STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama: Ny. W
Umur: 50 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama: Islam
Pekerjaan: Pegawai Negeri
Alamat: Jl. Kopo Sayati no. 172
Tanggal Pemeriksaan : 26 Juni 2015
1. ANAMNESIS
Auto anamnesis : 26 Juni 2015
Keluhan Utama:
Kontrol post operasi ECCE dan IOL mata kanan 1 bulan lalu
Keluhan tambahan:
Mata kanan terasa kering
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Soreang untuk kontrol post
operasi katarak mata kanan 1 bulan lalu. Pasien mengeluh mata
kanannya masih terasa buram dan merasa seperti ada yang mengganjal.
Pasien juga mengatakan mata kanan dirasakan kering sejak 2 minggu
lalu. Pasien mengeluh apabila keluhan sedang kambuh mata kanan juga
terasa lebih silau. Pasien mengatakan keluhan ini sering berulang.
Keluhan terasa lebih baik apabila diberi obat tetes mata. Pasien
mengatakan tidak ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke
dalam mata. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat trauma
pada mata yang sakit. Keluhan berupa mata terasa mengganjal, nyeri,
dan banyak kotoran pada mata disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Satu bulan yang lalu pasien telah menjalani operasi katarak pada
mata kanannya di RSUD Soreang setelah kontrol untuk yang ketiga
kalinya. Pasien mengatakan setelah operasi merasa seperti matanya
ada yang mengganjal, penglihatan yang masih buram. Pasien memiliki
riwayat tekanan darah tinggi. Riwayat diabetes dan alergi di
sangkal oleh pasien.
a. Umum
1. Asthma: tidak ada
2. Alergi : tidak ada
3. DM: tidak ada
4. Hipertensi : ada
5. Dislipidemia: tidak ada
b. Mata
1. Riwayat sakit mata sebelumnya: tidak ada
2. Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada
3. Riwayat operasi mata: ada, pada mata kanan
4. Riwayat trauma mata sebelumnya: tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Penyakit mata serupa : tidak ada
Penyakit mata lainnya: tidak ada
Asthma: tidak ada
Alergi : tidak ada
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda Vital:
Tekanan Darah: 140/90 mmHg
Nadi: 82 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36.7oC
1. STATUS OPTHALMOLOGIS
Visus:
OD
OS
6/12 ph 6/7,5
Visus
6/7.5 ph 6/6
Kedudukan bola mata: orthoforia
OD
OS
Tidak ada
Eksoftalmos
Tidak ada
Tidak ada
Enoftalmos
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Strabismus
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
OD
OS
Tenang
Palpebra superior / inferior
Tenang
Tenang
Konjungtiva tarsal superior / inferior
Tenang
Tenang
Konjungtiva bulbi
Tenang
Sekret (-)
Cilia
Sekret (-)
Jernih
Kornea
Jernih
Dalam
COA
Dalam
Isokor,ukuran 4 mm, bulat, letak di tengah, refleks cahaya
langsung-tidak langsusng (+/+),
Pupil
Isokor,ukuran 3 mm, bulat, letak di tengah, refleks cahaya
langsung-tidak langsusng (+/+),
Coklat, sinekia (-)
Iris
Coklat, sinekia (-)
Pseudoafakia
Lensa
Jernih
Gerakan bola mata:
ODOS
1. RESUME
Pasien wanita berusia 50 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD
Soreang untuk kontrol post operasi katarak mata kanan 1 bulan lalu.
Pasien mengeluh mata kanannya masih terasa buram dan merasa seperti
ada yang mengganjal. Pasien juga mengatakan mata kanan dirasakan
kering sejak 2 minggu lalu. Pasien mengeluh apabila keluhan sedang
kambuh mata kanan juga terasa lebih silau. Pasien mengatakan
keluhan ini sering berulang. Pasien mengatakan tidak ada riwayat
kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata. Pasien juga
mengatakan tidak memiliki riwayat trauma pada mata yang sakit.
Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Dari status oftalmologis yang di dapatkan :
OD
PEMERIKSAAN
OS
6/12 ph 6/7,5
Visus
6/7,5 ph 6/6
Pseudoafakia
Lensa
Jernih
1. DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia OD + Dry Eye Syndrome OD
1. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tes Schirmer
Kontrol kembali setelah 2 minggu
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : - Obat tetes mata : Cendo lyteers 6 kali/ hari
(setiap 4 jam)
Vitamin A 2 x 1
IX. PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD)OCCULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam: ad Bonam ad Bonam
Ad Fungsionam:ad Bonamad Bonam
Ad Sanationam: Dubia ad Bonam ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae
lakrimalis aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis.
Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:
1. Bagian orbita
Berbentuk kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di segmen
temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra
oleh kornu lateralis dari muskulus levator palpebrae. Untuk
mencapai bagian ini dari kelenjar secara bedah, harus diiris kulit,
muskulus orbikuaris okuli, dan septum orbitale.
2. Bagian Palpebra
Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen
temporal dari forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius
lakrimalis, yang bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil,
menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula lakrimalis
dengan forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae
dari kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan
demikian mencegah kelenjar itu bersekresi.
Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring)
terletk di dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae.
Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum
superior dan inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang
terletak di dalam fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut
kebawah dari sakus dan bermuara ke dalam meatus inferior dari
rongga nasal, lateral terhadap turbinatum inferior. Air mata
diarahkan kedalam punktum oleh isapan kapiler dan gaya berat dan
berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan kapiler dan gaya berat
berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli,
gaya berat dan dan kerja memompa dari otot Horner, yang merupan
perluasan muskulus orbikularis okuli ke titik di belakang sakus
lakrimalis, semua cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah
melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung.
3. Pembuluh Darah dan Limfe
Pasokan darah dari glandula lakrimalis bersal dari arteria
lakrimalis. Vena yang mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan
vena oftalmika. Drenase lime menyatu dengan pembuluh limfe
konjungtiva untuk mengalir ke dalam limfonodus pra-aurikula.
4. Persarafan
Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:
a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi
trigeminus.
b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang
dari nukleus salivarius superior.
c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus
lakrimalis.
2.2 Fisiologi
Sistem Sekresi Air Mata
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis
yang terletak di fossa glandulae lacrimalis yang terletak di
kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini
dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita
yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing
dengan sistem duktulus yang bermuara ke forniks temporal superior.
Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lacrimalis di pons
melalui nervus intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang
maxillaris nervus trigeminus.
Kelenjar lakrimal assesorius, walaupun hanya sepersepuluh dari
massa kelenjar utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar
Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, namun tidak
memiliki ductulus. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam
konjungtiva, terutama di forniks superior. Sel-sel goblet
uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom
dan zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar
Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang ikut membentuk tear
film.
Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik
dan menyebabkan air mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra
(epifora). Kelenjar lakrimal assesorius dikenal sebagai pensekresi
dasar. Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara
kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet, berakibat mengeringnya
korena meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal.
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 m yang menutup
epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini
adalah
1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan
meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.
Tear film adalah komponen penting dari the eyes optical system.
Tear film dan permukaan anterior kornea memiliki mekanisme untuk
memfokuskan refraksi sekitar 80%. Bahkan sebuah perubahan kecil
pada kestabilan dan volume tear film akan sangat mempengaruhi
kualitas penglihatan (khususnya pada sensitivitas pada kontras).
Tear break up menyebabkan aberasi optik yang akan menurunkan
kualitas fokus gambaran yang didapatkan retina. Oleh karena itu,
ketidakteraturan pada tear film preocular merupakan penyebab
munculnya gejala visual fatigue dan fotofobia.
2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungtiva yang lembut.
Pergerakan kelopak mata dapat menimbulkan gaya 150 dyne/cm yang
mempengaruhi tear film. Lapisan musin pada tear film dapat
mengurangi efek yang dapat mempengaruhi epitel permukaan. Pada
keratokonjungtivitis, perubahan lapisan musin menyebabkan epitel
permukaan semakin mudah rusak akibat gaya tersebut yang menyebabkan
deskuamasi epithelial dan menginduksi apoptosis.
3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan
mekanik dan efek antimikroba.
Permukaan okuler adalah permukaan mukosa yang paling sering
terpapar lingkungan. Bagian ini selalu terpapar suhu yang ekstrim,
angin, sinar UV, alergen dan iritan. Tear film harus memiliki
stabilitas untuk menghadapi paparan lingkungan tersebut. Komponen
tear film yang berfungsi untuk perlindungan adalah IgA, laktoferin,
lisozim dan enzim peroksidase yang dapat melawan infeksi bakteri
maupun virus. Lapisan lipid mengurangi penguapan komponen akuos
akibat perubahan lingkungan. Selanjutnya, tear flim dapat
membersihkan partikel, iritan dan alergen akibat paparan
lingkungan.
