Top Banner

of 27

CSS ICU.doc

Oct 16, 2015

Download

Documents

ICUUU
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

CLINICAL SCIENCE SESSION

ICU

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepanitraan Bagian Anestesi

Disusun Oleh:

Mona Tania Pahdariesa

4151121504

Rikza Anaupal Dahri

4151121506

Siti Cholifah

4151121

Indriyani Nurhakimudin 4151121513

Rindy Bilhani

4151121

Devia Widhianingsih

4151121520

Slamet Iriyanto

4151121

Pembimbing:

Tatat Adham A, dr., SpAn, M.Kes

BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIFFAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI-RUMAH SAKIT DUSTIRA

CIMAHI

2014BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari waktu ke waktu keberadaan institusi rumah sakit semakin dituntut untukmemberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.Kebutuhan ini sejalan dengan dua hal penting, yaitu semakin ketatnya kompetisi sektor rumah sakit dan seiring dengan peningkatan kesadaran serta tuntutan pasienterhadap kualitas pelayanan rumah sakit.

Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah unit perawatan intensif atau dikenal juga sebagai Intensive Care unit/Critical Care Unit (ICU). ICU merupakan bagian di dalam rumah sakit yang terpisah, dengan staf danperlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapipasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang mengancamjiwa atau potensial mengancam jiwa (Critically ill) dan memiliki kemungkinanperbaikan dengan perawatan di unit tersebut.

Saat ini ruang lingkup ICU telah mengalami perluasan hingga menjadisuatu cabang ilmu tersendiri yang dikenal sebagai Intensive Care Medicine. Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yang pertama untuk melakukan perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi reversible lifethretening organ dysfunction, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital (seperti kardiovaskular, sistem respiratorius, sistem saraf, fungsi metabolisme dan lainnya) pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi Intensive Care Unit Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan) dengan melibatkan staf dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit berat dan kritis, cedera atau berbagai penyulit yang potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan kemampuan, sarana, prasarana, dan peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan berbagai keadaan tersebut.2.2 Ruang Lingkup Intensive Care Unit Ruang lingkup pelayanan ICU diantaranya adalah:

1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.

2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik problema dasar.

3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik.

4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

Bidang kerja ICU meliputi pengelolaan pasien, administrasi unit, pendidikan dan penelitian. Kebutuhan dari masing-masing bidang akan tergantung dari tingkat pelayanan tiap unit.

1. Pengelolaan pasien

Dilakukan secara primer oleh dokter intensivis

Melakukan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis

Menjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat pasien

2. Administrasi Unit

Pelayanan dimaksudkan untuk memastikan suatu suatu lingkungan yang menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif

Diperlukan partisipasi dokter intensivis dalam aktivitas manajemen

3. Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian

Pelatihan pemantauan (monitoring)

Pelatihan ventilasi mekanis

Pelatihan terapi cairan, elektrolit, dan asam basa

Pelatihan penatalaksanaan infeksi

Pelatihan manajemen ICU

2.3Indikasi Masuk ICU

Pasien yang dirawat di ICU adalah:

1. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.

2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat melakukan pengawasan yang konstan terus-menerus dan metode terapi titrasi.

3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.

ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan ICU diperuntukan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik yang berkelanjutan.Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan atau keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU serta tindakan yang mungkin dilakukan selama pasien dirawat di ICU. Penjelasan tersebut dapat diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas agar keluarga pasien dapat menerima atau menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU. Persetujuan dapat dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.Suatu ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Keadaan ini diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas pada sarana yang terbatas ini apabila kebutuhan ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia di ICU.2.3.1Kriteria Masuk ICU

ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan dengan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.A. Prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis dan tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti dukungan atau bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ atau sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinu, obat anti aritmia kontinu, pengobatan kontinu yang tertitrasi, dan lain-lain. Contoh pasien-pasien yang termasuk dalam prioritas 1, yaitu pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai batas.B. Prioritas 2

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien-pasien yang termasuk dalam prioritas 2, yaitu pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru, gagal ginjal akut dan berat, pasien yang telah mengalami pembedahan mayor, terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas karena kondisi mediknya dapat berubah.C. Prioritas 3

Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/ atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien-pasien termasuk dalam prioritas 3, yaitu pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, perikardial tamponade, dan sumbatan jalan nafas, pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat, Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengawasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.D. Pengecualian

Indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, pasien dengan prioritas 2 dan pasien dengan prioritas 3.Contoh pasien-pasien yang termasuk dalam golongan ini, yaitu pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi perawatan yang aman saja. Pasien-pasien ini mungkin mendapatkan manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya. pasien dalam keadaan vegetatif permanen. Pasien yang telah dipastikan mati batang otak. Pasien-pasien seperti ini dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ.2.3.2Kriteria Keluar ICU

