I. LAPORAN KASUS
No Register: 201400011046.001 MRS: 18 November 2014No RM: 388868
Pukul: 12.15 WIB
1.1.ANAMNESAA.IdentitasNama:Ny. WARUmur: 35 tahunPendidikan:
SDPekerjaan: Ibu rumah tanggaAgama: IslamKebangsaan:Indonesia /
JawaAlamat: Jl. Ikan Bawal Gg. Kadar IVKecamatan Telukbetung
Selatan
B.KeluhanUtama: Perdarahan setelah melahirkanTambahan: -
C.Riwayat penyakit sekarangLima jam sebelum masuk rumah sakit,
Os melahirkan anak kembar di bidan. Bayi 1 jenis kelamin laki-laki,
BB 2300 gram, sedangkan bayi 2 jenis kelamin laki-laki, BB 2200
gram, diikuti dengan lahirnya tembuni lengkap. Tetapi setelah itu
perdarahan tidak mau berhenti dengan perdarahan sebanyak 2 kali
ganti kain, berupa darah segar. Os kemudian dirujuk ke RSAM.
D.Riwayat haidHaid pertama umur:13 tahunSiklus:28 hariLamanya:
5-7 hariBanyaknya: normalWarna: merahBau: (-)Dismenorea: (+)
E.Riwayat perkawinanPernikahan pertama dan sudah berlangsung
selama 9 tahun
F.Riwayat obstetriNoTgl/Bln/ThPersalinanTempat pertolonganUsia
kehamilanJenis PersalinanPenolongJKBerat badan (gram)Ket
12005BidanCukup bulanSpontanBidanL1800Sehat
22012BidanCukup bulanSpontanBidanP3400Sehat
318/11/2014BidanCukup
bulanSpontanSpontanBidanLL23002200SehatSehat
G.Riwayat peyakita.Penyakit dahuluTidak Adab.Penyakit dalam
keluargaTidak ada
H.Riwayat operasiTidak ada riwayat operasi sebelumnya
I.Riwayat keluarga berencana/kontrasepsiMenggunakan KB suntik 3
bulan tetapi tidak teratur
J.Riwayat antenatala.Selama hamil diperiksa oleh:Bidan, USG oleh
dokter spesialis kandungan dan kebidanan saat usia 6 bulanb.Keluhan
dan kelainan:Tidak ada
1.2.PEMERIKSAAN FISIKA.Status PresentKeadaan umum: Sakit
sedangKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 100/60 mmHgNadi: 90
x/menitRespiratory Rate: 24 x/menitSuhu: 36,7oCKeadaan gizi:
CukupTinggi badan: 158 cmBerat badan: 57 kg
B.Status GeneralisKulit:linea nigra (+)Muka: Pucat (-)Mata:
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (-), penurunan visus (-)Hidung:
Deviasi septum (-), chonca hiperemis (-)Leher: JVP normal (5+2
cmHg), massa (-)Jantung:Ictus cordis tidak teraba, bunyi jantung I
dan II normal, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Bising usus (+),
cembung, tidak ada tanda cairan bebasPunggung: Dalam batas
normalRectum/anus: Tidak dinilaiEkstremitas: Edema pretibia -/-,
varises tidak adaReflex: Refleks fisiologis +/+, refleks patologis
-/-Sensitibilitas: Dalam batas normalHati: Sulit dinilaiLimfa:
Sulit dinilaiGinjal: Tidak ada nyeri ketok ginjalKandung kemih:
Nyeri tekan suprapubik (-), nyeri berkemih (-)Kel. Limfe: Tidak ada
pembesaranKepala: NormocephalTelinga: Cairan keluar (-), nyeri
tekan tragus (-)Mulut/gigi: Tidak dinilaiDada: Pergerakan nafas
simetrisParu: Vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)
C.Pemeriksaan Obstetria.Pemeriksaan luarInspeksi : Abdomen
:Simetris, rata, striae (+) Vulva:Perdarahan aktif (+)TFU: 2 cm
bawah pusatKontraksi: Baik
b.Pemeriksaan dalam Inspekulo:Portio tak livide, OUE terbuka,
fluor (-), fluxus (+) darah aktif , tampak luka laserasi pada
portio arah jam 6 ukuran 4x2 cm Vaginal toucher:Portio kenyal, OUE
terbuka, Cavum uteri normal, teraba laserasi pada portio arah jam 6
ukuran 4x2x1 cm
1.3.PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium Hb:5,4 gr/dl LED:45 mm/jam
Leukosit:20.900/ul Trombosit:267.000/ul Masa perdarahan:3 Masa
pembekuan:11 GDS:314 mg/dl
1.4.RESUMEOs datang dirujuk ke RSAM oleh bidan karena perdarahan
yang tidak kunjung berhenti seteah melahirkan anak kembar. Tembuni
lahir lengkap. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/60,
N: 90 x/m, RR: 24 x/m, T: 36,7oC. Dari pemeriksaan obstetri
didapatkan laserasi pada portio arah jam 6 ukuran 4x2x1 cm. Hb: 5,4
gr/dl.