4. Menyediakan substansi nutrien yang dibutuhkan kornea.
Karena kornea merupakan struktur yang avaskuler, epitel kornea
bergantung pada growth factors yang terdapat pada tear film dan
mendapat nutrisi dari tear film. Tear film menyediakan elektolit
dan oksigen untuk epitel kornea sedangkan glukosa yang dibutuhkan
kornea berasal dari difusi dari aqueous humor. Tear film terdiri
dari 25 g/mL glukosa, kira-kira 4% dari konsentrasi glukosa pada
darah, yaitu konsentrasi yang dibutuhkan oleh jaringan
non-muskular. Antioksidan yang terdapat pada tear film juga
mengurangi radikal bebas akibat pengaruh lingkungan. Tear film juga
mengandung growth factor yang penting untuk regenerasi dan
penyembuhan epitel kornea.
Gambar.1. Lapisan tear film
(Sumber: http://tearscience.com/image )
Lapisan-Lapisan Tear Film
Lapisan air mata melapisi permukaan okuler normal. Pada
dasarnya, lapisan air mata terdiri dari 3 lapisan yang terdiri
dari:
a. Lapisan tipis superfisial (0.11um) diproduksi oleh kelenjar
meibomian dan fungsi utamanya adalah menahan evaporasi air mata dan
mempertahankan penyebaran air mata
b. Lapisan tengah, lapisan tebal (lapisan aqueous, 7um)
diproduksi oleh kelenjar lakrimalis utama ( untuk refleks
menangis), seperti halnya kelenjar lakrimalis asesoris dari
kelenjar Krause dan Wolfring.
c. Lapisan terdalam, lapisan musin hidrofilik diproduksi oleh
sel-sel goblet konjunctiva dan epitel permukaan okuler dan
berhubungan dengan permukaan okuler melalui ikatan jaringan longgar
dengan glikokalik dari epitel konjunctiva. Adanya musin yang
bersifat hidrofilik membuat lapisan aqueous menyebar ke epitel
kornea.
Gambar 2. Tear film layer
(Sumber: http://lasik1.com/322208 )
Gambar 3. Normal tear film structure and components
(sumber: Steven C. et al, 2004 )
Volume air mata normal diperkirakan 7 2 L di setiap mata.
Albumin mencakup 60% dari protein total air mata; sisanya globulin
dan lisozim yang berjumlah sama banyak. Terdapat IgA, IgG, dan IgE.
Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari IgA serum karena
bukan berasal dari transudat serum saja; IgA juga diproduksi oleh
sel-sel plasma dalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi
tertentu, seperti konjungtivitis vernal, konsentrasi IgE dalam
cairan mata meningkat.
Lisozim air mata menyusun 21-25% protein total, bekerja secara
sinergis dengan gammaglobulin dan faktor antibakteri non-lisozim
lain, membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi.
Enzim air mata lain juga bisa berperan dalam diagnosis berbagai
kondisi klinis tertentu, mis., hexoseaminidase untuk mendiagnosis
penyakit Tay-Sachs.(vaughan)
2.3 Disfungsi Tear Film
Abnormalitas kuantitas maupun kualitas tear film terjadi
akibat
1. Perubahan jumlah tear film.
2. Perubahan komposisi tear film.
3. Penyebaran tear film yang tidak merata akibat permukaan
kornea yang irregular.
Perubahan jumlah dan komposisi tear film dapat terjadi karena
defisiensi aqueous, difisiensi musin atau sebaliknya kelebihan
aqueous dan musin dan /atau abnormalitas lipid (disfungsi kelenjar
meibom). Contohnya, peningkatan osmolaritas tear film terlhat pada
pasien dengan keratoconjunctivitis sicca atau pada blefaritis dan
pada orang yang menggunakan lensa kontak. Penyebaran air mata yang
tidak merata dapat terjadi bersamaan dengan permukaan kornea atau
limbus yang tidak rata (inflamasi, jaringan parut, perubahan
distropi) atau penggunaan lensa kontak yang tidak benar. Dapat juga
terjadi akibat gangguan pada kelopak mata akibat kelainan
kongenital, disfungsi kelopak mata neurogenik, atau disfungsi
mekanisme berkedip.