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien. Kriteria pasien dipindahkan dari ICU mempunyai 3 prioritas, yaitu prioritas 1, 2, dan 3.A. Prioritas 1

Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi perawatan intensif atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk, sedikit kemungkinan bila perawaatan intensif diteruskan, conthonya pasien dengan tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.B. Prioritas 2

Pasien dipindahkan bila hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa perawatan dan pemantauan intensif tidak dibutuhkan lagi.C. Prioritas 3

Pasien dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif tidak ada lagi. Pasien dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinu diketahui kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil dan kemungkinan terapi intensif selanjutnya sangat sedikit, contohnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit liver terminal, karsinoma yang menyebar luas, dan lain-lain) yang tidak berespon terhadap terapi ICU.

2.4 Klasifikasi pelayanan ICU dirumah sakit

Dalam menyelenggarakan pelayanan, pelayanan ICU di rumah sakit dibagi dalam 3 klasifikasi pelayanan yaitu:

1.Pelayanan ICU primer (pada rumah sakit Kelas C)

2.Pelayanan ICU sekunder (pada rumah Sakit Kelas B)

3.Pelayanan ICU tersier (Pada rumah sakit KelasA).Klasifikasi ditentukan oleh ketenagaan, sarana dan prasarana, peralatan dan kemampuan pelayanan.1. Ketenagaan

Pasien sakit kritis membutuhkan pemantauan dan tunjangan hidup khusus yang harus dilakukan oleh suatu tim, termasuk diantaranya dokter yang mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan teknis, komitmen waktu, dan secara fisik selalu berada ditempat untuk melakukan perawatan titrasi dan berkelanjutan. Perawatan ini harus berkelanjutan dan bersifat proaktif, yang menjamin pasien dikelola dengan cara aman, manusiawi, dan efektif dengan menggunakan sumber daya yang ada, sedemikian rupa sehingga memberikan kualitas pelayanan yang tinggi dan hasil optimal. Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen tehadap waktu. Uraian kualifikasi ketenagaan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Kualifikasi ketenagaan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICUNoJenis tenagaStrata /klasifikasi pelayanan

PrimerSekunderTersier

1.Kepala ICU-Dokter spesialis anestesiologi

- dokter spesialis lain yang terlatih ICU (jika belum ada dokter spesialis anestesiologi)Dokter intensivis

Dokter spesialis

anestesiologi (jika

belum ada dokter

intensivis)Dokter Intensivis

2.Tim medis- Dokter spesialis sebagai konsultan (yang dapat dihubungi setiap diperlukan)

-dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut-Dokter spesialis (yang dapat memberikan pelayanan setiap diperlukan)

-dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS/ACLS, dan

FCCSDokter spesialis

(yang dapat memberikan pelayanan setiap diperlukan)

-dokter jaga 24

jam dengan kemampuan

ALS/ACLS, danFCCS

3.PerawatPerawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjutMinimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICUMinimal 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat

ICU

4.Tenaga non kesehatanTenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer yang berhubungan dengan masalah administrasi.

Tenaga pekarya

Tenaga kebersihanTenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer yang berhubungan dengan masalah administrasi.

Tenaga pekarya

Tenaga kebersihanTenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer yang

Berhubungan dengan masalah

administrasi.

Tenaga laboratorium

Tenaga kefarmasian

Tenaga pekarya

Tenaga kebersihan

Tenaga rekam

medik

Tenaga untuk

Kepentingan ilmiah dan penelitian

Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi sebagai berikut:

a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC, Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.

b. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efisien.

c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU.

d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7 hari/seminggu.

e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :

1) sampel darah arteri.

2) Memasang Mempertahankan jalan napas termasuk intubasi tracheal, tracheostomy perkutan, dan ventilasi mekanis.

3) Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasif maupun terapi invasif (misalnya; Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)) dan peralatan monitoring, termasuk:

- Kateter arteri.

- Kateter vena perifer.

- Kateter vena sentral (CVP).

- Kateter arteri pulmonalis.

4) Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.

5)Melakukan diagnostik non-invasif fungsi kardiovaskuler dengan echokardiografi .

6) Resusitasi jantung paru.

7) Pipa thoracostomy.f. Melaksanakan dua peran utama:

1) Pengelolaan pasien

Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayan di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis dapat mengelola sendiri atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :

a) Hemodinamik tidak stabil.

b)Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi mekanis.

c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intrakranial.

d) Gangguan atau gagal ginjal akut.

e) Gangguan endokrin dan/atau metabolik akut yang mengancam nyawa.

f) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat.

g) Gangguan koagulasi.

h) Infeksi serius yang mengancam nyawa.

i) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi.