1.5.DIAGNOSISP3A0 postpartum spontan dengan HPP dini e.c.
laserasi jalan lahir
1.6.PENATALAKSANAAN1. Observasi TVI, perdarahan2. O2 5L/menit 3.
IVFD RL + oksitosin 20 IU gtt xx/menit4. Inj. Ampicilin 1 gram/ 8
jam IV5. Kateter menetap catat input/output6. Hecting laserasi7.
Transfusi PRC hingga Hb 10 gr/dl
1.7.PROGNOSISDubia ad bonam
1.8.FOLLOW UPHARI/TANGGALCATATANINSTRUKSI
Selasa, 18 Nov 2014Pkl 12.30 WIB
S/ Keluhan: Perdarahan setelah melahirkan
RPP: Lima jam sebelum masuk rumah sakit, Os melahirkan anak
kembar di bidan. Bayi 1 jenis kelamin laki-laki, BB 2300 gram,
sedangkan bayi 2 jenis kelamin laki-laki, BB 2200 gram, diikuti
dengan lahirnya tembuni lengkap. Tetapi setelah itu perdarahan
tidak mau berhenti dengan perdarahan sebanyak 2 kali ganti kain,
berupa darah segar. Os kemudian dirujuk ke RSAM.
O/ Status presentTD: 100/60 mmHgNadi: 90 x/menitRR: 24 x/menitT:
36.7 oC
Status ginekologiPL FUT 2 jari bawah pusat Kontraksi uterus baik
Perdarahan aktif (+)
Inspekulo Portio tak livide OUE terbuka Fluor (-), fluxus (+)
darah aktif Tampak luka laserasi pada portio arah jam 6 uk. 4x2
cm
VT Portio kenyal OUE terbuka Cavum uteri normal post partum Ap
ka/ki lemas Teraba laserasi pada porsio arah jam 6 uk. 4x2x1 cm
Laboratorium Hb:5,4 gr/dl LED:45 mm/jam Leukosit:20.900/ul
Trombosit:267.000/ul Masa perdarahan:3 Masa pembekuan:11 GDS:314
mg/dl
A/ P3A0 postpartum spontan 5 jam (di luar) dengan HPP dini e.c.
laserasi jalan lahir. Observasi TVI, perdarahan O2 5L/menit IVFD
RL+ oksitosin 20 IU gtt xx/menit Inj. Ampicilin 1 gram/ 8 jam IV
Cek Lab DR, CM Kateter menetap catat input/output R/ Hecting
laserasi R/ Transfusi PRC hingga Hb 10 gr/dl
Selasa, 18 Nov 2014Pkl. 15.00 WIBPasien Pindah ke BangsalTh/
Teruskan Transfusi PRC II kolf Inj. Ampicilin 1 gram/ 8 jam IV
Rabu, 19 Nov 2014Pkl 07.30 WIB
S/ Keluhan: tidak ada. Perdarahan berupa flek. Sedikit nyeri
pada lokasi jahitan.
O/ Status presentTD: 110/70 mmHgNadi: 80 x/menitRR: 20 x/menitT:
36.4 oC
A/ P3A0 postpartum spontan dengan HPP dini e.c. laserasi jalan
lahirTh/ teruskan Transfusi PRC II kolf, cek Hb Ulang Inj.
Ampicilin 1 gram/ 8 jam IV
II. ANALISIS KASUS
2.1.PERMASALAHAN1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pada kasus ini sudah tepat?1. Apakah diagnosa
pada kasus ini sudah tepat?1. Apakah penatalaksanaan sudah
tepat?
