran terapi TIK < 20 mmHgElevasi kepala
20-30.Hindari penekanan vena jugulareHindari pemberian cairan
glukosa atau cairan hipotonikHindari hipertermiaJaga
normovolemiaOsmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB,
selama >20 menit, diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan
furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV.Intubasi untuk menjaga
normoventilasi.Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus
akut akibat stroke iskemik serebelare. Pengendalian KejangBila
kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti
phenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum
50 mg/menit.Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan
obat antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian
diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.f. Pengendalian
suhu tubuhSetiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati
dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya.Beri asetaminophen 650
mg bila suhu lebih dari 38,5Cg. Pemeriksaan
penunjangEKGLaboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi
dan faal hemostasis, KGD, analisa urin, AGDA dan elektrolit.Bila
curiga PSA lakukan punksi lumbalPemeriksaan radiologi seperti CT
scan dan rontgen dada
B. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap1. CairanBerikan
cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12
mmHg.Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB.Balans cairan diperhitungkan
dengan mengukur produksi urin sehari ditambah pengeluaran cairan
yanng tidak dirasakan.Elektrolit (sodium, potassium, calcium,
magnesium) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi
kekuranngan.Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan
hasil AGDA.Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali
hipoglikemia.2. NutrisiNutrisi enteral paling lambat dalam 48
jam.Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan
menelan atau kesadaran menurun.Pada keadaan akut kebutuhan kalori
25-30 kkal/kg/hari
3. Pencegahan dan mengatasi komplikasiMobilisasi dan penilaian
dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi,
pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan
fraktur)Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur
dan sensitivitas kuman.Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi
terbatas.4. Penatalaksanaan medik yang lainHiperglikemia pada
stroke akut harus diobati dan terjaga normoglikemia.Jika gelisah
dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas
lainnya.Analgesik dan anti muntah sesuai indikasiBerikan H2
antagonist, apabila ada indikasi.Mobilisasi berthap bila
hemodinamik dan pernafasan stabil.RehabilitasiEdukasi
keluarga.Discharge planning.
Penatalaksanaan stroke perdarahan intra serebral (PIS)Terapi
Medik pada PIS Akuta. Terapi hemostatik- Eptacog alfa (recombinant
activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat hemostasis yang
dianjurkan untuk pasien hemophilia yang resisten terhadap
pengobatan factor VII replacement dan juga bermanfaat untuk
penderita dengan fungsi koagulasi yang normal.- Aminocaproic acid
terbukti tidak mempunyai efek yang menguntungkan.- Pemberian rF
VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-significant,
tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih
dari 3 jam.
b. Reversal of Anticoagulation- Pasien PIS akibat dari pemakaian
warfarin harus secepatnya di berikan fresh frozen plasma atau
prothrombic complex concentrate dan vitamin K.- Prothrombic complex
concentrate suatu konsentrat dari vitamin K dependent coagulation
factor II, VII,IX, X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan FFP
dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung
dan ginjal.- Dosis tunggal intravena rFVIIa 10/kg- 90 /kg pada
pasien PIS yang memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam
beberapa menit. Pemberian obat ini harus tepat diikuti dengan
coagulation factor replacement dan vitamin K karena efeknya hanya
beberapa jam.- Pasien PIS akibat penggunaan unfractioned or low
moleculer weight heparindiberikan Protamine Sulfat dan pasien
dengan trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat
diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet atau
keduanya.- Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan
maka pemberian obat dapat dimulai pada hari ke 7-14 setelah
terjadinya perdarahan.