DRY EYE SYNDROME
1. Definisi
Sindrom mata kering, atau keratoconjunctivitis sicca (KCS)
adalah penyakit mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata
berkurang atau penguapan film air mata meningkat. Terjemahan dari
"keratoconjunctivitis sicca" dari bahasa Latin adalah "kekeringan
kornea dan konjungtiva".
2. Etiologi
Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih
dari satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan
mata yang secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak
stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering
pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya
sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-goblet,
peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan keratinasi.
A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal
1. Kongenital
a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)
b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)
c. Aplasia nervus trigeminus
d. Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1) Sindrom sjorgen
2) Sklerosis sistemik progresif
3) Sarkoidosis
4) Leukimia, limfoma
5) Amiloidosis
6) Hemokromatosis
b. Infeksi Trachoma
c. Cedera
1) Pengangkatan kelenjar lakrimal
2) Iradiasi
3) Luka bakar kimiawi
d. Medikasi
1) Antihistamin
2) Antimuskarinik: atropin, skopolamin
3) Anestetika umum: halothane, nitrous oxide
4) Beta-adregenik blocker: timolol, practolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)
B. Kondisi ditandai defisiensi musin
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun
5. Luka bakar kimiawi
6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen Beta-adregenic
blocker
C. Kondisi ditandai defisiensi lipid:
1. Parut tepian palpebra
2. Blepharitis
D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, coloboma
b. Ektropion atau entropion
c. Keratinasi tepian palpebra
d. Berkedip berkurang atau tidak ada
1) Gangguan neurologik
2) Hipertiroid
3) Lensa kontak
4) Obat
5) Keratitis herpes simpleks
6) Lepra
e. Lagophthalmus
1) Lagophthalmus nocturna
2) Hipertiroidi
3) Lepra
2. Kelainan konjungtiva
a. Pterygium
b. Symblepharon
3. Proptosis
3. Epidemiologi
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,
terutama pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun dan 90%
terjadi pada wanita..
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi
gatal atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah
gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata,
sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit
menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar
biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata normal.
Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus
atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior.
Benang-benang mukuskental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat
dalam fornix conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak
tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, beredema dan
hiperemik.
Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura
interpalpebra. Sel-sel epitel konjungtiva dan kornea yang rusak
terpulas dengan bengal rose 1% dan defek pada epitel kornea
terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lnjut keratokonjungtivitis
sicca tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap filamen
melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak bebas. Pada
pasien dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva menunjukkan
peningkatan jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal
kadang-kadang terjadi pada sindrom sjorgen. Diagnosis dan
penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti
memakai cara diagnostik berikut:
A. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan
memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam
cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan
temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur
5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm
tanpa anestesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar
lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi
kertas saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi
topikal (tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal
tambahan (pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah
abnormal.
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air
mata. Dijumpai hasil false positive dan false negative. Hasil
rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal, dan tes normal
dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap
defisiensi musin.
Gambar 4. Test Fluoresin
(Sumber : http://webeye.ophth.uiowa.edu/233120#/fluoresin-test
)
B. Tear film break-up time
pengukuran tear film break-up time kadang-kadang berguna untuk
memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan
musin mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat berakibat
tidak stabilnya film air mata. Ini yang menyebabkan lapisan itu
mudah pecah. Bintik-bitik kering terbentuk dalam film air mata,
sehingga memaparkan epitel kornea atau konjungtiva. Proses ini pada
akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas dengan bengal
rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan
daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea
dibasahi flourescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik
keras berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien
berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan
cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agartidak berkedip.
Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam
lapisan flourescein kornea adalah tear film break-up time. Biasanya
waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh
anestetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra
agar tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan
defisiensi air pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya
pada mata dengan defisiensi musin.
Gambar 5. Indeks Perlindungan Okular
( Sumber : http://www.systane.ca )
C. Tes Ferning Mata
Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva
dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca
obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata
normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan parut
(pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva
difus), arborisasi berkurang atau hilang.
D. Sitologi Impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada
permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet
paling tinggi di kuadran infra-nasal. Hilangnya sel goblet
ditemukan pada ksus keratokonjungtivitis sicc, trachoma, pemphigoid
mata cicatrix, sindrom stevens johnson, dan avitaminosis A.