1. Apakah anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang sudah tepat? AnamnesisAnamnesis telah mencakup keluhan
utama dan keluhan tambahan, dari keluhan-keluhan tersebut juga
telah diperdalam dengan menanyakan lokasinya, onsetnya, kualitas
dan kuantitas. Anamnesis dilengkapi dengan identitas pasien,
riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, riwayat penyakit pasien terdahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.
Lima jam sebelum masuk rumah sakit, Os melahirkan anak kembar di
bidan. Bayi 1 jenis kelamin laki-laki, BB 2300 gram, sedangkan bayi
2 jenis kelamin laki-laki, BB 2200 gram, diikuti dengan lahirnya
tembuni lengkap. Tetapi setelah itu perdarahan tidak mau berhenti
dengan perdarahan sebanyak 2 kali ganti kain, berupa darah segar.
Os kemudian dirujuk ke RSAM.
Anamnesis mesti merujuk pada diagnosa sementara, yang dibuat
berdasarkan keluhan utama yang disampaikan oleh pasien. Perdaharan
yang tidak kunjung berhenti setelah melahirkan anak kembar dan
plasenta menunjukkan bahwa pasien ini mengalami perdarahan post
partum.
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat,
yaitu dilakukan pemeriksaan fisik head-toe, kemudian di titik
beratkan pada pemeriksaan obstetrik yang dilakukan untuk penegakkan
diagnosis. Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan mencakup
pemeriksaan luar dan vaginal toucher. Dari hasil pemeriksaan fisik,
nadi 90 x/menit dan tekanan darah 100/60 mmHg menunjukkan bahwa
pasien tidak mengalami syok pada kasus ini. Dari pemeriksaan dalam
ditemukan lokasi laserasi yaitu pada portio arah jam 6 dengan
dimensi 4x2x1 cm, sehinga dengan pemeriksaan fisik dapat tegak
diagnosis perdarahan post partum dini dikarenakan robekan jalan
lahir.
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
pemeriksaan lab darah rutin. Pemeriksaan darah rutin pada pasien
ini ditujukan untuk melihat kadar sel darah. Selain itu pada
pemeriksaan darah rutin ini juga dapat menentukan apakah pasien ini
termasuk dalam anemia yang membutuhkan tranfusi atau tidak.
Didapatkan kadar Hb pada pasien saat masuk rumah sakit 5,4 gr/dl
dimana menunjukkan bahwa pasien mengalami anemia berat karena
perdarahan yang terjadi.
2.Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pada saat pasien masuk
didiagnosa P3A0 postpartum spontan dengan HPP dini e.c. laserasi
jalan lahir. Hal ini sudah tepat karena pada saat awal masuk dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarahkan pasien ini perdarahan
setelah melahirkan dan dapat ditemukan secara langsung melalui
pemeriksaan fisik fokus dari perdarahan.
3.Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat?Pada
penatalaksanaan kasus ini sudah sesuai dengan teori. Perdarahan
post partum harus dipantau tanda-tanda vitalnya, karena yang
ditakutkan dari perdarahan ini adalah keadaan syok hipovolemik.
Untuk itu, saat ada tanda-tanda dehidrasi dapat langsung datasi
dengan rehidrasi menggunakan cairan kristaloid. Pada pasien ini
dehidrasi tidak terjadi, atau kemungkinan besar sudah dikoreksi
saat di UGD sehingga saat sampai di ruang delima, keadaan sudah
lebih stabil. Cairan pengganti menggunakan RL gtt xx/menit dianggap
cukup, sambil dipantau urin outputnya. Pasien juga diberikan
oksitosin karena menurut ACOG tahun 2006 dan WHO tahun 2012
mengenai tata laksana perdarahan post partum, dapat digunakan
oksitosin 10-40 IU dalam 1 L cairan fisiologis untuk menghentikan
perdarahan. Pada pasien ini oksitosin yang digunakan 20 IU dalam
500 ml cairan RL. Selain itu yang terpenting dalam tata laksana
perdarahan post partum akibat robekan jalan lahir adalah menjahit
robekan yang terjadi untuk menghentikan fokus perdarahan. Pada
pasien ini lokasi robekan di portio arah jam 6 dan langsung
dijahit. Terakhir, setelah perdarahan diatasi, keadaan umum pasien
diperbaiki. Saat datang Hb pasien 5,4 gr/dl hal ini menunjukkan
pasien sudah kehilangan banyak darah. Untuk memperbaiki keadaan
pasien maka dilakukan transfusi pada pasien hingga Hb nya mencapai
10. Darah yang digunakan adalah PRC karena dapat dilihat dari hasil
lab, komponen darah lainnya masih dalam batas normal sehingga yang
harus dikoreksi hanya eritrosit.