Tindakan Bedah pada PIS berdasarkan EBM :Tidak dioperasi bila
(non-surgical candidate)- Pasien dengan perdarahan kecil (3 cm
dengan perburukan klinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus
dari obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah.- PIS dengan lesi
structural seperti aneurisma, malformasi AV atau angioma cavernosa
dibedah jika mempunyai harapan outcome yang baik dan lesi
strukturnya terjangkau.- Pasien usia muda dengan perdarahan lobar
sedang s/d besar yang memburuk.- Pembedahan untuk mengevakuasi
hematoma terhadap pasien usia muda dengan perdarahan lobar yang
luas ( 50)
III.3.8.PrognosisPrognosis bervariasi tergantung dari keparahan
stroke, lokasi dan volume perdarahan. Semakin besar volume
perdarahan maka prognosis semakin buruk.8
BAB IVPEMBAHASAN
Seorang pasien wanita berusia 51 tahun datang dengan keluhan
bicara pelo, secara mendadak, sebelumnya penderita dapat berbicara
dengan lancar. Kaki kanan dan tangan kanan lemah terasa berat.
Terjadi setelah pulang bekerja di sawah. Terdapat sakit kepala yang
terasa berat sebelumnya, tapi tidak ada mual maupun muntah. Sebelum
ke rumah sakit periksa ke bidan dan tekanan darahnya 200/120 mmHg
dan langsung dirujuk ke rumah sakit. Makan dan minum baik tidak ada
gangguan menelan. BAB dan BAK lancar.Berdasarkan riwayat penyakit
dahulu, pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak pernah
kontrol rutin ataupun minum obat dalam 3 bulan ini. Riwayat
diabetes disangkal. Riwayat kejang dan cedera kepala sebelumnya
juga disangkal.Pada pemeriksaan status generalis, pada pemeriksaan
tekanan darah diperoleh hasil tekanan darah 190/100 mmHg.
Pemeriksaan status interna dalam batas normal. Pemeriksaan status
neurologi ditemukan kelainan pada pemeriksaan nervus XII (nervus
hipoglosus) pada kondisi diam tampak lidah miring ke sebelah kanan.
Pemeriksaan motorik pada sisi tubuh sebelah kanan kekuatannya lebih
lemah dibandingkan yang kiri, tetapi tidak didapatkan refleks
patologis, sementara refleks fisiologis, refleks primitive,
pemeriksaan serebelum, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan sendi
sacro-iliaka, dan tes provokasi nervus ischiadicus dalam batas
normal.Dari seluruh pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat
ditegakkan diagnosis yakni diagnosis klinis: disatria lingual,
hemiparese dextra disertai hipertensi, diagnosis topis:
intraserebral hemisfer sinistra, serta diagnosis etiologi: CVA
Bleeding dengan Siriraj Stroke Score 2, dengan diagnosis banding:
CVA infark.Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium diperoleh dalam
batas normal, Hasil CT-scan kepala diperoleh hasil
perdarahanPenatalaksanaan yang diberikan untuk penderita yakni:
Infuse Asering+cernevit 14 tpm Infuse AseringIndikasi:Dehidrasi
(syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi
berat, trauma.Komposisi:Setiap liter asering mengandung: Na 130 mEq
K 4 mEq Cl 109 mEq Ca 3 mEq Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat
ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hatiPada pemberian
sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatusPada kasus bedah, asetat dapat
mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluranMempunyai efek vasodilatorPada kasus stroke akut,
penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral
CernevitCernevit adalah preparat multivitamin yang larut dalam
air maupun lemak (kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed
micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat kebutuhan
vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi stress
(trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat memperlambat proses
penyembuhan. KomposisiSetiap vial mengandung: Retinol Palmitat
Amount corresponding to retinol 3.500 IU
Cholecalciferol 220 IU
DL alphatocopherol 10.200 mg
Amount corresponding to alphatocopherol 11.200 IU
Asam Askorbat 125.000 mg
Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg
Amount corresponding to thiamine 3.510 mg
Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg
Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg
Pyridoxine Hydrochloride 5.500 mg
Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg
Cyanocobalamine 0.006 mg
Asam Folat 0.414 mg
Dexpanthenol 16.150 mg
Amount corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg
Biotin 0.069 mg
Nicotinamide 46.000 mg
Glisin 250.000 mg
Glycoholic Acid 140.000 mg
Soya Lecithin 112.500 mg
Sodium hydroxide q.s. pH=5.9
Hydrochloric acid
IndikasiCernevit diindikasikan untuk pasien yang membutuhkan
vitamin harian secara parenteral karena pemberian oral merupakan
kontraindikasi, tidak memungkinkan, tidak mencukupi (misal karena
malnutrisi, malabsorpsi gastrointestinal dan sebagainya).Kontra
Indikasi Cernevit dikontraindikasikan untuk pasien hipervitaminosis
atau hipersensitif pada salah satu bahan aktif termasuk
hipersensitif terhadap tiamin (vitamin B1).