E. Pemulasan Flourescein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering
berflourescein adalah indikator baik untuk derajat basahnya mata,
dan meniskus air mata mudah terlihat. Flourescein akan memulas
daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada
epitel kornea.
F. Pemulasan Bengal Rose
Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan
memulas semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea
konjungtiva.
Gambar 6. Pewarnaan Bengal rose
Sumber : ( http://www.uptodate.com/bengalrosetest)
G. Penguji Kadar Lisozim Air Mata
Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal
perjalanan sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit
ini. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya.
Cara paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.
H. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada
keratokonjungtivitis sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga
sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan
menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi
keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada
pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.
I. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli
dipasaran.
5. Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun
dan pemulihan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus
ringan, saat perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih
reversibel. Air mata buatan adalah terapi yang kini dsering
digunakan. Salep berguna sebagai pelumas jangka panjang, terutama
saat tidur.
Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Pemulian
musin adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini,
ditambahkan polimer larut air dengan berat molekul tinggi pada air
mata buatan, sebagai usaha memperbaiki dan memperpanjang lama
pelembaban permukaan.agen mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat
dan larutan dari serum pasien sendiri sebagai tetesan mata. Jika
mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen mukolitik
(mis, acetylcystein 10%) dapat menolong.
Topikal cyclosporine A
Topikal corticosteroids
Topikal/sistemik omega-3 fatty acids: Omega-3 fatty acids
menghambat sintesis dari mediator lemak dan memblok produksi dari
IL-1 and TNF-alpha. Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata
memerlukan instruksi spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian
palpebrae. Mungkin diperlukan antibiotika topikal atau sistemik.
Vitamin A topikal mungkin berguna untuk memulihkan metaplasia
permukaan mata.
Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi
sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chlorida adalah peparat
umum yang paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali
penetesan sebaiknya memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan
pengawet dapat pula menimbulkan reaksi idiosinkrasi. Ini paling
serius dengan timerosal.
Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar
kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat
dan harus diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai
antibiotika topikal. Acne rosacea sering terdapat bersamaan dengan
keratokonjungtivitis sicca, dan pemgobatan dengan tetrasklin
sistemik ada manfaatnya.
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada
punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih
lama (silikon), untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan
kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengn terapi themal
(panas), kauter listrik atau dengan laser.
6. Komplikasi
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata
sedikit terganggu. Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan
sangat menggangu. Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea,
penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi
bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada
kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat
mencegah komplikasi-komplikasi ini.
7. Prognosis
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan
sindrom mata kering baik.
PSEUDOFAKIA
Definisi
Pseudofakia adalah Lensa yang ditanam pada mata (lensa intra
okuler) yang diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah
dikeluarkan.1 Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik.
Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap
disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan
tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh
tubuh.2
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam macam, seperti
:
1. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan
kaki penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata
2. Pada daerah pupil, dimana bagian optik lensa pada pupil
dengan fiksasi pupil.
3. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan
lensa normal dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi
lensa ekstra kapsular
4. Pada kapsul lensa.
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak
didalam kapsul lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata
memerlukan perhatian khusus :2
1. Endotel kornea terlindung
2. Melindungi iris terutama pigmen iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada
zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :2
1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang
ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :2
1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)
2. Anak dibawah 3 tahun
3. Uveitis menahun yang berat
4. Retinopati diabetik proliferatif berat
5. Glaukoma neovaskuler
Gambar 1. Pseudofakia (sumber: npradesia.blogspot.com)
A. LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN
Lensa intraocular (IOL)umum digunakan untuk memperbaiki atau
menyembuhkan cacat visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis:
monofocal atauultifocal. Lensa ultifocalmonofocal atau ultifocal
dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa matarusak.
IOLmonofokal
IOL monofokal yang berarti merekamemberikan visipada
satujaraksaja (jauh, menengahatau dekat) berarti bahwa pasienharus
memakaikacamata ataulensa kontakuntuk membaca,
menggunakankomputeratau melihat pada jarak lengan.
IOLultifocal
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihatdengan baik
padalebih dari satujarak,tanpa kacamataatau lensa kontak.
ToricIOL untuk Astigmatisma
IOLtoricdirancanguntuk mengoreksiastigmatisme. ToricIOLdatang
dalam berbagaikekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi
hingga2,00dioptri(D) dariSilindrisdan yang lain
mengoreksihingga3,50D.Model yang berbedajuga dapat menyaringUVyang
berpotensi merusakatau cahayabiru.