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1.DEFINISIPerdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi
setelah bayi lahir yang melewati batas fisiologis normal. Pada
umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan darah secara
fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguan
homeostasis. Dengan demikian secara konvensional dikatakan bahwa
perdarahan yang melebihi 500 ml dapat dikategorikan sebagai
perdarahan postpartum dan perdarahan yang secara kasat mata
mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius. Definisi
baru mengatakan bahwa setiap perdarahan yang yang dapat mengganggu
homeostasis tubuh atau mengakibatkan tanda hipovolemia termasuk
dalam kategori perdarahan postpartum.1Perdarahan post partum dibagi
menjadi1:a) Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum
Primer (early postpartum hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama setelah kala III.b) Perdarahan pada Masa Nifas
/ Perdarahan Post Partum Sekunder (late postpartum hemorrhage).
Perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa
nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala
III.
3.2ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISIMeskipun pendekatan resiko
untuk mengantisipasi perdarahan postpartum masih diperdebatkan
karena tidak seorangpun pasti terbebas dari kemungkinan perdarahan
setelah bersalin, tetapi pendekatan resiko tetap memberikan
pertimbangan agar penanganan lebih berhati-hati dan petugas lebih
siaga. Perdarahan yang masif terjadi karena adanya abnormalitas
pada keempat proses dasar, yang disingkat 4 T, baik tunggal ataupun
gabungan: tone (kontraksi uterus yang buruk setelah persalinan),
tissue (retensi sisa hasil konsepsi atau bekuan darah), trauma
(pada saluran genital), atau thrombin (abnormalitas pembekuan
darah). Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan perdarahan
postpartum dapat terjadi pada salah satu dari keempat mekanisme
tersebut. Faktor resiko yang memungkinkan seorang ibu bersalin
mengalami pedarahan postpartum antara lain dapat dilihat pada tabel
berikut (Tabel 1).2
Tabel 1. Etiologi dan Faktor Resiko Perdarahan Postpartum2
1. Atonia UteriAtonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan
relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi
oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah
terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal
dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta
yang lepas sebagian atau lepas seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan
terjadinya perdarahan yang cepat dan parah dan juga shock
hypovolemik. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70 %
disebabkan oleh atonia uteri.3Miometrium terdiri dari tiga lapisan
dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal
kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum, lapisan tengah
miometrium tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh
darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga
setiap dua buah serabut kira-kira membentuk angka delapan. Setelah
partus, dengan adanya susunan otot seperti diatas, jika otot
berkontraksi akan menjempit pembuluh darah. Ketidakmampuan
miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan terjadinya
perdarahan postpartum.3
Kekuatan kontraksi dari miometrium yang efektif sangat penting
untuk menghentikan kehilangan darah setelah persalinan. Kompresi
yang dihasilkan dari vaskular uterus adalah untuk mengganggu aliran
darah 800 ml / menit pada bantalan plasenta (placenta bed).4
Faktor faktor predisposisi terjadinya atonia uteri4: 1. Uterus
yang teregang berlebihan : Kehamilan kembar, anak sangat besar (BB
> 4000 gram) dan polihidramnion;2. Kehamilan lewat waktu;3.
Partus lama;4. Grande multipara; 5. Penggunaan uterus relaxants
(Magnesium sulfat);6. Infeksi uterus ( chorioamnionitis,
endomyometritis, septicemia );7. Perdarahan antepartum (Plasenta
previa atau Solutio plasenta);8. Riwayat perdarahan postpartum;9.
Obesitas;10. Umur > 35 tahun;
2.Tissue ( Jaringan )Retensio PlasentaRetensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga melebihi waktu tiga
puluh menit setelah bayi lahir.5Jenis-jenis retensio plasenta :a.
Plasenta Adhesive:Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.b.