Reaksi Yang Tak DiinginkanEfek Samping Reaksi alergi dapat
terjadi setelah pemberian tiamin dan komponen B kompleks lain
secara intravena. Sangat jarang dilaporkan reaksi anafilaktoid pada
pemberian tiamin dosis besar. Akan tetapi resiko ini dapat
diabaikan bila tiamin diberikan bersama dengan kelompok vitamin B
yang lain. Dilaporkan reaksi sebagai berikut, walaupun sangat
jarang: Kulit: ruam, eritema, gatal; Sistem saraf pusat: sakit
kepala, pusing, kekakuan otot, cemas; Oftalmik: diplopia; Alergi:
urtikaria, udem periorbital dan digital Individu yang rentan
terhadap nicotinamide dapat mengalami kemerahan, gatal atau rasa
terbakar di kulit setelah pemberian infus.
Dosis Dewasa dan anak-anak di atas 11 tahun dapat diberikan 1
vial per hari. Mula-mula harus ditambahkan 5 ml air untuk injeksi
ke dalam vial dan dikocok perlahan untuk melarutkan lyophilised
powder. Larutan ini kemudian dapat diberikan melalui intravena
secara perlahan (paling sedikit 10 menit) atau dengan infus dalam
isotonic saline atau larutan glukosa. Cernevit dapat diberikan
bersama komposisi campuran nutrisi parenteral yang mengandung
karbohidrat, lemak, asam amino, elektrolit dan trace elements,
dimana kompatibilitas dan stabilitasnya telah dikonfirmasikan.
Tampak sebagai bubuk steril lyophilised cake warna kuning-oranye
yang tidak berbau, dicampur dengan 5 ml air untuk injection
Ph.Eur., atau cairan intravena lain seperti sodium chloride 5%,
glukosa atau campuran nutrisi untuk pemberian parenteral. Saat
sudah tercampur dengan air, larutan memiliki pH 5.9.
Injeksi Gotropil 4 x 3 gramSetiap ml gotropil 3 gram berisi 200
ram piracetam
Indikasi :Sediaan injeksi : Pengobatan infark serebral.Sediaan
oral : Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut,
alkoholisme kronik dan adiksi; dan gejala pasca trauma.
Kontra indikasi : Penderita dengan insufisiensi ginjal yang
berat (bersihan kreatinin < 20 mL / min). Penderita yang
hipersensitif terhadap piracetam atau derivat pirolidon lainnya,
termasuk komponen obat. Penderita dengan cerebral haemorrhage.
Dosis :Piracetam injeksi Dosis yang dianjurkan : 1 gram 3 x
sehari, intravena.Piracetam oral Simptom Psikis Organik yang
berhubungan dengan usia lanjut : Dosis awal perhari : 2,4 gram ( 6
tablet 400 mg atau 3 kaplet 800 mg atau 2 kaplet 1200 mg) terbagi
dalam 2 3 waktu selama 6 minggu, diikuti dengan 1,2 gram / hari
sebagai dosis perawatan.Simptom Post Trauma : Dosis rata-rata :
dosis awal : 2 tablet 400 mg atau 1 kaplet 800 mg, 3 kali sehari.
Jika efek yang diharapkan telah tercapai, kurangi dosis secara
bertahap menjadi 1 tablet 400 mg atau kaplet 800 mg.Lama pengobatan
: Pada beberapa kasus akut, efek dari piracetam segera terlihat,
sementara pada kasus lainnya, simptom mereda biasanya setelah
minggu ketiga pemberian. Agar piracetam lebih efektif, pengobatan
yang berkesinambungan sangat dianjurkan.