Kebanyakan ahli bedahyang merawatSilindrispada pasien katarak,
cenderung menggunakan astigmatikkeratotomi(AK) ataulimbal
relaxation incision, yang membuatsayatandikornea. Selain
astigmatismekornea,beberapa orang mungkin
memilikiastigmatismelenticular, yang disebabkan
olehketidakteraturandalam bentuk lensa alamidi dalam mata.Hal ini
bisa diperbaikidenganIOLtoric namun dengan risikopenglihatan
memburuk karenalensaberputardari posisi,sehingga butuhoperasi lebih
lanjutuntuk memposisikanatau menggantiIOL.
Monovision dengan Lensa Intraokuler
Jikaoperasi katarakmelibatkankedua mata bisa dipertimbangkan
menggunakan monovision.Hal ini denganmenanamkan sebuahIOL disatu
matayang memberikan penglihatan dekatdanIOLdi matalain yang
menyediakanpenglihatanjarak.Biasanya orangdapat menyesuaikan
diri.Tapi jika tidak bisa,penglihatanmungkin menjadi kaburbaikdekat
dan jauh.Masalah lain adalah bahwapersepsi kedalaman dapat
menurunkarenavisus binokulerkurang yang berarti, matatidakbekerja
sama.
Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara seragam
melengkung.IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch +
Lomb pada tahun 2004, yang sedikit datar di pinggiran dan dirancang
untuk memberikan sensitivitas kontras yang lebih baik. Lensa ini
memiliki kemampuan untuk mengurangi penyimpangan visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs
aspheric, karena manfaat sensitivitas kontras tidak dapat
berlangsung pada pasien yang lebih tua karena sel-sel ganglion
retina adalah penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua
secara bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang
menjalani operasi katarak sekarang cenderung memiliki sel ganglion
lebih banyak dan lebih sehat.Jadi mereka akan dapat menikmati
sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.
Blue Light-Filtering IOLs
IOL ini memfilterbaikultraviolet (UV) danenergi tinggisinar
biru, yang keduanya terkandung dalamcahaya alami maupunbuatan.Sinar
UVtelah lama dicurigai bisa menyebabkan katarak dangangguan
penglihatanlain, dan IOL banyakmenyaringmereka keluar sepertilensa
mata alami sebelum penghapusan dalamoperasi katarak. Sinar biru,
yang berkisar400-500nanometer (nm)dalam spektrumcahaya, dapat
menyebabkankerusakan retinadan berperandalam timbulnya
degenerasimakula.IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring
sinar biru. Sebenarnya warna ini mirip denganlensa kristal alami.
Warna kuningini tidak mengubahwarnalingkungan atau
kualitaspenglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
beberapa sensitivitas kontrasmungkin hilangdenganpemakaian IOL
jenis ini. Dalam studi Austria,beberapa orangyang menggunakan IOL
inimelihat adanya penurunan kualitaspenglihatanketika mereka
diberikuesioner.
Sebuah studi yang dilaporkandalam edisiDesember2010,Journal of
Cataract & Refractive Surgery menemukan bahwa
pasienkatarakdengan IOL berwarna kuning memiliki kesulitan melihat
dalam rentang warna biru pada kondisi pencahayaan yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa
: Jan Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Palpebra
dan Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta:
2000. Hal 94. Widya Medika
2. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology :
Orbit Eyelids and Lacrimal System . San Fransisco: 2011 . American
Academi of Ophtalmology
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta:
2008. Balai Penerbit FKUI.
4. Plugfelder, Stephen C et al. Dry Eye and Ocular Surface
Disorders. New york : 2004. Marcell Decker.
5. Mc Fadden, murray. Dry eye Syndrome. Diakses dari
http://lasik1.com pada tanggal 16maret 2013.
6. Anonim. The Definitive Source for Dry Eye Information on
Internet. 2008. Diakses dari http://dryeye.org pada tanggal 16maret
2013
7. Anonim. The Anatomy of Evaporative Dry Eye. Diakses dari:
http://tearscience.com pada tanggal 16 maret 2013
8. Sastrawan D, dkk. Standar Pelayanan Medis Mata. Departemen
Ilmu Kesehatan Mata RSUP M. Hoesin. Palembang , 2007 dkk
9. http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview
diakses tanggal 17maret 2013