2) Manajemen Unit

Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisiten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :

a) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien

b) Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit.

c)Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data

d)Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin kelancaran pelayanan di ICU

Untuk keperluan ini, dokter intensivis secara fisik harus berada di ICU atau rumah sakit dan bebas dari tugas-tugas lainnya.

g. Mempertahankan pendidikan yang berkelanjutan tentang critical care medicine:

1) selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literatur

kedokteran.

2) berpartisipasi dalam program-program pendidikan kedokteran berkelanjutan.

3) menguasai standar-standar untuk unit critical care dan standard of care di critical care.

h. Ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas interdisipliner.

ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih. (diganti) menjadi : Jumlah perawat pada ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien yang menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.2. Sarana dan Prasarana

a. Lokasi

Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium dan radiologi.

b. Desain

Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU dapat dilihat pada tabel 2.Ketentuan bangunan ICU adalah sebagai berikut :

1) Terisolasi

2) Mempunyai standar tertentu terhadap :

a) Bahaya api

b) Ventilasi

c) AC

d) Exhaust fan

e) Pipa air

f) Komunikasi

g) Bakteriologis

h) Kabel monitor

3) Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.Ruangan ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari :

1) Area pasien :

a) Unit terbuka 12 16 m2 / tempat tidur.

b) Unit tertutup 16 20 m2 / tempat tidur.

c) Jarak antara tempat tidur : 2 m.

d) Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur.

e) Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur cuci tangan.

f) Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier paling sedikit 3 outlet udara-tekan, dan 3 pompa isap dan minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur.

g) Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil. Desain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.2) Area kerja meliputi :

a) Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat dengan pasien.

b) Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan penyimpanan obat dan alat (termasuk lemari pendingin).

c) Ruang yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan dilengkapi dengan viewer.

d) Ruang untuk telepon dan sistem komunikasi lain, komputer dan koleksi data, juga tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup resepsionis dan petugas administrasi.3) Lingkungan

Mempunyai pendingin ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22-- 25oC kelembaban 50 70%.4) Ruang Isolasi

Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.5) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih

Untuk menyimpan monitor, ventilasi mekanik, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisis, alat-alat sekali pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat darah, alat isap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih.

6) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor

Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan pembersihan pispot dan botol urine. Desain unit menjamin tidak ada kontaminasi.7) Ruang perawat

Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dan pimpinannya.

8) Ruang staf dokter

Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor Kepala bagian dan staf, dan kepustakaan.9) Ruang tunggu keluarga pasien10) Laboratorium

Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan terpusat.3. Peralatan

Peralatan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat membantu kelanjaran pelayanan ICU. Peralatan ICU memiliki beberapa ketentuan antara lain:

Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU, serta harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan denga standar yang berlaku.

Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat

Peralatan dasar meliputi:

Ventilasi mekanik

alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas

suction Peralatan akses vaskular

Peralatan motor invasif dan non invasif

Defibrilator dan alat pacu jantung

Alat pengukur suhu pasien

Peralatan drain thorak

Pompa infus dan pompa syringe Peralatan portable untuk transportasi

Tempat tidur khusus

Lampu untuk tindakan

Continous renal replacement therapya. Peralatan lainnya (contoh : alat hemodialisa) untuk prosedur diagnostik dan atau terapi.

b. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan paramedik perlu tersedia untuk penggunaan alat alat termasuk langkah langkah untuk mengatasi apabila terjadi malfungsi.

Tabel 2.2 Peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU

PeralatanICU PrimerICU SekunderICU Tersier

Ventilasi Mekanik

Suction

Alat ventilasi manual & alat penunjang jalan nafas

Peralatan akses vaskuler

Sederhana

+

+

+Canggih

+

+

+Canggih

+

+

+

Peralatan monitor:

Invasif:

Tekanan darah invasif

Tekanan vena sentral

Tekanan baji a. Pulmonalis

Non invasif:

Tekanan darah

EKG dan laju jantung

Saturasi oksigen

kapnograf

Suhu

EEG

Defibrilator dan alat pacu jantung

Alat pengukur suhu pasien

Peralatan drain thoraks

Pompa infus dan pompa syringe

Bronkoskopi

Echokardiografi

Peralatan portable untuk transportasi

Tempat tidur khusus

Lampu untuk tindakan

Alat hemodialisisis

CRRT-

+

-

+

+

+

-

+

-

+

+

+

-

-

+

+

+

+

-

-+

+

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

++

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

4. Kemampuan Pelayanan

NoKemampuan Pelayanan

PrimerSekunderTertier

1Resusuitasi jantung paruResusuitasi jantung paruResusuitasi jantung paru

2Pengelolaan jaan napas , termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanikPengelolaan jaan napas , termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanikPengelolaan jaan napas , termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik

3Terapi oksigenTerapi oksigenTerapi oksigen

4Pemasangan kateter vena sentralPemasangan kateter vena sentral dan arteriPemasangan kateter vena sentral dan arteri swan ganz, dan ICP monitor

5Pemeriksaan EKG, Pulsoksimetri dan tekanan darah non-invasifPemeriksaan EKG, Pulsoksimetri dan tekanan darah non-invasifPemeriksaan EKG, Pulsoksimetri dan tekanan darah non-invasif dan invasif, swan ganz, dan ICP serta Echo monitor

6Pelaksanaan terapi secara titrasiPelaksanaan terapi secara titrasiPelaksanaan terapi secara titrasi

7Pemberian nutrisi enteral dan parenteralPemberian nutrisi enteral dan parenteralPemberian nutrisi enteral dan parenteral

8Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruhPemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruhPemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

9Memberikan tunjangan ungsi vitaldengan alat-alat portable selama transportasi pasien gawatMemberikan tunjangan ungsi vitaldengan alat-alat portable selama transportasi pasien gawatMemberikan tunjangan ungsi vitaldengan alat-alat portable selama transportasi pasien gawat

10Kemempuan melakukan fisioterapi dadamelakukan fisioterapi dadamelakukan fisioterapi dada

11-Melakukan prosedur isolasiMelakukan prosedur isolasi

12-Melakukan hemodialisis Intermitten dan continueMelakukan hemodialisis Intermitten dan continue

2.5 Pencatatan dan Pelaporan

Catatan ICU diverivikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di ICU dan bertanggung jawab atas semua hal yang tercatat. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan pasien dirawat di ICU, dan tanda vital, pemantauan fungsi organ vital (otak, jantung, paru-paru, ginjal) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.

Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, sistem skoring prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis, hemodialisis, dll), lama perawatan pasien, dan keluaran ( hidup atau meninggal) dari ICU.2.6 Monitoring dan Evaluasi ICU

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah sistim skoring prognosis dan keluaran dari ICU. Sistem skoring prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masuk ke ICU. Contoh sistim skoring prognosis yang dapat digunakan adalah APACHE II, SAPS II, dan MODS. Rerata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata nilai skoring prognosis.

2.7 Pembinaan dan Pengawasan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat yang dilakukan secara berjenjang melalui standardisai, sertifikat, lisensi, akreditasi, dan penegakan hukum. Pembinaan dan pengawasan tersebut bertujuan untuk:

1. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat

2. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

3. Keselamatan pasien

4. Pengembangan jangkauan pelayanan

5. Peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit

Pengawasan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Pengawasan internal Rumah sakit terdiri dari:

1. Pengawasan teknis medis

Upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis melalui komite medik Rumah Sakit.

2. Pengawasan teknis Rumah Sakit

Pengukuran kinerja berkala yang meliputi kinerja pelayanan dan kinerja keuangan dilakukan oleh satuan pemeriksaan internal. Apabila ditemukan suatu bentuk pelanggaran dalam pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan kerugian kepada pihak lain, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat memberikan sanksi hukum dan administrasi berupa teguran, teguran tertulis, denda, atau pencabutan izin sebagaimana diatur dalam undang-undang yang berlaku.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Intensive Care Unit (ICU) menyediakan kemampuan, sarana, prasarana, dan peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman yang ditujukan untuk observasi, perawatan, terapi dan pasien-pasien yang menderita penyakit berat dan kritis .

2. Ruang Lingkup Pelayanan ICU meliputi

Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.

Memberi bantuan dan mengambil fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik problema dasar.

Pemantuan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik.

Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat bergantung pada alat/mesin dan orang lain

3. Bidang kerja ICU meliputi pengelolaan pasien, administrasi unit, pendidikan, dan penelitian bidang kesehatan.

4. Terdapat kriteria tertentu untuk indikasi masuk dan keluar ICU. Pasien yang dapat dimasukkan ke dalam perawatan ICU dan keluar ICU diatur berdasarkan skala prioritas.

5. Klasifikasi pelayanan ICU ditentukan oleh ketenagaan, sarana dan prasarana, peralatan, serta kemampuan pelayanan.

6. Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.

7. Pelaporan pelayanan Icu terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, sistem skoring prognosis, penggunaan alat bantu ( ventilasi mekanis, hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat, dan keluaran ( hidup atau meninggal) dari ICU.8. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien. DAFTAR PUSTAKA1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.

2. Standar Pelayanan Kepeawatan di ICU. Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 2006.