Efek samping :Efek samping yang pernah dilaporkan selama
pengobatan : Nervousness, irritabilitas, insomnia, anxietas, tremor
dan agitasi. Pada beberapa pasien telah dilaporkan : fatigue dan
somnolence.Gangguan gastro-intestinal (nausea, vomiting, diare,
gastralgia, sakit kepala, dan vertigo) pernah dilaporkan. Efek
samping lain yang kadang kala terjadi : mulut kering, meningkatnya
libido, meningkatnya berat badan dan reaksi hipersensitif pada
kulit.Peringatan dan Perhatian : Oleh karena piracetam seluruhnya
dieliminasi melalui ginjal, peringatan harus diberikan pada
penderita gangguan fungsi ginjal, oleh karena itu dianjurkan
melakukan pengecekan fungsi ginjal. Oleh karena efek piracetam pada
agregasi platelet, peringatan diberikan pada penderita dengan
ganggguan hemostasis, operasi besar atau pendarahan berat.Hindari
penghentian obat secara tiba-tiba, karena dapat menginduksi
mioklonus atau kejang umum pada penderita mioklonus.
Injeksi Nucolin 500 mg 4x1Mengandung citicoline yang merupakan
asam nukleat yang merupakan prekursor fosfatidilkolin, yaitu suatu
zat gizi penting untuk integritas dan fluiditas membran sel otak.
Digunakan untuk membantu menangani penurunan kemampuan kognitif
pada usia lanjut.
Injeksi Etigobal 1x1 Komposisi: mecobalamine. Indikasi:
neuropati perifer, tinnitus, vertigo, anemia megaloblastik karena
defisiensi vitamin B12. Efek samping: mual, diare, kemerahan pada
kulit, dan anoreksia. Sediaan: ampul 500 mcg. Dosis: 1 ampul, 3
kali dalam satu minggu, secara intramuscular atau intravena.
Injeksi Extrace 500 mg 2x1 Komposisi: asam askorbat. Indikasi:
defisiensi vitamin C. Sediaan: ampul 200 mg/2 ml. Efek samping:
ruam yang panas, sakit kepala, mual, muntah, dan insomnia. Dosis:
100 250 mg, 1 2 kali perhari.
Tonicard 3 x 1KOMPOSISITiap kapsul mengandung :Ubidecarenone100
mg
L-Carnitine500 mg
Vitamin E100 iu
Asam Folat800 mcg
BAHAN TAMBAHANGelatin, Glycerin, Sorbitol, Methylparaben,
PropylparabenTitanium Dioxide, Ethyl vanillin, Edicol
TartrazineKEGUNAANMemelihara kesehatan jantungPETUNJUK
PEMAKAIANSehari 1 kapsul
Neofer 3x1Komposisi: -lipoic acid 600 mg, cyanocobalamin 200
mcg, biotin 30 mcgIndikasi: Membantu mengobati neuropati
diabetikum. Untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan sel-sel tubuh
yang disebabkan radikal bebasDosis : Pengobatan: 2-3 kali sehari 1
kapletPemberian obat: Berikan 30 menit sebelum mkanPerhatian:
Monitor kadar glukosa darah. Hamil dan laktasiInteraksi: Obat
antidiabetes
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF
Saraf RSUD Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.2. Goetz
Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of
Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.3.
Departemen Saraf. Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-kasus
Neurologi. Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Saraf RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. 2007.4. Ginsberg, Lionel. Lecture Notes
Neurologi. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga Medical Series.
2007.5. MIMS. Edisi ke-121. 2012.6. Adams HP Jr, del Zoppo G,
Alberts MJ, Bhatt DL, Brass L, Furlan A, et al. guidelines for The
Early Management Adults With Ischemic Stroke: a Guideline From The
American Heart Association. Circulation. 2007 May 22; 115 (20):
e478 - 534
49