Plasenta Akreta:Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.c. Plasenta Inkreta:Implantasi jonjot
korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.d. Plasenta Prekreta:Implantasi jonjot korion
plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uterus hingga ke
peritonium .e. Plasenta Inkarserata:Tertahannya plasenta di dalam
kavum uteri disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Berdasarkan prognosa dan perawatannya, maka retensio plasenta
dibagi5:1. Retensio plasenta tanpa perdarahanTerjadi bila belum ada
bagian plasenta yang lepas atau seluruh plasenta malah sudah lepas
dan plasenta terjepit dalam rahim.2. Retensio plasenta dengan
perdarahanMenunjukkan bahwa sudah ada bagian plasenta yang sudah
lepas, sedangkan bagian lain masih melekat, sehingga kontraksi
uterus tidak sempurna .
Sisa PlasentaPerdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang
terjadi akibat tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban
yang menggangu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakibatkan perdarahan6.
3.TraumaRuptur UterusFaktor resiko terjadinya ruptur uterus
antara lain pembedahan uterus sebelumnya, persalinan terhambat,
pemakaian oksitosin berlebihan, posisi janin abnormal, multiparitas
grande dan manipulasi uterus dalam persalinan (persalinan dengan
forcep, ekstraksi sungsang dan insersi kateter tekanan
intrauterin). Pengobatan dengan laparotomi dengan jahitan atau
histerektomi.6
Gambar 1. Ruptur Uterus
Laserasi saluran genital bawahKadang-kadang saja terjadinya,
yaitu adanya luka atu robekan pada vagina dan atau leher rahim,
yang kecil atau yang besar. Tandanya adanya perdarahan yang
berlebihan walaupun mungkin kejadian ini akan terlihat oleh dokter
setelah persalinan. Umunya semua luka yang panjangnya lebih dari
dua sentimeter atau yang terus mengeluarkan darah banyak akan
dijahit. Bila selama persalinan tidak digunakan anastesi maka akan
diberikan anastesi lokal sebelum penjahitan.6
Faktor resiko mencakup persalinan pervaginam dengan alat bantu,
makrosomia janin, kelahiran tiba-tiba dan tindakan episiotomi.
Diagnosis harus dipertimbangkan ketika perdarahan pervaginam
berlanjut meskipun tonus otot memadai. Penatalaksanaanya dengan
jahitan primer6.
Inversio UterusSetelah kelahiran bayi, ada proses persalinan
yang kadang-kadang plasenta tidak seluruhnya terkelupas dan ketika
muncul, ia menarik fundus atau bagian puncak rahim ikut bersamanya,
akibatnya rahim akan membalik seperti kaos kaki yang terbalik.
Gejala terbaliknya rahim adalah perdarahan yang berlebihan dan
kadang-kadang terdapat tanda-tanda syok pada ibu. Ketika menekan
perut kebawah, dokter tidak dapat merasakan adanya rahim dan pada
pembalikan rahim yang lengkap sebagian dari rahim akan dapat
terlihat di vagina.6
Wanita yang berisiko tinggi akan terbaliknya rahim (walaupun
resiko ini tetap masih sangat kecil) adalah mereka yang sebelumnya
telah sering melahirkan atau mengalami proses awal persalinan
(labor) yang terlalu lama lebih dari 24 jam, mereka yang
plasentanya tertanam melewati bagian puncak rahim (fundus) atau
tertanam pada tempat yang tidak normal dan mereka yang mendapatkan
magnesium sulfat selama proses awal persalinan. Rahim juga dapat
membalik ketika ia terlalu lemas atau bila fundus tidak diam di
tempatnya ketika plasenta dikeluarkan pada tahap kelahiran
ketiga.6
Faktor resiko mencakup atonia uterus, traksi tali pusat secara
berlebihan, pengangkatan plasenta secara manual, plasentasi
abnormal, kelainan uterus dan plasentasi pada fundus. Gejalanya
mencakup nyeri perut akut dan syok (30%). Uterus mungkin terlihat
menonjol melalui vulva. Penanganannya dengan penggantian manual
atau hidrostatik segera.6
Beberapa tanda terjadinya inversio uterus antara lain : uterus
tak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, pucat dan
limbung. Kemungkinan terjadinya syok neurogenik dapat terjadi bila
tidak ditangani dengan baik.6
Inversi uterus dapat dibagi6 : Fundus uteri menonjol kedalam
kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut. Korpus uteri
yang terbalik sudah masuk kedalam vagina. Uterus dengan vagina
semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
Gambar 2. Pembagian Klasifikasi Inversio Uteri4. KoagulapatiPada
periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini
bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit
fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah
memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan
post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain,
terutama trauma.6
Gambar 3. Mekanisme koagulasi dan fibrinolisis
Dua mekanisme diatas pada keadaan normal terdapat dalam
keseimbangan yang dinamis. Mekanisme koagulasi diaktifkan pada saat
kapanpun ketika endotelium vaskular mengalami cedera. Fibrinolisis
mencegah penyumbatan vaskular segera ketika keutuhan vaskular telah
dipulihkan dan menghilangkan fibrin yang terbentuk saat fibrin
tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi.6
Dalam kehamilan normal, terdapat sedikit peningkatan pada
sebagian faktor koagulasi, khususnya fibrinogen. Fibrin menetap di
dalam pembuluh darah uteroplasenta dan fibrinolisis ditekan
jumlahnya. Perubahan ini mungkin disebabkan oleh perubahan
fisiologis untuk mengurangi risiko perdarahan post partum saat
persalinan.6
3.3.DIAGNOSISKriteria Diagnosis7 Pemeriksaan fisik:Pucat, dapat
disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat,
kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina
terus menerus Pemeriksaan obstetriUterus membesar bila ada atonia
uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka
jalan lahir Pemeriksaan ginekologi:Pemeriksaan ini dilakukan dalam
keadaan baik atau telah diperbaiki, pada pemeriksaan dapat
diketahui kontraksi uterus, adanya luka jalan lahir dan retensi
sisa plasenta
Pemeriksaan Penunjang7a. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan
darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang
buruk. Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan
sejak periode antenatal. Pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu
perdarahan dan waktu pembekuan.
b. Pemeriksaan radiologi Onset perdarahan post partum biasanya
sangat cepat. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi
biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis
dapat dilakukan. Pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat
adanyagumpalan darah dan retensi sisa plasenta. USG pada periode
antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko
tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post
partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta
akreta dan variannya.
Tabel 2. Gejala dan Tanda Perdarahan Post partum6
3.4.PENATALAKSANAANTujuan utama penanganan perdarahan postpartum
ada 3 yakni pencegahan, penghentian perdarahan dan mengatasi syok.
Pendekatan resiko, meskipun menimbulkan kontroversi tetap masih
mendapatkan tempat untuk diperhatikan. Setiap ibu hamil dengan
faktor resiko tinggi terjadinya perdarahan postpartum sebaiknya
dirujuk ke tempat fasilitas kesehatan yang mempunyai unit tranfusi
dan perawatan intensif.8 Pada penanganan perdarahan postpartum,
pilihan terapi yang cepat dan tepat akan menentukan tingkat
keberhasilan. Prinsip dasar dari penanganan perdarahan postpartum
adalah haemostasis atau menghentikan perdarahan dengan cepat. Untuk
memudahkan mengingat prosedur yang harus dilakukan, akronim
Haemostasis dapat digunakan (Tabel 2).9
Tabel 3. Penanganan Umum Perdarahan Postpartum9
1. Manajemen Aktif Kala IIISetiap ibu melahirkan harus
mendapatkan manajemen aktif kala III. Merupakan tindakan
(intervensi) yang bertujuan mempercepat lahirnya plasenta dengan
meningkatkan kontraksi uterus sehingga menurunkan kejadian
perdarahan postpartum karena atoni uteri.10 Tindakan ini meliputi 3
komponen utama yakni (1) pemberian uterotonika, (2) peregangan tali
pusat terkendali dan (3) masase uterus setelah plasenta lahir.
Oksitosin 10 unit disuntikan secara intramuskular segera setelah
bahu depan atau janin lahir seluruhnya. Peregangan tali pusat
secara terkendali (tidak terlalu kuat) dilakukan pada saat uterus
berkontraksi kuat sambil ibu diminta mengejan. Jangan lupa
melakukan counter-pressure terhadap uterus untuk menghidari
inversi. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
sampai uterus berkontraksi kuat, palpasi tiap 15 menit dan yakinkan
uterus tidak lembek setelah masase berhenti.10 2.
MedikamentosaMenurut ACOG tahun 2006, berikut obat yang digunakan
sebagai penatalaksanaan dari Perdarahan Postpartum11:Tabel 4.
Obat-obatan uterotonika11
7